Uji Respons Dilatasi Aorta Tikus Wistar Terhadap Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sembung (Blumea balsamifera [L.] DC.) secara In Vitro Dilatation Response Test on Wistar’s Aorta Towards In Vitro Administration of Ethanol Extract of Sambong (Blumea balsamifera [L.] DC.) Leaves Alif Via Saltika Putri1, Khemasili Kosala2, dan Yuniati3 1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 2 Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman 3 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Korespondensi:
[email protected]
ABSTRAK Daun Sembung (Blumea balsamifera [L.] DC.) dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia sebagai penurun tekanan darah tinggi. Efeknya terhadap respons pembuluh darah belum diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun Blumea balsamifera (L.) DC. terhadap respons aorta tikus Wistar. Penelitian menggunakan metode isolated organ pada aorta dengan rancangan Post Test Only with Control Group Design. Terdapat dua kelompok perlakuan yakni kelompok ekstrak dan kelompok kontrol. Masing-masing kelompok diberikan 3 perlakuan dengan pemberian 3 dosis kumulatif yang berbeda. Pengulangan dilakukan pada masing-masing kelompok sebanyak 3 kali. Respons dilatasi dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk test, uji ANOVA, dan uji posthoc Holm-Sidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Blumea balsamifera (L.) DC. menurunkan tonus aorta pada konsentrasi 0,08 mg/mL; 0,16 mg/mL; dan 0,32 mg/mL dengan nilai persentase rata-rata respons dilatasi aorta secara berurutan adalah 2,89%; 3,63%; dan 4,13%. Sedangkan pada pemberian kontrol berupa larutan DMSO 10 % – etanol 10 % tidak memperlihatkan penurunan tonus aorta dengan nilai persentase rata-rata respons aorta pada ketiga dosis adalah -0,41%; -1,17%; dan -2,17%. Uji ANOVA memperlihatkan nilai yang bermakna (p < 0,05) pada penurunan tonus aorta pada semua dosis, yakni pada konsentrasi 0,08 mg/mL (p = 0,026), konsentrasi 0,16 mg/mL (p = 0,002), dan konsentrasi 0,32 mg/mL (p < 0,001). Pemberian ekstrak etanol daun Blumea balsamifera (L.) DC. menimbulkan respons dilatasi pada aorta tikus Wistar. Kata Kunci: Blumea balsamifera (L.) DC., respons dilatasi, aorta.
1
ABSTRACT Sambong leaves (Blumea balsamifera [L.] DC.) is medical plant that is used by Indonesians as an antihypertension. The effect on vascular response is still unknown. This research was conducted to know whether there was dilatation effect on Wistar’s aorta which given ethanol extract of Blumea balsamifera (L.) DC. leaves. This research is conducted by isolating the aorta. The design of this research was Post Test Only with Control Group. There were two groups in this research, they are extract group and control group with equal treatment. Each group were devided to three different group of treatment according to three different treatment cumulative dosage. This test was conducted three times by repetition to each different cumulative dosage group. Dilatation response were analysed using Shapiro-Wilk test, ANOVA test, dan posthoc Holm-Sidak test. The research’s results shows that the extract of Blumea balsamifera (L.) DC. leaves have an effect on reducing the rat’s aortic muscle contraction on 0,08 mg/mL; 0,16 mg/mL; and 0,32 mg/mL concentration with the mean aortic response percentage of each group 2,89%; 3,63%; and 4,13%. The DSMO 10 % - ethanol 10% solution control group shows no effect on reducing the rat’s aortic muscle contraction with the mean aortic response percentage of each group -0,41%; -1,17%; and -2,17%. ANOVA shows significant increase on aortic muscle contraction (p < 0,05) on all of dosage, which concentrations were 0,08 mg/mL (p = 0,026), 0,16 mg/mL (p = 0,002), and 0,32 mg/mL (p < 0,001). Administration of ethanol extract of Blumea balsamifera (L.) DC. leaves have dilatation response on Wistar’s aorta. Keywords: Blumea balsamifera [L.] DC., dilatation response, aorta. Sembung (Blumea balsamifera [L.]
PENDAHULUAN Penggunaan tanaman herbal sebagai
DC.) merupakan tanaman yang memiliki
obat telah diterima secara sosial oleh
manfaat bagi kesehatan, salah satu
sekitar 75-80% populasi dunia menurut
bagian yang dimanfaatkan sebagai obat
World Health Organization (WHO),
adalah
karena tanaman herbal dinilai memiliki
etnobotani, daun Blumea balsamifera
efek samping yang lebih sedikit dan
(L.) DC. dimanfaatkan sebagai obat
dapat ditoleransi oleh tubuh dengan
tradisional oleh masyarakat Indonesia
lebih
akan
sebagai penurun tekanan darah tinggi
keanekaragaman hayati tanaman herbal.
dengan cara meminum air rebusan
Kira-kira 10% dari tanaman yang ada
daunnya(2). Blumea balsamifera (L.) DC.
diyakini memiliki manfaat obat(1).
dimanfaatkan
baik.
Indonesia
kaya
Filipina(3).
daun.
Berdasarkan
sebagai
diuretik
data
di
Selain itu, tanaman ini
2
dipercaya
dapat
mengatasi
demam,
substansi
vasodilator
Nitric
prostasiklin,
dan
batuk, pilek, melancarkan ASI, sakit
Oxide
kepala, sakit perut, rematik, nyeri haid,
Endothelial Derived Hyperpolarizing
dan sariawan(2,3,4). Tanaman ini telah
Factor (EDHF) yang diproduksi oleh sel
terbukti
antidiare,
endotel. Kedua, jalur tidak tergantung
antioksidan,
endotel yang bekerja melalui Gs-protein
memiliki
efek
antiurolitiasis, antiinflamasi,
antimikroba,
dan
antikanker(3,5,6,7,8,9,10).
coupled pathway, aktivasi kanal K+, serta hambatan kanal Ca2+(20).
Daun Blumea balsamifera (L.) DC. memiliki
(NO),
seperti
senyawa-senyawa
yang
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menduga bahwa selain melalui cara
bermanfaat bagi kesehatan(4). Tanaman
kerja
ini
metabolit
balsamifera (L.) DC. juga memiliki efek
sekunder flavonoid, alkaloid, tanin,
menurunkan tekanan darah yang bekerja
terpenoid,
komponen
melalui induksi dilatasi pembuluh darah.
fenolik(3,11). Quercetin merupakan salah
Hingga saat ini, belum ditemukan
satu flavonoid yang terkandung di dalam
penelitian
daun Blumea balsamifera (L.) DC(7,12,13).
kerjanya pada pembuluh darah dengan
Quercetin murni telah diketahui secara
metode in vitro, oleh karena itu peneliti
pasti memiliki efek vasodilatasi yang
tertarik untuk menguji respons dilatasi
berperan
aorta tikus Wistar terhadap pemberian
terbukti
mengandung
steroid,
dalam
dan
penurunan
tekanan
darah(14,15,16,17).
diuretik,
yang
ekstrak
Blumea
memastikan
cara
ekstrak etanol daun Blumea balsamifera
Penentu utama tekanan darah adalah
(L.) DC.
curah jantung dan resistensi pembuluh darah perifer. Resistensi perifer total
METODE PENELITIAN
ditentukan oleh diameter pembuluh
Organ Uji
darah(18).
Semakin
besar
diameter
Subyek hewan uji yang digunakan
pembuluh darah akibat vasodilatasi,
dalam penelitian ini adalah organ aorta
maka semakin menyebabkan tekanan
tikus
darah menurun(19).
norwegicus
Wistar
putih strain
jantan Wistar)
(Rattus yang
Mekanisme dilatasi pembuluh darah
dipotong cincin dengan panjang 3 mm
dapat melalui dua jalur. Pertama, jalur
yang lapisan endotel dan otot polos
tergantung endotel yang memerlukan
aortanya intak. Aorta ini diambil dari
3
tikus yang berumur 3-4 bulan dengan
Etanol 10%, larutan HCl pekat, larutan
berat 200-250 gram dan tampak sehat
Kreb’s-Henselheit,
yang diambil secara acak.
(campuran gas 95% O2 dan 5% CO2),
Tanaman
fenilefrin
Subyek tanaman yang digunakan adalah daun Blumea balsamifera (L.)
gas
carbogen
(phenylephrine),
dan
metakolin (acetyl β-methylcholine). Ekstraksi Daun
DC. yang tumbuh di Kalimantan Timur.
Satu
kilogram
Daun diambil dengan kriteria tampak
balsamifera
(L.)
sehat, berwarna hijau, tidak berbintik,
memenuhi kriteria pemilihan, dicuci lalu
dan terkena sinar matahari yang cukup.
dikeringkan dalam lemari pengering.
Alat dan Bahan
Setelah daun kering, kemudian diblender
Alat
yang
DC.
Blumea
yang
telah
dalam
hingga halus, lalu dimaserasi selama 1
penelitian, antara lain: timbangan digital
minggu dengan menggunakan etanol
(Sartorius), alat maserasi (bejana, gelas
sebanyak lebih kurang 2 L sampai
ukur, dan alumunium foil), blender,
semua daun terendam, setiap hari selama
saringan, oven (Memmert), desikator
1 minggu rendaman daun diaduk-aduk
(dengan silica gel blue), rotavapor
selama 5 menit, lalu disaring dan
model RV06-ML 1-B dengan pompa
dipekatkan dengan rotary evaporator
vakum (IKA), pH meter, termometer
dengan suhu 400 lalu dikeringkan di
digital, spuit 5 cc, spuit 20 cc, gunting
dalam desikator selama 1 minggu.
jaringan, pinset, cawan petri, pipet
Setelah kering ekstrak ditimbang, lalu
mikro,
Bath
(Ugo
dilarutkan dengan DMSO 10% dalam
isometric
(Ugo
etanol 10%. Selanjutnya larutan ekstrak
Basile), octal bridge amplifier (AD
etanol daun Blumea balsamifera (L.)
Instruments), recorder power lab/16SP
DC. siap untuk dilakukan uji respons
(AD Instruments), PC Windows® dengan
dilatasi aorta(21).
program Microsoft Office 2010, AD
Preparasi Aorta Cincin In Vitro
Basile),
isolated
digunakan
daun
Organ
transducer
Instrument Chart5 for Windows®, dan
Preparasi organ terpisah cincin aorta
SigmaPlot for Windows® Version 12.0.
menggunakan
metode
yang
sedikit
Bahan kimia yang digunakan antara lain:
modifikasi dideskripsikan oleh Bessho,
etanol 96%, ketamin (ketamine), larutan
Suzuki, dan Tobe, Hodoglugil et al.,
DMSO (Dimethyl sulfoxide) 10% -
serta Kosala dan Ismail(22,23,24). Tikus
4
Wistar
dianestesi
dengan
injeksi
tercatat dalam gram (g). Kemudian
intraperitoneal menggunakan ketamin
dilakukan pengaturan tonus awal aorta
dosis 200 mg/kg BB. Selanjutnya tikus
dengan menambahkan beban sebesar 1,5
Wistar
g dan dikondisikan sebagai base line.
dimatikan
dengan
dislokasi
servikal, kemudian dilakukan sayatan
Sebelum diberi perlakuan dan grafik
pada dinding abdomen kearah aorta
telah mencapai daerah base line, cincin
thoraks. Setelah dilakukan reseksi paru
aorta diekuilibrasi selama 90 menit
dan
dilakukan
dalam larutan Kreb’s-Henselheit agar
diseksi aorta thoracalis dimulai dari
keadaan menjadi stabil dan setiap 15
bagian
hingga
menit sekali larutannya diganti dengan
aorta
larutan Kreb’s-Henselheit yang baru.
diletakkan dalam cawan petri yang berisi
Setelah stabil, diuji dengan fenilefrin
larutan Kreb’s-Henselheit yang telah
konsentrasi 2 x 10-3 M. Jika cincin aorta
dioksigenasi
dari
memberikan respons kontraksi, maka
jaringan ikat dan lemak yang melekat
otot polos dinyatakan intak. Selanjutnya
secara hati-hati dan perlahan agar tidak
dilakukan ekuilibrasi kembali dan diuji
merusak
aorta
dengan metakolin konsentrasi 2 x 10-3
dengan
M. Jika terdapat respons dilatasi lebih
panjang yang sama yakni ± 3 mm.
dari 10%, maka cincin aorta dengan
Cincin aorta kemudian dimasukkan ke
endotel siap untuk digunakan dalam uji
dalam organ bath yang berisi larutan
respons dilatasi aorta.
Kreb’s-Henselheit
Prosedur Eksperimen
jantung,
selanjutnya
inferior
pangkal
dipotong
diafragma
aorta.
Kemudian
dan
dibersihkan
endotel.
Selanjutnya
menjadi
cincin
sebanyak 10 mL
dengan pH 7,4 dan suhu 370C. Organ
Setelah ekuilibrasi, terlebih dahulu
bath tersebut secara terus menerus
cincin aorta diprekontraksikan dengan
diaerasi dengan gas carbogen.
fenilefrin konsentrasi 2 x 10-3 M
Organ aorta dipasang pada tranducer
(eksplorasi dosis yang mempunyai efek
isometric, lalu dihubungkan dengan alat
konsentrasi
amplifikasi perekam digital (Recorder
mencapai plateu. Selanjutnya dilakukan
PowerLab/16SP AD instruments) dan
penambahan larutan ekstrak etanol daun
PC Windows® dengan program AD
Blumea balsamifera (L.) DC secara
Instrument
Chart5
for
®
hingga
80%)
hingga
Windows .
kumulatif dengan 3 dosis yang berbeda
Perubahan tonus aorta pada komputer
(40 µl, 80 µl dan 160 µl). Kemudian
5
dilakukan perhitungan besarnya respons dilatasi aorta yang terjadi dan dibuat kurva
dosis
endotel
respons
terhadap
aorta
dengan
pemberian
larutan
ekstrak etanol daun Blumea balsamifera
Kontrol uji aktivitas dilatasi aorta dengan
cara
melakukan
prekontraksi pada cincin aorta yang telah diekuilibrasi dengan fenilefrin konsentrasi 2 x 10-3 M (eksplorasi dosis yang
mempunyai
efek
konsentrasi
hingga 80%) hingga mencapai plateu. Selanjutnya
hasil yang disajikan dalam bentuk nilai Mean ± SE. Nilai Mean ± SE bernilai semakin positif menunjukkan terjadinya respons dilatasi cincin aorta setelah
(L.) DC.
dilakukan
HASIL PENELITIAN Dari data yang dianalisa didapatkan
diberikan
penambahan
larutan Dimethyl sulfoxide (DMSO) 10% - etanol 10% secara kumulatif dengan 3 dosis kumulatif (40 µl, 80 µl dan 160 µl). Penelitian ini dilakukan 3 kali pengulangan. Analisa data Perubahan tonus aorta dihitung dalam ∆g, yakni perubahan nilai tonus
pemberian ekstrak etanol daun Blumea balsamifera (L.) DC. Nilai nilai mean paling tinggi terdapat pada kelompok kontrol
konsentrasi
0,32
mg/ml,
sedangkan nilai mean paling rendah terdapat
pada
kelompok
ekstrak
konsentrasi 0,08 mg/ml. Hasil uji Shapiro-Wilk diperoleh distribusi data yang normal (p = 0,201). Nilai
kebermaknaan
uji
ANOVA
didapatkan perubahan tonus aorta yang bermakna
(p
dilanjutkan
<
0,05).
dengan
uji
menggunakan bermakna
Pengujian post
hoc
metode
Holm-Sidak
semua
dosis (p=<
pada
0,001).
aorta yang merupakan selisih antara
Tabel 1 Persentase Respons Dilatasi
tonus aorta akhir setelah perlakuan dan
Aorta Tikus Wistar pada Pemberian
tonus awal saat kontraksi submaksimum
Ekstrak
(dalam persen). Semua data persentase
balsamifera (L.) DC. dan Kontrol
respons dilatasi aorta yang diperoleh
(dalam %).
Etanol
Daun
Blumea
akan diuji secara statistik dan disajikan dalam bentuk mean ± SEM (Standard Error of Mean) menggunakan ShapiroWilk Test. Kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA dan uji posthoc dengan metode Holm-Sidak. 6
diberikan maka semakin banyak reseptor yang diduduki(25). Dalam penelitian ini semakin besar konsentrasi dosis yang diberikan maka semakin besar respons dilatasi yang dihasilkan (Gambar 1). Respons dilatasi yang timbul diduga karena kandungan senyawa metabolit sekunder yang dimiliki ekstrak etanol daun Blumea balsamifera (L.) DC. Gambar 1 memperlihatkan grafik respons
cincin
konsentrasi
di
Ekstrak
yang
digunakan
dalam
aorta
pada
setiap
penelitian ini berasal dari daun Blumea
dalam
organ
bath.
balsamifera (L.) DC. yang telah terbukti
Kelompok
ekstrak
peningkatan
respons
menunjukkan dilatasi
yang
mengandung
metabolit
sekunder
flavonoid, alkaloid, tanin, terpenoid, fenolik(3,11).
digambarkan dalam bentuk garis linear
steroid,
yang semakin meningkat seiring dengan
Kandungan senyawa metabolit sekunder
peningkatan dosis. Sedangkan pada
flavonoid, alkaloid, dan tanin yang
kelompok
dimiliki oleh daun Blumea balsamifera
kontrol
memperlihatkan
grafik yang sedikit menurun.
dan
komponen
(L.) DC. diduga kuat memiliki peranan dalam menimbulkan respons dilatasi
PEMBAHASAN
pembuluh darah.
Berdasarkan analisa data diketahui semua
konsentrasi
memiliki
nilai
dosis
ekstrak
signifikan
dalam
Quercetin merupakan salah satu flavonoid yang terkandung di dalam daun
Blumea
(7,12,13)
balsamifera
(L.)
menimbulkan respons dilatasi. Hal ini
DC.
dapat
diketahui secara pasti memiliki efek
dijelaskan
pendudukan
melalui
reseptor
teori
(receptor
.
Quercetin
murni
berperan
telah
vasodilatasi
yang
dalam
occupancy) dimana intensitas efek obat
penurunan
tekanan
berbanding lurus dengan reseptor yang
Penelitian
diduduki dan akan mencapai maksimal
quercetin pada aorta tikus dengan
jika seluruh reseptor diduduki oleh obat,
metode isolated organ secara in vitro
sehingga semakin besar dosis yang
menunjukkan
darah(14,15,16,17).
mengenai
adanya
pemberian
efek
vasodilatasi(27).
Quercetin
berperan
berefek vasodilatasi melalui mekanisme
dalam melindungi pembuluh darah dan
NO-cGMP(30).
mampu meningkatkan fungsi sel endotel
Zhang, & Tu (2009) membuktikan
dengan
vasodilatasi
bahwa flavonoid dari Lignum sappan
tergantung endotel melalui fosforilasi
menyebabkan dilatasi aorta thoracic
eNOS yang menghasilkan peningkatan
tikus
bioavailabilitas dan produksi NO dalam
fenilefrin.
sel endotel, sehingga pada akhirnya
melalui
dapat
tekanan
Penelitian Xie, Xu, Dong, Fiscus, & But
melalui
(2007) membuktikan bahwa tanin yang
tergantung
terkandung dalam Geum japonicum juga
menstimulasi
menurunkan
darah(26,27,28,29). mekanisme
Selain
vasodilatasi
yang
Vasodilatasi mekanisme
menyebabkan
langsung pada otot polos pembuluh
mekanisme
darah
. Penelitian yang dilakukan oleh
Perez-Vizcaino,
et
membuktikan
al.
bahwa
He,
diprekontraksi
endotel, quercetin juga mampu bekerja (26)
Penelitian
dengan
ini
terjadi
NO-cGMP(31).
vasodilatasi NO-cGMP.
Fang,
melalui
NO
yang
dibentuk oleh endotel vaskuler berdifusi
(2002)
ke otot polos vaskuler(32). Lalu NO
quercetin
mengikat dan mengaktifkan soluble
menginduksi vasodilatasi pada cincin
guanylyl
aorta tikus dengan endotel yang masih
cyclase mengkatalisis defosforilasi GTP
intak maupun tanpa endotel. Mengenai
menjadi cGMP. Peningkatan cGMP
mekanisme quercetin bekerja langsung
menghambat influks kalsium ke sel otot
pada otot polos pembuluh darah dalam
polos sehingga menurunkan aktivasi
menimbulkan vasodilatasi hingga kini
miosin kinase. Proses ini selanjutnya
belum jelas, namun diduga melalui
mengakibatkan
mekanisme
terfosforilasi, sehingga pada akhirnya
Ca
penghambatan
kanal
2+(14,26)
.
Soluble
penurunan
guanylyl
miosin
terjadi penurunan tonus otot polos yang
Ditinjau dari penelitian terhadap tanaman
cyclase.
lain,
senyawa
flavonoid,
mengakibatkan
terjadinya
vasodilatasi(33).
alkaloid, dan tanin terbukti memiliki
Penelitian Dongxu, et al. (2012)
peranan dalam dilatasi pembuluh darah.
membuktikan bahwa flavonoid pada
Penelitian
tumbuhan
membuktikan
Sarr,
et bahwa
al.
(2009)
Flos
chrysanthemi
Hibiscus
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi
sabdariffa yang mengandung quercetin
pada arteri mesenterika dengan mediasi
8
oleh EDHF(34). Mekanismenya adalah
Ca2+ di sitosol, sehingga menurunkan
EDHF berdifusi menuju otot polos dan
kompleks
mengaktifkan
+
kanal
Hal
yang
ini
menyebabkan penurunan aktivasi miosin
mengakibatkan keluarnya K+ dari dalam
kinase inaktif menjadi miosin kinase
sel, sehingga mengakibatkan muatan
aktif. Miosin mengalami defosforilasi
intrasel
sehingga jembatan silang dengan aktin
menjadi
K.
Ca2+-kalmodulin
lebih
negatif.
Akibatnya, sel otot polos mengalami hiperpolarisasi
dan
pada
akhirnya
menyebabkan penurunan kadar Ca2+ intrasel
sehingga
menyebabkan
terjadinya vasodilatasi(35).
ikatannya
vasodilatasi
(18,19)
bahwa
kandungan
dan
terjadi
.
Potensi dari ekstrak etanol daun Blumea balsamifera (L.) DC. dalam menurunkan
Penelitian Theophile, et al. (2006) membuktikan
terlepas
dengan
tonus
aorta
diperkuat
membandingkan
berbagai
penelitian lain pada metabolit sekunder
quercetin tanaman Bidens pilosa yang
terkait
satu famili dengan Blumea balsamifera
terkandung dalam ekstrak etanol daun
(L.) DC. menimbulkan efek vasodilatasi
Blumea balsamifera (L.) DC. diduga
yang
menimbulkan respons dilatasi melalui
diduga
melalui
mekanisme
penghambatan kanal Ca2+ pada otot polos pembuluh darah
(36)
. Penelitian
di
mekanisme
atas.
Quercetin
vasodilatasi
yang
tergantung
endotel, yaitu fosforilasi eNOS yang
Arai, et al. (2012) membuktikan bahwa
menghasilkan
alkaloid
dalam
bioavailabilitas dan produksi NO dalam
berefek
sel endotel kemudian NO merangsang
mekanisme
guanylate cyclase untuk membentuk
hambatan kanal Ca2+ dan NO yang
cGMP dan mekanisme vasodilatasi tidak
yang
Alstonia
terkandung
macrophylla
vasodilatasi
melalui
peningkatan
(37)
.
tergantung endotel dengan cara bekerja
Ca2+
langsung pada otot polos pembuluh
melalui penutupan voltage-gated Ca2+
darah melalui penghambatan kanal Ca2+.
channel terutama pada high voltage
Tidak menutup kemungkinan metabolit
channel
menyebabkan
sekunder lain yang terkandung dalam
terjadinya relaksasi otot polos pembuluh
ekstrak etanol daun Blumea balsamifera
darah.
(L.) DC. seperti alkaloid dan tanin juga
dilepaskan
dari
Mekanisme
hambatan
(tipe
sel
L)
Penutupan
endotel kanal
kanal
ini
mengakibatkan penurunan konsentrasi
9
memiliki peranan dalam menimbulkan 3.
Apaya, K., & Chichioco-Hernandez, C. L. (2011, January 18). Xanthine oxidase inhibition of selected Philippine medicinal plants. Journal of Medicinal Plants Research, 5(2), 289-292.
4.
Sirait, N. (2009, April). Sembung (Blumea balsamifera) Berkhasiat sebagai Obat Rematik. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, 15 (1), 910.
5.
Mounika, C. P., Kumar, K. A., Soumya, M., Rajaram, C., & Kumar, S. N. (2013). Antidiarrheal Activity of Ethanolic Extract of Blumea balsamifera in Experimental Animal Models. International Journal of Novel aspects in Phamaceutical Research, 1(1), 14-19.
6.
Vinco, J. S., & Sunga, P. A. (2006, June). The Use of Blumea balsamifera (Sambong) in the Dissolution of Urinary Stone: An Invitro Study. Philippine Journal of Urology, 16:1, 6-10.
7.
Nessa, F., Ismail, Z., Mohamed, N., & Haris, M. R. (2004, January 12). Free radical scavenging activity of organic extracts and of pure flavonoids of Blumea balsamifera DC leaves. Elsevier, 88, 243251.
8.
Sakee, U., Maneerat, S., Cushnie, T., & DeEknamkul, W. (2011). Antimicrobial activity of Blumea balsamifera (Lin.) DC. extracts and essential oil. PubMed.
9.
Norikura, T., Kojima-Yuasa, A., Shimizu, M., Huang, X., Xu, S., Kametani, S., et al. (2008). Mechanism of Growth Inhibitory Effect of Blumea balsamifera Extract in Hepatocellular Carcinoma. Biosci. Biotechnol. Biochem, 72 (5), 1183-1189.
respons dilatasi.
KESIMPULAN DAN SARAN Pemberian
ekstrak
etanol
daun
sembung (Blumea balsamifera [L.] DC.) pada organ terpisah cincin aorta tikus menimbulkan respons dilatasi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa pengujian respons dilatasi aorta tanpa endotel terhadap pemberian ekstrak etanol
daun
sembung
(Blumea
balsamifera [L.] DC.) secara in vitro untuk
memastikan
melalui
ekstrak
mekanisme
bekerja
vasodilatasi
bergantung endotel atau tidak. Serta dilakukan fraksinasi senyawa metabolit sekunder
daun
balsamifera
[L.]
sembung DC.)
(Blumea
untuk
diuji
efeknya dalam menurunkan tekanan darah secara langsung tanpa adanya pengaruh interaksi yang mungkin terjadi antara senyawa metabolit sekunder pada ekstrak kasar.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
Yogiara, Soka, S., Magdalena, S., & Rachelia, D. (2012). The Genetic Diversity of Endophytic and Phyllosphere Bacteria from Several Indonesian Herbal Plants. Makara Journal of Science, 16/1, 39-45. Setyowati, F. M. (2010). Etnofarmakologi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung di Kalimantan Timur. Media Litbang Kesehatan, 20, 104-112.
10. Saewan, N., Koysomboon, S., & Chantrapromma, K. (2011). Anti-tyrosinase and anti-cancer activities of flavonoids from Blumea balsamifera DC. Medical Plants Research, 1018-1025. 11. Balangcod, T. D., Vallejo, V. L., Patacsil, M., Apostol, O., Laruan, L. M., Manuel, J., et al. (2012, October). Phytochemical screening and Antibacterial activity of selected medicinal plants of Bayabas, Sablan, Benguet Province, Cordillera
10
Administrative Region, Luzon, Philippines. Indian Journal of Traditional Knowledge, 11(4), 580-585. 12. Nessa, F., Ismail, Z., Karupiah, S., & Mohamed, N. (2005). RP-HPLC Method for the Quantitative Analysis of Naturally Occurring Flavonoids in Leaves of Blumea balsamifera DC. Journal of Chromatographic Science, 43, 416-420. 13. Bhuiyan, M. N., Chowdhury, J. U., & Begum, J. (2009). Chemical Components in Volatile Oil from Blumea balsamifera (L.) DC. Bangladesh J., 107-109. 14. Perez-Vizcaino, F., Ibarra, M., Cogolludo, A., Duarte, J., Zaragoza-Arnaez, F., Moreno, L., et al. (2002). EndotheliumIndependent Vasodilator Effects of the Flavonoid Quercetin and Its Methylated Metabolites in Rat Conductance and Resistance Arteries. The Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics, 302, 66-72. 15. Perez-Vizcaino, F., Duarte, J., Jimenez, R., Santos-Buelga, C., & Osuna, A. (2009). Review antihypertensive effects of the flavonoid quercetin. Pharmacological Reports, 67-75. 16. Nishida, S., & Satoh, H. (2009). Possible Involvement of Ca2+ Activated K+ Channels, SK Channel, in the QuercetinInduced Vasodilatation. Korean J Physiol Pharmacol, 13, 361-365. 17. Perez-Vizcaino, F., & Duarte, J. (2010). Review Flavonols and cardiovascular disease. Elsevier, 478-494. 18. Sherwood, L. (2010). Human Physiology: From Cells to Systems (7 ed.). USA: Brooks/Cole. 19. Ganong, W. F. (2006). Cardiovascular Disorders: Vascular Disease. In S. J. MCPhee, & W. F. Ganong, Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine (pp. 300-326). USA: McGrawHill. 20. Klabunde, R. E. (2013, June 25). Vascular Signal Transduction Mechanisms. Retrieved 09 17, 2013, from Cardiovascular Physiology Concepts:
http://www.cvphysiology.com/Blood%20Pr essure/BP011b.htm 21. Kosala, K., & Ismail, S. (2007a). Aktivitas Kontraktilitas Aorta pada Ekstrak Daun Andrographis paniculata. Dalam Seminar Tumbuhan Obat Indonesia XXXII: Penggalian, Pelestarian, dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Indonesia, 20-25. 22. Bessho, H., Suzuki, J., & Tobe, A. (1991). Vascular Effects of Betaxolol, A Cardioselective β-Adrenoceptor Antagonist, in Isolated Rat Arteries. The Japanese Journal of Pharmacology, 550, 351-358. 23. Hodoglugil, U., Uluoglu, C., Guney, H., Gorgun, C., Ercan, Z., Abacioglu, N., et al. (1997). Twenty-Four-Hour Variations in The Effect of Nitrodilators in Rat Aorta: Lack of Influence of The Endothelium. Journal of Pharmacy and Pharmacology, 49, 1102-1108. 24. Kosala, K., & Ismail, S. (2007b, Desember 7-9). Uji Perbandingan Aktivitas Vasodilatasi secara In Vitro pada Dua Jenis Tumbuhan Akar Kuning Famili Menispermaceae. Kongres Nasional ISFI XVIII dan Kongres Ilmiah ISFI XVII. 25. Setiawati, A., & Gan, S. (2008). Susunan saraf otonom dan transmisi neurohumoral. In Farmakologi dan Terapi (5 ed.). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
26. Larson, A. J., Symons, J. D., & Jalili, T. (2010). Quercetin: A Treatment for Hypertension?—A Review of Efficacy and Mechanisms. Pharmaceuticals, 237-250. 27. McNeill, JR. & Jurgens, TM. (2006). A Systematic Review of Mechanisms by Which Natural Products of Plant Origin Evoke Vasodilation. Canidian Journal of Physiology and Pharmacology, 84(8-9), 803- 821. 28. Schmitt, VM. & Dirsch, VM. (2009). Review Modulation of Endothelial Nitric Oxide by Plant-derived Product. Nitric Oxide: Biology and Chemistry, 21(2), 7791. 29. Khoo, Nicholas K.H.; White, Roger C.; Pozzo-Miller, Lucas; Zhou, Fen; Constance, Chad; Inoue, Takafumi,. et al. (2010).
11
Dietary flavonoid quercetin stimulates vasorelaxation in aortic vassels. National Institutes of Health, 339-347 30. Sarr, Mamadou; Ngom, Saliou; Kane, Modou O; Wele, Alassane; Diop, Doudou; Sarr, Bocar,. et al. (2009). In vitro vasorelaxation mechanisms of bioactive compounds extracted from Hibiscus sabdariffa on rat thorachic aorta. BioMed Central, 1-12.
stress. Journal of Ethnopharmacolgy, 139, 68-73. 35. American Heart Association. (2003). Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, JNC 7 – Complete Report.
31. He, W., Fang, T., Zhang, K., & Tu, P. (2009). Vasorelaxation effects of homoisoflavonoids from Caesalpinia sappan in rat thoracic aortic rings. PubMed.
36. Theophile, Dimo; Telesphore, Nguelefack B.; Paul, Tan V.; Laurent, Florence; Silvere, Rakotonirina V.; Louis, Teissedre P., et al. (2006). Vascular smooth musceaecle relaxant properties of the leaf methanol extract of Bidens pilosa Linn (Asteraceae). Pharmacologyonline, 180-191
32. Xie, Y., Xu, H., Dong, H., Fiscus, R., & But, P. (2007). Role of nitric oxide in the vasorelaxant and hypotensive effects of extracts and purified tannins from Geum japonicum. Journal of Ethnopharmacology.
37. Arai, H., Zaima, K., Mitsuta, E., Tamamoto, H., Saito, A., Hirasawa, Y., et al. (2012). Alstiphyllanines 1-0, ajmaline type alkaloids from Alstonia macrophylla showing vasorelaxant activity. Elsevier.
33. Klabunde, R. E. (2008, September 23). Nitric Oxide. Retrieved 09 17, 2013, from Cardiovascular Physiology Concepts: http://www.cvphysiology.com/Blood%20Fl ow/BF011.htm 34. Dongxu, H., Xiaochen, R., Lei, W., Wen, Y., Jiang, H., lain C., B., et al. (2012). Total flavonoids of Flos chrysantemi protect arterial endothelial cell againts oxidative
12