FORMULASI DAN UJI STABILITAS KRIM EKSTRAK ETANOLIK DAUN BAYAM DURI (Amaranthus spinosus L.) FORMULATION AND STABILITY TEST OF THORNY SPINACH (Amaranthus spinosus L.) LEAVES ETHANOLIC EXTRACT CREAM 1,2
Lina Susanti1., Pipid Kusmiyarsih2 Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi, Surakarta ABSTRAK
Daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dimanfaatkan untuk pereda demam, peluruh kencing, peluruh dahak, mengurangi pembekakan, obat bisul dan luka bakar. Daun bayam duri dalam penelitian ini dibuat sediaan krim yang dimaksudkan untuk pengobatan topikal yaitu sebagai obat luka bakar. Penelitian pembuatan krim ekstrak etanolik daun bayam duri bertujuan untuk membuat sediaan krim yang memenuhi persyaratan uji stabilitas krim. Metode maserasi digunakan untuk memperoleh ekstrak etanolik daun bayam duri dengan pelarut etanol 70%. Ekstrak etanolik daun bayam duri, dibuat sedian krim dengan menggunakan basis vanishing cream. Krim yang sudah jadi diuji stabilitasnya meliputi warna, bau, pH, homogenitas, viskositas, daya lekat, daya sebar. Hasil uji stabilitas krim menunjukkan hasil yang stabil, berwarna hijau muda, tidak berbau, dan homogen. Viskositas 160 dpas, pH 7, daya sebar antara 3,8 cm2 sampai 3,9 cm2 dan daya lekat rata-rata 195 detik. Kata kunci: daun bayam duri, krim, ekstrak etanolik, vanishing cream. ABSTRACT Thorny spinach (Amaranthus spinosus L.) leaves are used as antipyretic, diuretic, expectorant, anti-inflammation, ulcer and burns medication. Thorny spinach leaves were made into cream intended for topical treatment to treat burns. The aim of the making of thorny spinach leaves ethanolic extract cream was to obtain cream preparation that met the requirements of stability test. Maceration method was used to make thorny spinach leaves ethanolic extract with ethanol 70% as solvent. The extract of thorny spinach leaves was made into a cream preparation using vanishing cream base. The obtained cream was tested for it’s stability including color, odor, pH, homogeneity, viscosity, adhesiveness and distribution. The result of stability test showed a stable light green cream, odorless and homogenous. Viscosity 160 dPas, pH 7, distribution 3.8-3.9 cm2 and the rate of adhesiveness was 195 seconds. Keywords: thorny spinach leaves, cream, ethanolic extract, vanishing cream. PENDAHULUAN Tanaman obat tradisional adalah salah satu di antara obat tradisonal yang paling banyak digunakan secara empirik oleh masyarakat dalam rangka menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, baik dengan maksud pemulihan maupun pengobatan kesehatan (Wijayakusuma & Dalimarta, 1994).
Salah satu tanaman obat yang digunakan di masyarakat adalah daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.). Daun bayam duri dimanfaatkan untuk pematangan bisul, untuk eksema, gusi bengkak, berdarah, melancarkan pengeluaran ASI dan luka bakar. Secara tradisional daun bayam duri digunakan mengobati luka bakar, yaitu dengan cara digiling halus dan dibubuhkan pada kulit yang sakit (Syamsulhidayat dan Hutapea, 1991). Daun bayam duri mempunyai kandungan saponin, tannin, flavonoid, polifenol (Syamsulhidayat dan Hutapea, 1991). Tanin mempunyai daya antiseptik maka dapat digunakan untuk perlindungan, selain itu tanin dapat digunakan untuk pengobatan luka bakar dengan cara menggumpalkan protein dan adanya daya antibakteri (Robbinson, 1995). Penarikan zat aktif dari tanaman daun bayam duri dapat dilakukan dengan cara ekstraksi dengan etanol 70%. Ekstraksi merupakan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan dapat larut (Ansel, 1989). Ekstraksi daun bayam duri dilakukan dengan cara maserasi. Maserasi merupakan cara penyarian sederhana. Penyari yang digunakan adalah etanol 70%. Etanol 70% digunakan karena memiliki keuntungan antara lain: kapang sulit tumbuh, netral, absorsi baik, tidak beracun, dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan dan panas yang diperlukan untuk memekatkan sedikit (Anonim, 1986). Ekstrak daun bayam duri dalam penelitian ini dibuat sediaan krim. Tipe krim yang digunakan adalah miyak dalam air, dengan menggunakan basis vanishing cream. Bentuk krim ini lebih disukai karena mudah dicuci dan tidak membekas. Bahan dasar pembuat basis vanishing cream antar lain : asam stearat, cera alba, vaselin album, propilenglikol, aquadest dan trietanolamina sebagai emulgator (Voigt, 1994). Krim dibuat dengan proses peleburan dan emulsifikasi (Anief, 1988). Sediaan yang diaplikasikan pada kulit dengan luka terbuka, harus diformulasikan dengan konsistensi yang lunak sehingga akan mudah dioleskan dan tidak menimbulkan rasa nyeri saat aplikasi. Krim yang telah dibuat diuji stabilitasnya, meliputi: pemeriksaan warna, bau, pH, homogenitas, viskositas, daya sebar, dan daya lekat (Voigt, 1984). METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yang sudah tua diambil dari daerah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmanggu, Karanganyar, kemudian dikeringkan dan dibuat serbuk; larutan penyari etanol 70%; bahan-bahan pembuat cream : asam stearat, cera alba, vaselin album, propilen glikol, trietanolamina, nipagin dan nipasol. Alat Penelitian Neraca elektrik, botol coklat 2000 ml, corong kaca, gelas ukur, beaker glass, cawan porselin, kaca arloji, mortir stampher, eksikator, oven, timbangan gram, obyek gelas, viskometer, extensometer, stop watch. Determinasi tanaman Determinasi dan deskripsi tanaman dimaksudkan untuk menetapkan kebenaran sampel daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yang digunakan
dalam penelitian ini. Hal ini berkaitan dengan ciri–ciri morfologis yang ada pada tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap kepustakaan dan dibuktikan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmanggu, Karanganyar, Jawa Tengah. Daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dipilih dari tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yang sudah tua dengan mempertimbangkan daun sehat, masih utuh, segar, dan bersih dari kotoran. Pembuatan serbuk daun bayam duri Daun bayam duri ditimbang sebanyak kurang lebih 1000,0 g dilakukan penimbangan sebanyak 3 kali, kemudian dimasukkan oven dengan suhu 40°C hingga bobot konstan, selanjutnya diblender dan diayak dengan menggunakan pengayak no 40, sehingga didapat serbuk bayam duri. Pembuatan ekstrak etanolik daun bayam duri Serbuk daun bayam duri ditimbang sebanyak 100,0 g dimasukkan botol coklat 2000 ml, kemudian direndam dengan etanol 70% sebanyak 750 ml selama 5 hari sambil digojog berulang-ulang. Hasilnya disaring dengan kain flannel sampai didapat ekstrak etanolik yang optimal, kemudian dipekatkan di dalam evaporator pada suhu 40oC hingga diperoleh ekstrak kental. Identifikasi kandungan kimia ekstrak daun bayam duri Identifikasi kandungan kimia ekstrak daun bayam duri dimaksudkan untuk menetapkan kandungan kimia dari daun bayam duri. Identifikasi kandungan kimia meliputi identifikasi senyawa polifenol, saponin, flavonoid, dan tanin yang dibuktikan di laboratorium Fitokimia Universitas Setia Budi , Surakarta. a. Pemeriksaan polifenol. Ekstrak diuapkan, ditambah 5 ml air suling, dipanaskan untuk melarutkan sisa dibiarkan menjadi dingin. Filtrat ditambah pereaksi besi (III) klorida dimana senyawa fenol akan berwarna ungu (Anonim, 1980) b. Pemeriksaan saponin. Sebanyak 0,5 g ekstrak daun bayam duri dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah 10 ml air panas, didinginkan, dikocok selama 10 detik. Apabila terbentuk busa yang stabil selama 10 menit setinggi 18-10 cm dengan penambahan HCl 2N buih tidak hilang, maka saponin positif (Anonim, 1980). c. Pemeriksaan flavonoid. Sebanyak 0,5 g ekstrak daun bayam duri dimasukkan dalam tabung reaksi ditambah 5 ml air panas, didinginkan, ditambah 0,1 g serbuk Mg, ditambah 2 ml alkohol : HCl (1:1), ditambah 2 ml amil alkohol. Campuran dikocok kuat kemudian dibiarkan memisah. Reaksi positif bila terdapat warna merah atau kuning jingga pada lapisan amil alkohol (Anonim, 1980). d. Pemeriksaan tanin. Filtrat yang diperoleh dari identifikasi flavonoid sebanyak 5 ml ditambah larutan FeCl3 5% b/v menghasilkan warna hijau violet (Anonim, 1987).
Formulasi krim ekstrak etanolik daun bayam duri Tabel 1. Formulasi sediaan krim ekstrak etanolik daun bayam duri Bahan Ekstrak daun bayam duri Asam stearat Cera alba Vaselin album TEA Propilenglikol Aquadest Nipagin Nipasol
Penimbangan (gram) 5% (b/b) = 5 11,4 1,9 8,74 1,52 6,84 64,6 0,1 % (b/b) = 0,1 0,05 %(b/b) = 0,05
Pembuatan sediaan krim a. Fase minyak (asam stearat, cera alba, vaselin album) di masukkan ke dalam cawan porselin, ditambah nipasol kemudian dilebur di atas waterbath. b. Fase air (Propilenglikol, TEA, Aquadest) dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambah nipagin kemudian dipanaskan di atas waterbath. c. Fase minyak dituang ke dalam mortir hangat, kemudian diaduk sampai homogen. d. Fase air ditambahkan sedikit demi sedikit sambil diaduk perlahan-lahan hingga terbentuk masa krim. e. Ekstrak kental daun bayam duri dimasukkan ke dalam massa krim di atas, kemudian diaduk sampai homogen. f. Krim dimasukkan ke dalam wadah. Pengujian sediaan krim a. Pengujian warna dan bau. Pengujian warna dan bau dilakukan dengan pengamatan secara visual terhadap sediaan. b. Pengujian pH. Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH stik yang dimasukkan ke dalam sediaan krim, didiamkan beberapa saat sampai timbul warna, untuk mengetahui besarnya pH, warna yang timbul tersebut dicocokkan dengan pH indikator. c. Uji homogenitas krim. Masing-masing krim yang akan diuji dioleskan pada 3 buah krimas obyek untuk diamati homogenitasnya. Apabila tidak terdapat butiran-butiran kasar di atas ketiga krimas obyek tersebut maka krim yang diuji homogen. Pengujian homogenitas ini dilakukan sebanyak 3 kali. Pengujian pertama dilakukan pada hari sediaan krim dibuat setelah jadi krim langsung diuji homogenitasnya. Sediaan krim kemudian disimpan selama satu minggu dan diuji lagi homogenitasnya, begitu seterusnya setiap minggu selama satu bulan. d. Uji viskositas krim. Uji viskositas krim dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Cup and Bob. Rotor dipasang pada viskotester dengan menguncinya berlawanan arah dengan jarum jam. Cup diisi sampel krim yang akan diuji
setelah itu tempatkan rotor tepat berada ditengah-tengah cup yang berisi krim, kemudian alat dihidupkan. Rotor mulai berputar dan jarum penunjuk viskositas secara otomatis akan bergerak menuju ke kanan, kemudian setelah stabil viskositas dibaca pada skala dari rotor yang digunakan. Satuan yang digunakan menurut JLS 28809 standar viskositas yang telah dikalibrasi adalah desipaskalsecond (dPas) setelah selesai pengukuran viskotester dimatikan. Pengujian viskositas ini diulangi sebanyak tiga kali untuk tiap formula. Pengujian pertama untuk viskositas dilakukan pada hari sediaan krim dibuat. Sediaan krim kemudian disimpan selama satu minggu dan diuji lagi viskositasnya, begitu seterusnya setiap minggu selama satu bulan. e. Uji daya lekat krim. Uji ini dilakukan dengan alat tes daya melekat krim. Dua objek glass, stopwatch, anak timbangan gram dan dilakukan dengan cara melekatkan krim secukupnya di atas objek glass yang lain di atas krim tersebut kemudian ditekan dengan beban 0,5 kg selama 5 menit kemudian pasang objek glass pada alat tes setelah itu lepaskan beban seberat 20 gram dan dicatat waktunya hingga kedua objek tersebut terlepas diulangi cara di atas pada setiap formula masing-masing 3 kali. Pengujian pertama dilakukan pada hari sediaan krim dibuat. Sediaan krim kemudian disimpan selama satu minggu dan diuji lagi daya lekatnya, begitu seterusnya setiap minggu selama satu bulan. f. Uji daya sebar krim. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat–alat seperti sepasang lempeng kaca bundar (extensometer) dan anak timbang gram. Krim ditimbang ± 0,5 gram diletakkan di tengah kaca bundar, di atas kaca diberi anak timbang sebagai beban dan dibiarkan 1 menit. Diameter krim yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi) diukur kemudian ditambahkan 50 gram, 100 gram, 150 gram, 200 gram sebagai beban tambahan, setiap penambahan beban didiamkan setelah 1 menit dan dicatat diameter krim yang menyebar seperti sebelumnya. Cara di atas diulangi untuk setiap formula krim yang diperiksa masing-masing 3 kali. Pengujian pertama dilakukan pada hari sediaan krim dibuat, kemudian disimpan selama satu minggu dan diuji lagi daya sebarnya, begitu seterusnya setiap minggu selama satu bulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Determinasi Tanaman Daun Bayam Duri Berdasarkan determinasi tanaman dari Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, dinyatakan bahwa hasil determinasi tanaman bayam duri sudah sesuai dengan pustaka dan dapat disimpulkan bahwa tanaman tersebut merupakan tanaman bayam duri. Hasil Pembuatan Serbuk Daun Bayam duri Daun bayam duri basah sebanyak 1000 g diblender dan diayak dengan ayakan no. 40 didapat serbuk 154,5 g dengan rendemen bobot kering terhadap bobot basah adalah 15,45%. Hasil rendemen bobot kering terhadap bobot basah daun bayam duri dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Hasil rendemen bobot kering terhadap bobot basah daun bayam duri No.
Bobot basah (g)
Bobot kering (g)
Rendemen (% b/b)
1.
1000
154,5
15,45
2.
1000
154,3
15,43
3.
1000
154,7
15,47
Rata-rata
154,5
15,45
Hasil rendemen bobot kering terhadap bobot basah daun bayam duri adalah 15,45 %, Rendemen yang diperoleh kecil di karenakan daun bayam duri basah banyak mengandung air. Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Bayam duri Ekstrak daun bayam duri diperoleh dengan cara serbuk daun bayam duri ditimbang sebanyak 100 g diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% secara maserasi. Ekstrak yang diperoleh disaring kemudian dipekatkan dengan menggunakan evaporator sampai kental dan ditimbang sehingga diperoleh rendemen. Tabel 3. Hasil pembuatan ekstrak daun bayam duri No. 1. 2. 3.
Bobot serbuk (g) 100 100 100 Rata-rata
Bobot ekstrak (g) 22,30 22,28 22,25 22,28
Rendemen (%) b/b 22,30 22,28 22,25 22,28
Hasil rendemen ekstrak daun bayam duri diperoleh 22,28%. Hasil Identifikasi Daun Bayam Duri Hasil identifikasi daun bayam duri menyatakan adanya kandungan kimia saponin, tanin, flavonoid dan polifenol. Oleh karena itu daun bayam duri dapat digunakan untuk obat luka bakar. Tabel 4. Hasil Identifikasi Daun Bayam duri Senyawa Percobaan Hasil Uji Percobaan Saponin
0,5 g ekstrak + 10 ml air panas (dikocok) + 1 tetes HCl 2N
Tanin Flavonoid
Ekstrak + 3 tetes FeCl3 5 ml filtrat ( 1 g ekstrak + air panas )+serbuk Mg + alkohol : HCl (1:1) + amil alkohol Ekstrak + 5 ml air + 3 tetes FeCl3
Polifenol
Terbentuk busa stabil setelah penambahan HCl 2N Hijau violet Merah (pada lapisan amil alkohol) Ungu
Pustaka (Anonim, 1979) Terbentuk busa stabil setelah penambahan HCl 2N
Hijau violet Merah (pada lapisan amil alkohol) Ungu
Hasil Pembuatan Krim Ekstrak Etanolik Daun Bayam duri Pembuatan krim dimulai dari peleburan fase minyak dan pemanasan fase air. Basis vanishing cream diperoleh dengan menambahkan fase air sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak sambil diaduk perlahan-lahan agar terjadi pencampuran. Cream yang terjadi dimasukkan ke dalam wadah dan diuji stabilitasnya Hasil Pengujian Krim Ekstrak Etanolik Daun Bayam duri Pengujian krim ekstrak etanolik daun bayam duri untuk mengetahui stabilitas dari krim yang telah dibuat dan dilakukan penyimpanan selama 1 bulan pada suhu kamar (27-300). Pengujian ini dilakukan setiap minggu selama 1 bulan, untuk mengetahui warna, bau, pH, homogenitas, viskositas, daya lekat dan daya sebar. 1. Hasil pengujian warna dan bau krim ekstrak etanolik daun bayam duri Pengujian stabilitas fisik krim ekstrak etanolik daun bayam duri adalah dengan memperhatikan ada tidaknya perubahan secara fisis setelah penyimpanan selama satu bulan, perubahan fisis tersebut dilihat secara visual. Tabel 5. Hasil pengujian warna dan bau krim ekstrak etanolik daun bayam duri Pemeriksaan Minggu ke-1 Warna Bau
Hijau muda Tidak berbau
Penyimpanan Minggu ke-2 Minggu ke-3
Minggu ke-4
Hijau muda Tidak berbau
Hijau muda Tidak berbau
Hijau muda Tidak berbau
Hasil pengujian warna berdasarkan tabel 5, memberikan hasil yang sama dari minggu ke-1 hingga minggu ke-4, yaitu warna hijau muda, dan tidak berbau. Krim berwarna hijau muda karena ekstrak kental daun bayam duri banyak mengandung klorofil. Dapat disimpulkan bahwa krim tersebut stabil berdasarkan pengujian warna dan bau. 2. Hasil pengujian pH krim ekstrak etanolik daun bayam duri Pengujian pH krim ekstrak etanolik daun bayam duri dilakukan dengan menggunakan pH stik. Kemudian pH stik dicocokkan dengan warna indikator. Tabel 6. Hasil pengujian pH krim ekstrak etanolik daun bayam duri Replikasi Minggu ke-1
Penyimpanan Minggu ke-2 Minggu ke-3
1
7
7
7
7
2
7
7
7
7
3
7
7
7
7
Rata-rata
7
7
7
7
Minggu ke-4
Grafik hasil pengujian pH krim ekstrak etanolik daun bayam duri Berdasarkan tabel 6, bahwa krim tersebut tetap stabil selama penyimpanan 1 bulan (minggu ke-1 sampai minggu ke-4), yaitu dengan pH 7. PH tersebut telah memenuhi persyaratan pH untuk suatu sediaan topical, biasanya sama dengan pH kulit yaitu antara 4,5-7 (Warsitaatmaja, 1997). PH yang stabil akan membantu menghindari atau mencegah kerusakan produk selama penyimpanan atau penggunaan. Jika pH terlalu asam atau basa akan dapat mengiritasi kulit. 3. Hasil pengujian homogenitas ekstrak etanolik daun bayam duri Uji homogenitas dilakukan secara visual dengan mengoleskan krim pada lempeng kaca secara merata. Homogenitas dapat dilihat dengan tidak adanya partikel-partikel yang memisah atau fase terdispersi terdistribusi merata pada fase pendispers. Hasil pengujian tersebut sebagai berikut: Tabel 7. Hasil pengujian homogenitas ekstrak etanolik daun bayam duri Penyimpanan Minggu ke-2 Minggu ke-3
Replikasi
Minggu ke-1
1
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
2
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
3
Homogen
Homogen
Homogen
Homogen
Minggu ke-4
Hasil dari pengujian homogenitas menunjukkan bahwa krim ekstrak etanolik daun bayam duri selama penyimpanan suhu kamar (27-300C) dalam waktu 1 bulan tidak mengalami perubahan fisik dalam hal homogenitas.
4. Hasil pengujian viskositas krim ekstrak etanolik daun bayam duri Uji viskositas dilakukan dengan alat viskotester. Tabel 8. Hasil pengujian viskositas krim ekstrak etanolik daun bayam duri
Replikasi Minggu ke-1
Viskositas (dpas) Penyimpanan Minggu ke-2 Minggu ke-3
Mingguke- 4
1. 2.
160 160
160 160
160 160
160 160
3.
160
160
160
160
HasilPengujian Viskositas )s 200 P 150 d ( s at 100 is o ks 50 iv 0
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Grafik hasil pengujian viskositas krim ekstrak etanolik daun bayam duri Hasil dari pengujian viskositas menunjukan bahwa krim ekstrak etanolik daun bayam duri selama penyimpanan pada suhu kamar (27-300C) tidak mengalami perubahan fisik dalam hal viskositasnya 160 dpas, disebabkan karena pada proses pembuatan, penyimpanan, dan pengujian sediaan krim ekstrak etanolik daun bayam duri pada suhu yang sama yaitu suhu kamar. 5. Hasil pengujian daya lekat ekstrak etanolik daun bayam duri Pengujian daya lekat ekstrak etanolik daun bayam dari untuk mengetahui kemampuan krim untuk melekat/menempel, pada permukaan kulit sewaktu digunakan agar berfungsi maksimal. Kemampuan krim apabila melekat semakin lama pada kulit, maka zat aktif yang dilepaskan dari basisnya akan semakin banyak diabsorbsi melalui kulit. Pengujian daya lekat krim ekstrak etanolik dalam bayam duri setelah pembuatan sampai 1 bulan pada suhu kamar dilakukan dengan menggunakan stop watch untuk mengukur waktu. Hasil pengujian daya lekat krim sebagai berikut :
Tabel 9. Hasil pengujian daya lekat krim ekstrak etanolik daun bayam duri
Replikasi 1 2 3
Minggu ke 1 195 193 195
Daya lekat (detik) Penyimpanan Minggu ke 2 Minggu ke 3 196 196 195 195 195 195
Minggu ke 4 196 196 195
Grafik hasil pengujian daya lekat krim ekstrak etanolik daun bayam duri Berdasarkan data tabel 9, bahwa daya lekat krim ekstrak etanolik daun bayam duri pada replikasi ketiga memberikan hasil yang stabil yaitu 196 detik. Pada replikasi ke-2 mengalami peningkatan pada minggu ke-2 yaitu 195. Pada replikasi ke-1 mengalami peningkatan pada minggu ke dua menjadi 195. Karena perubahan yang ditimbulkan tidak signifikan maka krim tersebut dapat di simpulkan masih dalam keadaan stabil, rata-rata waktu daya lekat krim tersebut adalah sama yaitu 195 detik. Pada uji daya lekat diperoleh hasil yang stabil karena pada uji viskositas diperoleh hasil yang stabil pada setiap minggunya.
6. Hasil pengujian daya sebar krim ekstrak etanolik daun bayam duri Pengujian daya sebar krim ekstrak etanolik daun bayam duri menunjukkan kemampuan krim menyebar pada lokasi penggunaan dan mengetahui kelunakan dari sediaan krim. Uji daya sebar dengan extensometer dilakukan dengan penambahan beban 50 g dan dilanjutkan kelipatannya, pengujian diulang tiga kali. Hasil pengujian daya sebar sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil pengujian daya sebar krim ekstrak etanolik daun bayam duri Luas (cm2) Beban (g)
Penyimpanan
0
Minggu 1 3,8
Minggu 2 3,92
Minggu 3 3,8
Minggu 4 3,92
50
4,65
4,52
4,52
4,65
100
6,2
6,3
6,3
6,3
150
7,38
7,38
7,38
7,38
200
8,4
8,4
8,4
8,4
Grafik hasil pengujian daya sebar krim ekstrak etanolik daun bayam duri Pengujian daya sebar krim ekstrak etanolik daun bayam duri dari minggu ke 1 sampai minggu ke 4 memperlihatkan hasil yang sama dilihat dari penurunan dan peningkatan luas yang tidak jauh beda. Sehingga krim ekstrak etanolik daun bayam duri memiliki daya sebar yang stabil.
KESIMPULAN 1. Ekstrak etanolik daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dapat dibuat menjadi sediaan krim. 2. Krim ekstrak etanolik daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yang telah dibuat memenuhi persyaratan uji stabilitas sediaan yaitu uji warna dan bau, pH, homogenitas, viskositas, daya lekat, dan daya sebar.
DAFTAR PUSTAKA Anief M. 1988. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm 69, 71. Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim; Jakarta: Universitas Indonesia Press. hlm 489, 605. Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI. Bandung: Institut Tekhnologi Bandung. hlm 132-135. Syamsuhidayat S, Hutapea R. J. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. hlm 596. Wijayakusuma, Dalimarta. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jakarta. Hlm 5. Voigt R. 1984. Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi. Diterjemahkan oleh: Mathilda; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm 88, 1142 1144.