Filsafat Manusia (PERKULIAHAN) Modul ke:
Pendahuluan
Firman Alamsyah Ario Buntaran Fakultas
Psikologi
Program Studi
S1 - Psikologi http://www.mercubuana.ac.id
Kontrak perkuliahan • Tatap muka 14 x pertemuan (10 EL + 4 TM) • Maksimal keterlambatan 15 menit • Dikumpulkan tgl 25 september • Nilai Presensi 10% Tugas 30 % Uts 30% Uas 30%
Pertemuan 1 BUKU FILSAFAT MANUSIA
Bahasan pertemuan 1 • Definisi Filsafat Manusia Bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesisfik menyoroti hakikat atau esensi manusia.
• Sebagai bagian dari sistem filsafat, secara metodis filsafat manusia mempunyai kedudukan yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dam estetika. • Secara ontologis (kajian obyek) filsafat manusia mempunyai kedudukan yang relatif penting karena semua cabang filsafat pada prinsipnya bermuara pada persoalan asasi mengenai esensi manusia
• Obyek material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia (antropologi dan psikologi) adalah gejala manusia. • Filsafat manusia atau ilmu-ilmu rentang manusia pada dasarnya bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia
• Ditinjau dari obyek formal atau metodenya, terdapat perbedaan mendasar antara filsafat manusia dengan ilmu lain (psikologi dan antropologi). • Filsafat manusia tidak membatasi diri pada gejala empiris. Bentuk atau gejala apapun tentang manusia, sejauh bisa dipikirkan dan memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat. • Aspek-aspek dimensi-dimensi atau nilai-nilai yang bersifat metafisis, spiritual, dan universal dari manusia yang tidak bisa diobservasi dan diukur melalui metode-metode keilmuan, bisa menjadi bahan kajian penting bagi filsafat manusia.
• Ditinjau dari obyek formal atau metodenya, terdapat perbedaan mendasar antara filsafat manusia dengan ilmu lain (psikologi dan antropologi). • Filsafat manusia tidak membatasi diri pada gejala empiris. Bentuk atau gejala apapun tentang manusia, sejauh bisa dipikirkan dan memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat. • Aspek-aspek dimensi-dimensi atau nilai-nilai yang bersifat metafisis, spiritual, dan universal dari manusia yang tidak bisa diobservasi dan diukur melalui metode-metode keilmuan, bisa menjadi bahan kajian penting bagi filsafat manusia.
• Suatu ilmu yang membatasi diri pada penyelidikan terhadap gejala empiris dan penggunaan metode yang bersifat observasional atau ekperimental, bisa dipastikan mempunyai konsekuensi-konsekuensi teoritis baik positif dan negatif sekaligus. Negatifnya adalah terbatas pada ruang lingkup. • Ilmu-ilmu tentang manusia bersangkut paut hanya dengan aspek atau dimensi tertentu dari manusia, yakni sejauh yang tampak secara empiris dan dapat diselidiki secara observasional maupun eksperimental. • Aspek-aspek diluar diluar pengalaman inderawi yang tidak dapat diobservasi atau diekperimentasi, tidak mendapat tempat dalam ilmu.
• Oleh sebab itu ilmu-ilmu tentang manusia tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia, seperti : 1. Apakah esensi atau hakikat manusia bersifat material atau spiritual? 2. Siapakah sesungguhnya manusia itu, dan bagimana kedudukannya di alam semesta raya ini? 3. Apakah arti nilai atau makna hidup manusia itu? 4. Apakah ada kebebasan pada manusia? 5. Apa sebenarnya yang menjadi tujuan asasi dari hidup manusia? • Cara kerja ilmu mejadi fragmentaris.
• Psikologi sebagai suatu ilmu, lebih menekankan pada aspek psikis dan fisiologis manusia sebagai suatu organisme, dan tidak bersentuhan dengan pengalaman-pengalaman subyektif, spiritual dan eksistensial. • Antropologi dan sosiologi lebih fokus pada pada gejala budaya dan pranata sosial manusia, dan enggan bersentuhan dengan pengalaman dan gejala individual.
• Dalam ilmu Psikologi, terdapat cabang-cabang psikologi seperti psikologi klinis, psikologi perkembangan, psikologi kepribadian, psikologi sosial, selain itu juga terdapat pendekatanpendakatan dalam psikologi seperti pendekatan behavioristik, pendekatan kognitif, pendekatan neurosains. • Sejumlah filsuf moderen mengecam keras gejala fragmentasi semacam ini. • Munculnya ilmu-ilmu baru tentang manusia justru mengaburkan dan mencerai beraikan pemahaman kita tentang manusia.
• “...Mereka para ilmuwan, tidak ubahnya seperti seorang seniman yang menyambung-nyambungkan tangan, kaki, kepala, dan anggota-anggota tubuh lainnya menurut imajinasi mereka sendiri, tapi anggota-anggota tubuh tersebut disambungsambungkan secara tidak pas, sehingga hasilnya lebih menyerupai monster ketimbang manusia...”
• Berbeda dengan ilmu lainnya, filsafat manusia yang menggunakan metode sintesis dan reflektif mempunyai ciri-ciri ekstensif, intensif, dan kritis. • Penggunaan metode sintesis dalam filsafat manusia, yang mensintesiskan pengalaman dan pengetahuan kedalam satu visi. • Tampak misalnya dari sistem-sistem besar filsafat Bergson tentang daya penggerak hidup (elan vital), filsafat Schopenhauer tentang kehendak, filsafat hegel tentang roh, filsafat Cassirer tentang “animal symbolicum”. • Dengan metode sintesis, maka tercapai visi menyeluruh dan rasional mengenai hakikat manusia.
Aspek Filsafat Manusia • Ada 3 aspek dalam memahami hakekat manusia, yaitu : – Ekstensif, meliputi pembahasan yang berhubungan dengan Sifat, Gejala, Kegiatan, dan segala sesuatu yang meyangkut pada segala bidang. – Intensif (mendasar), meliputi pembahasan yang mengarah pada intisari dari manusia. Menggali inti, hakikat, akar, atau struktur dasar. – Kritis, terkait dengan dua metode yang digunakan (sintesa dan reflektif)
• Refleksi dimaksud sebagai: 1. Pertanyaan tentang esensi sesuatu hal, misalnya: apakah esensi keindahan itu?, apakah esensi kebenaran itu? Apakah esensi manusia itu? 2. Pada proses pemahaman diri (self understanding) berdasarkan pada totalitas gejala dan kejadian manusia yang sedang direnungkan.
Terima Kasih Firman Alamsyah AB, MA