FILSAFAT PENDIDIKAN 2017 PRODI PGSD DEPARTEMEN PEDAGOGIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Nama
: Diza Noor Febriana
Kelas
: 2A
Jurusan
: Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Mata Kuliah
: Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu
: Dr. Y. Suyitno, M.Pd
1. Mengapa mempelajari filsafat pendidikan tidak bisa lepas dari kajian metafisika? Apa saja yang dipelajari dari metafisika sebagai cabang filsafat, sehingga menjadi penting dalam studi pendidikan? Kerena kajian metafisika merupakan salah satu konsep filsafat umum yang menjelaskan tentang hakikat realitas dan hakikat manusia meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di alam ini. Hakikat realitas menjelaskan bahwa di alam semesta bukan hanya realitis fisik dan non-fisik yang ada. Sedangkan hakikat manusia menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan YME, manusia adalah kesatuan badani dan rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, memiliki kesadaran dan penyadaran diri, mempunyai berbagai kebutuhan, di bekali naluri dan nafsu, serta memiliki tujuan hidup. Atau dengan kata lain Metafisika adalah salah satu cabang Filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada. Yang di pelajari dari metafisika sebagi cabang filsafat antara lain metafisika umum (Ontology) dan metafisika khusus (Cosmology, Theology, Antropology).
1
Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.
Kosmologi adalah cabang filsafat yang membicarakan hakikat atau asal usul alam semesta. Kosmologi berhubungan dengan konsep seperti itu. Kosmologi merupakan tempat persemaian bagi apa saja yang ada, karena ruang dan waktu merupakan keadaan yang nyata dan yang paling dalam (Louis O. Kattsoff, 1982: 260).
Teologi adalah Aliran ini mengkaji eksistensi Tuhan yang bebas dari ikatan agama. Eksistensi atau perwujudan Tuhan dibahas secara rasional dalam perspektif kefilsafatan dan sekuat mungkin melepaskan diri dari pendekatan teologi seperti selama lazim digunakan kaurn agamawan.
Antropologi adalah cabang dari metafisika khusus yang membicarakan tentang manusia. Apakah hakikat manusia? Bagaimanakah hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam? Termasuk pula dipertanyaankan, hubungan manusia dengan Tuhan. Filsafat antropologi berupaya menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut apa adanya. Pertanyaan dimaksud, menyangkut esensi, eksistensi maupun status relasinya.
2. Jelaskan pandangan aliran idealisme, realisme dan pragmatisme tentang pendidikan dan bagaimana implementasinya dalam perumusan tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, peranan pendidik dan anak didik, dan bagaimana masing-masing aliran melakukan metodologi pendidikan di sekolah? a. Idealisme Realitas hakikatnya bersifat spiritual. Dalam ideliasme manusia merupakan makhluk spiritual, berpikir, memiliki tujuan hidup, hidup dalam aturan moral yang jelas, di berkahi kemampuan rasional dan mampu menentukan pilihan. Pengetahuan di peroleh dengan cara mengingat kembali atau berpikir (memiliki intuisi). Implikasi terhadap pendidikan. 2
Tujuan pendidikan : pembentukan karakter, pengembangan bakat insani dan kebijakan sosial
Kurikulum/isi pendidikan : pengembangan kemampuan berpikir melaui pendidikan liberal, penyiapan keterampilan bekerja suatu mata pencaharian melalui pendidikan praktis.
Peranan pendidik dan anak didik : pendidik bertanggung jawab untuk mencptakan lingkungan pendidikan bagi peserta didik. Pendidik harus unggul untuk menjadi teladan baik moral maupun intelektual. Peserta didik bebas mengembangkan kepribadian dan bakatnya, bekerjasama, mengikuti proses alami dari pengembangan insani. Dengan orientasi pendidikan idealisme adalah esensialisme. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunya tata yang jelas.
Metodologi pendidikan : metode dialektik adalah metode atau cara memahami suatu dengan melakukan dialog. Dialog berarti komunikasi dua arah, ada seseorang berbicara dan ada seseorang lain yang mendengarkan. Dalam pembicaraan yang terus menerus dan mendalam diharapkan orang dapat menyelesaikan problem yang ada. Ada proses pemikiran
seseorang
yang
mengalami
perkembangan
karena
mempertemukan ide yang satu dengan ide yang lain antara orang yang berdialog. Tujuannya mengembangkan cara berargumentasi agar posisi yang bersifat dua arah dapat diketahui dan diharapkan satu sama lain.
b. Realisme Realism memandang dunia dalam pengertian materi yang hadir dengan sendirinya, tertata dalam hubungan-hubungan yang teratur di luar campur tangan manusia. Hakikat manusia terletak pada apa yang dikerjakannya. Manusia bisa bebas atau tidak bebas. Pengetahuan diperoleh manusia melalui pengalaman diri dan penggunaan akal. Uji pengetahuan didasarkan atas teori korespondensi. 3
Tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam dan pada taraf yang lebih rendah di atur oleh kebijaksanaan yang telah teruji. Implikasi terhadap pendidikan.
Tujuan pendidikan : penyesuaian diri dalam hidup dan mampu melaksanakan tanggung jawab sosial
Kurikulum/isi pendidikan : kurikulum harus bersifat komprehensif yang berisi sains, matematika, ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu sosial, serta nilai-nilai. Kurikulum mengandung unsur-unsur liberal dan pendidikan pratis. Kurikulum di organisasi menurut mata pelajaran (subject matter) dan berpusat pada materi pembelajran (subject centered)
Peranan pendidik dan anak didik : pendidik adalah pengelola kegiatan belajar mengajar, harus menguasai pengetahuan yang mungkin berubah, menguasai keterampilan teknik-teknik mengajar dengan kewenangan menuntut prestasi siswa. Sedangkan peseta didik berperan untuk menguasai pengetahuan, taat pada aturan dan disiplin. Orientasi pendidikan realisme adalah esensialisme
Metodologi pendidikan : bersifat logis dan psikologis. Pembiasaan merupakan metode utama bagi penganut realisme.
c. Pragmatisme Pragmatism adalah anti metafisika. Suatu teori umum tentang kenyataan tidaklah mungkin dan tidak perlu. Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan fisik, plural dan berubah. Manusia adalah hasil evolusi biologis, psikologis dan sosial. Setiap orang lahir tidak dewasa, tak berdaya, tanpa dibekali dengan bahasa, keyakinan-keyakinan, gagasan atau norma-norma sosial. Pengetahuan yang benar diperoleh melalui pengalaman dan berpikir. pengetahuan yang benar adalah yang berguna bagi kehidupan, ukuran tingkah laku individual dan sosial ditentukan secara eksperimental dalam pengalaman hidup. Oleh karena itu nilai bersifat relatif dan kondisional.
4
Implikasi terhadap pendidikan.
Tujuan pendidikan : tujuan pendidikan tidak ditentukan dari luar dan tidak ada tujuan akhir pendidikan. Tujuan pendidikan adalah memperoleh pengalaman yang berguna untuk mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan individual maupun sosial.
Kurikulum/isi pendidikan : kurikulum bersifat demokratis. kurikulum berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, tidak memisahkan pendidikan liberal dan pendidikan praktis. Pendidikan terfokus pada kehidupan yang baik pada saat ini dan masa datang bagi individu, dan secara bersamaan masyarakat turut dikembangkan.
Peranan pendidik dan anak didik : peran pendidik adalah memipin dan membimbing peserta didik belajar tanpa ikut campur terlalu atas minat dan kebutuhan siswa. Peserta didik berperan sebagai organisme yang rumit yang mampu tumbuh.
Metodologi pendidikan : metode pemecahan masalah.
3. Dalam buku Modern Philosophies of Education dari John S. Brubacher, bahwa pendidikan itu mempertimbangkan berbagai faktor dalam kehidupan masyarakat, antara lain faktor sosial dan kultural, faktor ekonomi, faktor politik, faktor bentuk negara. Coba jelaskan secara singkat mengapa demikian! Karena John S. Brubacher mengartikan bahwa pendidikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan alam semesta. Pendidikan merupakan perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusiawi, moral, intelektual dan jasmani oleh dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya. Oleh karena itu faktor-faktor dalam kehidupan masyarakat seperti faktor sosial dan 5
kultural, ekonomi, politik, dan bentuk negara harus dipertimbangkan sesuai dengan lingkungan dan kondisi dari faktor-faktor tersebut, agar pendidikan selaras, berkesinambungan dan tidak menyimpang dari kondisi masyarakat. 4. Anda jelaskan tentang peranan tujuan pendidikan, isi pendidikan/kurikulum pendidikan, peranan pendidik dan peserta didik, dan peranan masyarakat dalam pendidikan.
Peranan tujuan pendidikan adalah pendidikan harus dipandang sebagai upaya
bantuan
dan
memfasilitasi
peserta
didik
dalam
rangka
mengembangkan potensi dirinya.
Isi pendidikan/kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Republik Indonesia dengan memperhatikan: a. Peningkatan iman dan taqwa b. Peningkatan akhlak mulia c. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional f. Tuntutan dunia kerja g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni h. Agama i. Dinamika perkembangan global j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum dimaksud dan di atur dalam Peraturan Pemerintah pasal 36, UU RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.
Peranan pendidik dan peserta didik, tersirat dan tersurat dalam semboyan “ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus menjadi teladan bagi peserta didiknya, “ ing madya mangun karso” artinya pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya, dan “tut wuri
6
handayani” artinya pendidik harus mampu memberikan dorongan moral atau dorongan semangat
Peranan masyarakat, dalam pendidikan terdapat dua fungsi utama yaitu fungsi konservasi dan fungsi kreasi. Fungsi konservasi dilandasi asumsi bahwa terdapat nilai-nilai, pengetahuan, norma, kebiasaan-kebiasaan dan sebagainya yang dijunjung tinggi dan dipandang berharga untuk tetap dipertahankan. Fungsi kreasi dilandasi asumsi bahwa realitas tidaklah bersifat ter-beri (given) dan telah selesai sebagaimana diajarkan oleh sains modern. Tetapi realitas “mewujud” sebagaimana manusia dan semua anggota alam semesta berpartisipasi”mewujudkan”. Karena itu peran manusia (individu/kelompok) adalah merajut realitas yang diingikan yang dapat diterima oleh lingkungan.
5. Bagaimana menurut anda tentang peranan sejarah filsafat terhadap filsafat pendidikan dalam rangka menopang kekuatan arah pendidikan?
Menurut George R. Knight: Pendidikan tidak dapat menghindari dunia metafisis, metafisis kajian tentang realitas, adalah pusat bagi konsep apa pun dari pendidikan. Kepercayaan metafisis yang berbeda membawa ke arah pendidikan yang berbeda pula, bahkan memilahkan sisitem-sistem pendidikan. Sistem-sistem pendidikan bersinggungan dengan pengetahuan, dan karena itu epistemologi merupakan determinan utama paham-paham dan praktek-praktek pendidikan. Jadi kesimpulannya menurut saya, peranan sejarah filsafat menjadi titik kemunculan lahirnya filsafat pendidikan, karena filsafat mengkaji tentang metafisis dan pendidikan memiliki hubungan yang berkait, filsafat pendidikan menjadi kerangka dasar yang melandasi praktik pendidikan, dan pendidikan menjadi tempat aktulisasi konsep-konsep filsafat. Pendidikan akan selalu berbahaskan dengan filsafat karena pendidikan yang terus berkembang membutuhkan kerangka dasar atau konsep demi kemajuan pendidikan. Begitu pula sebaliknya filsafat akan bergandengan dengan pendidikan karena pendidikan menjadi wadah untuk
7
merealisasikan konsep-konsepnya. filsafat pendidikan sebagai landasan filosofis, kaidah nilai dan pola pelaksanaan pendidikan, dan pendidikan menjadi bahan pemecahan filsafat pendidikan.
6. Ada empat gerakan/aliran dalam pendidikan yang dipengaruhi oleh pemikiran idealisme, realisme, dan pragmatisme, yaitu esensialisme, perenialisme, progresivisme, dan rekonstruksionisme. Jelaskan oleh anda secara detail masing-masing gerakan tersebut, dan apa implikasinya terhadap praktek pendidikan di sekolah di Indonesia! Berikan contoh sekolah-sekolah yang menganut prinsip dari empat gerakan di atas, khususnya dari aspek kurikulumnya. a. Esensialisme Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia, yang muncul pada zaman renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresifisme. Perbedaannya yang utama adalah memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serta terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan denga doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunya tata yang jelas. Idealisme dan realisme sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Menurut William C. Bagley ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme adalah sebagai berikut : 1. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering timbul dari upaya-upaya belajar awal yang memikkat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.
8
2. Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang dewasa melekat dalam masa balita yang panjang atau ketergantungan yang khusus pada spesies mansia. 3. Oleh karena kamampuan untunk kedisiplinan diri harus menjad tujuan pendidikan. 4. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat tentang pedidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya memberikan sebuah teri lemah. Prinsip – prinsip pendidikan aliran Esensialisme antara lain : 1. Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan dan menekankan pentingnya prinsip disiplin. 2. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak didik. 3. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan. 4. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental. 5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan keejahteraan umum, karena dianggap tuntunan demokrasi yang nyata. Implikasi terhadap praktek pendidikan (kurikulum) : kurikulum disusun dan diorganisasi oleh orang dewasa atau guru sebagai wakil masyarakat, masyarakat terpusat. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum Sekolah Dasar ditekankan pada pengembangan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika. Kurikulum Sekolah Menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, humaniora, serta bahasa dan sastra. Penguasaan terhadap mata-mata pelajaran tersebut dipandang sebagai suatu dasar utama bagi pendidikan umum yang diperlukan untuk dapat hidup sempurna. Studi yang ketat
9
tentang disiplin tersebut akan dapat mengembangkan kesadaran pelajar, dan pada saat yang sama membuat mereka menyadari dunia fisik yang mengitari mereka. Penguasaan fakta dan konsep-konsep pokok dan disiplin-disiplin yang inti adalah wajib. b. Perenialisme Perenialisme berasal dari kata perennial, yang dalam Oxford Advance learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuiting throughout the whole year ” atau “lasting for a very long time” “abadi atau kekal” dan dapat pula “berarti terus tiada akhir”. Dengan demikian esensi kepercayaan filsafat perenialisme ialah berpegang teguh pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal abadi. Perenialisme adalah gerakan pendidikan yang memprotes terhadap gerakan pendidikan progesivisme yang mengingkari supernatural. Perenialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada,dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Perenialisme mengikuti paham realisme, yang sejalan dengan Aristoteles bahwa manusia itu rasional. Sekolah adalah lembaga yang didesain untuk menumbuhkan kecerdasan. Akar filsafat ini datang dari gagasan besar Plato dan Aristoteles kemudidn dari St. Thomas Aquinas yang sangat nerpengaruh terhadap sekolahsekolah Katolik. Dalam perenialisme ada dua aliran besar yaitu aliran Thomas Aquinas dan kemudian pada abad 20 aliran Mortimer dan Robert Hutchins. Robert Hutchins merangkum tugas pendidikan sebagai berikut: Pendidikan mengandung pengajaran. Mengajar mengandung pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimanapun adalah sama, karena itu pendidikan di manapun seharusnya sama.
10
Orientasi pendidikan perenialisme adalah Scholastisisme atau Neo-Thonuisme yang pada dasarnya memandang kenyataan sebagai sebuah dunia akal pikiran dan Tuhan, pengetahuan yang benar diperoleh melalui berpikir dan keimanan dan kebaikan berdasarkan perbuatan rasioal. Pendidikan menurut filsafat ini mesti membangun sejumlah mata pelajaran yang umum bukan spesialis, liberal bukan vokasional, yang humanistik bukan teknikal. Dengan cara inilah pendidikan akan memenuhi fungsi humanistiknya, yakni pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia. Ada empat prinsip dari aliran ini: 1) Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu dan orang 2) Pendidikan yang baik melibatkan pencarian, pemahaman atas kebenaran 3) Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung 4) Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar. Implikasi terhadap praktek pendidikan (kurikulum) : materi pelajaran harus seragam, universal dan abadi. Kurikulum perenialisme berpusat pada mata pelajaran, dan cenderung menitik beratkan kepada: sastra, matematika, bahasa, humaniora termasuk sejarah. Kurikulum adalah pendidikan liberal. Pendidikan liberal (bebas) menjadikan orang-orang bebas dan manusia sejati sebagai lawan dari pelatihan dan penerimaan untuk melakukan tugas-tugas dalam dunia kerja. Semua orang dapat bebas dan menjadi penguasa, dan semua orang memerlukan pendidikan liberal supaya dapat berpikir dan berkomunikasi. c. Progresivisme Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive
11
menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen
untuk
menguji
kebenaran
suatu
teori.
Dan
dinamakan
environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan. Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi maslah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri. Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statemen progrevisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam. Prinsip Progresivisme :
anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
pengalaman langsung merupakan cara terbaik merangsang minat belajar
guru harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar
sekolah progresif merupakan laboratorium dalam upaya reformasi pedagogik dan eksperimentasi (Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo, 2008: 90).
Ciri Progresivisme :
Melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver).
tertarik kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup.
Pendidikan dipandang sebagai suatu proses.
12
Menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan keterampilan yang memadai.
Bercorak student-centered.
Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan.
Implikasi terhadap praktek pendidikan : Dalam bidang kurikulum, aliran progresivisme lebih mengutamakan bidang studi seperti fisika, sejarah, keterampilan, serta hal-hal yang berguna atau langsung dapat dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat. Progrisivisme di dasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak bukanlah memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Dalam pendidikan progresivisme ini menekankan pada proses kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa dengan menjadikan siswa sebagai “subjek", sehingga tolak ukur dalam proses pembelajaran di sesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian maka aliran progresivisme menolak semua pandangan yang berasan dari aliran yang menjadikan siswa sebagai “objek” dari proses pembelajaran. Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai :
Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan kelancaran proses belajar sendiri siswa.
Motivator, orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri.
Konselor, orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap siswa. Dengan demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa, dan teknikteknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya dengan baik.
d. Rekonstruksionisme Kata rekonstruksionisme dalam bahasa ingris reconstruct yang berarti menyusun kembali.dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekontruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Yaitu melakukan perombakan dan menyusun kembali pola-pola lama menjadi pola-pola baru yang lebih meodern. 13
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Alasan mengapa rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresiv hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Dalam aliran rekonstruksionisme berusaha menciptakan kurikulum baru dengan memperbarui kurikulum lama. Progresivisme pendidikan didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak bukannya fokus pada guru atau bidang studi. Harianto menjelaskan pokok-pokok konsep rekonstruksionisme sebagai berikut :
Pendidikan harus menciptakan tatanan sosial yang baru sesuai dengan nilainilai dan kondisi sosial yang baru.
Masyarakat baru
Anak, sekolah, dan pendidikan dipengaruhi oleh kekuatan sosial budaya
Guru meyakinkan murid tentang kebenaran dan memecahkan masalah melalui rekonstruksi sosial secara demokratis.
Memperbarui tujuan dan cara-cara yang dipakai pendidikan
Mengenai kurikulum, rekonstruksianisme mengorganisir kurikulum yang oleh Brameld disebut “the wheel” (roda) kurikulum, di mana inti (core) tujuan pendidikan versi rekonstruksianisme menjadi inti dari kurikulum “roda” tersebut dan menjadi tema sentral pendidikan. Kurikulum ini bersifat sentripetal sekaligus sentrifugal, sentripetal karena akan membawa masyarakat atau komunitas bersama kepada studi yang bersifat umum. Sentrifugal karena akan meningkatkan proyeksi pendidikan di sekolah-sekolah formal ke dalam komunitas yang lebih luas. Hal tersebut secara tidak langsung akan menciptakan transformasi kultural di dalam hubungan yang dinamis antara sekolah dan masyarakat .
14
Implikasi pemikiran filosofis rekonstruksianisme dalam kurikulum diarahkan kepada penumbuhan kesadaran kritis peserta didik dengan model keaksaraan kritis pada materi yang diajarkan. Selain itu kurikulum ditekankan pada upaya membangun kesadaran polyculture dengan mengapresiasi keragaman budaya, adat istiadat suatu suku tertentu untuk menanamkan nilai-nilai pluralisme kultural. Demikian pula proyeksi hubungan kemanusiaan dan aspek politik harus ditekankan baik secara eksplisit maupun implisit dalam upaya menumbuhkan kesadaran politik para peserta didik sehingga “nalar kritis” terhadap berbagai macam ketimpangan sosial dan politik yang diakibatkan oleh kesewenang-wenangan status quo, dapat menjadi modal dasar untuk melahirkan agenagen perubahan sosial dimasa selanjutnya. Persoalan perubahan ekonomi dan kehidupan nyata juga menjadi titik tekan utama aliran rekonstruksianisme, dalam rangka melacak peranan perubahan ekonomi, kebijakan ekonomi status quo yang menimbulkan akibat-akibat baik positif maupun negatif pada kehidupan bermasyarakat suatu negara. Pada puncaknya, kurikulum diatur sedemikian rupa untuk merespon perlunya sebuah tatanan sosial yang mendunia, di mana para peserta didik tidak memiliki pemahaman yang fragmentaris, agar persoalan-persoalan primordial seperti keyakinan, ras, warna kulit, suku dan bangsa tidak menjadi alasan terjadinya krisis kemanusiaan, seperti permusuhan, kebencian dan perang. Rekonstruksianisme mengajukan kurikulum semesta yang menekankan pada kebenaran, persaudaraan dan keadilan. Mereka menolak kurikulum parokial yang sempit dan hanya membawa kepentingan ideal komunitas lokal tertentu . Contohnya, pengajaran sejarah dunia semestinya juga diarahkan pada kerja-kerja kontemporer lembaga-lembaga internasional seperti PBB, ASEAN, OKI dan lain-lain. Kurikulum juga diorientasikan pada aksi peserta didik, seperti gerakan mengumpulkan dana amal, terlibat dalam petisi, protes atau demo bersama masyarakat untuk merespons kebijakan negara yang menimbulkan problematika sosial. Peserta didik tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar pada fenomena sosial yang ada seperti kemiskinan, perusakan alam, polusi udara, pemanasan global, pornografi dan
15
lain-lain. Oleh karena itu rekonstruksianisme menjadikan aspek-aspek sosial, budaya dan isu-isu kontemporer menjadi muatan inti kurikulum, agar peserta didik memiliki kepekaan dan empati sosial. Kurikulum tersebut harus mulai diimplementasikan sejak Taman Kanak-Kanak, yaitu pada usia yang paling peka. Dengan demikian, peserta didik dapat menjadi penggerak utama pencerahan problem-problem sosial dan menjadi agitator utama perubahan sosial 7. Apa dan bagaimana sekolah yang baik menurut Henderson? Jelaskan dengan tegas dan jelas serta berikan contohnya di Indonesia. Henderson dalam Sadullah (2004) mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Peranan filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan merupakan aspek yang sangat penting karena sekolah yang baik merupakan sekolah yang mempunyai filosofis yang baik guna menelaah dan memecahkan setiap masalah. Filosifis ini pula harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seotimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang
bermartabat,
properubahan,
kreatif,
inovatif,
dan
eksperimentif.
Menumbuhkan dan mengembangkan minat dan bakat serta kemampuan perseta didik. Peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mendukung semua potensi.
16
DAFTAR PUSTAKA Agustina D. N. (2011). Teori Pendidikan Rekonstruksionisme.[Online]. Diakses dari http://dheanurulagustina.blogspot.co.id/2011/12/teori pendidikanrekonstruksionisme.html Burhanuddin A. (2013). Filsafat Esensialisme dalam Pendidikan . [Online]. Diakses dari https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/filsafat -esensialisme dalam-pendidikan/ Burhanuddin A. (2013). Epistimologi, Ontologi, Aksiologi, Pengetahun Filsafat. [Online].
Diakses
dari
https://afidburhanuddin.
wordpress.com/2013/05/21/epistimologiontologi-aksiologipengetahuan-filsafat-2/ Burhanuddin A. (2013). Penerapan Filsafat Rekonstruksionisme dalam Pembelajaran. [Online]
.
Diakses
dari
https://afidburhanuddin.
wordpress.com/2013/11/08/penerapan-filsafat-rekonstruk sionisme-dalam-pembelajaran/#comment20205 Casutri.
(2012).
Kurikulum
Perenialisme.
[Online].
Diakses
dari
https://casutri.wordpress.com/2012/03/19/kurikulum perenialisme/ Destia N. (2016). Pandangan dan Implikasi Aliran Filsafat. [Online]. diakses dari http://novadst.blogspot.co.id/2016/12/pandangan-danimplikasi-aliran_32.html Hidayatulloh N. diakses dari http://nyongshareilmu.blogspot.co.id/2015/03/aliranaliran-teoripendidikan.html Mansyur
R.
(2013).
Filsafat
Pendidikan.
[Online].
Diakses
dari
http://humanioras.blogspot.co.id/2013/04/filsafatpendidikan. html
17
Sadulloh Uyoh . (1994). Pengantar Ilmu Filsafat Pendidikan. Bandung: PT. Media ipteks Sri Sriyanti . (2015). Pandangan Esensialisme dalam Pendidikan. [Online]. Diakses dari
http://sr1y4t1n.blogspot.co.id/2015/06/pandangan-
esensialisme-dalam-pendidikan.html Sumarna C. (2016). Filsafat Metafisika Khusus . [Online ]. Diakses dari https://www.lyceum.id/filsafat-metafisika-khusus/ Suyitno. Y. dkk (2014). Landasan Pendidikan. Bandung : Sub Kordinator MKDP Departemen Pedagogik FIP UPI Syaripudin. T. (2017). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : percetakan ilmu Tridaya
T
.
(2010).
Hakikat
Pendidikan.
[Online].
Diakses
dari
https://triatra.wordpress.com/2010/10/13/601/ Yoga Gallih. (2015). Dialektika (Filsafat Ilmu) . [Online]. Diakses dari http://galihyogawahyukuncoro.blogspot.co.id/2015/01/ dialektika-filsafat-ilmu.html Yulianto Irfan. (2015) . Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Filsafat Ilmu. [Online]. Diakses dari http://irfanyulianto.com /pengertian-ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-dalam-filsafat -ilmu/.
18