FILSAFAT ILMU ( PHS 101 )
“Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology”
oleh: Hendrysan Krisna K. Fransiska Tanuwijaya Pratika Ayu Samekto Adi N. Nikitasari Wuri Rimbawati P.
071211131008 071211132014 071211132018 071211133051 071211133033 071211133067
Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara Departemen Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya 2012 http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/pembelajaran-filsafat-ilmu-berbasis-jurnal-internasional/
1
“Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology” Jurnal ini meletakkan focus permasalahan ke Konstruktivisme. Konstruktivisme menunjukkan bahwa posisi teoritis yang diselenggarakan oleh para peneliti tidak hanya memandu posisi dasar mereka, tetapi juga menentukan apa yang akan ditafsirkan sebagai masalah penelitian, prosedur teoritis yang digunakan, dan apa yang merupakan pengamatan dan bukti. Dengan demikian, konstruktivis mengemukakan bahwa penelitian itu tidak memihak, terpisah, nilai-netral subyek, yang berusaha untuk mengungkap obyek dengan jelas dilihat atau fenomena. Jurnal internasional yang berjudul “Strategic Management and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology” yang ditulis oleh Raza Mir dan Andre Watson membahas tentang asumsi-asumsi yang mendasari inti konstruktivisme yang mendasari suatu penelitian untuk diinformasikan dalam suatu manajemen yang terstruktur. Seorang tokoh mengungkapkan bahwa secara khusus, banyak teori telah menggunakan filsafat ilmu untuk menguji asumsi yang melekat bahwa panduan strategi penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua penelitian didasarkan pada berbagai asumsi. Dalam makalah ini, kami menyelidiki bagaimana konstruktivisme memberikan kita wawasan ke dalam sifat dasarnya berbasis konteks penelitian manajemen strategis. Mereka tidak hanya mengamati struktur organisasi dan melaporkan temuan mereka. Mereka juga berperan dalam proses menentukan struktur yang lebih atau kurang mungkin untuk diadopsi. Mereka adalah bagian dari komunitas praktek, yang secara kelembagaan menghasilkan pengetahuan tentang strategi melalui serangkaian berbasis aturan percakapan. Dengan mendefinisikan asumsi bersama percakapan ini, masyarakat, dan lembaga, kita dapat memiliki pemahaman yang lebih halus dari teori dan cerita dalam bidang kita. Sebagai suatu tradisi metedologi, Konstruktivisme tidak harus kita bayangkan seperti perubahan wajah manusia. Kita harus menggunakan segala sumber daya pengetahuan yang ada
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/pembelajaran-filsafat-ilmu-berbasis-jurnal-internasional/
2
pada diri kita. Socrates berkata bahwa sesungguhnya yang ada dalam suatu pengetahuan hanyalah tergantung pada persepsi masing-masing. Dalam makalah ini dijelaskan adanya enam asumsi pentin yang disepakati oleh para konstruktivis, yaitu : 1. Pengetahuan adalah sebuah teori yang berasal dari beberapa dorongan-dorongan. 2. Pemisah antara peneliti dan fenomena dalam penyelidikan sangat tipis. 3. Pemisahan antara teori dan praktek sangat tipis. 4. Para peneliti tidak pernah subyektif atau netral 5. Penelitian terjadi diantara para sarjana, sehingga ada sebuah diskusi didalamnya 6. Konstruktivisme merupakan sebuah metodologi. Untuk memberikan suatu pemahaman dalam mempelajari konstruktivisme, dikemukakan beberapa prinsip antara lain : 1. Manakah teori terbaik yang paling dekat dengan kebenaran; 2. Suatu kebenaran teori menjelaskan validitas suatu prediksi 3. Pergerakan menuju kebenaran yang dibuktikan oleh fenomena; 4. Suatu teori belum tentu benar dan salah, dan 5. Pembuktian ataupun penyangkalan bisa dibuktikan dengan suatu publikasi.
Konstruktivisme lebih menunjukkan symbol-simbol yang memiliki arti tertentu yang dibuat oleh para konstruktivis. Simbol-simbol ini dalam suatu organisasi diterapkan oleh para manajer, missal dengan menimbulkan rutinitas pekerjaan. Dalam kaitannya dengan peran konstruktivisme, kami menyimpulkan dengan mengidentifikasi konstruktivisme untuk penelitian manajemen strategis. Ada beberapa teknik penelitian yang cocok untuk penyelidikan konstruktivis, diantaranya etnografi, analisis kelembagaan, analisis tekstual, penyelidikan apresiatif dan analisis sejarah. Beberapa teknik diatas lebih memfokuskan konstruktivisme sebagai suatu metodologi. Sehingga, dapat disimpulkan metode kuantitatif dapat digunakan dalam metodologi http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/pembelajaran-filsafat-ilmu-berbasis-jurnal-internasional/
3
konstruktivis. Demikian pula, metode kualitatif dapat digunakan dalam metodologi realis. Keduanya difokuskan pada asumsi, bukan pada teknik.
Dalam analisis lanutannya diambillah suatu sampel yaitu perusahaab M. analisisnya meliputi : 1. Cara pertama akan mengungkap lokasi perusahaan M berdiri 2. Cara kedua akan menghasilkan fenomena yang menunjukkan organisasi lain selain perusahaan M, dan bagaimana mereka tetap bertahan. Dalam cara pertama memfokuskan kepada kemunculan perusahaan M melalui fenomena dalam konteks waktu, ruang, dan sejarah. Dalam cara kedua mereka sampai pada kesimpulan bahwa teori yang dipandu oleh perintah efisiensi ekonomi dapat ditumbangkan oleh pelaku seperti negara, pengusaha, dan struktur keluarga Secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan dari perspektif konstruktivis telah mampu untuk menerangi aspek yang berbeda dari perusahaan M. Hal itu menunjukkan bahwa meskipun kesuksesan fenomenal di Amerika Serikat, perusahaan M adalah contoh untuk struktur organisasi yang kurang efisien. Dalam konteks yang berbeda, struktur yang berbeda bekerja lebih baik untuk organisasi. Ini adalah contoh yang baik tentang bagaimana masalah yang sengaja diciptakan oleh penyalahgunaan realis penelitian dapat diatasi dengan jalan lain untuk metode konstruktivis
RELEVANSI FILSAFAT dengan ILMU ADMINISTRASI NEGARA Menurut kelompok kami, relevansi Filsafat dengan Ilmu Administrasi Negara terletak kesamaan teori-teori yang diterapkan didalamnya. Filsafat yang dikenal dengan ibu kandung ilmu pengetahuan memiliki cabang ilmu pengetahuan yaitu salah satunya Ilmu Administrasi Negara. Dalam Ilmu Administrasi Negara lebih detail dipelajari mengenai konsep-konsep dasar pemerintahan, serta lingkup organisasi didalamnya.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/pembelajaran-filsafat-ilmu-berbasis-jurnal-internasional/
4
KESIMPULAN Jurnal internasional yang berjudul “Strategic Magagement and The Philosophy of Science : The case for a constructivist methodology” yang ditulis oleh Raza Mir dan Andre Watson membahas tentang asumsi-asumsi yang mendasari inti konstruktivisme yang mendasari suatu penelitian untuk diinformasikan dalam suatu manajemen yang terstruktur. Metodologi konstruktivis bekerja pada tingkat asumsi, bukan pada tingkat teknik. Mereka membawa mereka asumsi yang dibuat oleh peneliti ke permukaan bahwa metodologi lain yang diam. Dengan demikian mereka dapat kesimpulan hasil mereka - sehingga mengarah ke penerapan lebih fokus, serta membantu peneliti dan praktisi menghindari bahaya generalisasi yang berlebihan. Seorang tokoh mengungkapkan bahwa secara khusus, banyak teori telah menggunakan filsafat ilmu untuk menguji asumsi yang melekat bahwa panduan strategi penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua penelitian didasarkan pada berbagai asumsi.
Dengan
demikian, konstruktivis menantang gagasan bahwa penelitian dilakukan dengan tidak memihak, terpisah, nilai-netral subyek, yang berusaha untuk mengungkap obyek dengan jelas dilihat dari berbagai fenomena. Sebaliknya, mereka memandang peneliti sebagai pengrajin, sebagai suatu hal yang merupakan bagian dari jaringan yang menciptakan pengetahuan dan akhirnya menjadi suatu panduan praktek dalam penerapan ilmu pengetahuan. Dalam makalah ini, penulis menyoroti tentang pengertian konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri. Manusia menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/pembelajaran-filsafat-ilmu-berbasis-jurnal-internasional/
5
persoalan yang sesuai (Suparno, 2008:28). Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh tiap-tiap orang. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi tetapi merupkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dan dalam proses itulah keaktivan dan kesungguhan seseorang dalam mengejar ilmu akan sangat berperan. Berbicara tentang konstruktivisme tidak dapat lepas dari peran Piaget. J. Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Menurut Wadsworth (1989) dalam Suparno (2008), teori perkembangan intelektual Piaget dipengaruhi oleh keahliannya dalam bidang biologi. Teori pengetahuan Piaget adalah teori adaptasi kognitif. Seperti setiap organisme selalu beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat mempertahankan dan memperkembangkan hidup, demikian juga struktur pemikiran manusia. Berhadapan dengan pengalaman, tantangan, gejala dan skema pengetahuan yang telah dipunyai seseorang ditantang untuk menanggapinya. Dan dalam menanggapi pengalaman-pengalaman baru itu skema pengalaman seseorang dapat terbentuk lebih rinci, dapat pula berubah total. Bagi Piaget, pengetahuan selalu memerlukan pengalaman, baik pengalaman fisis maupun pengalaman mental. Berkenaan dengan asal-usul konstruktivisme, menurut Von Glasersfeld (1988) dalam Paul Suparno (2008), pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun sebenarnya gagasan pokok konstruktivisme sudah dimulai oleh Gimbatissta Vico, epistemology dari Italia. Dialah cikal bakal konstruktivisme. Pada tahun 1970, Vico dalam De Antiquissima Italorum Sapientia mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan.” Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti ‘mengetahui bagaimana membuat sesuatu.’ Bagi Vico pengetahuan lebih menekankan pada struktur konsep yang dibentuk. Lain halnya dengan para empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan itu harus menunjuk kepada kenyataan luar. Namun menurut banyak pengamat, Vico tidak membuktikan teorinya (Suparno: 2008). Sekian lama gagasannya tidak dikenal orang dan seakan hilang. Kemudian Jean Piagetlah yang mencoba meneruskan estafet gagasan konstruktivisme, terutama dalam proses belajar. Gagasan Piaget ini lebih cepat tersebar dan berkembang melebihi gagasan Vico. http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/pembelajaran-filsafat-ilmu-berbasis-jurnal-internasional/
6
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : a. nama nim b. nama nim c. nama nim d. nama nim e. nama nim f. nama nim
: HENDRYSAN KRISNA KURNIAWAN : 071211131008 : FRANSISKA TANUWIJAYA : 071211132014 : PRATIKA AYU : 071211132018 : SAMEKTO ADI NUGROHO : 071211133051 : NIKITASARI : 071211133033 : WURI RIMBAWATI P. : 071211133067
menyatakan bahwa karya tulis yang saya buat merupakan karya pribadi dan TIDAK PLAGIAT. Demikian surat pernyataan ini saya buat agar bisa digunakan sebagaimana mestinya . Surabaya, 4 Maret 2013 Yang menyatakan,
Hendrysan Krisna K. (Ketua)
Fransiska Tanuwijaya (Sekretaris)
Pratika Ayu (Bendahara 1)
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/pembelajaran-filsafat-ilmu-berbasis-jurnal-internasional/
7
Samekto Adi N. (Bendahara 2)
Nikitasari (Bendahara 3)
Wuri Rimawati P. (Bendahara 4)
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/pembelajaran-filsafat-ilmu-berbasis-jurnal-internasional/
8