FILOSOFI PENDIDIKAN Universitas Islam Malang (Membangun al Harakah, an Nahdliyah, al Islamiyyah)
Dari Konsep Menuju Aksi dan Tradisi
1
KATA PENGANTAR
Buku konsep filosofi pendidikan Universitas Islam
Malang ini hadlir, merupakan kemasan dari berbagai tradisi yang telah dilaksanakan oleh warga Unisma Malang yang berserakan danmerupakan gagasan orsinil yang berkembang dari para pendiri, cendekiawan, pimpinan, dosen, karyawan bahkan mahasiswa Unisma yang belum terdokumentasikan dalam bangunan konsep secara rapi. Maka di usia Unisma yang ke 34 ini, kami memberikan kado melalui hadlirnya buku yang tipis dan penuh makna ini kepada sivitas akademika Unisma, para pembaca, dan pencinta untuk kejayaan Universitas Islam Malang. Secara garis besar buku ini memuat tentang filosofi pendidikan Unisma, nama Islam pada Universtas Islam Malang, nilai-nilai penggerak pada seluruh kehidupan kampus, cita-cita dan tema besar Unisma yang perlu terus diperjuangkan oleh sivitas akademika, prilaku kolektif warga kampus sebagai kekuatan untuk melakukan perubahan dan pengembangan pendidikan guna mempersiapkan pemimpin bangsa di masa depan yang mampu berkompetensi dan memiliki daya saing tinggi yang diperkuat dengan
karakter
Islami,serta
suara
batin
warga
kampus
yang suci-bersih,
pengabdiannya selalu di dasari dengan ibadah dan mencari ridla Allah SWT. Kristalisasi nilai, untaian spirit dan motivasi akan kejayaan Unisma yang terkemas dalam buku ini memberikan inspirasi dan mengajak kepada civitas akademika memiliki tekat kuat dalam kebersamaan untuk melakukan gerakan kebangkitan Islam (alHarakah, alNahdliyah, alIslamiyah) melalui kajian-kajian ke-ilmuan, ke-Islaman pengembangan ilmu, teknologi, seni, mengembangkan tradisi serta peradaban yang lebih baik dan bermartabat demi kemajuan agama, bangsa dan Negara melalui pengabdiannya kepada umat. Trilogi Unisma yang meliputi keikhlasan, kejujuran, dan kerukunan merupakan pondasi yang diletakkan oleh para pendiri, nilai-nilai yang terkandung dalam trilogi tersebut selalu memberikan spiritdan nafas akan perjuangan Unisma dalam melaksanakan caturdharma pendidikan tinggi, yakni pendidikan dan
2
pengajaran, penelitian dan pengembangan, pengabdian kepada masyarakat, dan kultur Islam dengan basis ke NU an yang kuat. Untuk itu, kami sampaikan terima kasih kepada para pendiri, pengembang, dan tokoh-tokoh pecinta Unisma yang banyak memberikan ide dasar dan meletakkan prinsip-prinsip dasar arah perjuangan, yakni; Bapak Prof. Dr. KH. Muhammad Tholchah Hasan yang selalu membimbing dengan sabar kepada kami, memberikan inspirasi untuk terus berkarya dan berkembang, mendidik menjadi orang yang arif dan bijaksana; Bapak Prof. Dr. H. Achmad Sodiki, SH yang selalu mengingatkan kepada kami untuk terus berprestasi, berbuat jujur, dan menjadi orang tua yang arif; Bapak Dr. H. Sofwan Chudlori, M.Si., Drs. H. Noer Syahid Wiyoto, dan Bapak Dr. H. Muchtar Data, M.Pd, serta para sahabat
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu
memberi inspirasi kepada kami dengan sikap tegas, berani, jujur untuk mengatakan kebenaran dan kebatilan, serta memberi inspirasi untuk selalu melakukan pengembangan dan memajukan lembaga ini dengan konsep kebersamaan; Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo yang menyemangati kami dan memberikan pemikiran tentang pentingnyaditerbitkannya buku Filosofi Pendidikan Universitas Islam Malang, sungguh beliau tokoh visioner dan memiliki semangat tinggi akan kemajuan Universitas Islam Malang; dan Bapak Drs. H. Amri Anwar yang selalu memberi nasehat dan motivasi untuk kemajuan Unisma dengan konsep amar ma’ruf nahi munkar dengan jiwa muda, tak pernah merasa lelah untuk berkibarnya Unisma di tengah-tengah masyarakat global. Demikian, mudah-mudahan buku kecil ini bermanfaat bagi sivitas akademika Unisma, untuk menata kembali niat suci kita dalam melakukan perbaikan, perubahan dan pengembangan Unisma, agar Unisma lebih maju, caturdharma melangit, kultur ke NU an membumi, dan menjadi kebanggaan umat pada level nasional dan internasional. Amin Ya Rabbal ‘Alamin
Malang, 27 Maret 2015 Rektor,
TTD
Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si 3
Filosofi Pendidikan Universitas Islam Malang ( Membangun alHarakah, an Nahdliyah, alIslamiyah) Semua orang yakin bahwa Universitas Islam Malang telah memiliki filosofi pendidikan yang jelas. Bahkan selain jelas, filosofi itu sudah diyakini kebenarannya, bahkan telah diimplementasikan dalam situasi yang nyata walaupun belum sepenuhnya. Perguruan Tinggi Islam (Unisma Malang) yang sudah berumur hampir setengah abad ini memiliki filosofi yang dijadikan pegangan bersama oleh sivitas akademika. Danfilosofi didirikannya Unisma itu sering kali kita dengar dari para pendiri dan tokoh-tokoh di Unisma, oleh karena para pendirinya adalah para ulama’, kyai, cendekiawan, dan para tokoh Islam, sehingga belum sampai di terbukukan secara baik. Hadirnya Unisma sebagai perguruan tinggi Islam yang telah didirikan pada 27 Maret 1981 ini karena didorong oleh semangat pengabdian yang tinggi untuk mempersiapkan sumberdaya manusia intelek yang ulama dan ulama yang intelek, serta keinginan besar untuk berkhidmat untuk umat, bangsa dan negara. Namun demikian, perlu dimaklumi bahwa filosofi pendirian pendidikan yang jelas dan dianggap telah dimiliki bersama itu adalah belum tentu telah diungkap dalam bentuk tulisan secara sistematis dan terdokumentasikan secara jelas. Sama halnya dengan Pancasila, bahwa filsafat hidup dimaksud telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak lama, namun ternyata konsep itu baru brhasil dirumuskan oleh pendiri bangsa dan sekaligus Presiden pertama, yaitu Ir. H. Soekarno. Oleh karena itu, kelahiran Pancasila dicatat dalam sejarah pada 1 Juni 1945, sekalipun sebenarnya nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila itu sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak lama. Demikian pula filosofi pendirian Universitas Islam Malang, hingga usianya yang sudah mencapai 34 tahun, ternyata belum tersusun secara sempurna, terpadu, dan menyeluruh. Nilai-nilai, gagasan, pandangan terkait dengan pendidikan dimaksud masih terserak-serak, terhampar, dan baru terbayang pada pikiran masing-masing para pendirinya. Padahal sebenarnya konsep itu sudah dijalankan selama 34 tahun. Akan tetapi, ungkapan tertulis tentang filosofi pendirian pendidikan dimaksud secara sistematis dan jelas, belum dilakukan. Oleh karena itu, agar cita-cita, pikiran, semangat, dan berbagai pandangan yang memberikan arah, pedoman, pengertian mendasar tentang perguruan tinggi Islam ini terawat dan terdokumentasi secara jelas, maka perlu dirumuskan dengan baik dan syukur-syukur dapat mendekati sempurna.
4
Universitas Islam Malang berdiri atas semangat untuk membangun manusia yang dipandang ideal melalui pendidikan tinggi. Sebenarnya telah disadari bahwa lembaga pendidikan tinggi di kota Malang sudah banyak jumlahnya, baik yang berstatus negeri maupun swasta. Sekalipun ukuran kota Malang tidak terlalu besar, dan di kota ini juga sudah terdapat banyak perguruan tinggi, Universitas Islam Malang masih dipandang sangat perlu untuk berdiri dengan visi dan misinya untuk membangun umat. Kehadirannya bukan sebatas atas alasan mengikuti orang,
komunitas atau
organisasi lainnya, melainkan didorong dan dimotivasi oleh sebuah cita-cita, pandangan, dan nilai-nilai yang dianggap harus diperjuangkan melalui lembaga pendidikan tinggi. Gagasan dan nilai-nilai dimaksud diangap tidak mungkin bisa dikembangkan melalui lembaga pendidikan tinggi yang telah ada sebelumnya, baik oleh perguruan tinggi yang berstatus negeri maupun swasta. Secara lebih jelasnya lagi bahwa, nilai-nilai yang dimaksudkan tersebut adalah sebagaimana yang dimiliki dan dikembangkan oleh para ulama, kyai, cendekiawan yang tergabung dalam organisasi Nahdlatul Ulama’. Keberadaan Universitas Islam Malang yang diperjuangkan oleh para ulama, kyai, dan cendekiawan muslim dimaksud diharapkan menjadi pilar penting sebagai penyangga organisasi para ulama, yaitu Nahdlatul Ulama. Oleh karena itu, Universitas Islam Malang tidak akan mungkin dipisahkan dari NU atas dasar alasan bahwa keberadaannya memang dimiliki dan dimaksudkan untuk menyangga organisasi Islam berskala nasional bahkan sekarang telah merambah di bebarapa negara di Eropa dan Timur tengah yang lahir dari Jawa Timur itu. Sebagai lembaga pendidikan tinggi, maka Universitas Islam Malang sama halnya dengan perguruan tinggi lain pada umumnya, adalah bertugas menghasilkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan baru melalui penelitian, menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, dan melakukan pengabdian pada masyarakat dengan karakter khusus. Amanah yang dirumuskan seperti itu, juga sama dengan perguruan tinggi lainnya, menyandang sifat terbuka, bebas dan berani, namun harus bertanggung jawab. Sikap seperti itu sangat penting dijaga dan dikembangkan, agar apa yang diinginkan sebagai lembaga ilmu pengetahun berhasil ditunaikan secara maksimal. Namun di tengah-tengah kesamaan atau keserupaan karakteristik dengan perguruan tinggi lain tersebut, Universitas Islam Malang menyandang
cita-cita, gagasan,
pandangan, dan pemikiran yang secara tegas berbeda dari yang lain. Gambaran dan 5
karakteristik Universitas Islam Malang hingga tampak berbeda dari perguruan tinggi lain. Selain itu, Universitas Islam Malang sebagai pilar penting organisasi para ulama dan kyai, yakni Nahdlatul Ulama’, keberadaannya harus benar-benar menjadi kekuatan penggerak, penerang, sinar atau cahaya bagi warga NU dan umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Selain itu, Universitas Islam Malang juga harus mampu menjadi tempat bertanya, sumber ide, gagasan, dan sanggup memberi jawaban atas persoalan-persoalan yang muncul di tengah warga Nadlatul Ulama dan juga umat Islam pada umumnya. Atas perannya yang strategis itu, Universitas Islam Malang menjadi kebanggaan, tumpuan harapan, dan pilihan utama bagi semua warga NU dan umat Islam dalam menjadikan putra-putrinya sebagai ilmuwan yang dianggap ideal. Dengan demikian, posisi Universitas Islam Malang, sama sekali bukan sebagai pelengkap atau komplementer bagi perguruan tinggi apapun lainnya di Indonesia. Sebagai kekuatan penggerak, kebanggaan dan sekaligus pilihan utama, Universitas Islam Malang memiliki semboyan, jargon, dan tekad, yaitu menjadikan dirinya sebagai “al-Harakah an-Nahdliyah, al-Islamiyah”. Berangkat dari pilihan jargon atau semboyan ini, maka Universitas Islam Malang dimaksudkan menjadi sumber gerakan kebangkitan Islam. NU harus dipahami sebagai sebuah gerakan yang dahsyat. Dipimpin oleh para ulama yang berwibawa, kharismatik, memiliki jiwa pejuang dan sekaligus kesediaan berkorban, seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, KH. A. Wahid Hasyim, KH Syaifuddin Zuhri, KH. Idham Cholid, KH. Abdurrahman Wahid, dan lain-lain telah menjadi inspirator dan penggerak umat Islam diIndonesia. Ketauladanan para ulama dan kyai dimaksud harus menjadi inspirator, pedoman, dan tauladan yang diikuti dan dilanjutkan oleh lembaga pendidikan tinggi Islam yang berada di bawah naungan organisasi Nahdlatul Ulama. Semangat, cita-cita, gagasan para ulama dimaksud, melalui perguruan tinggi Islam, harus selalu tumbuh dan bangkit kembali. Melalui cara itu, gerakan perjuangan Nahdlatul Ulama tidak akan pernah padam, atau juga tidak perlu dikhawatirkan lagi akan
kekurangan penerus,
kekurangan kader-kader ulama, dan semacamnya. Sebab kekuatan yang dimaksudkan itu sepanjang waktu telah dilahirkan dari perguruan tinggi Islam yang dibanggun dan diprakarsai sendiri, ialah Universitas Islam Malang yang selalu dibanggakan bersama.
6
Nama “Islam” Pada Universitas Islam Malang
Pemberian nama “Islam” pada Universitas Islam Malang oleh para tokoh pendirinya harus dimaknai, bukan saja sebatas sebagai pembeda atau identitas, melainkan adalah sebagai petunjuk bahwa perguruan tinggi ini bertekat menjadikan al Qur’an, al Hadits Nabi, Ijma’ dan Qiyas
sebagai sumber ilmu pengetahuan selain
sumber ilmu lainnya. Yang dimaksud sebagai sumber lainnya itu adalah hasil observasi, eksperimentasi, dan penalaran logis dari fenomena kawniyah (alam semesta) dan fenomenanafsiyah (manusia). Al Qur’an dan al Hadits Nabi dipandang sebagai ayat-ayat qawliyah, sementara itu hasil observasi, eksperimentasi, dan penalaran logis disebut sebagai ayat-ayat kawniyahdan nafsiyah. Para guru besar, dosen, mahasiswa, dan para peneliti yang berada di Universitas Islam Malang dalam mencari kebenaran selalu mendasarkan pada kedua jenis sumber ilmu pengetahuan (al-Qur’an dan al-Hadits) yang dimaksudkan sebagai nilai etik boleh dan tidaknya ilmu pengetahuan dikembangkan, di samping al-Qur’an dan al-Hadits juga sebagai sumber ilmu pengetahuan seperti aqidah, akhlak, fiqh, tasawuf dan lain sebagainya. Ilmu yang dimaksudkan itu adalah segala jenis ilmu pengetahuan yang dikembangkan melalui berbagai fakultas yang ada. Oleh karena itu, pengetahuan tentang Islam bukan menjadi otoritas fakultas yang selama ini disebut sebagai fakultas agama saja, melainkan juga menjadi kajian semua fakultas yang ada di Universitas Islam Malang. Para ulama, kyai, dan tokoh Islam yang dalam sejarahnya mendirikan perguruan tingi Islam di Indonesia, mencita-citakan agar melalui perguruan tinggi yang dikembangkan itu berhasil melahirkan ulama yang intelek dan atau intelek yang ulama. Sebutan itu, sebenarnya tidak lepas dari sejarah lembaga pendidikan yang dikembangkan oleh para kyai sendiri. Pendidikan Islam di pesantren banyak melahirkan sosok ulama atau kyai. Namun dalam perkembangannya kemudian, identitas sebagai kyai atau ulama dipandang belum mencukupi. Para ulama dan kyai sendiri menginginkan agar ada lembaga pendidikan yang mampu melahirkan sosok seorang kyai dan sekaligus juga sosok yang intelek. Atas keinginan mereka itu, sebagai kelanjutan pendidikan pesantren, maka dengan kemampuan yang ada, mereka mendirikan perguruan tinggi Islam. Atas semangat dan usaha yang keras, maka muncul
7
perguruan tinggi Islam, baik di Jakarta, Yogakarta, Surabaya dan kemudian disusul di kota-kota besar lainnya. Atas dasar pandangan tersebut, maka nama “Islam” pada Universitas Islam Malang bukan sebatas dijadikan sebagai identitas atau pembeda, melainkan sebagai sumber dalam setiap pencarian kebenaran. Lebih dari itu, hendaknya nilai-nilai Islam selalu mewarnai berbagai aspek kehidupan perguruan tinggi ini, baik terkait dengan penampakan fisik kampus, perilaku komunitas kampus, hingga menyangkut bangunan keilmuan yang dikembangkannya. Wajah kampus perguruan tingi Islam ini harus diwarnai oleh nilai-nilai Islam secara menyeluruh, mulai dari penataan lingkungan, keindahan, kebersihan, tertiban, hingga arsitek berbagai jenis bangunan yang ada. Menyaksikan perguruan tinggi Islam ini diharapkan mendapatkan kesan tentang Islam yang sebenarnya. Demikian pula, perilaku, karakter, dan akhlak semua warga kampus ini menggambarkan keindahan dan kesempurnaan Islam. Perilaku semua warga kampus yang digambarkan sebagai perwujudan dari nilai-nilai Islam dimulai dari aspek yang sederhana, yaitu dari niat atau tekad tatkala mendatangi dan terlibat dalam perguruan tinggi ini pada setiap hari, cara menunaikan amanah, cara berpikir, berkomunikasi, dan semua hal lainnya secara menyeluruh. Terkait dengan niat misalnya, maka kehadirannya di kampus adalah dimaksudkan untuk ibadah. Oleh karena disebut sebagai ibadah, maka pasti ditunaikan dengan cara terbaik, ikhlas, jujur, sabar, amanah, dan seterusnya. Selain itu, sebagai perguruan tinggi “Islam”, yang dirintis, didirikan dan dibangun oleh para kyai dan ulama, maka harus memiliki pembeda yang jelas dari lembaga pendidikan lainnya di manapun. Sikap-sikap tawadhu’, sopan santun, menghormati orang tua, para guru, dan semacamnya harus mewarnai seluruh pergaulan di kampus ini. Sudah barang tentu,
sebagai perguruan tinggi, warga kampus
harus
mengembangkan kebebasan, keterbukaan, dan keberanian. Akan tetapi sikap itu harus dikendalikan oleh nilai-nilai Islam sebagaimana yang dikembangkan oleh para ulama dan kyai selama ini. Sikap seperti dimaksudkan itu selama 34 tahun, dalam batas-batas tertentu, sudah berhasil diimplementasikan di Universitas Islam Malang. Selanjutnya, nama “Islam” juga mewarnai semua jenis ilmu yang dikembangkan di Universitas Islam ini. Al-Qur’an danal-Hadits selalu dipandang oleh para ulama dan kyai sebagai bersifat universal. Pandangan yang demikian itu, maka menjadikan semua 8
bidang ilmu dapat merujuk pada al-Qur’an, al-Hadits, fenomena kawniyah dan nafsiyah,serta
pandangan
para
ulama
Islam
terdahulu
tentang
kehidupan
keberagamaan, termasuk boleh dan tidaknya ilmu itu dikembangkan. Dengan cara pandang seperti itu, maka dalam pengembangan keilmuan di Universitas Islam Malang selalu menjadikan paradigma al Qur’an dan al Hadits Nabi sebagai rujukannya. Pengembangan ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu
pendidikan, sains, termasuk
kedokteran selalu diwarnai atau bahkan mengambil ayat-ayat al-Qur’an, al-Hadits, termasuk hasil observasi dan eksperimen serta pandangan para Ulama terdahulu sebagai rujukan pokok. Mengacu pada pandangan tersebut, maka menjadi bertambah jelas bahwa, “Islam” yang dijadikan sebagai nama perguruan tinggi ini, bukan sebatas sebagai identitas dan sekedar pembeda dari perguruan tinggi lainnya, melainkan perguruan tinggi ini mengembangkan ilmu pengetahuan mendasarkan pada ayat-ayat qawliyah dan kawniyah dan pengembangannya tetap memperhatikan nilai etik yang ada dalam al-Qur’an maupun al Hadits tentang boleh dan tidaknya ilmu itu dikembangkan. Perguruan tinggi ini, berharap melahirkan ulama yang intelek dan atau intelek yang ulama. Lebih tegasnya, sebagaimana dicita-citakan oleh para ulama dan kyai ketika mendirikan lembaga pendidikan tinggi Islam adalah ingin menampakkan Islam Ahlus sunnah wal Jama’ahal-nahdliyahpada seluruh kehidupan warga kampus secara menyeluruh dalam berbagai bentuk dan jenis aktivitasnya sehari-hari. Nilai-Nilai Penggerak Seluruh Kehidupan Kampus
Universitas Islam Malang sebagaimana telah ditunjukkan oleh para pendiririnya, dalam setiap kegiatannya, selalu diwarnai oleh tiga nilai luhur yaitu keikhlasan, kejujuran, dan kerukunan atau kebersamaan. Ketiga nilai luhur ini selalu dijadikan pegangan dalam semua hal yang terkait dengan pengembangan kampus oleh para pendirinya. Atas dasar nilai-nilai itu, ternyata hingga berjalan selama 34 tahun, kampus ini semakin berkembang dan menunjukkan kekokohannya. Oleh karena itu diyakini bahwa nilai-nilai dimaksud seharusnya dipertahankan dan bahkan seharusnya dimiliki, dihayati dan dijadikan pedoman berperilaku oleh siapapun yang pernah merasa dirinya mengambil manfaat dari perguruan tinggi Islam ini.
9
Nilai keikhlasan
diletakkan pada posisi tertinggi dalam setiap langkah
pengembangan kampus, oleh karena diyakini bahwa, semua amal atau kegiatan apapun akan menjadi sia-sia belaka ketika tidak dibarengi dengan keikhlasan. Para ulama dan kyai pendiri kampus ini memandang bahwa semua amal atau perbuatan harus didasarkan pada ilmunya. Oleh karena itu ilmu menjadi sangat penting. Tanpa ilmu pengetahuan maka kegiatan apapun hasilnya tidak maksimal. Demikian pula selanjutnya, amal atau kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan dengan mendasarkan pada ilmu, tetapi dilakukan tidak dengan ikhlas, maka hasilnya tidak akan memberi manfaat apa-apa. Puncak segala amal adalah keikhlasan. Oleh karenanya, sebagai warga perguruan tinggi Islam, maka segala pekerjaan harus didasari oleh keikhlasan. Nilai berikutnya adalah kejujuran. Diyakini bahwa kejujuran adalah landasan utama yang harus ada dalam setiap menunaikan pekerjaan dan apalagi pekerjaan itu dilakukan secara bersama-sama, sebagaimana ketika membangun Universitas Islam Malang. Betapa pentingnya kejujuran, atau trust, sehingga Muhammad saw., sebelum diangkat menjadi rasul, sudah dikaruniai sifat jujur. Utusan Allah ini jujur kepada siapapun, tanpa pernah mengecualikan siapa saja. Kejujuran Muhammad saw., diakui oleh semua orang di Makkah yang pernah bersentuhan dengannya, tidak terkecuali oleh para pemuka suku-suku Quraisy yang ketika itu tidak menyukai Muhammad. Atas kejujurannya itu, Muhammad saw., sejak sebelum diangkat menjadi rasul sudah diberi predikat al amien, yang artinya adalah sebagai orang yang terpercaya. Berbekalkan kepercayaan itu, Muhammad pernah diberi mandat oleh beberapa suku yang sedang bertikai, memperebutkan siapa yang paling berhak,—dalam kisahnya, meletakkan hajar aswad di tempatnya setelah ka’bah selesai direnovasi. Pembangunan ka’bah dilakukan secara bersama-sama oleh berbagai kabilah atau suku di sekitar itu. Pada awalnya mereka bekerja bersama-sama, namun ketika sampai pada kegiatan puncak, yaitu meletakkan hajar aswat, maka timbul perebutan. Dalam suasana tegang itu, Muhammad saw., dipercaya untuk tampil, dan ternyata berhasil mempersatukan berbagai pihak yang bertikai dan berebut itu. Oleh karena itu, jujur dan atau trust oleh para perintis perguruan tinggi Islam Malang dijadikan modal utama untuk meraih keberhasilannya. Nilai ketiga yang dijadikan landasan untuk membangun kampus ini adalah kerukunan atau kebersamaan atau dalam bahasa sehari-hari sesuai dengan konsep Islam adalah berjama’ah. Dalam berjama’ah, maka siapapun diposisikan secara 10
terhormat, berkedudukan sama, tidak membeda-bedakan antara satu dengan lainnya. Jika terjadi perbedaan antara satu dengan lainnya adalah hanya dilihat dan didasarkan pada kualitas keilmuan dan kerjanya. Menyangkut ukuran kualitas itu pula, dalam kehidupan perguruan tinggi telah dimaklumi dan dipahami oleh semua pihak. Pada masing-masing jabatan terdapat persyaratan yang harus dipenuhi. Mereka yang memenuhi berbagai syarat, ketentuan prosedural, dan proporsional, maka kepada yang bersangkutan diberikan amanah, tugas, dan atau tanggung jawab. Betapa kekuatan kerukunan, kebersamaan, atau berjamaah, bisa dijelaskan melalui berbagai jenis logika. Menggunakan logika ritual, shalat yang dilakukan berjama’ah secara sempurna akan ditingkatkan pahalanya hingga 27 derajat dibanding shalat sendirian. Demikian pula melalui logika sosial, ekonomi, dan bahkan politik sekalipun, bahwa siapapun yang berhasil membangun kebersamaan, keutuhan, dan jama’ah, maka pasti yang bersangkutan akan memenangkan dalam berbagai kompetisi. Itulah sebabnya, para pendiri perguruan tinggi ini meletakkan kebersamaan pada posisi yang amat strategis dan harus dijalankan oleh siapapun yang berada pada barisan pengembangan Universitas Islam Malang.
Cita-Cita dan Tema Besar Universitas Islam Malang
Keberadaan Universitas Islam Malang di tengah-tengah kehidupan umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya, ingin memberikan sesuatu yang terbaik. Melalui kegiatan riset, pendidikan dan pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat, lembaga pendidikan tinggi Islam ini akan memberikan sumbangan, berupa karya-karya berupa ilmu pengetahuan dari hasil risetnya, tenaga terdidik dari hasil pendidikan dan pengajarannya, dan sumbangan nyata kepada masyarakat dari kerja ilmiah dan profesional yang disandangnya. Keberadaan perguruan tinggi Islam ingin memberi sesuatu yang berharga, ialah ikut mengantarkan umat Islam pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya di dalam meraih citanya-citanya. Universitas Islam Malang tampil
kokoh dan perkasa ingin menjadi problem solver atau
memecahkan masalah dan sama sekali bukan menjadi lembaga yang keberadaannya justru penambah masalah. Sebagaimana nama yang disandangnya, yaitu Universitas Islam, maka perguruan tinggi ini dalam mengembangkan diri dan masyarakat bertekat akan mengambil 11
contoh, tauladan dan prinsip-prinsip gerakan perubahan besar yang dilakukan oleh Rasulullah ketika membangun masyarakat Makkah dan Madinah. Muhammad saw., di dalam sejarah hidupnya mendapatkan amanah untuk membangun masyarakat dunia, yang pada awalnya memulai di satu wilayah secara terbatas, yaitu di Makkah dan Madinah. Gerakan yang semula hanya terbatas, tetapi oleh karena dilakukan atas dasar keimanan, kesungguhan, keikhlasan, kesabaran, dan selalu mendapatkan petunjuk langsung dari Tuhan, ternyata sekalipun hanya dalam waktu singkat, perjuangannya berhasil dengan gemilang. Gerakan perubahan itu berlanjut dan menyebar ke seluruh penjuru dunia hingga tidak terbatas tanpa henti hingga sekarang ini. Menangkap dan terinspirasi oleh gerakan perubahan yang dilakukan oleh Muhammad saw., maka para ulama, kyai, dan tokoh Islam yang berada di Malang melalui lembaga pendidikan tinggi Islam bernama Universitas Islam Malang berkeinginan mewarisi dan meneruskan risalah kerasulan itu untuk pengembangan masyarakat pada saat sekarang dan yang akan datang. Melalui ajaran Islam diyakini akan membawa kemajuan, kemenangan, keunggulan, menjadi komunitas terbaik, dan sekaligus meraih kebahagiaan, baik di dunia maupun di akherat kelak. Melalui perguruan tinggi Islam, maka nilai-nilai luhur dan mulia dimaksud berusaha diejawantahkan secara bersama-sama seluruh civitas akademikanya, baik pimpinan, dosen, mahasiswa, dan semua karyawannya. Semangat Islam akan dikobarkan kembali. Namun semangat Islam yang dimaksud itu adalah semangat kemajuan, semangat kemanusiaan, semangat kebersamaan, semangat bertoleransi, semangat menghargai siapapun yang selalu berpikir dan berkarya untuk kehidupan yang damai dan sejahtera. Atas dasar pemikiran dan pandangan tersebut, maka dirumuskan bahwa semangat, etos, dan tekat yang disandang oleh Universitas Islam Malang adalah semangat gerakan (al-Harakah), semangat kebangkitan (an-Nahdliyah), dan semangat Islam.
Diharapkan dengan sungguh-sungguh, melalui tema besar sebagaimana
disebutkan itu, Universitas Islam Malang menjadi jelas identitasnya, visi dan misi yang seharusnya diemban, cita-cita dan target yang ingin diwujudkan, serta posisi dan perannya di tengah-tengah umat Islam pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umunya. Melalui rumusan tema besar dimaksud, maka seluruh warga Universitas Islam Malang akan berusaha untuk menyesuaikan diri sepenuhnya dengan gerakan yang dimaksudkan itu.
12
Menjadi warga Universitas Islam Malang, maka sama artinya dengan menjadi orang yang sedang berusaha untuk menjadi kekuatan penggerak atau al-harakah di mana dan kapan pun. Ciri khas warga kampus ini adalah menjadikan dirinya sebagai kekuatan penggerak dirinya atau al-harakah dan sekaligus juga menjadi kekuatan penggerak orang lain, agar berbuat baik, di mana pun berada. Ciri berikutnya adalah an-Nahdiyah, atau bangkit. Disebut bangkit, oleh karena sebenarnya, umat Islam pernah meraih kemajuan di masa lalu. Namun sebagaimana gerak sosial pada umumnya, keadaan masyarakat selalu timbul dan tenggelam. Demikian pula yang dialami oleh umat Islam. Keberadaan Universitas Islam Malang diharapkan menjadi kekuatan untuk bangkit kembali. Sekedar sebagai gambaran, agar melalui Universitas Islam Malang, dicita-citakan lahir tokoh-tokoh sebagaimana dahulu telah muncul, yaitu KH. Hasyim Asy’ary, KH. Wahab Hasbullah, KH. A. Wahid Hasyim, KH Subhan ZE, KH. Syaifuddin Zuhri, KH. Ahmad Sidiq, KH. Abdurrahman Wahid dan seterusnya. Sedangkan gerakan kebangkitan atau an-Nahdliyah yang dimaksudkan itu, adalah gerakan kebangkitan Islam. Namun agar tidak terjadi salah tafsir, yakni agar berbeda dari gerakan Islam lainnya, maka perlu dipertegas, bahwa Universitas Islam Malang dengan petimbangan yang sangat matang telah mengembangkan dan menganut faham ahlus sunnah wal jama’ah al nahdliyah, yaitu Islam yang moderat, toleran, Islam yang damai tatkala berdampingan dengan siapapun, Islam yang menjadikan orang lain merasa terayomi, merasa dihargai, dan merasa aman, dan selamat dalam arti tidak terganggu. Rumusan itu sengaja secara eksplisit disebutkan, dengan maksud untuk memberikan peringatan kepada siapapun, tidak terkecuali kepada warga kampus sendiri, baik pimpinan, dosen, mahasiswa, dan karyawannya.
Perilaku Kolektif Warga Kampus
Setiap orang memiliki kebebasan untuk membangun prilaku individual masingmasing, sesuai dengan kebiasaan yang dijalaninya sehari-hari di mana saja mereka berada. Akan tetapi, oleh karena mereka sudah berada pada ikatan kebersamaan, sebagai warga kampus Universitas Islam Malang yang menyandang visi, misi, tradisi, cita-cita, komitmen, dan target-target yang diinginkan guna menyongsong kemajuan di masa depan, maka
perilaku individual yang dimiliki masing-masing oleh seluruh
13
warga kampus disesuaikan atau diadaptasikan menjadi perilaku kolektif yang terpola, atau seragam sebagai identitas Universitas Islam Malang. Universitas Islam Malang bukan saja bisa dikenali dari bentuk dan arsitek gedungnya, penataan lingkungannya, dan berbagai macam assesorisnya, melainkan juga dari perilaku warga kampusnya. Memang mereka memiliki perilaku yang tidak akan mungkin diseragamkan. Akan tetapi paling tidak, melalui Universitas Islam Malang dibangun pola yang mirip atau hampir seragam. Dengan demikian, siapapun yang datang ke perguruan tinggi Islam ini akan memperoleh kesan yang mendalam tentang pola perilaku kolektif warga kampus ini. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai jenis perilaku orang yang ditampakkan, baik dalam berpakaian saat sedang bekerja, maupun menempatkan atau memposisikan diri saat bersama orang lain, berkomunikasi dengan sesama ataudengan orang yang lebih muda, dengan guru, dengan orang tua atau pimpinan, dengan bawahan, dengan para tamu, dan sebagainya. Semua perilaku tersebut sebenarnya bisa dibangun bersama hingga menjadi berpola, dan pola yang dimaksudkan itu adalah khas, dan menjadi milik Universitas Islam Malang. Beberapa pola perilaku itu penting dirumuskan dan dijalankan secara bersamasama, menyesuaikan dengan posisi dan peran perguruan tinggi ini sebagai lembaga pendidikan, dan lebih-lebih menyandang identitas sebagai al-harakah, an-Nahdliyah, al Islamiyah,atau secara tegas telah mengikrarkan diri beridentitas sebagai bagian strategis gerakan kebangkitan islam. Pola perilaku dimaksud juga disesuaikan dengan visi, misi, tradisi dan cita-cita, serta nilai-nilai luhur yang disandang oleh Universitas Islam Malang. Melalui berbagai pertimbangan, kajian, dan renungan mendalam, yang dilakukan oleh para pimpinan perguruan tinggi Islam ini, maka dihasilkan rumusan perilaku kolektif adalah sebagai berikut, yaitu (1) santun, (2) pemberani atas dasar kebenaran, (3) egaliter, (4) profesional, dan (5) populis. Sudah barang tentu, penetapan ke empat jenis perilaku kolektif dimaksud bukan berarti bahwa warga Universitas Islam Malang tidak memiliki jiwa luhur lainnya, akan tetapi ke empat nilai yang dimaksudkan itu sengaja diutamakan dan dijadikan pembeda dan dianggap bersifat khas atau unik. Sebagai karakteristik pertama warga Universitas Islam Malang adalah santun. Dalam bahasa santri santun adalah tawadhu’. Seseorang disebut tawadhu’ ketika mampu menempatkan dirinya pada posisi yang tepat, sehingga orang lain merasa 14
dihormati, dihargai, dan diistimewakan. Orang tawadhu’ sangat jauh dari kesan tinggi hati atau sombong dan takabur. Sikap santun seperti itu sangat penting dikembangkan di lembaga pendidikan yang dikreasi oleh para ulama dan atau para kyai. Orang disebut tawadhu’ biasanya diedintikkan dengan berakhlak mulia. Sikap tawadhu’ lazim dikembangkan di dunia pesantren. Seorang santri disebut berprestasi dan dianggap lebih unggul dibanding lainnya, di antaranya diukur dari sikap tawadhu’nya itu. Menyesuaikan dengan karateristik perguruan tinggi, dan sekaligus sebagai penyeimbang dari sikap tawadhu’, maka ditampakkan sikap atau perilaku pemberani. Menghadapi guru dan orang yang lebih tua, siapapun harus selalu tawadhu’. Sebaliknya tatkala harus membela kebenaran, maka warga kampus Universitas Islam Malang harus tampil berani. Sikap pemberani dalam membela kebenaran adalah sebagai pertanda keimanan seseorang. Relevan dengan hal itu disebutka dalam hadits Nabi bahwa sebagai bagian dari tanda keimanan seseorang adalah tampak dari keberaniannya. Selain tawadhu’ dan pemberani, sebagai karakteristik warga Universitas Islam Malang adalah egaliter. Seseorang disebut egaliter jika selalu terbuka terhadap orang lain, menghargai sesama, peduli, dan suka berbagi untuk kemaslahatan, dan lain-lain. Kharasteristik sebagaiamana disebutkan itu menggambarkan bahwa orang yang bersangkutan adalah cakap dan cerdas. Tidak mungkin, orang egaliter tidak memiliki kelebihan. Sedangkan kelebihan yang dimaksudkan itu adalah keimanan, keluasan ilmu dan amal shalehnya. Warga Universitas Islam Malang, di mana dan kapan saja, harus selalu menunjukkan kelebihannya itu. Ciri khas warga kampus Universitas Islam Malang yang ditonjolkan berikutnya adalah profesional. Dalam Islam disebutkan bahwa selain beriman, orang harus selalu beramal shaleh. Beramal artinya adalah bekerja, sedangkan shaleh artinya adalah benar, lurus, tepat, atau sesuai. Maka, beramal shaleh seharusnya diartikan sebagai bekerja secara profesional. Nabi Muhammad juga memberikan petunjuk bahwa jika sesuatu pekerjaan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Warga kampus Universitas Islam Malang mampu menghargai dan menjalankan prinsip profesionalitas itu. Siapa saja bersedia diserahi amanah tatkala merasa memiliki kemampuan, kecakapan, dan kesanggupan atas jenis tugas itu, sehingga akan menghasilkan sesuatu yang maksimal kualitasnya.
15
Atas semangat dan tekat menjadikan ke empat perilaku tersebut, yakni santun, berani, egaliter, dan profesional, sebagai karakteristik bagi seluruh warganya, maka diharapkan Universitas Islam Malang, tidak saja dikenal luas dari aspek-aspek yang bersifat fisik, melainkan juga dari ke khasan perilaku kehidupan warga kampusnya sehari-hari. Siapapun yang berinteraksi atau bersentuhan dengan warga Universitas Islam Malang akan mendapatkan kesan mendalam yang melegakan, menyenangkan, dan bahkan keindahannya. Akhirnya, Universitas Islam Malang akan benar-benar menjadi bukti terhadap kebenaran dan keindahan Islam itu sendiri.
Suara Batin Warga Kampus
Sebagai penerus perjuangan para ulama dan kyai di dalam mengembangkan pendidkikan Islam, maka seluruh warga kampus memiliki suara batin yang sama. Suara batin yang dimaksudkan itu akan melahirkan niat, tekat, dan semangat yang sama untuk memajukan Universitas Islam Malang yang sangat dicintainya. Tanpa kesamaan suara batin itu, maka tidak akan melahirkan kekuatan maksimal, kebersamaan, dan kesamaan arah yang ingin dituju dan diraih. Setidaknya ada tujuh suasana batin yang dimiliki dan dikembangkan oleh warga Universitas Islam Malang secara terus menerus. Ketujuh suara batin yang dimaksudkan itu adalah sebagai berikut. Pertama, warga kampus selalu memiliki hati yang bersih. Universitas Islam Malang tidak akan mungkin berkembang maju, menjadi unggul, dan berwibawa manakala di dalamnya terdapat orang-orang yang berhati tidak bersih, kurang sehat, dan banyak gangguan. Hati bersih yang dimaksudkan itu adalah hati yang terjauh dari berbagai sifat yang menyelakakan, yaitu iri hati, dengki, suudhan, menyukai permusuhan, takabbur, sombong, dan lain-lain. Disadari bahwa betapa beratnya menjauh dari sifat-sifat yang merusak hati dimaksud, sehingga pada setiap saat, warga Universitas Islam Malang selalu memohon kepada Allah SWT., agar dijauhkan dari penyakit hati itu. Kedua, setelah berharap dan berusaha terbebas dari berbagai penyakit hati yang merusak dan menyesatkan, dengan cara selalu memohon perlindungan dari Allah swt., warga Universitas Islam Malang selalu berusaha menghiasi hati nuraninya dengan sifat Allah, yaitu kasih sayang. Suasana saling mengasihi dan menyayangi terhadap semua tanpa terkecuali, selalu terasa di lingkungan perguruan tinggi Islam ini. Sifat 16
kasih sayang tidak seharusnya dimaknai sederhana, yakni serba permisif atau serba boleh melakukan apa saja, melainkan justru sebaliknya, yaitu berusaha menempatkan apa saja pada tempat dan proporsinya. Hal demikian itu dilakukan, agar terwujud susana kegembiraan, kedamaian, dan sekeselamatan bersama. Apapun yang dilakukan oleh warga Universitas Islam Malang selalu mendasarkan pada sifat kasih sayang. Umpama saja, terdapat seseorang yang melakukan kesalahan, dan yang bersangkutan harus dihukum, maka hukuman itu adalah didasari oleh kasih sayang pula. Dengan demikian sifat kasih sayang benar-benar mewarnai perilaku warga kampus. Siapapun membutuhkan sikap itu, dan oleh karena itulah, maka sifat itu ditumbuh-kembangkan melalui pembiasaan, baik tatkala sedang di dalam kampus, maupun ketika warga Universitas Islam Malang berada di luar kampusnya. Ketiga, bekerja bagi warga Universitas Islam Malang adalah selalu didasari oleh niat beribadah. Oleh karena itu, apapun bagian yang menjadi tugasnya, selalu ditunaikan sebaik-baiknya. Pilihan yang terbaik selalu menjadi semboyannya. Namun demikian, tatkala tugas atau amanah itu membawa hasil maksimal, maka siapapun tidak akan berkeinginan memperoleh pujian. Sebab telah disadari, bahwa pujian itu adalah bukan haknya. Segala pujian diyakini dan disadari oleh semua warga kampus, adalah hanya milik Allah swt. Hasil kerja yang selalu diusahakan menjadi yang terbaik hanya dipersembahkan kepada Tuhan sebagai bentuk rasa syukurnya. Keempat,
warga kampus Universitas Islam Malang senantiasa memiliki
kesadaran bahwa kehidupan ini memiliki perspektif yang panjang, yaitu mulai hari ini di dunia hingga di akherat nanti. Kesediaan berjuang dan berkorban dengan sepenuh hati ikut bersama-sama membesarkan Universitas Islam Malang adalah didorong oleh keyakinan, akan adanya kehidupan di akherat kelak itu. Semua amal kebaikannya akan dijadikan bekal tatkala nanti menghadap Dzat Yang Maha Kuasa. Keyakinan seperti itu mendorong dirinya untuk melakukan semua pengabdiannya dalam keadaan terbaik. Apapun posisi, kedudukan, jabatan, dan jenis pekerjaan yang diamanahkan selalu ditunaikan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Semua jenis pekerjaan, ——bagi warga kampus, tidak saja membawa manfaat pada hari ini, tetapi justru yang lebih penting adalah untuk kehidupan jangka panjang, di akherat kelak. Kelima, Suara hati yang tidak kurang pentingnya dan selalu dipelihara oleh seluruh warga Universitas Islam Malang adalah kesadaran bahwa semua yang 17
dikerjakan adalah sebagai bagian penting dari ibadah kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Ibadah yang dimaksudkan di dalam Islam tidak saja dilakukan dalam bentuk shalat, puasa, bakat, haji, dan banyak berdzikir, tetapi adalah juga dalam menjalankan amanah sehari-hari tatkala terlibat memajukan perguruan tinggi Islam. Selanjutnya, agar hasil usaha itu maksimal, maka selalu diikuti dengan berupaya memohon pertolongan kepada-Nya. Dengan demikian, suasana kerja yang dilakukan oleh semua warga kampus menjadi bernuansa sempurna, yaitu baik yang bersifat profan dalam arti untuk hari ini, maupun juga selalu bernuansa spiritual dan bersifat transendental. Keenam, menyadari bahwa untuk menjalankan amanah, tidak terkecuali dalam mengembangkan dan membesarkan lembaga pendidikan Islam, tidaklah mudah. Sekalipun kegiatan itu pada awalnya jelas, fokus, dan terarah, namun ternyata di perjalanan kelak kemudian selalu muncul gangguan, godaan, dan berbagai halangan yang pasti selalu ditemui. Oleh karena itu sebagai warga kampus perguruan tingi Islam, selalu menyadari terhadap pentingnya petunjuk atau hidayah dari Dzat Yang Maha Tahu. Permohonan dan doa selalu dilakukan agar mendapatkan petunjuk di dalam menjalankan amanah, sehingga tidak mengalami kesalahan atau bahkan tersesat. Ketujuh, sebagai warga Universitas Islam Malang selalu memiliki kesadaran sejarah yang tinggi. Bahwa keberadaan Universitas Islam Malang ini dirintis dan dikembangkan oleh para ulama, kyai, dan para tokoh Islam dengan hati yang tulus dan ikhlas. Amal shaleh yang mereka lakukan menghasilkan sebuah perguruan tinggi Islam hingga menjadi kebanggan umat. Perjuangan yang dilakukan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh serta dibarengi pengorbanan yang tinggi, seharusnya diteruskan oleh
generasi ke generasi selanjutnya. Semangat, dedikasi, pengorbanan, dan
integritasnya itu selalu dijadikan sumber inspirasi dan pendorong bagi generasi berikutnya. Manakala suara batin sebagaimana digambarkan di muka berhasil dipelihara oleh semua warga kampus, maka Universitas Islam Malang, akan benar-benar menjadi semakin maju, semakin indah, dan akan menjadi tauladan bagi siapapun yang menjalankan amal shaleh, terutama dalam pengembangan pendidikan tinggi Islam. Selain itu, Universitas Islam Malang akan benar-benar mampu menjadi pemandu, penerang, penunjuk arah, dan bahkan cahaya bagi kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, dengan tekat sebagaimana dikemukakan di muka, kampus yang diwarnai oleh suasana keikhlasan, kejujuran, dankerukunan atau 18
kebersamaan akan semakin dirasakan guna dan manfaatnya bagi umat Islam pada khusunya, dan bangsa Indonesia pada umumnya.
19