FORAMINIFERA
Disusun Oleh: Yusuf Anugerah P (072.10.064)
Teknik Geologi Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Jakarta 2012
KATA PENGANTAR Pertama-tama saya ucapkan puja dan puji syukur atas rahmat ALLAH SWT karena berkat ridho-NYA saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “FORAMINIFERA” dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada Frans Edward Ricardo, selaku asisten dosen praktikum mikropaleontologi yang membimbing saya dalam pengerjaan tugas makalah ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman saya yang selalu setia membantu saya dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini saya menjelaskan tentang foraminifera. Diantaranya terdapat definisi foraminifera itu sendiri, fungsi dari foraminifera, dan serta pengelompokkan berdasarkan family, genus, dan spesies. Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum saya ketahui. Maka dari itu saya mohon saran & kritik dari teman-teman maupun asisten dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.
Jakarta, 20 Mei 2012
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit) tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100 mikrometer sampai 20 sentimeter. Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi. B. Maksud dan Tujuan Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam. Oleh karena itu perlu dipelajari fosil-fosil berukuran mikro guna tercapainya maksud dan tujuan. Karena keterdapatan mikrofosil relatif banyak maka pada paper ini lebih di fokuskan pada mikro fosil, antara lain foraminifera.
BAB II FORAMINIFERA A. Teori Dasar Mikropalenteologi cabang ilmu palenteologi yang khusus membahas semua sisa-sisa organisme yang biasa disebut mikro fosil.yang dibahas antara lain adalah mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai kepentingannya terhadap stratigrafi. Pengertian Mikrofosil Menurut Jones (1936) Setiap fosil (biasanya kecil) untuk mempelajari sifat-sifat dan strukturnya dilakukan di bawah mikroskop. Umumnya fosil ukurannya lebih dari 5 mm namun ada yang berukuran sampai 19 mm seperti genus fusulina yang memiliki cangkang- cangkang yang dimiliki organisme, embrio dari fosil-fosil makro serta bagian-bagian tubuh dari fosil makro yang mengamainya menggunakan mikroskop serta sayatan tipis dari fosil-fosil, sifat fosil mikro dari golongan foraminifera kenyataannya foraminifera mempunyai fungsi/berguna untuk mempelajarinya Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun sambungmenyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit) tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100 mikrometer sampai 20 sentimeter. Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi. a. Biostratigrafi Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang berbedabeda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam. b. Paleoekologi dan Paleobiogeografi Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala Geologi). Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil foraminifera untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera tersebut hidup. Data foraminifera telah
dimanfaatkan untuk memetakan posisi daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es. Sebuah sampel kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang masih hidup sampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau di tempat kumpulan fosil foraminifera diperoleh, ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup. Jika sebuah sampel mengandung kumpulan fosil foraminifera yang semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk tersebut adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies plangtonik dan bentonik (prosentase foraminifera planktonik dari total kumpulan foraminifera planktonik dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia material penyusun cangkang. Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena mencerminkan sifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai contoh, perbandingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang lebih ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera plangtonik dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar perairan masa lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut telah berubah di masa lampau dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di masa yang akan datang (keakurasiannya belum teruji). c. Eksplorasi Minyak Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi. Banyak spesies foraminifera dalam skala biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang pendek. Dan banyak pula spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada lingkungan yang spesifik atau tertentu. Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi dapat meneliti sekeping kecil sampel batuan yang diperoleh selama pengeboron sumur minyak dan selanjutnya menentukan umur geologi dan lingkungan saat batuan tersebut terbentuk. Sejak 1920-an industri perminyakan memanfaatkan jasa penelitian mikropaleontologi dari seorang ahli mikrofosil. Kontrol stratigrafi dengan menggunakan fosil foraminifera memberikan sumbangan yang berharga dalam mengarahkan suatu pengeboran ke arah samping pada horison yang mengandung minyak bumi guna meningkatkan produktifikas minyak. Selain ketiga hal tersebut dia atas foraminifera juga memiliki kegunaan dalam analisa struktur yang terjadi pada lapisan batuan. Sehingga sangatlah penting untuk mempelajari foraminifera secara lengkap. Dari cara hidupnya dibagi menjadi 2 : 1. Pellagic (mengambang) a. Nektonic (bergerak aktif) b. Lanktonic (bergerak pasif) mengikuti keadaan sekitarnya 2. Benthonic (pada dasar laut)
a. Secile (mikro fosil yang menambat/menepel) b. Vagile (merayap pada dasar laut)
Dari dua bagian itu digunakan pada ilmu perminyakan dimana dari kedua fosil itu identik dengan hidrokarbon yang terdapat pada trap (jebakan). Dalam geologi struktur dimana dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya sesar, kekar serta lipatan. B. Kegunaan Dari Mikro Fosil Foraminifera Beberapa manfaat fosil antara laian sebagai berikut: 1. Dalam korelasi untu membantu korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik bawah permukaan maupun di permukan. 2. Menentukan umur misalnya umur suatu lensa batu pasir yang terletak di dalam lapisan serpih yang tebal dapat ditentukan dengan mikrofosil yang ada dalam batuan yang melingkupi. 3. Membantu studi mengenai spesies. 4. Dapat memberikan keterangan-keterengan palenteologi yang penting dalam menyusun suatu standar section suatu daerah. 5. Membantu menentukan batas-batas suatu transgresi/regresi serta tebal/tipis lapisan. Berdasarkan kegunaannya dikenal beberapa istilah, yaitu : 1. Fosil indeks/fosil penunjuk/fosil pandu Yaitu fosil yang dipergunakan sebagai penunjuk umur relatif. Umumnya fosil ini mempuyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran lateral luas, serta mudah dikenal. Contohnya : Globorotalina Tumida penciri N18 atau Miocen akhir. 2. Fosil bathymetry/fosil kedalaman Yaitu fosil yang dipergunakan untuk menentukan lingkungan kedalaman pengendapan. Umumnya yang dipakai adalah benthos yang hidup di dasar. Contohnya : Elphidium spp penciri lingkungan transisi. 3. Fosil horizon/fosil lapisan/fosil diagnostic Yaitu fosil yang mencirikan khas yang terdapat pada lapisan yang bersangkutan. Contoh : Globorotalia tumida penciri N18. 4. Fosil lingkungan Yaitu fosil yang dapat dipergunakan sebagai penunjuk lingkungan sedimentasi. Contohnya : Radiolaria sebagai penciri lingkungan laut dalam. 5. Fosil iklim Yaitu fosil yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk iklim pada saat itu. Contohnya : Globigerina Pachyderma penciri iklim dingin. C. Makna dan Tata Nama Penamaan Fosil Seorang sarjana Swedia Carl Von Line (1707-1778) yang kemudian melatinkan namanya menjadi Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang dikenal dengan LAW OF PRIORITY, 1958 yang pada pokoknya menyebutkan bahwa nama yang telah dipergunakan pada suatu individu tidak dipergunakan untuk individu yang lain. Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata sedangkan tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkat subspesies terdiri dari tiga kata. Nama-nama kehidupan selalu diikuti oleh nama orang yang menemukannya. Contoh penamaan fosil sebagai berikut: Globorotalia menardi exilis Blow, 1998 Arti dari penamaan adalah fosil hingga subspesies diketemukan oleh BLOW pada
tahun 1969. Globorotalia ruber elogatus (D Orbigny), 1826 Arti dari n. sp adalah spesies baru. Pleurotoma carinata GRAY, Var Woodwardi MARTIN Arti dari penamaan adalah GRAY memberikan nama spesies sedangkan MARTIN memberikan nama varietas. Globorotalia acostaensis pseudopima n sbsp BLOW, 1969 Arti dari n.sbsp adalah subspecies. Dentalium (s.str) ruteni MARTIN Arti dari penamaan adalah fosil tersebut sinonim dengan dentalium rutteni yang diketemukan MARTIN. Globorotalia of tumda Arti dari penamaan ini adalah penemu tidak yakin apakah bentuk tersebut betul Globorotalia tumida tetapi dapat dibandingkan dengan spesies ini. Spaeroidinella aff dehiscens Arti dari penamaan tersebut adalah fosil ini berdekatan (berfamily) dengan sphaeroidinella dehiscens. (aff = affiliation) Ammobaculites spp Artinya mempunyai bermacam-macam spesies Recurvoides sp Artinya spesies (nama spesies belum dijelaskan) D. Sistem Reproduksi Foraminifera bereproduksi dengan 2 cara yaitu aseksual dan seksual. Cara aseksual yaitu pada individu yang telah dewasa terdapat sebuah inti pada protoplasmanya. Inti tersebut kemudian membelah diri terus menerus selama menjadi dewasa membentuk nuclei-nuclei. Pada tahap selanjutnya inti-inti akan meninggalkan cangkangnya dan keluar sambil membawa sebagian protoplasmanya. Kemudian inti-inti dengan protoplasma tersebut membentuk cangkang baru dengan proloculum (kamar utama) yang besar dan cangkang yang relatif kecil (megalosfer). Sedangkan selanjutnya dengan pada tahap seksual, pada bentukbentuk megalosfer ini membentuk kembali inti-inti kecil (nucleioli) yang semakin banyak pada tahapan dewasa, dan akhirnya pecah keluar melalui apertur sambil membawa protoplasma dan membentuk flagel untuk pergerakkannya. inti-inti dengan flagel itu disebut sebagai gamet jantan/betina. gamet-gamet tersebut saling beregerak mencari pasangan yang berlawanan untuk kemudian berkonjugasi (seksual fase) membentuk individu baru dengan proloculum kecil dan cangkang yang relatif besar, disebut mikrosfer. pada tahap selanjutnya mikrosfeer ini akan membelah diri kembali seperti pada tahap asexual dan selanjutnya terulang kembali siklus yang sama.
BAB III FORAMINIFERA PLANKTONIK A. Genus dan Spesies Foraminifera Plankton Foraminifera planktonik adalah foraminifera yang cara hidupnya mengambang atau melayang di air, sehingga fosil ini sangat baik untuk menentukan umur dari suatu lingkungan pengendapan (umur dari suatu batuan). Secara umum foraminifera dibagi berdasarkan family, genus, serta spesies yang didasarkan antara ciri-ciri yang nampak. Ciri-ciri beserta pembagiannya antara lain : a. Family Globigerinidae
Family globigerinidae terdiri dari beberapa genus antara lain: Genus Cribohantkenina Ciri-ciri morphologi sama dengan hantkenina tetapi kamar akhir sangat gemuk dan mempunyai “CRISRATE” yang terletak pada plular apertural face. Contoh: Cribrohantkenina bermudesi Genus Hastigerina Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau “Loosely Coiled”. Aperture berbentuk parabola, terbuka lebar dan terletak pada apertural face. Contoh: Hastigerina aequilateralis. Genus Clavigerinella Dengan ciri-ciri morphologi dinding test hyaline. Bentuk test pipih panjang, susunan kamar involute, “radial elongate” atau “clavate”. Contoh: Clavigerinella jarvisi Genus Pseudohastigerina Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau “Loosely Coiled”. Aperture terbuka lebar, berbentuk parabol dan terletak pada apertureal face. Genus ini dipisahkan dari Hastigerina karena testnya yang lebih pipih. Genus Cassigerinella Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline. Susunan kamar pada permulaan planispiral dan seterusnya tersusun secara biserial. Aperture berbentuk parabol dan terletak didasar apertural face. Contoh: Cassigerinella chipolensis b. Famili Globorotaliidae
Family ini umumnya mempuyai test biconvex, bentuk kamar subglobular, susunan kamar trochospiral , Aperture memanjang dari umbilicus ke pinggir test dan terletak pada dasar apertural face. Pinggir test ada yang mempunyai keel dan ada yang tidak. Berdasarkan bentuk test, bentuk kamar, aperture dan keel, maka family ini dapat dibagi atas dua genus, yaitu : Genus Globorotalia Ciri-ciri morphologi dengan test hyaline, bentuk test biconvex, bentuk kamar subglobular, atau “angular conical”. Aparture memanjang dari umbilicus ke pinggir test. Pada pinggir test terdapat keel dan ada yang tidak. Berdasarkan ada tidaknya keel maka genus ini dapat dibagi menjadi dua sub genus, yaitu : Subgenus Globorotalia Subgenus ini mencakup seluruh glabarotalia yang mempunyai keel. Membedakan subgenus ini dengan yang lainnya maka dalam penulisan
spesiesnya, biasanya diberi kode sebagai berikut : Contoh : Globorotalia a b c a Menrangkan genus. b Menerangkan subgenus. c Menerangkan species.
Subgenus Turborotali Subgenus mencakup seluruh globorotalia yang tidak memiliki keel. Membedakannya, maka subgenus turborotalia dalam penulisan spesiesnya diberi kode. Contoh : Globorotalia Genus truncorotaloides Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline bentuk test truncate, bentuk kamar angular truncate. Susunan kamar umbilical convex trochospiral dengan deeply umbilicus. Aperture terbuka lebar yang memanjang dari umbilicus ke pinggir test. Ciri-ciri khasnya dari genus ini ialah terdapatnya sutural supplementary aperture dan dinding test yang kasar (seperti berduri) yang pada genus globorotalia hal ini tidak akan dijumpai. Subgenus ini tidak dibahas lebih lanjut, karena terdapat pada lapisan tua Eosen Tengah. Contoh Truncorotaloides rahri c. Family Globigeriniidae
Family ini pada umumnya mempunyai bentuk test sperichal atau hemispherical, bentuk kamar glubolar dan susunan kamar trochospiral rendah atau tinggi. Apaerture pada umumnya terbuka lebar dengan posisi yang terletak pada umbilicus dan juga pada sutura atau pada apertural face. Berdasarkan bentuk test, bentuk kamar, bentuk aperture dan susunan kamar maka family ini dapat dibagi atas 14 genus yaitu: Genus Globigerina Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test speroical, bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral. Aperture terbuka lebar dengan bentuk parabol dan terletak pada umbilicus. Aperture ini disebut umbilical aperture. Genus Globigerinoides Ciri-ciri morphologi sama dengan Globigerina tetapi mempunyai supplementary aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa globigerinoides ini adalah Globigerina yang mempunyai supplementary aperture. Contohnya: Globigerinoides primordius. Genus globoquadina Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural, dan susunan kamar trochoid. Aperture terbuka lebar dan terletak pada umbilicus dengan segi empat yang kadang-kadang mempunyai bibir. Contohya: Globoquadrina alrispira Genus Globorotaloides Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Globorotalia tetapi umbilicusnya tertutup oleh Bulla (bentuk segi enam yang tertutup). Genus Pulleniatina Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral terpuntir. Aperture terbuka lebar memanjang dari umbilicus ke arah dorsal dan terletak di dasar apertural face. Contohnya: Pulleniatina obliquiloculate (N19 –N23). Genus Sphaeroidinella Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical atau oval, bentuk kamar globural dengan jumlah kamar tiga buah yang saling berangkuman
(embracing). Aperture terbuka lebar dan memanjang didasar sutura. Pada dorsal terdapat supplementary aperture. Salah satu spesies yang termasuk genus ini beserta gambar dan keterangan. Spaeroidinella dehiscens Test trochospiral, equatorial periperi lobulate sangat ramping, sumbu peri-peri membulat. Dinding berlubang kasar, permukaan licin. Kamar subglobular menjadi bertambah melingkupi pada saat dewasa, tersusun dalam tiga putaran, tiga kamar dari putaran terakhir bertambah ukurannya secara cepat. Suture tidak jelas tertekan radial. Aperture primer interiomarginal umbirical, atau 2 aperture skunder pada sisi belakang terdapat pada kamar terakhir. Genus Sphaeroidinellopsis Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Spaeroidinella tetapi tidak mempunyai supplementary aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Spaeroidiniellopsis itu adalah Spearoidinella yang tidak mempunyai supplementary aperture. Genus Orbulina Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline dan bentuk test spherical, serta aperture tidak kelihatan (small opening). Aperture ini adalah akibat dari terselumbungnya seluruh kamar-kamar sebelumnya oleh kamar terakhir. Beberapa speies yang termasuk pada genus ini beserta gambar. Urbulina universal, Orbulina bilobata Genus Biorbulina Ciri-ciri morphologi sama dengan genus orbulina, tetapi gandeng dua. Genus Praeorbulina Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical atau agak lonjong. Bentuk lonjong ini diakibatkan oleh kamar-kamar terakhir yang menyelumbungi kamar-kamar sebelumnya. Aperture utama tidak terlihat lagi, yang terlihat hanya supplementary aperture saja yang berbentuk strip-strip. Genus Candeina Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, bentuk kamar globural. Jumlah kamar tiga buah dan di sepanjang sutura terdapat sutural supplementary aperture. Contohnya: Candeina nitida Genus Globigerinatheca Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, dan bentuk kamar globular. Susunan kamar pada permulaan trochospiral dan kemudian berangkuman (embracing). Umbilicus tertutup dan terdapat secondary aperture yang berbentuk parabol dan kadangkadang tertutup bulla. Genus Globigerinita Ciri-ciri morphologi sama dengan genus globigerina tetapi dengan bulla. Genus Globigerinatella Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, susunan kamar pada permulaan trochospiral dan kemudian berangkuman. Umbilicus samar-samar karena tertutup bulla. Terdapat sutural secondary aperture bullae dengan infralaminal aperture. Genus Catapsydrax Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical, susunan kamar trochospiral. Memiliki hiasan pada aperture yaitu berupa “bulla” pada catapsydrax dissimilis dan “tegilla” pada catapsydrax stainforthi. Dengan memiliki accessory aperture yaitu “infralaminal accessory aperture” pada tepi hiasan aperturenya. Contohnya: Catapsydrax dissimilis
B. Susunan Kamar Foraminifera Plankton Susunan kamar foraminifera plankton dibagi menjadi : Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh: Hastigerina Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama. Contohnya : Globigerina. Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh: Pulleniatina.
Gambar 2.1. Penampang Ventral, Dorsal dan Sentral Foraminifera
BAB IV FORAMINIFERA BENTHONIK A. Family, Genus Dan Spesies Foraminifera Benthonik Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara hidup secara vagile (merambat/merayap) dan sessile (menambat). Alat yang digunakan untuk merayap pada benthos yang vagile adalah pseudopodia. Terdapat yang semula sesile dan berkembang menjadi vagile serta hidup sampai kedalaman 3000 meter di bawah permukaan laut. Material penyusun test merupakan agglutinin, arenaceous, khitin, gampingan. Foraminifera benthonik sangat baik digunakan untuk indikator paleoecology dan bathymetri, karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekologi dari foraminifera benthonic ini adalah : Kedalaman laut Suhu/temperature Salinitas dan kimia air Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis Pengaruh gelombang dan arus (turbidit, turbulen) Makanan yang tersedia Tekanan hidrostatik dan lain-lain. Faktor salinitas dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipe dari lautan yang mengakibatkan perbedaan pula bagi ekologinya. Streblus biccarii adalah tipe yang hidup pada daerah lagoon dan daerah dekat pantai. Lagoon mempunyai salinitas yang sedang karena merupakan percampuran antara air laut dengan air sungai. Foraminafera benthos yang dapat digunakan sebagai indikator lingkungan laut secara umum (Tipsword 1966) adalah : Pada kedalaman 0 – 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius, banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina, Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dinding cangkangnya dibuat dari pasiran. Pada kedalaman 15 – 90 m (3-16º C), dijumpai genus Cilicides, Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina, Quingueloculina dan Triloculina. Pada kedalaman 90 – 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna, Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides dan Textularia. Pada kedalaman 300 – 1000 m (5-8º C),Ø dijumpai Listellera, Bulimina, Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan Valvulina Macam-macam genus dari foraminifera benthos yang sering dijumpai : Genus Ammobaculites Chusman. Termasuk famili Lituolidae, dengan cirri-ciri test pada awalnya terputar, kemudian menjadi uniserial lurus, komposisi test pasiran, aperture bulat dan terletak pada puncak kamar akhir. Muncul pada karbon resen. Genus Amondiscus Reuses 1861. Termasuk famili Ammodiscidae dan ciri – ciri test monothalamus, terputar palnispiral, kompisisi test pasiran, aperture pada ujung lingkaran. Muncul Silur Resent. Genus Amphistegerina d’ Orbigny 1826. Famili berbentuk lensa, trochoid, terputar involut, pada ventral terlihat surture bercabang tak teratur, komposisi test gampingan, berpori halus, aperture kecil pada bagian ventral kecil pada bagian ventral
Genus Bathysiphon Sars 1972ü. Termasuk famili Rhizamminidae dengan test silindris, kadang–kadang lurus, monothalamus, komposisi test pasiran, aperture di puncak berbentuk pipa. Muncul Silur – Resent. Genus Bolivina. Termasuk famili Buliminidae dengan test memanjang, pipih agak runcing, beserial, komposisi gampingan, berposi aperture pada kamar akhir, kadang berbentuk lope, muncul Kapur – Resent. Genus d’ Orbigny 1826ü. Termasuk famili Buliminidae, test memanjang, umunya triserial, berbentuk kamar sub globular, komoposisi gampingan berpori. Genus Cibicides Monfortü 1808. Termasuk famili Amonalidae, dengan ciri – ciri test planoconvex rotaloid, bagian dari dorsal lebih rata, komposisi gampingan berpori kasar, aperture di bagian ventral, pemukaan akhir sempit dan memanjang. Genus Decalina d’ Orbigny 1826ü. Termasuk famili Lageridae, dengan ciri – ciri test pilythalamus, uniserial, curvilinier, suture menyudut, komposisi test gampingan berpori halus, aperture memancar, terletak pada ujung kamar akhir. Genus Elphidium Monfortü 1808. Termasuk famili Nonionidae dengan ciri – cirri test planispiral, bilateral simetris, hampir seluruhnya involute, hiasan suture bridge dan umbilical, komposisi test gampingan berpori, aperture merupakan sebuah lubang/lebih pada dasar pemukaan kamar akhir. Genusü Nodogerina Chusman 1927. Termasuk famili Heterolicidae, degan test memanjang, kamar tersusun uniserial lurus, kompisi test gampingan berpori halus, aperture terletak di puncak membulat mempunyai leher dan bibir. Muncul Kapur – Resen. Genus Nodosaria Lamark 1812ü. Termasuk famili Lagenidae degan test lurus memajang, kamar tersusun uniserial, suturenya tegak lurus, terhadap sumbu, pada pemulaaan agak bengkok kemudian lurus, komposisi gampingan berpori, aperture di puncak berbentuk radier, muncul Karbon – Resent. Genus Nonion Monfort 1888ü. Termasuk famili Nonionidae dengan test cenderung involute, bagian tepi membulat, umumnya dijumpai umbilical yang dalam, komposisi gampingan berpori , aperture melengkung pada kamar akhir. Muncul Yura – Resent. Genus Rotalia Lanmark 1804. Umumnya suture menebal pada bagian dorsal, bagian ventral suturenya tertekan ke dalam, komposisi test gampingan berpori, aperture pada bagian ventral membuka dari umbilical pinggir. Genus Saccamina M. Sars 1869. Termasuk famili Sacanidae degan test globular, komposisi test dari material kasar, biasanya oleh khitin berwarna coklat, aperture di puncak umumnya degan leher. Muncul Silur – Resent. Genus Textularia Derance 1824ü. Termasuk famili Textularidae test memanjang kamar tersusun biserial, morfologi kasar, komposisi pasiran, aperture sempit memanjang pada permukaan kamar akhir. Muncul Devon – Resent. Genus Uvigerina d’ Obigny 1826ü. Termasuk famili uvigeridae degan test fusiform, kamar triserial, komposisi berpori, aperture di ujung dengan leher dan bibir. Muncul Eosen – Resent. B. Susunan Kamar Foraminifera Benthos
Susunan kamar foraminifera benthonik memiliki kemiripan dengan foraminifera planktonik, susunan kamar dan bentuknya dapat dibedakan menjadi : Monothalamus Monothalamus yaitu susunan dan bentuk kamar-kamar akhir foraminifera yang hanya terdiri dari satu kamar. Macam-macam dari bentuk monothalamus antara lain adalah :
Bentuk globular atau bola atau spherical, terdapat pada kebanyakan subfamily saccaminidae. Contohnya: Saccammina
Gambar 2.2. Saccammina Berbentuk botol (flarkashaped), terdapat pada kebanyakan subfamily proteonaniae. Contoh: Lagena.
Gambar 2.3. lagena Berbentuk tabung (tabular), terdapat pada kebanyakan subfamily Hyperminidae. Contoh: Hyperammina, Bathysiphon.
Gambar 2.3. Hyperammina Berbentuk antara kombinasi botol dan tabung. Contohnya : Lagena
Gambar 2.4. Lagena Cyclical atau annular chamber Planispiral pada awalnya kemudian terputar tak teratur. Contoh : Orthovertella, Psammaphis.
Gambar 2.5. Orthovertella Planispiral kemudian lurus (uncoiling). Contoh : Rectocornuspira.
Gambar 2.6. Rectocornuspira Cabang (bifurcating). Contohnya : Rhabdamina abyssorum.
Gambar 2.7. Rhabdamina abyssorum Zig-zag. Contohnya Lenticulina sp.
Gambar 2.8. Lenticulina sp. Stellate Fistoluse Arburescent. Contohnya : Dendrophyra crecta.
Gambar 2.9. Dendrophyra crecta Radiate. Contohnya : Astroshizalimi colasandhal.
Gambar 2.10. Astroshizalimi colasandhal Tak teratur (irregular). Contohnya : Planorbulinoides reticnaculata.
Gambar 2.11. Planorbulinoides reticnaculata Setengah lingkaran (hemispherical) contoh : Pyrgo murrhina.
Gambar 2.12. Pyrgo murrhina Inverted v-shaped chamber (palmate). Contohnya : Flabellina rugosa.
Gambar 2.13. Flabellina rugosa Dishotomously branched. Milioline Close coliled. Seperti kerucut. Contohnya : Textularia cretoa.
Gambar 2.14. Textularia cretoa Fusiform. Contohnya : Vaginulina laguman.
Gambar 2.15. Vaginulina laguman Pyriform. Contohnya : Elipsoglandulina velascoensis. Semicircular. Contohnya : Pavanina flabelliformis.
Gambar 2.16. Pavanina flabelliformis
Polythalamus Polythalamus merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir kamar foraminifera yang memiliki lebih dari satu kamar. Misalnya uniserial saja atau biserial saja. Macam-macam polythalamus antara lain : Uniformed yang terbagi menjadi:
o Uniserial yang terbagi lagi mejadi: Rectilinear (linear punya leher) test uniserial terdiri atas kamar-kamar bulat yang dipisahkan dengan stolonxy atau neck. Contohnya : Siphonogerina, Nodogerina.
Gambar 2. 17. Siphonogerina Linear tanpa leher yaitu kamar tidak bulat dan satu sama lain tidak dipisahkan leher-leher. Contohnya : Nodosaria.
Gambar 2.18. Nodosaria Equitant unserial yaitu test uniserial yang tidak memiliki leher tetapi sebaliknya kamarnya sangat berdekatan sehingga menutupi sebagian yang lain. Contohnya : Glandulina.
Gambar 2.19. Glandulina Curvilinier/uniserial arcuate yaitu test uniserial tetapi sedikit melengkung dan garis batas kamar satu dengan yang lain atau suture membentuk sudut terhadap sumbu panjang. Contohnya: Dentalina.
Gambar 2.20. Dentalina Kombinasi antara rectilinier dengan linier tanpa leher. Coiled test atau test yang terputar, macam-macamnya antara
lain : Involute yaitu test yang terputar dengan putaran akhir menutupi putaran yang sebelumnya, sehingga putaran akhir saja yang terlihat. Contoh : Elphidium.
Gambar 2.21. Elphidium Evolute yaitu test yang terputar dengan seluruh putarannya dapat terihat. Contohnya : Anomalia Nautiloid yaitu test yang terputara dengan kamr-kamar dibagian umbirical (ventral) menumpang satu sama lain. Sehingga kelihatan kamar-kamarnya lebih besar dibagian peri-peri dibandingkan dibagian umbilicus. Contoh : Nonion.
Gambar 2.22. Nonion Rotaloid test merupakan test yang terputar tidak pada satu bidang dengan posisi pada dorsal seluruh putaran terlihat, sedangkn pada ventral hanya putaran terakhir terlihat. Contoh : Rotalia.
Gambar 2.23. Rotalia Helicoids test merupakan test yang terputar meninggi dengan lingkarannya cepat menjadi besar. Terdapat pada subfamily Globigeriniidae (plankton) contoh: Globigerina.
Gambar 2.24. Globigerina.
o Biserial Biserial yaitu test yang tersusun oleh dua baris kamar yang terletak berselang-seling. Contoh : Textularia.
Gambar 2.25. Textularia o Teriserial yaitu test yang tersusun oleh tiga baris kamar yang terletak berselang-seling. Contoh : Uvigerina, Bulmina.
Gambar 2. 26. Uvigerina Biformed test Biformed test merupakan dua macam susunan kamar yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya dalam sebuah test, misalnya biserial pada awalnya kemudian menjadi uniserial pada akhirnya. Contoh : Bigerina.
Gambar 2. 27. Bigerina. Triformed test Triformed test yaitu tiga bentuk susunan kamar dalam sebuah test misalnya permulan biserial kemudian berputar sedikit dan akhirnya menjadi uniserial. Contohnya : Vulvulina.
Gambar 2.28. Vulvulina Multiformed test Multiformed test merupakan dalam sebuah test lebih dari tiga susunan kamar, bentuk ini jarang ditemukan.
Gambar 2.34. Macam-macam aperture foraminifera
BAB V FORAMINIFERA BESAR BENTHONIK
A. Foraminifera Besar Benthonik
Ordo foraminifera ini memiliki bentuk yang lebih besar di bandingkan dengan yang lainnya. Sebagian besar hidup didasar laut degan kaki semu dan type Letuculose, juga ada yang hidup di air tawar, seperti family Allogromidae. Memiliki satu kamar atau lebih yang dipisahkan oleh sekat atau septa yang disebut suture . aperture terletak pada permukaan septum kamar terakhir. Hiasan pada permukaan test ikut menentukan perbedaan tiap–tiap jenis. Foraminifera besar benthonik baik digunakan untuk penentu umur. Pengamatan dilakukan degan mengunakan sayatan tipis vertical, horizontal, atau, miring di bawah miroskop. Pemberiam sitematik foraminifera benthonik besar yang umum ( A. Chusman 1927). a. Famili Discocyclidae
Mempunyai cangkang discoidae atau lenticular. Pada bentuk megalosfeer, kamar embrionik biasanya biloculer, sedang pada bentuk mikrosfeer, kamar embrionik terputar secara planispiral. Mempunyai septasepta sekunder yang membatasi kamar-kamar lateral. Genus Aktinocyclina : kenampakan luar bulat, tidak berbentuk bintang, di jumpai rusak – rusak yang memancar. Genus Asterocyclina : kenampakan luar seperti bintang polygonal, dijumpai rusak – rusak radier. Genus Discocyclina : kenampakam luar merupakan lensa, kadang bengkok menyerupai lensa, kadang bengkok menyerupai pelana, kelilingnya bulat dengan/ tanpa tonggak – tonggak. b. Famili Camerinidae
Genus Asslina : kenampakan luar pipih (lentukuler) discoidal, test besar ukuran – 50 mm, di jumpai tonggak – tonggak. Genus Cycloclypeus : kenampakan luar seperti lensa dan kamarsekunder yang siku – siku terlihat dari luar. Genus Nummulites : kenampakanü luar seperti lensa, terputar secara planispiral, hanya putaran terluar yang terlihat, pada umumnya licin. c. Famili Alveolinelliadae
Genus Alveolina : kenampakan luar berbentuk telur/slllips (fusiform), panjang kurang lebih 1 cm. Genus Alveolinella : bentuk sama deganü Alveolina panjang sumbunya 0,5 – 1,5 cm serta ada suatu kanal (pre septa). Celah – celahnya tersusun menjadi 3 baris dan tersusun bergantian, tetapi sambung menyambung. d. Famili Miogpsinidae
Bentuk test pipih, segitiga atau asimetris, kamar embryonik bilocular terletak dipinggir (eksentris) atau dipuncak (apical ) terdiri dari protoconc yang hampir sama besar.
Kamar embryonik ini seluruhnya dikelilingi oleh kamar-kamar nepionik. Kamar-kamar median berbentuk rhombik atau hexagonal yang memanjang, pilar-pilar dapat terlihat jelas. Genus Miogypsian : kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong hingga bulat, kadang seperti bintang/pligonal, permukaan papilliate, sering di jumpai tongkak. Genus Miogypsinoides ; kenampakan luar terbentukü segitiga, lonjong dan kulit luarnya datar. e. Famili Calcarinidae
Genus Biplanispira : kenampakan luar pipih hinggaü seperti lensa, discoidal, hampir bilateral simetri dengan/tanpa tonggak. Genus Pellatispira : kenampakan luar seperti lensa (lentikuler) dan bulat sering dijumpai tonggak. f. Famili Orbitoididae
Golongan ini mempunyai test besar, lenticular/discoidal, biconcave, berkamar banyak dimana hubungan antara kamar-kamarnya dilakukan dengan stolon (pori-pori yang terbentuk tabung), dinding lateralnya berpori dan tebal, dimana terdapat kamar-kamar dan pillar-pillar. Untuk bentuk yang megalosfer, kamar utamanya terdiri dari : 1. Kamar embrionik/”initial chamber”/”nucleoconch” Merupakan kamar permulaan yang tersusun dari beberapa inti. Berdasarkan jumalah dan kedudukan inti-inti tersebut dapat dibedakan beberapa bentuk yang akan membedakan penamaan sub-genusnya. Dari susunan inti-intinya, nucleoconch dapat berbentuk : o Bilocular, terdiri dari protoconch dan deuteroconch beberapa deuteroconch lebih kecil dan mengelilingi protoconch polylepidina. Biasanya terdapat pada bentuk yang microsfeer. denteroconchsama besar dengan protococh Isolepidina atau sebagai Lepidocyclina ss. deuteroconch lebih besar dari protoconch dan menutupi sebagian Nephrolepidina. deuteroconchbesar sehingga melingkupi seluruh protoconch Eulepidina dan trybliolepidina. o Trilocular, terdiri dari 3 nucleuconch Orbitoides o uadrilocular, terdiri dari 4 nucleoconch Orbitoides 2. Kamar nepionik/”pery-embryonic chamber” Merupakan kamar-kamar yang mengelilingi kamar embrionik, terletak antara kamar embrionik dan kamar-kamar post nepionik. Berdasarkan letak dan susunan kamar nepionik dapat digunakan untuk klasifikasi golongan Ortoididae (Tan Sin Hok, 1932) 3. Kamar post nepionik/”median or equatorial chamber” Merupakan kamar-kamar yang terbentuk setelah kamar nepionik. Pada sayatan horizontal, kamar ini dapat mempunyai bentuk yang bermacammacam, seperti rhombie hexagonal, spatulate, arcuate, ogival. Bentukbentuk kamar post nepionik ini juga merupakan kendala dalam klasifikasi foraminifera besar. 4. Kamar lateral Merupakan rongga-rongga yang letaknya teratur, terletak di atas dan di bawah lapisan tengah (median layer). Pada genus Lepidocyclina, kamar lateral ini dapat terbentuk lensa, menyudut atau membulat. ·
Genus Lepidocyclina : kenampakan seperti lensa (lentiluler) pipih cembung, discoidal, permukaan test papilate, halus reticulate, pinggirnya bisa bulat, kadang seperti batang atau polygonal. B. Fungsi Foraminifera Besar Benthonik Masalah–masalah Geologi yang menghubungkan dengan umur suatu batuan sampai sekarang masih mempergunakan foraminifera planktonik di samping juga mengunakan metode – metode lain yang lebih teruji dan lebih tepat. Penentuan kisaran umur dengan mengunakan foraminifera planktonik, dilakukan degan langkah – langkah sebagai berikut : Menganalisa fosil foraminifera palakton dari suatu batuan sampai ke tingkat spesiesnya. Mempergunakan acuan Blow (1969) dalam penetuan kisaran umum dari fosil foram plankton yang telah diamati dan dianalisa. Menetukan kisaran umur fosil foram plankton yang muncul akhir dan umur yang punah awal. Maka umur batuan yang didapatkan merupakan suatu range dari hasil nomor C Lalu dengan menggunakan foraminifera benthonik maka dapat ditentukan lingkungan pengendapaannya, sehingga penggabungan dari foraminifera planktonik dengan foraminifera benthonik dapat menghasilkan umur dari suatu lingkungan pengendapan tertentu.