ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TEKNOLOGI USAHATANI KEDELAI SETELAH PADI SAWAH DI DESA WAEKASAR KECAMATAN MAKO, KABUPATEN BURU
FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS TECHNOLOGY FARMING SOYBEAN AFTER RICE FIELDS IN THE WAEKASAR VILLAGE MOKO DISTRICT, BURU DISTRICT Ismatul Hidayah1) 1)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial teknologi introduksi usahatani kedelai setelah padi sawah, yang telah dilakukan pada petani kedelai lahan sawah irigasi di Desa Waekasar, kecamatan Mako, kabupaten Buru pada Tahun 2006. Digunakan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif terhadap dua kelompok petani yaitu petani kooperator dan non-kooperator. Data yang dikumpulkan meliputi data komponen produksi.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani petani kooperator dengan menerapkan teknologi introduksi mampu memberikan keuntungan yang lebih besar (Rp 2.557.000) dibandingkan dengan usahatani petani non-kooperator (1.165.000), dengan nilai R/C masing-masing yaitu 1,40 (petani kooperator), 1,33 (petani non-kooperator). Hasil analisis marginal B/C sebesar 1,36 menunjukkan bahwa perubahan komponen teknologi petani yang disesuaikan dengan teknologi introduksi secara finansial layak dilakukan karena setiap Rp 100 tambahan biaya yang dikeluarkan oleh petani kooperator akibat mengganti komponen teknologi menyebabkan tambahan penerimaan sebesar Rp 136. Usahatani pola introduksi layak diterapkan dengan titik impas tambahan produksi yaitu 556,60 kg/ha atau produktivitas minimal yang harus dicapai 1.486,60 kg/ha. Dengan tambahan produksi sebesar 850 kg/ha pada petani kooperator maka perubahan komponen teknologi tersebut layak dilakukan jika penurunan harga tidak sampai dibawah titik impas harga yaitu Rp 3.274,12/kg. Kata kunci : Analisis finansial, Introduksi teknologi, Kedelai, Waekasar - Buru ABSTRACT
This study aimed to determine the financial feasibility of the introduction of technology of soybean after rice, which has been done on soy farmers irrigated land in the village of Waekasar, sub Mako, Buru regency in 2006. Used methods of participatory rural understanding of the two groups of farmers, namely farmer cooperators and non-cooperators. Data collected includes data components production .. The results showed that farm farmer cooperators to implement the introduction of technology to provide greater benefits (USD 2.557 million) compared to non-farm farmer cooperators (1.165 million), with a value of R/C respectively are 1.40 (farmers cooperators), 1.33 (non-cooperators farmer). The results of the analysis of marginal B/C of 1.36 indicates that changes in technology components tailored peasants with the introduction of technology is financially feasible for every U.S. $ 100 extra cost incurred by the farmer cooperators due to changing technology components causes additional revenue of Rp 136. Introduction of farming patterns infeasible additional breakeven production is 556.60 kg/ ha or productivity to be achieved at least 1486.60 kg/ha. With additional production of 850 kg/ ha in farmer cooperators then change the technology components worth doing if the price reduction did not reach below the breakeven price is USD 3274.12 / kg. Keywords : financial analysis, technology introduction, Soybean, Waekasar - Buru
AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012
domestik maupun internasional. Usahatani
PENDAHULUAN Laju
permintaan
kedelai
yang efisien ini dapat dicapai dengan
terus
penerapan teknologi tepat guna.
berkecenderungan meningkat dan tingkat mampu
Kabupaten Buru merupakan wilayah
untuk
dengan zona agroekologi paling beragam di
Suryana
propinsi Maluku karena terbagi dalam dua
(2005), kebutuhan kedelai pada tahun 2004
Zona iklim yaitu iklim basah dan kering.
mencapai 2,02 juta ton, sedangkan produksi
Hampir semua jenis tanaman pangan bisa
dalam negeri baru 0,71 juta ton dan
diusahakan karena secara biofisik ditunjang
kekurangannya terpaksa di impor. Hanya
adanya agroekologi yang baik. Berdasarkan
sekitar 35% dari total kabutuhan yang dapat
inventarisasi peta ZAE oleh Susanto (2003)
dipenuhi
negeri.
terdapat areal seluas 84.405 ha (9,89 %) di
Keadaan tersebut tidak dapat dibiarkan terus
Kabupaten Buru yang mempunyai potensi
menerus, mengingat potensi lahan cukup
untuk pengembangan tanman pangan.
produksi memenuhi berbagai
dalam
negeri
permintaan keperluan.
dari
belum kedelai
Menurut
produksi
dalam
Usahatani kedelai sudah cukup lama
luas, teknologi dan sumberdaya lainnya
diusahakan oleh petani dikabupaten Buru,
cukup tersedia. tersebut
tetapi hasilnya masih jauh dibawah potensi
diatas maka proses produksi pertanian harus
hasil hasil penelitian. Berdasarkan data BPS
semakin
pemanfaatan
(2004), produkstivitas rata rata kedelai di
sumberdaya lahan, air, sarana produksi
Kabupaten Buru tahun 2004 sebesar 1,2
hingga penekanan akan susut (loss) produksi
ton/ha
pada fase pasca panen. Untuk mendukung
produktivitas rata rata nasional 1,3 ton/ha.
efisiensi tersebut teknologi produksi dengan
Produktivitas kedelai di Kabupaten Buru
muatan utama efisiensi harus tersedia
selama enam tahun dari tahun 1999 sampai
sebagai acuan (Adie M, dkk , 2000).
tahun 2004 mengalami penurunan dengan
Menghadapi
efisien
tantangan
dalam
sedikit
lebih
rendah
dari
laju pertumbuhan -0.16 % hal tersebut ada
Aspek efisiensi usahatani menurut Swastika (2004) merupakan pertimbangan
kaitannya
utama dalam pengembangan komoditas
produksi
pertanian pada suatu wilayah. Hal tersebut
pertumbuhan luas panen. Perkembangan
disebabkan dalam era globalisasi pasar
luas panen, produksi dan produktivitas
bebas, hanya produk yang dihasilkan secara
kedelai di kabupaten Buru ditunjukkan pada
efisien yang mampu bersaing baik di pasar
tabel 1. 2
dengan yang
lebih
laju
pertumbuhan
kecil
dari
laju
Ismatul Hidayah, Analisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Kedelai ...... Rendahnya tingkat produksi yang berakibat
pada
turunnya
Sehingga
produktivitas
diperoleh
gambaran
bahwa
keuntungan dari usahatani kedelai dilahan
petani
sawah cenderung menurun, akibatnya minat
masih menerapkan teknologi minimal antara
petani untuk menanam kedelai semakin
lain belum digunakannya varietas unggul
menurun.
tersebut
dan
disebabkan
pengelolaan
kebanyakan
yang
kurang
baik.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas kedelai di Kabupaten Buru selama 6 tahun ( 1999 - 2004) Tahun Luas Panen (ha) 1999 342 2000 388 2001 346 2002 213 2003 371 2004 294 Laju Pertumbuhan (%) 3,52 Sumber : Data BPS diolah
Produksi (ton) 391 463 422 253 373 347 1,99
Pernyataan tersebut diatas senada
produktivitas
dengan pendapat Noor (2002) kebanyakan
tidak
petani
masih
Untuk mengetahui tingkat kelayakan
terhadap
komponen teknologi yang diintroduksikan
perbaikan pengelolaan dan memiliki resiko
kepada petani kedelai dilahan sawah maka
hasil yang tinggi akibat mudah terpangaruh
dibutuhkan suatu analisis finansial yang
oleh stres biotik maupun abiotik oleh karena
bertujuan untuk menentukan nilai R/C atas
itu diperlukan penggunaan varietas unggul
biaya tunai dan biaya total, marginal B/C
yang stabil, hasil tinggi dan tahan penyakit
serta nilai titik impas tambahan produksi
serta
dan titik impas harga yang merupakan
peningkatan
responsif
ditingkat
dibawah potensi hasil atau hasil penelitian.
varietas kacang kacangan lokal yang ada dipandang
Produktivitas (ton/ha) 1,19 1,19 1,20 1,18 1,90 1,18 -0,16
perhatian
pada
pengelolaan tanaman yang lebih baik untuk
tujuan dari penelitian ini.
meningkatkan produktivitas tanaman . Peluang peningkatan produksi dan
BAHAN DAN METODE
produktivitas kedelai masih memungkinkan untuk
dilakukan
dengan
Penelitian
peningkatan
Pengkajian
dilakukan
Peningkatan
di
lokasi
Produktivitas
produktivitas lahan dan perbaikan teknologi
Lahan Berbasis Tanaman Pangan pada
budidaya
Lahan Sawah Irigasi di
kedelai,
karena
rata-rata
Desa Waekasar,
Kecamatan Mako, Kabupaten Buru, Maluku
3
AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 pada Tahun 2006. Digunakan metode
Total Losses/Harga Jual ) dan Titik Impas
pemahaman pedesaan secara partisipatif
Harga (TIH = Total Losses + Total Biaya
secara terseleksi, materi diskusi ditekankan
semula/Total Produksi) untuk mengevaluasi
pada
kelayakan perubahan komponen teknologi
input
komponen
teknologi
yang
(Swastika, 2004).
diterapkan petani dalam budidaya kedelai setelah padi sawah. Kelompok diskusi
HASIL DAN PEMBAHASAN
dibagi menjadi dua yaitu petani kooperator
Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai
(menerapkan teknologi introduksi) terdiri
Kelayakan suatu usahatani dapat
dari 1 kelompok tani yang beranggotakan 10
ditentukan dari tingkat keuntungan yang
petani dan kelompok petani non-kooperator
dapat dicapai berdasarkan nilai indeks R/C
(menerapkan teknologi asli) terdiri dari 2
atas biaya tunai dan R/C atas biaya total.
kelompok tani yang beranggotakan 20
Sedangkan tingkat tambahan penerimaan
petani. Materi diskusi disusun dalam bentuk
dan keuntungan akibat penerapan suatu
panduan yang berfungsi untuk mengarahkan
teknologi introduksi dapat di tentukan
diskusi menjadi tepat sasaran.
berdasarkan nilai marginal B/C (Swastika,
Data yang dikumpulkan difokuskan
2004).
pada data sarana produksi yang digunakan,
Hasil analisis anggaran parsial untuk
biaya produksi, produksi fisik dan harga
menentukan
produksi persatuan fisik. Sebagai data
kedelai
pelengkap dilakukan pengumpulan data
Tingkat kelayakan usahatani kedelai
diterapkan
oleh
petani
asli
yang
Dari hasil analisis di peroleh nilai
non-kooperator
R/C atas biaya tunai 1,33 berdasarkan harga
ditentukan berdasarkan Analisis Anggaran
jual kedelai yang berlaku saat itu yaitu Rp
Parsial. Sedangkan kelayakan usahatani
5000/kg. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
akibat perubahan teknologi sesuai teknologi introduksi
yang dilakukan petani non-
Analisis Anggaran Parsial Usahatani Kedelai Petani Non-kooperator
setelah padi sawah yang diterapkan petani teknologi
usahatani
pada Tabel 2 dan 3.
dan informasi kunci dari PPL setempat.
dan
suatu
kooperator dan petani kooperator disajikan
sekunder dari Kantor Desa, Dinas Pertanian
kooperator
kelayakan
secara finansial usaha tani kedelai di lahan
di analisis dengan Analisis
sawah dengan teknologi petani masih
Losses and Gains untuk mendapatkan nilai
menguntungkan (layak secara finansial)
Marginal B/C ( MB/C = Total Gains/Total
dengan tingkat keuntungan 33 % dari total
Losses). Selain itu digunakan juga Analisis
biaya tunai yang dikeluarkan. Keuntungan
Titik Impas Tambahan Produksi (TIP = 4
Ismatul Hidayah, Analisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Kedelai ...... finansial atas biaya tunai
yang diperoleh
salah satu komponen biaya karena sebagian
petani non kooperator sebesar Rp 1.165.000.
besar
petani
di
desa
Dalam analisis tersebut opportunity cost
mengusahakan lahan sendiri.
Waekasar
dari lahan tidak diperhitungkan sebagai Tabel 2. Analisis Anggaran Parsial Sederhana Usahatani kedelai yang dikelola petani nonkooperator Desa Waekasar, Kecamatan Mako, Kabupaten Buru A. Komponen biaya (Rp/ha/musim) 1. Sewa lahan 2. Sewa traktor 3. Tenaga kerja - Mencangkul - Menanam - Memupuk - Menyiang - Menyemprot - Panen - Penjemuran - Pembersihan - Perontokan Total biaya tenaga kerja 4. Bahan - benih - pupuk urea - Dithane M45 - Gusadrin - Sprin - Gandasil B Total biaya bahan 5. Total biaya diluar bunga 6. Bunga modal (10 % x biaya tunai pra panen) 7. Total biaya tunai 8. Total biaya B. Penerimaan (Rp) C. Keuntungan finansial atas biaya tunai Keuntungan finansial atas biaya total D. R/C rasio biaya tunai R/C rasio biaya total
Volume 1 1
Satuan ha Borong
Harga 500000 600000
Total harga 500000 600000
7 16 2 10 9 12 3 2 1
HKP HKW HKP HKW HKP HKP HKP HKW Borong
30000 20000 30000 20000 30000 30000 30000 20000 300000
210000 320000 60000 200000 270000 360000 90000 40000 300000 1850000
40 Kg 100 Kg 1 Kg 2 botol 5 botol 8 bungkus
10000 1500 80000 35000 10000 5000
400000 150000 80000 70000 50000 40000 790000 3740000 245000 3485000 3985000 4650000 1165000 665000 1,33 1,16
930
Kg
5000
Sumber : Analisa Data Primer dalam
dikeluarkan petani non kooperator mampu
berinvestasi opportunity cost dari lahan
memberi imbalan penerimaan sebesar Rp
harus diperhitungkan sebagai salah satu
116, artinya secara finansial usahatani
komponen biaya, berdasarkan hasil analisis
kedelai
diperoleh nilai R/C atas biaya total 1,16.
(menguntungkan).
Nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap
atas biaya total yang diperoleh petani non
Sebagai
informasi
Rp 100 biaya total dari input produksi yang 5
tersebut
masih
layak
Keuntungan
finansial
AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 kooperator sebesar Rp
665.000 Tingkat
penggunaan
input
produksi
dan
hasil
Teknologi petani 9000000
Teknologi introduksi
8000000 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 Penerimaan
Total biaya tunai
Keuntungan
Gambar 1. Grafik Penggunaan Komponen Biaya dan Pendapatan
analisis usahatani kedelai disajikan pada
herbisida) dan biaya tenaga kerja seperti
Tabel 2.
disajikan pada Tabel 2. Dari hasil analisis diperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar
Bila dilihat dari penggunaan input produksinya yang berupa pupuk, pestisida,
1,40
herbisida dan alokasi tenaga kerja, maka
input produksi yang dikeluarkan petani
input teknologi petani non-kooperator masih
kooperator mampu memberikan imbalan
tergolong
bila
penerimaan Rp 140 atau tingkat keuntungan
dibandingkan dengan teknologi introduksi,
yang diperoleh 40% dari total biaya tunai
misalnya petani tidak terbiasa menggunakan
yang dikeluarkan. Besarnya keuntungan
pupuk organik yang sebenarnya pupuk
yang diperoleh akibat menerapkan teknologi
tersebut tersedia banyak di lokasi, tingkat
introduksi Rp. 2.557.000.
input
produksi
rendah
artinya dari setiap Rp 100,0 biaya
Sedangkan bila opportunity cost dari
penggunaan input produksi oleh petani kooperator
dan petani non kooperator di
lahan diperhitungkan sebagai salah satu
tunjukkan
pada
komponen biaya diperoleh nilai R/C atas
Gambar
1.
Petani
kooperator. Perubahan komponen teknologi
biaya total
yang dilakukan oleh petani kooperator
keuntungan yang diperoleh sebesar 30%
mengakibatkan berubahnya struktur biaya
dari biaya total yang dikeluarkan dengan
dan pendapatan, perubahan biaya meliputi
nilai keuntungan Rp. 2.057.000. Berdasarka
biaya bahan (benih, pupuk, pestisuda dan
kedua nilai dari R/C tersebut menunjukkan 6
sebesar 1,30 artinya tingkat
Ismatul Hidayah, Analisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Kedelai ...... bahwa teknologi introduksi yang diterapkan
(menguntungkan).
oleh petani kooperator secara finansial layak Tabel 2. Analisis Anggaran Parsial Sederhana Usahatani kedelai yang dikelola Petani Kooperator di Desa Waekasar, Kecamatan Mako, Kabupaten Buru. A. Komponen biaya (Rp/ha/musim) 1. Sewa lahan 2. Sewa traktor 3. Tenaga kerja - Mencangkul - Menanam - Memupuk - Menyiang - Menyemprot - Pemberian mulsa jerami - Panen - Penjemuran - Pembersihan - Perontokan Total biaya tenaga kerja 4. Bahan - benih - pupuk urea - pupuk KCL - pupuk SP 36 - pupuk kandang (bhn organik) - herbisida gramaxon - herbisida paraquat - herbisida regent - herbisida spontan - fungisida manconseb - fungisida confidon - Gandasil B Total biaya bahan 5. Total biaya diluar bunga 6. Bunga modal (10 % x biaya tunai pra panen) 7. Total biaya tunai 8. Total biaya B.-Penerimaan 1( Rp) C. Keuntungan finansial atas biaya tunai Keuntungan finansial atas biaya total D. R/C rasio biaya tunai R/C rasio biaya total
Volume 1 1
Satuan ha Borong
Harga 500000 600000
Total harga 500000 600000
7 16 8 21 12 4 12 1 6 1
HKP HKW HKP HKW HKP HKP HKP HKP HKW Borong
30000 20000 30000 20000 30000 30000 30000 30000 20000 300000
210000 320000 240000 420000 360000 120000 360000 30000 120000 300000 2480000
45 100 150 100 40 2 1 0,5 1 0,5 1 3
Kg Kg Kg Kg Karung Liter Liter Liter Liter Kg Liter Bungkus
15000 1500 3500 3500 5000 90000 95000 250000 200000 120000 185000 5000
1780
Kg
5000
675000 150000 525000 350000 200000 180000 95000 125000 200000 60000 185000 15000 2760000 6340000 503000 6343000 6843000 8900000 2557000 2057000 1,40 1,30
Sumber : Analisa Data Primer Penggunaan input produksi oleh petani
kooperator
dibandingkan kooperator,
lebih
dengan seperti
Gambar 1. Perbedaan nilai keuntungan antara
produktif
petani
yang terlihat
petani
kooperator
(teknologi
non-
introduksi) dan non-kooperator (teknologi
pada
petani) lebih besar dibandingkan dengan 7
AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 perbedaan nilai total biaya antara petani
menggunakan Analisis Losses and Gains
kooperator dan non-kooperator. Keadaan
(Tabel 3). Hasil analisis pada Tabel 3
tersebut ditunjukkan oleh nilai R/C atas
menunjukkan bahwa perubahan komponen
biaya total dan biaya tunai yang lebih besar
teknologi oleh petani dengan teknologi
dari pada petani kooperator dibandingkan
introduksi
dengan petani non-kooperator.
penerimaan sebesar Rp 3,7 juta/ha/musim dan
Analisis Parsial Perubahan Komponen Teknologi. Perubahan penggunaan komponen
menghasilkan
tambahan
juta/ha/musim
tambahan
keuntungan
Rp
1,6
dengan harga jual kedelai
pada saat itu Rp 5000/kg.
teknologi dievaluasi kelayakannya dengan
Tabel 3. Analisis Parsial Perubahan Komponen Teknologi Perubahan komponen teknologi
Selisih Teknologi
A. Losses (korbanan) 1. Tambahan biaya benih 2. Tambahan biaya pupuk - Urea - KCL - SP36 - Pupuk Kandang (bahan organik) 3. Tambahan biaya Pestisida dan Herbisida 4. Tambahan biaya tenaga kerja 5. Tambahan bunga modal Total Losses B. Gains (Perolehan) Tambahan penerimaan C. Marginal B/C
275000 -75000 525000 350000 200000 620000 630000 258000 2783000 3785000 1.36
Sumber : Analisa Data Primer Hasil
analisis
marginal
introduksi akan menyebabkan diperolehnya
B/C
diperoleh nilai sebesar 1,36 nilai rasio
tambahan penerimaan sebesar Rp 1,36.
tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap
Total
tambahan
biaya,
total
Rp 1,00 tambahan biaya yang dikeluarkan
tambahan penerimaan dan total tambahan
oleh petani kooperator akibat mengganti
keuntungan akibat mengganti komponen
komponen
teknologi ditunjukkan pada Gambar 2.
teknologi
sesuai
teknologi
8
AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 .
4000000 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 Tambahan p enerimaan
Tambahan Biay a
Tambahan Keuntungan
Gambar 2. Grafik Tambahan biaya, penerimaan, keuntungan Nilai marginal R/C menunjukkan angka >1, hal ini berarti bahwa perubahan komponen
teknologi
sesuai
teknologi
introduksi layak sekali untuk dilakukan dengan harga jual Rp. .5000/kg.
Analisis Titik Impas Tambahan Produksi dan Harga Analisis titik impas tambahan produksi dan harga dapat digunakan untuk mengevaluasi
kelayakan
dari
teknologi
introduksi. Kedua analisis tersebut disajikan pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Analisis Titik Impas Tambahan Produksi Kedelai Perubahan komponen teknologi
Nilai (Rp)
A. Losses (korbanan) 1. Tambahan biaya benih 2. Tambahan biaya pupuk 3. Tambahan biaya Pestisida dan Herbisida 5. Tambahan biaya tenaga kerja 6. Tambahan bunga modal Total Losses B. Gains (Perolehan) Harga jual produksi x Tambahan Produksi (dy) C. Titik Impas Tambahan Produksi (dy) dalam Kg
275000 1000000 620000 630000 258000 2783000 5000 dy 556.60
Sumber : Analisa Data Primer Titik
impas
tambahan
produksi
untuk petani kooperator pada harga jual
kedelai Rp 5000/kg (Tabel 4), adalah 556,60 kg. Artinya perubahan komponen teknologi
AGRIKA, Volume 6, Nomor 1, Mei 2012 sesuai teknologi introduksi layak untuk
dengan teknologi introduksi layak untuk
dilakukan jika perubahan tersebut dapat
dilakukan. Hasil analisis pada Tabel 5 diperoleh
meningkatkan tambahan produksi kedelai minimal 556,60 kg/ha. Dengan kata lain
titik impas harga kedelai
produktivitas kedelai yang dicapai petani
tambahan produksi 850 adalah sebesar Rp
harus lebih tinggi dari 1486,60 kg/ha,
3.274,12/kg. Hal ini berarti bahwa dengan
karena pada tingkat produksi tersebut
tambahan produksi 850 kg/ha
keuntungan yang diperoleh petani akibat
perubahan
mengganti komponen teknologi akan sama
dilakukan
dengan tingkat keuntungan petani non
sampai dibawah titik impas harga dari
kooperator
petani
(tanpa
merubah
komponen
komponen jika
(TIH) dengan
teknologi
penurunan
kooperator
maka
(harga
bisa
harga
tidak
semula
Rp
teknologi). Dengan produktivitas 1780 kg
5000/kg). Jika harga tetap Rp 5000/kg maka
/ha seperti yang dicapai petani kooperator
perubahan komponen teknologi (teknologi
maka perubahan komponen teknologi sesuai
introduksi) layak sekali untuk dilakukan.
Tabel 5. Analisis Titik Impas Harga Kedelai Perubahan komponen teknologi
Nilai (Rp)
A. Losses (korbanan) 1. Tambahan biaya benih 2. Tambahan biaya pupuk 3. Tambahan biaya Pestisida dan Herbisida 5. Tambahan biaya tenaga kerja 6. Tambahan bunga modal Total Losses B. Gains (Perolehan) Tambahan Produksi x harga jual produksi (Hy) C. Titik Impas harga (Hy) dalam Rp
275000 1000000 620000 630000 258000 2783000 850 Hy 3274.12
Sumber : Analisis Data Primer 2. Usahatani
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Usahatani kedelai setelah padi sawah baik petani kooperator
(menerapkan
pola
introduksi
kooperator)
mampu
keuntungan
yang
(petani
memberikan lebih
besar
teknologi introduksi) maupun petani
dibandingkan dengan usahatani petani
non-kooperator
non-kooperator yaitu masing masing Rp
menguntungkan
(teknologi atau
layak
asli)
2.057.000/ha
secara
(kooperator),
Rp
1.165.000./ha (non kooperator.).
finansial dengan nilai R/C atas biaya
3. Penggunaan
tunai yaitu 1,40 (kooperator) dan 1,33 (non-kooperator).
input
produksi
petani
kooperator lebih produktif dari pada 10
Ismatul Hidayah, Analisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Kedelai ...... usahatani petani non-kooperator. Setiap
DAFTAR PUSTAKA
Rp 100 biaya input produksi yang
Adie,M.M. dkk., 2000. Laporan Tahunan Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbi-umbian.. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Pusat Penelitian Tanaman Pangan
dikeluarkan petani kooperator mampu memberikan imbalan keuntungan Rp 40 sedangkan
usahatani
petani
non-
kooperator dengan jumlah input biaya
BPS
yang sama memberikan keuntungan Rp
Angka 1999 - 2004. Badan Pusat
33.
Statistik Propinsi Maluku 1999 -
4. Hasil
analisis
marginal
B/C
2004.
menunjukkkan bahwa untuk setiap Rp
Susanto, A.N. dan M.P. Sirappa. 2004. Arahan Penggunaan Lahan di Dataran Wai Apu, Kabupaten Buru. Provinsi Maluku. BPTP Maluku, Puslitbang Sosek Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
100 tambahan biaya yang dikeluarkan petani
Seri, 1999 - 2004. Maluku Dalam
kooperator akibat
mengganti
komponen teknologi sesuai teknologi introduksi akan diperoleh tambahan penerimaan
yaitu
Rp
1,36
artinya
Suryana. A. Dkk., 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
perubahan komponen teknologi sesuai teknologi
introduksi
layak
untuk
dilakukan.
sedangkan produktivitas minimal yang
Swastika. D. K. S. 2004. Beberapa Teknik Analisis Dalam Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol.7, No.1, Januari 2004: 90 – 103.
harus dicapai petani kooperator yaitu
Noor,
5. Perubahan komponen teknologi sesuai teknologi
introduksi
layak
untuk
dilakukan karena produktivitas kedelai petani kooperator sebesar 1780 kg/ha
1.486,60 kg/ha berdasarkan titik impas tambahan produksinya (556,60 kg/ha). Dengan tambahan produksi sebesar 850 kg maka perubahan komponen teknologi bisa dilakukan jika penurunan harga tidak sampai dibawah titik impas harga yaitu Rp 3.274,12/kg.
11
Z., 2002. Pemanfaatan Kacang kacangan Potensial daalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.