FRONT UMAT ISLAM DAN PERANANNYA DALAM KEGIATAN SOSIAL KEAGAMAAN DI KABUPATEN KLATEN 2002-2007
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh : LUTHFI ANNADWI MAGDA C0505036
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
FRONT UMAT ISLAM DAN PERANANNYA DALAM KEGIATAN SOSIAL KEAGAMAAN DI KABUPATEN KLATEN 2002-2007
Disusun Oleh : LUTHFI ANNADWI MAGDA C0505036
Telah Disetujui oleh Pembimbing
Pembimbing
Dra. Hj. Isnaini W. W, M. Pd NIP. 195905091985032001
Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Sejarah
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum NIP. 19540223198601200
ii
FRONT UMAT ISLAM DAN PERANANNYA DALAM KEGIATAN SOSIAL KEAGAMAAN DI KABUPATEN KLATEN 2002-2007
Disusun Oleh : LUTHFI ANNADWI MAGDA C0505036
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal ..... ................ 2010
Jabatan
Nama
Tandatangan
Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum NIP. 19540223198601200
(
)
Sekretaris
Waskito Widi W, S.S NIP. 197108282005011001
(
)
Penguji I
Dra. Hj. Isnaini W. W, M. Pd NIP. 195905091985032001
(
)
Penguji II
M. Bagus Sekar Alam, S.S. M.Si NIP. 197709042005011001
(
)
Ketua
Dekan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A NIP. 195303141985061001
iii
PERNYATAAN
Nama : LUTHFI ANNADWI MAGDA Nim : C 0505036 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Front Umat Islam Dan Peranannya Dalam Kegiatan Sosial Keagamaan Di Kabupaten Klaten 20022007” adalah betul-betul karya sendiri, bukan dari plagiat dan tidak dibuat oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 2010 Yang membuat pernyataan
Luthfi Annadwi Magda
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada: · Ayah dan Ibu. · Adik-adikku & Kakakku.
v
MOTTO “Menuntut ilmu itu wajib bagi orang Islam laki-laki dan perempuan” (HR. Ibnu Abdil Barri)
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS Al Baqoroh 32 )
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat
selesai
dengan
lancar
guna
memenuhi
sebagian
persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana . Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesakan skripsi ini. 2. Dra. Sri Wahyuningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret yang telah mencurahkan segenap pengetahuan yang dimilikinya kepada penulis. 3. Dra. Hj. Isnaini W. W, M. Pd, selaku dosen pembimbing utama karena dorongan dan petunjuk beliaulah penulis tetap mempertahankan tema untuk menyusun skripsi ini. 4. M. Bagus Sekar Alam, S.S. M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan di Jurusan Ilmu Sejarah.
vii
5. Serta terima kasih terucap kepada seluruh Staf Pengajar Ilmu Sejarah UNS, yang telah membagikan ilmunya sehingga memberikan inspirasi kepada penulis untuk mengangkat tema ini sebagai hasil skripsi. 6. Terimakasih kepada para sahabatku Masruri, Supri, Tri P, Andi, Robert, dan seluruh mahasiswa sejarah 05. yang telah memberikan semangat, sehingga dapat selesai penulisan ini. 7. Almamater. 8. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna dari penulisan skripsi ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna mencapai penulisan yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
2010
Yang membuat pernyataan
LUTHFI ANNADWI MAGDA
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN….. .............................................................
v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
DAFTAR ISI.................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xi
DAFTAR ISTILAH………………………………………………………..
xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….
xiii
ABSTRAK………………………………………………………………....
xiv
BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………….
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………...
7
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………
7
D. Manfaat Penelitian ……………………………………….….
8
E. Tinjauan Pustaka ……………………………………..……...
8
F. Metode Penelitian …………………………………………..
10
G. Sistematika Penulisan ………………………………………
13
BAB II. LATAR BELAKANG LAHIRNYA FRONT UMAT ISLAM KLATEN 2002-2007 A. Gerakan Islam di Surakarta 1905-1972………….……..……
15
B. Munculnya Gerakan-gerakan Islam Pada Masa Reformasi …
22
C. Lahirnya Front Umat Islam Klaten…………………...……...
27
BAB III. ORGANISASI FRONT UMAT ISLAM KLATEN A. Organisasi Front Umat Islam……...…………………………
ix
33
B. Pola Gerakan Sosial dan Keagamaan FUI dalam Menghadapi Permasalahan Kemasyarakatan yang Timbul di Daerah Klaten. 46 1. Front Umat Islam Sebagai Gerakan Sosial Keagamaan…... 46 2. Front Umat Islam Sebagai Gerakan Relawan…………...... 48
BAB IV. PERANAN FRONT UMAT ISLAM TERHADAP MASYARAKAT KLATEN A. Peranan FUI dalam Bidang Kemanusiaan dan Sosial…………
55
B. Peranan FUI dalam Bidang Keagamaan ……………………..
70
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
81
DAFTAR INFORMAN………………………………………………………
84
LAMPIRAN…………………………………………………………………..
85
x
DAFTAR TABEL
A. Tabel
1 : Data Kriminal Indonesia 2005- Mei/2007………………. 30
B. Tabel
2 : Tabel Susunan Pengurus Front Umat Islam……………..
35
C. Tabel
3 : Tabel Majlis Pengendali Front Umat Islam…………......
40
D. Tabel
4 : Tabel Pengalaman kerelawanan FUI……………………
56
E. Tabel
5 : Tabel Korban akibat gempa daerah Klaten……….…….
59
F. Tabel
6 : Tabel Daftar pendistribusian MCK dari UNICEF………
61
G. Tabel
7 : Tabel Daftar penyantunan Korban gempa, Mushola dan Madrasah………………………………………………..
xi
62
DAFTAR ISTILAH
1. Degenerasi
: Kemunduran atau Kemerosotan
2. Depolitisasi
: Penghilangan kegiatan Politik
3. Derivatif
: Berasal dari dasar kata
4. Egosentrisme
: sifat dan kelakuan yang selalu menjadikan diri sendiri sebagai pusat segala hal.
5. Fragmentasi
: Pencuplikan
6. Hujah
: Tanda,bukti
7. Islamofobia
: Perasaan takut terhadap Islam
8. Kejumudan
: Kebekuan, kemandegan
9. Kolegial
: Bersifat sama
10. Nirlaba
: Tidak mencari untung
11. Presidium
: Pimpinan tertinggi
12. Salaf
: Orang terdahulu
13. Stagnasi
: Keadaan terhenti
14. Tajdid
: Pembaharuan
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Foto-foto kegiatan FUI.................................................................
85
Lampiran 2 : Catatan harian Bapak Syafi’i S.Ag.............................................
90
Lampiran 3 : Pamflet kegiatan FUI..................................................................
100
Lampiran 4 : Laporan FUI dalam proyek bantuan MCK dari UNICEF.......... 104 Lampiran 5 : Manajemen program rehabilitasi pasca gempa di klaten............
113
Lampiran 6 : Progress Report aksi tanggap bencana FUI................................ 115
ii xiii
ABSTRAK Luthfi Annadwi Magda. C0505036. 2010. Front Umat Islam dan Peranannya dalam Kegiatan Sosial Keagamaan di Kabupaten Klaten 2002-2007 Skripsi : Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini berusaha untuk melihat tentang munculnya gerakan-gerakan Islam pada masa reformasi dengan studi kasus Front Umat Islam dan peranannya dalam kegiatan sosial keagamaan di Kabupaten Klaten 2002-2007. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan pokok dalam permasalahan yaitu (1) mengenai latar belakang munculnya gerakan Front Umat Islam (FUI), (2) tentang setrategi dan pola gerakan Front Umat Islam. (3) peranan Front Umat Islam terhadap kegiatan kemanusiaan, sosial dan keagamaan di daerah Klaten. Penelitian ini merupakan Penelitian Sejarah, Metode Penelitian yang dipergunakan adalah metode sejarah. Metode sejarah meliputi Heuristik, Kritik Sumber: Ekstern dan Intern, Interpretasi dan Historiografi. Analisa data digunakan dalam penelitian adalah analisa kualitatif deskriptif, yaitu analisa yang didasarkan pada hubungan sebab akibat dari suatu fenomena historis. Analisa data diperoleh dari dokumen/ surat kabar, wawancara dan studi pustaka. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa. Front Umat Islam didirikan pada tanggal 15 November 2002. munculnya FUI didasari oleh kepedulian para generasi muda muslim akan maraknya premanisme di Klaten, memberikan semangat untuk membela saudara-saudaranya yang teraniaya, sehingga mereka membentuk suatu kelompok yang dinamakan Front Umat Islam. FUI merupakan organisasi sosial keagamaan yang tidak berbadan hukum, karena FUI hanya sebuah komunitas bersama dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan ukhuwah Islamiyah. Isu yang dibawa oleh Front Umat Islam adalah Ukhuwah Islamiyah dan Amar ma’ruf nahi munkar. Banyaknya perpecahan yang terjadi di tubuh Islam dan permasalahan-permasalahan yang bertentangan dan dilarang oleh agama Islam membuat risih para pemuda Islam yang berkomitmen tinggi terhadap Islam, mereka menginginkan bersatunya umat Islam dan tegaknya amar ma’ruf nahi munkar. Strategi dan pola gerakan yang dilakukan oleh Front Umat Islam dalam menegakkan Ukhuwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar diantaranya adalah dengan jalan tabligh akbar, kajian rutin, dan dakwah sosial. Dakwah difokuskan pada pembinaan dan pemurnian tauhid. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, FUI mempunyai peranan yang penting dalam hal keagamaan, kemanusiaan dan sosial di Kabupaten Klaten. Ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh FUI baik dalam hal keagamaan maupun sosial, misalnya mengadakan kajian rutin maupun akbar untuk mendidik generasi muslim yang siap untuk ber Ukhuwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya Dinullah, sedangkan di bidang kemanusiaan dan sosial FUI bergerak sebagai relawan kemanusiaan ketika terjadi bencana-bencana di Indonesia hal ini dapat dilihat ketika terjadi tsunami di Aceh, Gunung Merapi, Gempa Jateng-DIY, Banjir Solo dll.
iii xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bermunculannya gerakan-gerakan Islam pasca runtuhnya rezim Orde Baru merupakan dampak nyata yang disebabkan adanya reformasi. Reformasi membuka peluang bagi umat Islam untuk menampakan perjuangannya, bentukbentuk kebangkitan Islam tersebut beraneka ragam. Namun ada tema-tema yang jelas seperti dalam bidang politik, ekonomi dan sosial. Kebangkitan Islam tersebut tampak pada pemahaman tentang sistem politik, ekonomi, dan sosial yang ada telah gagal, ketidak sukaan dengan negara-negara Barat yang senantiasa selalu memojokkan Islam membuat ketidak nyamanan umat Islam. Keyakinan bahwa Islam memberikan ideologi yang memadai bagi negara dan masyarakat, suatu alternatif yang sah untuk menggantikan nasionalisme, sosialisme, dan kapitalis sekuler.1 Menurut
M.
Amien
Rais
dalam
”Cakrawala
Islam”
terdapat
kecenderungan-kecenderungan ideologis terhadap negara-negara mayoritas Islam setelah memperoleh kemerdekaannya, yang dapat digolongkan menjadi empat kelompok. Pertama adalah Tradisionalis Islam, diwakili oleh para ulama konservatif dan pembela status quo. Yang kedua Sekular Nasional, diwakili oleh pegawai-pegawai negeri tingkat tinggi, tokoh-tokoh militer, dan kaum minoritas 1
John.L.Esposito, Ancaman Islam : Mitos atau Realitas ?, ( Bandung, Mizan, 1994 ), halaman 75.
iv
non-muslim yang telah mengalami westernisasi. Ketiga Reformis-radikal-Islam, yang mencerminkan pandangan sementara kelas menengah maupun klas menengah bawah yang juga mengalami sedikit banyak modernisasi. Dan yang terakhir adalah Komunis, yang didukung oleh kebanyakan klas bawah, tetapi pada umumnya kemudian kehilangan daya-tarik di dalam masyarakat muslim.2 Menurut Khursid Ahmad dalam ”The Nature of Islamic Resurgence”, terdapat tiga kelompok pemikir-pemikir Islam kontemporer. Ketiga kelompok itu disebut kaum Modernis, Tradisionalis dan Tajdid. Wilfred Cantwell Smith dalam “ Islam In Modern History” (1957) mendefinisikan kaum Mordernis, sebagai pemikir muslim yang terbaratkan yang mencari dasar-dasar Islam untuk melegitimasi pandangan-pandangan mereka yang asing, atau orang-orang muslim yang terikat dengan tradisi mereka namun berkeinginan mengimpor gagasangagasan Barat tertentu yang mereka benarkan dan merujuk pada Islam terusmenerus. Di kalangan intelektual muslim tertentu, modernisme ini pada akhirnya menjadi sumber sekulerisme. Mereka mengecam taklid, mendukung penggunaan pengetahuan ilmiah dan teknik Barat, dan menempatkan akal sebagai inti pemikiran Islam. Tradisionalis pemikir muslim yang masih terikat dengan tradisi didalamnya termasuk kaum modernis, sekularis dan terbaratkan. Dan yang ketiga adalah kaum Tajdid berarti pembaharuan, usaha memperbaiki semangat Islam yang otentik, kembali ke prinsip-prinsip Islam yang fundamental sebagaimana ditemukan dalam Al Quran dan Sunnah.3
2
Muhammad Amien Rais, Cakrawala Islam,( Bandung : Mizan, 1987 ), halaman 187.
3
Abdul Rashid Moten, Ilmu Politik Islam, ( Bandung : Pustaka, 2001), halaman 30-31.
v
Dari sudut tuntutan Syariat, konsep jama’ah dalam Islam adalah konsekuensi logis. Karakteristik Islam dengan manhajnya yang konfrehensif menghendaki adanya jama’ah Islam yang akan menjaganya dan memelihara eksistensinya dalam realitas. Prinsipnya harus ada jama’ah dengan landasan : Islam sebagai Akidah, Syariat dan Manhaj yang menjadi sumber seluruh konsepsinya.4 Munculnya wajah-wajah jamaah pergerakan Islam di tengah masyarakat kemudian memberikan nuansa baru terhadap masyarakat dalam memahami Islam sebagai bukan hanya sekedar ritual belaka, tetapi Islam secara menyeluruh yakni sebagai ideologi, gaya hidup, negara, hingga masalah keluarga maupun pribadi. Masyarakat menemukan pemahaman baru tentang Islam, dengan kata lain masyarakat mulai tercerahkan bahwa ternyata Islam memiliki dimensi yang begitu luas dan agung, meskipun masih banyak masyarakat yang belum bisa menerima cara pandang baru tersebut karena kebanyakan dari mereka lebih enjoy dengan cara pandang lama. Bagi umat Islam Indonesia, kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) selama ini memang tidak memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk menegakan syariat Islam secara formal. Bahkan pergulatan antara kekuatan Islam, nasionalis dan non-muslim sendiri sudah berlangsung sebelum Republik ini diproklamirkan. Islam menjadi musuh dalam perpolitikan di Indonesia dimulai sejak dihapusnya tujuh kata yang terdapat dalam piagam Jakarta (rancangan Pancasila) pada sila pertama (Dekrit Presiden 5 Juli 1959), hingga runtuhnya 4
Sholah as-Showiy, Jama’atul Muslimin, ( Surakarta : Pustaka Al-Alaq, 1998 ), halaman
11.
vi
pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto dan di gantikan oleh reformasi yang merupakan jaman kebebasan berpendapat. Harapan dari bergulirnya Orde reformasi adalah terciptanya jaminan kebebasan dalam menyuarakan pendapat. Tak terkecuali gerakan Islam baik di sektor politik maupun sosial-masyarakat, semua beramai-ramai menikmati angin segar kebebasan berpendapat yang kemudian iklim ini banyak yang menyebut dengan istilah demokrasi. Sehingga muncullah wajah-wajah gerakan Islam (jamaah) dengan berbagai simbol (atribut) dan paradigma gerakannya. Semuanya lantang meneriakkan semangat penegakkan syariat Islam, khilafah Islam, pemurnian aqidah Islam (anti bid’ah), negara Islam, dan lain-lain. Syariat Islam kini kembali bergema menyertai terbukanya kebebasan bagi masyarakat Islam di Indonesia setelah runtuhnya rezim Orde Baru yang selalu memojokan Umat Islam. Secara setatistik jumlah umat Islam di Indonesia berjumlah 87,6%, jika melihat jumlah Umat Islam yang mayoritas tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa syariat Islam dapat ditegakkan di bumi Indonesia ini. Syariat Islam dapat menjadi solusi bagi rakyat Indonesia yang memimpikan kedamaian dan kemakmuran, syariat Islam juga dapat menjadi alternatif bagi panduan bermasyarakat dan bernegara. Yang sangat disayangkan adalah para pemimpin-pemimpin Islam di Indonesia tidak mempunyai pandangan yang sama mengenai penegakan syariat Islam, hal itu disebabkan karena masalah penafsiran yang berbeda-beda. Reformasi 1998 yang menyebabkan ormas-ormas Islam parpol-parpol Islam banyak berdiri, ini merupakan sebuah kebebasan yang dirasakan setelah
vii
sekian lama pada masa Orde Baru ormas-ormas Islam tersebut dibelenggu oleh pemerintah Orde Baru, hampir semua gerakan Islam tidak memunculkan dirinya karena rezim Orde Baru tidak memberikan ruang bagi gerakan Islam yang sifatnya ideologis, semua gerakan yang beraroma ideologis akan mengalami tekanan luar biasa, ini terbukti dengan bergulirnya paket kebijakan politik UU No.8 tahun 1985 yang mewajibkan asas tunggal Pancasila kepada semua ormas atau parpol yang secara otomatis membungkam secara rapat mulut para aktifis gerakan Islam. Isu tentang syariat Islam menjadi salah satu faktor lahirnya gerakan ini. Disamping problematika umat Islam yang mengalami penindasan di berbagai wilayah baik di dalam maupun di luar negeri. Dari dalam negeri seperti Ambon dan Poso, sedangkan dari luar negeri adalah invasi Amerika Serikat ke Afganistan, Irak dan konflik Palestina-Israel dan lain-lain. Selain itu berdirinya Front Umat Islam juga dilatarbelakangi oleh keprihatinan pada maraknya premanisme dan isu Kristenisasi di Klaten dan sekitarnya. Platfromnya adalah organisasi dakwah yang berkonsentrasi pada dakwah sosial. Front Umat Islam Klaten (FUI) yang dibahas dalam studi ini merupakan satu di antara banyak gerakan Islam yang muncul di Indonesia karena pengaruh reformasi 1998 yang menyebabkan ormas-ormas Islam parpol-parpol Islam banyak berdiri. Organisasi ini merupakan salah satu di antara banyak gerakan Islam di dunia muslim khususnya di Indonesia yang dengan setia berjuang dengan tekad yang kuat demi tegaknya Dinul Islam (agama Islam). Penegakan Syariat Islam dan Amar Ma’ruf, Nahyi Munkar merupakan salah-satu faktor berdirinya
viii
Front Umat Islam. Maraknya premanisme dan isu kristenisasi di daerah Klaten dan sekitarnya karena lemahnya hukum dan pemerintahan, berbagai peristiwa yang menimpa umat muslim di Klaten pada khususnya tidak begitu diperhatikan bahkan sengaja dibiarkan sehingga melukai umat Islam. Hal ini menyebabkan munculnya gerakan yang militan dalam memerangi kedhaliman salahsatu gerakan tersebut adalah Front Umat Islam. Dalam perintah Al Quran, ”Amar Ma’ruf, Nahyi Munkar”, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, memerlukan partisipasi semua anggota masyarakat. Mengajak kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran berlaku pada masyarakat dan pemerintah, termasuk dalam urusan-urusan pemerintahan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Dalam kegiatan dakwahnya Front Umat Islam Klaten lebih condong kepada dakwah sosial dengan cara membantu masyarakat yang sedang membutuhkan bantuan, sembari membantu mereka juga memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang Islam. Dalam kegiatan sosialnya Front Umat Islam mengandalkan para anggotanya dan simpatisan yang menjadi relawan. Sebagai contohnya adalah ketika Gunung Merapi bersetatus siaga pada tahun 2006 Front Umat Islam mendirikan Posko untuk para pengungsi dan juga ketika terjadi Gempa Bumi di Jateng-DIY Front Umat Islam menjadi garda terdepan dalam penanganan korban gempa dari menolong korban yang masih hidup sampai pencarian jenazah korban yang meninggal. Mereka juga menjadi penyalur bantuan untuk korban Gempa baik di Klaten dan sekitarnya.
ix
Istilah Front dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah gerakan kesatuan atau gerakan bersama dalam mencapai suatu tujuan politik atau idiologi.5 Organisasi keagamaan merupakan bagian tak terpisahkan dari eksistensi agama itu sendiri. Organisasi keagamaan ini memiliki bentuk dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks dari yang hanya berupa jamaah sholat, perkumpulan pengajian, organisasi masa keagamaan, sampai dalam bentuk yang kompleks seperti negara. 6 Telah menjadi rahasia umum gerakan Islam semenjak awal abad ini tampil dalam polarisasinya yang sangat beragam, yang perkembangannya secara umum terbagi atas dua pola pemikiran serta sosial keagamaan, yaitu antara tradisionalisme dan modernisme.7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apa yang melatarbelakangi munculnya organisasi Front Umat Islam (FUI) di Kabupaten Klaten ?. 2. Bagaimana setrategi dan pola gerakan sosial keagamaan Front Umat Islam (FUI) dalam menghadapi permasalahan-permasalahan kemasyarakatan yang timbul di daerah Klaten tahun 2002-2007?.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, PN Balai Pustaka, 1996. 6
Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), halaman 39. 7
Delier Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942, ( Jakarta : LP3ES, 1985 ), halaman 85.
x
3. Peran apa saja yang dilakukan Front Umat Islam (FUI) dalam bidang kemanusiaan, sosial dan keagamaan di Kabupaten Klaten tahun 2002-2007 ?.
C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Mengetahui latar belakang munculnya Front Umat Islam Klaten. 2. Mengetahui bagaimana strategi dan dakwah Front Umat Islam dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada di Kabupaten Klaten. 3. Mengetahui peranan Front Umat Islam Klaten dalam bidang kemanusiaan, sosial dan keagamaan terhadap kehidupan masyarakat Klaten dan sekitarnya.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu sejarah khususnya pergerakan Islam kontemporer di Indonesia. 2. Penelitian ini mempunyai manfaat yang sangat penting dalam rangka memperkaya khasanah historiografi di Indonesia karena masih banyak peristiwa-peristiwa lokal yang belum diteliti. 3. Untuk memberikan pengertian kepada masyarakat bahwasanya Islam bukan sesuatu yang menakutkan karena ajaran Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (universal).
xi
4. Untuk memberi masukan kepada semua pihak bahwa Islam bukanlah lawan tetapi kawan dalam membangun tatanan kehidupan yang baik.
E. Tinjauan Pustaka Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme hingga Post-Modernism, dalam buku ini dijelaskan tentang pergolakan politik di berbagai tempat, dengan corak dan pola yang beraneka ragam. Pergerakan Islam di masa modern banyak disebabkan oleh ekspansi kekuatan militer, politik, intelektual dan kultural Barat. Hal ini menyebabkan respon yang lazim disebut sebagai ”pembaharuan” di kalangan kaum muslimin. Pembaharuan ini tampil dalam berbagai dhikotomi modernis tevivalis, kaum muda-kaum tua, dan moderat/akomodasionis fundamentalis. Dikotomi dan pembelaan semacam ini jelas bukan sekadar tipologi, akan tetapi lebih jauh lagi berakar pada posisi masing-masing dalam menghadapi ketegangan teologis.8 Delier Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Dalam buku ini dijelaskan tentang perkembangan pergerakan Islam di Indonesia, dan asal mula munculnya pergerakan Islam di Indonesia. perkembangan pergerakan Islam di Indonesia secara umum terbagi atas dua pola pemikiran serta sosial keagamaan, yaitu antara tradisionalisme dan modernisme.9 Munculnya organisasi modern seperti Muhammadiyah dan NU merupakan wujud pergolakan pemikiran tentang
8
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme hingga Post-Modernism, ( Jakarta :Paramadina, 1996 ). 9
Delier Noer, op. cit.
xii
nilai-nilai keagamaan dengan realitas politik waktu itu. Buku ini memberikan landasan yang kuat mengenai dinamika pergerakan Islam di Indonesia. Kuntowijoyo, Paradigma Islam : Interpretasi Untuk Aksi. dalam buku ini dijelaskan tentang dinamika gerakan umat Islam di Indonesia dengan merunut pada sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Sehingga dapat mempengaruhi perkembangan
pergerakan Islam saat ini. Secara kronologis dapat diamati
kecenderungan gerakan Umat Islam yang terlepas dari ”mainstream” organisasi yang
telah
ada.
Munculnya
Islam
jama’ah
serta
faktor-faktor
yang
melatarbelakanginya juga disinggung dalam buku ini.10 Sholah AS-Showiy, Jama’atul Muslimin Tinjauan salaf dalam realitas Masa Kini. Buku ini menjelaskan bahwa pentingnya jama’ah bagi kaum muslimin dalam menegakkan Islam, Umar bin Khotthob r.a berkata, ”Sesungguhnya tak akan tegak Islam kecuali dengan Jama’ah, tak akan tegak Jama’ah tanpa kepemimpinan (pemimpin), dan tak akan terwujud kepemimpinan kecuali dengan ketaatan”. Umat Islam akan terpecah belah ketika meninggalkan Jama’ah. Dalam buku ini juga menerangkan pula beberapa kaidah pembentukan jama’ah menurut Rasulullah SAW.11 Fachri Ali dan Bachtiar Efendi, Merambah Jalan Baru Islam, Rekonstruksi, Pemikiran Islam Masa Orde Baru. Dalam buku ini menampilkan analisis sosial historis perkembangan pemikiran Islam di Indonesia sejak masuknya Islam hingga perkembangan mutakhirnya berikut ketegangannya, 10
Kuntowijoyo, Paradigma Islam. Interpretasi Untuk Aksi, ( Bandung : Mizan, 1999 ).
11
Sholah as-Showiy, Jama’atul Muslimin Tinjauan salaf dalam realitas Masa Kini, ( Jakarta : Pustaka Al Alaq, 1998 ).
xiii
konflik dan dinamika yang mengiringinya sehingga kita lebih mengenal sosok pemikiran Islam yang berada di sekitar kehidupan kita selama ini lebih jernih dan kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kita.12
F. Metode Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mencapai penulisan sejarah, maka usaha untuk merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti itu melalui metode sejarah. Menurut Nugroho Notosusanto adalah kumpulan prinsip-prinsip atau aturan sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha mengumpulkan bahan-bahan penulisan sejarah, menilai secara kritis dan menyajikan sintesa dalam bentuk tulisan.13 Mengingat penelitian adalah sejarah, maka prosedur penelitian menggunakan tahapan-tahapan dalam metode sejarah, sebagai berikut : 1. Heuristik, yaitu kegiatan mencari bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan bahan penelitian. Menurut Nugroho Notosusanto, heuristik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau yang merupakan peristiwa sejarah dengan cara melakukan pengumpulan bahan-bahan tertulis, tercetak dan sumbersumber lainnya yang relevan. Di sini pencarian data dilakukan dengan cara mencari arsip dan majalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
12
Fachri Ali dan Bachtiar Efendi, Merambah Jalan Baru Islam, Rekonstruksi, Pemikiran Islam Masa Orde Baru, ( Bandung : Mizan, 1989 ). 13
Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah : Suatu Pengalaman, (Jakarta: Yayasan Indayu, 1978), halaman 56.
xiv
Dalam tahap ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut : a. Studi Dokumenter Stusi Dokumenter adalah cara pengumpulan data yang digali dari bahanbahan yang berbentuk dokumen. Dokumen merupakan bahan utama untuk penelitian sejarah sebagian data dan fakta yang tersimpan di dalamnya. Melalui dokumen dapat mengungkapkan pertanyaan apa, kapan, di mana dan mengapa. Dokumen dapat dibedakan menjadi dua macam : verbal yang berbentuk tulisan, sedangkan dalam arti luas selain tertulis juga meliputi foto, rekaman, monumen, artefak, dan peninggalan laiannya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen antara lain surat kabar, foto-foto, rekaman kaset dari ceramah tabligh akbar. b. Wawancara Untuk melengkapi data dan dokumen, maka studi wawancara juga dilakukan. Wawancara adalah percakapan seseorang dengan orang lain, dengan tujuan tertentu yaitu mendapatkan keterngan atau penelitian secara lisan. Metode wawancara ialah cara yang digunakan untuk tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan sumber lisan dari orang yang menjalani peristiwa itu.14 Wawancara dengan informan tersebut bertujuan untuk menggali atau mencari informasi datadata pribadi dan keterangan-keterangan lisan dari subyek yang diwawancarai dengan percakapan lisan dan bertatap muka. Informan dalam penelitian ini adalah : 14
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007), halaman
102-106.
xv
1. Ketua Umum FUI beliau merupakan salah satu pendiri FUI yang pertama kali sehingga mengetahui pergerakan FUI dari awal berdirinya sampai sekarang. 2. Wakil Ketua I FUI beliau merupakan kordinator lapangan FUI. 3. Wakil Ketua II FUI beliau adalah Ustad dan yang mengetahui tentang setrategi FUI dalam berdakwah. c. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan digunakan untuk melengkapi penelitian ini. Studi kepustakaan menggunakan buku yang terkait dengan tema gerakan Islam, khususnya di Indonesia. Selain buku, studi pustaka dilengkapi dengan tabloid, majalah serta makalah yang terkait. 2. Kritik Sumber, adalah tahap mencari autentitas sumber melalui kritik intern yang menyangkut isi sumber atau melalui ekstern yang berkaitan dengan topik dan obyek yang diteliti. Kritik ini dimaksudkan untuk menentukan sumbersumber yang dipilih apakah sumber tersebut memiliki keabsahan tentang otentitas dan kredibilitas (kesahihan sumber). Dalam sejarah cara tersebut dilakukan melalui proses kritik sumber. 3. Interpretasi kegiatan memberikan penafsiran terhadap data sejarah yang telah diteliti hasilnya. Hal tersebut dilakukan karena data yang diperoleh harus dipilahkan antara sumber yang relevan dan yang tidak relevan. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengklasifikasikan data ke dalam pola, kategori dan satuan urutan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang terdapat dalam data. Penelitian ini adalah
xvi
penelitian yang bersifat kualitatif. Dalam penelitian ini setelah dilakukan kegiatan pengumpulan data, peneliti melakukan analisis data dan membandingkan data satu dengan yang lain sesuai dengan data yang diinginkan sehingga diperoleh faktafakta sejarah. Fakta-fakta itu kemudian diseleksi, diklarifikasi dan ditafsirkan, baru kemudian merangkai fakta-fakta tersebut untuk dijadikan bahan penulisan penelitian yang utuh dalam sebuah karya ilmiah. 4. Historiografi, ialah tahap akhir dalam penulisan sejarah. Historiografi merupakan kegiatan menyampaikan hasil sintesa fakta-fakta yang diperoleh dalam bentuk kisah sejarah. Dalam tahap ini peneliti merangkai fakta-fakta sejarah menjadi sebuah kisah sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya.
G. Sistematika Penulisan Dalam upaya memudahkan penulisan penelitian ini agar mudah dipahami oleh para pembaca, maka akan dibagi menjadi beberapa bab. Dalam setiap bab memuat sub bab yang masih umum sifatnya, yang mana antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut : Bab I Pada bab ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. Bab II Pada bab ini akan dipaparkan pergerakan Islam di Surakarta, latar belakang berdirinya Front Umat Islam dan perkembangan pergerakan Islam pada masa reformasi.
xvii
Bab III Pada bab ini akan dipaparkan tentang struktur keorganisasian dan setrategi pola gerakan keagamaan dan sosial Front Umat Islam dalam menghadapi permasalahan-permasalahan kemasyarakatan yang timbul di daerah Klaten tahun 2002-2007 Bab IV Pada bab ini diuraikan analisa dan pembahasan mengenai peran apa saja yang dilakukan Front Umat Islam dalam bidang kemanusiaan, sosial dan keagamaan di Kabupaten Klaten tahun 2002-2007 Bab V dalam bab ini berisi mengenai kesimpulan.
xviii
BAB II LATAR BELAKANG LAHIRNYA FRONT UMAT ISLAM KLATEN TAHUN 2002-2007
A. Gerakan Islam di Surakarta tahun 1905 - 1972 Agama Islam merupakan agama yang terbuka untuk siapa saja dan agama yang menerima pemeluk dari golongan dan lapisan sosial masyarakat apapun tanpa dibedakan ras maupun golongannya. Ajarannya cukup sederhana dan mudah untuk difahami. Dalam agama Islam tidak pernah ada tempat bagi keberhalaan dan keyakinan tidak rasional. Islam mengajarkan para pemeluknya agar mau mempergunakan akal, serta mendorong pemakaian intelek. Islam bukan agama dalam pengertian biasa, yang membatasi masalahnya hanya pada hal-hal pribadi saja. Tetapi merupakan pandangan hidup yang lengkap, yang melingkupi seluruh aspek kehidupan, baik pribadi dan sosial, materi dan moral, ekonomi dan politik, legal dan cultural, serta nasional dan internasional. Kehidupan manusia dengan komunitas-komunitas kelompok masyarakat yang ada dan lingkungan kehidupan mereka akan mengalami perubahan secara terus menerus. Perubahan ini menurut ajaran Islam sering disebut sebagai sunatullah15 sesuatu yang merupakan realitas sosial dan pasti dialami dalam kehidupan. Dengan demikian Islam yang diyakini sebagai trensenden dan bersifat universal, pada tingkat realitas sosial tidak dapat menghindarkan diri dari 15
Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam. ( Jakarta : Paramadina, 1996 ) halaman
76.
xix
kenyataan kehidupan yaitu perubahan. Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa Islam yang telah diyakini kebenarannya telah membantu para pemeluknya memahami realitas kehidupan dan terwujud dalam pola pandangan hidup yang Islami sehingga Islam dalam realitas sosial dapat sebagai subyek yang memberikan perubahan dalam dinamika kehidupan. Namun seberapa jauh peran tersebut tergantung pada kekuatan dan kemampuan yang dikembangkan oleh penganutnya, Umat Islam itu sendiri. Kemunduran peradaban Islam, akibat penjajahan oleh negara-negara Barat, dan persinggungan Islam dengan Barat telah banyak menggoyahkan rasa percayadiri kaum muslimin. Melihat kemunduran yang dialami kaum muslimin melahirkan berbagai analisis untuk menanggulangi kemunduran itu. Lahirlah tokoh-tokoh Islam dengan berbagai analisis dan pemikiran-pemikirannya, menghiasi khasanah dunia pergerakan dan pemikiran Islam. Perlu ditekankan bahwa gerakan Islam adalah sebagai pencarian bentuk kehidupan muslim yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Gerakan ini meyakini kemunduran yang dialami umat Islam karena meninggalkan ajaran Rasulullah. Hal ini sejalan dengan analisa Akbar S. Ahmed yang mengatakan, bahwa sambutan yang luas terhadap gerakan-gerakan ini, sesungguhnya disebabkan oleh, antara lain : faktor perlawanan terhadap Barat yang hegemonik, dan terlalu dalam ikut campur di negara-negara Islam, seperti yang terjadi di Irak, Libya, Afganistan, Bosnia, dan Palestina. Umat Islam sudah lama diperlakukan tidak adil oleh Barat secara politik, ekonomi dan budaya, sehingga mereka harus mendeklarasikan perlawanannya terhadap Barat. Dominasi Barat terhadap negara-
xx
negara Islam tidak dalam kapasitasnya yang saling bekerja sama, tetapi malah memojokkan dan memusuhi. Pada gilirannya ketidak adilan Barat dilawan dengan aksi-aksi kekerasan, seperti yang terjadi di Irak, Afganistan, Palestina dan Libya. Secara intelektual kaum muslim sangat lemah, oleh karena itu mereka tidak mampu melakukan dialog yang seimbang dengan Barat. Impotensi intelektual ini secara langsung atau tidak disebabkan juga oleh hubungan kekuasaan yang senjang antara Barat dan Dunia Islam. Kesenjangan ini berdampak buruk negatif terhadap perkembangan atau pertumbuhan intelektual masyarakat Islam. Pada giliranya masyarakat Islam hanya menjadi konsumenkonsumen ideologi Barat, dan tidak dapat melihat lagi perbendaharaan Islam sendiri yang kaya-raya.16 Di masa sekarang ini nampaknya kaum muslim mulai merasakan mutlak perlunya untuk kembali kepada identitas dan khasanah Islam sendiri, setelah terbukti bahwa imitasi atas segala yang bercorak Barat, termasuk konsep kenegaraan dan sistem sosial, tidak memberikan kebahagiaan kepada mereka baik lahir maupun batin. Para pemimpin dan cendekiawan muslim kian menyadari bahwa Islam sebagai agama wahyu Allah, sesungguhnya sangatlah tepat dijadikan referensi atau bahan rujukan besar, yang tidak habis-habisnya ditimba bagi pembinaan kehidupan manusia yang lebih damai, adil, tenteram dan sejahtera. Dengan demikian tidak berlebihan jika kita katakan bahwa dewasa ini kaum muslimin sedang memasuki revolusi tahap ketiga, yaitu revolusi mental dan intelektual, untuk menemukan kembali ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh.
16
Muhammad Amien Rais, Cakrawala Islam, ( Bandung : Mizan, 1987 ), halaman 36.
xxi
Setelah berakhirnya sistem kekhalifahan tahun 1924, dunia Islam mulai ramai membicarakan konsep negara Islam. Selama masa penjajahan Barat atas dunia Islam, kaum muslimin tidak sempat dan juga tidak mampu berpikir tentang ajaran agama mereka secara jelas, komprehensif dan tuntas mengenai pelbagai masalah. Untuk kurun yang cukup lama kaum muslimin secara sengaja dipisahkan dari ajaran-ajaran Islam oleh penjajah Barat, dan dalam proses alienasi masyarakat Islam dari agamanya itu, kolonialisme dan imperialisme Barat melakukan proses peracunan-Barat (westoxication) atas dunia Islam. Sebagai masyarakat Islam kemudian dihinggapi penyakit yang oleh Abul Hassan Bani Sadr disebut westomania, sejenis penyakit kejiwaan yang menganggap Barat adalah segalagalanya.17 Muncullah berbagai kelompok Islam yang ingin menegakkan agamanya, baik organisasi lokal maupun nasional. Surakarta merupakan salah-satu kota di Indonesia yang menjadi pusat munculnya organisasi-organisasi Islam di Indonesia, misalnya munculnya Serikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh pengusaha batik Solo, pada tahun 1905 Haji Samanhoedi (1868-1956) mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) di Surakarta. Umat Islam memberikan respon besar terhadap organisasi yang menjadi simbol persatuan umat melawan hegemoni penjajah ini. Dalam waktu singkat SDI telah mempunyai cabang di berbagai pelosok Indonesia. Pada tahun 1912, organisasi ini mengubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI) yang dalam waktu tujuh tahun kemudian telah mampu menghimpun dua
17
Ibid, halaman 36.
xxii
setengah juta anggota.18 Pada saat kepemimpinan HOS Tjokroaminoto perkembangan SI amat pesat, sambutan umat yang luar biasa telah membuat gentar Gubernur Jenderal Belanda AWF Idenburg. Karena itu, ia berusaha memecah SI menjadi perkumpulan kecil, dengan hanya memberikan pengakuan pada cabang-cabangnya yang mempunyai anggaran dasar sendiri dan tidak memiliki kaitan dengan pusat. Namun, siasat Idenburg ini gagal.19 Selama masamasa awal kemunculannya, SI selalu mengedepankan semangat nasionalisme Islam Jawa untuk menggalang dukungan dari kalangan rakyat. Maka wajar kemudian SI sering terlibat dalam gerakan protes, baik pada pemerintahan kolonial maupun pada pihak keraton Surakarta Hadiningrat. Setelah kantor pusat SI pindah ke Surabaya, SI Solo lebih cenderung pada gerakan Islam Marxis yang dibawa oleh Haji Misbah. Gerakannya tetap menyuarakan pembelaan pada kaum tertindas. Pada waktu digantinya nama SDI menjadi SI tahun 1912 pada tahun itu juga muncul sebuah organisasi Islam di Yogyakarta yang dinamakan Muhammadiyah. Muhammadiyah didirikan K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Yogyakarta, pada saat itu juga di Solo Muhammadiyah berkembang dengan pesat. Sedangkan Muhammadiyah Klaten berdiri pada tahun 1920, yang dirintis Kyai Ibrahim seorang ulama dari Solo. Di awal berdirinya Muhammadiyah masih berbentuk cabang, yakni cabang Klaten Kota, dengan sekretariat di rumah Bapak 18
Turnan Kahin, George Mc, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. ( University Press, Pustaka Sinar Harapan,1995 ), halaman 85. 19
Anwar Haryono, Perjalanan Politik Bangsa: Menoleh ke Belakang Menatap Masa Depan, ( Jakarta : Gema Insani Press ), halaman. 20.
xxiii
H. Sierad. Muhammadiyah mempunyai peranan yang penting dalam masyarakat, Muhammadiyah memiliki dominasi yang kuat di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Sekolahan Muhammadiyah di Surakarta mulai dari TK, MI/SD, SMP/MTS, MA/ SMA/SMK sampai perguruan tinggi ada. Bahkan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) merupakan perguruan tinggi swasta paling besar di Surakarta. Di bidang kesehatan Muhammadiyah memiliki PKU Muhammadiyah yang merupakan rumah sakit besar, Muhammadiyah juga memiliki klinik-klinik kesehatan yang tersebar di berbagai tempat di Surakarta. Demikian juga dengan jaringan ekonomi Muhammadiyah sangat bagus dan terbukti telah mampu memberi konstribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan anggotanya. Dan dari perkembangannya Muhammadiyah telah berkembang dan berpengaruh di negara-negara Jiran seperti Malaysia dan Singapura. Kemudian organisasi Islam yang berdiri setelah Muhammadiyah adalah Nahdlatul Ulama (NU).
Sejak didirikannya NU pada tahun 1926 oleh K.H. Hasyim Ashari, NU sebagai organisasi sosial-keagamaan, NU memiliki dua aspek penting, yakni aspek doktrin dan aspek tradisi.20 Dua aspek di dalam NU tersebut berjalan sebagaimana doktrin Islam, dan tradisi umumnya masyarakat muslim. NU lebih dominan pada adat, tradisi dan kemasyarakatannya. Hal ini didukung oleh paham
20
Zaki Badawi, A Dictionary of The Social Scienses; English, French,Arabic”, ( Beirut: Librairie du Liban, 1993 ). halaman 56.
xxiv
keagamaan NU yang fleksibel dan mampu berakulturasi dengan budaya Jawa khusunya Surakarta.
Munculnya ormas-ormas Islam seperti Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama (NU), merupakan contoh yang nyata. Masa-masa ini sering disebut sebagai masa munculnya Islam modern.21 Interaksi umat Islam Indonesia dengan wacana keagamaan dan dinamikanya tidak mungkin dipisahkan dengan dinamika di luar negeri khususnya Timur Tengah. Karena bagaimanapun organisasi Islam yang telah mapan seperti Nahdhlatul Ulama maupun Muhammadiyah pun terinspirasi dan bisa dikatakan mengadopsi perkembangan wacana keagamaan yang berkembang di sana. Dalam tubuh Nahdhlatul Ulama sendiri pengaruh gerakangerakan tarekat yang mengadopsi dari luar negeri seperti Naqsabandiyah dan Tijaniyah yang berpusat dan berkembang di Syiria dan Mesir cukup signifikan, begitu pula pergerakan Islam Al-Haramain dengan tokohnya Syaikh Muhammad Maliki yang berkembang di Nejd menjadi rujukan utama para ulama di Nahdhliyin. Sedangkan Muhammadiyah pada awal-awal berdirinya tidak terlepas mengadopsi ide-ide pembaharuan Islam moderat yang dipelopori Syaikh Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Abdul Wahab, hingga Jamaludin Al-Afghani ataupun Muhammad Iqbal. Dari perbedaan pemahaman tersebut membuat NU dan Muhammadiyah mengalami konflik yang berkepanjangan.
21
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, ( Jakarta : LP3ES, 1985 ), halaman 110.
xxv
Di tahun 1935 kota Solo digunakan sebagai tempat muktamar NU (Nahdlatul Ulama) ke-10 yang sekaligus menandai gesekan konflik baru antara Muhammadiyah dengan NU yang lebih sinkretis.22 Konflik antara organisasiorganisasi Islam tersebut membuat risih masyarakat muslim yang mendambakan persatuan umat, sehingga muncullah organisasi-organisasi yang bertujuan untuk menyatukan umat muslim. Sebagai contohnya adalah MTA yang berdiri pada tahun 1972.
Majelis Tafsir Al-Quran adalah lembaga dakwah dalam bentuk yayasan yang didirikan oleh Ustadz Abdullah Tufail Saputra pada tanggal 19 September 1972. Sebagai seorang pedagang Ustadz Abdullah Tufail Saputra pernah berkeliling ke berbagai wilayah Indonesia. Ia melihat bahwa amalan umat Islam dimana-mana jauh dari tuntunan Islam. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak bisa bersatu. Ia telah menempuh berbagai cara untuk menyatukan kelompokkelompok Islam namun tidak mendapat tanggapan yang positif dari para tokoh dikalangan umat Islam. Akhirnya beliau memutuskan untuk mendirikan lembaga dakwah yang bertujuan mengajak umat Islam kembali kepada Al Qur'an dan As Sunnah yang kemudian diberi nama Yayasan Majlis Tafsir Al Qur'an (MTA). Sekarang MTA (Majelis Tafsir Al-Quran) dipimpin oleh H. Ahmad Sukina, di 22
Robby Sugara, Islam Radikal di Solo dari Kelompok Muslim Modernis, (www.syirah.com) di akses 27 April 2010. halaman 1.
xxvi
Surakarta mempunyai peranan pada bidang penerbitan dan dakwah lewat radio MTA.23
Pasca kemerdekaan gerakan Islam di Solo lebih terpengaruh pada kondisi dan isu nasional. Hal ini berlangsung sampai pada tahun 1998 ketika terjadi momentum reformasi. Gerakan Islam di Solo terbagi menjadi dua bagian besar. Pertama yang moderat dan kedua yang radikal. Yang moderat diwakili oleh NU, MTA dan Muhammadiyah sedangkan yang radikal diwakili MMI (Majelis Mujahidin Indonesia), HTI (HisbutTahrir Indonesia), FPIS (Front Pemuda Islam Surakarata), LUIS (Laskar Umat Islam Surakarta) dan FKAM (Forum Komunikasi Aktifis Masjid).24
B. Munculnya Gerakan-gerakan Islam Pada Masa Reformasi. Krisis moneter pada bulan Juli 1997, yang sebelumnya telah melanda beberapa daerah Asia, mulai menyentuh Indonesia. Hal itu terlihat dari turunnya secara drastis nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika menyentuh angka psikologis Rp 6.200,00 setiap Dolarnya, kemudian nilai tukar Rupiah terus melorot. Terjadinya krisis moneter itu sangat berlawanan dengan prediksi-prediksi pemerintah dan beberapa pengamat sebelumnya yang mengatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat, dan siap memasuki Era Pasar Bebas. Rakyat dikagetkan oleh melambungnya harga-harga bahan makanan pokok yang
23
Ibid. halaman 2.
24
Ibid. halaman 1.
xxvii
melambung tinggi, kemiskinanpun mulai menyertai kehidupan masyarakat Indonesia. Dari krisis moneter berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis multi dimensi, yang akhirnya menjadi krisis kepercayaan. Terjadi pelarian modal ke luar negeri, dan lahirlah krisis perbankan. Terjadi pula Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dimana-mana. Demonstrasi-demonstrasi terjadi dimana-mana yang disertai dengan anarkisme. Puncaknya terjadi 14 Mei 1998 massa melampiaskan kemarahannya, sehingga terjadi pembakaran-pembakaran dan anarkisme massa yang banyak memakan korban, tidak hanya harta benda saja akan tetapi nyawa manusia juga menjadi korbannya. Akhirnya krisis politik pun tidak dapat dicegah tuntutan dan desakan agar Soeharto mundur menjadi tidak terbendung lagi. M. Amien Rais salah seorang tokoh reformasi, dalam pertemuannya dengan komisi II DPR 18 Mei 1998 menyatakan, “Hari-hari pemerintah Orde Baru sudah bisa dihitung. Bukan lagi a matter of months (hitungan bulan). Jangan terlambat lagi karena setelah tanggal 20 Mei, saya khawatir the whole political landscape has changed dramatically and completely (seluruh peta perpolitikan berubah sepenuhnya secara dramatis)”.25 Setelah pertemuan Amien Rais dengan komisi II DPR, sore harinya gedung DPR/MPR didatangi ribuan Mahasiswa, suasana di gedung rakyat itu diliputi ketegangan. Mahasiswa menuntut sidang istimewa MPR, dan Presiden Soeharto mundur. Akhirnya pada hari kamis, 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB di Istana Merdeka Presiden Soeharto mengucapkan pidato pengunduran dirinya. Berikut cuplikan pidato Presiden. 25
A.M. Fatwa, Dari Cipinang Ke Senayan, ( Jakarta : INTRANS, 2003 ), halaman 63.
xxviii
“………dengan memperhatikan ketentuan pasal 8 UUD 1945 dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandangan-pandangan DPR dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya membacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998………sesuai dengan pasal 8 UUD 1945, maka Wakil Presiden RI, Prof. Dr. Ir. B.J. Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden/mandataris MPR 1998-2003”.26
Mundurnya Presiden Soeharto dan naiknya Wakil Presiden B.J Habibie menjadi Presiden, menandai lahirnya Era reformasi. Euphoria politik menyambut reformasi sangat terasa dengan cepatnya proses pertumbuhan partai politik. Dalam kurun waktu kurang dari sepuluh bulan (akhir Mei 1998 hingga awal Februari 1999), jumlah partai politik yang berdiri mencapai 181 buah. Artinya dalam masa itu setiap bulan berdiri sekitar 18 partai baru, atau setiap pekan berdiri 4-5 partai baru.27
Disamping
itu
banyak
terjadi
demontrasi-demontrasi
massa
menyampaikan aspirasi mereka secara bebas, dibebaskanya tahanan-tahanan politik masa Orde Baru, berkembangnya kebebasan Pers. Reformasi adalah istilah untuk pembangunan masyarakat yang banyak digunakan di negara-negara Amerika Latin. Dalam bahasa Inggrisnya disebut social reform. Reformasi sosial atau pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk peningkatan taraf hidup masyarakat tentunya harus berdasarkan dalil-dalil pembangunan pula.
Euphoria reformasi ternyata tidak hanya membawa kepada hal yang positif saja akan tetapi dampak-dampak negatif mulai terlihat yang mengarah pada tindakan-tindakan pengrusakan seperti yang terjadi saat awal reformasi 1998, 26
Ibid, halaman 71.
27
Eef Saefullah Fatah, Zaman Kesempatan : Agenda-agenda Besar Demokratisasi Pasca Orde Baru, ( Bandung : Mizan, 2000 ), halaman 248.
xxix
kerusuhan dan pengrusakan terjadi dimana-mana dan juga ketika pasca pemilu 1999 ketika Megawati menang tapi tidak menjadi presiden dalam pemilihan presiden sehingga masa Mega mengamuk. Atasnama kebebasan dan reformasi beberapa kelompok masyarakat menggunakannya untuk hal yang tidak perlu. Sementara itu pada tingkat territorial terjadi semangat disintegrasi atau usaha untuk melepaskan diri dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Setelah lepasnya daerah Timor-timor dan memerdekakan diri dari NKRI Pada 30 Agustus 1999, dalam sebuah referendum yang diadakan PBB, sebagian besar rakyat Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia. Pada 20 Mei 2002, Timor Timur diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste, pada masa Habibie, maka beberapa daerah lainnya juga ingin melepaskan diri dari NKRI. Daerah itu adalah Aceh dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka), Irian dengan OPM (Organisasi Papua Merdeka), dan Maluku dengan RMS (Rakyat Maluku Selatan) menginginkan hal yang sama untuk memisahkan diri dari NKRI. Tidak siapnya rakyat dan pemerintahan Indonesia dalam menerima reformasi yang dibarengi dengan krisis, yang mengakibatkan harga-harga bahan pokok melambung tinggi hal itu menyebabkan kemiskinan meningkat tajam tindak kriminalpun secara otomatis juga meningkat karena pengaruh ekonomi. Indonesia merupakan salah satu negara muslim terbesar di dunia, jika tingkat kriminalitas tinggi secara otomatis yang terkena dampak dari kriminalitas itu adalah masyarakat muslim, oleh karena itu mereka membuat kelompok-kelompok yang membela masyarakat muslim.
xxx
Reformasi merupakan perubahan atau perombakan sistem nilai dan tatanan lama yang dianggap keliru. Eef Saefullah Fatah mencatat bahwa reformasi kemudian juga menimbulkan beberapa sisi-sisi negatif sebagaimana digambarkan di atas.28 Hal itu terjadi karena system politik Orde Baru tidak sanggup untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul. Akibatnya, pada masa reformasi terdapat banyak permasalahan-permasalahan bawaan Orde Baru.
Proses
reformasi terjadi secara mendadak sehingga tidak ada kesiapan yang cukup bagi para pelaku politik dan pemerintah untuk membangun saling percaya dan membangun kesiapan untuk kompromi-kompromi politik. Ketidak siapan terhadap kebebasan yang didapatkan secara tiba-tiba ini memunculkan berbagai respon dari masyarakat. Masyarakat seolah mendapatkan kebebasan untuk melakukan segalanya atasnama reformasi. Bahkan untuk tindakan yang maksud dan tujuannya jelas-jelas bertentangan dengan semangat reformasi itu sendiri. Dalam konteks seperti itulah kemudian bermunculan partai-partai politik baru. Hal itu dimulai dari diangkatnya B.J. Habibie menggantikan Soeharto menjadi Presiden RI pada tanggal 21 Mei 1998 mengumumkan akan melaksanakan pemilu secepatnya sehingga para politikus yang mempunyai aspirasinya sendiri dan ingin mendirikan partai berlomba-lomba untuk mendirikan partai. Bahkan ketika saat peralihan kekuasaan itu pun sudah dimanfaatkan untuk mendirikan partai. Bahkan ada juga partai politik yang didirikan sehari sebelum kejatuhan Soeharto.
28
Ibid., halaman 249.
xxxi
Reformasi memberikan angin segar bagi partai-partai politik dalam berideologi. Ketika zaman Orde Baru mereka diharuskan menggunakan Pancasila sebagai Ideologi satu-satunya, akan tetapi ketika Orde Baru tumbang dan digantikan dengan reformasi banyak partai-partai politik yang berasaskan lain. Salah satu asas yang digunakan oleh partai-partai ini adalah asas Islam. Disamping itu juga semakin banyak organisasi-organisasi keagamaan atau kemasyarakatan yang lahir dan tumbuh pesat pada masa reformasi 1998. Yang sebelum reformasi partai politik dan organisasi-organisasi masa selalu diawasi dan dikontrol oleh pemerintahan Orde Baru. Bagi umat Islam ini merupakan peluang besar untuk menunjukan aspirasinya, hal ini terbukti dengan runtuhnya Orde Baru dan digantikan reformasi banyak ormas-ormas Islam baik lokal maupun nasional yang lahir dan berkembang semakin besar seperti MTA, HTI, FKAM, FPIS, FPI, MMI, FUI, Laskar Jihad. Selain itu semakin terbukanya peranan umat Islam untuk mengaktualisasikan potensi umat baik dalam bidang ekonomi, seni, budaya, pers dan pendidikan.
C. Lahirnya Front Umat Islam Klaten
Gerakan-gerakan Islam yang muncul setelah tumbangnya Orde Baru adalah pengaruh dari adanya gerakan reformasi, dimana gerakan ini bertujuan memberikan kebebasan kepada semua orang untuk menyuarakan pendapatnya. Dampak reformasi juga dirasakan di daerah-daerah, yang akhirnya berdampak
xxxii
positif maupun negatif dalam segi kehidupan. Dampak positifnya adalah kebebasan para aktivis lokal untuk menunjukkan eksistensinya dalam kancah politik dan munculnya organisasi-organisasi seperti Laskar Jihad, Majelis Mujahidin, Front Pembela Islam dan berbagai kelaskaran yang tumbuh di berbagai kota, organisasi-organisasi ini sering disebut ”Gerakan Islam Baru” (New Islamic Movement) ini dapat dilacak asal muasal pemikirannya dari berbagai organisasi gerakan Islam di Timur Tengah.29 Hal ini tidak terlepas dari arus umum yang berkembang hampir di seluruh dunia muslim. Samuel P. Huntington mencatat, bahwa kebangkitan Islam memiliki pengaruh terhadap setiap umat Islam di berbagai negara dan terhadap aspek-aspek kehidupan sosial-politik umat Islam di sebagian besar negara muslim.30
Dampak negatifnya adalah meningkatnya angka kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan penduduk miskin di Indonesia dari 34,5 juta pada tahun 1996 menjadi 37,5 juta orang pada tahun 1999. hal itu disebabkan karena menjelang reformasi terjadi krisis moneter yang berdampak pada pemerintahan, terjadilah krisis-krisis yang lain yang membuat harga bahan pokok melambung, banyak pemutusan kerja, terdapat 1,214 miliar orang miskin pada tahun 1997 saja (20% dari penduduk dunia), 1,6 miliar jiwa (25%) penduduk dunia lainnya hidup hanya dengan 1-2 dolar AS perhari. Kesenjangan pendapatan antara 1/5 penduduk dunia di negara-negara kaya dengan 1/5 penduduk di negara29
M. Imadudin Rahmat, Arus Baru Islam Radikal, ( Jakarta : Erlangga, 2005 ), halaman
57. 30
Samuel P. Huntington, Benturan Antar Perdaban dan Masa Depan Politik Dunia, ( Yogyakarta : Qalam, 2000 ), halalaman 57.
xxxiii
negara termiskin pada tahun 1998 adalah 78:1. Aset 3 orang terkaya di dunia lebih besar dari pada gabungan GNP 48 negara terbelakang. Seperlima orang terkaya di dunia mengkonsumsi 86% semua barang dan jasa, sementara 1/5 orang termiskin di dunia hanya mengkonsumsi kurang dari 1% saja.31
Akhir tahun 1998, kira-kira 1 miliar pekerja (1/3 dari tenaga kerja dunia) menjadi pengangguran atau setengah pengangguran.32 Di Indonesia, menurut Center for Labor and Development Studies (CLDS), diperkirakan total pengangguran 42 juta pada 2002, dan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi sekitar 3%, jumlah yang menganggur 43,6 juta pada 2003, dan 45,2 juta pada 2004.33 Hal itu mengakibatkan maraknya tindak kriminal yang terjadi, ketidaktegasan aparat hukum juga merupakan salah satu faktor penyebab maraknya kriminalitas. Angka kriminalitas meningkat pesat hampir di seluruh wilayah negeri. Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya, misalnya, mencatat hampir 24 ribu kasus kejahatan sepanjang tahun 2000. Kemudian, pada tahun 2001, jumlah kejahatan melesat sampai 40 ribu kasus, yang berarti ada lonjakan sampai 70 persen.34 Kriminalitas merupakan tindakan yang melanggar normanorma agama dan hukum negara, sehingga umat beragama khususnya umat Islam resah akan hal itu. Atas dasar itulah mereka membuat kelompok yang dapat
31
The United Nations Human Development Report, 1999.
32
World Employment Report 1998-1999, International Labor Organization.
33
Republika. 13 Mei 2002.
34
Tempo Online, Sebuah Indonesia yang Sakit, 14 Oktober 2002.
xxxiv
menyatukan mereka dan membela harga diri mereka dalam hal ini ingin
No
Jenis Kejahatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
CURAT CURAS CURANMOR ANIAYA BERAT PEMBUNUHAN PEMERASAN PERKOSAAN NARKOBA PERJUDIAN PENGRUSAKAN RUSUH MASAL PENCULIKAN PENIPUAN JUMLAH
2005 JTP 34.270 7.671 45.316 13.368 1.102 3.749 1.754 3.379 11.329 4.522 147 256 19.05 128.768
2006
PTP 15.180 2.714 2.637 8.089 859 1.843 1.227 3.445 11.141 2.099 95 125 8.314 57.768
JTP 43.135 9.951 30.615 17.808 1.299 4.816 2.099 9.254 10.258 5.272 273 412 20.207 155.399
PTP 20.678 4.091 3.642 10.750 1.080 2.266 1.419 8.647 10.274 2.591 69 206 6.446 72.159
2007 ( s/d Mei ) JTP 20.764 4.759 13.758 8.389 568 2.070 1.069 4.460 4.580 2.392 0 111 8.066 70.986
PTP 10.755 1.964 1.969 5.302 466 1.237 721 4.137 4.452 1.147 0 52 3.179 35.381
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Tabel : 1
Data kriminal Indonesia 2005-Mei/2007
Sumber : http//www.salvano.com/data kriminal. ( diakses pada 20 April 2010 )
JTP : Jumlah Tindak Pidana PTP : Penyelesaian Tindak Pidana
Pada tabel di atas terdapat peningkatan tindak kriminal dari tahun 20052007, hal itu membuktikan bahwa peningkatan tindak kriminal dipengaruhi oleh krisis keuangan global yang terjadi yang dimulai pada tahun 1997 yang
xxxv
berpengaruh terhadap pemerintahan Indonesia, hal itu berdampak pula terhadap kehidupan rakyat Indonesia. Tabel di atas tidak bisa menggambarkan realitas kejahatan sebenarnya dalam masyarakat. tidak lain karena pelbagai kelemahan statistik kriminal itu sendiri. Beberapa di antaranya pertama, angka absolut yang diperoleh dan dilaporkan Kepolisian setiap akhir tahun sebagian besar diperoleh berdasarkan laporan masyarakat. Kelemahan model pencatatan seperti ini berkaitan dengan "dark number" yang bisa timbul karena di dalam masyarakat sendiri terjadi semacam "diskresi" dimana jenis kejahatan tertentu tidak dilaporkan.35 Biro Pusat Statistik (BPS) beberapa tahun lalu pernah melakukan survei mengenai soal ini, dan hasilnya mengejutkan sebab ternyata 50,28 persen kejahatan di Indonesia ini tidak dilaporkan oleh korbannya. Alasan tidak melapor bervariasi, 20,08 persen menyatakan tidak ada gunanya, 25,58 persen mengatakan tidak pantas perkara itu
dilaporkan,
14,72
persoalannya, 11,5
persen
mengaku
dapat
persen menganggap, melapor
menyelesaikan
sendiri
itu sebagai hal yang
membuang-buang waktu saja, 8,06 persen merasa takut merepotkan, dan 3,46 persen tidak tahu bahwa perkara itu harus dilaporkan.
Daerah Klaten merupakan salah-satu daerah yang merasakan dampak reformasi tersebut, yang terlihat jelas adalah dampak negatifnya. Tingkat
35
Catatan Pinggir, Angka Kejahatan dan Politik Kriminal, ( Yogyakarta : PUSHAMUII, 21 Maret 2005 ) halaman 1.
xxxvi
kriminalitas yang terjadi di Klaten meningkat waktu itu,36 misalnya di daerah Jatinom barat terjadi kasus curanmor terang-terangan korbannya kebanyakan adalah warga muslim, dan juga gerakan eyang merapi yang mendistorsi aqidah Islam dengan memberi ketakutan pada masyarakat.37 Kepedulian para generasi muda muslim akan maraknya premanisme di Klaten, memberikan semangat untuk membela sudara-saudaranya yang teraniaya, sehingga mereka membentuk suatu kelompok yang dinamakan Front Umat Islam.
Front Umat Islam ( FUI ) didirikan di Klaten pada tanggal 15 November Tahun 2002. Oleh sekelompok generasi muda Islam yang memiliki komitmen untuk menegak amar ma’ruf nahi munkar. Merupakan sebuah organisasi yang berbentuk Civil Society Organisation yang tidak berbadan hukum. Karena FUI adalah organisasi pergerakan dan termasuk organisasi nirlaba. Dalam menjalankan roda organisasi FUI sama sekali tidak menerima dana dari pemerintah, lembaga nasional atau Internasional. Secara organisatoris , kepengurusan FUI dipimpin oleh seorang Ketua Umum dibantu dengan
4 wakil ketua sekaligus sebagai
presidium, di bawahnya ada beberapa bidang yang mengorganisir kegiataannya seperti
bidang dakwah, bidang pembinaan dan kader, bidang ekonomi dan
pemberdayaan masyarakat, bidang investigasi dan litbang. Selain itu, di tingkat kecamatan dan desa dipimpin seorang koordinator. 38
36
Penulis sudah berusaha untuk mencari data kriminalitas tahun 2005 ke bawah di POLRES Klaten, akan tetapi penulis mendapatkan kendala dari kepolisian, pihak Kepolisian kesulitan untuk mencari data tersebut. 37
Wawancara dengan Mustain, selaku wakil ketua II FUI, pada Rabu, 9 Desember 2009. Proposal FUI, Manajemen program Rehabilitasi Pasca gempa di Klaten Jawa Tengah. halaman 19. 38
xxxvii
BAB III ORGANISASI FRONT UMAT ISLAM KLATEN
A. Organisasi Front Umat Islam Front Umat Islam ( FUI ) didirikan oleh sekelompok generasi muda Islam Klaten yang memiliki komitmen untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, FUI dideklarasikan di Klaten pada tanggal 15 November 2002. Berbeda dengan organisasi pada umumnya, FUI adalah organisasi pergerakan dan termasuk organisasi nirlaba berbentuk Civil Society Organisation yang tidak berbadan hukum dan tidak mempunyai AD/ART yang baku. Front Umat Islam dalam penelitian ini hanya terdapat di Klaten saja dikarenakan memang pendirian FUI dilatarbelakangi maraknya premanisme yang terjadi di Klaten waktu itu dan semangat untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. FUI adalah sebuah komunitas bersama untuk memberantas kemaksiatan dan menyatukan Ukhuwah Islamiyah jadi visi dan misi Front Umat Islam adalah Ukhuwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar. Tapi ada penekanan pada nahi munkar.39 Dalam menjalankan roda kegiatannya organisasi FUI sama sekali tidak menerima dana dari pemerintah, lembaga nasional atau internasional. FUI juga merupakan kumpulan para pemuda Islam yang ada di ormas dan orpol yang sudah berbadan hukum, seperti Muhammadiyah, NU dan lain-lain, yang rata-rata sudah berbadan hukum. Jika FUI berbadan hukum maka akan dianggap menandingi 39
Wawancara dengan Taufik H. Sarwoko selaku wakil ketua I FUI, pada Senin, 21 Desember 2009.
xxxviii
ormas lainnya, karena komitmen dari FUI adalah hanya sebagai sarana penyaluran dan penyatu para pemuda Islam yang ingin bersama-sama menegakkan amar ma’ruf nahi munkar maka tidak perlu berbadan hukum.40 Sistem keanggotaan FUI adalah tergantung pada komitmen, jika organisasi-organisasi lain menggunakan pendaftaran keanggotaan (kartu anggota) lain halnya dengan FUI, FUI hanya menggunakan komitmen pada diri masingmasing, jika seseorang mempunyai komitmen yang sama dengan visi dan misi FUI maka mereka dapat bergabung dengan kelompok itu, sehingga tidak ada indisipliner atau pemecatan. Akan tetapi ketika komitmen sudah berlawanan dengan FUI secara otomatis keluar dari FUI. Front Umat Islam mempunyai sistem keorganisasian yang kolegial dan kolektif yang terdiri dari satu ketua dan empat wakil ketua sekaligus sebagai presidium, ada sekretaris, bendahara dan terdapat kordinator di masing-masing kecamatan di Klaten. Di bawahnya ada beberapa bidang yang mengorganisir kegiataannya seperti bidang Dakwah, bidang Pembinaan dan Kader, bidang Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat, bidang Investigasi dan Litbang. Selain itu, di tingkat kecamatan dan desa dipimpin oleh seorang kordinator.41 Kordinator daerah tersebut membentuk kepengurusan sendiri yang kolektif di daerah masingmasing. Sistem kerjanya, ketua sebagai pimpinan tertinggi dan penentu keputusan dengan dibantu empat wakilnya, ketua memberikan perintah kepada sekretaris,
40
Wawancara dengan H.Basuno, selaku ketua FUI, pada Kamis, 17 Desember 2009.
41
Proposal FUI, Manajemen program Rehabilitasi Pasca gempa di Klaten Jawa Tengah. halaman 19.
xxxix
bendahara dan kordinator daerah, untuk melaksanakan keputusan rapat. Berikut Tabel Pengurus FUI :
Tabel : 2 Susunan pengurus FUI untuk periode 17 oktober 2002 – tidak terbatas.
SUSUNAN PENGURUS FRONT UMAT ISLAM KLATEN Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Wakil Ketua III
Wakil Ketua IV Sekretaris
· · · · · · · · · · · ·
Bendahara
Kordinator Daerah : Kordinator Jatinom Kordinator Karanganom Kordinator Tulung Kordinator Polanharjo Kordinator Bayat Kordinator Wedi Kordinator Prambanan Kordinator Gantiwarno Kordinator Klaten Utara Kordinator Trucuk Kordinator Cawas Kordinator Ngawen
Susunan Pengurus Front Umat Islam Ketua
: Haji Basuno
xl
Wakil Ketua
: 1. Taufik Hadi Sarwoko 2. Mustain 3. Mahfudin 4. Nardi
Sekretaris
: 1. Bahrudin 2. Anwar Fatwari
Bendahara
: 1. Ahmadi 2. Miftah
Kordinator Daerah : Kordinator Jatinom
: Hanik Salam
Kordinator Karanganom : Anwar Fatwari Kordinator Tulung
: Bahrudin
Kordinator Polanharjo
: Mahfudin
Kordinator Bayat
: Suwadi
Kordinator Wedi
: Sarwanto
Kordinator Prambanan
: Sarwanto
Kordinator Gantiwarno
: Nardi
Kordinator Klaten Utara : Sarwoko Kordinator Trucuk
: Puguh
Kordinator Cawas
: Annas
Kordinator Ngawen
: Agus Fathoni
Tugas-tugas dari pengurus adalah :
xli
a. Ketua Adapun wewenang dari ketua 1. Mengambil keputusan dalam majelis/rapat dan dibantu empat wakil ketua. 2. Memimpin rapat majelis rutin dan berkala. 3. Meminta laporan-laporan kegiatan dari staf di bawahnya. b. Wakil ketua 1. Menggantikan ketua ketika ketua berhalangan. 2. Membantu ketua dalam memutuskan segala sesuatu. c. Sekretaris Bertanggung jawab terhadap kerapihan manajemen adminitrasi berkaitan dengan surat masuk dan keluar, pemeliharaan arsip dan pengamanan dokumen-dokumen. Wewenangnya : 1. Menyusun mekanisme adminitrasi seluruh kegiatan. 2. Menyimpan,
memegang
dan
menggandakannya
sesuai
kebutuhan
berkenaan dengan bentuk stempel, warna stempel, kop surat sesuai dengan keputusan. 3. Menjadi sekretaris dalam rapat. 4. Membuat surat-surat yang dibutuhkan.
xlii
d. Bendahara. Adapun tugasnya adalah : 1. Menyusun system pengelolaan keuangan yang transparan, akuntabilitas dan dapat diketahui setiap saat dengan cepat dan tepat. 2. Menyimpan dokumen keuangan berkaitan dengan bukti pembelian atau pembiayaan, pemasukan dan pengeluaran. 3. Bertanggung jawab terhadap asset-aset. 4. Menggalang dana sesuai dengan kebutuhan, sesuai dengan keputusan rapat. 5. Menyimpan dana dan bertanggung jawab atas kehilangan dana. Wewenang : 1. Mengeluarkan dana berdasarkan perintah atau keputusan majelis baik lisan maupun tulisan. 2. Meminta laporan pertanggung jawaban kepada pelaksana kegiatan. 3. Penggalangan dana. e. Kordinator Daerah Adapun tugasnya : 1. Mengkordinasi anggota di daerahnya masing-masing ketika ada kegiatan. 2. Sebagai ketua atau penaggungjawab di daerahnya masing-masing.
xliii
3. Mengumumkan atau menyampaikan keputusan dalam rapat kepada anggota di daerah masing-masing. 4. Melaporkan perkembangan keagamaan di daerahnya masing-masing kepada pengurus. Susunan pengurus di atas merupakan kepengurusan untuk periode yang tidak terbatas, bergantung pada komitmen para pengurus terhadap FUI. Disamping kepengurusan yang sudah disebutkan di atas, terdapat majelis pengendali Front Umat Islam yang bertugas untuk menangani semua kegiatan yang diadakan oleh Front Umat Islam. Yang terdiri dari tiga ketua dan di bawahnya terdiri dari team-team yang dipimpin satu kordinator yang memimpin beberapa anggota. Di antaranya adalah Team Beladiri, Team Sar, Team Dakwah, Team Ekonomi, Team Aksi, dan Team Satgas.
xliv
xlv
Adapun tugas-tugasnya adalah : Ketua. Ketua terdiri dari tiga orang yaitu ketua satu, ketua dua, ketua tiga. Bertugas untuk memberikan perintah yang sudah diputuskan majelis, kepada team-team yang ada. Disamping itu semua ketua juga bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukan. Kordinator Team. Dalam setiap bagian/team terdapat satu kordinator, yang bertugas sebagai pimpinan team dan bertanggung jawab atas team yang dipimpin beserta anggotanya. Melaporkan segala sesuatu berkenaan dengan teamnya kepada ketua. Team Sar Bertugas untuk : 1. Memberikan pertolongan-pertolongan dengan cepat kepada masyarakat ketika terjadi bencana atau musibah-musibah yang lainnya, yang terjadi baik di Klaten dan sekitarnya. 2. Memberikan
pengetahuan
kepada
penanggulangan bencana.
xlvi
masyarakat
tentang
cara
Jenis kegiatannya adalah : -
Pada waktu gempa dan sunami di Aceh, FUI mengirimkan 15 orang relawannya bergabung dengan FPI untuk mengefakuasi jenazah. Relawan FUI bekerja di Aceh selama 40 hari.
-
Pada waktu bencana Merapi, FUI dengan cepat mendirikan posko di desa Dompol Klaten (kaki gunung Merapi). Posko FUI berdiri 3 bulan, bertugas menyalurkan bantuan dan meng evakuasi penduduk ketika ada peringatan bahaya.
-
Pada waktu Gempa di Ja-Teng dan DIY Sabtu 27 Mei 2006, pada hari pertama anggota FUI langsung mengevakuasi korban baik di rumah sakit maupun di lokasi gempa di daerah Klaten, kemudian mendirikan posko bantuan gempa untuk menerima bantuan dan menyalurkannya. Posko berdiri kurang lebih 1 tahun.
-
Pada waktu tsunami di Cilacap, FUI bekerjasama dengan Al Azhar segera mengirim relawan beserta bantuan logistik dan medis ke Cilacap.
-
Pada waktu kota Surakarta dan sekitarnya di landa banjir, FUI segera mengirim relawan untuk mengefakuasi korban dan membersihkan sampah bekas banjir di daerah Surakarta dan sekitarnya. FUI mengirim 90 orang relawan yang terbagi beberapa tempat.
-
Kemudian di susul tanah longsor di Karanganyar, team FUI mengirimkan 15 orang untuk membantu evakuasi korban longsor.
xlvii
Team Dakwah Bertugas untuk : 1. Membina para kader-kader agar dapat berdakwah di daerahnya masingmasing 2. Mengamati perkembangan dakwah di daerah-daerah binaan, sehingga dapat membantu jika ada hambatan. 3. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang Islam yang benar. Jenis kegiatannya adalah : -
Mengadakan pengajian rutin untuk anggota. Kajian tiap Ahad Wage jam 13.00 di dukuh Turusan. Kajian tiap 15 hari sekali malam Jumat jam 20.00 di Turusan.
-
Mengadakan kajian di daerah-daerah, kajian di daerah terdapat di 13 tempat. Di Tulung, Turusan, Polanharjo, Gading 2 tempat, Kunden, Kolekan, Giri 2 tempat, Mayungan, Mandingan, Mundu, Kalikotes.
-
Mengadakan pengajian akbar yang dilakukan secara berkala, mengundang ustad-ustad dari luar daerah. Ahad 23 Mei 2004 mengadakan pengajian akbar di desa Karanganom yang di isi oleh sejarawan muslim Prof. DR. Ahmad Mansyur Surya Negara. Pengajian akbar ustd Abu Bakar Basir di GOR Klaten Senin 28 Agustus 2006.
-
Mengadakan pendampingan agama bagi masyarakat pada waktu gempa Ja-Teng DIY, yang kondisi pada waktu itu banyak kristenisasi di wilayah
xlviii
gempa,
dan
sudah
banyak
pula
korbannya.
FUI
mengadakan
pendampingan dengan cara mengadakan pengajian-pengajian di daerah rawan dan mengirim guru-guru TPA ke daerah-daerah tersebut. Team Ekonomi Bertugas untuk : 1. Memikirkan para anggota dan masyarakat yang kurang mampu dalam hal perekonomian. 2. Team ini bertugas membantu anggota dan masyarakat baik dalam hal tenaga maupun modal untuk mendirikan usaha-usaha kecil. Jenis kegiatannya adalah : -
Memberikan pengetahuan kepada anggota dan masyarakat tentang bagaimana memelihara kambing dengan baik dan benar, dan memberikan modalnya.
Team Aksi 1. Bertugas mengkordinasikan anggota dan masyarakat, untuk melakukan aksi-aksi turun kejalan. 2. Dan menyediakan apa saja yang dibutuhkan dalam kegiatan itu. Jenis kegiatannya adalah : -
Aksi menuntut segera disahkannya Perda miras 0% di Klaten pada hari Selasa, 5 November 2002.
xlix
-
Aksi penolakan terhadap kehadiran Presiden AS, George W Bush yang akan datang ke Indonesia, bergabung dengan ormas-ormas Islam ke Jakarta Kamis, 09 Nopember 2006
-
Aksi anti pornografi dan porno aksi di Solo tanggal 14 Mei 2006.
-
Aksi jalan RUU Pornografi di Klaten 28 Mei 2006.
-
Aksi RUU SisDikNas (sistem pendidikan nasional) di Klaten.
-
Aksi Kontroversi pembangunan Pasar Delanggu, pada hari Rabu, 20 Juni 2007.
-
Dan aksi-aksi lainnya baik di Klaten dan sekitarnya.
Team Beladiri 1. Team ini bertugas memberikan bekal pengetahuan beladiri kepada anggota dan masyarakat khususnya para pemuda dan remaja agar mereka dapat menjaga dirinya dan orang lain. 2. Team ini juga bertanggungjawab atas pengkaderan, melalui latihan beladiri. Jenis kegiatannya adalah : -
Mengadakan latihan-latihan beladiri di daerah-daerah.
-
Mengadakan long march setiap 3 bulan sekali.
l
Team Satgas 1. Team ini bertugas sebagai penjaga keamanan di setiap kegiatan-kegiatan yang diadakan FUI, dan juga sebagai keamanan dalam menjalankan Nahimunkar. Jenis kegiatannya adalah : -
Menjadi keamanan dalam setiap kegiatan yang diadakan FUI. Baik pengajian akbar maupun acara yang lainnya.
B. Pola Gerakan Sosial dan Keagamaan FUI dalam Menghadapi Permasalahan Kemasyarakatan yang Timbul di Daerah Klaten 1. Front Umat Islam Sebagai Gerakan Sosial Keagamaan. Dalam sejarah sosial masyarakat Indonesia, gerakan sosial masyarakat Indonesia salah satunya diwujudkan dalam bentuk organisasi sosial, dimana salah satu dimensinya adalah organisasi sosial keagamaan. Organisasi ini dalam sejarahnya telah memainkan peran strategis, sejak zaman pra-kemerdekaan sampai orde reformasi saat ini. Peran yang dimainkan oleh organisasi ini tidak terbatas pada peran tradisional berupa pemberdayaan keagamaan dalam bentuk pembinaan kehidupan beragama untuk penguatan komitmen keagamaan
li
masyarakat penganut agama, tetapi juga telah memainkan peran strategis dalam kehidupan sosial politik.42 Organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan menempati posisi yang khas dibandingkan dengan organisasi umumnya. Pertama bahwa secara khusus Ormas Keagamaan dibentuk bukan untuk mencari keuntungan apalagi yang bersifat material finansial. Kedua bahwa organisasi sosial keagamaan berada di luar wilayah organisasi pemerintah. Ketiga bahwa dalam kegiatannya ia lebih memusatkan sasarannya pada kepentingan anggota (masyarakat). Keempat keanggotaannya bersifat masif .43 Fungsi organisasi bisa dilihat dari tujuan yang ingin dicapai organisasi dan akibat atau dampak tidak langsung yang timbul akibat keberadaan gerakan atau kegiatan organisasi itu. Secara umum tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi sosial kemasyarakatan adalah untuk “mewujudkan kesejahteraan anggotanya, yang tidak hanya terbatas pada kesejahteraan material finansial, tapi juga mencakup aspek-aspek lain yang menjadi fokus kegiatan”, Untuk mencapai tujuan yang bersifat makro tersebut, maka organisasi sosial keagamaan menjadikan beberapa faktor sebagai proses sekaligus jangkauan gerakannya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang bersifat makro.44 Beberapa faktor penting yang dimaksud adalah sebagaimana teori Cox bahwa kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa domain penting yang meliputi : Faktor 42
Mansur Hidayat, Ormas keagamaan dalam pemberdayaan politik masyarakat madani (telaah teoritik Historis), ( Fakultas Dakwah IAIN Bandar Lampung, 2008 ), halaman 13. 43
Amitai Efzioni, Organisasi-organisasi Modern, ( Jakarta : Penerbit UI dan Bradjaguna, 1982 ) halaman 3 . 44 Mansur Hidayat, Op.Cit, halaman 8.
lii
Ekonomi, Faktor Politik, Faktor Hukum, Faktor Budaya, Faktor Ekologi dan Faktor Sosial.45 Dalam prakteknya, organisasi sosial keagamaan (di Indonesia khususnya) pada umumnya menjadikan seluruh domain dimaksud sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam mewujudkan kesejahteraan itu dan sekaligus dijadikan sebagai misi organisasi. Manusia memiliki motivasi ataupun dorongan baik dari dalam diri maupun lingkungannya, seseorang akan melakukan sebuah tindakan yang dapat bermanfaat dan menimbulkan hal yang positif bagi orang lain berupa pemberian baik fisik maupun psikis. Maka dari itu individu atau kelompok harus memiliki sikap yang terdiri dari tindakan-tindakan berupa mementingkan kepentingan orang lain, senang membantu, ikut terlibat dengan orang lain, menerima, kerjasama,
bersahabat,
menolong,
menyelamatkan,
berkorban,
berbagi,
memperhatikan orang lain dan bertanggung jawab. Kegiatan-kegiatan inilah yang menjadikan FUI sebagai oraganisasi masyarakat dengan dakwah Islam yang berkonsentrasi pada dakwah sosial. Front Umat Islam dalam melakukan tugasnya sebagai organisasi sosial keagamaan, di bidang keagamaan dengan cara mengadakan pembinaan agama kepada Masyarakat dalam kajian-kajian rutin dan kajian akbar untuk membina masyarakat untuk menuju jalan agama yang benar. Dalam bidang sosial FUI Klaten mempunyai Team-team yang mempunyai tugas masing-masing antara lain adalah, Team Beladiri, Team Sar, Team Ekonomi, dan Team Satgas.
45
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Interfensi Komunitas,( Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003 ) halaman 25.
liii
2. Front Umat Islam Sebagai Gerakan Relawan. Istilah “kerelawanan” berasal dari kata Latin “voluntas” yang berarti “kemauan.” Istilah ini didefinisi sebagai “pemberian barang dan jasa melalui kemauan bebas seseorang.”46 Kerelawanan terdiri atas seperangkat nilai (volunteerism) dan sejumlah struktur.47 Hal ini merupakan hasil dari nilai-nilai yang tertanam kuat dan bukan sekadar karena pendidikan, pelatihan, atau motivasi. Organisasi-organisasi sukarela merupakan wahana utama guna mengoperasionalisasi konsep kerelawanan ini. Rakyat yang terlibat dalam organisasi-organisasi ini menyediakan dukungan finansial dan menawarkan jasa yang diperlukan sepenuhnya atas kemauan bebas mereka. Esensi pendekatan organisasi relawan ini ialah tidak mengimbas pembangunan dari sudut finansial tetapi menggerakkan rakyat ke dalam struktur-struktur terorganisasi untuk aksiaksi kelompok relawan, kemandirian, dan pembangunan diri.48 Kerelawanan secara umum dapat dikemukakan sebagai perwujudan seseorang untuk menyumbangkan; pikiran, tenaga, dan harta dalam rangka membantu sesama untuk memecahkan masalah, dengan tanpa meminta imbalan, hanya satu harapannya adalah pahala dari Tuhan. Organisasi-organisasi relawan dapat mengambil bentuk yang berbedabeda. Secara setruktur mungkin terdapat beberapa jenis organisasi relawan yang
46
Barbara D. Miller dan Showkat Hayat Khan, “Incorporating Voluntarism into Rural Development in Bangladesh,” ( Third World Planning Review 8, 1986 ), halaman 52-139. 47
Harold L. Wilensky, Voluntary Agencies in the Welfare State, ( Berkeley: University of California Press, 1981 ), halaman 8. 48 Michael Bratton, “NGO in Africa: Can They Influence Public Policy?” , ( Development and Change 21, 1990 ), halaman 87-118.
liv
dapat dibedakan berdasarkan faktor-faktor semacam ukuran, kelas dan karakter anggota, umur organisasi, lokasi, status personel, dan karakter pemanfaat. Mungkin terdapat organisasi-organisasi relawan yang diorganisasi hanya oleh dan untuk kaum perempuan. Beberapa organisasi relawan mungkin “bersifat abadi,” dengan menyediakan jasa-jasa bermakna pada basis reguler dan memainkan peran vital dalam memastikan partisipasi komunitas. Yang lain mungkin bersifat “adhoc,” dengan berfungsi mencapai hanya sebuah tujuan khusus. Walaupun kebanyakan organisasi-organisasi relawan di Dunia Ketiga dibentuk di daerahdaerah pedesaan, sejumlah besar juga dijumpai di daerah- daerah perkotaan. Berdasarkan asal sumber daya, organisasi-organisasi relawan dapat dibagi menjadi tiga jenis yang berbeda. Inilah organisasi-organisasi relawan yang sepenuhnya dikontrol dan dibiayai oleh pemerintah-pemerintah dan/atau organisasi-organisasi asing (organisasi-organisasi relawan asing), organisasiorganisasi relawan yang didirikan dan diorganisasi secara lokal tetapi menerima uang dari pemerintah dan/atau organisasi asing (organisasi-organisasi relawan campuran), dan organisasi-organisasi relawan yang diorganisasi secara lokal dan secara eksklusif bergantung pada dukungan lokal untuk sumber daya manusia dan finansial.49 Menurut Kramer,50organisasi-organisasi relawan dapat bekerja sebagai para pelopor kegiatan-kegiatan pembangunan. Mereka pun dapat membantu memperbaiki kualitas dan lingkup jasa publik, menjaga nilai-nilai umum, dan 49
Ibid., halaman 81.
50
Ralph M. Kramer, “Future of Voluntary Service Organization,” ( Social Work 18, 6, 1973 ), halaman 59-69.
lv
membantu pemerintah dalam penyediaan jasa publik. Motivasi dan nilai-nilai anggota organisasi-organisasi ini, pengetahuan mereka akan situasi lokal, keterlibatan jangka panjang mereka dalam daerah geografi tertentu dan kelompok klien semuanya membantu membangun kompetensi akar rumput untuk organisasi, sampai tingkat mereka menjadi faktor utama dalam keberhasilan programprogram perencanaan pembangunan. Sebagai makhluk sosial manusia memiliki rasa atau perilaku satu dengan yang lainnya untuk
bisa saling membantu, bekerja sama, menolong,
menyelamatkan, berkorban dan bersahabat, inilah wujud ataupun bentuk respon manusia dalam bentuk perilaku prososial.51 Perilaku berhubungan dengan keyakinan seseorang terhadap suatu obyek atau perilaku, disamping itu perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan individu mengenai pandangan orang lain yang penting baginya dalam menilai perilaku tersebut. Besar kecilnya pengaruh pandangan orang lain dalam membentuk norma subyektif individu mengenai suatu perilaku tergantung pada faktor kepribadian individu.52 kaum Stoic memandang bahwa manusia adalah bagian dari dunia keteraturan yang alamiah dan rasional sehingga mempunyai tanggung jawab satu dengan yang lain secara bersama-sama mengejar kebahagiaan, karena itu manusia bersifat kerjasama, etis, altruis ( suka menolong), dan penuh cinta kasih.53
51
Sarwono, Psikologi Muda-Mudi, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1991 ), halaman 59. Wahid Hamdani, Hubungan nilai hidup dengan prilaku Prososial pada anggota Front Umat Islam Klaten, Skripsi (tidak diterbitkan), (Surakarta : Fakultas Psikologi UMS, 2009) halaman 1. 52
53
Ibid. halaman 2.
lvi
Aspek-Aspek Perilaku Sosial.54 a. berbagi, yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana suka dan duka. b. kerja sama, merupakan kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan kerja sama biasanya saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong dan menyenangkan. c. Perilaku menolong, yaitu kesediaan menolong orang lain yang sedang berada dalam kondisi kesulitan. Menolong meliputi membantu orang lain atau menawarkan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain. d. kejujuran, yaitu kesediaan untuk berkata yang sebenarnya dan tidak berbuat curang kepada orang lain. e. kedermawanan, yaitu kesediaan untuk memberikan sebagian barang miliknya dengan kesadaran dan tanpa ada permintaan dari orang lain mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.
Perilaku Sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu :55 a. Faktor situasional meliputi : kehadiran orang lain, faktor lingkungan dan kebisingan, faktor tanggung jawab, faktor kemampuan yang dimiliki, faktor desakan waktu, latar belakang keluarga.
54
Ahmadi, Psikologi Sosial, (Surabaya : Bina Ilmu, 1990), halaman 78. Syafriman dan Wirawan, Perbedaan Orientasi Nilai dan Perilaku Prososial Antara Suku Bangsa Melayu dan Suku Bangsa Tionghoa, (Yogyakarta : UGM, 2002), halaman 120. 55
lvii
b. Faktor Internal meliputi : faktor pertimbangan untung rugi, faktor empati, suasana hati, faktor sifat, faktor tanggung jawab, faktor agama, tahapan moral, orientasi seksual, jenis kelamin. c. Faktor Penerima Bantuan yang meliputi : karakteristik orang yang memerlukan pertolongan, kesamaan penolong dengan yang memerlukan pertolongan, asal daerah, daya tarik fisik. d. Faktor Budaya Meliputi : norma yang berlaku pada suatu masyarakat khususnya norma tanggung jawab sosial, norma timbal balik dan norma keadilan. Ketika seseorang memberi pertolongan, maka hal itu didahului oleh adanya proses psikologis hingga pada keputusan perilaku sosial. Perilaku sosial dapat berupa menolong dan menyelamatkan seseorang baik berupa psikis maupun fisik. Seseorang memiliki pengalaman positif dalam memberikan pertolongan, akan menyebabkan orang kembali melakukan perilaku sosial dan pengalaman yang pahit cenderung orang akan menghindari perilaku sosial, orang dalam suasana menggembirakan, akan lebih suka menolong. Sebaliknya orang dalam suasana hati yang sedih orang cenderung akan menghindarkan diri dalam memberi pertolongan. Proses psikologi ini biasanya sering terjadi dalam pengambilan keputusan seseorang untuk melakukan perilaku sosial atau tidak. Bryan dan Test mengatakan sesuai dengan prinsip timbal balik teori norma sosial, adanya seseorang yang sedang menolong orang lain akan memicu kita untuk juga ikut menolong.56 Wrightman dan Deaux berpendapat bahwa sikap 56
Sarwono, op. cit., halaman 65.
lviii
sosial merupakan suatu perilaku yang mempunyai akibat sosial yang positif, berupa pemberian pada orang lain baik fisik maupun psikis, selain itu sikap terdiri dari tindakan-tindakan berupa mementingkan kepentingan orang lain, senang membantu, ikut terlibat dengan orang lain, menerima, kerjasama, bersahabat, menolong, menyelamatkan, berkorban, berbagi, memperhatikan orang lain dan bertanggung jawab.57 Sifat-sifat
kerelawanan
haruslah
dipupuk,
karena
berbagai
persoalan/permasalahan kesejahteraan sosial tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri. Semua permasalahan tersebut saling terkait, ibarat “lingkaran setan” yang sangat sulit dari mana dan pada bagian mana mata rantai persoalan itu harus diputus. Di masa yang serba mengglobal ini, kita tidak lagi dapat melakukan suatu program. Kita perlu bermitra, bekerja sama, menjalin dan mengambangkan sinergi, daya, dana, pikiran, dan kebersamanan dalam mengatasi berbagai masalah dan persoalan. Karena itulah jiwa kerelawanan sangat diperlukan Sama halnya apa yang dilakukan olek kelompok yang mengatas namakan kelompok Front Umat Islam Klaten yang dapat disingkat dengan FUI, yang didirikan pada tanggal 15 November Tahun 2002. adalah organisasi dakwah yang berkonsentrasi pada amar ma’ruf nahi munkar dan dakwah sosial. Anggota FUI dalam menjalankan aksi ini dengan ikhlas mengumpulkan dana secara sukarela di internal pengurus dan anggotanya untuk melakukan kegiatannya, para donatur menitipkan amanah untuk disampaikan kepada korban bencana. Anggota FUI tidak boleh mengambil atau menyentuh titipan. Melanggar amanah dari donatur 57
Edhi HP, Hubungan antara Kestabilan Emosi dengan Sikap Prososial, Skripsi (tidak diterbitkan), (Surakarta : Fakultas Psikologi UMS, 1999), halaman 59.
lix
hukumnya berat, dan untuk biaya operasional kurang akan tetapi aksi atau kegiatan membantu korban masih jalan, mereka mengumpulkan dana suka rela anggota untuk menutupi biaya operasional dari kegiatan FUI. Misalnya pada waktu terjadi bencana-bencana alam seperti Tsunami Aceh, merapi, Gempa JaTeng dan DIY, banjir di Solo. FUI membagi bantuan menjadi dua, yaitu bantuan untuk korban bencana dan bantuan untuk relawan. Bantuan untuk korban bencana digunakan khusus untuk korban, relawan tidak boleh mengambil sedikitpun. Sedangkan bantuan untuk relawan berfungsi untuk oprasional posko misalnya seperti biaya transportasi (mobil dan motor), biaya makan relawan yang bertugas dan perawatan posko. FUI tidak mengambil sedikitpun bantuan yang diperuntukkan untuk korban, yang dijadikan untuk oprasional atau yang lainnya.
lx
BAB IV PERANAN FRONT UMAT ISLAM TERHADAP MASYARAKAT KLATEN
A. Peranan Front Umat Islam dalam Bidang Kemanusiaan dan Sosial Organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan menempati posisi yang khas dibandingkan dengan organisasi umumnya, ormas keagamaan dibentuk bukan untuk mencari keuntungan, organisasi sosial keagamaan berada di luar wilayah organisasi pemerintah, dalam kegiatannya ia lebih memusatkan sasarannya pada kepentingan anggota (masyarakat), serta keanggotaannya bersifat masif.58 Seperti halnya Front Umat Islam Klaten, merupakan organisasi sosial keagamaan yang berkonsentrasi pada dakwah sosial, FUI bergerak dalam kegiatan-kegiatan dakwah, sosial dan kemanusiaan. dalam menjalankan kegiatannya FUI tidak menerima dana dari pemerintah mereka hanya mengandalkan dana dari kalangan sendiri dan para donatur. Berikut tabel pengalaman kerelawanan FUI.
Tabel : 4 Pengalaman Kerelawanan FUI
58
Amitai Efzioni, Organisasi-organisasi Moderen, ( Jakarta : penerbit UI dan Bradjaguna, 1982 ), halaman 3.
lxi
Nama Proyek
Sumber Dana
Nilai Kontrak
Periode Kegiatan
1.Tim Evakuasi Korban Tsunami Aceh 2004
Swadaya Anggota Donatur
-
40 Hari
2.
Swadaya Anggota Donatur
Relawan Waspada Merapi 2006
Bentuk Kegiatan yang dilakukan ·
dan ·
-
3 Bulan
·
dan · ·
Evakuasi Mayat, rata-rata perhari 25 jiwa Pembangunan RS darurat bekerjasama dengan Mer-C Jakarta Evakuasi Pengungsi Penyantunan logistik dan pelayanan medis Pembinanan mental spiritual pengungsi
Referensi dari penyandang dana/atau supervisor proyek · ·
FPI Mer-C
·
Sarda dan SatkorlakKa b. Klaten Al-Azhar Peduli Umat Jakarta dan Surakarta PMI Kab. Klaten AMM Masjid Syuhada’ Jogjakarta YKY Jogja Al-Azhar Jkt Puspa Waja Kalbar KSPI Solo Syeh Qatar Yamata Solo
·
· ·
3.
Relawan Tanggap Gempa Bumi Klaten 2006
·
· · · · ·
Swadaya Anggota dan Donatur UNICEF Sumbanga n dari Qatar Al-Azhar Jakarta Dompet Dhuafa Jkt IHF Jkt
· ·
· ·
MCK : 79 Juta Madrasa h dan Mushola 200 Jt Masjid 600 jt Huntara 20 Jt
Sejak 27 Mei 2006 Sampai sekarang
· · · · · · ·
· ·
Evakuasi Korban Gempa Penyaluran Logistik Pelayanan Medis Mental Recavery Pembangunan 56 MCK darurat Pembangunan Mushola darurat 25 Pembangunan Sarana Pendidikan. TK : 4 buah, MI : 10 buah. MTs : 1 buah Pembangunan Huntara 3 buah Pembangunan Masjid 5 buah
· · · · · ·
Sumber : Proposal FUI, Manajemen program Rehabilitasi Pasca gempa di Klaten Jawa Tengah.
Front Umat Islam mempunyai peranan kemanusiaan dan sosial yang penting dalam kemasyarakatan maupun bencana-bencana di Indonesia, misalnya
lxii
ketika terjadi tsunami di Aceh tahun 2004. Pada waktu itu FUI mengirimkan relawannya ke Aceh berjumlah 15 orang bergabung dengan FPI dan Mer-C, 15 orang tersebut merupakan tenaga-tenaga ahli dalam bidang pertukangan kayu maupun batu, pembuatan sumur bor, evakuasi. Anggota FUI menjadi relawan di Aceh selama 40 hari, relawan di berangkatkan dari Klaten pada tanggal 30 Januari 2005 hingga tanggal 10 Maret 2005, di Aceh mereka bertugas antara lain evakuasi jenazah perhari rata-rata mendapatkan 25 jenazah, membuat sumur bor untuk mencari air bersih karna kondisi waktu itu di Aceh sulit untuk mencari air bersih (bekas terkena sunami), membangun RS darurat bekerjasama dengan Mer-C untuk menampung korban yang selamat. Di daerah Klaten ketika terjadi bencana alam atau musibah-musibah, maka Front Umat Islam (FUI) sebagai institusi keumatan yang memiliki komitmen pada gerakan Ukhuwah Islamiyah dan Amar ma’ruf nahi munkar di daerah Klaten, melakukan ”Aksi Cepat Tanggap Darurat” terhadap musibah yang menimpa saudara-saudaranya di Klaten.59 Seperti ketika aktivitas gunung Merapi meningkat, FUI segera mendirikan posko di desa Dompol dan mengkoordinasikan anggotanya untuk siap menjadi relawan kemanusiaan, posko FUI berdiri paling lama kurang lebih tiga bulan, sistim kerjanya dibagi per daerah tiap harinya, jika hari sabtu daerah desa Belangwetan kemudian hari minggunya desa Giri rejo, Tulung, Ngawen dan begitu seterusnya. Tugas FUI di bencana Merapi di antaranya adalah evakuasi pengungsi, penyantunan logistik, pelayanan medis dan pembinanan mental 59
Progress Report Aksi Tanggap Bencana Front Umat Islam. halaman ii.
lxiii
spiritual pengungsi. FUI bekerja sama dengan Sarda dan Satkorlak Kab. Klaten, Al-Azhar Peduli Umat Jakarta dan Surakarta, PMI Kab. Klaten, AMM Masjid Syuhada’, kegiatan FUI di bencana Merapi antara lain mengadakan pengobatan gratis, suplai logistik, membantu evakuasi korban, mengadakan pembinaan tauhid dll. Kemudian pada tanggal 26 mei 2006 FUI kedatangan bantuan dari Jakarta yaitu FPI dari Jakarta yang kurang lebih berjumlah 20 personil untuk membantu di Merapi. FUI menjangkau daerah-daerah yang sulit di jangkau bantuan. Setelah itu terjadi gempa bumi di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah Sabtu, 27 Mei 2006 pagi buta ( +/- pukul 05.53 BBWI ) masyarakat tanah air dikagetkan oleh terjadinya gempa tektonik berkekuatan 5,9 Scala Richter melanda Yogyakarta, Klaten dan sekitarnya. Ribuan orang tewas, ribuan orang luka - luka serta ribuan rumah hancur porak poranda, sarana dan prasarana umum rusak, transportasi sebagian terputus, infrastuktur terganggu. Rumah Sakit Yogya, Klaten dan Solo tak mampu menampung korban, bahan makanan langka, mendung yang membawa kabut duka kembali menyelimuti bumi pertiwi.60 Berdasarkan data sementara yang dihimpun oleh relawan FUI menunjukan angka korban manusia dan bangunan adalah seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel : 5 Korban akibat gempa daerah Klaten (Korban jiwa, Kerusakan rumah, Sekolah, Masjid/Mushola) 60
Proposal FUI, Manajemen program Rehabilitasi Pasca gempa di Klaten Jawa Tengah. halaman 2.
lxiv
Korban Jiwa
Kerusakan Rumah
sekolah
Masjid / Mushola
LukaMeninggal
luka
Total
Parah
Ringan
Total
Parah
Total
Parah
Ringan
1042
8902
33724
25958
28780
38
125
32
229
95
Sumber: FUI (data sementara sampai dengan 31 Mei 2006).
FUI segera mengerahkan bantuan relawan ke daerah-daerah bencana untuk mengevakuasi korban luka ataupun yang meninggal, relawan terbagi di beberapa daerah di Klaten, para relawan juga berada di RS untuk membantu. dan mendirikan posko untuk menerima dan menyalurkan bantuan untuk korban. Tugas-tugas FUI pada waktu itu adalah evakuasi korban, menyalurkan bantuan yang diberikan oleh donatur. Dalam menjalankan aksi sosial dan kemanusiaannya FUI juga bekerjasama dengan organisasi lain seperti Al-Azhar Peduli Umat Solo dan Jakarta, Dompet Du’afa Republika Jakarta, Arabian Charity (Perwakilan Kerajaan Arab Saudi di Indonesia), Yayasan komunitas Yogyakarta, UNICEF , Element-element masyarakat baik kelompok maupun individu, Pondok Pesantren Al-Hadid Yogyakarta, Pondok Pesantren Al-Mukmin Surakarta, FPIS Surakarta, FPI Jakarta, FKAM Surakarta, Annida, PAWARTEN (Paguyuban Warga Klaten) & KMK di Bogor, Bank Indonesia (BI), PT. Showa Indonesia, PT. Kao Indonesia , PT. Megatex Surabaya, PT. Widya Duta Grafika Solo, Asosiasi BMT Klaten , Irmas Al Hidayah Sukoharjo, PT. Tunggal Rasa Mitra Bogasari. Bentuk kerjasama dari ormas-ormas dan yayasan tersebut adalah dalam hal kerelawanan maupun bantuan logistik. dengan Al-Azhar Jakarta dan Solo Baru bekerjasama dalam hal pembangunan masjid, sekolahan sementara, penyantunan korban, mengadakan pengobatan gratis, dan memberikan bantuan logistik, UNICEF bekerja sama untuk membangun MCK di lokasi gempa, dan
lxv
menyalurkan bantuan, dengan Pawarten Bogor FUI bekerjasama dalam hal bantuan logistik, dengan FPI, FPIS dan Al mukmin FUI bekerjasama dalam hal kerelawanan dll. Posko gempa FUI berdiri kurang lebih satu tahun. Kesadaran masyarakat ingin membantu korban melalui FUI didasari pada kepercayaan Masyarakat kepada FUI sebagai organisasi keagamaan yang dapat menyalurkan bantuan kepada orang-orang yang memang sangat membutuhkan sekali, bantuan tenaga (relawan) juga diberikan oleh masyarakat untuk evakuasi jenazah, korban luka ataupun sekedar bersih-bersih fasilitas umum dan rumah warga. Tabel dan data berikut merupakan contoh kegiatan FUI dalam penanganan bencana alam.
Tabel : 6 Daftar pendistribusian MCK dari UNICEF
lxvi
NO
KECAMATAN
DESA
1
Canan
2
Kali Tengah
Pandes
4
JIWA
Maratan
7,5\5
409
Gunungan
12\7
250
Slerengan Kulon
60,61,62,63\26
306
4
4
44,43\13
51
1
1
42\13
20
1
1
54\16
101
1
1
5
Pandes
Wedi
1
3
4
1 1
55\56
156
64,65\-
225
1
Glagah
7,8,9,10\34
350
1
Ngemplak
13,14\6
250
Birit kidul
3,4,5,6\2
400
Tegal Sari
6\3
Tegal Kapurancak
Birit
2
1
Kuntulan Glagah
SUB TOTAL
RT/RW
Gajian 3
TYPE
DUSUN
1
1
1 1 3
4
1 1
1 1
2
150
1
1
7\3
150
1
1
10\5,6
160
1
1
6
Kadibolo
7
Pacing
Tegal Sari
8
Dengkeng
Karang Ngasem
1\9
174
1
2
9
Jiwo Wetan
Jiwo Wetan
1,2,3,4\1,2
694
1
3
10
Pasung
Tegal Karangasem
1\8
140
1
1
Gatak turi
1,2\10
150
1
1
11
Tanjungan
Tanjungan
3\2
152
2
2
12
Kadilagong
Pacing Kidul
1\7
100
1
1
13
Mlese
Birin
1,2,3\5
593
1
2
3
14
Baturan
Prajenan
5,6\3
393
1
2
4
15
16
Gantiwarno
Ngandong
Kragilan
1
1
Tegal Rejo
6\3
48
1
1
Jombor Cilik
17\9
45
1
1
Tegal Ngandong
5,6\3
120
1
1
Ngorean
9,10,11\5,6
725
1
1
2
4
Teluk
1,2,3\4,5
369
1
1
3
5
Banjar Rejo
1,2,3\6
353
1
1
3
5
7034
8
9
36
Total
Sumber : Time Schedule and Distribution UNICEF for June 26-July 1, 2006. (Sebagian di distribusikan di daerah Trucuk, Cawas, Pedan, dan sekitarnya).
lxvii
0
55
lxviii
Progress Report Aksi Tanggap Bencana FUI ( Gempa Ja-Teng dan DIY )
Bantuan Logistik Bantuan yang telah didistribusikan rata-rata perhari ada 30 titik meliputi beberapa kecamatan. Ada kurang lebih 16 kecamatan yang telah didistribusi termasuk Gunung Kidul dan Sukoharjo berdasarkan survey dan laporan pengaduan masyarakat.
Pengaduan permintaan masyarakat. Terdapat rata-rata perhari 50 laporan pengaduan dari masyarakat berbagai daerah yang ditujukan ke Posko FUI, dan 80 % dapat dipenuhi. Data Bantuan logistik yang telah didistribusikan. Nasi bungkus. Jumlah nasi bungkus + 35.600 yang telah didistribusikan, bantuan dari masyarakat. Tenda Jumlah tenda yang ada + 156 tenda untuk fasilitas umum, antara lain masjid, mushola, sekolah dan masih banyak permintaan yang belum terpenuhi. Beras Jumlahnya + 15 karung telah didistribusikan. Mie Instant Jumlahnya + 545 kardus telah didistribusikan. Sayur-sayuran
lxix
Jumlahnya 8 karung telah didistribusikan. Telur ayam Jumlahnya 60 Kg telah didistribusikan. Melon 1 karung telah didistribusikan Air Minum Jumlahnya + 550 kardus telah didistribusikan. Lampu/senter Jumlahnya + 45 buah telah didistribusikan Paketan sembako Jumlahnya + 200 paket telah didistribusikan Alat mandi Jumlahnya + 100 paket telah didistribusikan Obat-obatan Jumlahnya + 100 paket telah didistribusikan. Pakaian Tikar Jumlahnya ada + 20 buah untuk warga dan 25 buah 6 m untuk mushola yang telah didistribusikan. Snack dan roti Jumlahnya + 1500 dos telah didistribusikan Makanan Bayi/susu Jumlahnya + 400 kardus yang telah didistribusikan 1 buah Jen Set
lxx
selimut Jumlahnya + 200 buah telah didistribusikan Lilin Minyak tanah Jumlahnya 150 Lt telah didistribusikan Derigen Jumlahnya + 400 buah siap didistribusikan Pembalut wanita Jumlahnya + 200 buah telah didistribusikan Kasur ukuran kecil Jumlahnya + 15 telah didistribusikan
Data Obyek yang telah dievakuasi rata-rata perhari Mayat Ada + 30 mayat yang berhasil dievakuasi pada hari pertama dan kedua pasca gempa di Kecamatan Gantiwarno, Ada kurang lebih 64 mayat yang dievakuasi relawan FUI dan FPI di RSU Tegalyoso. Musholla/ Masjid Junlah masjid/Mushola yang dievakuasi kurang lebih 50 tempat. Madrasah/ Sekolah FUI telah membuat sekolah darurat yaitu MTS N Srebegan, Trucuk, dan TK Aisiyah Bayanan Gesikan Gantiwarno. Rumah Penduduk FUI telah mengevakuasi + 50-70 rumah penduduk
lxxi
Donatur Penyumbang bantuan / Mitra Posko FUI Al-Azhar Peduli Umat Solo dan Jakarta Dompet Du’afa Republika Jakarta Arabian Charity (Perwakilan Kerajaan Arab Saudi di Indonesia) Yayasan komunitas Yogyakarta UNICEF Element-element masyarakat baik kelompok maupun individu Pondok Pesantren Al-Hadid Yogyakarta Pondok Pesantren Al-Mukmin Surakarta FPIS Surakarta FPI Jakarta FKAM Surakarta Annida PAWARTEN (Paguyuban Warga Klaten) & KMK di Bogor Bank Indonesia (BI) PT. Showa Indonesia PT. Kao Indonesia PT. Megatex Surabaya PT. Widya Duta Grafika Solo Asosiasi BMT Klaten Irmas Al Hidayah Sukoharjo PT. Tunggal Rasa Mitra Bogasari
lxxii
Data Relawan yang telah diterjunkan Telah ada sekitar 1400 relawan yang bergabung dan telah ikut berpartisipasi dalam pengevakuasian dan pembangunan daerah yang terkena gempa, efektif Hari H gempa dan 5 hari pasca gempa.
Pelayanan Medis Keliling Daerah yang telah dikunjungi Tim medis Al-Azhar dan FUI ada sekitar 1269 pasien tersebar di berbagai kecamatan.
Penyantunan korban dan Musholla/Madrasah FUI bekerjasama dengan Al-Azhar Peduli Umat Jakarta telah melakukan penyantunan yang berupa uang sebesar Rp.20.600.000,- untuk para korban, mushola dan madrasah. Sumber : PROGRESS REPORT AKSI TANGGAP BENCANA FUI
Masyarakat di daerah gempa merasa terbantu sekali dengan adanya FUI. Karena selain evakuasi jenazah dan korban luka, FUI juga melakukan pembersihan, perbaikan dan pembangunan fasilitas-fasilitas umum seperti Masjid, Sekolahan, pembangunan MCK dll. Antusiasme masyarakat terhadap FUI terlihat ketika FUI melakukan kegiatan di daerah-daerah tersebut, masyarakat sangat antusias untuk membantu dan mengikuti kegiatan itu. Terlihat pula ketika terjadi banjir di Solo, daerah-daerah di Klaten yang dahulu terkena gempa bahumembahu sangat antusias mengumpulkan bantuan untuk membantu korban banjir di Solo melalui FUI. Hal tersebut disebabkan karena Masyarakat Klaten yang dahulu terkena gempa juga di bantu oleh warga Solo, karena ketika penyaluran bantuan ke Klaten tercantum nama penyumbang bantuan disetiap barang yang
lxxiii
diperbantukan. Mereka merasa berhutang budi kepada masyarakat Solo yang telah membantu, sehingga mereka juga menjadi ingin membantu ketika saudaranya terkena musibah. Menurut Muhammad Taufiq Hadi Sarwoko KorLap FUI, mengatakan Front Umat Islam menjalankan dakwah dengan jalan dakwah sosial, adapun kegiatan dari FUI sendiri adalah sebagai relawan bencana tsunami di Aceh, bergabung dengan Front Pembela Islam pimpinan Habib Rizeq Shihab, kemudian melakukan pendampingan terhadap korban gempa bumi di Klaten, melakukan advokasi korban gempa, dan menyebar dai-dai ke titik-titik wilayah bencana yang dianggap rawan, kegiatan ini dilakukan FUI saat terjadi korban gempa bumi di Klaten.61 Hari Rabu tanggal 26 Desember 2007, di Desa Bogel daerah Sukoharjo terjadi banjir akibat hujan selama satu hari satu malam, air Bengawan Solo meluap karena tidak bisa menampung debet air dari sungai kecil yang bermuara ke sungai Bengawan Solo. Sebagai kelompok ormas Islam FUI dengan 40 anggotanya langsung terjun ke daerah lokasi banjir di Desa Bogel, Sukoharjo. M Taufik H Sarwoko selaku (Korlap FUI) mengatakan: “Kami lansung terjun kelokasi dengan 40 personil, dengan peralatan seadanya, kami membuat posko di Rumah Sakit Nirmala Suri Sukoharjo, sebagian team kami langsung terjun kelapangan untuk mengevakuasi korban banjir yang masih terjebak air di Desa Bogel, Sukoharjo”. ( Sarwoko ) Basuno (Ketua FUI) mengatakan selesai mengevakuasi korban banjir di Desa Bogel, Sukoharjo, FUI bekerjasama dengan Al-Azhar Peduli Ummat melakukan program Resik Kampung di Dusun Bulak dan Dusun Pengkol, Desa Sembukan, Kecamatan Ngadirejo, Wonogiri. Dengan armada 4 truk, anggota FUI bergotong royong membantu masyarakat membersihkan sampah bekas banjir, membangun kembali rumah ibadah, sekolah yang rusak, serta memeperbaiki jalan. Aktifitas yang lain dari FUI adalah bekerja sama dengan Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat, FUI melakukan kegiatan yang bersifatnya kemanusiaan seperti mengadakan 61
Republika Dialog Jum’at, 11 Januari 2008
lxxiv
program mobil sehat yang akan melayani masyarakat yang selama ini kurang mendapatkan perhatian, khususnya pada bidang kesehatan, salah satunya dengan mengadakan posyandu keliling, memberikan asupan gizi pada anak-anak, serta pengobatan gratis yang dilakukan setiap satu bulan sekali. Kegiatan ini akan dilaksanakan di desa-desa daerah Klaten dan sekitarnya.62 Di luar bencana FUI juga berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial di Klaten, seperti ketika FUI dimintai bantuan untuk pengecoran masjid, pelayanan donor darah bagi yang membutuhkan, pelayanan hantar jenazah gratis dan mengadakan penguatan mental dan untuk menghibur anak-anak korban gempa dengan mengadakan acara Outbond bekerjasama dengan Badko Ngawen dan Remaja Islam Kelurahan Gayaprit dan sekitarnya, diadakan tanggal 2 Juli 2006 di desa Canan dan tanggal 27 Agustus 2006 di Watu Tumpang Kab Gunung Kidul.63 FUI juga mengadakan aksi-aksi protes terhadap kebijakan pemerintah yang tidak Pro-Rakyat, misalnya Aksi RUU SisDikNas (sistem pendidikan nasional) di Klaten, Aksi Kontroversi pembangunan Pasar Delanggu bersama pedagang pasar, pada hari Rabu, 20 Juni 2007. KLATEN - Kontroversi pembangunan Pasar Delanggu meruncing. Selasa (19/6) pagi kemarin, puluhan pedagang yang tergabung dalam Para Pedagang Pasar Delanggu (P3D) - didampingi elemen Front Umat Islam (FUI) dan Barisan Indonesia (Barindo) - mendatangi kantor Pemkab Klaten. "Kami harap keinginan para pedagang, yakni pembatalan batas akhir pendaftaran 20 Juni, dikabulkan. Sebab, bagaimanapun los dan kios penting bagi mereka untuk mencari nafkah," ujar Syafi'i dari FUI. Dia mengatakan, tenggat waktu pendaftaran itu membuat pedagang resah. Pasalnya, mereka khawatir tidak bisa lagi memiliki kios, jika terlambat mendaftar. Padahal, untuk mendaftar saja, mereka harus membayar Rp 10 juta. "Dari mana para pedagang mendapatkan uang sebanyak itu. Belum lagi mereka harus memikirkan kios yang harganya antara Rp 35 juta dan Rp 70 juta," katanya.64 62
Ibid., 12 Januari 2008
63
Laporan Panitia Jelajah Anak Islam Front Umat Islam, halaman 4.
64
Suara Merdeka, Rabu, 20 Juni 2007
lxxv
Kegiatan-kegiatan kerelawanan di atas yang dilakukan oleh FUI merupakan cerminan dari visi dan misi FUI yaitu ukhuwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar. Hal seperti itulah yang membuat FUI semakin besar dan dikenal oleh masyarakat karena simpati dan kepercayaan dari masyarakat Klaten terhadap komitmen FUI. B. Peranan Front Umat Islam dalam Bidang Keagamaan Kewajiban setiap Muslim untuk berdakwah memberikan motifasi kepada Front Umat Islam untuk berperan dalam dunia dakwah, dalam surat An-nahl : 125 Alquran menyuruh setiap muslim untuk menyeru umat manusia ke jalan tuhan dengan bijaksana, dengan nasihat yang baik dan argumentasi yang jitu, dalam surat Fushilat : 33 Allah telah mengajarkan kepada Nabi Muhammad S.A.W agar menyeru umat manusia ke jalan Nya. Allah juga menegaskan bahwa tidak ada perkataan yang lebih baik dari pada menyeru kepada Allah dan melakukan amal sholeh serta menyatakan diri sebagai orang Islam, orang yang berserah diri kepada Allah, dalam surat Ali Imran : 104 Allah memerintahkan kita untuk mengajak kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Dalam surat An Nisa : 114 ”Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikanbisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia....”. ( Al-Quran, Surat An Nisa’, ayat 144 ).
Dalam surat Al Anam : 70 Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia.
lxxvi
Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu. ( Al Anam, ayat 70 ) Masih banyak ayat-ayat Allah yang memerintahkan untuk berdakwah, dalam hadist juga diperintahkan. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad : Rasulullah
SAW
menjelaskan
bahwa
kaum
Muslimin
berkewajiban
menyampaikan pengetahuan agamanya. Untuk itu kaum Muslim dituntut ikhlas karena Allah, dalam setiap beramal dan menyeru atau memberi nasihat baik kepada masyarakat umum maupun kepada para pemimpin mereka. Dakwah sangat diwajibkan dalam Islam, dakwah diperlukan karna manusia tidak pernah dapat mengandalkan nasibnya hanya pada akal dan nafsunya saja. Akal manusia bisa menyeleweng dari kebenaran dan bersifat serba nisbi, sedangkan nafsu manusia cenderung destruktif. Manusia memerlukan wahyu Ilahi, membutuhkan bimbingan Tuhan (divine guidance) dalam memecahkan masalah-masalah kehidupannya.65 Perintah-perintah dalam Al Quran dan Sunah itulah yang menyebabkan FUI berkomitmen dalam kegiatan dakwah, yang bertujuan untuk memahamkan masyarakat kepada pemurnian tauhid dan mengajak kepada amar ma’ruf nahi munkar, atau menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kita lihat kondisi saat ini sebagian besar masyarakat Islam tidak mengetahui apa itu Islam
65
Muhammad Amien Rais, Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, ( Bandung : Mizan, 1987 ), halaman 27.
lxxvii
yang sebenarnya (tauhid), mereka hanya mempunyai identitas Islam akan tetapi penerapan ajaran Islam masih belum ditanamkan dalam jiwa-jiwa mereka. Oleh sebab itulah kita sebagai Muslim sudah sepantasnya memberikan pengetahuan (mendakwahi) kepada saudara-saudara seiman tentang apa itu Islam. FUI memfokuskan dakwahnya pada pembinaan dan pemurnian Tauhid. Kedudukan Tauhid dalam ajaran Islam adalah paling sentral dan paling esensial. Secara estimologis, Tauhid berarti mengesakan, yaitu mengesakan Allah. Formulasi paling pendek dari Tauhid adalah kalimat thayyibah : la ilaha illa Allah, yang artinya tiada Tuhan selain Allah. Dengan mengatakan “tiada Tuhan selain Allah”, seorang manusia memutlakkan Allah sebagai Khaliq atau maha pencipta dan menisbikan selain-Nya sebagai makhluk atau ciptaan-Nya. Karena itu, hubungan manusia dengan Allah tak setara dibandingkan dengan hubungannya dengan sesama makhluk. Tauhid berarti komitmen manusia kepada Allah sebagai focus dari seluruh rasa hormat, rasa syukur dan sebagai satusatunya sumber nilai. Komitmennya kepada Tuhan adalah utuh, total, positif dan kukuh, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan (kepada Tuhan), serta kemauan keras untuk menjalankan kehendak-kehendak-Nya.66 Sementara itu kita melihat sebagian masyarakat penganut Islam belum memahami arti tauhid, sehingga mereka sesungguhnya masih belum memahami arti tauhid. Disinilah sebenarnya letak kemerdekaan masyarakat Muslim saat ini. Kita bisa mengatakan bahwa keterbelakangan ekonomi, stagnasi intelektual, degenerasi sosial dan pelbagai macam kejumudan lainnya yang diderita oleh
66
Ibid, halaman 13.
lxxviii
masyarakat Muslim, sesungguhnya berakar pada kemerosotan tauhid. Oleh karena itu, untuk melakukan restorasi dan rekonstruksi manusia muslim, baik secara individual maupun kolektif, tauhid adalah masalah pertama dan terpenting untuk segera dipersegar dan diluruskan. Dengan demikian, jelas bahwa anjuran sekulerisasi, misalnya untuk memperbarui pemahaman Islam, adalah suatu ajakan yang tidak mempunyai dasar di dalam Islam dan akan membuat kemerosotan umat menjadi lebih parah.
Dalam hal ini Front Umat Islam melakukan pembinaan Tauhid dan pemurnian Tauhid dengan cara mengadakan kajian-kajian rutin untuk anggota dan kajian Akbar yang dilaksanakan secara umum. Kajian rutin difokuskan kepada Akidah Islam, kajian ini bertujuan untuk mendidik kader-kader dakwah agar mempunyai pengertian tentang Islam yang benar dan mempunyai Akidah yang kuat,67 sehingga mereka dapat menjadi seorang juru dakwah yang handal di daerah masing-masing. Disamping itu kajian ini bertujuan untuk mendidik generasi muslim yang mempunyai mental yang kuat untuk menegakkan agamanya dan mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan kajian akbar yang dilakukan secara umum bermaksut untuk memberikan pengetahuan kepada khalayak umum tentang perkembangan, kemunduran Islam dan apa yang terjadi di dunia Islam. kajian akbar biasanya mengundang Ustad-ustad dari luar daerah. Kepedulian FUI akan kurangnya pemahaman masyarakat tentang apa itu Islam, FUI mengadakan kajian-kajian rutin ataupun kajian akbar untuk membina
67
Mustain, op. cit.,
lxxix
masyarakat menuju Islam yang sebenarnya. Misalnya FUI mengadakan kajian rutin untuk anggota, Kajian tiap Ahad Wage jam 13.00 di dukuh Turusan. Kajian tiap 15 hari sekali malam Jumat jam 20.00 di Turusan, kajian di daerah-daerah ada di 13 tempat diantaranya adalah di Tulung, Turusan, Polanharjo, Gading 2 tempat, Kunden, Kolekan, Giri 2 tempat, Mayungan, Mandingan, Mundu, Kalikotes. Mengadakan pengajian akbar
yang dilaksanakan secara berkala,
mengundang ustad-ustad dari luar daerah. Ahad 23 Mei 2004 mengadakan pengajian akbar di desa Karanganom yang di isi oleh sejarawan muslim Prof. DR. Ahmad Mansyur Surya Negara, Pengajian akbar ustd Abu Bakar Basir di GOR Klaten Senin 28 Agustus 2006, Mengadakan pendampingan agama bagi masyarakat pada waktu gempa Ja-Teng DIY dengan cara mengadakan kajiankajian akbar di tempat-tempat yang rawan yang di isi oleh seorang mualaf yang peduli akan maraknya Kristenisasi, yang kondisi padawaktu itu banyak kristenisasi di wilayah gempa, dan sudah banyak pula korbannya. FUI mengadakan pendampingan dengan cara mengadakan pengajian-pengajian di daerah rawan dan mengirim guru-guru TPA ke daerah-daerah untuk mendidik (menguatkan) akidah anak-anak, yang di adakan secara rutin di dusun Margorejo dan Desa Canan. Pengajian rutin FUI bertujuan untuk mendidik para kader FUI untuk menjadi juru dakwah yang handal dan mampu mengajak kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan ukhuwah islamiyah, diharapkan mereka dapat menjadi juru dakwah di daerah masing-masing. Hal ini mendapat sambutan positif dari masyarakat misalnya seperti banyaknya permintaan masyarakat untuk
lxxx
mengirimkan juru dakwah dari FUI untuk mengisi kajian-kajian di daerah-daerah. Hal ini disebabkan karna kurangnya juru dakwah yang mampu mengajarkan Islam secara benar dan tidak membeda-bedakan golongan (ormas). Dengan adanya pembinaan-pembinaan tersebut masyarakat klaten, khususnya anggota FUI menyadari bahwa hanya ajaran Islamlah yang benar, dan harus diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diwujudkan dengan cara menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, karena dalam Al-quran dijelaskan bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk seluruh manusia dengan menegakkan kebenaran dan keadilan (amar ma’ruf) dan memberantas kejahatan (nahi munkar). Sebagai contohnya FUI melakukan operasi-operasi miras dan togel bekerjasama dengan aparat dan masyarakat. Dengan menegakkan kebenaran dan keadilan (amar ma’ruf) dan memberantas kejahatan (nahi munkar) sebagi dua ciri utamanya, umat-tauhid menunjukkan sasaran dari gerakannya bukan pada bangsa atau kelompok masyarakat tertentu, melainkan pada seluruh kemanusiaan itu sendiri, seperti difirmankan oleh Allah : ”Engkau sekalian adalah umat terbaik yang telah dilahirkan untuk seluruh manusia, Engkau melakukan amar ma’ruf nahi munkar, dan Engkau beriman kepada Allah”. ( Surat Ali Imran : 110 ) Bukti nyatanya adalah membentuk suatu kekuatan fisik dalam hal ini membentuk suatu kekuatan Team Beladiri, Team Sar, Team Dakwah, Team Ekonomi, Team Aksi, dan Team Satgas yang mempunyai tugas masing-masing yang sudah dijelaskan di atas, dibentuknya team-team ini bertujuan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan ukhuwah islamiyah karena dalam hal
lxxxi
ini persatuan dalam Islam sangat dibutuhkan, yang pada kenyataannya pada saat ini banyak perpecahan yang terjadi di tubuh Islam itu sendiri, dan kemunkarankemungkaran banyak terjadi. FUI diharapkan dapat menjadi kelompok penengah yang dapat menyatukan ormas-ormas Islam yang berbeda pendapat, sehingga mereka dapat memahami pendapat orang lain dan dapat meningkatkan ukhuwah Islamiyah. Dan dalam pembentukan suatu kekuatan fisik ini diharapkan mampu mengurangi tingkat kriminalitas dan semakin meningkatkan keamanan di daerah Klaten sehingga masyarakat akan merasakan kehidupan yang aman dan damai. Selain iu pembentukan badan ini juga diharapkan membantu masyarakat dalam menangani bencana alam dan masalah sosial yang ada di Klaten dan sekitarnya. Perilaku amar ma’ruf nahi munkar FUI tercermin dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk memberantas kemunkaran dan mengajak pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang munkar, seperti terjadi ketika melakukan pemberantasan judi dan miras hal ini bekerjasama dengan aparat setempat. Aksi menuntut PerDa miras 0% di Klaten Selasa, 5 November 2002. FUI menarik masyarakat untuk ikut dalam aksi tersebut, aksi tersebut dilaksanakan di depan DPRD Klaten kemudian menuju POLRES Klaten. Menjelang kedatangan Ramadan, Front Umat Islam (FUI) Klaten menggelar aksi damai ke DPRD dan Mapolres, kemarin. Mereka menuntut agar DPRD segera merampungkan Perda Minuman Keras dan minta polisi menggiatkan operasi penyakit masyarakat menjelang Puasa. Sekitar pukul 11.00, pendukung FUI mendatangi DPRD dengan mengendarai mobil dan motor. Sambil membawa panji FUI, mereka meneriakkan yel-yel anti kemaksiatan, anti judi, anti minuman keras, dan anti pelacuran. Mereka ingin DPRD mendukung upaya pembersihan Klaten dari tindak kemaksiatan, seperti judi, pelacuran, pornografi, dan minuman keras. Kini Front menilai, judi merebak di Klaten bahkan sampai ke desa-desa dan tidak ada tindakan tegas aparat keamanan. Mereka juga mempertanyakan langkah Dewan dalam membahas Perda Minuman Keras yang tak kunjung
lxxxii
selesai. Rancangan perda telah diajukan sejak lama, tapi pembahasannya tidak jelas bahkan ada kesan macet. Dalam orasinya, salah satu pengunjuk rasa menuduh Dewan tidak sungguh-sungguh mengegolkan Perda Minuman Keras.68 Sekitar pukul 12.30, pengunjuk rasa bergerak menuju ke Mapolres. Massa berorasi sambil menunggu enam orang perwakilannya berembuk dengan Kapolres AKBP Drs Djarot Subroto. FUI minta aparat memberantas judi togel, totor, capjiki, dan distributor minuman keras yang merebak sampai ke desa-desa terhitung mulai Ramadan. Selain itu, juga diminta menutup tempat-tempat pelacuran serta minta aparat menindak tegas cukong atau beking judi tanpa pandang bulu.69 Aksi-aksi lain yang dilakukan FUI adalah, Aksi anti pornografi dan porno aksi di Solo tanggal 14 Mei 2006, Aksi jalan RUU Pornografi di Klaten 28 Mei 2006.
68
Suara Merdeka Selasa, 5 November 2002
69
Ibid,. 5 November 2002
lxxxiii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Bermunculannya
gerakan-gerakan
pada
masa
reformasi,
hal
ini
diakibatkan oleh semangat kebebasan reformasi, rakyat bebas menyampaikan aspirasinya, Selain itu semakin terbukanya peranan umat Islam untuk mengaktualisasikan potensi umat baik dalam bidang ekonomi, seni, budaya, pers dan pendidikan. Banyak gerakan-gerakan yang muncul sejak awal bergulirnya orde reformasi sampai sekarang, baik gerakan keagamaan maupun non keagamaan. Salah satu di antara gerakan-gerakan yang muncul tersebut adalah Front Umat Islam ( FUI ). Front Umat Islam Klaten yang didirikan pada tanggal 15 November 2002, oleh sekelompok generasi muda Islam yang ingin menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan ukhuwah Islamiyah, sehingga visi dan misi FUI adalah ukhuwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar. FUI adalah organisasi pergerakan dan termasuk organisasi nirlaba, FUI merupakan sebuah organisasi yang
tidak
berbadan hukum dan berbentuk Civil Society Organisation, tidak mempunyai AD/ART yang baku, sistem keanggotaannya pun hanya berdasar pada komitmen, karena FUI hanya komunitas bersama untuk memberantas kemunkaran. Dapat kita lihat bahwa organisasi ini merupakan organisasi sosial keagamaan, yang berkonsentrasi pada ukhuwah Islamiyah, amar ma’ruf nahi munkar dan dakwah sosial. Dalam menjalankan roda kegiatannya organisasi FUI
lxxxiv
sama sekali tidak menerima dana dari pemerintah, lembaga nasional atau Internasional. Mereka hanya mengandalkan dana dari kalangan sendiri dan para donatur. FUI sangat berperan dalam bidang kemanusiaan, sosial dan keagamaan di daerah Klaten, misalnya ketika terjadi bencana alam dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, pola kegiatan dakwah FUI dengan cara pembinaan/pemurnian tauhid dan mempersiapkan kader untuk lebih siap dalam menegakkan ukhuwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar. Pembinaan tauhid dan pemurnian tauhid dilakukan dengan cara mengadakan kajian-kajian rutin untuk anggota dan kajian akbar yang dilaksanakan secara umum. Kajian rutin difokuskan kepada akidah Islam, kajian ini bertujuan untuk mendidik kader-kader dakwah agar mempunyai pengertian tentang Islam yang benar dan mempunyai akidah yang kuat, sehingga mereka dapat menjadi seorang juru dakwah yang handal dan mampu menegakkan ukhuwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar. FUI mempunyai team-team untuk membentuk suatu kekuatan fisik dalam hal ini membentuk suatu kekuatan Team Beladiri, Team Sar, Team Dakwah, Team Ekonomi, Team Aksi, dan Team Satgas yang bertujuan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan ukhuwah Islamiyah. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, Front Umat Islam mempunyai peranan kemanusiaan dan sosial yang penting di daerah Klaten, misalnya ketika terjadi bencana alam atau musibah-musibah, FUI selalu cepat dalam memberikan bantuan logistik dan relawan kepada korban. Misalnya seperti ketika terjadi aktivitas gunung Merapi meningkat dan gempa bumi di daerah
lxxxv
Yogyakarta dan Jawa Tengah Sabtu, 27 Mei 2006, FUI melakukan “Aksi Cepat Tanggap Darurat” terhadap musibah yang menimpa saudara-saudaranya di Klaten, dengan cara segera mengirim relawan ke daerah bencana dan menyalurkan bantuan ke daerah tersebut. Dalam kegiatan sosial keseharian FUI, FUI sering dimintai tolong untuk membantu masyarakat untuk membangun fasilitas umum seperti pengecoran dan pembangunan Masjid, FUI juga mempunyai ambulance jenazah gratis yang diperuntukkan untuk masyarakat tidak mampu.
lxxxvi
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Abdul Rashid Moten. 2001. Political Secience : an Islamic Perspective. ( edisi terjemahan oleh Munir A. Mu’in dan Widyawati ). Bandung : Pustaka. Ahmad Mansyur Suryanegara. 1995. Menemukan Sejarah Pergerakan Islam di Indonesia. Bandung : Mizan. Amitai Efzioni. 1982. Organisasi-organisasi Modern. Jakarta : UI dan Bradjaguna. Anwar Haryono. 2000. Perjalanan Politik Bangsa: Menoleh ke Belakang Menatap Masa Depan. Jakarta : Gema Insani Press. Armstrong, Karen. 2000. Islam : A Short History. Sepintas Sejarah Islam ( edisi terjemahan oleh Ira Puspito Rini ). Yogyakarta : Ikon Teralitera. Azyumardi Azra. 1996. Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme hingga Post-Modernism. Jakarta : Paramadina. Baihaqi Mustafa, Ii. 2005. K.H.M. Rusyad Nurdin – Ulama, Pejuang, Politikus, Pemimpin Demokrat, Pendidik, dan Pendakwah. Jakarta : Multipro. LPESKI YUAVIN. Boland, B.J. 1982. The Strunggle Of Islam In Modern Indonesia. ( edisi terjemahan oleh Safroedin Bahar ). Jakarta : Grafiti Press. Bratton, Michael. “NGO in Africa: Can They Influence Public Policy?”. ( Development and Change 21, 1990 ) . Edhi, H.P. 1999. Hubungan antara Kestabilan Emosi dengan Sikap Prososial. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS. Eef Saefullah Fatah. 2000. Zaman Kesempatan : Agenda-agenda Besar Pasca Orde Baru. Bandung : Mizan. Esposito, Jhon. L. 1994. Ancaman Islam : Mitos Atau Realitas. Bandung : Mizan. Fachri A dan Bachtiar E. 1989. Merambah Jalan Baru Islam, Rekonstruksi, Pemikiran Islam Masa Orde Baru. Bandung. Mizan. Fatwa, A.M. 2003. Dari Cipinang ke Senayan. Jakarta : Institute For Transformation Studies.
lxxxvii
Helius Sjamsuddin. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Penerbit Ombak. Imam Suprayogo. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung : Remaja Rosda Karya. Imadudin Rahmat, M. 2005. Arus Baru Islam Radikal. Jakarta : Erlangga. Isbandi Rukminto Adi. 2003. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Interfensi Komunitas. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Kuntowijoyo. 1999. Metode Sejarah. Bandung : Tiara Wacana. __________. 1999. Paradigma Islam. Interpretasi Untuk Aksi. Bandung : Mizan. Kramer, Ralph. M. “Future of Voluntary Service Organization,” ( Social Work 18 Juni 1973 ). Mansur Hidayat. 2008. Ormas Keagamaan dalam pemberdayaan Politik Masyarakat Madani (Telaah teoritik historis). Bandar Lampung : Fakultas Dakwah IAIN. Mardiyah. ”Sebuah Indonesia yang Sakit”.
. (diakses 26 April 2010). Miller, D. Barbara dan Showkat Hayat Khan. “Incorporating Voluntarism into Rural Development in Bangladesh,” ( Third World Planning Review 8, 1986 ). Muhammad Amien Rais. 1987. Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta. Bandung : Mizan. Noer, Delier. 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta : LP3ES. Nugroho Notosusanto. 1978 . Masalah Penulisan Sejarah Kontemporer : Suatu Pengalaman. Jakarta : Yayasan Idayu. PUSHAM-UII. “Angka Kejahatan dan Politik Kriminal”. 21/3/2005. . (diakses tanggal 24 April 2010). Robby Sugara. “Islam Radikal di Solo dari Kelompok Muslim Modernis”. . (di akses 27 April 2010). Samuel P Huntington. 2000. Benturan Antar Perdaban dan Masa Depan Politik Dunia. Penerjemah M Sadat Ismail. Yogyakarta : Qalam.
lxxxviii
Sartono Kartodirjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Pendekatan Sejarah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Sarwono. 1991. Psikologi Muda-Mudi. Jakarta: Rineka Cipta. Sholah as-Showiy. 1998. Jama’atul Muslimin Tinjauan salaf dalam realitas Masa Kini. Surakarta : Pustaka Al Alaq. Syafriman dan Wirawan, Y G. 2002. Perbedaan Orientasi Nilai Dan Perilaku Prososial Antara Suku Bangsa Melayu Dan Suku Bangsa Tionghoa. Disertasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Turnan, Kahin, George Mc. 1995. Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. Jakarta : University Press. Pustaka Sinar Harapan. Wahid Hamdani. 2009. Hubungan nilai hidup dengan Prilaku Prososial pada anggota Front Umat Islam Klaten. Skripsi ( tidak di terbitkan) Surakarta : Fakultas Psikologi Ums. Wilensky, Harold L. 1981. Voluntary Agencies in the Welfare State. Berkeley : University of California Press. Zaki Badawi. 1993. A Dictionary of The Social Scienses; English, French,Arabic. Beirut : Librairie du Liban. B. Majalah/Koran Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Kedaulatan Rakyat 8 November 1945. Republika. 13 Mei 2002, Dialog Jum’at. 11 Januari 2008. Sabili no : 9, 2003. Suara Merdeka. Rabu. 20 Juni 2007, Selasa. 5 November 2002 The United Nations Human Development Report, 1999. World Employment Report 1998-1999, International Labor Organization.
lxxxix