Fikih Ringkas dalam Berkurban Bismillahirrahmanirrahim. Artikel ini sebenarnya telah kami posting beberapa tahun yang lalu di blog kami yang masih beralamat di warisan salaf wordpress. Mengingat sebentar lagi kita akan memasuki bulan Dzulhijjah dan barangkali ada di antara kita ada yang ingin berkurban. Maka kami angkat kembali pembahasan ini dengan harapan kita dapat mengambil manfaat darinya: Allah subhaanahu wa ta’aalaa mensyari’atkan menyembelih al-udhiyah (hewan kurban) bagi kaum muslimin yang memiliki kemampuan. Hal ini Allah sebutkan dalam firman-Nya: “Maka shalatlah hanya kepada Rabb-mu dan menyembelihlah.” (QS. Al-Kautsar: 2) Di dalam ayat ini yang dimaksud dengan “menyembelih” adalah menyembelih hewan kurban pada hari nahr (‘Idul Adha dan tiga hari setelahnya). Pendapat ini dipilih oleh mayoritas ahli tafsir dan dikuatkan oleh Ibnu Katsir. (lihat Zadul Masir 6/195 dan Tafsir Ibnu katsir 8/503)
Makna Udhiyah Al-Udhiyyah adalah bentuk tunggal dari al-adhahi. Al-Imam al-Jurjani menjelaskan, bahwa al-udhiyah adalah nama untuk hewan kurban yang disembelih pada hari-hari nahr (Idul Adha dan 3 hari setelahnya) dengan niat mendekatkan diri kepada Allah ta’ala. (At-Ta’rifat 1/45) Hukum Udhiyah Mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum berkurban adalah sunnah mu’akkadah, dan bagi orang yang memiliki kemampuan agar tidak meninggalkannya. Adapun jika berkurbannya karena wasiat atau nadzar maka menjadi wajib untuk ditunaikan. (Majmu’ Fatawa Ibnu Baaz 16/156 dan Majmu’ Fatawa Ibnu ‘Utsaimin 25/10) Kedudukan Berkurban dalam Islam Berkurban memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Cukuplah
menunjukkan hal itu manakala kurban itu lebih utama daripada shadaqah sunnah. Ibnu Qudamah berkata, “Al-Udhiyah lebih utama ketimbang shadaqah biasa yang senilai dengannya.” (Al-Mughni 9/436) Syarat-Syarat Udhiyah Ada empat syarat hewan yang boleh untuk dijadikan sebagai udhiyah: Pertama: Dari jenis hewan yang telah ditentukan syari’at yaitu unta, sapi, dan kambing. Barangsiapa berkurban dengan kuda atau ayam maka tidak sah walaupun bentuknya lebih bagus dan harganya lebih mahal. Kedua: Telah mencapai usia tertentu, yaitu enam bulan untuk domba dan satu tahun untuk kambing Jawa. Adapun untuk sapi adalah dua tahun, sedangkan unta adalah lima tahun. Barangsiapa berkurban dengan domba berumur lima bulan atau sapi berumur satu tahun maka tidak sah. Ketiga: tidak memiliki 4 cacat tubuh yang disebutkan dalam hadits al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallaahu ‘anhu, “Ada empat cacat yang tidak boleh ada pada hewan kurban; al-‘aura (buta sebelah) yang jelas butanya, sakit yang jelas sakitnya, pincang yang jelas pincangnya, dan kurus yang tidak ada sumsumnya.” Maka tidak boleh berkurban dengan hewan-hewan yang memiliki kriteria cacat tubuh seperti tersebut di atas atau yang lebih parah darinya, seperti buta kedua matanya, putus salah satu kakinya, sekarat karena diterkam hewan buas atau yang lainnya. Adapun cacat tubuh yang tidak terlalu parah maka masih sah dijadikan sebagai udhiyah seperti hewan yang terpotong telinga, tanduk, atau ekornya, baik terpotong secara keseluruan atau hanya sebagian saja. Tetapi yang afdhal (lebih utama) adalah memilih hewan yang bagus, gemuk, dan sehat. Keempat: Menyembelih pada waktu yang telah ditentukan, yaitu setelah shalat ‘Idul Adha sampai akhir hari tasyriq. Maka total waktu penyembelihan adalah empat hari (‘Idul Adha dan 3 hari setelahnya). Barangsiapa menyembelih pada selain hari yang telah ditentukan maka tidak dianggap sebagai hewan kurban walaupun orang tersebut tidak mengetahui
hukumnya. (Lihat Liqa’ Al-Babil Maftuh Ibnu ‘Utsaimin 92/3 dan al-Fatawa Ibnu Utsaimin 25/13) Satu Hewan Cukup untuk Satu Keluarga Berkurban dengan satu ekor kambing telah mewakili seluruh keluarga yang tinggal dalam satu atap walaupun berjumlah lebih dari satu keluarga. Dengan ketentuan ketika menyembelihnya harus diniatkan untuk dirinya dan keluarganya. Sebagaimana dahulu Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam hanya berkurban satu ekor domba untuk beliau dan seluruh isteri dan keluarga beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam. (HR. Ahmad 6/391, lihat Majmu’ Fatawa Ibnu ‘Utsaimin 25/40). Mengkhusukan Kurban untuk Orang Yang Telah Meninggal Tidak boleh mengkhususkan kurban untuk orang yang telah meninggal walaupun kerabat dekat. Karena hal ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam. Adapun jika meniatkan untuk diri dan semua keluarganya baik yang masih hidup atau yang telah meninggal maka yang seperti ini tidak mengapa. (Lihat Liqa’ Al-Babil Maftuh Ibnu ‘Utsaimin 92/2) Beberapa Hukum Berkaitan dengan Orang yang Berkurban Berikut beberapa hukum yang harus diperhatikan oleh seorang yang ingin berkurban: a. Ikhlas Mengharap Ridha Allah subhaanahu wa ta’aalaa Niat yang ikhlas adalah kunci diterimanya sebuah amalan. Seorang yang berkurban dengan kambing yang mahal harganya, gemuk tubuhnya, dan bagus bentuknya tetapi tidak diiringi dengan keikhlasan maka tidak akan memiliki arti sedikitpun di sisi Allah subhaanahu wa ta’aalaa, “Tidak akan sampai kepada Allah daging dan darahnya (hewan sembelihan), akan tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan dari kalian.” (QS. Al-Hajj: 37) dan ketakwaan yang paling agung adalah mengikhlaskan niat.
b.
Tidak Boleh Memotong Kuku dan Mencukur Rambut
Memasuki sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, seorang yang telah berniat berkurban tidak boleh memotong kuku dan semua rambut yang tumbuh di tubuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila telah masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kalian hendak berkurban, maka janganlah ia memotong rambut dan kulitnya sedikitpun.” (HR. Muslim no. 1977 dari Ummu Salamah radhiyallaahu ‘anha) Dalam riwayat lain, “Janganlah sekali-kali ia memotong rambutnya atau memotong kukunya.” Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksud larangan memotong kuku dan rambut adalah menghilangkan kuku baik dengan cara memotong, mematahkan, atau cara lainnya. Sedangkan larangan memotong rambut adalah dengan mencukur, memendekkan, mencabut, membakar, menggunakan obat perontok, atau cara lainnya. Larangan tersebut berlaku bagi bulu ketiak, kumis, bulu kemaluan, dan seluruh rambut yang tumbuh di tubuh.” (Al-Minhaj 6/472)
Tata Cara Memotong Udhiyah Cara memotong udhiyah yang berupa kambing, baik domba maupun kambing Jawa adalah sebagai berikut: 1. Siapkan pisau yang tajam. 2. Baringkanlah hewan kurban di atas lambungnya yang kiri. Kemudian letakkanlah kaki anda di atas leher hewan kurban sedangkan tangan kiri anda memegangi kepala hewan kurban sehingga menjadi tampak urat lehernya. 3. Bacalah basmalah: Bismillah, Allahu Akbar, Allohumma hadza minka wa laka, Allohumma hadzihi ‘anni wa ‘an ahli baiti “Dengan nama Allah, Allah Maha besar. Ya Allah (hewan) ini dari-Mu dan untuk-
Mu. Ya Allah, ini kurban dariku dan keluargaku.” Dan boleh juga dengan membaca, Bismillah, wallahu Akbar “Dengan nama Allah, Allah Maha besar.” 4. Lalu gorokkan pisau dengan kuat di leher bagian atas hingga terputus alhulqum (jalan pernapasan), al-wajdain (dua urat leher) dan al-muri (jalur makanan). Diusahakan menyembelih hewan kurbannya sendiri karena itu yang lebih utama, bila tidak mampu maka diwakilkan kepada orang yang terpercaya. Boleh baginya melihat proses penyembelihan atau pun tidak melihatnya. Dan diperbolehkan bagi wanita menyembelih hewan kurbannya sendiri bila ia mampu melakukannya. (lihat Majmu’ Fatawa Ibnu ‘Utsaimin 25/60 dan 81)
Memakan Daging Kurbannya Seorang yang berkurban disunnahkan memakan sebagian dari daging hewan kurbannya, bahkan ada sebagian ulama’ yang mewajibkannya berdasarkan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa: “Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang membutuhkan lagi fakir.” (QS. Al Hajj: 28) Tidak ada ketentuan batas maksimal dalam pengambilan daging kurban, boleh mengambil sedikit, separuh, atau sebagian besar.
Berhutang untuk Berkurban Berhutang untuk membeli hewan kurban diperbolehkan bagi seseorang yang memiliki pekerjaan tetap dan penghasilan pasti, sehingga dia bisa membayar hutangnya tidak melebihi batas tempo yang telah disepakati. Apabila tidak ada penghasilan pasti, maka tidak dianjurkan berhutang karena syari’at kurban hanya berlaku bagi orang yang memiliki kemampuan. (Majmu’ Fatawa Ibnu
‘Utsaimin 25/110) Menyimpan Daging Kurbannya Diperbolehkan menyimpan daging hewan kurban walaupun lebih dari tiga hari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hanyalah dahulu aku melarang kalian (menyimpan daging kurban) karena ada golongan yang membutuhkan. Sekarang makanlah, simpanlah, dan bersedehkahlah”
(HR. Muslim no.1971)
Menyedekahkan sebagian Daging Kurban Hendaknya daging hewan kurbannya tidak dimakan semuanya, sisihkanlah sebagiannya sebagai sedekah bagi orang-orang fakir, Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman (yang artinya): “Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang membutuhkan lagi fakir.” (QS. Al Hajj: 28) Boleh memberikan daging hewan kurban kepada orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin atau menampakkan kebencian kepada mereka. (lihat Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin 25/133) Wallahu a’lam…
Bahaya Mengonsumsi Makanan
Haram dan Pengaruhnya Bagi Akhlaq Pelakunya (Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan) Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan –semoga Allah selalu menjaga beliau- ditanya tentang penejelasan Hadits: ﺑﻪﻛﻞ ﻟﺤﻢ ﻧﺒﺖ ﻣﻦ ﺳﺤﺖ ﻓﺎﻟﻨﺎر أوﻟ “Setiap Daging yang Tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih berhak baginya.” Beliau menjawab, “Pertama: hadits tersebut adalah dho’if, ia diriwayatkan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu, dan riwayat ini memiliki dua redaksi, pertama: “Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka adalah tempat yang tepat baginya.” Dan yang kedua, “Setiap jasad yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka adalah tempat yang tepat baginya.” Dan makna As-Saht (dalam hadits di atas,pen) adalah al-harom (sesuatu yang haram,pen). Dan makna hadits tersebut adalah, bahwasanya setiap bagian tubuh dan daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka pada hari kiamat (tubuh dan daging tersebut) akan dimasukkan ke dalam api neraka sebagai hukuman baginya. Karena sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mengharamkan perkaraperkara yang jelek dan mata pencarian yang haram, dan Allah memerintahkan untuk makan dari sesuatu yang baik dan yang telah dibolehkan bagi hambahamba-Nya. Hal ini disebabkan perkara yang haram akan menumbuhkan sesuatu yang jelek, sedangkan perkara yang baik akan menumbukan sesuatu yang baik, dan perkaraperkara yang halal akan berdampak baik bagi tubuh manusia, juga bagi perilaku dan akhlaqnya. Adapun perkara-perkara yang jelek tidak lain akan menumbuhkan sesuatu yang jelek pula, dan kebalikan dari yang pertama tadi yaitu (berpengaruh) bagi perilaku dan perbuatannya yang menjadi buruk disebabkan pengaruh makanan yang haram. Maka ini menunjukkan bahwa makanan sangat berpengaruh bagi manusia, jika makanannya baik maka pengaruhnya juga baik,
dan jika makanannya jelek maka pengaruhnya juga jelek. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, {51 :ﺎ{ ]اﻟﻤﺆﻣﻨﻮنﺤﺎﻟﻠُﻮا ﺻﻤاﻋﺎتِ وِﺒ اﻟﻄﱠﻴﻦﻠُﻮا ﻣ ﻛﻞﺳﺎ اﻟﺮﻬﻳﺎا]ﻳ “Wahai para rasul, makanlah kalian dari sesuatu yang baik dan hendaknya kalian beramal shalih.” (QS. Al-Mukminuun: 51) dan Allah Ta’ala berfirman, 114 :ﺪُونَ{ ]اﻟﻨﺤﻞﺒ ﺗَﻌﺎهﻳ اﻨْﺘُﻢنْ ﻛ اﻪﺔَ اﻟﻤﻌوا ﻧﺮْاﺷﺎ وِﺒ ﻃَﻴَ ﺣﻪ اﻟﻢَزَﻗﺎ رﻤﻠُﻮا ﻣَ }ﻓ: ]وﻗﺎل ﺗﻌﺎﻟ. “Maka hendaknya kalian memakan dari sesuatu yang telah Allah berikan kepada kalian dari makanan yang halal lagi baik. Dan bersyukurlah kalian atas nikmat Allah jika kalian benar-benar beribadah hanya kepada-Nya.” (QS. An-Nahl:114) dan Allah Ta’ala berfirman, 168 :ﺎ{ ]اﻟﺒﻘﺮةِﺒ ﻃَﻴَضِ ﺣر اﺎ ﻓﻤﻠُﻮا ﻣ ﻛﺎ اﻟﻨﱠﺎسﻬﻳﺎا }ﻳ: ]ﻗﺎل ﺗﻌﺎﻟ. “Wahai manusia, makanlah apa yang ada di bumi dari perkara-perkara yang halal dan baik.” (QS. Al-Baqarah:168) dan Allah Ta’ala berfirman, :ﺪُونَ{ ]اﻟﺒﻘﺮةﺒ ﺗَﻌﺎهﻳ اﻨْﺘُﻢنْ ﻛ اﻪوا ﻟﺮْاﺷ وﻢزَﻗْﻨَﺎﻛﺎ رﺎتِ ﻣِﺒ ﻃَﻴﻦﻠُﻮا ﻣﻨُﻮا ﻛ آﻣﺎ اﻟﱠﺬِﻳﻦﻬﻳﺎا }ﻳ:وﻗﺎل ﺗﻌﺎﻟ 172] . “wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari perkara yang baik yang telah Kami berikan kepada kalian dan bersukurlah kepada Allah jika kalian benar-benar beribadah hanya kepada-Nya .” (QS. Al-Baqarah: 172) (pada ayat-ayat di atas) Allah memerintahkan manusia secara umum untuk memakan dari makanan yang halal lagi baik. Dan Allah memerintahkan kaum mukminin secara khusus untuk makan dari makanan yang baik yang telah Allah berikan kepadanya, dan agar mereka bersyukur kepada Allah atas berbagai kenikmatan-Nya. Ini menunjukkan harus ada keseriusan untuk menyeleksi makanan, hendaknya seseorang memperhatikan apa yang akan dia berikan kepada tubuhnya, dan hendaknya menjauhi keharaman. Dan telah shahih dalam sebuah hadits
bahwasanya makanan yang haram akan menghalami terkabulnya do’a, sebagaimana dalam hadits seorang musafir, «، وﻣﻠﺒﺴﻪ ﺣﺮام، وﻣﺸﺮﺑﻪ ﺣﺮام، وﻣﻄﻌﻤﻪ ﺣﺮام، ﻳﺎ رب، ﻳﺎ رب: ﻳﻘﻮل، اﻟﺴﻤﺎءأﺷﻌﺚ أﻏﺒﺮ ﻳﻤﺪ ﻳﺪﻳﻪ إﻟ ا ﻳﺴﺘﺠﺎب ﻟﺬﻟﻚ« وﻫﺬا أﻣﺮ ﻣﻬﻢ ﺟﺪ ﻓﺄﻧ،وﻏﺬي ﺑﺎﻟﺤﺮام. “Dalam keadaan rambutnya kusut dipenuhi debu, lalu ia menengadahkan tangannya ke arah langit seraya berucap, ‘Wahai Rabbku wahai Rabbku’ sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia tumbuh dari perkara yang haram, bagaimana mungkin do’anya akan terkabulkan?!” ini adalah perkara yang sangat penting (untuk diperhatikan). Diterjemahkan dari: MAJMU’ FATAWA AL-FAUZAN 1/204
Aplikasi Gratis: Kajian Muhadharah dan Tulisan AsySyaikh Al-Albani Rahimahullah Suguhan istimewa gratis dari kami pada kesempatan ini adalah Software gratis Kajian Muhadharan dan Karya Tulis Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah. Keistimewaan Aplikasi sederhana ini adalah: Pelajaran-Pelajaran Asy-Syaikh Dalam Bentuk Suara Maktabah Elektronik Kitab-Kitab Asy-Syaikh. Kitab-Kitab Beliau dalam Format PDF Asli. Transkrip Tulisan dari Ceramah Beliau Dalam Program SilSilah Al-Huda wa An-Nuur Tampilan Sederhana yang Nyaman.
CATATAN:
Kapasitas file adalah 2.7Gb dalam format RAR, setelah diekstrak menjadi 3.7GB. File dipisahkan dalam 6 Partisi. Masing-masing partisi 500MB. Semua Partisi Harus Di Download dan Dijadikan dalam satu folder. Jika salah satu tidak ada maka file tidak berjalan semuanya. Tidak boleh diubah nama filenya karena file tidak akan berjalan.
Aplikasi Asy-syaikh Al-albani » Post aplikasi asy-syaikh al-albani(2).txt 666.0 B 605 Downloads Details
– ﻛـﺎﻣﻼ )ﺻﻮﺗﻴـﺎت – ﻛﺘـﺐﺗـﺮاث اﻟﻌﻼﻣـﺔ اﻷﻟﺒـﺎﻧ ﺑﺮاﻣﺞ ( داﺧﻞ اﺳﻄﻮاﻧﺔ واﺣﺪة ﺗﺤﺘﻮي ﻋﻠ: – دروس اﻟﺸﻴﺦ اﻟﺼﻮﺗﻴﺔ – ﻪﺘﺮوﻧﻴﺔ ﻟﻠﺸﻴﺦ رﺣﻤﻪ اﻟﺘﺒﺔ اﻻﻟاﻟﻤ – ﺘﺐ اﻟﻤﺼﻮرة ﺑﺎﻣﺘﺪاد ﺑﺼﻴﻐﺔ اﻟ وﻫ،ﺎﻣﻠﺔ ﺟﻞ ﻛﺘﺒﻪ ﺑﻄﺒﻌﺎﺗﻬﺎ اﻟpdf. – ﺗﻔﺮﻳﻎ أﺷﺮﻃﺔ ﺳﻠﺴﻠﺔ اﻟﻬﺪى واﻟﻨﻮر – ﺘﺎب ﻣﺮﻳﺤﺔﻣﺴﺎﺣﺔ ﺗﺼﻔﺢ اﻟ ﺟﻴﺠﺎ3.7 ﺟﻴﺠﺎ ﻣﻀﻐﻮﻃﺔ ﺑﻌﺪ ﻓﻚ اﻟﻀﻐﻂ ﺗﺼﺒﺢ2.7 اﻻﺳﻄﻮاﻧﺔ ﺑﺤﺠﻢ ﻣﻴﺠﺎ ﺣﻤﻠﻬﻢ ﺟﻤﻴﻌﺎ ﺛﻢ ﻓﻚ اﻟﻀﻐﻂ ﻋﻨﻬﻢ500 رواﺑﻂﻣﻘﺴﻤﺔ ﻋﻠ
Gratis: MUSHAF AL-QUR’AN Tajwid Berwarna Disertai Makna PerKata Bismillah. Hadiah dari kami pada kesempatan kali ini adalah MUSHAF TAJWID BERWARNA. Mushaf ini sudah banyak beredar dipasaran. Barangkali ada teman-teman yang butuh versi PDF nya untuk kebutuhan edit atau membuat modul silakan didownload di bawah ini. Mushaf Tajwid Berwarna disertai Makna Perkata (192.3 MiB, 7948 downloads)
ﻣﺼﺤﻒ اﻟﺘﺠﻮﻳﺪ اﻟﻤﻠﻮن:ﺘﺎبﻋﻨﻮان اﻟ ﻴﻢ ﺣﻤﻴﺪ ﺗﻨﺰﻳﻞ ﻣﻦ ﺣ:اﻟﻤﺆﻟﻒ ﻣﻔﻬﺮس ﻓﻬﺮﺳﺔ ﻛﺎﻣﻠﺔ:ﺣﺎﻟﺔ اﻟﻔﻬﺮﺳﺔ دار اﻟﻤﻌﺮﻓﺔ:اﻟﻨﺎﺷﺮ 1 :ﻋﺪد اﻟﻤﺠﻠﺪات 685 :ﻋﺪد اﻟﺼﻔﺤﺎت 183 :(اﻟﺤﺠﻢ )ﺑﺎﻟﻤﻴﺠﺎ – ﺑﺮواﻳﺔ ﺣﻔﺺ ﻋﻦ ﻋﺎﺻﻢ:ﺘﺎبﻧﺒﺬة ﻋﻦ اﻟ
Kitab Gratis: Kutubus Sittah (6
Kitab Hadits Rujukan Umat Islam) Bismillah. Kutubus Sittah atau 6 kitab Induk hadits merupakan kitab kebanggaan dan rujukan kaum muslimin di seluruh dunia. Melalui kitab tersebut kaum muslimin mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan Islam dalam seluruh aspeknya. Oleh karenanya, kitab ini menjadi rebutan kaum muslimin. Setiap penerbit yang memasarkan 6 kitab induk ini pasti laris manis. Demikian juga versi elektroniknya baik yang berbentuk PDF, chm, syamilah, bahkan versi web online juga banyak diserbu oleh kaum muslimin. Nah, bagi yang masih kesulitan mendapatkan kitab-kitab tersebut bisa mendownloadnya di bawah ini:
Matan Shahih Al-Bukhari 54454.pdf 55.4 MiB 14989 Downloads Details
Matan Shahih Muslim 54452.pdf 43.6 MiB 7511 Downloads Details
Matan Sunan Abu Daud 54451.pdf 27.1 MiB 5690 Downloads Details
Matan Sunan Tirmidzi sutraf.pdf 23.1 MiB 4467 Downloads Details
Matan Sunan Nasa'i 54455.pdf 26.8 MiB 4199 Downloads Details
Matan Sunan Ibnu Majah suibmaaf.pdf 18.4 MiB 7291 Downloads Details
Aplikasi Gratis: Program Al-Qur’an MAHIR AL-MU’AIQILI (Menghayati, Menghafal, Tafsir, Hukum Tajwid, dll) Bismillah. Pada kesempatan siang hari ini, kami ingin membagikan aplikasi Tilawatul Qur’an yang sangat spesial secara gratis kepada anda semua. Mudah-
mudahan bermanfaat. Di antara keistimewaan aplikasi ini adalah: 1. Bacaan Al-Qur’anul Karim oleh Syaikh Mahir Al-Mu’aiqili Imam Masjidil Harom Makkah. 2. Mendengar sambil membaca Tafsir (dari beberapa kitab tafsir). 3. Bisa untum program hafalan, satu ayat diulang beberapa kali. Tinggal atur setingannya. 4. Bisa belajar hukum-hukum tajwid. 5. Mencari tafsir sesuai tema, contoh tentang alquran, zakat, dll. 6. Mempelajari makna-makna lafazh Al-Qur’an. 7. Mencari ayat Al-Qur’an. 8. Adzan dan Do’a. 9. Melihat Kamus Mu’jam. 10. Membaca ayat-ayat hukum.
Yang berminat silakan langsung didownload sebelum link dihapus oleh penyedia. Tilawah Al-Qur'an Mahir AlMu'aiqili (Tafsir, Hifzh, dll) (11.3 KiB, 1401 downloads)
Aplikasi Gratis: Al-Qur’an untuk Membantu Membaca Al-Qur’an dan Menghafalnya Bismillah. Aplikasi Gratis untuk Membantu belajar dan menghafal AlQur’an yang kami suguhkan ini sesungguhnya adalah postingan lama tanggal 19 Maret 2010, di blog kami yang masih warisan salaf wordpress. Mengingat ketika
itu antusias ikhwan/pengunjung sangat besar dan ketika itu sempat terjadi permasalahan link download yang tidak berfungsi. Maka kami pada kesempatan ini kembali memposting ulang dengan link download yang sudah diperbaiki. Aplikasi ini sangat bermanfaat bagi teman-teman yang ingin belajar dan menghafal Al-Qur’an. Di antara keunikan aplikasi ini adalah: Bacaan Al-Qur’an dua Qori’ terkenal (Ali Al-Hudzaifi dan Al-Minsyawi) Bisa mengulang bacaan ayat tertentu atau satu surat penuh sesuai keinginan anda Bisa memilih ayat-ayat tertentu sesuai keinginan anda Teks mushaf memuat hukum-hukum tajwid seperti, mad, qolqolah, dll
Silahkan di download disini: Software Gratis Belajar AlQur'an dan Menghafal (631.0 MiB, 2017 downloads)
اﻟﻠﻬﻢ اﺟﻌﻠﻨﺎ ﻣﻤﻦ ﻳﻘﺮأ ﺣﺮوﻓﻪ وﻳﻘﻴﻢ ﺣﺪوده واﺟﻌﻠﻪ ) ﻳﺎ ﻛﺮﻳﻢ ( ﺣﺠﺔ ﻟﻨﺎ ﻳﻮم ﻧﻠﻘﺎك ﻢواﻟﺴﻼم ﻋﻠﻴ
Tafsir As-Sa’di: SURAT ALHUMAZAH, ِAdzab Bagi Setiap Pengumpat dan Pencela ﻪ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢﺑﺴﻢ اﻟ اﻟﺤﻄﻤﺔ * وﻣﺎﻞ ﻫﻤﺰة ﻟﻤﺰة * اﻟﺬي ﺟﻤﻊ ﻣﺎﻻ وﻋﺪده * ﻳﺤﺴﺐ أن ﻣﺎﻟﻪ أﺧﻠﺪه * ﻛﻼ ﻟﻴﻨﺒﺬن ﻓوﻳﻞ ﻟ ﻋﻤﺪ ﻣﻤﺪدة اﻷﻓﺌﺪة *إﻧﻬﺎ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻣﺆﺻﺪة * ﻓ ﺗﻄﻠﻊ ﻋﻠﻪ اﻟﻤﻮﻗﺪة * اﻟﺘأدراك ﻣﺎ اﻟﺤﻄﻤﺔ * ﻧﺎر اﻟ
0)
Bismillahirrahmanirrahim..
1)
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,
2)
Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung,
3)
Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya,
4) Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam huthamah. 5)
Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
6)
(yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
7)
Yang (membakar) sampai ke hati.
8)
Sesungguhnya apa itu ditutup rapat-rapat atas mereka,
9)
(sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
Berkata Asy-Syaikh Abdurrahman bin nashir As-Sa’di Rahimahullah Ta’ala: (Kecelakaanlah) yaitu, ancaman, kebinasaan, dan adzab yang pedih (bagi setiap pengumpat lagi pencela) yaitu orang yang mengumpat manusia dengan perbuatannya dan mencela mereka dengan ucapannya. Al-hammaz adalah seorang yang mencela dan menghina manusia dengan isyarat dan perbuatan. Dan al-lammaz ialah orang yang mencela manusia dengan ucapannya.
Dan di antara sifat orang yang suka mengumpat dan mencela ini ialah mereka tidak memiliki ambisi selain mengumpulkan harta, menghitung-hitungnya, dan berusaha mendapatkannya. Tidak pernah terbetik pada mereka untuk menginfakkan harta tersebut kepada jalan kebaikan, untuk menyambung tali silaturahmi, dan selainnya. (Dia mengira) dengan kebodohannya (bahwa hartanya dapat mengekalkannya) di dunia. Oleh karena itu tujuan dia dan usahanya adalah untuk menambah harta, yang dia anggap dapat memanjangkan umurnya. Dia tidak mengetahui padahal kebakhilan justru meretakkan umur, merobohkan tempat tinggal (membuat miskin,pen), dan bahwasanya kebaikan (itulah yang dapat) menambah umur. (Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan) dilemparkan. (ke dalam huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?) Ini sebagai bentuk pengagungan terhadapnya dan untuk menakut-nakuti akan keadaannya. Kemudian Allah menjelaskan dengan firmannya (yaitu api yang disediakan Allah yang dinyalakan) yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan (Yang) di antara kengeriannya adalah (membakar sampai ke hati) yaitu masuk dari tubuh hingga sampai ke hati. Dan bersamaan dengan panasnya yang memuncak mereka dipenjara di dalamnya, mereka bahkan telah berputus asa agar bisa keluar darinya. Oleh karena itu Allah berfirman, (Sesungguhnya api itu ditutup rapat-rapat atas mereka) yaitu terkunci (sedang mereka itu diikat pada tiang-tiang) di belakang pintu-pintu neraka (tiang-tiang yang panjang) agar mereka tidak dapat keluar darinya “Setiap kali mereka hendak keluar darinya, maka mereka dikembalikan lagi ke dalamnya.” Kita berlindung kepada Allah dari hal itu. Dan kita memohon kepada-Nya ampunan dan keselamatan. Taisiru Al-Karim Ar-Rahman oleh Al-Imam Abdurrahman As-Sa’di.
4 Perkara Yang Mewajibkan Mandi dan Tatacara Mandi Wajib Bismillah. Saudaraku seiman, berikut ini adalah 4 perkara yang mewajibkan seseorang untuk mandi dan tatacara mandi wajib. Faedah ini kami nukilkan dari Kitab Minhajus Salikin wa Taudhihul Fiqhi fid Diin karya Al-Imam Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di Rahimahullah Ta’ala.
Berkata As-Syaikh As’-Sa’di Rahimahullah: “Bab Perkara-Perkara Yang Mewajibkan Mandi dan Sifat Mandi Wajib” Dan diwajibkan mandi dikarenakan: Pertama: Al-Janabah (Kondisi Junub), yaitu: Mengeluarkan mani disebabkan senggama atau selainnya. Bertemunya dua kemaluan. Kedua: Keluarnya Darah Haid dan Darah Nifas Ketiga: Meninggal Selain Dalam Peperangan Keempat: Masuk Islamnya Seorang kafir Allah Ta’ala berfirman, {6 :وا{ ]اﻟﻤﺎﺋﺪةﺮﺎ ﻓَﺎﻃﱠﻬﻨُﺒ ﺟﻨْﺘُﻢنْ ﻛا]و “Dan jika kalian dalam keadaan junub maka bersucilah (mandilah).” (QS. AlMaidah:6) Dan Allah Ta’ala berfirman, {222 : ]اﻟﺒﻘﺮة.{ اﻵﻳﺔﻪ اﻟﻢﻛﺮﻣ اﺚﻴ ﺣﻦ ﻣﻦﺗُﻮﻫنَ ﻓَﺎﺮذَا ﺗَﻄَﻬنَ ﻓَﺎﺮﻄْﻬ ﻳﺘﱠ ﺣﻦﻮﻫﺑﻻ ﺗَﻘْﺮ]و
“Dan janganlah kalian mendekati (mencampuri,pen) isteri-isteri kalian hingga mereka bersuci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepada kalian.” (QS. Al-Baqarah:222) Yang dimaksud “Apabila mereka telah suci” yakni telah mandi. Dan nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah memeritahkan seseorang untuk mandi dikarenakan orang itu memandikan jenazah (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu. Dishahihkan Al-Albani dalam Al-Irwa:144) dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga memerintahkan orang yang masuk Islam untuk mandi (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa’i dari Qois bin ‘Ashim Radhiallahu ‘anhu)
Adapun tatacara mandi janabah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah sebagai berikut: 1. Terlebih dahulu mencuci dzakarnya. 2. Berwudhu’ secara sempurna (seperti wudhu’ untuk shalat,pen) 3. Menuangkan Air ke kepala sebanyak tiga kali dan mengurutnya. 4. Menuangkan air ke seluruh badan. 5. Kemudian mencuci kedua kakinya di tempat yang lain. Dan yang wajib (dikerjakan) dari tatacara di atas adalah membasuh seluruh badan dan kulit yang ada di dasar rambut baik (rambut) yang tebal dan tipis. Wallahu ‘alam Sumber: Minhajus Salikin Karya Syaikh As-Sa’di Hal. 49
Hukum Menjuluki “Dokter Hati”
Bagi Ibnul Qoyyim Rahimahullah (Syaikh Shalih Al-Fauzan) Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya tentang sebagian orang yang menjuluki Ibnul Qoyyim Rahimahullah sebagai dokter hati (Thobibul Qulub) disebabkan banyak sekali beliau membahas perkara hati di dalam kitab-kitab beliau. Maka beliau menjawab, “Dokter hati adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Ibnu Qoyyim hanya menjelaskan pengobatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau bukanlah dokter hati. Dokter hati (yang sesungguhnya) adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.” . Sumber rekaman Pelajaran Manzhumah Al-Ihsai ‘ala Muqoddimah Abi Zaid Al-Quzwaini. Sumber: http://www.sahab.net/forums/?showtopic=135642