PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL KARYA DEE LESTARI: PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indoneisa Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Scholastica Pratiwi Putri Nastiti NIM: 134114026
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Juni 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL KARYA DEE LESTARI: PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indoneisa Program Studi Sastra Indonesia
Oleh Scholastica Pratiwi Putri Nastiti NIM: 134114026
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Juni 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL KARYA DEE LESTARI: PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI
Oleh Scholastica Pratiwi Putri Nastiti NIM: 134114026
Telah disetujui oleh
Pembimbing I
Tanggal ………………..
Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.
Pembimbing II
Tanggal ……………….
Drs. B. Rahmanto, M.Hum.
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL KARYA DEE LESTARI: PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI
Dipersiapkan dan ditulis oleh Scholastica Pratiwi Putri Nastiti NIM: 134114026
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 13 Juni 2017 Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap
Tanda Tangan
Ketua
: S.E Peni Adji, S.S., M.Hum.
………………
Sekretaris
: Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.
……………...
Anggota 1
: Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.
……………...
Anggota 2
: Drs. B. Rahmanto, M.Hum.
……………...
Yogyakarta, 30 Juni 2017 Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma
Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum. Dekan Fakultas Sastra
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Juni 2017 Penulis
Scholastica Pratiwi Putri Nastiti
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Scholastica Pratiwi Putri Nastiti NIM
: 134114026
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul FORMASI IDEOLOGI
DALAM
NOVEL
PARTIKEL
KARYA
DEE
LESTARI:
PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan
data,
mendistribusikannya
secara
terbatas
dan
mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 30 Juni 2017 Yang menyatakan,
Scholastica Pratiwi Putri Nastiti
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada orangtuaku Norbertus Sukirno dan Valentina R.R. Sri Tuti Mulatsih Saudara terkasihku Willybrodus Dani Prabowo dan Y.C. Awang Adhy Wibowo Serta semua orang yang saya cintai dan mencintai saya
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
“Urip iku urup” (Pepatah Jawa)
Coba pelajari sesuatu tentang apapun dan apapun tentang sesuatu. (Thomas Henry Huxley)
Tidak ada hal yang betul-betul salah, bahkan jam rusak pun benar dua kali dalam sehari. (Paulo Coelho)
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Formasi Ideologi dalam Novel Partikel Karya Dee Lestari: Perspektif Antonio Gramsci ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) Program Studi Sastra Indonesia di Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari banyak pihak, skripsi ini tidak akan selesai pada waktunya. Oleh karena itu, dari hati yang paling dalam, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. yang telah bersedia menjadi pembimbing I dan memberikan banyak masukan berharga. Penulis menyadari bahwa semangat dan bimbingan beliau mempengaruhi arah penulisan skripsi ini. 2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah menyempatkan diri untuk menilik dan mengarahkan penyusunan skripsi ini. 3. S.E Peni Adji, S.S., M.Hum. selaku Kaprodi yang telah dengan sabar ikut mendorong dan menyemangati penulis. 4. Seluruh jajaran pejabat dan dosen Program Studi Sastra Indonesia, Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Sastra; S.E Peni Adji, S.S., M.Hum; Drs. Hery Antono, M.Hum. (Alm); Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodorus, M.Hum. yang telah banyak memberikan petuah dan dukungan; Sony Cristian Sudarsono, S.S., M.A. yang juga turut memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. 5. Seluruh staf dan karyawan Sekretariat Fakultas Sastra, khususnya Theresia Rusmiyati yang telah membantu penulis dalam hal kesekretariatan.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Sanata Dharma yang telah membantu penulis memperoleh referensi yang dibutuhkan. 7. Kedua orang tuaku, Norbertus Sukirno dan Valentina R.R. Sri Tuti Mulatsih yang telah memberikan dukungan doa, perhatian, motivasi, dan materiil. 8. Kedua masku, Willybrodus Dani Prabowo dan Y.C. Awang Adhy Wibowo yang dengan segala keusilannya telah memberikan banyak motivasi, perhatian, dan dukungan kepada penulis. 9. Seluruh teman Program Studi Sastra Indonesia angkatan 2013, khususnya Vero, Cici, Rendra, Dandy, Galang, dan Beto untuk kebersamaan serta ceritanya; Paula, Nicko, Catrin, Esti, Anna, Egha, Rite, dan There yang telah berjuang bersama dan saling mendukung. 10. Terima kasih juga kepada Bella Belinda untuk doa, dukungan, dan semangatnya; Patrick Ardina Barata, Dea Ramantika DD, dan Scholastica Novena untuk dukungan dalam bentuk apapun. 11. Seluruh keluarga besar HMPS dan Bengkel Sastra yang telah mendewasakan saya dalam pengalaman berorganisasi dan bersastra di luar kelas.
Penulis menyadari bahwa banyak lagi yang belum sempat disebutkan. Semoga semua orang di atas jasa baik mereka diberkati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap kiranya skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi perkembangan pendidikan Sastra Indonesia.
Penulis
Scholastica Pratiwi Putri Nastiti
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Nastiti, Scholastica Pratiwi Putri. 2017. Formasi Ideologi dalam Novel Partikel Karya Dee Lestari: Perspektif Antonio Gramsci. Skripsi Strata Satu (S1). Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengangkat topik formasi ideologi dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Tujuan penelitian ini (1) mendeskripsikan struktur penceritaan, (2) mendeskripsikan mengenai formasi ideologi berdasarkan perspektif Antonio Gramsci. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan. 1) Pendekatan objektif untuk menganalisis struktur intrinsik yaitu tokoh-penokohan dan latar. 2) Pendekatan Sosiologi Sastra dengan teori ideologi Gramsci untuk melihat formasi ideologi. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka. Hasil analisis penceritaan (tokoh penokohan, dan latar) dan formasi ideologi. Tokoh utama dalam novel ini adalah Zarah Amala dan Firas. Sedangkan tokoh tambahan terdiri dari Aisyah, Abah Hamid dan Pak Simon Hardiman. Novel Partikel berlatar tempat di Bogor dan Tanjung Puting yang terletak di Indonesia dan juga London dan Glastonbury yang terletak di Inggris. Latar waktu terjadi di antara rentang tahun 1979-2003. Latar sosial dalam novel ini adalah latar mengenai sistem pendidikan di Indonesia, latar spiritual mengenai takhayul dan latar mengenai fenomena crop circle dan UFO yang terjadi di Inggris. Ada lima ideologi dominan yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu 1) Liberalisme, 2) Konservatisme, 3) Teisme, 4) Panteisme, dan 5) New Age. Formasi ideologi dari kelima ideologi tersebut adalah 1) Ideologi konservatisme berkorelasi dengan ideologi teisme. 2) Ideologi panteisme berkorelasi dengan ideologi liberalisme dan juga ideologi new age. 3) Ideologi liberalisme bertentangan dengan ideologi konservatisme. 4) Ideologi teisme bertentangan dengan ideologi panteisme dan juga ideologi new age. Sedangkan formasi ideologi tokohnya adalah 1) Zarah memiliki ideologi liberalisme, panteisme dan juga new age, ideologi dominan yang dimiliki Zarah adalah panteisme. 2) Firas memiliki ideologi liberalisme, panteisme dan juga new age, ideologi dominannya adalah liberalisme. 3) Aisyah memiliki ideologi teisme dan konservatisme, ideologi dominannya adalah konservatisme. 4) Abah Hamid memiliki ideologi yang sama dengan Aisyah, namun ideologi dominannya adalah teisme. 5) Pak Simon memiliki ideologi panteisme dan new age, ideologi dominannya adalah new age.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Nastiti, Scholastica Pratiwi Putri. 2017. Ideology Formation in Dee Lestari‟s Partikel: Antonio Gramsci‟s Perspective. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature. Faculty of Letters. Sanata Dharma University. The topic of this thesis was ideology formation in Dee Lestari‟s Partikel. The aims of this thesis were (1) to describe the story-telling structure and (2) to describe the ideology formation based on Antonio Gramsci‟s perspective. This thesis used two approaches. 1) Objective approach for analyzing the intrinsic elements which were character-characterization and setting. 2) Sociological approach with Gramsci‟s theory of ideology for analyzing the ideology formation. The method used in this thesis was qualitative descriptive method. The data collecting used the bibliographical technique. The result of the story-telling (character, characterization, and setting) and ideology formation. The main characters in this novel were Zarah Amala and Firas. The other additional characters were Aisyah, Abah Hamid dan Pak Simon Hardiman. Partikel had setting in Bogor and Tanjung Puting which located in Indonesia, and also in London and Glastonbury which located in England. The setting of time of this novel was 1979-2003. The setting of society in this novel was the background of the education system in Indonesia, the spiritual background about superstition, and the background of crop circle phenomena and UFO which happened in England. There were five dominant ideologies found in this thesis, they were 1) Liberalism, 2) Conservatism, 3) Theism, 4) Pantheism, and 5) New Age. The ideology formation of those ideologies were 1) The correlation between conservatism and theism. 2) The correlation between pantheism and liberalism and new age. 3) The contradiction between liberalism and conservatism. 4) The contradiction between theism and pantheism and new age. While the ideology formation of the characters was 1) Zarah embraced liberalism, pantheism, and new age. Her most dominant ideology was pantheism. 2) Firas embraced liberalism, pantheism, and new age. His most dominant ideology was liberalism. 3) Aisyah embraced theism and conservatism ideology. Her most dominant ideology was conservatism. 4) Abah Hamid embraced the same ideology with Aisyah, but his most dominant ideology was theism. 5) Pak Simon embraced pantheism and new age ideology. His most dominant ideology was new age.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ....................... iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .......... v HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi MOTO .............................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ...................................................................................................... x ABSTRACT ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI ................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………...………… 9 1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 9 1.4 Manfaat Hasil Penelitian …………………………………………… 10 1.4.1
Manfaat Teoretis ………..............................................…...... 10
1.4.2
Manfaat Praktis ……..............................................……….... 10
1.5 Tinjauan Pustaka ……………………………………………………. 10 1.6 Landasan Teori …………………………………………………...… 13 1.6.1 Kajian Struktural ……………………………………................ 14 1.6.1.1
Tokoh dan Penokohan …………................................ 15
1.6.1.2
Latar ………………………………...……………...... 19
1.6.2 Formasi Ideologi dalam Perspektif Gramsci ……………….... 23 1.6.2.1
Ideologi menurut Antonio Gramsci ………..……….... 24
1.6.2.2
Formasi Ideologi ……………………………………... 27
1.7 Metode Penelitian …………………………………………………… 28
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.7.1 Pendekatan ................................................................................ 28 1.7.2 Metode Pengumpulan Data ……………………...…………….. 29 1.7.3 Metode Analisis Data ................................................................. 30 1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data …..……….……………. 30 1.8 Sumber Data …………………………………..…..………………… 31 1.9 Sistematika Penyajian …………………….…………………………. 31
BAB II STRUKTUR PENCERITAAN DALAM NOVEL PARTIKEL .... 33 2.1 Pengantar ……………………………………………………………. 33 2.2 Tokoh dan Penokohan ………………………………………………. 34 2.2.1 Tokoh Utama …………………………………….……...…… 35 2.2.2 Tokoh Tambahan ………………………………….………..... 45 2.3 Latar …………………………………………………………………. 56 2.3.1 Latar Tempat …………………………………………….….... 56 2.3.2 Latar Waktu …………………………………………….…….. 61 2.3.3 Latar Sosial ………….............................................................. 65 2.4 Rangkuman ………………………………………………………….. 70
BAB III FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL .............. 73 3.1 Pengantar ……………………………………………………………. 73 3.2 Ideologi dalam Novel Partikel ……………………………………… 74 3.2.1 Ideologi Liberalisme ……………………………………........ 75 3.2.2 Ideologi Konservatisme ………………………………...…… 79 3.2.3 Ideologi Teisme ……………………………………………… 82 3.2.4 Ideologi Panteisme …………………………………………... 85 3.2.5 Ideologi New Age ……………………………………………. 88 3.3 Formasi Ideologi dalam novel Partikel ………………………………… 94 3.4 Rangkuman …………………………………………………………. 97
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 100 4.1 Kesimpulan ………………………………………………………….. 100 4.2 Saran ………………………………………………………………… 104
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105 LAMPIRAN .................................................................................................... 108 DAFTAR TABEL Tabel 1 ……………………………………………………………………. 70 Tabel 2 ……………………………………………………………………. 97 Tabel 3 …………………………………………………………………..... 99
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan masyarakat (pembaca). Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri merupakan kenyataan sosial dalam suatu lingkungan pergaulan (Damono, 1984:1). Gambaran kehidupan yang direpresentasikan dalam karya sastra merupakan hasil produksi pandangan pengarang terhadap kondisi masyarakat pada masa tertentu. Sastra bukanlah sekadar permainan imajinasi yang pribadi sifatnya, tetapi merupakan rekaman tata cara zamannya, suatu perwujudan macam pikiran tertentu (Tanie dalam Saraswati, 2003: 27). Novel misalnya adalah cerminan yang bisa dibawa ke mana pun dan paling cocok untuk memantulkan segala aspek kehidupan dan alam. Partikel adalah sebuah novel karya Dee Lestari yang diterbitkan pada tahun 2012. Partikel merupakan episode keempat dari tujuh episode novel Supernova karya Dee Lestari. Episode Supernova pertama berjudul Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh yang terbit pada 16 Februari 2001. Kemudian pada 16 Oktober 2002, Dee meluncurkan episode kedua Akar, dilanjutkan Petir (2004), Partikel (2012), Gelombang (2014) dan yang terakhir adalah Inteligensi Embun Pagi (2016). Novel Supernova secara keseluruhan merupakan novel yang tergolong dalam jenis novel fiksi ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Supernova karya Dee lestari sempat menjadi nominasi pada Katulistiwa Literary Award (KLA) yang digelar QB World Books. Ia bersaing dengan sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto, Dorothea Rosa Herliany, Sutardji Calzoum Bachri, dan Hamsad Rangkuti. Baru-baru ini, Sepernova episode terakhir, yakni Intelegensi Embun Pagi mendapat penghargaan Book Of The Year 2016 oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Novel-novel karya Dee Lestari kebanyakan merupakan novel yang membutuhkan riset-riset yang mendalam. Dari hasil riset-riset tersebut selain dapat menikmati latar cerita yang menarik, pembaca juga diberikan pengetahuanpengetahuan baru yang mencerdaskan. Terutama dalam novel Partikel ini, Dee melakukan riset yang mendalam mengenai Fungi¹. Dee menghabiskan waktu hampir sekitar delapan tahun untuk menerbitkan episode keempat dari Supernovanya. Partikel merupakan kisah petualangan Zarah Amala dalam mencari ayahnya, yaitu Firas yang hilang begitu saja. Zarah adalah anak pertama dari Firas dan Aisyah. Firas adalah seorang dosen dan ahli mikologi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Mereka juga memiliki seorang anak perempuan lagi bernama Hara.
¹ Tumbuhan tanpa daun atau klorofil, hidup dari bahan tumbuhan atau binatang lain, dapat terdiri atas satuan sel, dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan atau binatang, dapat membusukkan kayu, makanan, dsb; cendawan; jamur (KBBI,2007: 322).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Firas dan Aisyah sebenarnya adalah anak dari Abah Hamid dan Umi. Namun, Firas adalah anak angkat Abah, sedangkan Aisyah adalah anak kandung. Masalah pernikahan Firas dan Aisyah ini merupakan awal permasalahan dari kurang harmonisnya keluarga besar ini. Namun, masalah pernikahan itu bukanlah permasalahan utama dalam novel yang ditulis oleh Dee Lestari ini. Kisah dalam Partikel berawal dari Zarah yang sangat menyayangi ayahnya lebih dari apa pun. Ia bahkan mengumpamakan ayahnya adalah seorang dewa. Sejak ia kecil, Zarah dididik dengan cara yang berbeda dari anak-anak lain yang seumuran dengannya. Zarah hingga umurnya 12 tahun belum pernah merasakan pendidikan formal seperti teman-temannya. Ia hanya dididik sendiri oleh Firas di rumah. Firas tidak mau Zarah masuk sekolah formal seperti anak-anak sebayanya. Ideologi yang dimiliki oleh Firas tersebut yang menimbulkan pelbagai konflik dalam hidupnya. Firas menganggap bahwa sekolah formal seperti yang telah ada sekarang itu tidak banyak membantu untuk anak perempuannya. Firas tidak pernah suka sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Sebenarnya Firas sendiri adalah dosen IPB, tapi ia tidak suka dengan sistem pendidikan di Indonesia. Ia memiliki pemikirannya sendiri mengenai pendidikan yang pantas untuk anaknya. Kutipan berikut ini menujukkan ideologi yang dimiliki oleh tokoh Firas dan Zarah tentang sistem pendidikan di Indonesia. (1) “Tidak perlu Aisyah. Zarah akan jauh lebih pintar kalau aku yang mengajarkannya langsung.” Begitu selalu katanya (Lestari, 2014: 17). (2) Aku mengerjakannya sambil setengah tidak percaya. Untuk inikah anak-anak itu disekap berjam-jam di kelas? Lebih baik mereka semua ikut Ayah ke Kebun Raya dan mendengarkan cerita-ceritanya tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
alam semesta. Nilaiku sempurna. Dengan setengah tidak percaya pula, mereka akhirnya mengizinkanku bersekolah di sana (Lestari, 2012: 95).
Kutipan di atas menujukkan bahwa Firas memiliki sebuah pemikiran dan kesadaran bahwa pendidikan tidak harus didapatkan dari bangku sekolah. Jika seorang anak dididik dengan baik dan benar, diberi pelajaran setiap hari tanpa harus berada di kelas, maka sekolah formal bukan sebuah hal yang wajib. Kemudian Zarah membuktikan apa yang dikatakan ayahnya mengenai pendidikan informal. Selain ideologi mengenai sistem pendidikan, novel ini juga memiliki ideologi mengenai hubungan alam semesta dan manusia. (3) Dengan tegas Ayah menandaskan, “Umat manusia selamanya berhutang budi kepada kerajaan fungi. Kita bisa ada hari ini karena fungi melahirkan kehidupan buat kita.” Bagi Ayah, fungi adalah orang tua alam ini (Lestari, 2012: 21). (4) Berkesempatan melihat tanah airku dari ribuan kaki di atas permukaan laut menyadarkanku atas kebenaran kata-kata Ayah dulu. Hutan Kalimantan tidak selebat yang kubayangkan. Tampak bolong-bolong luas di mana-mana. Hutan yang tinggal jadi sejarah. Tebaran atap serta padatnya permukiman manusia terlihat bagai sel kanker yang menyebar. Menggerogoti hijaunya hutan. Dari atas sini, aku melihat Kalimantan yang terluka (Lestari, 2012: 178). (5) “Kalau bumi ini hidup seperti kita, maka dia pun akan punya sistem meridian, dia punya chakra. Jadi, bagi saya, ley lines, teori World Crystalline, teori World Gird menunjukkan bahwa ada aspek lain dari Bumi kita yang belum sepenuhnya kita kenali. Aspek yang menunjukkan Bumi kita adalah makhluk hidup yang berkesadaran (Lestari, 2012: 421).”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Kutipan tersebut di atas merupakan beberapa contoh ideologi yang terdapat dalam Partikel mengenai alam semesta. Bahwa bumi adalah makhluk hidup yang berkesadaran. Dan bumi yang dipijak manusia saat ini tengah mengalami kerusakan akibat eksploitasi sumber daya yang dilakukan oleh manusia. Selain hal tersebut, juga muncul pemikiran tentang fungi dan perannya yang amat besar bagi alam semesta. Kisah Zarah tidak hanya berhenti di situ. Petualangan Zarah semakin menarik ketika seseorang yang ia dewakan, yaitu Firas hilang. Hilangnya Firas membawanya dalam sebuah pelarian yang tidak ada hentinya. Ia pergi ke Tanjung Puting hingga akhirnya ia ke London. Di London ia bertemu dengan Pak Simon, koresponden Firas. Dari Pak Simon, Zarah mendapatkan titik terang akan keadaan Firas. Dari Pak Simon juga, Zarah mempelajari hal-hal mengenai Ayahnya yang selama ini hanya ia pahami ala kadarnya. Karya sastra memiliki peran penting, baik dalam usahanya untuk menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan (Ratna, 2012: 334). Sastra memberikan gambaran atas situasi sosial,
ideologi,
dan
harapan-harapan
individu
yang
sesungguhnya
mempresentasikan kebudayaan bangsanya. Dalam karya sastra, pengarang membawa gagasan-gagasan tertentu. Gagasan-gagasan tersebut mencerminkan ideologi pengarang yang ditransfer dalam karyanya melalui dialog tokoh, latar, peristiwa, maupun karakter tokoh. Melalui hal-hal tersebut, pengarang dapat menyampaikan tujuannya menciptakan sebuah karya sastra. Penelitian ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
membahas mengenai ideologi pengarang, namun membahas mengenai ideologi yang ada di dalam sebuah karya sastra. Para tokoh dalam Partikel memiliki beberapa konflik mengenai persoalan dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satu konfilk muncul ketika Firas menolak permintaan Abah dan Umi agar Zarah masuk sekolah formal. Persoalan tersebut kemudian menjadi sebuah konflik berkepanjangan antara Firas dan Abah, Umi, serta isterinya, Aisyah. Selain itu, konflik juga dihadapi Firas dalam hal Bukit Jambul. Masyarakat dan Abah mengira Bukit Jambul itu adalah tempat angker, sehingga tidak ada yang boleh memasuki area terlarang tersebut. Namun, bagi Firas Bukit Jambul adalah aset yang harus dijaga, maka ia dapat keluar masuk Bukit Jambul karena ia mengetahui kebenarannya. Pemikiran tokoh yang satu dan pemikiran tokoh-tokoh lainnya kadang bertentangan. Dengan pelbagai pemikiran tersebut mengisyaratkan adanya pertentangan ideologi terkait pelbagai sisi kehidupan. Pertentangan ideologi yang terjadi karena adanya perbedaan gagasan dan pemikiran antartokoh yang satu dengan tokoh lainnya tersebut memunculkan gejala dan upaya dari ideologi yang tertindas untuk melakukan perlawanan terhadap ideologi yang mendominasi. Upaya perlawanan terhadap dominasi ideologi menujukkan adanya usaha negosiasi yang dilakukan untuk mencapai kesepakatan bersama demi kesatuan sosial. Ideologi oleh Gramsci didefinisikan sebagai kesadaran yang aktif. Sama seperti Lukacs, ia tidak menyetujui pendefinisian ideologi oleh Marx sebagai kesadaran palsu, melainkan kesadaran sebagai sesuatu yang aktif (Takwin, 2003:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
79-83). Menurut Gramsci, ideologi adalah manifestasi dari bekerjanya sistem dan proses kekuasaan (Simon, 2004: 86). Ideologi terbentuk melalui proses sejarah yang panjang yang melahirkan suatu keadaan di mana kelompok atau individu yang dikuasai seolah-olah menerima hubungan dominasi yang ada. Kekuasaan itu merasuk dan ideologi diterima sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari seakan-akan terjadi “consensus” antara kelompok atau pihak tersubordinasi dan penguasa. Kondisi penguasaan negara ini dalam pemikiran Gramsci dikenal dengan istilah hegemoni (Takwin, 2003: 84). Gagasan-gagasan dan opini-opini tidak lahir begitu saja dari otak individu, melainkan punya pusat informasi, iradiasi, penyebaran, dan persuasi (Faruk, 2012: 132). Ide-ide tentang sebuah ideologi tidak dapat dilepaskan dari praktik-praktik kultural dalam hal penyebaran dan persuasinya. Puncak dari keberhasilan upaya penyebaran dan persuasi tersebut dikenal sebagai hegemoni. Faruk (Ibid., 136) berpendapat bahwa hegemoni menyangkut cara-cara serangkaian kompleks dan menyeluruh dari praktik-praktik kultural, politisi, ideologis yang bekerja untuk „menyemen‟ masyarakat menjadi kesatuan yang relatif. „Menyemen‟ dalam hal ini memiliki artian mengikat kelas-kelas yang sebenarnya bersifat antagonistik menjadi satu kesatuan yang seakan-akan rukun dan harmonis. Berdasarkan kerangka pikiran di atas, teori ideologi menurut perspektif Gramsci dirasa relevan untuk menganalisis ideologi yang terdapat dalam Partikel. Teori ini dipilih karena menjelaskan relasi ideologi secara mendalam. Dalam teori Gramsci, ideologi memiliki peran penting untuk mengikat pelbagai kelompok sosial yang berbeda-beda dalam satu wadah sebagai sarana penyatu sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
Dengan menggunakan teori ideologi Gramsci, diharapkan ideologi-ideologi yang ada dalam Partikel dapat dipahami lebih terfokus dan lebih mendalam. Peneliti memilih topik mengenai formasi ideologi karya sastra dalam novel Partikel karya Dee Lestari ini didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama, berdasarkan observasi peneliti, topik yang membahas mengenai formasi ideologi pada Partikel belum banyak ditemukan dan dilakukan. Hasil searching peneliti, Partikel pernah dikaji dengan kajian psikologi sastra yaitu kepribadian dan aktualisasi diri tokoh utamanya, dan juga kajian feminis. Kedua, ideologi yang dimiliki para tokoh dalam Partikel adalah sesuatu permasalahan menarik dalam novel ini. Perbedaan ideologi yang dialami oleh para tokoh tersebut menyebabkan pertentangan dan konflik dalam masyarakat yang berkepanjangan. Hal ini menjadikan peneliti tertarik untuk menelusuri lebih dalam mengenai formasi ideologi yang ada di dalam novel Partikel karya Dee Lestari ini. Ketiga, peneliti ingin melihat lebih terperinci mengenai permasalahan formasi ideologi yang ada di dalam Partikel yang juga termasuk ke dalam fenomena sosial yang tengah terjadi di dalam masyarakat dewasa ini. Ada pelbagai permasalahan dalam novel ini yang ternyata banyak dialami oleh masyarakat dewasa ini, hanya saja masyarakat tidak begitu mengambil pusing tentang fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Novel Partikel karya Dee Lestari ini merupakan teks sastra yang akan dijadikan bahan penelitian. Teks-teks sastra dalam novel tersebut akan dianalisis tokoh, penokohan, dan latarnya terlebih dahulu. Kemudian akan dibahas lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
jauh mengenai bagaimana formasi ideologi yang ada dalam Partikel yang kemudian diasumsi merupakan ideologi yang dimiliki oleh novel Partikel.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana struktur penceritaan novel Partikel karya Dee Lestari? 2. Bagaimana formasi ideologi yang ada dalam novel Partikel karya Dee Lestari?
1.3 Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan formasi ideologi dalam novel Supernova: Episode Partikel karya Dee Lestari. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.
Mendeskripsikan struktur penceritaan novel Partikel karya Dee Lestari. Struktur penceritaan yang akan dianalisis adalah tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Partikel. Kemudian hasil analisis dari struktur penceritaan novel Partikel akan dibahasa pada bab II.
2.
Mendeskripsikan formasi ideologi yang ada dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Formasi ideologi yang digunakan untuk menganalisis Partikel ini adalah formasi ideologi dalam perspektif Antonio Gramsci. Hasil analisis formasi ideologi ini kemudian akan dibahas dalam bab III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
1.4 Manfaat Hasil Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoretis 1.4.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan di bidang sosiologi sastra yaitu memberikan contoh kajian penerapan teori tokoh, penokohan, dan latar dalam karya sastra. Karya sastra yang diteliti di sini adalah novel Partikel karya Dee Lestari. 1.4.1.2 Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang studi sastra mengenai ideologi berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Gramsci khususnya mengenai teori ideologi dalam perspektif Gramsci.
1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai rujukan penelitian tentang studi ideologi dalam bidang karya sastra. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat membantu pembaca dalam memahami novel Partikel karya Dee Lestari secara lebih dalam. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, khususnya novel Partikel.
1.5 Tinjauan Pustaka Topik mengenai ideologi dalam karya sastra pernah dijadikan topik skripsi S-1 oleh Nanang Syaiful Rohman, dalam skripsinya berjudul “Ideologi Perempuan dalam Novel Tempurung Karya Oka Rusmini” (2011). Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa ada dua bagian ideologi yakni ideologi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
bersumber dari budaya tradisional Bali yang terdiri dari ideologi umum, ideologi familialisme, dan ideologi ibuisme dan ideologi yang bersumber dari budaya tradisional Bali yang dipadukan dengan budaya modern yang terdiri dari ideologi matriarki, ideologi familialisme. Terdapat beberapa tokoh yang memiliki ideologi lebih dari satu. Hal ini terjadi karena tokoh-tokoh perempuan tersebut menghadapi pelbagai masalah dalam kehidupan yang sangat kompleks, sehingga menyebabkan ideologi yang dianut sebelumnya beralih ke ideologi lain. Ideologi-ideologi yang dimiliki tokoh perempuan dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini tampak dalam pandangan tokoh perempuan terhadap dirinya sendiri, pandangan tokoh perempuan terhadap perempuan lain, dan pandangan tokoh perempuan terhadap laki-laki. Pandangan tersebut tercermin dalam kutipan unit teks yang terinci dalam monolog, dialog, dan narasi tokoh. Kemudian formasi ideologi juga pernah dijadikan topik skripsi oleh Ardila Chandra, dalam skripsi yang berjudul “Formasi Ideologi dan Negosiasi dalam Novel Burung-Burung Rantau Karya Y.B. Mangunwijaya: Analisis Hegemoni Gramsci” (2015). Di dalam penelitiannya, Chandra menyimpulkan bahwa terdapat dua belas ideologi dalam novel BBR. Keduabelas ideologi tersebut yaitu humanisme, patriarkat, feminisme, tradisionalisme, konvensionalisme, teisme, realisme, rasionalisme, nasionalisme, materialisme, kapitalisme, dan liberalisme. Kedua belas ideologi tersebut memiliki korelasi, pertentangan, dan subordinasi. Untuk mencapai hegemoni, dibutuhkan negosiasi yang bisa terjadi melalui dialog antartokoh dan melalui perenungan diri sendiri. Dalam hal ini, terdapat sepuluh negosiasi ideologi dalam novel Burung Burung Rantau (BBR). Melalui BBR,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
pengarang ingin memperkenalkan gagasannya mengenai pascanasional dan menyebarkan jiwa humanis. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa novel BBR adalah usaha pengarang untuk memperlihatkan kekompleksan permasalahan manusia pada era globalisasi. Kekompleksan permasalahan tersebut ditunjukkan melalui ideologi-ideologi para tokoh. Pengarang menceritakan kegelisahan-kegelisahan pikirannya terkait humanisme melalui kehidupan Neti sebagai tokoh utama. Pengarang menonjolkan ideologi humanisme untuk menyuarakan kemanusiaan dan kesetaraan bagi semua manusia. Novel Partikel karya Dee Lestari sebelumnya pernah menjadi objek penelitian skripsi S-1 oleh Kartika Nurul Nugraheni yang berjudul “Kepribadian dan Aktualisasi Diri Tokoh Utama dalam Novel Supernova Episode Partikel Karya Dewi Lestari” (2014) menganalisis novel Partikel dengan tinjauan psikologi sastra. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa pertama, kepribadian yang menonjol pada tokoh utama bernama Zarah dalam novel Partikel karya Dewi Lestari adalah cerdas, pemberontak, dan keras kepala. Kedua, konflik batin yang dialami tokoh utama bernama Zarah dalam novel Partikel karya Dewi Lestari adalah keinginan yang tidak sesuai kenyataan dan pertentangan batin. Konflik yang paling utama adalah pelarian Zarah dari kekangan kebudayaan di masyarakat karena perbedaan ideologi. Ketiga, aktualisasi diri pada tokoh Zarah dalam novel Partikel karya Dewi Lestari terdiri dari dua tujuan, yaitu keinginan untuk menemukan Firas (ayahnya), memiliki pemikiran yang konsisten, dan teguh pendirian untuk mempertahankan hasil riset Firas (ayahnya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Sedangkan Nurlinda, dkk melakukan kajian nilai-nilai terhadap novel Patikel karya Dee Lestari. Judul yang mereka pakai adalah “Nilai-nilai dalam Novel Partikel Karya Dewi Lestari (DEE). Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa nilai-nilai yang terdapat dalam novel karya Dee Lestari ini terdiri dari nilai pendidikan, religius, sosial, dan individu. Nilai pendidikan itu meliputi nilai setia kawan, toleransi, kebulatan tekad, menjaga kelestarian hewan dan alam, dan tolong menolong. Nilai religiusnya adalah keyakinan kepada Tuhan Maha Esa; Mengerjakan Salat, puasa, dan membaca Alquran; Berdoa kepada Allah; Menghormati ibu; Manusia makhluk lemah; Setan musuh manusia; dan Percaya kepada takdir Allah; Nilai sosial meliputi, pengorbanan, kemenangan, kasih sayang, kegotongroyongan, dan kepedulian. Kemudian nilai individunya adalah bijaksana, keteguhan, keberanian, perjuangan, keegoisan, kerja keras, kejujuran, kesadaran, kegelisahan, penderitaan, dan kesedihan. Beberapa hasil penelitian di atas kemudian akan dijadikan tinjauan untuk mendukung kajian dalam penulisan penelitian ini. Berbeda dengan penelitianpenelitian sebelumnya, penelitian ini menekankan pembahasan mengenai formasi ideologi yang ada dalam Partikel. Dialog, tokoh, peristiwa, dan latar dalam Partikel menunjukkan pertentangan pikiran dan ideologi masing-masing tokoh, oleh karena itu penelitian ini dikaji menggunakan teori ideologi Gramsci.
1.6 Landasan Teori Suatu penelitian memerlukan teori-teori atau pendekatan yang tepat dan sesuai dengan objeknya. Landasan teori dalam penelitian ini memaparkan tokoh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
penokohan, dan latar dalam drama, kajian sosiologi sastra, dan teori ideologi menurut perspektif Antonio Gramsci dalam karya sastra.
1.6.1 Kajian Struktural Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum formalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh pelbagai unsur (pembangun)-nya. Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendekripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis strukruktural dilakukan dengan mengidentifikasi peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan ketertarikan antarpelbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah keseluruhan. Dalam konteks penelitian ini, peneliti membatasi kajian struktural hanya pada tokoh dan penokohan serta latar tempat, waktu dan sosial. Hal ini dilakukan karena peneliti berupaya melakukan studi yang efisien dan efektif. Selain itu, hasil dari analisis tokoh dan penokohan tersebut membantu peneliti untuk merumuskan formasi ideologi yang terdapat dalam Partikel. Kemudian latar tempat, waktu, dan sosial melengkapi dan menjelaskan bagaimana keadaan masyarakat sosial dalam Partikel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan Dalam penelitian ini digunakan teori tokoh dan penokohan untuk menganalisis novel Partikel. Analisis unsur tokoh dan penokohan akan membantu peneliti untuk mendalami sifat-sifat tokoh dalam novel Partikel dan menemukan ideologi yang dimiliki oleh setiap tokoh. Hasil analisis tokoh dan penokohan tersebut akan digunakan oleh peneliti untuk mendalami ideologi yang ada di dalam novel Partikel karya Dee Lestari ini. Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah-istilah tersebut sebenarnya tidak menyaran pada pengertian yang persis sama, atau paling tidak dalam tulisan ini akan dipergunakan dalam pengertian yang berbeda, walaupun memang ada di antaranya yang sinonim. Ada istilah yang pengertiannya menyaran pada tokoh cerita dan atau “teknik” pengembangannya dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995:164-165). Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah tokoh utama novel itu?”, atau “Ada berapa orang jumlah pelaku novel itu?”, dan sebagainya. Penokohan dan karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak (watak) tertentu dalam sebuah cerita. Atau seperti dikatakan oleh Jones (1968: 33), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Ibid., 165).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Penggunaan istilah “karakter” (character) sendiri dalam berbagai literatur bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian berbeda, yaitu sebagai tokohtokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsup moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut (Staton dalam Nurgiyantoro, 1995: 165). Dengan demikian, character dapat berarti „pelaku cerita‟ dan dapat pula berarti „perwatakan‟. Antara seseorang tokoh dan perwatakan yang dimilikinya memang merupakan sebuah kepaduan yang utuh (Ibid.’ 165). Tokoh cerita (character) menurut Abrams (1981) adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut juga dapat diketahui antara seseorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dalam penerimaan pembaca. Dalam hal ini, khususnya dari pandangan teori resepsi, pembacalah sebenarnya yang memberi arti semuanya. Berkaitan dengan kasus kepribadian sang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal). Pembedaan antara tokoh yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik. Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 1995: 165-166).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
Tokoh adalah pemegang peran (peran utama) dalam roman atau drama (KBBI, 2007: 1203). Abrams dalam Nurgiyantoro (2007: 165) mengungkapkan bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penelitian ini akan menganalisis tokoh dalam novel Partikel karya Dee Lestari yang diklasifikasikan berdasarkan perannya, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan. Teori tokoh utama dan tokoh tambahan lebih dipilih daripada teori lainnya karena hasil analisis tokoh utama dan tokoh tambahan akan mencerminkan mengenai bagaimana ideologi utama dalam Partikel.
1.6.1.1.1
Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2007: 176177). Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan latar secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik penting yang mempengaruhi perkembangan latar (Ibid., 177).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
1.6.1.1.2 Tokoh Tambahan Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung atau tidak langsung (Ibid., 177). Dominasi tokoh tambahan dalam cerita ada di bawah tokoh utama, sehingga mereka dapat dipadang sebagai tokoh tambahan, walau harus dicatat: ada tokoh tambahan yang utama (Ibid., 178). Apa yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pembedaan antara tokoh utama dan tokoh tambahan tidak dapat dilakukan secara eksak. Pembedaan itu lebih bersifat gradasi. Kadar keutamaan tokoh-tokoh itu beringkat: tokoh utama (yang) utama, tokoh tambahan, tokoh tambahan utama, tokoh tambahan (yang memang) tambahan. Dalam penelitian ini, hanya dibatasi pada tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh besar pada tokoh utama. Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam karya susastra (KBBI, 2007: 1203). Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007: 166). Teknik pelukisan tokoh yang digunakan oleh Dee dalam Partikel adalah teknik dramatik. Teknik dramatik adalah teknik pelukisan tokoh secara tidak langsung. Nurgiyantoro (2007: 198) mengungkapkan bahwa teknik dramatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
artinya adalah pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui pelbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi.
1.6.1.2 Latar Penelitian ini menggunakan teori latar yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Hasil analisis latar digunakan untuk lebih memahami bagaimana kondisi latar dalam cerita. Bagaimana latar waktu, tempat dan sosial yang ada dalam masyarakat novel dapat menjelaskan ideologi yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Abrams dalam (Nurgiyantoro, 2010: 216) mengungkapkan bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara kongkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan susasna tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Jika latar mampu mengangkat suasana setempat, warna lokal, lengkap dengan perwatakannya ke dalam cerita, makan pembaca akan dimudahkan untuk mengoperasikan daya imajinasinya. Nurgiyantoro (2010: 227-236) mengungkapkan bahwa unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling memengaruhi satu dengan yang lainnya. Unsur latar menjadi penting untuk dianalisis dalam penelitian ini karena latar menjelaskan dan mengungkapkan bagaimana keadaan dan kondisi masyarakat sesungguhnya yang menjadi latar belakang cerita tersebut. Nurgiyantoro (2010: 100) menjelaskan bahwa dalam sebuah karya fiksi sering dijumpai peristiwa-peristiwa dan permasalahan yang diceritakan. Karena kelihaian dan kemampuan imajinasi pengarang, cerita fiksi menjadi tampak kongkret dan seperti benar-benar ada dan terjadi. Unsur latar dalam Partikel merupakan latar-latar yang nyata, walaupun ceritanya fiksi, namun latar yang digunakan adalah latar faktual. Misalnya latar tempat yang ada di dunia nyata, yaitu Bogor, Tanjung Putting, London, Glastonbury, dll. Beberapa peristiwa juga merupakan peristiwa nyata misalnya Simposium yang dilaksanakan di Glastonbury pada 2003. Peristiwa itu benarbenar terjadi dan membahas mengenai biokimia dan molekul genetik (https://bmg.med.virginia.edu/events/past-simposia/bmg-symposium-2003/)
1.6.1.2.1 Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
Penggunaan
latar
tempat
dengan
nama-nama
tertentu
haruslah
mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Ketidaksesuaian deskripsi antara keadaan tempat secara realistis dengan yang ada di novel dapat menyebabkan karya yang bersangkutan kurang meyakinkan jika pembaca mengenalinya. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk mengesani pembaca seolah-olah hal yang diceritakan sungguh ada dan terjadi. Perlu dikemukakan bahwa latar tempat dalam sebuah novel biasanya meliputi pelbagai lokasi. Ia akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sejalan dengan perkembangan plot dan tokoh. Dari sekian banyak tempat yang disebut, tentu sajaa tidak semuanya fungional dan sama pentingnya. Jika latar tempat dikemukakan secara terperinci, makan latar tempat tersebut merupakan latar tempat yang penting.
1.6.1.2.2 Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita. Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika digarap dengan teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
Lama waktu cerita dalam karya fiksi juga sering dihubungkan dengan lamanya waktu yang dipergunakan dalam cerita. Dalam hal ini terdapat variasi pada pelbagai novel yang ditulis pengarang. Ada novel yang membutuhkan waktu panjang, katakanlah (hampir) sepanjang hayat tokoh, ada pula yang relatif pendek misalnya hanya beberapa hari atau bahkan hanya beberpa jam.
1.6.1.2.3 Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup pelbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Untuk mengangkat latar tempat tertentu ke dalam karya fiksi, pengarang perlu menguasai medan. Hal itu juga terlebih berlaku untuk latar sosial, tepatnya sosial budaya. Latar sosial berperan menentukan apakah sebuah latar, khususnya latar tempat, menjadi khas dan tipikal atau sebaliknya bersifat netral. Dengan kata lain, untuk menjadi tipikal dan lebih fungsional, deskripsi latar tempat harus sekaligus disertai latar sosial, tingkah laku kehidupan sosial masyarakat di tempat yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2010: 234).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
1.6.2
Formasi Ideologi dalam Perspektif Antonio Gramsci Kajian tentang formasi ideologi dalam perspektif Antonio Gramsci ini
merupakan bidang kajian dengan pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat; telaah tentang lembaga sosial. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik dan lain-lain (yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial), kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing (Damono, 1979: 7). Seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat: usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dalam hal isi, sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama. Dengan demikian, novel merupakan genre utama sastra dalam zaman industri ini, dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial ini: hubungan manusia dengan keluarganya, lingkungannya, politik, negara, dan sebagainya. Dalam pengertian dokumenter murni, jelas tampak bahwa novel berurusan dengan tekstur sosial, ekonomi, dan politik- yang juga menjadi urusan sosiologi (Ibid., 8) Kemudian Ratna (2004: 334) mengungkapkan bahwa hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
merupakan hubungan yang hakiki. Karya sastra mempunyai tugas penting, baik dalam usahanya menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan. Melalui teori sosiologi sastra, peneliti dapat mengkonstruksikan mengenai formasi ideologi dalam novel Partikel karya Dee Lestari.
1.6.2.1 Ideologi menurut Antonio Gramsci Secara etimologis, ideologi berasal dari kata idea (ide, gagasan) dan ology (logos, ilmu). Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas, ideologi adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi. Konsep ideologi bagi Gramsci itu melewati arti “ilmu pengetahuan gagasan” dan seperangkat doktrin (Gramsci, 2013: 527). Ideologi adalah penanda cara manusia meninggalkan peran mereka dalam masyarakat-kelas, nilai, ide, dan imaji-imaji yang mengikat mereka pada fungsi sosial (Elgeton, 2002: 20). Gramsci mengungkapkan bahwa ideologi lebih dari sekedar sistem ide karena memberikan arah dan tujuan bagi kelangsungan hidup individu maupun kelompok (Gramsci, 2013: 528). Bagi Gramsci, ideologi secara historis memiliki keabsahan yang bersifat psikologis. Artinya ideologi „mengatur‟ manusia dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak, mendapatkan kesadaran akan posisi mereka, perjuangan mereka dan sebagainya. Ideologi bagi Gramsci berfungsi untuk mengatur manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak mendapatkan kesadaran tentang posisinya dan perjuangan mereka. Gramsci menganggap dunia gagasan, kebudayaan, superstruktur, bukan hanya refleksi atau ekspresi dari struktur kelas ekonomik atau infrastruktur yang bersifat material, melainkan sebagai salah satu kekuatan material itu sendiri. Sebagai kekuatan material, dunia gagasan atau ideologi berfungsi mengorganisasi massa manusia, menciptakan suatu tanah lapang yang di atasnya manusia bergerak. Persoalan kultural dan formasi ideologi menjadi penting bagi Gramsci karena di dalamnya pun berlangsung proses yang rumit. Ideologi terbentuk melalui proses sejarah yang panjang yang melahirkan suatu keadaan di mana kelompok atau individu yang dikuasai seolah-olah menerima hubungan dominasi yang ada. Kekuasaan itu merasuk dan ideologi diterima sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari seakanakan terjadi “consensus” antara kelompok atau pihak tersubordinasi dan penguasa. Kondisi penguasaan negara ini dalam pemikiran Gramsci dikenal dengan istilah hegemoni (Takwin, 2003: 84). Ideologi menurut Gramsci (dalam Harjito, 2001: 33) mengandung empat elemen. Empat elemen tersebut yaitu elemen kesadaran, elemen material, elemen solidaritas-identitas, dan elemen kebebasan. Elemen kesadaran menandakan bahwa ideologi memberi tempat bagi manusia untuk bergerak dan mendapatkan kesadaran tentang posisi mereka, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, maupun perjuangan untuk menjadi kelas hegemoni. Titik awal kesadaran
adalah pemikiran awam (common sense).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Pemikiran awam berasal dari pelbagai sumber dan kejadian masa lalu yang membuat masyarakat menerima kebiasaan, kekuasaan, ketidakadilan, dan penindasan sebagai hal yang alamiah, produk alam, kehendak Tuhan, dan tidak dapat diubah (Simon, 2004: 33). Gramsci menggunakan istilah pendapat umum (common sense) untuk menunjukkan cara orang awam yang tidak kritis dan tidak sadar dalam memahami dunia (Ibid., 27). Pemikiran ini merupakan tempat dibangunnya ideologi dan menjadi tempat perlawanan ideologi. Elemen material adalah wujud eksistensi dalam pelbagai aktivitas praktis dan menjelma dengan cara hidup kolektif masyarakat. Ideologi bukanlah fantasi atau angan-angan seseorang, tetapi menjelma dalam kehidupan keseharian masyarakat, lembaga, ataupun organisasi di tempat praktik sosial berlangsung, misalnya dalam partai politik, serikat dagang, masyarakat sipil, aparat negara, perusahaan komersial, atau lembaga keuangan (Simon, 2004: 83-86). Elemen solidaritas identitas merupakan tanda bahwa ideologi mampu mengikat sebagai pondasi penyatuan sosial pelbagai kelompok yang berbeda ke dalam satu wadah. Dengan demikian, kelompok-kelompok lain diikutsertakan, termasuk ideologinya, guna mendapatkan dukungan. Pernyataan tersebut secara tidak langsung mengakui adanya pluralitas ideologi di masyarakat karena terdapat pelbagai kelompok sosial. Untuk merangkul pelbagai kelompok sosial, dalam menyusun ideologi baru tidak harus menyingkirkan semua sistem ideologi yang berbeda, tetapi justru melakukan transformasi ideologi dengan mempertahankan dan menyusun kembali beberapa unsur yang paling tangguh. Istilah untuk menggambarkan keadaan ini disebut negosiasi (Harjito, 2001: 35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Elemen kebebasan menjelaskan bahwa ideologi menghasilkan kebebasan maksimal kepada individu untuk merealisasikan dirinya. Kebebasan memberi peluang kepada masyarakat demi menghilangkan penindasan tersebut (Ibid., 36). Keempat elemen tadi tidak harus muncul bersamaan. Elemen yang harus muncul adalah elemen solidaritas-identitas, elemen kebebasan yang berwujud pelbagai aktivitas praktis dan terjelma dalam kehidupan keseharian, cara hidup kolektif masyarakat, lembaga, serta organisasi tempat praktik sosial berlangsung.
1.6.2.2 Formasi Ideologi Formasi adalah suatu susunan (KBBI, 2007: 320). Ideologi adalah sistem berpikir, kepercayaan, praktik-praktik simbolik yang berhubungan dengan tindakan sosial dan politik. Menurut Thompson (2003: 17) ideologi adalah sistem gagasan yang mempelajari keyakinan dan hal-hal ideal filosofis, ekonomis, politis, dan sosial. Ideologi dalam hal ini disebut neutral conception. Dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa formasi ideologi adalah suatu susunan sistem gagasan yang mempelajari keyakinan dan hal-hal ideal filosofis, ekonomis, politis, dan sosial. Formasi ideologi tidak hanya membahas ideologi apa saja yang terdapat di dalam teks, akan tetapi juga membahas bagaimana relasi antar ideologi tersebut. Formasi ideologi dalam teks muncul melalui tokoh, latar (yang mencakup tempat, waktu, dan sosial). Dalam perspektif kajian ini, semua elemen tersebut merupakan representasi ideologi yang melekat pada setiap elemen tadi. Oleh karena itu, karya sastra disebut juga sebagai situs ideologi. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
disebabkan karena teks sastra merupakan dialektika pemikiran pengarang itu sendiri yang dimunculkan melalu tokoh, latar, serta peristiwa. Novel Partikel karya Dee Lestari memiliki beberapa ideologi dan ideologi tokoh utamanya tersebut bertentangan dengan ideologi yang ada di dalam masyarakat sekitarnya. Ideologi yang dimiliki Partikel antara lain alalah sebagai berikut, pertama ideologi liberalisme dalam sistem pendidikan. Bahwa tidak selamanya pendidikan harus dilakukan secara formal (dengan belajar di sekolah dan disekap beberpa jam di kelas). Kedua, pandangan mengenai alam semesta. Beberapa tokohnya percaya bahwa alam semesta ini adalah makhluk yang memiliki kesadaran. Selain itu, ada beberapa ideologi lagi yang menyimpang dari ideologi yang sudah ada. Berdasarkan teori di atas, peneliti akan melihat dan menganalisis lebih dalam mengenai formasi ideologi yang terdapat dalam Partikel. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bagaimana formasi ideologi karya sastra dalam Partikel.
1.7 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu (i) pendekatan, (ii) pengumpulan data, (iii) analisis data, dan (iv) penyajian hasil analisis data.
1.7.1
Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif
dan pendekatan ssiologis. Pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik (Ratna, 2012: 73).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Analisis tokoh dan penokohan adalah unsur intrinsik yang dipakai oleh peneliti untuk lebih mendalami tokoh. Pendalaman tokoh tersebut dipakai untuk mengetahui ideologi-ideologi yang terdapat dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh: (i) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, (ii) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, (iii) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan (iv) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Ibid., 60). Pendekatan sosiologis memiliki implikasi metodologis berupa pemahaman mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Maka dalam penelitian ini diasumsikan bahwa ideologi yang ada dalam Partikel merupakan cerminan kondisi masyarakat sesungguhnya saat itu. Yang dimaksud dengan cermin dalam pendekatan sosiologis adalah sastra yang cenderung mengangkat hal ihwal sebagai pantulan hidup. Sastra memancarkan seluruh aset sosial (Endraswara, 2011: 169).
1.7.2
Metode Pengumpulan Data Objek penelitian ini adalah formasi ideologi dalam novel Partikel karya Dee
Lestari yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa studi pustaka. Peneliti membaca pelbagai pustaka, termasuk karya sastra yang menjadi objek penelitian secara cermat.
1.7.3
Metode Analisis Data Analisis data merupakan bagian terpenting dalam sebuah metode penelitian,
karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 2014:304). Fungsi dari tahap analisis data adalah mencari hubungan antardata yang tidak akan pernah dinyatakan sendiri oleh data yang bersangkutan (Faruk, 2012: 25). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode formal dan deskriptif kualitatif. Metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur karya sastra. Ciri-ciri utama metode formal adalah analisis terhadap unsur-unsur karya sastra, kemudian bagaimana hubungan antara unsur-unsur tersebut dengan totalitasnya (Ratna, 2012, 49-50). Metode formal ini digunakan untuk menganalisis tokoh, penokohan, dan latar dalam Partikel. Metode deskriptif kualitaif adalah metode yang secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskripsi yang dikaitkan dengan hakikat penafsiran. Metode yang memberi perhatian terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Metode deskriptif kualitatif ini digunakan untuk menganalisis bagaimana formasi ideologi yang ada di dalam novel Partikel karya Dee Lestari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
1.7.4
Metode Penyajian Hasil Analisis Data Setelah dianalisis secara mendalam, hasil penelitian perlu dilaporkan secara
lengkap dan sistematis. Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan deskriptif kualitatif. Di mana hasil analisis data dideskripsikan dalam bentuk paragraf.
1.8 Sumber Data Data merupakan bahan penelitian. Karya sastra yang menjadi objek penelitian adalah sebuah novel dengan identitas sebagai berikut: judul
: Supernova Episode: Partikel
pengarang
: Dee Lestari
cetakan
: ketiga
tahun terbit
: 2016
penerbit
: Bentang Pustaka
tebal
: x + 494 halaman
ukuran
: 20 cm
1.9 Sistematika Penyajian Penelitian ini dibagi menjadi empat bab. Sistematika penelitian ini dirinci sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagi menjadi sembilan sub bab, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sumber data, dan sistematika penyajian. Bab II berisi deskripsi hasil analisis tokoh, penokohan, dan latar dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Bab III berisi deskripsi ideologi karya sastra dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Kemudian Bab IV berupa kesimpulan yang berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
BAB II STRUKTUR PENCERITAAN DALAM NOVEL PARTIKEL KARYA DEE LESTARI
2.1 Pengantar Tokoh, penokohan, dan latar merupakan bagian penting dalam sebuah cerita. Tokoh dan penokohan tersebut mencerminkan gagasan-gagasan dan ideologi yang ada di dalam karya sastra. Tokoh dan penokohan dikategorikan berdasarkan pembedaan sudut pandang, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama dan tokoh tambahan digunakan untuk menganalisis penokohan karena dari tokoh utama dan tokoh tambahan akan didapatkan ideologi utama dalam karya sastra. Pada bab ini, peneliti membatasi kajian tokoh tambahan. Tidak semua tokoh tambahan yang berada di dalam Partikel akan dianalisis. Tokoh tambahan yang dianalisis adalah tokoh-tokoh yang memiliki peran penting dalam menjelaskan formasi ideologi yang terdapat di dalam Partikel. Latar atau sering disebut dengan setting juga menjadi salah satu hal penting untuk mengungkapkan formasi ideologi yang ada di dalam Partikel. Melalui latar tempat, waktu, dan sosial, diketahui latar belakang cerita dalam karya sastra. Analisis latar kemudian digunakan untuk menjelaskan mengenai bagaimana ideologi yang ada di dalam masyarakat umum Partikel. Peneliti juga melakukan pembatasan dalam analisis latar. Peneliti hanya menganalisis latar yang memiliki hubungan dengan analisisi formasi ideologi dalam Partikel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
2.2 Tokoh dan Penokohan Secara umum, teknik pelukisan tokoh yang digunakan oleh Dee dalam Partikel adalah teknik dramatik. Teknik dramatik adalah teknik pelukisan tokoh secara tidak langsung. Nurgiyantoro (2007: 198) mengungkapkan bahwa teknik dramatik artinya adalah pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui pelbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Berhubung sifat kedirian tokoh tidak dideskripsikan secara jelas dan lengkap, ia akan hadir kepada pembaca secara sepotong-sepotong, dan tidak sekaligus. Ia menjadi “lengkap” barangkali setelah pembaca menyelesaikan cerita. Dalam teknik ini, pembaca dituntut untuk dapat menafsirkan sendiri bagaimana karakter atau sifat tokoh. Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik. Dalam sebuah karya fiksi, biasanya pengarang mempergunakan pelbagai teknik itu secara bergantian dan saling mengisi, walaupun ada perbedaan frekuensi penggunaan masing-masing teknik. Mungkin sekali ada satu teknik yang lebih sering dipergunakan dibanding teknik-teknik lainnya. Tentunya hal tersebut sesuai dengan selera pengarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
Tokoh-tokoh
yang
dihadirkan
tersebut
selanjutnya
dikategorikan
berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan. Tokoh-tokoh dalam Partikel akan dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
2.2.1 Tokoh Utama Seperti yang telah dijelaskan pada poin 1.6.1.1 bahwa tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Dalam novel Partikel, tokoh utamanya terdiri dari dua orang, yaitu Zarah dan Firas (ayah Zarah). Mereka dikategorikan menjadi tokoh utama dan tokoh utama (yang) tambahan karena keduanya merupakan penggerak alur cerita. Jika tidak ada kedua tokoh tersebut, cerita tidak berjalan.
2.2.1.1 Zarah Amala Zarah merupakan tokoh utama dalam novel Partikel. Zarah adalah tokoh penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga mendominasi sebagian besar cerita. Zarah menjadi salah satu tokoh penggerak alur. Zarah merupakan seorang perempuan keturunan Arab dan Sunda. Darah Arab jelas ia dapatkan dari Abah Hamid yang bercampur dengan darah Sunda dari Umi. Untuk ukuran orang Indonesia, Zarah termasuk perempuan yang tinggi dengan paras yang cantik. Zarah juga termasuk orang yang cuek dengan penampilan. Ia terbiasa mengenakan setelan santai dan simpel yang tidak ribet. Berikut ini adalah kutipan penjelas argumen tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
(6) “Aku menjelaskan bahwa darahku campuran Arab dan Sunda (Lestari, 2012: 311).” (7) Usiaku dan Paul terpaut sepuluh tahun. Badanku yang tingginya 172 cm seperti bonsai jika berada di sebelahnya (Lestari, 2012: 7).” (8) Selama ini aku sudah terlalu nyaman dengan celana kargo, kaus oblong, kemeja lengan panjang, dan sepatu botku, hingga lupa bahwa ada peristiwa sosial lain di kehidupan ini yang perlu busana berbeda (Lestari, 2012: 302).”
Zarah merupakan anak pertama dari Firas dan Aisyah. Zarah tumbuh besar dalam lingkungan orang tua yang sangat mencintai dan menjaga kelestarian lingkungan. Ayahnya, Firas adalah seorang dosen dan ahli mikologi dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Keluarga Zarah merupakan keluarga yang disegani di desanya karena keberhasilan Ayah Zarah dalam mengajari warga dalam hal pertanian. Hal tersebut terbukti melalui kutipan berikut ini: (9) Bersama Ayah di sisinya, visi Abah masuk ke jalur cepat. Pertanian di Batu Luhur maju pesat karena berhasil ditekan biayanya. Ayah menemukan cara untuk mengadakan pupuk dan obat-obatan sendiri. Ia mendayakan ibu-ibu untuk mengumpulkan semak kirinyuh dan sampahsampah organik, lalu membangun mesin-mesin pengolah kompos dengan mesin kayuh (Lestari, 2012: 12).” (10) “Dan tidak Cuma itu, satu pohon di Bukit Jambul adalah rumah bagi puluhan bahkan ratusan spesies, termasuk fungi-fungi langka yang berpotensi besar menyelamatkan bumi. Satu saja pohon di Bukit Jambul ditebang, semua spesies tadi ikut hilang. Tugas kita, Zarah, adalah melindungi hutan di Bukit Jambul dari manusia (Lestari, 2012: 70).”
Zarah tumbuh dalam didikan seorang Firas. Bahkan ia menanggap ayahnya adalah dewa. Dengan begitu, sifat Zarah hampir sama persis seperti sifat Firas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Zarah adalah seseorang yang cerdas. Namun, ia juga seorang yang sangat keras kepala dan memiliki pendirian teguh.
Berikut ini adalah gambarannya pada
kutipan di bawah ini (11) “Atas permintaan ibuku, mereka memberikan variasi soal mulai level 6 SD sampai pelajaran kelas 3 SMA. Aku mengerjakannya dengan setengah tidak percaya. Untuk inikah anak-anak itu disekap berjam-jam di kelas? Lebih baik mereka semua ikut Ayah ke Kebun Raya dan mendengarkan cerita-ceritanya tentang alam semesta. Nilaiku sempurna. Dengan setengah tidak percaya pula, mereka akhirnya mengizinkanku bersekolah di sana (Lestari, 2012: 95).” (12) “Nilaimu bagus, Zarah. Kalau bukan karena nilai PMP dan agamamu yang jeblok, kamu pasti masuk tiga besar. Kenapa kamu mau tinggal kelas? (Bu Kartika, 2012: 116).”
Sifat keras kepala Zarah juga terbukti dalam kutipan di bawah ini: (13) “Kenapa kamu begitu bodoh Zarah? Kenapa kamu begitu keras kepala? Nggak cukup ayahmu menyiksa keluarga kita? Masih harus kamu ikutikutan? Nggak kasihan kamu sama Ibu? (Lestari, 2012: 106).”
(14) Secepat kilat aku menyambar tiket di tangannya. Dan untuk bisa merampas dari tangan Paul, aku harus melompat tinggi seolah membidik ring basket. “No. You return this ticket. Now. Saya pergi sendiri.” “Kenapa sih, kamu keras kepala banget jadi orang?” seru Paul gemas. “You’ve done so much already, Paul,” kataku lembut. Kukembalikan tiketnya baik-baik. “Perjalanan yang satu ini adalah jatah saya sendirian,” tegasku lagi (Lestari, 2012: 380).
Zarah juga merupakan seseorang yang tegas dalam mengambil keputusan. Ia selalu berpegang teguh pada apa yang ia yakini. Sikap tegasnya dalam mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
keputusan ini kemudian banyak menuai konflik dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan: (15) “S—saya… tetap mau tinggal kelas bu,” aku tergagap sambil beranjak. Tatapan itu berhasil mendesakku keluar. Sebagaimana yang sudah kuduga dan kuantisipasi, Ibu mengamuk habis-habisan. Aku juga tak berupaya menjelaskan panjang lebar alasanku. Aku yakin Ibu tak akan mengerti (Lestari, 2012: 118).
(16) Malam itu juga kuputuskan, aku tak pulang lagi ke Jawa. Esok harinya, keputusanku untuk tidak pulang menggemparkan seisi kelotok. Melalui pertengkaran sengit yang berakhir dengan aku menandatangani surat perjanjian pelepasan tanggung jawab, aku berhasil tinggal (Lestari, 2012: 194). (17) Yang kutahu, kemarahan Ibu bukan karena aku memilih orangutan ketimbang keluargaku sendiri. Kemarahan Ibu hari ini adalah kemarahan yang tertunda. Yang terakumulasi sejak perang dingin kami dimulai dan aku memilih tinggal di saung Batu Luhur setahun lalu. Kemarahan Ibu adalah karena anaknya melihat segala tempat di dunia ini, entah itu saung tak berdinding di tengah ladang, atau teras bangunan kayu di tengah hutan belantara, seolah lebih baik dari rumahnya sendiri. Rumah yang telah ibu wujudkan dan pertahankan dengan air mata dan jerih payah (Lestari, 2012: 218).
Selain cuek dengan penampilannya, Zarah juga memiliki sifat yang cuek terhadap apa yang dipikirkan orang lain. Ia tidak begitu ambil pusing tentang apa yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Hal itu terbukti dari reaksinya ketika ia dianggap native oleh teman-temannya dan juga ia tidak ambil pusing ketika orang-orang tidak percaya kepada apa yang ditulis ayahnya, sedangkan ia sangat percaya pada ayahnya. Berikut ini adalah kutipan penjelasnya. (18) Zach roboh ke tanah dan tertawa terguling-guling melihat pemandangan itu. Antara Valerie yang rela kencan dengan sepuluh orangutan demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
masuk short list pendamping WWF yang secara berkala memboyong selebritas Hollywood masuk hutan, dengan aku yang berkali-kali ditawari ikut, tapi selalu menolak tanpa tahu apa yang sebenarnya kulewatkan. Tahun lalu, mereka membawa Julia—something— Roberts? Lupa lagi. Zach membodoh-bodohiku selama sebulan karena ia sendiri rela melakukan apa saja demi memotret senyum maut Julia di pagi hari. Seakan-akan panjang gigi perempuan itu bakal bertambah atau berkurang seinci, tergantung sinar matahari (Lestari, 2012: 4). (19) “Kamu menyembah apa?” “Jamur” Semenjak hari itu mereka menganggapku sinting. Keuntungan ada di pihakku, karena teror pernyataan mereka mereda (Lestari, 2012: 98). (20) Maka, kuputuskan untuk diam. Untuk apa menabrak-nabrakkan diri ke benteng batu? Hanya akan mengundang masalah, dan aku tak punya cukup ruang untuk itu. Tujuanku jelas dan pasti: mencari Ayah. Yang lain hanya berisikan. Tak perlu didengar (Lestari, 2012: 105).
Zarah juga menuruni sifat Firas yang pemberani dan pemberontak. Jika ia mengetahui sesuatu yang salah (tidak sesuai dengan apa yang ia percaya), tidak segan-segan ia mengeluarkan pendapatnya dan mengatakan kesungguhannya walaupun itu menyakiti hati orang lain. Hal ini mungkin bisa disebut dengan nama ceplas-ceplos. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut: (21) “Karena kebenaran hanya ada satu,” potong Abah, “Kebenaran Allah subhanahu wa taala”. “Kalau kenenaran cuma ada satu, kenapa ada banyak agama? Abah sendiri bilang, Islam banyak alirannya. Berarti nggak cumma satu dong,” balasku. “Kalau yang benar cuma Islamnya Abah, berarti temantemanku yang dari agama lain, dari Islam aliran lain, juga harusnya diskors. Kenapa cuma Zarah? Padahal, Zarah nggak percaya apa-apa. Zarah cuma menceritakan apa yang Zarah baca (Lestari, 2012: 103).” (22) “Loh, apa salahnya bilang begitu?” tanyaku bingung. “Memang apa buktinya Allah pasti ada? (Lestari, 2012: 130).”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Zarah memang banyak mewarisi sifat Firas. Salah satunya adalah tidak mudah percaya pada suatu hal. Apalagi jika itu menyangkut tentang agama. Ia selalu mempertanyakan kebenaran tentang agama. Dan hal ini yang menyebabkan pelbagai macam konflik di dalam keluarganya. Zarah, dalam hal kepercayaan, ia menganut ideologi ayahnya mengenai alam semesta. Berikut ini adalah kutipan penjelasnya. (23) “Karena apa yang kamu ceritakan tidak sesuai dengan pelajaran Agama. Tidak sesuai dengan Islam.” “Cerita saya itu memang belum tentu benar, Pak. Namanya juga cerita. Yang diceritakan Bu Aminah tentang Adam dan Hawa, kan, belum tentu benar juga— (Lestari, 2012: 102).” (24) “Zarah tak pernah bilang Zarah beriman pada tulisan Ayah, Zarah cuma cerita. Apa salahnya? Kenapa nggak boleh?” “Karena kebenaran cuma ada satu,” potong Abah, “Kebenaran Allah subhanahu wa taala.” “Kalau kebenaran cuma satu, kenapa ada banyak agama? Abah sendiri bilang, Islam banyak alirannya. Berarti nggak cuma satu dong,” balasku. “Kalau kebenaran cuma Islamnya Abah, berarti temantemanku yang dari agama lain, dari Islam aliran lain, juga harusnya diskors. Kenapa cuma Zarah? Padahal Zarah nggak percaya apa-apa. Zarah cuma menceritakan apa yang Zarah baca (Lestari, 2012: 104).” (25) Aku pun merasakan luapan amarah dalam hatiku. Mengapa mereka harus meradang karena pertanyaan-pertanyaanku? Seolah-olah semua yang kuucapkan adalah hinaan? Kenapa mereka tidak bisa melihat semata-mata sebagai pertanyaan? Mengapa kata “agama” dan “Tuhan” menyulut api dalam setiap hati orang yang kutemui? Dan sungguh aku muak dengan satu kata itu. Atheis. Bagiku ini bukan soal percaya atau tidak percaya, melainkan tidak adanya kesempatan untuk mempertanyakan. “Zarah buka Ateis. Zarah percaya sama alam ini, tapi nggak peduli siapa yang bikin.” (Lestari, 2012: 131).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Zarah juga merupakan seseorang yang tangguh dalam menghadap pelbagai masalah. Dibuktikan dengan ia tetap kuat ketika kehilangan ayahnya. Ketika ia juga menghadapi masalah tentang kelahiran adeknya yang disebut tumbal. Zarah merupakan sosok yang mewarisi sifat dan watak Firas, ayahnya.
2.2.1.2 Firas Firas adalah tokoh utama (yang) tambahan. Hal itu karena, jika tidak ada Firas, maka alur cerita yang menceritakan pencarian Zarah tidak akan pernah ada. Firas juga merupakan seorang tokoh yang menggerakkan alur dalam novel Partikel. Firas memegang peranan penting dalam novel, karena dominasinya dalam cerita ada di bawah Zarah. Firas adalah ayah Zarah dan Hara. Ia adalah angkat dari Abah Hamid dan Umi. Firas juga merupakan menantu Abah dan Umi, karena ia menikahi Aisyah, anak kandung Abah dan Umi. Firas bekerja sebagai dosen mikologi di IPB. (26) Firas adalah seorang laki-laki yang cerdas. Kepandaiannya melampaui semua anak di Batu Luhur pada masanya. Dengan kepandaiannya, ia mampu meraih pelbagai beasiswa hingga tingkat perguruan tinggi. Sebelum menuai kontroversi, Firas adalah tokoh masyarakat di Desa Batu Luhur. Berikut ini kutipan penjelasnya.
(27) Ayah tumbuh besar sesuai ramalan Abah. Kepandaiannya melampaui semua anak di Batu Luhur (Lestari, 2012: 11). (28) Pengorbanan Abah pindah ke kota pun tidak sia-sia. Ayah melewati masa sekolahnya dari satu beasiswa ke beasiswa lain. Puncaknya, ia diterima di Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor tanpa tes (Lestari, 2012: 12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
(29) Bersama Ayah di sisinya, visi Abah masuk ke jalur cepat. Pertanian di Batu Luhur maju pesat karena berhasil ditekan biayanya. Ayah menemukan cara untuk mengadakan pupuk dan obat-obatan sendiri. Ia mendayakan ibu-ibu untuk mengumpulkan semak kirinyuh dan sampahsampah organik, lalu membangun mesin-mesin pengolah kompos dengan mesin kayuh (Lestari, 2012: 12).
(30) Abah Hamid dan Firas adalah dua nama sakral yang diagunkan oleh kampung kecil bernama Batu Luhur. Dua sosok karismatik yang berhasil memajukan kampung tanpa pamrih (Lestari, 2012: 13). (31) Di kampus, Ayah adalah dosen brilian. Ahli mikologi termuda yang pernah dimiliki IPB. Batu Luhur dijadikannya laboratorium hidup tempat ia mengembangbiakkan pelbagai jamur untuk konsumsi obatobatan (Lestari, 2012: 26).
Firas memiliki sifat yang sangat keras kepala. Ia akan menentang segala sesuatu yang dianggapnya tidak benar. Bahkan ia berani menentang Abah Hamid, jika memang apa yang ia lakukan adalah kebenaran. Firas juga adalah sosok yang kontroverisl di mata masyarakat Batu Luhur. Pertama, ia berani menikah dengan Aisyah yang adalah anak kandung dari Abah Hamid, sedangkan Firas adalah anak angkat Abah Hamid. Sifat-sifat tersebut terbukti dalam kutipan berikut. (32) Sialnya, Ayah malah tambah penasaran. Bukit Jambul adalah kekuatan yang menariknya telak bagai gravitasi. Tak terhitung seringnya ia mengendap, menyelinap mencuri-curi pergi ke kaki bukit itu. Setiap penduduk yang melihat pasti melaporkannya kepada Abah. Lecutan ikat pinggang, gebukan kemoceng, adalah kepastian yang menanti ayah begitu sampai di rumah. Semuanya itu tidak membuatnya jera (Lestari, 2014: 32). (33) Di usiaku yang masih sangat muda, aku bahkan sudah bisa menilai betapa Ayah adalah sosok yang penuh kontroversi (Lestari, 2012: 20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
Selain hal tersebut, sikap keras kepala Firas juga terlihat ketika ia bersikeras tidak mau menyekolahkan Zarah dalam pendidikan formal. Hal tersebut terbukti terbukti dalam kutipan di bawah ini. (34) “Tidak perlu Aisyah. Zarah akan jauh lebih pintar kalau aku yang mengajarkannya langsung.” Begitu selalu katanya (Lestari, 2014: 17).” (35) Gesekan kutub antara Ayah dan Ibu menjadi makanan kami sehari-hari. Sering kudengar Ayah beradu argumen dengan Ibu, terutama tentang sekolah. Ayah berusaha meyakinkan Ibu kalau sistem pendidikan swalayan dari rumah yang ia lakukan kepadaku sudah berkecukupan, bahkan jauh lebih baik ketimbang sistem sekolah biasa (Lestari, 2012: 50).
Firas juga merupakan seseorang pekerja keras. Ia mau melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang ia mau dan ia yakini. Seperti ketika ia rela menjadi tangan kanan Abah. Ia mau mengerjakan apa saja, ia juga mendidik warga Batu Luhur tentang pertanian yang sesuai dengan kondisi Desa Batu Luhur. (36) Pertanian di Batu Luhur maju pesat karena berhasil ditekan biayanya. Ayah menemukan cara untuk mengadakan pupuk dan obat-obatan sendiri. Ia mendayakan ibu-ibu untuk mengumpulkan semak kirinyuh dan sampah-sampah organik, lalu membangun mesin-mesin pengolah kompos dengan mesin kayuh (Lestari, 2012: 12). (37) Begitu ada perkembangan tanaman obat terbaru, Ayah langsung menginformasikan kepada warga dan menyuruh mereka mengembangbiakannya (Lestari, 2012: 13).
Sifat Firas yang pekerja keras juga terlihat ketika ia dengan giat mengirim proposal penelitian ke pelbagai lembaga di luar negeri untuk membantu menyelesaikan penelitiannya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. (38) Dari dalam tas terpalnya yang seperti barang eks militer dipakai gerilya bertahun-tahun, ia menunjukkan tumpukan surat yang akan diposkannya. “Ini surat-surat untuk dikirim ke luar negeri. Ayah mau minta dana supaya laboratorium fungi kita bisa berdiri.” Ayah lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
meletakkan tumpukan surat itu di pangkuanku, “Ayo, Zarah, ciumi satu-satu. Kamu pembawa keberuntungan Ayah (Lestari, 2012: 47).”
Hal yang membuat Firas berbeda dari yang lainnya adalah sosok Firas yang kontroversial. Ia adalah seseorang yang tidak percaya pada takhayul. Ia juga seseorang yang memiliki pendirian teguh. Ia memegang erat apa yang ia percayai. Bahkan dari pengetahuannya, ia menjelaskan bahwa fungi adalah bagian terpenting dari dunia. Hal tersebut terbukti dalam kutipan berikut. (39) Dengan tegas Ayah menandaskan, “Umat manusia selamanya berutang budi kepada kerajaan fungi. Kita bisa ada hari ini karena fungi melahirkan kehidupan bagi kita.” Bagi Ayah, Fungi adalah orangtua alam ini (Lestari, 2012: 21). (40) “Betul sekali. Lewat dua kejadian itu, evolusi akhirnya menggiring semua makhluk hidup untuk bersimbiosis dengan fungi. Fungi adalah konstruksi dasar sistem kehidupan di Bumi (Lestari, 2012: 22).”
Selain itu, atas sifat Firas yang tidak pernah percaya pada takhayul, ia mempelajari kasus mengenai adik Zarah yang keuda yang dikatakan tumbal Bukit Jambul. Ia berhasil menemukan penjelasan ilmiah mengenai kondisi anak ketiganya itu. Berikut ini kutipan penjelasnya. (41) “Banyak orang akan berusaha menjatuhkan kepercayaan dirimu, meragukan ucapanmu, menganggapmu gila. Tidak akan mudah, Zarah. Yang paling sulit dari semua itu adalah percaya kepada dirimu sendiri, bahwa kamu tidak gila,” Ayah mengerjapkan matanya, mengusir genangan air mata. Baru itulah kulihat ayahku menangis. Dia tidak dikutuk Bukit Jambul. Dia mengalami kelainan gen bernama Harlequin Ichtyosis. Butuh berbulan-bulan untuk Ayah mencari tahu karena ibumu dan Abah nggak kasih jenazah adikmu diautopsi (Lestari, 2012: 75).”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Tokoh Firas adalah tokoh kontroversial dalam Partikel. Pengetahuan dan kecerdasan Firas tersebut memang membawanya selangkah lebih maju dari orangorang yang ada di lingkungannya. Menyebabkan Firas dianggap sebagai pemerontak. Walaupun kenyataannya sistem kepercayaan manusia di sekitarnya yang belum tentu benar. Dari Firas, Zarah mempelajari pelbagai hal. Mulai dari fungi hingga kisah penciptaan manusia pertama. Hal-hal itu yang kemudian dianggap menyalahi aturan dan bahkan menyalahi ajaran agama. Hal-hal yang dipercayai Firas dan Zarah tersebutlah yang akhirnya menimbulkan pelbagai konflik di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Sifat mereka yang memegang teguh apa yang mereka percayai kemudian menunjukkan ideologi yang mereka miliki. Dan ideologi tersebut mereka pegang teguh. Ideologi yang dipercayai Firas dan Zarah memang sebagian besar bertentangan dengan ideologi yang dimiliki tokoh-tokoh lainnya dan juga masyarakat
dalam
novel
Partikel.
Dan
ideologi
yang
mereka
miliki
mencerminkan ideologi utama yang ada di dalam karya sastra ini.
2.2.2
Tokoh Tambahan Tokoh tambahan adalah tokoh yang memiliki keterkaitan dengan tokoh
utama, baik secara langsung atau tidak langsung. Tokoh tambahan merupakan tokoh-tokoh yang berada di lingkaran tokoh utama. Dominasi mereka berada di bawah tokoh utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Ada banyak sekali tokoh tambahan di dalam novel ini. Diantaranya adalah Aisyah, Abah Hamid,Umi, Hara, Pak Simon Hardiman, Koso, Pak Kas, Ibu Inga, Paul Daly, Zach, Storm, Hawkeye, dan lain sebagainya. Tidak semua tokoh tambahan akan dianalisis oleh peneliti. Peneliti membatasi analisis tokoh tambahan yaitu Aisyah, Abah Hamid, dan Pak Simon. Ketiga tokoh tersebut dipilih karena hanya ketiga tokoh tersebut yang memiliki kaitan untuk melakukan studi formasi ideologi dalam novel Partikel ini.
2.2.2.1 Aisyah Aisyah adalah tokoh tambahan dalam novel ini. Hal itu karena Aisyah adalah tokoh yang berada di lingkungan tokoh utama dan memiliki kaitan erat dengan tokoh utama. Aisyah adalah ibu Zarah, suami dari Firas. Aisyah adalah seseorang Ibu yang sangat menyayangi keluarganya. Dalam kisahnya, ia merupakan seseorang yang cantik dan memiliki aura yang baik. Ha itu terlihat dalam kutipan berikut ini. (42) Di teras depan, saat aku sudah siap duduk di sadel sepedaku, Ibu keluar dengan kerudung biru mudanya. Entah sudah berapa kali dalam hidupku, aku dibuat terpana oleh kecantikan ibuku sendiri. Rambutnya yang hitam lega terurai dari sebelah bahunya, matanya yang besar tampak berkilau dibingkai sepasang alisnya yang lebat, kulitnya bersih dan cemerlang tanpa pulasan make up. Rumitnya kehidupan keluarga kami mungkin sering meredupkan sinar bahagianya, tapi tak pernah menyurutkan kecantikannya, (Lestari, 2012: 157).
Aisyah merupakan seseorang yang sangat konsisten dan ulet. Ia juga seorang yang rajin dan disiplin dalam mengerjaka suatu hal. Hal tersebut terbukti dalam kutipan berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
(43) Gigih, Ibu terus mencoba mendobrak tembok itu. Dialah manusia paling presisten dan konsisten yang kukenal di dunia ini. Ia sanggup melaksanakan hidupnya laksana baris berbaris. Teratur, rapi, dan rutin (Lestari, 2012: 15)
Aisyah juga merupakan seorang Ibu yang rajin dan menyayangi keluarganya. Ia menyiapkan segalanya sendiri. Urusan rumah tangga ia kerjakan dengan sangat baik. Berikut ini kutipan penjelasnya. (44) Hidup Ibu sepenuhnya untuk keluarga. Kami tidak pernah punya pembantu. Ibu mengurus segalanya dengan baik. Rumah mungil kami selalu resik, lantai selalu licin mengilap, semua permukaan furnitur bebas debu. Baju-baju kami tersetrika rapi dan wangi. Dapur kami mengebul setiap pagi, meruapkan aroma aneka masakan. Tak jarang Ibu memasak sambil menggendong Hara dalam balutan kain di tubuhnya. Makanan hangan selalu tersedia tiga kali sehari di meja (Lestari, 2012: 15). Aisyah dididik sangat keras dalam keluarga yang Islami. Predikat anak dari Abah Hamid dan Umi membuat ia menjadi seseorang yang sangat taat beribadah. Ia juga memegang teguh keyakinanya akan agama Islam, seperti yang diajarkan Abah dan Umi. Hal itu terbukti dari ia yang selalu rajin mengikuti pengajian yang diadakan di Desa Batu luhur. Kutipan penjelas terdapat dalam kutipan di bawah ini. (45) Tanpa alpa, kecuali jika sedang datang bulan, Ibu salat lima waktu, menjalankan puasa setiap Senin dan Kamis. Setiap rabu malam, Ibu pergi pengajian ke masjid atau ke rumah Bu Hasanah, seorang ustazah yang sangat dihormati di daerah kami, (Lestari, 2012: 15).
Aisyah juga merupakan tokoh yang ideologinya mewakili ideologi masyarakat yang ada di dalam Partikel. Selain religius, Aisyah juga masih mempercayai takhayul dan mistis. Ia masih percaya mitos mengenai setan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
penunggu Bukit Jambul dan tumbal. Hal itu terjadi ketika Aisyah menyalahkan Firas atas kasus anak ketiganya yang disebut sebagai tumbal Bukit Jambul. Berikut ini bukti kutipannya. (46) “Itu tempat syaitan! Apalagi aku sedang hamil begini. Aku nggak mau kamu bawa pulang kutukan dari tempat itu (Lestari, 2012: 36).” (47) “Abah sendiri bilang, di sana ada kekuatan gelap. Kamu itu pasti sudah kena sirep. Mana ada orang waras yang mau ke sana? (Lestari, 2012; 37)” (48) ”Sejak kesurupan setahun yang lalu, kamu berubah jauh, Firas. Aku tahu kamu dari dulu cinta sama ilmu, tapi sekarang kamu itu sudah musyrik. Makanya kamu pengangguran, kita jadi miskin, semua garagara kamu lupa sama Allah (Lestari, 2012: 55).”
Sebagai manusia biasa, pastinya Aisyah memiliki puncak kesabaran. Ketika puncak kesabarannya habis, ia bisa menjadi seseorang yang sangat keras. Sifat Firas dan Zarah kadang membuat Aisyah menjadi seseorang yang sangat keras. Hal itu terbukti ketika Firas tetap tidak mau menyekolahkan Zarah di sekolah formal dan juga ketika Zarah melakukan hal-hal yang sangat tidak disuakai Aisyah. Berikut ini adalah kutipan penjelasnya. (49) “PMP saja nggak tahu, apalagi Agama,” potong Ibu sengit. “Salat saja kamu nggak becus, Zarah. Ibu malu sama Abah, sama Umi. Cucucucunya nggak ada yang beres,” tukasnya lagi. “Mulai besok, Ibu panggil Bu Hasanah untuk mengajari kamu ngaji. Kalua perlu, Ibu daftarkan kamu ke pesantren.” “Nggak mau.” “Kenapa nggak mau? “Zarah cuma mau diajar sama Ayah.” “Tahu apa Ayahmu soal agama? Dia itu musyrik! Ateis!” Ibu membentak, (Lestari, 2102: 55).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
(50) “Zarah! Keluar kamu!” lengkingnya. Aku menggigit bibir, menahan sedu sedanku. “Bu, biar Zarah pergi cari Ayah—“ “Keluaaar!” jerit Ibu histeris. Terisak-isak aku keluar dari sana. Aku tahu Ibu bukan mengamuk kepadaku. Ia mengamuk kepada hidup ini. Aku hanya ingin menolongnya, (Lestari, 2012: 42).
Sebagai sosok individu, Aisyah adalah seseorang yang kuat dan tangguh. Ketika ia ditinggal hilang oleh suaminya, ia tetap kuat dalam menjalani kehidupannya. Ia juga sosok yang mudah bersosialisasi dengan lingkungan masyarakatnya. Walaupun ia memiliki sifat yang keras terhadap Zarah, namun dalam hati kecilnya ia sangat menyayangi Zarah.
2.2.2.2 Abah Hamid Jalaludin Abah Hamid Jalaludin adalah tokoh tambahan. Tokoh Abah adalah tokoh yang bersingungan secara langsung dengan Zarah dan Firas. Ia juga salah satu tokoh yang menyebabkan konfik dalam cerita Partikel. Ia memiliki dan mewakili ideologi yang ada di dalam masyarakat. Abah Hamid adalah orang Arab yang tinggal di Jawa Barat. Ia adalah seseorang keturunan Arab namun menetap di Batu Luhur sudah sejak lama. Berikut ini adalah kutipan penggambaran fisik Abah Hamid. (51) Semua diawali oleh kakekku. Hamid Jalaludin. Pria keturunan Arab, bertubuh tinggi dan gagah. Berdiri di sebelahnya seperti dinaungi pohon besar yang kukuh. Kulitnya yang putih membuat putih membuat cambang, kumis dan alisnya mencuat kontras. Entah itu penduduk,kerabat, ank, atau cucu, kami semua serempak memanggilnya Abah, (Lestari, 2012: 10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Ia adalah sosok yang taat dalam agama dan seorang yang sangat religius. Ia adalah sosok yang dituakan di Desa Batu Luhur. Abah juga merupakan seorang tokoh Agama sekaligus tokoh ekonomi di Batu Luhur. Berikut ini adalah kutipankutipan penjelasnya. (52) Abah adalah tokoh yang amat dihormati di Batu Luhur. Aku tak tahu persis bagaimana Abah yang orang Arab dan bukan asli Jawa Barat akhirnya bisa menetap di sana, Membaur dengan penduduk dan fasih berbahasa Sunda. Ibu hanya pernah bercerita sekilas bahwa awalnya Abah sudah lama bermukim di Kampung Arab di daerah Cisarua. Sejak muda, Abah sudah ingin mengabdikan dirinya pada misi syiar agama. Ia sudah sering dipanggil menjadi penceramah di daerah Bogor dan sekitarnya. Namun, di Batu Luhurlah, Abah menemukan rumahnya, (Lestari, 2012: 10). (53) Seiring waktu, Abah menjadi tokoh agama sekaligus tokoh ekonomi di Batu Luhur. Di sana ia membina pesantren rumahan. Ia mendorong penduduk kampung agar punya industri kecil, tidak Cuma bergantung pada hasil bumi. Abah disejajarkan dengan kaum sesepuh yang punya suara penentu atas masa depan Batu Luhur, (Lestari, 2012: 10).
Sifat dan karakter Abah yang sangat religius dan taat beragama inilah yang kemudian menjadi konflik antara ia dan Firas, maupun ia dan Zarah. Ketika keuda ideologi yang saling bersebrangan disejajarkan maka mungkin akan terjadi gesekan antar keduanya.Hal itu yang terjadi di antara Abah dan Firas serta Zarah. Ideologi Abah mengenai Agama Islam dan juga ideologi Firas dan Zarah mengenai alam semesta dan isinya. Walaupun merupakan seseorang yang taat beragama, Abah juga merupakan seseorang yang percaya kepada hal semacam “klenik”. Namun kepercayaannya hanya sebatas meng”iya”kan namun tidak mengimani. Hal itu terbukti ketika Abah diminta warga untuk membuka hutan Bukit Jambul. Ia bermimpi mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
larangan untuk menebang hutan Bukit Jambul. Hal tersebut terbukti dalam kutipan berikut. (54) Abah lantas melakukan rangkaian sembayang khusus untuk meminta petunjuk. Suatu malam sesudah salat istikharah, ia diberi mimpi. Dalam mimpinya, ada sinar menyilaukan turun di puncak Bukit Jambul. Ia menelan Ayah, kemudian sinar itu hilang begitu saja ditelan gelap. Ada suara yang meneragkan kepada Abah bahwa itulah yang akan terjadi kepada Ayah jika Bukit Jambul diusik, (Lestari, 2012: 31). (55) Sejak mimpi itu, persepsi Abah tentang Bukit Jambul pun berubah. Tempat itu menggentarkannya lebih dari apapun, (Lestari, 2012: 31).
Abah juga merupakan sesosok yang keras dan tegas dalam mendidik anak dan cucunya. Ia rela melakukan apapun demi pendidikan anaknya. Ia dulu rela pindah ke kota demi menunjang karir Firas dalam bidang akademik. Hal itu terbukti dalam kutipan beriku ini.
(56) Akhirnya demi menyediakan pendidikan yang sesuai bagi Ayah agar kecemerlangannya tidak sia-sia, Abah dan Umi pindah ke Bogor kota, (Lestari, 2012: 11).
Sifatnya menjadi sangat keras jika telah menyangkut pendidikan dan agama. Hal itulah yang kemudian menyebabkan konflik atas pertentangan kedua ideologi tersebut. Puncaknya ketika Zarah membandingkan apa yang dipercayai Abah dalam Agamanya dan juga apa yang dipercayai Firas dan Zarah mengenai agama. Hal itu terbukti dalam kutipan berikut. (57) Maya Allah, “Abah mengusap mukanya.” Dengar, Zarah, Kita ini keluarga Islam. Sampai mati, kita semua tetap Islam. Mulai hari ini cuma ada satu kebenaran di rumah ini. Cuma ada satu kebenaran yang kamu bawa ke sekolah. Dan ke manapun kamu pergi nanti, kebenaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
itu tidak berubah. Jangan kamu berani-berani pertanyakan. Mengerti? (Abah Hamid, 2012: 104).”
Sejak muda Abah sudah mengabdikan dirinya untuk misi syiar agama. Hal itu yang menyebabkannya menjadi sosok yang sangat taat beragama. Ajaran agama yang sagat kental menjadikannya agak skeptis dalam membela dan meyakini agamanya. Abah adalah seorang yang sangat keras dalam mendidik anak cucunya namun dalam lubuk hatinya ia sebenarnya seseorang yang sangat penyayang terhadap keluarganya.
2.2.2.3 Pak Simon Hardiman Pak Simon adalah teman Firas, atau bisa juga disebut seseorang yang menolong Firas. Pak Simon bisa juga dikatakan sosok yang membantu Zarah untuk menemukan kabar mengenai Ayahnya. Dengan ideologi dan pemikiran yang hampir sama dengan Firas dan Zarah, Pak Simon merupakan sosok penolong yang tepat. Pak Simon adalah seorang konglomerat yang berasal dari Indonesia dan tinggal di Inggris tepatnya di Weston Palace. Pak Simon membeli Weston Palace ketika rumah yang super mewah yang berada di Inggris itu dilelang. Berikut ini kutipan penjelasnya. (58) Dari hasil mengobrol dengan supir taksi dan Elena, aku jadi tahu bahwa Weston Palace adalah salah satu bangunan aristokrat Inggris yang satu per satu jatuh ke pembeli asing. Weston Palace, bangunan bersejarah yang tadinya diperuntukkan sebagai rumah peristirahatan salah satu nigrat kerajaan Inggris itu sudah sempat mau dijadikan hotel butik. Apalagi lokasinya dekat dengan Tor yang merupakan tujuan utama wisata Glastonbury. Rencana tersebut bubar begitu seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
konglomerat dari Indonesia bernama Simon Hardiman membeli lelang properti itu dengan harga paling tinggi (Lestari, 2012: 400).
Pak Simon digambarkan sebagai seseorang yang berusia sekitar 60 tahunan. Ia juga sangat cerdas dan memiliki banyak sekali pengetahuan dan pengalaman tentang metafisika. Berikut ini kutipan penjelas mengenai gambaran fisik Pak Simon. (59) Aku terkejut ketika menyadari di hadapanku seorang pria telah berdiri. Entah sudah berapa lama ia di sana. Dari rambutnya yang mulai menipis dan sebilah tongkat yang dipakainya, aku menduga umurnya sekitar 60 tahunan. Dari sikap tubuh dan sorot matanya yang cerdas, ia menunjukkan semangat yang jauh lebih muda. Garis muka dan warna kulitnya jelas menunjukkan ia orang Asia. Memakai kemeja flanel, kotak-kotak lengan panjang, dan jins, pria itu menatapku santai (Lestari, 2012: 396).
Ia adalah seseorang yang memiliki ideologi dan jalan pikiran yang hampir sama dengan Firas. Maka ia membantu Firas untuk mendanai penelitian Firas. Ia memiliki ketertarikan yang sama dengan Firas dalam bidang metafisika, sains, fungi dan bahkan tentang alien. Berikut ini kutipan penjelasnya. (60) “Bapak pernah bertemu ayah saya?” “Tidak, kami cuma korespondensi. Padahal saya ingin sekali bertemu ayahmu,” jawab Pak Simon. “Saya mengenalnya lewat seorang teman, profesor di Oxford. Dia ahli mikologi. Samuel Brennard, namanya. Suatu hari, Samuel mengontak saya, bilang ada orang dari Indonesia yang mengiriminya surat. Samuel tidak tertarik merespons surat itu. Katanya ’that letter comes from a twilight zone.‟ Berhubung Samuel tahu hal-hal seperti itu justru menarik buat saya, dia lalu mengirimkan surat ayahmu, (Lestari, 2012: 408).” (61) “Ayahmu, seperti juga aku, percaya bahwa semesta ini bersifat hologram. Artinya, setiap titik adalah proyeksi dari keseluruhan semesta secara utuh. Sama dengan tubuhmu. Kamu berangkat dari satu sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
hingga jadi triliunan sel. Setiap sel tubuhmu mengekpresikan Zarah secara utuh. Kalau tidak, metode kloning tidak mungkin berhasil dilakukan. Kalau semsesta ini merupakan satu tubuh, maka kamu adalah bagian inheren darinya, Zarah. Kita berada dalam suatu jaringan intelegensi kosomos. Mengapa tidak mungkin intelegensi yang sama menghubungkanmu dengan makhluk lain di semesta ini? Kalau tubuh kita „mengandung‟ semesta secara utuh, mengapa kita terus mengandalkan eksplorasi ke luar, dan malah mengabaikan gerbang yang ada di dalam? (Lestari, 2012: 411).”
Pak Simon memiliki sifat yang sama dengan Firas. Pak Simon memiliki kegigihan utuk mencari tahu dan mengali sesuatu yang ingin ia tau. Berikut ini kutipan penjelasnya. (62) Dalam hati, aku mengagumi keseriusan Pak Simon, menyadari kemiripan sifatnya dengan Ayah. Tak heran mereka bisa akhirnya tersambung. Meski bukan ilmuan, Pak simon memiliki kegigihan untuk mencari dan menggali sendiri. Persis Ayah. Bedanya, Ayah perlu berjuang dengan segala keterbatasan. Sementara, sarana berlimpah dan kebebasan bergerak membuah Pak Simon menjalani semua kegiatan penelusurannya bagai bertamasya (Lestari, 2012: 419).” Pak Simon juga seseorang yang baik hati. Hal itu terbukti ketika ia mau dengan suka rela membantu riset Firas yang ditolak oleh siapapun. Ia juga dengan baik hati mau menolong Zarah membukakan jalan untuk menemukan Firas. Berikut ini kutipan yang membuktikannya. (63) “Saya tidak tahu dia di mana, Zarah,” Akhirnya ia berkata tegas. “Tapi, saya mungkin satu-satunya orang yang bisa membantu kamu mencarinya (Lestari, 2012: 398).”
Sifat baik hati Pak Simon juga terlihat ketika ia mengajak Zarah mengunjungi sejumlah tempat bersejarah yang ada di Salisbury Plain. Tempat-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
tempat yang menambah pengetahuan Zarah tentang Stonehegen, UFO hingga crop circle. Berikut ini kutipan pembuktinya. (64) Pagi-pagi sekali, dengan mobil Bentley berwarna emas pucat dan sopr bernama Lance, kami meluncur meninggalkan Glastonbury ke Salisbury Palain (Lestari, 2012: 413). (65) Untuk menengok crop circle, Pak simon membawa Lance dan Bentleynya. Ia mendaftarkan kami berdua ikut tur (Lestari, 2012: 424).
Pak Simon juga merupakan seseorang yang ramah, konsisten, dan juga selalu menepati janjinya. Hal itu terbukti ketika ia menepati janjinya kepada Firas untuk memberikan kamera kepada Zarah ketika anaknya itu berusia 17 tahun. Berikut ini kutipan penjelasnya. (66) Terbit lagi senyuman ramahnya. “Saya pernah tanya sama Firas, apa yang bisa saya bantu untuk risetnya. Dia Cuma minta sebuah kamera. Dikirimkan untuk anak perempuannya bernama Zarah pada ulang tahunnya yang ke-17. Untuk semua diskusi dan informasi berharga dari ayahmu, saya putuskan untuk melepas kamera koleksi pribadi saya. Cuma itu yang terbaik yang bisa saya berikan. Sampai sekarang, saya terus berharap bisa memberikan lebih (Lestari, 2012: 413).” Pak Simon adalah tokoh yang sangat penting. Ia adalah jalan bagi Zarah untuk mencari tahu di mana ayahnya sebenarnya. Apakah masih hidup atau sudah meninggal. Pak Simon juga merupakan tokoh yang membantu memperjelas sebenarnya ideologi macam apa yang dipercayai oleh Firas. Dari Pak Simon, Zarah belajar banyak megenai bagaimana bumi dan alam semesta dalam pandangan Firas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
2.3 Latar Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur ini walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
2.3.1
Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Latar tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Latar tempat juga bisa menggunakan tempat yang bernama, tempat yang dapat dijumpai di dunia nyata. Latar tempat yang dianalisis dalam Partikel ialah tempat-tempat yang ditinggali para tokoh, atau tempat-tempat yang ditempati para tokoh. Latar tempat luas yang ada dalam Partikel adalah Indonesia dan Inggris. Sedangkan latar sempitnya adalah Batu Luhur dan Bukit Jambul yang berada di Bogor, kemudian Tanjung Puting yang berada di Kalimantan. Latar sempit yang dipakai ketika di Inggris adalah London dan Glastonbury.
2.3.1.1 Bogor Bogor adalah tempat tinggal Zarah, ia lahir dan dibesarkan di sana. Bogor terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Latar yang lebih spesifik dari Bogor adalah Batu Luhur dan juga Bukit Jambul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Batu Luhur dan Bukit Jambul merupakan latar tempat yang sangat penting dalam Partikel, karena dari Batu Luhur dan Bukit Jambul-lah segala permasalahan dimulai. Berikut ini kutipan yang menyebutkan bahwa cerita ini berlatar di Bogor, Batu Luhur, dan juga Bukit Jambul. (67) Kami tinggal dipinggir Kota Bogor, dekat sebuah kampung bernama Batu Luhur. Meski sudah ditawari sebuah rumah dosen di dekat kampus Institut Pertanian Bogor, tempatnya mengajar, Ayah memilih tetap tinggal di rumah lama kami, di mana ia bisa bersepeda ke Batu Luhur (Lestari, 2012: 9). (68) Kebun pribadinya di Batu Luhur, Kebun Raya Bogor, tepi sungai Ciliwung, adalah ruang-ruang kelas tempat kami belajar, menggambar, membaca dan berhitung (Lestari, 2012: 49). (69) Sampai di mulut kampung, aku belum menaruh curiga. Batu Luhur sudah tertidur lelap, sunyi senyap dengan penerangan minim. Ini pasti pelajaran khusus tentang serangga, pikirku. Aku tahu aku berusaha menghibur diri (Lestari, 2012: 57). (70) Di Batu Luhur tidak ada lahan kritis, entah itu saat kemarau atau penghujan. Sejak Ayah menghentikan penggunaan pupuk kimia dan obat-obatan sintetis, ia merehabilitasi lapisan atas tanah di daerah ladang warga dengan miselium. Bagai menghamaparkan permadani ajaib, rehabilitasi tahan dengan miselium berhasil menguraikan tumpukan polutan dan mengembalikan kesegaran ladang-ladang Batu Luhur (Lestari, 2012: 25). (71) Pada hari Minggu, satu-satunya hari kosongku, aku berangkat ke Bukit Jambul. Dini hari, aku berjalan kaki ke sana supaya sepedaku tak mengundang kecurigaan warga. Langit masih gelap, hanya kokok ayam sesekali yang memberi petunjuk bahwa kegelapan ini bukan lagi milik malam (Lestari, 2012: 141). (72) Hasil dari berkali-kali mengitari kakinya, aku hafal di mana letak pohon puntadewa yang menjadi patokan jalan masuk. Kumasuki Bukit Jambul dengan badan terbungkus (Lestari, 2012: 141).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
2.3.1.2 Tanjung Puting Tanjung Puting adalah tempat pelarian Zarah yang pertama. Tanjung Puting terletak di pulau Kalimantan, negara Indonesia. Kalimantan memang terkenal dengan keasriannya dan juga hutannya yang masih lebat. Awal mulanya, Zarah pergi ke Tanjung Puting karena ia mendapatkan hadiah dari perlombaan foto. Ia memenangkan juara I lomba foto bertema lingkungan. Dan Foto tersebut dimuat di dalam majalah. Di Tanjung Puting Zarah berkenalan dengan orang utan dan segala seluk beluk mengenai orang utan. Melalui Tanjung Puting juga, Zarah berkenalan dengan Bu Inga yang memberikan akses Zarah kepada Paul. Dan kemudian dari Paul, Zarah bisa pergi ke London. Berikut ini kutipan mengenai Tanjung Puting. (73) Terdamparnya aku di Tanjung Puting ternyata berbuntut panjang. Di sini, statusku adalah turis dan tak punya ijin menetap. Aku tak punya sponsor dan tidak mewakili institusi manapun. Singkat kata, aku dianggap remaja yang kabur dari rumah dan akan merepotkan semua orang (Lestari, 2012: 195). (74) Saat musim hujan datang seperti saat ini, dimensi waktu di Tanjung Puting langsung memelar. Segalanya berjalan lamban. Turis sepi. Hujan bisa mengguyur sehari penuh memaksa kami lebih banyak mengurung diri. Pada saat seperti inilah, aku menenggelamkan diri membaca buku (Lestari, 2012: 224).
2.3.1.3 London London merupakan tempat pelarian Zarah selanjutnya. Sebenarnya tawaran pergi ke London diambil Zarah, karena di London ia memiliki kesempatan dan peruntungan untuk mencari pemilik kamera (kamera hadiah ketika ia berusia 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
tahun, Firas pernah menjanjikan kamera itu ketika Zarah masih kecil) yang artinya menghubungkan ia dengan ayahnya. London terletak di Benua Eropa, tepatnya di Inggris. London merupakan ibu kota Inggris dan Britania Raya. London merupakan wilayah metropolitan terbesar di Britania Raya dan juga zona perkotaan terbesar di Uni Eropa menurut luas wilayah (https://id.wikipedia.org/wiki/London). London merupakan markas kerja Zarah yang baru. Zarah kerja menjadi seorang photographer untuk The A-Team. The A-Team adalah sebuah tim yang berisi kumpulan orang-orang gila, suka fotografi dalam bidang foto wildlife, senang bertualang, suka tantangan, mau ditempatkan di mana saja, dan mau disuruh apa saja. Tim ini bergerak dalam bidang foto-foto alam. London merupakan tempat persingahan Zarah dan juga kantor The A-Team. Dari London juga akhirnya melalui Paul, Zarah berhasil menemukan pemilik kamera yang selama ini ia cari. Berikut ini kutipan penjelasnya. (75) Aku mendarat di Bandara Heathrow pagi hari pada bulan Oktober. Dataran Inggris sudah memasuki awal musim dingin. Yang tidak ku antisipasi adalah seberapa dingin dan sekuat apa tubuhku menahan dingin (Lestari, 2012: 280). (76) “Good to see you again. Welcome to London,” sapanya (Lestari, 2012: 281). (77) Kembali ke London, ke kota modern yang dirancang semaksimal mungkin untuk kenyamanan manusia, tempat kita terlindung dari cuaca ekstrem, hidup dalam terang artifisial, didukung dengan kenyamanan barang-barang sintetik, aku berharap tidak lupa. Aku berharap hangatnya air bersih dan melimpahnya busa wangi di bathtub ini tidak membuatku amnesia (Lestari, 2012: 301).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
2.3.1.4 Glastonbury Glastonbury merupakan tempat Zarah menemukan Pak Simon, si pemilik kamera. Ia berhasil mendapatkan lokasi dan nama Pak Simon dari Paul. Di Glastonbury, Zarah juga mengikuti Simposium. Berikut ini kutipannya. (78) Kepergianku ke Glastonbury yang tanpa persapan tidak memberiku cukup waktu untuk mempelajari tempat tujuanku itu. Berbekal brosur yang kubaca di jalan, aku mengetahui sedang ada simposium tahunan yang merupakan ajang besar di kota tersebut (Lestari, 2012: 381). (79) Hari itu adalah hari kedua dari rangkaian tiga hari Glastonbury Symposium. Sesi pertama sudah dibuka sejak pukul sembilan tadi. Aku baru tiba di Town Hall pukul sebelas kurang. Bertepatan dengan dimulainya sesi kedua. Tak ada pilihan lain. Kuputuskan untuk membeli tiket dan ikut duduk mengikuti acara (Lestari, 2012: 386). (80) Di ujung sana, Hara malah terisak-isak. “Hara baru saja mau telfon kak Zarah,” tangisnya. “Kamu kenapa?” “Kakak lagi di London?” “Kakak lagi di kota lain. Di Glastonbury. Ada apa? (Lestari, 2012: 458).”
Di Glastonbury, tepatnya di Weston Palace, rumah Pak Simon. Zarah juga melakukan ritual Iboga. Ritual yang bisa menghubungkannya dengan alam kematian. Melalui Iboga yang dilakukan di rumah Pak Simon, ia bertemu dengan Abah Hamid dan bukan dengan Firas. Dengan demikian artinya Abah Hamid sudah meninggal dan Firas masih hidup Berikut ini kutipannya. (81) Kutengok ke bawah dan terlihat tubuhku meringkuk dalam selimut. Anehnya aku tidak takut. Bahkan kunikmati betul rasa ringan ini. Kebebasan ini. Ringan, melayang, seolah kesadaranku bersatu dengan udara. “Zarah”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Aku menengok ke bawah lagi. Mendapatkan abah duduk di pinggir tempat tidur (Lestari, 2012: 455).
2.3.2
Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitanya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Di dalam novel Partikel ini sesungguhnya telah dibagi ke dalam beberapa bab. Dasar pembagian bab tersebut adalah rentang tahun atau latar tempat. Berikut ini adalah pembagian rentang waktu yang terdapat dalam Partikel.
2.3.2.1 Tahun 1979-1996 Tahun 1979-1996 merupakan tahun ketika Zarah masih kecil. Zarah dan keluarganya tinggal di pinggir kota Bogor, dekat sebuah kampung kecil bernama Batu Luhur. Tahun 1979-1996 merupakan tahun-tahun penting ketika Firas mendidik Zarah dengan pendidikan informal. Tahun ketikaZarah tumbuh dengan ilmu dan ideologi yang dimiliki oleh Firas. Tahun yang menjelaskan bagaimana awal dari keluarganya. Rentang tahun ini juga merupakan rentang tahun terjadinya beberapa peristiwa besar dalam hidup Zarah. Peristiwa-peristiwa tersebut adalah lahirnya „adek‟, hilangnya Firas, konflik mengenai agama bersama Abah dan Umi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
peristiwa megenai Bukit Jambul, dan juga peristiwa ketika Zarah akhirnya mau masuk ke sekolah Formal. Rentang waktu antara tahun 1979-1996 tertulis jelas dalam novel Partikel. Berikut ini kutipannya. (82) ~1979-1996~ Bogor (Lestari, 2012: 9)
2.3.2.2 Tahun 1996-1999 Tahun 1996-1999 merupakan tahun ketika Zarah menetap di Tanjung Puting. Masa pelariannya yang pertama. Pada tahun itu Zarah tinggal di tempat konservasi orang utan. Tahun di mana Zarah memenangkan lomba foto yang membawanya ke Tanjung Putting. Tahun di mana ia bertemu dengan orang utan bernama Sarah, dan Zarah merupakan ibu asuh Sarah. Zarah tinggal di Tanjung Puting selama dua tahun, sebelum ia dipertemukan dengan Paul yang merekrutnya ke dalam The A-Team. Kutipan di bawah ini merupakan bukti penjelas bahwa peristiwa tersebut terjadi di rentang tahun 19961999. (83) ~1996-1999~ (Lestari, 2012: 170).
2.3.2.3 Tahun 1999-2001 Tahun 1999-2001 merupakan tahun-tahun pertama Zarah berada di London dan juga masuk ke dalam The A-Team. Tahun-tahun Zarah menyesuaikan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
dengan iklim London dan juga tahun Zarah mulai mempelajari mengenai fotografi dengan kamera digital. Kutipan penjelas mengenai rentang tahun 1999-2001 terdapat di bawah ini. (84) ~1999-2001~ (Lestari, 2012: 280).
Di awal-awal bulan, Zarah masih sibuk dengan komputer dan kamera digital sebelum dikirim berkeliling ke seluruh penjuru dunia untuk tugasnya. Ia menjalani masa tuganya selama berbulan-bulan. Kadang ke Afrika, kadang ke Bolivia, dll. Pada waktu itu, pertengahan Maret 2001, ia kembali ke London. Berikut ini kutipan penjelasnya. (85) Pertengahan Maret 2001. Aku kembali ke London. Masih hidup dan utuh (Lestari, 2012: 292).
2.3.2.4 Tahun 2001-2003 Rentang tahun 2001-2003 tidak ditulis ke dalam sebuah bab tersendiri. Namun pada tahun itu adalah tahun-tahun ketika Zarah bertemu dengan Storm, kekasihnya. Pada tahun itu Zarah juga tetap bertugas ke Madagaskar. Pada rentang tahun itu Zarah juga bertemu lagi dengan Koso, sahabatnya. Dan pertemuan Zarah dan Koso adalah pertemuan yang mengacaukan. Koso berkhianat, ia berselingkuh dengan Storm. Hal tersebut terbukti dalam kutpa berikut ini. (86) Akhir musim panas tahun 2001. Hari yang tak mungkin ku lupakan (Lestari, 2012:362).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Sisa tahun itu ia habiskan untuk menghindari Koso dan Storm dengan bepergian dan bertugas ke manapun. Hal itu terbukti dalam kutipan berikut ini. (87) Sejak hari di kafe Eporio, aku nyaris tak berhenti. Namaku di puncak daftar Paul. Terkadang aku pergi tanpa bertanya lagi. Aku tak peduli akan berakhir di mana. Ke mana pun selama aku bisa cepat meninggalkan London, dan selama negara tujuannya bukan Indonesia (Lestari, 2012: 372).
2.3.2.5 Tahun 2003 Tahun 2003 adalah tahun di mana Zarah menemukan informasi mengenai pemilik kamera yang selama ini ia cari. Berkat koneksi Paul yang sangat luas. Ia berhasil menemukan nama pemilik kamera Zarah. Tahun di mana ia pergi ke Galstonbury untuk menemui Pak Simon Hardiman, pemilik kameranya. Tahun di mana ia berkenalan dengan Pak Simon dan diajak berpetualang mempelajari dunia yang selama ini diyakini oleh Firas. Tahun 2003 adalah tahun ketika ia melakukan upacara/ inisiasi Iboga bersama Pak Simon. Melalui Iboga, Zarah menemukan secerca harapan bahwa ayahnya belum meninggal. Dan melalui ritual meminum serbuk Iboga itu, Zarah malah bertemu dengan Abah. Tak lama setelah melakukan ritual Iboga, Zarah mendapat kabar dari adiknya bahwa Abah meninggal. Kabar tersebut yang terjadi pada tahun 2003, membuat Zarah kembali lagi ke Indonesia. Kutipan penjelas mengenai tahun 2003 terdapat di bawah ini. (88) ~2003~ London (Lestari, 2012: 469).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
2.3.3
Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup pelbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Latar sosial berperanan menentukan apakah sebuah latar, khususnya latar tempat, menjadi khas dan tipikal atau sebaliknya bersifat netral. Dengan kata lain, untuk menjadi tipikal dan lebih fungsional, deskripsi latar tempat harus sekaligus disertai deskripsi latar sosial, tingkah laku kehidupan sosial masyarakat di tempat yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2010: 234).
2.3.3.1 Latar Sosial Mengenai Sistem Pendidikan di Indonesia Latar sosial tempat sekolah formal masih menjadi satu-satunya pilihan pendidikan yang terbaik merupakan salah satu latar mengenai pandangan hidup. Hal tersebut terlihat ketika sikap masyarakat masih sangat saklek (bersifat mutlak dan harus dilakukan, padahal hal tersebut belum tentu benar) terhadap sistem pedidikan. Bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan formal. Pada waktu itu, pendidikan informal masih sangat jarang ada. Berikut ini adalah bukti kutipannya. (89) “Setiap sekolah itu punya sistem. Punyamu mana?” Ibu menyerang sambil berkacak pinggang. Suaranya yang serak basah semakin sember jika sedang naik darah, padahal Ibu bukan perokok (Lestari, 2012: 52).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
(90) Ibu melirik isi buku itu dan tentunya meragu. “Tidak ada rapor sekolah di dunia dengan bentuk dan isi kayak gitu. Nggak ngerti aku!”, bentaknya lagi (Lestari, 2012: 52).
Pertentangan tidak hanya dilakukan oleh Aisyah, namun Abah Hamid dan Umi juga menentang keputusan Firas yang tidak mau menyekolahkan Zarah pada sekolah formal. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini. (91) Dalam setiap kunjungan, Umi selalu menyempatkan bertanya kepadaku, “Zarah sudah mau sekolah?” Aku menggeleng. Umi lantas meluangkan waktunya sejenak untuk mengeluarkan bukuk rayu seperti, “Enak, lho sekolah itu. Kamu nanti punya banyak teman. Punya banyak guru yang baik. Zarah kan sudah besar. Masa belum sekolah? Nggak malu sama anak-anak tetangga?” “Nggak.” “Kalau Zarah sekolah, nanti Umi belikan mainan yang banyak. Apapun yang Zarah mau.” Aku menyumpal mulutku dengan opak. Menatap Umi sambil mengunyah. Lalu kembali menggeleng. Umi cuma bisa melirik ibukku. Frustasi (Lestari, 2012: 17). 2.3.3.2 Latar Spiritual mengenai Takhayul Latar spiritual terlihat ketika Bukit Jambul dianggap angker dan dihuni oleh hantu. Selain itu, tragedi “adek” yang dianggap sebagai tumbal Firas dan Bukit Jambul juga merupakan latar spiritual di dalam Partikel. Jauh sebelum ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang, masyarakat Indonesia memang banyak memiliki kepercayaan akan mistis dan takhayul. Hal itu juga terlihat dan tergambar dalam masyarakat Partikel. Masyarakat dalam Partikel mempercayai adanya roh/ kekuatan gaib dan sejenisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Kepercayaan mengenai takhayul pada tahun 1970an memang masih terasa sangat kental. Hal tersebut terlihat ketika kepercayaan masyarakat mengenai halhal yang menyangkut roh gaib masih sangat kuat. Masyarakat Batu Luhur merasakan dan mengalami hal tersebut dalam kasus Bukit Jambul. Berikut ini kutipan pelukisan mengenai Bukit Jambul yang terdapat dalam Partikel. (92) Ada yang bilang, pohon-pohon di sana hidup dan punya kekuatan sakti, barang siapa mencoba menebang pohon di sana langsung kesurupan sebelum berhasil menancapkan kapak untuk kedua kali. Ada yang bilang, hutan itu markas Prabu Siliwangi dan pasukan gaibnya. Versi lebih bombastis lain bilang, di sana adalah pusat jin satu dunia dikumpulkan (Lestari, 2012: 29).
Pernah saat Abah Hamid masih aktif membina Batu Luhur, masyarakat dan pemimpin desa meminta Abah Hamid untuk membabat Bukit Jambul. Namun setelah melakukan serangkaian sembahyang khusus, Abah malah diberi mimpi aneh. Dalam miminya ia melihat sinar terang yang menyilaukan menelan Firas. Dan mimpinya itu membuatnya gentar setengah mati. Berikut ini kutipan penjelasnya. (93) Mimpi itu dimaknai Abah sebagai ujian Nabi Ibrahim saat harus mengorbankan anak kesayangannya, Ismail. Dengan legawa ia mengakui kepada warga Batu Luhur bahwa ia tak sanggup. Iman Abah belum sehebat Nabi Ibrahim. Abah tidak siap kehilangan Ayah (Lestari, 2012: 31).
Kisah takhayul tersebut masih berlanjut. Ketika kelahiran bayi yang disebut Zarah dengan “adek”. Menurut masyarakat, Ibu, Abah dan Umi, kelahiran adek adalah tumbal dari sikap dan perilaku Firas yang seenaknya keluar masuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Bukit Jambul. Anak ketiga Firas dan Aisyah lahir tidak seperti manusia. Berikut ini kutipan mengenai bentuk anak ketiganya itu. (94) Makhluk kecil itu tidak seperti manusia, tidak seperti apa pun yang kutahu. Di permukaan kulit merah yang seperti direbus itu terdapat pola retak-retak seperti sawah kering. Pinggiran retakan itu berwarna putih, berkerak. Sekujur tubuhnya ditutupi retakan itu (Lestari, 2012: 41).
Setelah peristiwa kelahiran itu, kepercayaan masyarakat akan takhayul dan mistis semakin kuat. Hal tersebut terlihat ketika terdengar desas-desus mengenai si jabang bayi di lingkungan masyarakat. Berikut ini kutipan penjelasnya. (95) Aisyah melahirkan anak setengah ular. Anak itulah tumbal Bukit Jambul yang tertunda. Seharusnya tumbal itu Firas, tapi kemudian berpindah ke generasi berikutnya. Abah Hamid dikutuk tidak bisa lagi punya garis keturunan laki-laki. Versi lain mengatakan, Firas sudah punya istri jin di Bukit Jambul. Makanya ia jadi jarang pulang, Kandungan Aisyah “dikerjai” oleh istri jin-nya Firas yang cemburu (Lestari, 2012: 46).
2.3.3.3 Latar Sosial mengenai Peristiwa Crop Circle dan UFO Latar sosial mengenai peristiwa crop circle dan juga UFO terjadi ketika Zarah pergi ke Glastonbury untuk menemui Pak Simon. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 2003. Ketika fenomena crop circle secara nyata sedang marak terjadi di Glastonbury dan di Wiltshire, Inggris (http://temporarytemples.co.uk/cropcircles/2003-crop-circles). Cerita mengenai crop circle dan UFO didapatkan Zarah melalui Glastonbury Simposium dan juga tur bersama dengan Pak Simon. Di sana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
dijelaskan mengenai bentuk-bentuk crop circle dan juga medan area crop circle. Berikut ini kutipannya. (96) The Glastonbury Symposium adalah konferensi akbar para peminat crop circle, UFO, metafisika, geometri sakral, dan sejenisnya (Lestari, 2012: 382). (97) “Kalau Wiltshire?” “Itu pusat crop circle dunia, Zarah. Tidak ada tempat lain yang mengalami fenomena crop circle sesering Wiltshire. Pola crop circle terindah dan terumit bisa kamu dapatkan di Wiltshire. Jadi jelas kan? Di sinilah taman bermain saya,” jawabnya sambil tertawa (Lestari, 2012: 418). (98) “Saya bercita-cita mengajak Firas ke lokasi crop circle. Ayahmu pernah cerita, di bukit rahasia tempat laboratoriumnya itu, ia menemukan anomali elektromagnetis dan anomali tingkat radiasi. Waktu saya baca, saya langsung ingat crop circle. Semua yang ayahmu tulis mirip ciri-cirinya (Lestari, 2012: 428).” (99) Bus kami merapat di sebuah rumah petani. Di Weltshire, fenomena crop circel sudah bagian dari keseharian masyarakat setempat. Para petani merangkulnya menjadi bagian dari pariwisata, dan mereka sudah biasa berkoordinasi dengan pemandu wisata untuk menampilkan crop circel di ladangnya (Lestari, 2012: 427).
Beberapa latar sosial tersebut di atas mempengaruhi jalan cerita pada Partikel. Pemikiran manusia dan pandangan hidup yang ia yakini membawa setiap manusia ke dalam petualangan dan pengalaman yang berbeda-beda. Entah itu mengenai mistis atau ilmu pengetahuan yang menyangkut fenomena alam semesta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
2.4 Rangkuman Demikianlah hasil analisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam Partikel. Berdasarkan analisis tokoh dan penokohan di atas, didapatkan hasil yang tertera dalam tabel 1 Tabel 1 Tokoh dan Penokohan
NO
Tokoh
I
Tokoh Utama 1. Zarah Amala
Penokohan
Zarah Amalah merupakan tokoh utama (yang) utama. Zarah adalah anak pertama dari Firas dan Aisyah. Zarah dilukiskan sebagai sosok yang cantik, tinggi, dan cerdas. Ia memiliki sifat yang sangat keras kepala, pekerja keras, pemberani dalam mengambil keputusan, tak mudah percaya pada sesuatu hal, dan juga sangat berpendirian teguh pada apa yang ia yakini.
2. Firas
Firas
merupakan
tokoh
utama
(yang)
tambahan. Firas adalah anak angkat Abah Hamid dan juga suami Aisyah.
Firas
memiliki sifat yang keras kepala, pekerja keras,
pemberani
dalam
menyampaikan
apapun yang ia anggap benar, ia juga dianggap memiliki sifat pemberontak karena ia adalah seseorang yang memiliki pendirian teguh.
Namun
di
balik
dirinya
yang
kontroverisal, Firas merupakan sosok ayah yang sangat penyayang. Karena Firas adalah seseorang ilmuan maka ia tidak percaya kepada hal-hal yang menyangkut takhayul dan mistis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
II
Tokoh Tambahan 1. Aisyah
Aisyah merupakan tokoh tambahan. Ia adalah istri dari Firas. Ia memiliki sifat yang ulet, terampil dan juga penyabar. Aisyah adalah sosok yang religius. Ia sangat taat beribadah dan patuh terhadap orang tua. Namun sebagai masyarakat biasa, ia masih percaya terhadap takhayul dan hal mistis.
2. Abah
Hamid Abah Hamid Jajaludin merupakan tokoh
Jalaludin
tambahan. Ia adalah ayah dari Aisyah dan Firas. Abah merupakan keturunan Arab asli. Ia merupakan tokoh pemuka agama di Batu Luhur. Dengan demikian makan Abah Hamid merupakan sosok yang religius dan juga taat beribadah. Abah juga merupakan sosok yang keras
dan
dituakan,
tegas. ia
Sebagai
masih
orang
mempercayai
yang dan
menjunjung tinggi tradisi. Ia juga meyakini adanya takhayul. 3. Simon Hardiman
Simon Hardiman adalah teman Firas. Ia digambarkan berusia 60 tahunan. Simon merupakan konglomerat asal Indonesia yang tinggal di Glastonbury. Ia juga mempercayai adanya UFO, alien dan semacamnya. Simon digambarkan
sebagai orang yang baik,
cerdas, dan berpikiran terbuka. Ia memiliki ideologi yang hampir sama dengan yang dipercayai Firas. Simon Hardiman juga merupakan seseorang yang konsisten dan selalu menepati janjinya.
Latar yang dianalisis dalam penelitian ini adalah latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Berdasarkan alanisis di atas didapatkan hasil bahwa latar tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
terjadi di Indonesia dan di Inggris. Latar tempat yang lebih spesifik dari Indonesia adalah Batu Luhur yang terletak di Bogor dan juga Tanjung Puting yang terletak di Kalimantan. Kemudian di Inggris ditemukan latar tempat London dan juga Glastonbury. Latar waktu dari Partikel adalah tahun 1979-2003. Dari rentang waktu 1979-2003 tersebut dibagi lagi ke dalam rentang waktu yang lebih singkat dengan penjelasan peristiwa masing-masing. Kemudian latar sosial yang didapatkan dari analisis diatas adalah sebagai berikut. Pertama, latar sosial mengenai sistem pendidikan di Indonesia. Kedua, latar spiritual mengenai takhayul. Ketiga adalah latar sosial mengenai fenomena crop circle dan UFO yang terjadi di Inggris. Dari hasil analisis struktur penceritaan pada bab II, ditemukan adanya formasi ideologi. Formasi ideologi tersebut tercermin dari sifat dan perilaku para tokoh dan juga latarnya. Selanjutnya, peneliti akan menganalisis formasi ideologi dalam Partikel pada bab III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
BAB III FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL KARYA DEE LESTARI
3.1 Pengantar Pada bab ini akan dideskripsikan lebih lanjut mengenai formasi ideologi yang ditemukan dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Seperti yang telah dibahas pada poin 1.6.2.2. yaitu mengenai formasi ideologi. Formasi ideologi adalah suatu susunan sistem gagasan yang mempelajari keyakinan dan hal-hal ideal filosofis, ekonomis, politis, dan sosial. Hasil analisis tokoh, penokohan dan latar pada bab II akan dijadikan pedoman untuk menganalisis formasi ideologi yang terdapat dalam Partikel. Sebelum mengidentifikasi formasi ideologi, penulis akan mendeskripsikan pelbagai macam ideologi yang ditemukan dalam Partikel. Ideologi-ideologi yang ada dalam Partikel akan ditelusuri keempat elemennya, yaitu elemen kesadaran, elemen material, elemen solidaritas identitas, dan elemen kebebasan. Keempat elemen tersebut akan dijelaskan pada poin 3.2 di bawah ini. Setelah mendapatkan pelbagai ideologi yang ditemukan di dalam Partikel, peneliti akan merumuskan formasi ideologinya. Formasi ideologi merupakan hubungan atau relasi yang terjadi di antara ideologi-ideologi yang ada. Relasi tersebut bisa berupa korelasi, pertentangan, dan subordinasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
3.2 Ideologi dalam Novel Partikel karya Dee Lestari Menurut kamus sosiologi (2010: 268-269), istilah ideologi telah digunakan dalam tiga pengertian penting: (1) merujuk pada keyakinan tertentu, (2) merujuk pada keyakinan yang terdistorsi atau palsu dalam beberapa pengertian, (3) merujuk pada serangkaian keyakinan yang meliputi segala hal, mulai dari pengetahuan ilmiah, agama hingga keyakinan sehari-hari yang berkenaan dengan perilaku yang pantas, terlepas dari benar atau salah. Secara harafiah, ideologi diartikan sebagai aturan atau hukum tetang ide (Takwin, 2003: 10). Namun demikian, Gramsci berpandangan bahwa ideologi memiliki peran yang lebih besar dari sekedar sistem ide. Selain itu, ideologi memiliki fungsi untuk mengatur manusia dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak mendapatkan kesadaran tentang posisinya dan perjuangan mereka, serta memberikan pelbagai aturan bagi tindakan praktis serta perilaku moral manusia, dan ekuivalen dengan agama dalam makna sekulernya, yaitu pemahaman antara konsepsi dunia dan norma tingkah laku (Simon, 2004: 84). Sebagai sebuah karya fiksi, novel Partikel mengandung ideologi. Ideologi tersebut muncul melalui interaksi, pertentangan pikiran, dan konflik para tokoh. Setiap tokoh dalam Partikel bertindak tutur sesuai dengan pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup tersebut didapat dari ideologi yang mereka anut, sebagaimana ideologi merupakan bentuk kesadaran mental yang tersusun berdasarkan perolehan pemahaman dan pengalaman. Setelah membaca dan menganalisis novel Partikel, ditemukanlah beberapa ideologi yang terdapat di dalamnya. Seperti yang telah dibahas dalam poin 1.6.2.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
bahwa ideologi menurut Gramsci dalam (Harjito, 2001: 33) mengandung empat elemen. Empat elemen tersebut yaitu elemen kesadaran, elemen material, elemen solidaritas-identitas, dan elemen kebebasan. Partikel memiliki beberapa ideologi di dalamnya. Ideologi-ideologi tersebut kemudian akan ditelusuri keempat elemennya. Berikut ini ideologi-ideologi yang terdapat dalam Partikel beserta penjelasan mengenai keempat elemennya.
3.2.1 Ideologi Liberalisme Secara etimologis, liberalisme berasal dari kata atau bahasa latin liberalis yang diturunkan dari kata liber yang artinya ‟bebas‟, ‟merdeka‟, ‟tidak terkait‟. Berdasarkan akar kata tersebut, pandangan dan gerakan liberalisme menjunjung tinggi martabat pribadi manusia dan kemerdekaannya (Mangunhardjana, 2006: 148-149). Liberalisme membentuk suatu masyarakat bebas yang dicirikan dengan kebebasan perpikir bagi para individu. Liberalisme mempercayai kemampuan manusia dalam mengembangkan seluruh potensinya. Para liberalis menuntut masyarakat dan negara untuk mengurangi hambatan yang menghalangi individu dalam mencapai apa yang diinginkan (Mangunhardjana, 2006: 149). Dengan kata lain, para liberalis berjuang untuk mendapatkan kebebasan pribadi dan menolak pembatasan. Bagi liberalis, setiap orang adalah pribadi yang otonom dan berdiri sendiri sehingga berhak atas kebebasan dan inisiatifnya sendiri. Liberalisme didasari oleh kebebasan dan kepentingan pribadi sebagai norma hidup yang paling tinggi. Tiga pokok utama dari liberalisme adalah kehidupan, kebebasan, dan hak milik. Ketiga hal tersebut selaras dengan tujuan ideologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
liberalisme, yaitu menjaga dan mengembangkan kebebasan pribadi dan kepentingannya. Para liberalis menghendaki kebebasan berbuat bagi dirinya sendiri dan cenderung mengesampaingkan kepentingan masyarakat dan negara. Tokoh Firas adalah representasi manusia liberal yang berdiri otonom di atas inisiatifnya sendiri. Ia melakukan segala hal yang ia yakini dan inginkan tanpa memperdulikan masyarakat yang ada di lingkungannya. Firas juga tidak pernah peduli apakah orang lain menyukai apa yang ia perbuat atau tidak. Liberalisme pada Firas terlihat ketika ia ingin terbebas dari paradigma masyarakat tentang pendidikan formal. Firas bersikeras tidak mau menyekolahkan Zarah di sekolah formal seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat dan warga pada umumnya. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut ini. (95) “Tidak perlu Aisyah. Zarah akan jauh lebih pintar kalau aku yang mengajarkannya langsung.” Begitu selalu katanya (Lestari, 2012: 17).” (96) Sering kudengar Ayah beradu argumen dengan Ibu, terutama tentang sekolah. Ayah berusaha meyakinkan Ibu kalau sistem pendidikan swalayan dari rumah yang ia lakukan kepadaku sudah berkecukupan, bahkan jauh lebih baik ketimbang sistem sekolah biasa (Lestari, 2012: 50). Firas menganggap bahwa sistem pendidikan yang ada dan dipercayai masyarakat sekarang hanya akan menghasilkan robot penghafal. Berikut ini kutipannya. (97) Ayah membalas, lebih gila lagi orang yang menjadikan anak orang sebagai kelinci percobaan dari sistem yang sudah ketahuan tidak menghasilkan apa-apa selain robot penghafal (Lestari, 2012: 50).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Sejak awal Firas memang menolak Zarah dimasukkan ke dalam sekolah formal. Dan ia menginginkan kebebasan. Ia ingin Zarah terbebas dari sekolah formal yang menurutnya tidak banyak membantu anaknya. Firas menempa dan mendidik Zarah dengan sekolah swalayan dari rumah. Ia mengajari apapun yang menurutnya diperlukan oleh Zarah. Ia mengajari Zarah tentang biologi dengan memberikan gambar pemampang anatomi manusia, anatomi kulit dan lain-lain. Firas mengajari Zarah di manapun dan kapanpun. Contohnya ia belajar di kebun pribadinya di Batu Luhur. Berikut ini kutipannya. (98) Dari sebelum Hara lahir, Ayah mengambil alih tugas sebagai guru pribadiku. Belajar di rumah, di kebun, di kampung, bahkan curi-curi membawaku ke kampus tempatnya mengajar, adalah serangkaian sekolah informal yang dijalankan Ayah bagiku (Lestari, 2012: 16). (99) Kebun pribadinya di Batu Luhur, Kebun Raya Bogor, tepi sungai Ciliwung, adalah ruang-ruang kelas tempat kami belajar, menggambar, membaca, dan berhitung (Lestari, 2012: 49).
Ke-liberalisme-an Firas juga terlihat ketika ia tidak menggubris larangan Abah Hamid dan warga untuk tidak masuk ke Bukit Jambul. Bukit Jambul adalah bukit terlarang yang dikenal keangkerannya dari sejak nenek moyang mereka telah tinggal di Batu Luhur. Sekeras apapun penolakan Abah Hamid kepada Firas untuk tidak masuk ke Bukit Jambul, sekeras itupun Firas tetap mencoba masuk ke Bukit Jambul. Berikut ini peristiwa dan kutipan penjelasnya. (100) Sebuah tempat yang ditakuti dan terlarang bagi semua orang kecuali Ayah. Tempat yang kelak menghancurkannya. Mereka menamakannya Bukit Jambul (Lestari, 2012: 28).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
(101) Konsekwensinya, Ayah dilarang habis-habisan mendekat ke sana. Kalau ketahuan main di dekat Bukit Jambul, Ayah akan dihardik, dihukum, dipecut, dan digebuk (Lestari, 2012: 31). (102) Sialnya, Ayah malah tambah penasaran. Bukit Jambul adalah kekuatan yang menariknya telak bagai gravitasi. Tak terhitung seringnya ia mengendap, menyelinap mencuri-curi pergi ke kaki bukit itu. Setiap penduduk yang melihat pasti melaporkannya kepada Abah. Lecutan ikat pinggang, gebukan kemoceng, adalah kepastian yang menanti ayah begitu sampai di rumah. Semuanya itu tidak membuatnya jera (Lestari, 2012: 32). Firas melakukan itu karena ia memiliki kesadaran dan juga pengetahuan mengenai Bukit Jambul yang selama ini dianggap angker oleh masyarakat. Firas tahu bahwa di dalam Bukit Jambul adalah rumah bagi ratusan spesies, termasuk fungi-fungi langka yang punya potensi besar menyelamatkan bumi. Bukit Jambul adalah sebuah kekayaan Botani. Karena alasan tersebut makan Firas tidak pernah takut untuk masuk ke Bukit Jambul. Hal itu terlihat dari kutipan berikut. (103) “Dan tidak cuma itu, satu pohon Bukit Jambul adalah rumah bagi puluhan bahkan ratusan spesies, termasuk fungi-fungi langka yang punya potensi besar menyelamatkan bumi. Satu saja pohon di Bukit Jambul ditebang, semua spesies tadi ikut hilang,” (Lestari, 2012: 70). (104) Mereka yang melek sedikit mungkin bisa melihatnya sebagai kekayaan botani (Lestari, 2012: 71). Firas memiliki kesadarannya sendiri mengenai Bukit Jambul karena ia memiliki pengetahuan yang jauh lebih baik dari masyarakat yang ada di sekitarnya. Masyarakat hanya mempercayai legenda yang tidak jelas asal usulnya. Firas juga telah melakukan pelbagai penelitian sains terkait Bukit Jambul dan apa yang dikatakan masyarakat selama ini tidak ada yang benar. Pendapat masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
yang mereka dapat dari legenda nenek moyang langsung terbantahkan ketika Firas mengetahui mengenai Bukit Jambul yang sesungguhnya. Para liberalis memang mementingkan dan menempatkan kebebasan dan kemerdekaan di tempat yang paling atas. Hal itu karena pada dasarnya manusia memiliki hak akan kebebasan pada dirinya. Penganut ideologi liberalisme tidak ingin terikat oleh sistem yang dianggapnya rumit dan tidak jelas. Maka dari itu ia akan melakukan apapun walaupun itu bertentangan dengan masyarakat dominan untuk mendapatkan kebebasan yang mereka inginkan. Berdasarkan deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa elemen kesadaran dari ideologi liberalisme yang terdapat dalam novel Partikel adalah belajar tidak harus melalui pendidikan formal dan juga tidak semua cerita rakyat harus dipercayai. Elemen materialnya adalah tidak menyekolahkan anaknya di dalam pendidikan formal dan tidak peduli pada apa yang dikatakan orang. Elemen solidaritas identitasnya adalah kebebasan yang ada di dalam setiap individu. Kemudian elemen kebebasannya adalah melanggengkan kebebasan dan kepentingan pribadi yaitu melakukan pendidikan swalayan kepada anaknya dan juga bebas keluar masuk Bukit Jambul.
3.2.2 Ideologi Konservatisme Istilah konservatisme berasal dari bahasa Latin, conservāre, yang berarti „melestarikan‟, "menjaga‟, „memelihara‟, „mengamalkan‟. Karena pelbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di pelbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, the status quo ante. Konservatif adalah sebuah konsep dimana seseorang selalu menjaga tradisi lama atau hal tradisional dan menentang modernitas (Thomson: 1999). Ideologi konservatif cenderung memiliki kekuatan untuk melindungi atau melestarikan sesuatu hal. Ideologi konsevatif merupakan sesuatu kepercayaan pada nilai-nilai yang dibentuk oleh praktik tradisional. Ideologi konservatisme terlihat dari pandangan hidup Abah Hamid, Aisyah dan juga masyarakat Batu Luhur mengenai pendidikan formal. Mereka cenderung memiliki kekuatan untuk melindungi atau melestarikan “budaya” sekolah formal. Sekolah formal oleh peneliti dimasukkan ke daram kategori “budaya” karena menurut peneliti, masyarakat menjadikan sekolah formal sebagai budaya yang harus terus dilestarikan dan juga harus dilakukan untuk mendapatkan kecerdasan seperti yang dilakukan turun-temurun oleh nenek moyang. Masyarakat dalam Partikel berpikir dan berkeyakinan bahwa sekolah formal adalah sistem pendidikan yang paling baik untuk anak mereka. Dan mereka tidak melihat adanya kemungkinan lain untuk mendidik anaknya. Konservatisme terlihat ketika Abah dan Umi selalu menyuruh Zarah agar mau masuk sekolah formal seperti teman-temannya yang lain. Hal itu terlihat dari kutipan berikut ini. (105) Dalam setiap kunjungan, Umi selalu menyempatkan bertanya padaku, “Zarah sudah mau sekolah?” Aku menggeleng. Umi lantas meluangkan waktunya sejenak untuk mengeluarkan bujuk rayu seperti “Enak, lho, sekolah itu. Kamu nanti punya banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
teman. Punyak banyak guru yang baik. Zarah kan sudah besar. Masa belum sekolah? Nggak malu sama anak-anak tetangga?” “Nggak.” “Kalau Zarah sekolah, nanti Umi belikan mainan yang banyak. Apapun yang Zarah mau.” Aku menyumpal mulutku dengan opak. Menatap Umi sambil mengunyah. Lalu kembali menggeleng (Lestari, 2012: 16). Aisyah, Ibu Zarah juga tidak bisa melakukan apapun terhadap Zarah. Dan ia juga sudah tidak bisa menengahi antara Abah-Umi, dan Firas. Puncak ketegangan mengenai sekolah formal terjadi ketika Abah dan Umi tidak saling sapa terhadap Firas karena ia tidak mau menyekolahkan Zarah. Hal itu terlihat dari kutipan berikut. (106) Ketegangan antara Ayah dan kakek-nenekku makin kentara. Dalam setiap kunjungan rutin Ibu, Ayah hanya mau turun sebentar untuk mencium punggung tangan Abah dan Umi. Setelah sekian lama gesekan itu berlangsung, Ayah dan kedua mertuanya sama-sama menyerah. Mereka saling menghindar, saling menjauh ( Zarah, 2012: 17-18). Kemudian puncak kesabaran Aisyah terjadi ketika Aisyah memarahi Firas karena ia tidak mau memasukkan Zarah ke dalam sekolah formal seperti anakanak lainnya. Pendidikan terbaik menurut Aisyah adalah menyekolahkan Zarah di sekololah formal seperti anak-anak sebaya lainnya. Sekolah formal memiliki sistem, sedangkan pendidikan swalayan ala Firas tidak punya. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut. (107) Pertengkaran Ibu dan Ayah tentang sekolah memuncak pada suatu malam di meja makan. Waktu itu, Ibu sepertinya benar-benar marah. Ia tak mampu menekan volume suaranya, seperti yang biasa ia lakukan jika anak-anaknya menontoni mereka ribut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
“Kalau memang alasanmu adalah uang, Abah dan Umi mau membiayai sekolah anak-anak kita. Jangan sampai gara-gara kamu yang hancur, anak-anak kita jadi korban,” ucap Ibu. “Justru aku sedang berusaha menyelamatkan mereka, Aisyah!” “Setiap sekolah itu punya sistem. Punyamu mana?” Ibu menyerang sambil berkacak pinggang (Lestari, 2012: 51). Pertengkaran dan perselisihan terjadi antara Firas dengan Abah, Umi dan Aisyah. Firas yang menginginkan kebebasan sementara yang lain ingin menyekolahkan Zarah dan melakukan apa yang selama ini orang-orang lakukan kepada anaknya yaitu memasukkan mereka di sekolah formal. Para penganut konservatisme cenderung ingin mempertahankan tatanan yang telah ada dan diturunkan sejak nenek moyang. Mereka akan melakukan perlawanan jika ada seseorang yang berusaha melanggar dan tidak melakukan tatanan itu. Tujuan dari para penganut konservatisme adalah agar tatanan dan nilai yang telah ada di dalam masyarakat dapat terus berlangsung dengan baik. Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas dapat dilihat bahwa elemen kesadarannya dari ideologi konservatisme yang terdapat dalam Partikel adalah pendidikan terbaik diperoleh melalui sekolah formal. Elemen materialnya yakni melakukan perlawanan terhadap penyimpangan nilai-nilai yang sudah ada di dalam masyarakat. Elemen solidaritas identitasnya adalah nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat. Adapun elemen kebebasannya yaitu nilai yang sudah ada di dalam masyarakat dapat terus berlanjut.
3.2.3 Ideologi Teisme Teisme adalah kepercayaan terhadap satu Allah rahmani dan rahimi yang mencipta dan memelihara alam semesta dan menentukan hidup-mati manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
(Tambayong, 2013: 304). Material dari ideologi ini adalah ajaran agama yang dianut oleh seorang individu. Penganut ideologi ini meyakini sepenuhnya akan keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan pemilik jagad raya. Kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan bersifat realis. Ideologi teisme dimiliki oleh Abah Hamid. Sebagai seorang pemuka Agama Islam tentu Abah Hamid adalah seseorang yang sangat religius dan taat menjalankan perintah agama. Apalagi ia juga seorang pembina sebuah pesantren rumahan. Abah Hamid yang merupakan seseorang agamis akan selalu mengingat nama Tuhan dalam setiap tindakan dan perilakunya. Ia selalu menjalankan dan mengamalkan semua perintah Tuhan yang ia yakini. Ia membela agamanya dengan baik. Ia juga marah dan membela agama yang diyakininya ketika Zarah bersikap “tidak percaya” terhadap agama Islam. Hal itu terlihat ketika Abah hampir memukul Zarah karena Zarah dianggap menghina Islam dengan perkataannya. Berikut ini kutipannya. (108) Setidaknya tiga hal nyaris terjadi bersamaan. Degup kursi jatuh. Sekelebat bayangan Abah di tembok yang sontak berdiri. Jeritan Ibu dan Umi. Dan yang kulihat berikutnya adalah ubin. Sekali ayun, tangan Abah yang lebar dan besar menghantamku. Aku terkapar mencium lantai. “Dengan segala kesombonganmu, kamu boleh menghina siapapun di muka bumi ini, Zarah. Tapi jangan sekali-kali kamu menghina agamaku dan Rasulku,” suara Abah yang menggelegar terdengar gemetar (Lestari, 2012:132). Sebagai seorang Islam yang taat, Abah sangat murka mendengar Zarah menghina agamanya. Dan sejak saat itu juga hubungan Abah dan Zarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
merenggang. Perbedaan kepercayaan antara keduanya merupakan jurang yang tidak dapat dijembatani. Selain Abah Hamid, Aisyah juga merupakan salah satu tokoh yang menganut ideologi teisme. Sebagai anak dari seorang pemuka agama, tentu Aisyah sedari kecil dididik dengan pendidikan dan pengertian agama yang sangat kuat sehingga ia tumbuh menjadi seseorang yang religius. Aisyah selalu menjalankan shalat lima waktu sesuai apa yang diajarkan Islam. Hal itu terbukti dalam kutipan berikut ini. (109) Tanpa alpa, kecuali jika sedang datang bulan, Ibu salat lima waktu, menjalankan puasa setiap Senin dan Kamis. Setiap Rabu malam, Ibu pergi pengajian ke masjid atau ke rumah Bu Hasanah, seorang ustazah yang sangat dihormati di daerah kami, (Lestari, 2012: 15). Kutipan di atas mendeskripsikan dan menjelaskan bahwa Aisyah adalah sosok yang sangat religius. Ia adalah seorang yang taat dalam beribadah dan menjalankan perintah Tuhan. Ideologi teisme menjadi dasar bagi para penganutnya untuk menjalani kehidupan di dunia. Para penganut ideologi ini sadar bahwa mereka adalah makhluk ciptaan tuhan. Mereka percaya bahwa Tuhan telah mengatur takdir dan kehidupan mereka dengan sangat baik. Oleh karena itu, para penganut ideologi teisme menyerahkan sepenuhnya hidup dan mati mereka pada Tuhan. Mereka mengingat dan mematuhi perintah Tuhan dengan selalu beribadah sesuai agama yang dianutnya. Berdasarkan uraian di atas, elemen kesadaran dari ideologi teisme yang terdapat dalam novel Partikel yaitu bahwa manusia adalah makhluk ciptaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
Tuhan. Elemen materialnya adalah ajaran agama. Elemen solidaritas identitasnya adalah agama. Kemudian elemen kebebasannya yakni menjalankan kehendak Tuhan dan beribadah sesuai ajaran agama.
3.2.4 Ideologi Panteisme Panteisme atau pantheisme berasal dari bahasa Yunani: πάν ( 'pan' ) = semua
dan θεός ( 'theos' )
=
Tuhan)
secara
harafiah
artinya
adalah
"Tuhan adalah Semuanya" dan "Semua adalah Tuhan". Ini merupakan sebuah pendapat bahwa segala barang merupakan Tuhan abstrak imanen yang mencakup semuanya; atau bahwa Alam Semesta, atau alam, dan Tuhan adalah sama. Definisi yang lebih mendetail cenderung menekankan gagasan bahwa hukum kodrat, keadaan, dan alam semesta (jumlah total dari semuanya adalah dan akan selalu) diwakili atau dipersonifikasikan dalam prinsip teologis 'Tuhan' atau 'Dewa' yang abstrak (https://id.wikipedia.org/wiki/Panteisme). Pendapat lain mengungkapkan bahwa panteisme adalah suatu posisi yang menganggap universe/alam semesta identik dengan ke-Tuhan-an. Dengan kata lain, Tuhan adalah alam semesta itu sendiri. Panteisme merupakan konsep ketuhanan yang nonpersonal/tidak anthropomorphic. Untuk memahami ini dimulai dengan perbedaan dua konsep penggunaan kata Tuhan, yakni personal dan non personal. Tuhan personal adalah Tuhan yang memiliki kehendak, memiliki keinginan, bisa marah, dan lain sebagainya seperti yang diatributkan pada Tuhan Abrahamik seperti Allah, YHWH, hingga dewa dewi di pelbagai agama. Sementara Tuhan nonpersonal umumnya merujuk pada hal-hal seperti kesadaran, energi, dan alam semesta itu sendiri. Bisa dikatakan, panteisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
adalah sexed-up atheism, karena ateis dan panteis pada prinsipnya tidak memercayai keberadaan Tuhan Personal; ateis tentu saja percaya bahwa alam semesta ada dan memang menakjubkan, tetapi juga tidak menganggap bahwa alam semesta lantas merupakan semacam ekuivalen atau substitusi Tuhan. Singkatnya, panteisme adalah ateisme, dengan sedikit perbedaan semantik mengenai apa definisi Tuhan. Berdasarkan uraian di atas, orang yang memiliki ideologi panteisme beranggapan bahwa ia tidak percaya pada Tuhan, namun ia percaya pada alam semesta. Dalam Partikel, tokoh Zarah menganut ideologi panteisme tersebut. Zarah tidak peduli dengan keberadaan Tuhan dan ajaran agama. Ia hanya mempercayai alam semesta. Sejak ia kecil, Zarah sangat mendewakan Firas, Ayahnya. Dari Ayahnya tersebut ia belajar mengenai sains dan ilmu pengetahuan tentang alam semesta. Dari pengetahuannya tersebut, mereka menemukan logika yang dianggap lebih benar dan masuk akal daripada apa yang selama ini diajarkan agama. Tokoh Zarah dalam Partikel mengungkapkan secara terang-terangan kepada Abah Hamid, Umi, dan Aisyah, Ibunya bahwa ia tidak percaya dan peduli terhadap keberadaan Tuhan. Dan Zarah hanya percaya terhadap alam semesta. Hal itu terlihat dari kutipan berikut ini. (110) “Zarah bukan ateis. Zarah percaya sama alam ini, tapi nggak peduli siapa yang bikin (Lestari, 2012: 131).” Ketidakpercayaan Zarah terhadap Tuhan juga terlihat dari percakapannya kepada Abah Hamid tentang kepercayaan. Zarah mempertanyakan keberadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Tuhan, dan mempertanyakan apa buktinya kalau Tuhan memang ada. Hal itu terlihat dari kutipan-kutipan berikut ini. (111) “Kalau Abah, Umi, dan Ibu memang mau bantu, biarkan saja Zarah cari sendiri. Kalau memang Allah ada, biar saja Allah yang bantu Zarah. Abah, Umi , dan Ibu nggak perlu tepot. Kita nggak harus terus ribut kayak begini (Lestari, 2012: 130).” (112) “Lho, apa salahnya bilang begitu?” tanyaku bingung. “Memang apa buktinya Allah pasti ada? (Lestari, 2012: 130).” Zarah juga mempertanyakan kebenaran mengenai agama. (113) Kalimat itu sangat membingungkan bagiku,. “Kalau begitu, gimana caranya kita tahu kita nggak dibohongi? Kalau ternyata semua yang dibilang oleh agama itu bohong, orang yang terlanjur beriman bagaimana nasibnya? Minta pertanggungjawaban kepada siapa? (Lestari, 2012: 131).”
Zarah juga pernah dimasukkan ke dalam pesantren oleh Ibunya secara paksa. Zarah memang menjalani masa pesantren itu, namun ia tidak peduli tentang apa yang ia lakukan di pesantren. Dan ia semakin sadar bahwa ia pesantren tidak mengubah apapun pada diri Zarah. Hal tersebut terlihat dari kutipan-kutipan berikut ini. (114) Dengan tekad untuk menemukan Ayah, aku menjalani masa pesantrenku selama sebulan penuh tanpa protes sedikitpun (Lestari, 2012: 105). (115) Zarah pulang sebagai manusia baru, demikian yang mereka katakan kepada Ibu saat menjemputku.Ibu mencium tangan mereka satu-satu sebagai tanda terima kasih. Setidaknya mereka benar tentang satu hal. Aku pulang dengan kesadaran baru. Aku adalah Firas berikutnya (Lestari, 2012: 106).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Para penganut ideologi panteisme menjalani hidupnya tanpa mempercayai adanya Tuhan. Merekapun tidak melakukan ajaran-ajaran agama seperti para pemueluk agama lainnya. Mereka lebih menggunakan otak, logika dan pengetahuannya daripada percaya mengenai cerita-cerita mengenai Tuhan dan kitab suci yang belum tentu bisa dipercayai kebenarannya. Di dalam Partikel diceritakan bahwa penganut panteisme percaya terhadap alam semesta tapi tidak peduli siapa yang menciptakannya. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa elemen kesadaran dari ideologi panteisme yang terdapat dalam novel Partikel adalah tidak percaya adanya Tuhan. Elemen materialnya yaitu tidak melakukan ajaran agama dan tidak peduli terhadap agama. Elemen solidaritas identitasnya adalah penelitan sains dan ilmu pengetahuan. Kemudian elemen kebebasannya adalah percaya terhadap alam semesta namun tidak peduli siapa yang menciptakannya.
3.2.5 Ideologi New Age (Zaman Baru) Ideologi new age atau sering juga dikenal dengan ideologi zaman baru adalah suatu gerakan spiritual yang terbentuk di pertengahan abad ke-20. Merupakan gabungan dari spiritualitas Timur, dan Barat, serta tradisi-tradisi metafisika yang mengemukakan suatu filsafat yang berpusatkan kepada manusia. Gerakan ini mulai dikembangkan dengan munculnya latihan-latihan pengembangan diri, seminar pengembangan diri, yoga, waitankung, seminar katakata motivasi, dll. Tujuannya untuk menciptakan sebuah "spiritualitas yang tanpa batasan atau dogma-dogma yang mengikat".
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
The new age bertujuan untuk menciptakan "spiritualitas tanpa batas atau dogma yang membatasi" yang inklusif dan pluralistik. Ini memegang untuk "holistik pandangan dunia", menekankan bahwa Pikiran, Tubuh dan Roh saling berhubungan dan bahwa ada bentuk monisme dan kesatuan seluruh alam semesta. New age mencoba untuk menciptakan "pandangan dunia yang meliputi ilmu pengetahuan dan spiritualitas" dan mencakup sejumlah bentuk ilmu pengetahuan mainstream serta bentuk-bentuk ilmu yang dianggap pinggiran (Kusmayadi, 2013). New age beranggapan bahwa alam semesta adalah manifestasi dari Tuhan. Jadi, Tuhan adalah energi yang membuat alam semesta (macro cosmos) ini bekerja. Dan manusia adalah faktor penting di dalam pengerjaannya (micro cosmos). Sehingga manusia sangat mungkin untuk menyatukan diri dengan alam semesta. Hal itu dapat dicapai dengan membangkitkan jiwa, raga, dan alam pikiran (awakening of the mind, body, and spirit). Yaitu melalui meditasi, yoga, dan perenungan yang dalam (Ibid., 2013). New agers sangat menghayati betul arti pentingnya monisme {segala sesuatu yang ada, merupakan derivasi (penjabaran) dari sumber tunggal, divine energy}, pantheisme (all is God and God is all, menekankan kesucian individu, dan karenanya proses pencarian Tuhan tidaklah melalui teks suci, tetapi justru melalui diri sendiri, karena God within our self), reinkarnasi (setelah kematian, manusia terlahirkan kembali, dan hidup dalam alam kehidupan lain sebagai manusia yang mirip dengan konsep transmigration of the soul dalam Hindu), dan seterusnya, seperti astrologi, channeling, pantheisme (Allah yang bipolar: abstrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
dan riil), tradisi Hinduisme, tradisi Gnostis, Neo-Paganisme, theosopi, karma, crystal, meditasi, dan seterusnya (Simatupang, 2015). Beberapa tokoh yang meyakini ideologi new age adalah Pak Simon Hardiman dan Firas, Ayah Zarah. Semua ilmu yang selama ini dipelajari oleh Firas ternyata mengarah pada kepercayaan tentang new age ini. Pak Simon dan Firas percaya bahwa alam semesta ini adalah makhluk hidup yang berkesadaran. Seperti tubuh manusia yang memiliki sistem meridian yang tak terlihat tapi ada. Sistem meridian itu seperti pola matriks yang meliputi tubuh manusia. Bumi juga memiliki sistem meridian. Selama ini manusia tidak menyadari akan hal itu. Manusia belum sepenuhnya mengenali bumi yang mereka tinggali. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini. (116) “Kalau Bumi ini hidup seperti kita, maka dia pun akan punya sistem meridian, dia punya chakra. Jadi, bagi saya, lay lines, teori World Crystalline, teori World Grid, menunjukkan bahwa ada aspek lain dari Bumi kita yang belum kita kenali. Aspek yang menunjukkan Bumi kita adalah makhluk hidup yang berkesadaran (Lestari, 2012: 420-421).” Menurut Pak Simon dan Firas, seisi alam semesta ini terhubung dan merupakan satu kesatuan. Alam semesta ini bersifat hologram. Berikut ini kutipannya. (117) Ayahmu, seperti juga aku, percaya bahwa semesta ini bersifat hologram. Artinya, setiap titik adalah proyeksi dari keseluruhan semesta secara utuh. Sama dengan tubuhmu. Kamu berangkat dari satu sel hingga jadi triliunan sel. Setiap sel tubuhmu mengekpresikan Zarah secara utuh. Kalau tidak, metode kloning tidak mungkin berhasil dilakukan. Kalau semsesta ini merupakan satu tubuh, maka kamu adalah bagian inheren darinya, Zarah. Kita berada dalam suatu jaringan intelegensi ksomos. Mengapa tidak mungkin intelegensi yang sama menghubungkanmu dengan makhluk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
lain di semesta ini? Kalau tubuh kita „mengandung‟ semesta secara utuh, mengapa kita terus mengandalakn eksplorasi ke luar, dan malah mengabaikan gerbang yang ada di dalam? (Lestari, 2012: 411).” Kesadaran tentang bumi itu hidup mereka dapatkan dari ilmu pengetahuan, fenomena-fenomena alam dan juga penjelasan mendetail mengenai pelbagai peristiwa yang berpengaruh terhadap peradaban manusia. Fenomena-fenomena alam dan peristiwa tersebut contohnya adalah crop circle, UFO, alien, dan situssitus peninggalan sejarah yang sulit dijelaskan secara nalar (Stonehagen di Inggris, Saqsayhuaman di Peru, Piramida Giza di Mesir, dll). Seperti yang telah dijelaskan di atas, bawa para penganut new age mengabungkan spiritualitas Timur dan Barat, serta tradisi-tradisi metafisika yang mengemukakan suatu filsafat yang berpusatkan kepada manusia. Hal itu terlihat dalam Partikel ketika Pak Simon menceritakan mengenai pelbagai tradisi kuno di dunia dan hubungannya dengan konsep Bumi yang memiliki kesadaran. Berikut ini kutipannya. (118) “Ley lines itu jalur arkaik yang menghubungkan tempat-tempat sakral di satu area,” jelasnya langsung. “Ley lines itu istilah modern, tapi sebetulnya banyak tradisi kuno yang mengungkapkan konsep serupa. Di Inca dikenal dengan istilah ceque, di Aborigin dikenal istilah turinga, di China dikenal dengan long mei, di Irlandia dipercaya ada fairy path. Pengertiannya kurang lebih sama. Di jalur tersebut biasanya dibangun monumen, bangunan, struktur megalitik, apapun bentuknya, tapi semua itu berfungsi sebagai titik penanda. Tidak ada yang tahu persis bagaimana ley lines tercipta. Seringnya lay lines merupakan warisan atau pola berulang. Titik-titik di mana Katedral besar biasanya dibangun, misalnya ada jalur dari warisan budaya sebelumnya, yakni kuil pagan (Lestari, 2012: 417).”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
(119) “Tahun ‟60-an, ilmuan Rusia sudah ada yang mengajukan pola kisikisi seperti kristal dengan potongan dua belas pentagon. Titik-titik itu menunjukkan matriks energi ksomik. Ini sejalan dengan yang perah dibilang oleh Socrates bahwa Bumi bisa dilihat sebagai bola yang dibuat dari sambungan dua belas potongan pentagon (Lestari, 2012: 419).” Para penganut new age juga mengembangkan pelbagai ilmu pengetahuan dan sains. Ilmu pengetahuan merupakan pedoman mereka untuk membuktikan apa yang mereka percayai. Mereka sangat berpegang teguh pada pengetahuan, penelitian, kesadaran, dan kecerdasan yang mereka miliki. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini. (120) “Bagi peradaban yang cuma fokus pada materi, bukti yang mereka cari pasti berkisar di alat dan perkakas. Tapi, seperti yang dikatakan ayahmu, ada teknologi lain yang sifatnya internal, yang jika diekplorasi bisa melakukan pencapaian-pencapaian yang mungkin lebih dasyat dari sekedar mengandalkan teknologi eksternal. Itu juga bisa jadi satu kemungkinan kan?” (Lestari, 2012: 422-423). (121) “Sejak Firas menunjukkan hubungan hipotesis antara entogen dan perjalanan dimensi lain, banyak persepsi saya yang ikut berubah, Zarah. Pikiran saya jadi terbuka untuk kemungkinan-kemungkinan lain yang tadinya tidak saya lirik. Stonehegen bukan satu-satunya bangunan neolitik. Di daerah Salisbury ini saja ada ratusan yang tersebar. Di dunia apalagi. Bagaimana kita bisa menjelaskan bangunan-bangunan cylopean seperti Saqsayhuaman di Peru? Kontruksi seperti Giza? Atau anomali seperti Nazca Lines? Banyak yang berteori, berusaha membuat miniatur, tapi kita tahu persis, semua misteri itu tidak pernah terjawab tuntas. Tidak ada manusia modern yang berhasil mengulang keajaiban yang sama, biarpun kita merasa telah memiliki teknologi maju. Dan satu pertanyaan paling besar dan tetap tidak terjawab: mengapa? Mengapa Stonehegen dibangun? Untuk apa piramida didirikan? Aapa tujuan Nazca Lines? Menurut saya, itu pertanyaan yang lebih besar. Ada masalah relasi yang belum terungkap. Peradaban masa lalu memiliki sebuah relasi dengan sesuatu. Entah apa. Relasi yang sekarang tidak kita miliki. Atau belum kita sadari,” (Lestari, 2012: 423).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Semua hal yang dibahas di atas mengarah pada sebuah kepercayaan dan hipotesis bahwa alam semesta itu tunggal, semua yang ada di dalamnya memiliki hubungan dan terkoneksi satu sama lain. Bumi adalah makhluk yang memiliki kesadaran. Dan pada masa lalu semua isi alam semesta terhubung dan terkoneksi. Mereka meninggalkan jejak penanda berupa bangunan-banguna yang sampai saat ini tidak bisa dijelaskan bagaimana cara membangunnya. Para penganut ideologi new age dalam Partikel juga melakukan pelbagai penelitian dan mengembangkan ilmu pengetahuan mereka untuk menemukan hipotesa yang selama ini mereka percayai. Mereka belajar dari pelbagai fenomena alam dan ritual tradisional yang mulai ditinggalkan oleh orang-orang modern. Mereka menpelajari secara mendetail mengenai fenomena crop circle, UFO dan Alien yang selama ini hanya dianggap dongeng belaka oleh kebanyakan orang. Para penganut new age memiliki keyakinan dari hasil ilmu pengetahuan dan fenomena-fenomena alam. Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa elemen kesadaran ideologi new age yang terdapat dalam Partikel adalah alam semesta ini merupakan satu kesatuan yang hidup. Alam semesta adalah makhluk yang memiliki sebuah kesadaran dan dapat berinteraksi. Elemen materialnya adalah fenomena-fenomena alam, tradisi-tradisi kuno, dan fenomena luar angkasa seperti UFO dan Alien. Elemen solidaritas identitasnya yaitu penelitian sains dan ilmu pengetahuan. Kemudian elemen kebebasannya adalah bebas percaya bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
alam semesta merupakan satu kesatuan yang tunggal dan alam semesta ini memiliki kesadaran dan terhubung antara satu dengan yang lainnya. Pada akhirnya, setiap tokoh di dalam Partikel memiliki ideologinya masingmasing yang mereka pegang teguh. Mereka menganut ideologi mereka masingmasing dengan pelbagai konsekwensinya. Ideologi tersebut yang kemudian mencerminkan pribadi masing-masing. Dan kemudian di dalam masyarakat ideologi yang mereka anut akan menimbulkan pelbagai kesinambungan. Kesinambungan atau relasi tersebut yang kemudian dikenal denga formasi ideologi. Formasi tersebut akan dibahas pada poin selanjutnya.
3.3 Formasi Ideologi dalam Novel Partikel karya Dee Lestari Pelbagai ideologi yang telah ditemukan di dalam Partikel tersebut, di dalamnya terdapat suatu susunan yang berhubungan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ideologi yang dimiliki oleh para tokoh tersebut saling berelasi satu sama lain. Relasi tersebut dapat berupa hubungan pertentangan, korelasi, dan subordinasi. Susunan ideologi yang bersifat pertentangan, korelasi, dan subordinasi tersebut yang kemudian disebut dengan formasi ideologi. Dalam hal ini, formasi ideologi tidak hanya membahas mengenai ideologi yang ada dan dominan dari seorang tokoh, tetapi juga membahas hubungan antarideologi. Ideologi konservatisme berkorelasi dengan ideologi teisme. Di dalam novel Partikel, ideologi konservatisme merupakan salah satu ideologi yang mendukung ideologi teisme. Hal itu karena ideologi teisme menginginkan manusia menjadi seorang individu yang lebih baik. Hal itu bisa didapatkan jika ilmu pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
dan juga kepercayaan pada agama dapat berjalan dengan seimbang. Walaupun relasinya tidak begitu besar, ideologi konservatisme merupakan pengembangan dari pandangan hidup seorang teisme. Selanjutnya ideologi panteisme berkorelasi dengan ideologi liberalisme dan juga ideologi new age (zaman baru). Seorang panteisme adalah seseorang yang berbanding terbalik dengan seorang teisme. Seorang panteisme yang merupakan seorang yang kepercayaannya berbeda dengan kebanyakan orang yang ada yaitu kelompok teisme. Maka dari itu, para panteis akan melakukan dan menginginkan kebebasan yang tidak mengikat dirinya pada suatu hal, beberapa contohnya adalah ia tidak ingin terikat pada sebuah sistem dan tidak ingin terikat pada sebuah ajaran agama. Selanjutnya seorang panteis akan menemukan hal-hal baru yang dianggap aneh dan menyimpang oleh kelompok dominan. Hal-hal baru dari seorang panteisme itu kemudian akan mengarah pada ideologi new age (zaman baru). Seorang panteis akan mendapatkan pencerahan dari new agers. Pelbagai keyakinan dan juga pembuktian yang dimliki oleh para new agers yang selama ini tidak mempercayai Tuhan adalah pemikiran yang hampir sama dengan apa yang diyakini oleh para panteis. Pertanyaan dan ketidak percayaan mereka terhadap agama akan menemukan jawabannya pada pandangan new age. Ideologi
liberalisme
bertentangan
dengan
ideologi
konservatisme.
Kebebasan yang dimiliki oleh para liberalis sangat berbanding terbalik dengan konservatisme. Dengan pandangan hidup seorang konserfatif yang meninginkan kelanggengan nilai-nilai dalam masyarakat, liberalisme merupakan salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
ancaman yang berbahaya untuk konservatisme karena kebebasannya. Liberalisme dan konservatisme merupakan salah satu hal yang tidak akan pernah bisa disandingkan. Kemudian ideologi teisme bertentangan dengan ideologi panteisme dan juga ideologi new age. Para teis yang menganggap manusia adalah ciptaan Tuhan yang mutlak seketika digemparkan dengan para panteis yang tidak mempercayai Tuhan secara personal. Para teis yang selalu percaya bahwa alam semesta adalah ciptaan Tuhan dan para panteis yang beranggapan bahwa mereka percaya pada alam semesta tanpa peduli siapa yang menciptakannya. Kedua ideologi ini sangat terlihat perbedaanya dan pertentangannya. Ideologi new age yang jelas-jelas mengatakan bahwa alam semesta ini merupakan sebuah kesatuan juga berbanding terbalik dengan apa yang selama ini dipercayai oleh para teis. Apalagi menganggap bahwa Bumi adalah makhluk berkesadaran yang hidup. Hal-hal tersebut sangat menentang ajaran agama. Tidak hanya pelbagai macam ideologi yang memiliki formasi, tetapi setiap tokoh juga memiliki formasi ideologinya. Dari semua ideologi yag dimiliki oleh tokoh-tokoh tersebut terdapat satu ideologi yang dominan. Tokoh Zarah memiliki ideologi liberalisme, panteisme dan juga new age. Ideologi dominan yang dimiliki Zarah adalah panteisme. Kemudian tokoh Firas memiliki ideologi liberalisme, panteisme, dan juga new age. Ideologi dominan yang terlihat dalam Partikel adalah ideologi liberalisme. Tokoh Aisyah memiliki ideologi teisme, dan konservatif. Ideologi dominan yang dimilikinya adalah konservatif. Kemudian Abah Hamid dan Umi memiliki ideologi yang sama dengan Aisyah, namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
ideologi dominan Abah dan Umi adalah ideologi teisme. Terakhir adalah Pak Simon Hardiman, ideologi yang dimiliki Pak simon adalah new age. Berdasarkan deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa setiap ideologi pasti memiliki relasi dengan ideologi lainnya, entah itu pertentangan ataupun korelasi. Ideologi-ideologi tersebut berperan untuk saling melengkapi ataupun saling bertentangan satu sama lain. Selain itu juga terdapat formasi ideologi yang dimiliki oleh tokoh-tokohnya. Setiap tokoh selalu memiliki ideologi dominannya yang berperan untuk membangun cerita dalam sebuah novel.
3.4 Rangkuman Dari hasil analisis ideologi yang terdapat dalam novel Partikel, diperoleh fase ideologi seperti yang terdapat dalam tabel 2. Tabel 2 Fase Ideologi
Fase Ideologi Ideologi
Liberalisme
Konservatis me
Elemen Kesadaran
Elemen Material
1. Pendidikan 1. Tidak yang baik tidak memasukkan harus didapat anaknya ke dari sekolah dalam sekolah formal. formal. 2. Tidak semua 2. Tidak peduli cerita rakyat apa yang harus dipercaya. dikatakan orang lain. Pendidikan Melakukan terbaik perlawanan diperoleh dari terhadap sekolah formal. penyimpangan nilai yang ada
Elemen Solidaritas Idntitas
Elemen Kebebasan
Kebebasan 1. Melakukan yang ada di pendidikan setiap swalayan pada individu. anaknya. 2. Bebas keluar masuk Bukit Jambul (bukit terlarang). Nilai-nilai dalam masyarakat.
Nilai yang sudah ada di dalam masyarakat dapat terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
di dalam masyarakat. Ajaran agama
berlanjut.
Teisme
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan.
Agama
Panteisme
Tidak percaya adanya Tuhan secara personal.
Tidak melakukan ajaran agama dan tidak peduli terhadap agama
Ilmu pengetahuan dan sains, fenomena alam, dan tradisi kuno.
New Age
Alam semesta merupakan satu kesatuan yang hidup.
Penelitian situs sejarah dan fenomena alam.
Penelitian sains dan ilmu pengetahuan.
Menjalankan kehendak Tuhan dengan beribadah sesuai ajaran Agama. Percaya terhadap alam semesta namun tidak peduli siapa yang menciptakanny a Bebas percaya bahwa alam semesta itu sebuah kesatuan tunggal yang memiliki kesadaran.
Formasi ideologi yang terjadi di dalam Partikel adalah sebagai berikut. Pertama, ideologi konservatisme berkorelasi dengan ideologi teisme. Kedua, ideologi panteisme berkorelasi dengan ideologi liberalisme dan juga ideologi new age (zaman baru). Ketiga, ideologi liberalisme bertentangan dengan ideologi konservatisme. Keempat, ideologi teisme bertentangan dengan ideologi panteisme dan juga ideologi new age. Formasi ideologi tokoh dalam Partikel adalah sebagai berikut, pertama, tokoh Zarah memiliki ideologi liberalisme, panteisme dan juga new age. Ideologi dominan yang dimiliki Zarah adalah panteisme. Kedua, tokoh Firas memiliki ideologi liberalisme, panteisme, dan juga new age. Ideologi dominan Firas adalah ideologi liberalisme. Ketiga, tokoh Aisyah memiliki ideologi teisme, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
konservatif. Ideologi dominan yang dimilikinya adalah konservatif. Keempat, Abah Hamid memiliki ideologi yang sama dengan Aisyah, namun ideologi dominan Abah adalah ideologi teisme. Dan kelima, Pak Simon memiliki ideologi panteisme dan new age. Ideologi dominan Pak Simon adalah new age. Tabel 3 berikut ini akan menjelaskan mengenai formasi ideologi yang terdapat dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Tabel 3 Formasi Ideologi
Konservatisme
Aisyah
Teisme Abah Hamid
Panteisme
New Age Zarah Firas Pak Simon
Liberalisme
Keterangan: artinya : korelasi : pertentangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Penelitian ini mengangkat judul “Formasi Ideologi dalam Novel Partikel Karya Dee Lestari: Perspektif Antonio Gramsci”. Metode yang dipakai adalah metode formal dan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan dua teori, yaitu teori struktural dan teori ideologi dalam perspektif Gramsci. Analisis struktur penceritaan dalam novel Partikel dilakukan terlebih dahulu untuk memahami sekaligus memberi gambaran mengenai tokoh dan penokohan serta latar tempat, latar suasana, dan latar sosial. Gambaran tokoh penokohan digunakan oleh peneliti untuk mendukung pembahasan mengenai formasi ideologi pada bab selanjutnya. Penelitian mengenai latar digunakan untuk mendukung bahasan mengenai ideologi-ideologi yang ada di dalam novel Partikel. Analisis mengenai struktur cerita dalam novel Partikel menunjukkan bahwa novel ini memiliki tokoh dan penokohan serta latar yang cukup kompleks. Para tokoh yang ada dalam novel Partikel antara lain yaitu Zarah, Firas, Aisyah, Abah Hamid, Umi, dan Pak Simon. Zarah dan Firas yang memiliki sifat keras kepala dan mendambakan kekebasan. Sedangkan Abah Hamid, Aisyah, dan Umi yang begitu religius dan masih sangat menghargai tradisi. Pelbagai sifat dan karakter yang mereka miliki tersebut merupakan gambaran dan perwujudan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
ideologi yang mereka miliki. Perbedaan ideologi tersebut yang kemudian menimbulkan pelbagai konflik berkepanjangan antar para tokoh. Kemudian latar tempat yang berpindah-pindah antar benua menunjukkan bahwa Zarah mendambakan kebebasan. Ia adalah seorang yang tidak bisa dikekang dalam satu perspektif, seperti Firas, Ayahnya. Latar waktu dalam novel Partikel terjadi di antara rentang waktu tahun 1979-2003. Rentang waktu di mana ilmu pengetahuan dan teknologi sedang berkembang dan menuju era modernisasi. Di balik perkembangan teknologi dan informasi tersebut tetap terdapat banyak masyarakat yang masih memegang teguh tradisi dan juga cerita rakyat. Dan juga tahun-tahun itu adalah waktu di mana fenomena crop circle sedang marak terjadi di negara Inggris. Beberapa ideologi yang terdapat dalam Partikel adalah ideologi liberalisme, konservatisme, teisme, panteisme, dan ideologi new age (zaman baru). Pelbagai macam ideologi tersebut kemudian ditelusuri keempat elemennya. Keempat elemen tersebut adalah elemen kesadaran, elemen material, elemen solidaritas identitas, dan elemen kebebasan. Berikut ini pelbagai ideologi yang terdapat dalam novel Partikel beserta keempat elemennya. Pertama, ideologi liberalisme, elemen kesadaran dari ideologi liberalisme adalah belajar tidak harus melalui pendidikan formal dan juga tidak semua cerita rakyat harus dipercayai. Elemen materialnya adalah tidak menyekolahkan anaknya di dalam pendidikan formal dan tidak peduli pada apa yang dikatakan orang. Elemen solidaritas identitasnya adalah kebebasan yang ada di dalam setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
individu. Kemudian elemen kebebasannya adalah melanggengkan kebebasan dan kepentingan pribadi yaitu melakukan pendidikan swalayan kepada anaknya dan juga bebas keluar masuk Bukit Jambul. Kedua, ideologi konservatisme, elemen kesadarannya adalah pendidikan terbaik diperoleh melalui sekolah formal. Elemen materialnya yakni melakukan perlawanan terhadap penyimpangan nilai-nilai yang sudah ada di dalam masyarakat. Elemen solidaritas identitasnya adalah nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat. Adapun elemen kebebasannya yaitu nilai yang sudah ada di dalam masyarakat dapat terus berlanjut. Ketiga, ideologi teisme, elemen kesadarannya yaitu bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Elemen materialnya adalah ajaran agama. Elemen solidaritas identitasnya adalah agama. Kemudian elemen kebebasannya yakni menjalankan kehendak Tuhan dan beribadah sesuai ajaran agama. Keempat, ideologi panteisme, elemen kesadarannya adalah adalah tidak percaya adanya Tuhan yang personal. Elemen materialnya yaitu tidak melakukan ajaran agama dan tidak peduli terhadap agama. Elemen solidaritas identitasnya adalah penelitan sains dan ilmu pengetahuan. Kemudian elemen kebebasannya adalah percaya terhadap alam semesta namun tidak peduli siapa yang menciptakannya. Kelima, ideologi new age (zaman baru), elemen kesadarannya adalah alam semesta ini merupakan satu kesatuan yang hidup. Alam semesta adalah makhluk yang memiliki sebuah kesadaran dan dapat berinteraksi. Elemen materialnya adalah fenomena-fenomena alam, tradisi-tradisi kuno, dan fenomena luar angkasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
seperti UFO dan Alien. Elemen solidaritas identitasnya yaitu penelitian sains dan ilmu pengetahuan. Kemudian elemen kebebasannya adalah bebas percaya bahwa alamsemesta merupakan satu kesatuan yang tunggal dan alam semesta ini memiliki kesadaran dan terhubung antara satu dengan yang lainnya. Pelbagai ideologi yang telah ditemukan di dalam Partikel tersebut, di dalamnya terdapat suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ideologi yang dimiliki oleh para tokoh tersebut saling berelasi satu sama lain. Relasi tersebut dapat berupa hubungan pertentangan, korelasi, dan subordinasi. Susunan ideologi yang bersifat pertentangan, korelasi, dan subordinasi tersebut yang kemudian disebut dengan formasi ideologi. Dalam hal ini, formasi ideologi tidak hanya membahas mengenai ideologi yang ada dan dominan dari seorang tokoh, tetapi juga membahas hubungan antarideologi. Di dalam Partikel, terjadi berbagai macam formasi ideologi. Formasi ideologi tersebut antara lain sebagai berikut. Pertama, ideologi konservatisme berkorelasi dengan ideologi teisme. Kedua ideologi panteisme berkorelasi dengan ideologi liberalisme dan juga ideologi new age. Selain berkorelasi, ideologi juga dapat saling bertentangan. Pertentangan pertama terjadi antara ideologi liberlaisme dan ideologi konservatisme. Kemudian kedua, ideologi teisme bertentangan dengan ideologi panteisme dan juga ideologi new age. Tidak hanya pelbagai macam ideologi yang memiliki formasi, tetapi setiap tokoh juga memiliki formasi ideologinya. Dari semua ideologi yag dimiliki oleh tokoh-tokoh tersebut terdapat satu ideologi yang dominan. Tokoh Zarah memiliki ideologi liberalisme, panteisme dan juga new age. Ideologi dominan yang dimiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
Zarah adalah panteisme. Kemudian tokoh Firas memiliki ideologi liberalisme, panteisme, dan juga new age. Ideologi dominan Firas adalah ideologi liberalisme. Tokoh Aisyah memiliki ideologi teisme, dan konservatisme. Ideologi dominan yang dimilikinya adalah konservatif. Kemudian Abah Hamid memiliki ideologi yang sama dengan Aisah, namun ideologi dominan Abah adalah ideologi teisme. Terakhir adalah Pak simon, ideologi Pak Simon adalah ideologi panteisme dan new age, ideologi dominannya adalah new age.
4.2 Saran Penelitian ini memfokuskan mengenai formasi ideologi dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Tokoh utama dalam Partikel adalah Zarah. Di dalam novel ini, Zarah digambarkan sebagai seseorang yang sangat mendewakan Ayahnya. Ia menerima dan meyakini apapun yang dikatakan oleh Ayahnya. Dari Ayahnya, ia mewarisi semua sikap dan ideologinya. Penulis menyarankan jika ingin melanjutkan penelitian ini, dapat menggunakan dan mengekplorasi Partikel dengan teori sistem ekologi. Teori sistem ekologi adalah teori yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner yang fokus utamanya adalah pada konteks sosial di mana anak tinggal dan orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Daftar Pustaka
ABAM. 2013. Apa tu Panteisme? Apa itu Deisme? https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2013/08/11/apa -itu-panteisme-apa-itu-deisme/. Diakses pada tanggal 25 April 2017, 20.44 WIB. Chandra, Ardila. 2015. “Formasi Ideologi dan Negosiasi dalam Novel Burung-Burung Rantau Karya Y.B. Mangunwijaya: Analisis Hegemoni Gramsci”. Skripsi S-1. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gramsci, Antonio. 2000. Sejarah dan Budaya. Surabaya: Pustaka Promethea. Ebook: http://portpdf.duckdns.org/910a410a410a010a110a7/Sejarah-danBudaya-by-Antonio-Gramsci.pdf. Diakses pada 16 Juni 2017/ 1921 WB.
Green, Martin Burgess. 1993. Gandhi: Voice of A New Age Revolution. New York: The Continnum Publishing Company. Harjito. 2002. “Student Hijo Karya Maro: Hegemoni Gramscian”. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Gajah Mada. Kusmayadi, Dedi E. 2013. Kompasiana: Spiritualitas: Agama Baru untuk New Age.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
http://www.kompasiana.com/dediekusmayadi/spiritualitas-agamabaru-untuk-new-age_552b96776ea834c4238b458e. Diakses pada tanggal 25 April 2017, 22.52 WIB.
Kusuma, Baramnti. 2012. Apakah Ideologi Itu? http://www.kompasiana.com/bramkusuma/apakah-ideologiitu_550bd5a68133117422b1e221. Diakses pada tanggal 3 Maret 2017, 11.45 WIB.
Lestari, Dee. 2016. Supernova Episode: Partikel. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Mangunhardjana, A. 2006. Isme-isme dalam Etika: dari A sampai Z. Yogyakarta: Kanisius.
Martono, H. 2013. Nilai-Nilai dalam Novel Partikel Karya Dee (Dewi Lestari). http://jurnal.untan.ac.id. Diakses pada tanggal 12 April 2016, 14.17 WIB.
Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nugraheni, Kartika Nurul. 2014. “Kepribadian dan Aktualisasi Diri Tokoh Utama dalam Novel Supernova Episode Partikel Karya Dewi Lestari”. Skripsi S-1. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Patria, Nezar dan Andi Arief. 2009. Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ramadhani, Alfi Yusrina. 2013. Relasi Antara Manusia dan Lingkungan Hidup dalam Novel Partikel Karya Dewi Lestari: Sebuah Kajian Ekokritisisme. http://www.lib.ui.ac.id/naskahringkas/201603/S46846-Alfi%20Yusrina%20Ramadhani. Diakses pada tanggal 1 Maret 2017, 22.26 WIB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik: Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rohman, Nanang Syaiful. 2011. “Ideologi Perempuan dalam Novel Tempurung Karya Oka Rusmini”. Skripsi S-1, Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra: Sebuah Pemahaman Awal. Malang: UMM Press.
Simon, Roger. 2004. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Diterjemahkan oleh Kamdani dan Imam Baehaqi. Cetakan ke-4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Simatupang, Joni Welman. 2015. Gerakan Zaman Baru. http://perkantasjakarta.org/gerakan-zaman-baru-new-agemovement/. Diakses pada tanggal 25 April 2017, 23.08 WIB.
Siswadi, Tenggina Rahmad. 2010. Perang Ideologi dalam Novel Entrok. http://novelentrok.blogspot.co.id/2010/08/perang-ideologi-dalamnovel-entrok.html. Diakses pada tanggal 1 Maret 2017, 23.06 WIB.
Takwin, Bagus. 2009. Akar-akar Ideologi: Pengantar Kajian Konsep Ideologi dari Plato hingga Bourdieu. Yogyakarta: Jalasutra.
Tambayong, Yapi. 2013. Kamus Isme-Isme. Bandung: Nusa Cendekia.
Temples, Temporary. 2003. Crop Circles: Crop Circles photographed in 2003. http://temporarytemples.co.uk/crop-circles/2003-crop-circles. Diakses pada tanggal 19 Maret 2017, 21.21 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
Lampiran
Sinopsis novel Partikel Karya Dee Lestari Novel Partikel adalah sebuah novel fiksi ilmiah. Novel ini merupakan episode ke lima dari tujuh episode seri Supernova karya Dee Lestari. Novel ini memiliki alur campuran dengan latar waktu tahun 1979-2003. Tokoh utama dalam novel ini adalah Zarah Amala. Zarah adalah anak kandung dari Firas dan Aisyah. Mereka tinggal di sebuah desa bernama Batu Luhur yang terletak di pinggir Kota Bogor. Firas adalah dosen mikologi di Institut Pertanian Bogor. Firas juga merupakan seseorang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, apalagi mengenai fungi. Aisyah, Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Aisyah adalah anak dari Abah Hamid dan Umi. Keluarga mereka merupakan salah satu keluarga yang disegani di Desa Batu Luhur. Hal tersebut karena Abah merupakan pemuka agama dan tetua desa. Konflik dalam Partikel dimulai ketika Firas dan Zarah memiliki perbedaan ideologi dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya. Pertama, ideologi mengenai pendidikan. Ayah Zarah tidak mau memasukkan Zarah ke sekolah formal seperti anak-anak lainnya. Kedua, konflik juga terjadi karena perbedaan kesadaran mengenai Bukit Jambul. Masyarakat dan keluarga Abah menganggap Bukit Jambul merupakan bukit yang angker dan terlarang. Namun berbeda bagi Firas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
dan Zarah. Bukit Jambul merupakan area penelitian yang kaya akan sumber daya alam berupa pepohonan dan fungi. Konflik semakin memuncak ketika Firas tiba-tiba hilang. Ia menghilang tanpa jejak. Keluarga dan para masyarakat meyakini bahwa hilangnya firas merupakan azab dari Bukit Jambul. Hilangnya Firas menyebabkan Zarah kehilangan sosok ayah dan juga manusia yang ia dewakan selama ini. Firah hilang dengan meninggalkan beberapa jurnal penelitiannya untuk Zarah. Di dalam jurnal tersebut Zarah mempelajari tentang penemuan ayahnya mengenai fungi dan juga hubungannya dengan alam semesta. Di dalam jurnal tersebut juga Zarah melihat mengenai kepercayaan yang menyimpang dengan Agama Islam. Pengetahuan yang diperoleh Zarah dari Firas dan jurnalnya tersebut yang kemudian menambah konflik semakin memanas. Apa yang dibaca Zarah di dalam jurnal tersebut menjadi apa yang ia yakini mengenai penciptaan alam semesta. Dan sudah pasti kepercayaan yang dianut Zarah dan Firas bertentangan dengan kepercayaan Abah dan Aisyah. Konflik mengnai perbedaan ideologi tersebut yang akhirnya membawa Zarah ke dalam sebuah petualangan tanpa henti. Petualangan untuk menemukan dan mencari Firas, Ayahnya. Petualangan tersebut dimulai ketika ia memutuskan utuk meninggalkan rumah keluarganya di Kota Bogor dan tinggal di sebuah saung di Batu Luhur. Keyakinan akan Ayahnya masih hidup ia yakini ketika Zarah berulang tahun ke 17 dan ia mendapatkan kamera yang telah dijanjikan Ayahnya sejak kecil. Dari kamera tersebut Zarah memulai petualangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
Zarah mendapatkan juara lomba foto yang membawanya ke Tanjung Puting di Kalimantan. Mengenal Tajung Puting meyebabkan sebuah kekacauan pada diri Zarah. Ia memutuskan untuk tinggal di Tanjung Puting dan tidak mau kembali ke Bogor. Di Tanjung Puting ia bertemu dengan Paul yang kemudian membawanya berpetualang lebih jauh. Bakat Zarah dalam fotografi telah bertemu dengan orang yang tepat, yaitu Paul. Paul adalah seorang pemimpin The A-Team. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang fotografi yang kantornya berpusat di London, Inggris. Berkat kemampuannya itu, Zarah kemudian direkrut oleh Paul untuk bekerja dengannya di London. Hal itu tidak ditolak Zarah, karena dengan pergi ke London, kemungkinan untuk menelusuri kamera hadiah ulang tahunnya semakin mudah dilakukan. Akhirnya Zarah pergi ke London dan bekerja sebagai fotografer di sana. Petualangan Zarah tetap berlanjut, ia melakukan berbagai petualangan yang menyangkut dengan karier fotografinya. Ia melakukan pekerjaannya itu sambil tetap mencari pemilik kamera. Pencarian pemilik kamera itu mendapat titik terang ketika suatu hari Paul memberikan sebuah nama dan juga tempat si pemilik kamera. Tanpa pikir panjang, Zarah langsung menghampiri si pemilik kamera tersebut. Simon Hardiman, adalah seorang konglomerat asal Indonesia yang tinggal di Glastonbury. Simon Hardiman adalah si pemilik asli kamera Zarah. Tapi sayangnya, Zarah tidak mendapati kabar mengenai Ayahnya. Ternyata Pak simon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
hanyalah koresponden Firas. Pak Simon juga belum pernah bertemu Firas. Mereka hanya berkabar melalui surat beberapa tahun yang lalu. Namun melalui Pak Simon, Zarah mulai mengenai dan mengetahui banyak mengenai apa yang selama ini dikaykini dan diteliti oleh Firas. Yaitu mengenai fungi, alien, UFO, dan sebuah kesadaran bahwa bumi memiliki kesadaran. Kebaikan hati Pak Simon juga membawa Zarah menelusuri keberadaan Ayahnya melalui Ritual Iboga. Sebuah ritual yang berasal dari Timur Tengan untuk mengetahui “dunia lain” atau bisa disebut dengan dunia roh. Dan dari Ritual Iboga tersebut ia tidak menemukan Firas di dalamnya. Hl itu bisa berarti bahwa Firas ternyata masih hidup. Dari ritual Iboga tersebut, Zarah malah bertemu dengan Abah Hamid. Dan tak berselang lama ketika Zarah telah selesai melakukan Ritual Iboga, Zarah mendapatkan kabar dari keluarganya bahwa Abah Hamid meninggal dunia. Kematian Abah Hamid dan juga pengetahuan mengenai Ayahnya tersebut yang akhirnya membawa Zarah kembali ke kampung halamannya, yaitu Indonesia.