HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNAAN FASILITAS RUANGAN KELAS DENGAN TINGKAT KENYAMANAN MAHASISWA PADA SAAT PROSES PEMBELAJARAN DI STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA.
RELATION THE DEGREE OF SATISFACTION USE IN THE CLASS ROOM AMENITY WITH THE DEGREE OF COMFORTABLE STUDENT AT LEARN PROCESS IN SCHOOL OF HEALTH SCIENCE WIRA HUSADA YOGYAKARTA Fransiskus Asisi Gandur¹, Akhmad Toha¹, Priana Tri Widyastiti¹
ABSTRACT Background: The cause of Indonesian educational quality poorness was teaching effectiveness, efficiency, and standardization. From observational result conducted in School of Health Science Wira Husada Yogyakarta, it was obtained that there were students who attend classes they sometimes did not get class room due to class room availability. Objective: To know relation the degree of satisfaction use in the class room amenity with the degree of comfortable student at learn process in School of Health Science Wira Husada Yogyakarta. Method: This was a quantitative non-experimental research with a cross sectional approach. Data collection used questionnaire. Data analysis used spearman rank (rho) correlation test. Result: Spearman Rank correlation test (rho) was obtained result of 0.789. Satisfied category result was (64.6%), not satisfied was (19%), very satisfied was (16.4%). Convenient category was (68.4%), inconvenient was (15.2%), very convenient was (13.9%) and very inconvenient was (2.5%). Conclusion: There was a strong relation between the degree of satisfaction use in the class room amenity with the degree of comfortable student at learn process in School of Health Science Wira Husada Yogyakarta. Keywords: Class room facility use satisfaction level, convenience level. 1
STIKes W ira Husada Yogyakarta
PENDAHULUAN Istilah belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pendidikan. Pembelajaran sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Perbedaan belajar dan pembelajaran terletak pada penekanannya. Pembahasan masalah belajar lebih menekankan pada bahasan tentang siswa 1 dan proses yang menyertai dalam rangka perubahan tingkah lakunya . Proses pembelajaran adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap 2 perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar . Mutu hubungan antara manusia, suasana dan kenyamanan kerja merupakan faktor-faktor yang turut menciptakan tingkat rasa betah di lingkungan sekolah. Mengingat pentingnya pendidikan, secara konseptual pendidikan dapat dikelompokkan sebagai barang publik yang bersifat campuran. Pendidikan sebagai barang publik dikarenakan bahwa dampak dari jasa
pendidikan dapat dinikmati bersama-sama oleh masyarakat luas dari berbagai status sosial dan kelompok dalam masyarakat tanpa mengurangi tingkat kenyamanan pemakainya. Sebaliknya produsen pendidikan seperti pemerintah dan penyelenggara pendidikan lainnya dapat menghalangi konsumen lain untuk memperoleh pendidikan. Namun tidak dapat menghalangi 3 masyarakat untuk menikmati dampak dari pendidikan tersebut . Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Berdasarkan data yang 4 ditunjukkan Balitbang , penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah masalah efektivitas, efisiensi, dan standarisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khususnya adalah rendahnya sarana fisik, kualitas dosen, serta mahalnya biaya pendidikan. Rendahnya kualitas sarana fisik ditandai dengan banyak sekali perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap, sementara laboratorium tidak berstandar. Bahkan masih banyak perguruan tinggi yang tidak memiliki fasilitas gedung sendiri, perpustakaan, serta tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Proses pembelajaran di dalam ruangan kelas, akan bisa berjalan dengan lancar, kondusif, interaktif, dan lain sebagainya apabila dilandasi oleh tersedianya fasilitas ruangan kelas yang memadai. Dengan kondisi demikian, diharapkan mampu meningkatkan proses pembelajaran. Namun pada kenyataannya kegiatan belajar mengajar masih banyak hambatan yang ditandai dengan masih minimnya fasilitas ruangan kelas. Ketika kondisi tersebut menjadi realitas dalam dunia pembelajaran maka mustahil apabila mampu menciptakan suasana yang nyaman di 5 dalam ruangan kelas . Fasilitas belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar. Interaksi belajar mengajar akan semakin produktif apabila antara siswa, dosen, materi pelajaran didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai serta pengelolaan yang baik sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang bermakna. Ruang belajar merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, lazimnya berbentuk ruangan kelas. Ruangan tersebut tentunya harus ditata sedemikian rupa sehingga secara layak dapat melangsungkan kegiatan 6 pembelajaran . Ketersediaan fasilitas ruangan merupakan indikator yang cukup berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Keberadaan dan penggunaan sarana maupun sumber belajar, harus benar-benar dimanfaatkan untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif, sehingga mampu mempengaruhi tingkat kenyamanan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai tingkat kenyamanan yang baik diperlukan pemahaman tentang apa yang diinginkan oleh mahasiswa dengan mengembangkan komitmen setiap orang yang ada dalam lembaga untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi harus mengutamakan kenyamanan terhadap mahasiswa sebagai pelanggan dengan memberikan pelayanan yang baik, sehingga mahasiswa dapat belajar dengan nyaman dalam institusi pendidikan tersebut. Bidang pelayanan yang harus dikembangkan secara berkelanjutan meliputi semua aspek yaitu kurikulum program studi, proses pembelajaran, sumber daya manusia, dosen, pegawai, mahasiswa, suasana akademik, penelitian serta publikasi pengabdian kepada masyarakat begitu pula dengan sarana dan prasarana yang ada di STIKES W ira Husada Yogyakarta. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di STIKES W ira Husada Yogyakarta pada bulan Desember 2011 melalui dokumentasi, fasilitas yang ada di STIKES Wira Husada Yogyakarta memiliki gedung tiga lantai terdiri atas sebelas ruangan kelas dengan jumlah kursi disetiap ruangan kelas ada 50 buah, 16 buah kipas angin, 2 unit laptop, LCD berjumlah 14 unit, dan 6 buah OHP. Dengan tersedianya fasilitas di atas tidak semuanya mahasiswa
mendapatkannya, dikarenakan mahasiswa prodi S-1 keperawatan yang berjumlah 377 orang tidak sesuai dengan jumlah fasilitas yang ada. Dari hasil observasi yang dilakukan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, kadang tidak mendapatkan ruangan kelas yang disebabkan kurangnya fasilitas ruangan yang ada. Dengan kurangnya fasilitas kadang ada mahasiswa yang tidak mendapatkan ruangan kelas, tapi kadang juga di waktu lain ada ruangan kelas yang tidak digunakan. Dari hasil wawancara dengan 30 mahasiswa mengatakan bahwa fasilitas yang tersedia di STIKES W ira Husada Yogyakarta sudah bagus, tetapi belum mencukupi kebutuhan dari keseluruhan mahasiswa. Masih kurangnya ruangan kelas, AC, kipas angin, LCD, Laptop, OHP, meja, kursi sehingga dapat membuat proses pembelajaran itu tidak nyaman. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “hubungan tingkat kepuasan penggunaan fasilitas ruangan kelas dengan tingkat kenyamanan mahasiswa pada saat proses pembelajaran prodi S-1 keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan W ira Husada Yogyakarta”.
METODE Penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian kuantitatif non-eksperimen dengan metode deskriptif analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu mempelajari hubungan antara variabel yang diteliti dan pengumpulan data dilakukan sekaligus pada waktu yang sudah ditentukan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode proportional stratifed random sampling dimana pengambilan anggota sampel dari populasi Prodi S-1 keperawatan yang mana pengambilan sampel didasarkan pada unsur homogen dan berstrata, yaitu sebanyak 79 responden. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman rank (rho).
HASIL PENELITIAN 1. Tingkat Kepuasan Penggunaan Fasilitas Ruangan Kelas Fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Untuk mengetahui tingkat kepuasan penggunaan fasilitas ruangan kelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Tabel Tingkat Kepuasan Penggunaan Fasilitas Ruangan Kelas No 1 2 3 4
Tingkat Kepuasan Penggunaan Fasilitas Sangatpuas Puas Tidakpuas Sangattidakpuas Total Sumber: data primer
Jumlah 2 41 35 1 79
Persentase (%) 2,5 51,9 44,3 1,3 100,00
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa mahasiswa yang menyatakan puas dengan fasilitas ruangan kelas yaitu sebanyak 41 orang atau 51,9%, mahasiswa yang menyatakan tidak puas dengan fasilitas sebanyak 35 orang atau 44,3%, mahasiswa yang menyatakan
sangat puas sebanyak 2 orang atau 2,5%, dan mahasiswa yang menyatakan sangat tidak puas dengan fasilitas ruangan kelas sebanyak 1 orang atau 1,3%. 2. Tingkat Kenyamanan Mahasiswa pada saat Proses Pembelajaran Nyaman merupakan kata yang digunakan untuk mengungkapkan suasana yang tenang, rasa yang dapat membangkitkan potensi yang ada di dalam diri saat melakukan suatu aktivitas kegiatan atau pun saat berada di suatu tempat.
No 1 2 3
Tabel 2 TabelTingkatKenyamananMahasiswadpadasaatProsesPembelajaran TingkatKenyamananMahasiswa Jumlah Persentase(%) Sangatnyaman 1 1,3 Nyaman 38 48,1 Tidaknyaman 40 50,6 Total 79 100,00 Sumber: data primer
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa mahasiswa yang menyatakan tidak nyaman sebanyak 40 orang atau 50,6%, mahasiswa yang menyatakan nyaman sebanyak 38 orang atau 48,1%, dan mahasiswa yang menyatakan sangat nyaman sebanyak 1 orang atau1,3%. Tabel 3. Tabel Tingkat Kepuasaan Penggunaan Fasilitas Ruangan Kelas dengan Tingkat Kenyamanan Mahasiswa pada saat Proses Pembelajaran Tingkat kenyamanan
Tingkat Kepuasan Penggunaan Fasilitas Ruangan Kelas
Sangat nyaman Sangatpuas Puas Tidak puas Sangat tidak puas
Total Sumber: data primer
1 0
0
31
0
Tidak nyaman
Nyaman 1
Total
2
10
6
41
29
35
0
0
1
1
1
38
40
79
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil bahwa hubungan antara tingkat kepuasan penggunaan fasilitas ruangan kelas dengan tingkat kenyamanan mahasiswa pada saat proses pembelajaran adalah mahasiswa yang menyatakan nyaman sebanyak 38 orang, menyatakan tidak nyaman 40 orang, dan yang menyatakan sangat nyaman sebanyak 1 orang.
3. Hubungan Tingkat Kepuasaan Penggunaan Fasilitas Ruangan Kelas dengan Tingkat Kenyamanan Mahasiswa pada saat Proses Pembelajaran Untuk membuktikan hipotesis, maka analisis hubungan tingkat kepuasaan penggunaan fasilitas ruangan kelas dengan tingkat kenyamanan mahasiswa pada saat proses pembelajaran adalah dengan menggunakan analisis spearman rank (rho). Dari hasil analisis korelasi spearman rank (rho), maka diperoleh hasil nilai correlation coefficient sebesar 0,789 dan nilai Sig 0,001. Hal ini diperkuat dengan penelitian Sugiyono yang menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi dianggap kuat jika interval korelasinya adalah 0,60-0,799. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05, yang berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara tingkat kepuasaan penggunaan fasilitas ruangan kelas dengan tingkat kenyamanan mahasiswa pada saat proses pembelajaran prodi S-1 keperawatan di STIKES Wira Husada Yogyakarta.
PEMBAHASAN 1. Tingkat Kepuasaan Penggunaan Fasilitas Ruangan Kelas di STIKES Wira Husada Yogyakarta Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa mahasiswa yang menyatakan puas dengan penggunaan fasilitas ruangan kelas yang ada di STIKES W ira Husada yaitu sebanyak 41 orang atau 51,9%, mahasiswa yang menyatakan tidak puas dengan fasilitas ruangan kelas sebanyak 35 orang atau 44,3%, mahasiswa yang menyatakan sangat puas dengan fasilitas ruangan kelas sebanyak 2 orang atau 2,5%, dan mahasiswa yang menyatakan sangat tidak puas dengan fasilitas ruangan kelas sebanyak 1 orang atau 1,3%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan penggunaan fasilitas ruangan kelas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Fasilitas ruangan kelas yang ada di STIKES W ira Husada sudah tersedia sesuai dengan standar yang ada. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sopiatin (2010) bahwa kepuasan mahasiswa adalah sikap individu yang memperlihatkan rasa senang atas pelayanan proses belajar mengajar karena adanya kesesuaian antara apa yang diharapkan dari pelayanan tersebut dibandingkan dengan kenyataan yang diterimanya. Proses belajar mengajar akan semakin sukses apabila ditunjang dengan adanya fasilitas belajar atau yang disebut sarana dan prasarana pendidikan. Dengan adanya fasilitas akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Sarana pendidikan merupakan semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien. 2. Tingkat Kenyamanan Mahasiswa pada saat Proses Pembelajaran Prodi S-1 Keperawatan di STIKES Wira Husada Yogyakarta Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa mahasiswa yang menyatakan tidak nyaman pada saat proses pembelajaran di STIKES W ira Husada sebanyak 40 orang atau 50,6%, mahasiswa yang menyatakan nyaman sebanyak 38 orang atau 48,1%, dan mahasiswa yang menyatakan sangat nyaman sebanyak 1 orang atau 1,3%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswa STIKES W ira Husada Yogyakarta didapatkan hasil bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan belajar mahasiswa adalah kurangnya fasilitas ruangan kelas. Rasa nyaman itu sendiri merupakan kata yang digunakan untuk mengungkapkan suasana yang tenang, rasa yang dapat membangkitkan potensi yang ada di dalam diri saat melakukan suatu aktifitas kegiatan atau pun saat berada di suatu tempat, dimana pengertian tersebut berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan yaitu sebesar 50,6% mahasiswa mengatakan tidak nyaman karena kurangnya fasilitas yang tersedia.
3. Hubungan Tingkat Kepuasan Penggunaan Fasilitas Ruangan Kelas dengan Tingkat Kenyamanan Mahasiswa pada saat Proses Pembelajaran Hubungan tingkat kepuasan penggunaan fasilitas ruangan kelas dengan tingkat kenyamanan mahasiswa pada saat proses pembelajaran prodi S-1 keperawatan di STIKES W ira Husada Yogyakarta di peroleh hasil adalah terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara tingkat kepuasan penggunaan fasilitas ruangan kelas dengan tingkat kenyamanan mahasiswa pada saat proses pembelajaran dengan nilai koefisien korelasi 0,789, yang menunjukkan bahwa, tingkat kepuasan penggunaan fasilitas ruangan kelas mempunyai peranaan yang sangat penting dalam menciptakan suasana atau tingkat kenyamanan mahasiswa pada saat mengikuti proses pembelajaran. Fasilitas ruangan kelas yang ada di STIKES Wira Husada Yogyakarta sudah sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab VII Standar Sarana dan Prasarana Pasal 42 yaitu: (1). Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2). Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, tempat beribadah untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur. 4. Faktor Pendukung Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah bantuan dari dosen pembimbing yang telah memberikan masukan yang berkaitan dengan penelitian, kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu dengan mengisi lembar kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti kepada responden serta bantuan dari beberapa mahasiswa semester II, IV, VI, prodi S-1 keperawatan yang telah mengkoordinir pengumpulan kuesioner sehingga peneliti mendapat kemudahan dalam pengumpulan kuesioner.
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Tingkat kepuasan penggunaan fasilitas ruangan kelas pada kategori puas sebesar 51,9%, tidak puas sebesar 44,3%, sangat puas sebesar 2,5% dan sangat tidak puas sebesar 1,3%. 2. Tingkat kenyamanan mahasiswa pada kategori tidak nyaman sebesar 50,6%, nyaman sebesar 48,1%, dan kategori sangat nyaman sebesar 1,3%. 3. Terdapat hubungan yang kuat antara tingkat kepuasan penggunaan fasilitas ruangan kelas dengan tingkat kenyamanan mahasiswa pada saat proses pembelajaran prodi S-1 keperawatan di STIKES Wira Husada Yogyakarta.
SARAN Mengacu pada hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Institusi Pendidikan STIKES W ira Husada Yogyakarta Agar dapat meningkatkan penyedian fasilitas kampus seperti gedung kampus, ruang kelas yang secara ideal ruang kelas tersebut dapat memenuhi persyaratan yang dapat menunjang kegiatan belajar, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: ukuran kelas, penerangan yang cukup, adanya sirkulasi udara, kursi dan meja tulis yang baik, adanya perhiasan kelas, serta alat atau media pengajaran sehingga proses pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan dengan baik dan lancar.
2.
Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti tentang hubungan tingkat kenyamanan belajar mahasiswa dengan prestasi belajar mahasiswa STIKES W ira Husada Yogyakarta.
KEPUSTAKAAN 1. Sugihartono, Fathiyah, Setiawati, Harahap, Nurhayati. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. 2. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta. 3. Sagala. 2010. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 4. Megantara, H. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan di Indonesia. Diakses pada tanggal 8 Desember 2011 dari (http://www.presidenri.go.id/ DokumenUU.php/104.pdf). 5. Yamin, M. 2009. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press. 6. Sobri. 2009. Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Multi Pressindo 7. Sopiatin. 2010 Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa. Bogor: Ghalia Indonesia.