Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
FORMULASI EMULGEL EKSTRAK ETANOL DAUN DEWA (Gynura pseudochina (L.) DC) UNTUK PENGOBATAN NYERI SENDI TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN Revi Yenti1, Ria Afrianti1, Siti Qomariah1 1Sekolah
Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang email:
[email protected] ABSTRAK
Daun dewa (Gynura pseodochina (L.) DC) secara empiris digunakan sebagai pengobatan nyeri sendi. Hasil beberapa penelitian juga menunjukan bahwa esktrak etanol daun dewa juga dapat digunakan sebagai analgetik yang diberikan secara oral. Pada penelitian ini ekstrak etanol daun dewa diformulasi menjadi sediaan emulgel untuk pengobatan nyeri sendi. Pada penelitian ini digunakan 3 formula (F1, F2, dan F3) ekstrak etanol daun dewa dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10%. Evaluasi terhadap formula emulgel meliputi organoleptis, homogenitas, distribusi ukuran partikel, pemeriksaan stabilitas dengan pendingin dan suhu kamar, pH, uji daya menyebar, uji iritasi kulit dan penentuan tipe krim. Uji efek penyembuhan nyeri sendi dilakukan pada tikus putih jantan yang diinduksi nyeri sendi dengan menggunakan AgNO3 1% secara intraartikular. Parameter yang diamati adalah jumlah cicitan hewan pada waktu pengamatan 30 menit, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam, 10 jam, dan 12 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula emulgel ekstrak etanol daun dewa stabil secara fisika pada semua konsentrasi dan dapat menyembuhkan nyeri sendi. Sediaan yang efektif dalam menyembuhkan nyeri sendi diberikan oleh formula F3 (konsentrasi 10%) , terlihat dari hewan yang sudah tidak mencicit lagi pada waktu pengamatan 8 jam dibandingkan formula lainnya. Kata kunci: Emulgel, Gynura pseodochina (L.) DC, nyeri sendi PENDAHULUAN Penyakit-penyakit dengan gangguan persendian di masyarakat lebih sering diidentikkan dengan reumatik. Meskipun sesungguhnya penyakit pada persendian banyak macamnya, seperti osteoartritis, rhematoid artritis, pirai, poliarteritis, dan lain-lain. Nyeri sendi sering ditemukan dan menjadi penyebab kecacatan, terutama pada usia lanjut, dewasa, bahkan sering juga dijumpai pada anak dengan berbagai tingkat usia. Pada umumnya penyakit ini menyerang sendi-sendi penopang tubuh, yaitu sendi lutut dan panggul serta menyerang sendi tangan. Manifestasi klinik ditandai dengan nyeri sendi, nyeri gerak dan keterbatasan gerak (Anonim, 2009). Penggunaan obat berbasis tumbuhtumbuhan merupakan pendekatan populer
untuk perawatan kesehatan. Salah satu obat tradisional yang berasal dari tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah daun dewa (Gynura pseudochina (L.) DC) dari family asteraceae. Dari hasil penelitian dan pengalaman empiris, diketahui bahwa tanaman ini dapat digunakan untuk pengobatan nyeri sendi. Semua bagian tanaman ini diketahui dapat dipergunakan untuk obat (Dalimartha, 1999). Tanaman daun dewa mempunyai kandungan kimia yang bermanfaat bagi manusia. Kandungan kimia yang terdapat pada daun dewa diantaranya alkaloid, polifenol, flavanoid, saponin, dan minyak atsiri (Kardi, 2002). Pada beberapa penelitian ditemukan aktifitas daun dewa antara lain, infusa daun dewa 20 % (Gynura segetum 56
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
(Lour.) Merr.) memiliki efek analgetik setara dengan metampiron, sedangkan ekstrak etanol daun dewa (Gynura procumbens (Lour.) Merr.) hasil sokletasi dengan dosis 53,33 mg/kgBB mempunyai aktifitas menurunkan kadar asam urat ayam jantan leghorn (Putri, 2007). Sari daun dewa segar dosis 0,01 ml/10 g BB yang diberikan secara oral pada mencit, memberikan efek analgesik lebih baik dari pada asetosal sebagai pembanding (Dalimartha, 1999). Berdasarkan hal di atas, maka dilakukan pengembangan ekstrak etanol daun dewa dengan cara memformulasikan dalam bentuk emulgel untuk pengobatan nyeri sendi. Penggunaan sediaan emulgel lebih diminati bila dibandingkan dengan sediaan emulsi atau gel saja. Gel mempunyai kelebihan berupa kandungan air yang cukup tinggi sehingga memberikan kelembaban
yang bersifat mendinginkan dan memberikan rasa nyaman pada kulit (Mitsui, 1997). Sedangkan emulsi mempunyai keuntungan dapat membentuk sedian yang saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu membentuk sediaan yang homogen dan stabil (Magdy, 2004). Pada sistem emulsi terdapat fase minyak yang berfungsi sebagai emolien atau occlusive yang akan mencegah penguapan sehingga kandungan air di dalam kulit dapat dipertahankan. Peningkatan oklusivitas dari fase minyak pada sistem emulsi akan meningkatkan hidrasi pada stratum corneum dan hal ini berhubungan dengan berkurangnya hambatan difusi bagi zat terlarut. Oleh karena itu adanya sistem emulsi dalam bentuk sediaan emulgel akan memberikan penetrasi tinggi dikulit (Block, 1996).
METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas standar laboratorium, kaca arloji, cawan penguapan, botol semprot, corong, kertas perkamen, timbangan digital, lemari pendingin, botol maserasi, rotary evaporator, pipet tetes, batang pengaduk, pinset, spatel, pH meter, desikator, krus porselin, lumpang, stamfer, dan homogenizer.
Persiapan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dewa (Gynura pseudochina (L.) DC) yang diambil di Kapalo Koto, Padang (Sumatera Barat). Sampel diidentifikasi di Herbarium Universitas Andalas Jurusan Biologi, FMIPA. Ekstraksi Daun Dewa Sampel dibersihkan, ditimbang sebanyak 1 kg lalu dirajang kemudian dimaserasi dengan etanol 96% selama lima hari. Proses maserasi dilakukan sebanyak tiga kali. Maserat disaring, kemudian dipekatkan dengan Rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental (Voight, 1994).
Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah daun dewa, etanol 96 %, kloroform, FeCl3, Serbuk Mg, norit, asam asetat anhidrat,H2SO4 2N, H2SO4 (p), HCl (p), amoniak 0,05 N, aquades, HPMC, propilen glikol, paraffin liquid, tween 80, span 80, methyl paraben, propyl paraben, AgNO3 1%, dan emulgel pembanding.
Pemeriksaan Ekstrak Etanol Daun Dewa Pemeriksaan ekstrak etanol daun dewa, yang meliputi uji fitokimia, pemeriksaan organoleptis, kelarutan, kadar abu, susut pengeringan, dan pengukuran pH.
Hewan Percobaan Pada penelitian ini digunakan hewan percobaan terdiri dari 15 ekor tikus putih jantan dengan berat antara 150-200 g
Pemeriksaan Zat Tambahan
57
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Pemeriksaan terhadap bahan tambahan dilakukan menurut persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV dan Martindale The Extra Pharmacopia.
Keterangan: F0: Basis emulgel, F1: Emulgel ekstrak etanol daun dewa konsentrasi 2,5 %, F2: Emulgel ekstrak etanol daun dewa konsentrasi 5%, F3: Emulgel ekstrak etanol daun dewa konsentrasi 10%.
Pembuatan Basis Emulgel dan Emulgel Ekstrak Etanol Daun Dewa
Ekstrak etanol daun dewa dimasukkan ke dalam lumpang lalu digerus, kemudian ditambahkan basis emulgel yang telah terbentuk untuk masing-masing formula sedikit demi sedikit kemudian digerus hingga homogen. Lalu masingmasing formula disimpan dalam wadah emulgel.
Tabel 1. Formula Basis Emulgel No
Bahan
Konsentrasi (%)
1 2 3 4 5 6 7 8
HPMC Paraffin Liquid Tween 80 Span 80 Propylenglycol Methylpareben Propylparaben Aquades
2,5 5 1,08 0,42 10 0,03 0.01 ad 100
Evaluasi Basis Emulgel dan Emulgel Ekstrak Etanol Daun Dewa Evaluasi basis emulgel dan emulgel ekstrak etanol daun dewa meliputi : 1. Pemeriksaan organoleptis Pengamatan organoleptis meliputi: bentuk, bau dan warna dilakukan setiap minggu selama 6 minggu pada suhu kamar. 2. Pemeriksaan homogenitas Emulgel ditimbang 0,1 gram kemudian dioleskan secara merata dan tipis pada kaca transparan, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat butir-butir kasar. 3. Pemeriksaan ukuran partikel (Voight, 1994) Pemeriksaan ukuran partikel menggunakan mikroskop listrik yang telah dilengkapi mikrometer pentas. Emulgel ditimbang sebanyak 0,1 gram. Diencerkan dengan aguadest sampai volume 10 mL. Diambil sedikit hasil pengenceran dan diteteskan pada kaca objek, diratakan dan ditutup dengan cover glass. Hitung jumlah partikel sesuai dengan interval untuk masingmasing ukuran. 4. Pemeriksaan stabilitas terhadap suhu (Jellinek, 1970) a. Suhu dingin Emulgel ditimbang 5 gram dan dimasukkan kedalam wadah emulgel, kemudian diletakkan dalam lemari es dengan suhu 5ºC dan dibiarkan
Pembuatan emulgel dilakukan sesuai dengan komposisi formula yang tertera pada Tabel 1. Masing-masing bahan basis emulgel ditimbang terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan pembuatan basis emulgel dengan cara: Pembuatan Emulsi : Fase minyak dibuat dengan mencampurkan span 80 dengan paraffin Liquid pada suhu 70oC, fase air dibuat dengan mencampurkan tween 80 dan sebagian air pada suhu 70oC. Fase minyak ditambahkan ke fase air pada suhu 70oC sambil terus diaduk dengan pengaduk hingga terbentuk emulsi. Gel dibuat dengan mendispersikan HPMC sedikit demi sedikit dalam air panas dengan suhu 80ºC, digerus sampai terbentuk basis gel. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan dalam propilenglikol, lalu dicampurkan dengan gel. Kemudian emulsi dan gel yang sudah terbentuk dicampur dengan homogenizer pada kecepatan 700 RPM selama 45 menit sampai terbentuk emulgel. Tabel 2. Formula Basis Emulgel dan Emulgel Ekstrak Etanol Daun Dewa Bahan Ekstrak Daun Dewa Basis ad
F0 (%) 0 100
F1 (%) 2,5 100
F2 (%) 5 100
F3 (%) 10 100
58
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
selama 24 jam. Setelah itu dikeluarkan dan diamati ada atau tidak terjadi pemisahan. b. Suhu kamar Emulgel ditimbang 5 gram dan dimasukkan kedalam wadah emulgel, kemudian dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar. Setelah itu diamati ada atau tidak terjadi pemisahan. 5. Pemeriksaan pH Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat ini dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan dapar asetat pH 4,0 dan dapar fosfat pH 7,0 sehingga angka yang muncul pada alat berada pada pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest dan dikeringkan dengan tisu. Pengukuran pH basis emulgel dilakukan dengan cara: sebanyak 1 gram emulgel diencerkan dengan aquadest hingga 10 mL dalam wadah yang cocok. Eloktroda dicelupkan kedalam wadah tersebut, biarkan jarum bergerak sampai pada posisi konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan nilai pH basis emulgel. Pengamatan dilakukan selama 6 minggu. 6. Uji daya sebar (Voight, 1994) Emulgel sebanyak 0,5 g diletakkan hatihati diatas kaca transparan yang beralaskan kertas grafik, biarkan sediaan menyebar pada diameter tertentu. Kemudian ditutup dengan plastik transparan dan diberi beban (1gram, 2 gram, 5 gram), lalu diukur pertambahan luas setelah diberi beban. 7. Pemeriksaan iritasi kulit. Pengujian iritasi kulit dengan cara uji tempel tertutup pada kulit manusia dimana 0,1 gram sedian dioleskan pada pangkal lengan bagian dalam dengan diameter pengolesan 2 cm kemudian ditutup dengan perban dan plester, biarkan selama 24 jam kemudian dioleskan lagi, lakukan selama 3 hari. Setelah itu amati gejala yang ditimbulkan. Apabila tidak menimbulkan iritasi pada kulit, massa sediaan dinyatakan memenuhi syarat pengujian.
8. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan diteteskan pada kaca objek, lalu diteteskan larutan metilen blue, ditutup dengan cover glass dan diamati dibawah mikroskop. Apabila zat warna tersebar merata pada sediaan maka tipe emulsi M/A, tapi jika zat warna tidak tersebar merata maka tipe emulsi A/M. Uji Efektivitas Pengobatan Nyeri Sendi Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan dengan berat badan 150-200 g sebanyak 15 ekor yang telah diadaptasi selama 7 hari pada tempat pelaksanaan percobaan. Pengujian dilakukan dengan metode penapisan analgetik untuk nyeri sendi. Setiap hewan percobaan disuntikkan larutan perak nitrat 1 % sebanyak 0,2 mL ke dalam sendi “tibio tersienne”. 18 jam kemudian dilakukan pengamatan. Hewan yang mencicit karena kesakitan bila dilakukan gerakan fleksi terhadap sendi yang bengkak sebanyak 10 kali dalam waktu 1 menit adalah hewan yang dapat digunakan untuk percobaan (Kelompok kerja ilmiah fitofarmaka, 1993). Hewan yang telah terseleksi ini secara acak dikelompokkan menjadi 5 kelompok yang masing-masingnya terdiri dari 3 ekor. Pembagian kelompok yaitu: Kelompok I kelompok tikus yang diberi basis emulgel. Kelompok II kelompok tikus yang diberi sediaan emulgel dengan konsentrasi 2,5%. Kelompok III kelompok tikus yang diberi sediaan emulgel dengan konsentrasi 5 %. Kelompok IV kelompok tikus yang diberi sediaan emulgel dengan konsentrasi 10 %. Kelompok V kelompok tikus yang diberi sediaan pembanding. Sedian uji yang diberikan sebanyak 20 mg. Terhadap tiap hewan dilakukan gerakan fleksi pada sendi sebanyak 10 kali dalam waktu 1 menit. Pengamatan dilakukan pada 0,5, 1, 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 jam setelah pemberian sedian uji. Sedian uji dinyatakan bersifat analgetik untuk nyeri sendi bila hewan tidak mencicit kesakitan oleh gerakan fleksi yang dilakukan. Data dianalisis dengan metode ANOVA dua arah dan dilanjutkan dengan uji duncan. 59
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
HASIL DAN DISKUSI Pemeriksaan organoleptis ekstrak etanol daun dewa didapatkan hasil ekstrak berwarna hijau kecoklatan, berbentuk ekstrak kental dan berbau aromatis. Hasil pemeriksaan kadar abu adalah 7,73%, pH 5,23, susut pengeringan 7,05 %, ekstrak sukar larut dalam air dan mudah larut dalam etanol 96%. Hasil pemeriksaan fitokimia didapatkan hasil bahwa ekstrak positif mengandung flavonoid, steroid fenolik, terpenoid dan saponin. Evaluasi terhadap basis emulgel dan emulgel ekstrak etanol daun dewa setiap minggu selama enam minggu meliputi pemeriksaan organoleptis, homogenitas, pemeriksaan distribusi ukuran partikel, stabilitas pada suhu ruangan dan suhu 5oC, pH, uji daya menyebar, uji iritasi kulit dan tipe emulsi emulgel. Hasil rekapitulasi evaluasi basis emulgel dan emulgel ekstrak etanol daun dewa dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil Dalam penelitian ini digunakan daun dewa seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. Untuk memastikan kebenarannya, tumbuhan ini telah dideterminasi di Herbarium Universitas Andalas dengan nama Gynura pseudochina (L.) DC.
Gambar 1. Tanaman Daun Dewa (Gynura pseudochina (L.) DC Dari 1 kg sampel segar daun dewa yang telah dibersihkan dan dirajang ± 2x2 cm, lalu dimaserasi dengan etanol 96% didapatkan ekstrak kental sebanyak 21,82 gram, dengan rendemen 2,182 %.
Tabel 3. Rekapitulasi Evaluasi Basis Emulgel dan Emulgel Ekstrak Etanol Daun Dewa NO
F0
F1
F2
F3
Organoleptis: - Bentuk - Warna - Bau
Sp P Tb
Sp Ht Bk
Sp Ht Bk
Sp Ht Bk
2.
Homogenitas
H
H
H
H
3. 4.
Ukuran Partikel Stabilatas - Pada ruangan - Pada suhu 5ºC pH Emulgel Daya Menyebar /pertambahan luas (cm2) 1 gr 2 gr 5 gr Uji Iritasi -Panelis 1 -Panelis 2 -Panelis 3 Tipe Emulgel
-
17,7μm
17,69μm
22,4μm
TM TM 7,75
TM TM 6,5
TM TM 5,8
TM TM 5,5
1,327 2,267 3,462
1,766 2,834 3,462
Ti Ti Ti M/A
Ti Ti Ti M/A
1.
5. 6.
7.
8.
Evaluasi
0,636 1,539 2,010
0,950 2,269 2,834
Ti Ti Ti M/A
Ti Ti Ti M/A
Keterangan: Sp = Setengah Padat, P = Putih, Tb = Tidak Berbau, Ht = Hijau Tua, Bk= Bau Khas, H = Homogen, M/A = Minyak Dalam Air, Tm = Tidak Memisah, Ti = Tidak Mengiritasi 60
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Efek analgetik dilihat dengan parameter jumlah cicitan tikus putih jantan yang diberi gerakan fleksi pada sendi yang bengkak sebanyak 10 kali dalam waktu satu menit. Hasil perhitungan jumlah cicitan tikus
setelah pemberian emulgel ekstrak etanol daun dewa secara topikal menunjukkan adanya pengurangan jumlah cicitan pada tikus putih jantan secara bermakna. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Jumlah Cicitan Tikus al, 2009). Hasil formulasi basis emulgel dan emulgel ekstrak etanol daun dewa dapat dilihat pada Gambar 3.
Diskusi Esktrak etanol daun dewa diformulasi dalam bentuk emulgel untuk tujuan pengobatan nyeri sendi. Formula emulgel ini menggunakan HPMC sebagai gelling agent, sedangkan parafin cair berfungsi sebagai emolien. Tween 80 dan span 80 merupakan campuran emulgator yang akan membuat fase minyak dan fase air dapat saling bercampur sehingga dapat membentuk sistem emulsi. Metil paraben dan propil paraben berfungsi sebagai pengawet, sedangkan propilenglikol selain sebagai pelarut metil paraben dan propil paraben juga berfungsi sebagai humektan (Rowe et
Pada sediaan emulgel dilakukan evaluasi terhadap basis emulgel dan emulgel ekstrak etanol daun dewa setiap minggu selama enam minggu. Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau, dan bentuk. Emulgel ekstrak etanol daun dewa berwarna hijau tua, berbentuk setengah padat dan berbau aromatis. Secara organoleptis sampai minggu keenam emulgel ekstrak etanol daun dewa tidak menunjukkan adanya perubahan.
Gambar 3. Basis Emulgel dan Emulgel Ekstrak Etanol Daun Dewa 61
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Pemeriksaan homogenitas basis emulgel dan emulgel ekstrak etanol daun dewa dilakukan dengan cara mengoleskannya secara merata dan tipis pada kaca transparan (Depkes RI, 1979). Hasilnya menunjukkan bahwa basis emulgel dan sediaan emulgel homogen dan terdispersi merata. Pemeriksaan ini dilakukan setiap minggu selama 6 minggu dan dalam jangka waktu tersebut basis emulgel dan emulgel ekstrak etanol daun dewa tetap homogen. Pemeriksaan tipe emulsi dilakukan dengan meneteskan metilen biru pada sediaan, kemudian diamati penyebaran warnanya di bawah mikroskop (Voigt. 1994). Hasil pemeriksaan menunjukkan medium dispersi berwarna biru, sedangkan fase terdispersi yang berupa droplet parafin cair tidak berwarna biru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tipe sediaan emulgel adalah minyak dalam air (M/A). Metilen biru adalah pewarna yang mudah larut dalam air yang menyebabkan medium dispersi yang mengandung air menjadi berwarna biru. Pemeriksaan pH basis emulgel dan emulgel ekstrak etanol daun dewa dilakukan dengan menggunakan alat pH meter inolab. Hasil pemeriksaan pH setiap minggu selama enam minggu menunjukkan hasil bahwa pH basis emulgel berkisar antara 7,7 – 7,8, sedangkan pH emulgel berkisar antara 5,5 – 6,5. pH emulgel tersebut mendekati pH yang dapat diterima oleh kulit, dimana pH kulit berkisar antara 4,5 – 6,5 (Osol, 1975). Hal ini juga didukung oleh uji iritasi pada panelis yang menunjukkan bahwa basis emulgel dan emulgel ekstra etanol daun dewa tidak mengiritasi. Hasil evaluasi daya sebar emulgel yang diberi beban 1g, 2g, 5g terlihat bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak yang ditambahkan maka semakin besar daya sebarnya. Menurut Garg et al, 2002 daya sebar merupakan karakteristik penting dalam formulasi yang menjamin kemudahan saat diaplikasikan di kulit, pengeluaran dari wadah, serta penerimaan konsumen. Pemeriksaan stabilitas emulgel dilakukan pada suhu ruangan dan suhu
dingin selama 6 minggu. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa emulgel ekstrak etanol daun dewa tidak memisah sampai minggu keenam. Hal ini menunjukkan bahwa emulgel tetap stabil walaupun disimpan pada suhu ruangan maupun suhu dingin. Pemeriksaan distribusi ukuran partikel dilakukan dengan memakai mikroskop listrik yang dilengkapi dengan mikrometer okuler dengan pembesaran 100 kali. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa rata-rata ukuran panjang F1 17,17 µm, F2 17,69 µm, dan F3 22,4 µm. Hasil ini masih memenuhi syarat ukuran partikel yang stabil secara fisik, yaitu 1-50 µm (Depkes RI, 1979) Efek analgetik dilihat dengan mengamati parameter perhitungan jumlah cicitan tikus putih jantan setelah diinduksi dengan AgNO3 1% selama 18 jam. AgNO3 merupakan logam berat yang dapat mengendapkan protein. Endapan ini akan menimbulkan nyeri pada sendi, AgNO3 juga dapat terurai menjadi NO2 yang merupakan radikal bebas. Radikal bebas tersebut yang apabila terbentuk akan memicu terjadinya respon inflamasi pada sendi. Hasil uji efek analgetik terhadap tikus putih jantan dengan parameter yang diamati jumlah cicitan setelah diberi gerakan fleksi diperoleh suatu korelasi yang menunjukkan hubungan antara jumlah cicitan terhadap penurunan nyeri sendi. Jumlah cicitan ratarata mengalami penurunan sesuai dengan peningkatan konsentrasi ekstrak dibandingkan dengan kontrol yang hanya diberi basis emulgel saja, bahkan hampir mendekati pembanding. Pembanding digunakan sebagai pembanding yang merupakan salah satu sediaan obat nyeri sendi, menunjukkan aktivitas yang lebih baik dari F1 dan F2 terhadap penurunan jumlah cicitan tikus. Sedangkan pada F3 menunjukkan aktivitas penurunan jumlah cicitan hampir mendekati pembanding. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak etanol daun dewa yang diformulasi dalam bentuk sediaan emulgel semakin efektif mengurangi jumlah cicitan tikus. 62
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
KESIMPULAN Ekstrak etanol daun dewa dapat diformulasi dalam bentuk sediaan emulgel dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% dan memberikan stabilitas secara fisika. Formula
emulgel ekstrak etanol daun dewa memberikan efek analgetik dan efek tertinggi diberikan oleh emulgel ekstrak etanol daun dewa dengan konsentrasi 10 %.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009, Nyeri Sendi, http:// www.hegns.com/2009/08/ pengobatanpenyakit-nyeri-sendi-htm|. [29 Maret 2011]. Block, L.H., 1996, Pharmaceutical Emulsions and Microemulsions, in Lieberman, H.A., Lachman, L. Schwatz, J.B., Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse System, Vol 2, 2nd, Marcel Dekker Inc., New York. Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, Trubus. Jakarta. Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta Garg, A., Aggrawal, D., Garg, S., and Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid Formulation : An Update, Pharmaceutical Technology, http://www.pharmtech.com, diakses tanggal 11 April 2011 Jellinek, S.J., 1970, Formularium and Function of Cosmetic, Wiley Interscience, New York, London. Kardi, A., 2002, Tanaman Obat Penggempur Kanker, Penebar Swadaya, Pt. Agromedia Pustaka, Jakarta
Kelompok Kerja Ilmiah Fitofarmaka, 1993, Penapisan farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Magdy, I.M., 2004, Optimation of Chlorphenesin Emulgel Formulation, AAPS Journal (serial on line) 6 (3) : 26. http://www.aapspharmsci.org, diakses 11 April 2011. Mitsui, T., 1997, New Cosmetics Science,Elsivier, Amsterdam Osol, A.H., 1975, Remingtons Pharmaceutical Science, 15th Edition, EASTON, Pennsylvania. Putri, C.A.R., 2007, Efek Infusum Daun Dewa Terhadap Hambatan Respon Rasa Nyeri, Universitas Airlangga, Surabaya. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, Washington D.C. Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, Diterjemahkan oleh Dr. Soendani Noerono, Gadjah Mada University press, Yokyakarta
63