SKRIP KARYA
FENOMENA SOSIAL BUDAYA MENJADI SUMBER INSPIRASI DALAM BERKARYA SENI LUKIS
Oleh
IB. Alit Semara Dahana Nim : 2006 04 022 PROGRAM STUDI SENI LUKIS JURUSAN SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011 i
SKRIP KARYA
FENOMENA SOSIAL BUDAYA MENJADI SUMBER INSPIRASI DALAM BERKARYA SENI LUKIS
Karya tulis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Seni pada Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar
Oleh IB. Alit Semara Dahana Nim : 2006 04 022 PROGRAM STUDI SENI LUKIS JURUSAN SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2011 ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING Skrip Karya ini disusun oleh Nama NIM Jurusan Program Studi
: IB. Alit Semara Dahana : 2006 04 022 : Seni Rupa Murni : Seni Lukis
FENOMENA SOSIAL BUDAYA MENJADI SUMBER INSPIRASI DALAM BERKARYA SENI LUKIS
Telah diperiksa dan siap/layak diuji sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni pada Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar
Denpasar, 03 Juni 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II
Drs.I Made Yasana,M.Erg NIP.130 683 194
Dra.Ni Md.Purnami Utami,M.Erg NIP. 196901021993032001
iii
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAGA Skrip karya ini disusun oleh Nama NIM Jurusan Program Studi
: IB. Alit Semara Dahana : 2006 04 022 : Seni Rupa Murni : Seni Lukis
FENOMENA SOSIAL BUDAYA MENJADI SUMBER INSPIRASI DALAM BERKARYA SENI LUKIS
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Sarjana Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar pada tgl. 09 Juni 2011 dan dinyatakan sah. Dewan Penguji Nama lengkap Ketua Sidang
NIP
Drs. I Made Yasana, M.Erg
130683194
Tanda Tangan ..........................
Sekretaris Sidang Dra. Ni Made Pu rnami Utami, M.Erg
196901021993032001 ..........................
Penguji Utama
Dra. Ni Made Rinu, M.Si
195702241986012002 ..........................
Anggota
I Dewa Putu Gede Budiarta, S.Sn.M.Si 196804081995121001 ..........................
Anggota
Drs. I Wayan Mudana, M.Par
196309101992031004 ..........................
Mengesahkan Denpasar, 9 Juni 2011 Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar
Mengetahui Ketua Program Studi Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar
Dra. Ni Made Rinu, M.Si NIP. 195702241986012002
Drs. I Wayan Kondra, M.Si NIP. 196608101992031003
iv
MOTTO
Nora’na mitra manglewihana Waraguna marukur ( Nitisastra II.5 )
Artinya : “ Tidak ada sahabat yang melebihi pengetahuan yang sangat berguna. ”
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur pencipta panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas berkat rahmat-Nya lah skrip karya tugas akhir yang berjudul “Fenomena Sosial Budaya Menjadi Sumber Insp irasi Dalam Berkarya Seni Lukis” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tujuan penciptaan skrip karya tugas akhir ini adalah sebagai syarat untuk menempuh Gelar Sarjana Seni pada Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar. Atas bantuan dan kerjasama dari semua pihak, pencipta ucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. DR. I wayan Rai,S.,MA, selaku Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar. 2. Dra. Ni Made Rinu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar. 3. Drs. I Wayan Kondra, M.Si, selaku Ketua Program Studi Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar. 4. Drs. A.A Ngr Gede Surya Buana, M.Sn, Selaku Ketua Minat Seni Lukis, Progam Studi Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar. 5. Drs.I Made Yasana,M.Erg, selaku pembimbing I. 6. Dra.Ni Made Purnami Utami,M.Erg, selaku pembimbing II. 7. Drs.Suwito selaku Pembimbing Akademik. 8. Dosen-dosen yang telah membimbing pencipta selama menjadi mahasiswa di Fakultas Seni Rupa dan Design Institut Seni Indonesia. 9. Staf Kepegawaian Perpustakaan Institut Seni Indonesia Denpasar yang telah menyediakan beberapa sumber buku yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan skrip karya tugas akhir pencipta.
vi
10. Seluruh keluarga tercinta terutama ayahanda Drs. IB. Putu Garga dan Ibunda Ida Ayu Gde Putri Suartika ( almarhum ) atas dukungan material dan spiritual. Skrip karya tugas akhir ini, sangatlah jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran pencipta harapkan dalam upaya penyempurnaan.
Denpasar, 04 Juni 2011
Pencipta
vii
ABSTRAK Fenomena Sosial Budaya Menjadi Inspirasi Dalam Berkarya Seni Lukis Kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya. Kehidupan tradisional merupakan bagian dari kebudayaan, kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, adat kebiasaan setempat dan dilandasi oleh keadaan alam setempat. Karena budayalah kita setiap saat cenderung mengalami perubahan-perubahan yang sering disebut modernisasi. Terlihat jelas bahwa kebudayaan selalu melatarbelakangi setiap fenomena sosial dan sering menimbulkan dilema antara tradisi yang cenderung bertahan dan modernisasi yang cenderung merombak dengan membawa nilai- nilai baru. Masyarakat Bali kini dihadapkan dengan budaya luar, karena mereka setiap saat berinteraksi dan berhadapan langsung dengan wisatawan asing dan pergeseran budaya pun terjadi tanpa disadari. Pengaruh-pengaruh luar ada berbagai macam dan bentuknya antara lain : teknologi, ekonomi, agama, pendidikan, gaya hidup dan beberapa pengaruh lainnya yang membawa nilai- nilai pembaruan. Untuk mendapatkan ide dilakukan dengan observasi, dan melihat aktivitas soaial masyarakat saat ini. Sehingga dilakukan suatu eksperimen dengan alat dan bahan. Dengan eksperimen tersebut dilakukan suatu proses pembentukan, dengan prinsip-prinsip penyusunan karya seni lukis. Melalui tahap finishing yang merupakan evaluasi terakhir terciptalah karya seni yang biasa diapresiasikan ke masyarakat. Untuk memberikan gambaran kepada masyarakat tentang fenomena sosial budaya yang sedang terjadi, pencipta menggunakan media seni lukis dengan cara ungkap realis dan dengan gaya yang mengarah pada karya-karya pop art. Dalam hal ini pencipta menghasilkan karya seni lukis sebanyak 12 karya. Kata kunci : Budaya, Tradisional, Wisatawan, Sosial, Modernisasi.
viii
ABSTRACT Socio-cultural phenomenon into source of inspiration in making the work of painting Culture is the result of the relationship between humans and natural environment. Traditional life is part of the culture,birth motivated by religious nprms, local customs, and based on local natural conditions. Because culture is every time we tend to experience the changes that are often called modernization. It is clear that culture is always behind every social phenomenon and often creates a dilemma between tradition and modernization tend to survive which tend to break down with the new values. Balinese society is now confronted with foreign cultures, because every time theyinteract and deal directly with foreign tourists and even cultural shift go unnoticed. Outside influences there are various kinds and shapes,among others : technology, economics, religion, education, lifestyle and several other influences that bring the values of the update. To get an idea done by observation, and to see the activities of socialist society today. So do an experiment with tools and materials. In the experiment carried out a process of formation, with the principles of the preparation work of art. Through the finishing stage which is the final evaluation created an unusual work of art to the community appreciated. To give an idea to the public about the socio-cultural phenomenon that is happening, the creator of the painting medium according to realist manner and with a style that leads to the works of pop art. In this case the creators to produce works of art as much as 12 works.
Key words: Culture, Traditional, Tourists, Social, Modernization.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN LEMBAGA ......................................................... iv MOTTO ............................................................................................................ v KATA PENGANTAR …………………………………………………………vi ABSTRAK/ABSTRACT ……………………………………...…………….. viii DAFTAR ISI …………………………………………………………………. x DAFTAR GAMBAR/FOTO ……………………………………………………. xi BAB I.
PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang ………………………………………………..1 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….4 1.3 Ide Penciptaan ………………………………………………….. 4 1.4 Tujuan Penciptaan ……………………………………………. 5 1.5 Manfaat Penciptaan …………………………………………..6 1.6 Ruang Lingkup ……………………………………………….6
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Sumber Tertulis …..………………………………. 8 2.1.1 Pengertian Judul .....……………………………….......... 8 2.1.2 Pengertian Seni ………………………………………......9 2.1.3 Pengertian Seni Lukis ………………………................... 10 2.1.4 Unsur-Unsur Visual Seni Rupa ………................................. 11 2.1.5 Prinsip-Prinsip Penyusunan Karya Seni Lukis....................... 14 2.2 Tinjauan Sumber Lain ......................................................... 17 2.3 Perkembangan Pop Art .......................................................... 17
BAB III.
PROSES PENCIPTAAN 3.1 Proses Penjajagan (Explorasi).........…………….………….. 23 3.2 Proses Percobaan (Exsperimen)…….....……………………. 24 3.3 Proses Pebentukan (Forming)…....…………………............. 25 3.4 Proses Penyelesaian (Finishing) ................................................. 26 x
BAB IV.
WUJUD KARYA 4.1 Aspek Ideoplastis ………………………………………….. 27 4.2 Aspek Fisikoplastis …………………………………………. 28
BAB V.
PENUTUP 5.1 Kesimpulan …………………………………………………. 53 5.2 Saran-saran ………………………………………………… 54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1
:
Foto Karya Agus Suwage
19
Gambar 2
:
Foto Karya Agus Suwage
19
Gambar 3
:
Foto Karya Andy Warhol
21
Gambar 4
:
Foto Karya Andy Warhol
21
Gambar 5
:
Foto Design T-Shirt
22
Gambar 6
:
Foto Sketsa 1
24
Gambar 7
:
Foto Sketsa 2
24
Gambar 8
: :
Foto Sketsa 3
25
Foto Sketsa 4
25
FotoKarya1
:
I Like Burger
29
FotoKarya2
:
Jamuran
31
FotoKarya3
:
Penjara Tradisi
33
FotoKarya4
:
Bob Marley
35
FotoKarya5
:
Bertatto
37
FotoKarya6
:
Made Donal
39
FotoKarya7
:
Dalam Genggaman
41
FotoKarya8
:
Wajah Baru
43
FotoKarya9
:
Evolusi
45
FotoKarya10
:
Konsumtif I
47
FotoKarya11
:
Konsumtif II
49
FotoKarya12
:
Soft Drink
51
Gambar 9
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya. Kehidupan tradisional merupakan bagian dari kebudayaan, kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma- norma agama,adat kebiasaan setempat dan dilandasi oleh keadaan alam setempat. Dengan adanya budaya kita setiap saat cenderung mengalami perubahan-perubahan yang sering disebut modernisasi. Terlihat jelas bahwa kebudayan selalu melatarbelakangi setiap masalah dan sering menimbulkan dilema antara tradisi yang cenderung bertahan dan modernisasi yang cenderung merombak dengan membawa nilainilai baru, yang biasa kita jumpai dalam zaman globalisasi ini. ( Gelebet, 1986 : 1 ) Bali adalah pulau yang secara umum terkenal dengan pesona keindahan alam, budaya, adat dan aktivitas keagamaannya. Pulau yang dicitrakan sebagai pulau surga sampai saat ini masih memelihara tradisi ditengah gemuruhnya kebudayaan global. Tentu saja ada sejumlah latar belakang yang menjadikan Bali mempertahankan tradisinya dengan jalan menjaga tradisi, yaitu karena pencitraan terhadap Bali sebagai daerah tujuan wisata. Bali kemudian tumbuh menjadi daerah tujuan wisata. Realitas ini diperkuat pula oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang memang dengan sengaja menjadikan Bali sebagai daerah kunjungan wisatawan. Sebuah kebanggaan sekaligus beban berat bagi Bali mendapatkan pencitraan seperti itu. Jalan yang harus ditempuh Bali adalah melakukan penguatan terhadap citra itu melalui suatu kekhasan, kekhasan itu tak lain adalah “tradisi”. Bagaimana tradisi dijaga, bagaimana tradisi dipelihara, dan bagaimana tradisi ditumbuhkan. Sesungguhnya hal ini adalah praktek melestarikan tradisi. Banyak hal yang hadir dalam upaya melestarikan tradisi, mulai dari cara berbusana, mengolah kuliner, menyusun upacara, bahkan hampir seluruh kehidupan itu sendiri. Upaya ini adalah jalan untuk menjaga tradisi demi keberlangsungan industri pariwisata. 1
Masyarakat Bali kini dihadapkan dengan budaya luar, karena mereka setiap saat berinteraksi dan berhadapan langsung dengan wisatawan asing dan pergeseran budaya pun terjadi tanpa disadari. Ini terjadi karena pengetahuan baru dan pengalaman baru. Pergeseran budaya memang tidak dapat dirasakan, hal ini berjalan sangat halus dan tanpa disadari seiring dengan perkembangan teknologi dan taraf hidup masyarakat yang merangsang daya pikir seseorang untuk meninggalkan kebiasaan yang mereka anggap membosankan. Dalam era globalisasi, kita sering dihadapkan dengan fenomena- fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia sehari- hari. Salah satunya adalah fenomena sosial budaya. Perkembangan perekonomian, komunikasi maupun teknologi yang sangat pesat tentunya membawa dampak besar terhadap aktivitas sosial masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif. Pada umumnya unsur-unsur budaya asing yang mulai diterima di masyarakat adalah unsur-unsur yang berbau teknologi, karena teknologi banyak memberikan kemudahan-kemudahan diantaranya transportasi, komunikasi, informasi. Karena kita hanya bisa menerima bahwa teknologi itu diciptakan untuk manusia bukan manusia untuk teknologi yang dapat merusak manusia. ( Lubis, 1992 : 67) Pengaruh-pengaruh luar ada berbagai macam dan bentuknya antara lain : teknologi, ekonomi, agama, pendidikan dan beberapa pengaruh lainnya yang mebawa nilai- nilai pembaruan. Sesungguhnya yang terjadi adalah akulturasi saling mempengaruhi, saling memberi atau pertukaran nilai- nilai yang masing- masing meningkat kearah penyempurnaan ( Gelebet, 1986 : 469 ). Teknologi sebagai faktor luar berpengaruh cukup besar pada perubahan kebudayaan di Bali. Teknologi yang membawa nilai- nilai baru sering menimbulkan konflik yang semakin tajam diberbagai sektor budaya, kecenderungan untuk dipandang baru merupakan gejala umum di masyarakat tradisional. Sebagai gambaran sederhana adalah seseorang akan merasa bangga, keren, percaya diri jika sudah memiliki produk teknologi keluaran terbaru contohnya handphone atau komputer. Peralatan yang serba mesin merubah fungsi kaki dan bagian-bagian badan lainnya, sebagian besar merubah fungsi karena perlengkapan yang serba elektronik, jangkauan 2
teknologi yang semakin luas sampai jauh keluar batas-batas, menimbulkan permasalahan yang semakin luas diberbagai sektor kehidupan. Perkembangan perekonomian juga membawa dampak terhadap perubahan pola hidup masyarakat tradisional. Perkembangan perekonomian membawa dampak besar terhadap aktivitas sosial masyarakat baik yang positif maupun negatif. Dalam globalisasi ekonomi, sesuatu yang diproduksi bagi masyarakat sering dideskripsikan berkaitan dengan barang, budaya dan makna ( Burton, 1999 : 95 ). Keputusan untuk membeli suatu produk yang dibeli tidak berdasarkan pada masalah harga atau jangka, namun pada gaya dan nilai kebudayaan konsumsi dalam hal ini merupakan proses aktif, kreatif dan produktif yang terkait dengan kesenangan, identitas dan pembuatan makna (Storey, 1993 : 299 ). Bali yang kental akan nuansa budayanya, juga tidak bisa lepas dari pengaruh produk-produk global. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup orang Bali kini memakai produk-produk global, merebaknya pusatpusat pembelanjaan seperti supermarket dan stand-stand makanan siap saji yang menawarkan segala kemudahan (instan ) bagi para konsumen dalam menjalani gaya hidup modern. Misalnya saja ketika orang mengkonsumsi atau membeli sesuatu barang dengan merek luar negeri, mereka akan merasa bangga dan percaya diri, contohnya mengkonsumsi ayam goreng KFC, hamburger maupun prodak lainnya. Pengaruh juga dialami dari sistem religi, misalnya saja pada perayaan upacara keagamaan hindu di Bali. Kita bisa melihat sarana upacara ( sesajen ) yang dipersembahkan seringkali menggunakan produk-produk instan ataupun produk-produk luar. Contohnya ayam goreng McD, produk minuman kaleng pocari sweet maupun buah-buahan luar negeri yang mereka anggap memiliki kualitas yang lebih baik. Bukannya salah, hanya sedikit menggelitik hati karena pengaruh-pengaruh global sudah mampu masuk kedalam salah satu unsur budaya ini. Produk-produk luar negeri yang dianggap oleh masyarakat memiliki kwalitas lebih baik ataupun mampu meningkatkan kepercayaan diri seseorang, saat ini cenderung lebih digemari. Dari gaya berbusana misalnya anak-anak muda saat ini lebih percaya diri jika sudah menggunakan atau 3
memakai produk-produk luar negeri. Selain itu, mereka juga akan merasa lebih dipandang oleh orang-orang disekitarnya. Gaya hidup orang Bali yang cenderung tradisional, bahkan tidak mampu mengelak dari serbuan budaya global. Serbuan budaya global atau budaya yang dianggap modern sudah sedikit demi sedikit mengubah gaya hidup orang-orang di Bali. Seolah-olah tidak ingin ketinggalan zaman, masyarakat pun berlomba- lomba menggunakan atau mengkonsumsi budaya asing yang mereka anggap mampu memberikan kemudahan, kesenangan. Bahkan kini Bali bisa dikatakan menganut budaya konsumtif.
1.2 Rumusan Masalah Untuk merealisasikan karya dengan tema “ Fenomena Sosial Budaya “, penciptaan dihadapkan dengan beberapa permasalah seperti : 1.2.1 Bagaimana merealisasikan ide- ide yang bersumber dari fenomena sosial budaya ke dalam karya seni lukis ? 1.2.2 Bagaimana teknis yang dianggap mampu mendukung ide agar mudah dipahami oleh penikmat atau masyarakat ? 1.2.3 Bagaimana menciptakan karya agar tidak meninggalkan nilai- nilai estetis pada karya seni lukis ?
1.3 Ide Pencipta Munculnya ide dalam berkarya seni, tercipa dari berbagai respon yang terjadi di lingkungan sekeliling kita. Dengan fenomena- fenomena perkembangan zaman yang modern saat ini. Ide adalah gagasan, pikiran-pikiran (Sulchan Yasyin, 1999 : 215). Sedangkan penciptaan berasal dari kata cipta yang artinya ( pemusatan ) angan-angan, pikiran. Penciptaan adalah peristiwa yang merupakan proses bertahap diawali dengan timbulnya suatu dorongan yang dialami oleh seorang seniman ( Djelantik, 1999 : 63 ). Jadi ide penciptaan adalah gagasan atau dasar 4
pemikiran dari seorang pencipta sebagai acuan untuk menciptakan suatu karya. Namun dalam suatu proses penciptaan karya seni, khususnya seni lukis gagasan atau ide perlu didukung oleh kemampuan teknik dari seorang pencipta. Dalam hal ini, pencipta mengambil tema Fenomena sosial budaya menjadi sumber inspirasi dalam berkarya seni lukis. Ide ini muncul ketika pencipta melihat fenomena perubahan budaya yang terjadi di Bali. Dimana kehidupan sosial budaya di Bali, mendapatkan banyak sekali pengaruh-pengaruh dari budaya luar antara lain teknologi, ekonomi, agama, pendidikan, cara berpakaian danbeberapa pengaruh lainnya yang membawa nilai- nilai pembaruan. Dengan menggunakan teknik rupa “ Realis “, pencipta mencoba menggali berbagai macam fenomena yang terjadi disekitar lingkungan sosial masyarakat tradisional menghadapi pengaruh-pengaruh dari budaya luar.
1.4 Tujuan Penciptaan Adapun tujuan dari penciptaan karya seni lukis dengan tema Fenomena Sosial Budaya ini adalah : 1.4.1 Untuk mengukur kepekaan intelektual, dengan merealisasikan ide- ide yang terinspirasi dari fenomena sosial budaya dengan memilih elemen-elemen yang dianggap mampu mendukung ide dalam karya seni. 1.4.2 Untuk menambah sumber acuan oleh mahasiswa nantinya, yang akan menyusun karya tulis sebagai salah satu syarat kelulusan mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar. 1.4.3 Untuk memberi gambaran penyadaran kepada masyarakat tentang besarnya pengaruh budaya global terhadap budaya tradisional yang sedang terjadi saat ini.
5
1.5 Manfaat Pencipta Manfaat bagi pencipta dalam mengangkat tema ini adalah : 1.5.1 Dapat mewujudkan ide- ide kreatif guna menyuarakan fenomena-fenomena sosial budaya dalam karya seni lukis sebagai upaya meningkatkan kepekaan intelektual mahasiswa. 1.5.2 Dapat dijadikan acuan nantinya,bagi yang akan menyusun karya tulis sebagai salah satu syarat kelulusan mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar. 1.5.3 Dapat memberikan gambaran penyadaran kepada masyarakat tentang besarnya pengaruh budaya global terhadap budaya tradisional yang sedang terjadi saat ini.
1.6 Ruang Lingkup Pencipta Sesuai dengan tema yang diangkat maka pencipta membatasi dengan hanya mengangkat pengaruh-pengaruh budaya luar terhadap budaya tradisional. Dengan melihat melalui media massa, buku-buku, maupun saat berinteraksi
dengan
lingkungan,
permasalahan-permasalahan
dengan
yang
mengamati
sedang terjadi.
secara
cermat
Misalnya pengaruh
teknologi yang dianggap mampu memberi kemudahan dimana kita bisa melihat masyarakat berlomba- lomba menggunakan produk handphone keluaran terbaru karena seseorang akan merasa bangga, keren, percaya diri jika
sudah
memiliki produk
tersebut.
Pengaruh
ekonomi
dengan
mengkonsumsi produk-produk luar negeri dalam menjalani gaya hidup modern misalnya saja daya beli masyarakat terhadap produk makanan siap saji yang sangat besar, sebagai contoh ketika masyarakat mengkonsumsi ayam goreng KFC, McD, Hamburger maupun produk lainnya. Pengaruh dalam sistem agama yang kita bisa lihat pada sarana upacara yang menggunakan produk-produk luar negeri. Sebagai gambaran adalah sesajen yang dipersembahkan di pura-pura sering menggunakan produk luar negeri 6
karena dianggap lebih efisien dan memiliki kualitas lebih baik, misalnya saja penggunaan buah-buah impor maupun produk-produk makanan siap saji. Pengaruh dari gaya berbusana dengan memakai produk luar negeri sehingga menambah kepercayaan diri dan akan lebih dipandang orang, serta beberapa pengaruh lainnya dengan cara meniru gaya atau mode yang sedang populer saat ini. Dalam perwujudan karya ini pencipta mencoba mengkolaborasikan ikonikon budaya lokal dengan ikon- ikon budaya global. Dengan harapan mampu memberikan penyadaran terhadap penikmat ataupun masyarakat. Bahwa pengaruh-pengaruh budaya global sedikit demi sedikit sudah mulai masuk dan mempengaruhi keaslian budaya lokal.
7
BAB II KAJIAN SUMBER
Kajian ini sangat diperlukan sebagai studi pendahuluan dari pertimbangan teoritis terhadap pemahaman dalam sumber yang pencipta gunakan sebagai kajian dalam berkarya seni antara lain sumber tertulis dan sumber lain. 2.1. Kajian Sumber Tertulis 2.1.1. Pengertian Judul Berikut pencipta akan uraikan tentang pengertian judul “ Fenomena Sosial Budaya menjadi Sumber Inspirasi dalam Berkarya Seni Lukis. “ Fenomena berarti : 1. Hal- hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra, dan dapat diterangkan dan dinilai secara ilmiah. ( Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976 : 281 ). Sosial berarti : 1. Segala sesuatu yang mengenai masyarakat ; kemasyarakatan. (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976 : 961 ). Budaya berarti : 1. Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia (seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan sebagainya ) ( Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976 : 157 ). Sumber berarti : Asal ( dari berbagai arti ) ( Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976 : 974 ) Inspirasi berarti : 1. Ilham ; bisikan ( Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976 : 383) Berkarya berarti : Karya = kerja ; pekerjaan ; perbuatan ; buatan ( terutama hasil kesenian ) ( Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976 : 448 ) Seni berarti : 1. Karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan, ukiran ( Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976 : 916 ). Lukis berarti : 1. Kepandaian atau buah kepandaian menggambar yang indahindah ( Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976 : 611 ) Kebudayaan terus berubah seirama dengan perkembangan peradaban manusia. Perubahan itu diakibatkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan baru, teknologi baru yang semuanya menuntut adanya penyesuaian cara hidup dan kebiasaannya kepada situasi baru tersebut, sikap mental dan nilai budaya turut 8
serta dikembangkan guna keseimbangan dan integrasi baru. Perlu dicatat semua perubahan menuju ke arah yang lebih baik karena suatu perubahan juga membawa dampak negatif. Perubahan, konflik dan pembatalan terhadap nilai- nilai lama yang menyimpang dari nilai yang telah ada, ataupun membawa penghalusan atau peningkatan nilai- nilai warisan kebudayaan. Perubahan yang disertai otokritik nilai- nilai objektif menandakan sebuah kemjuan kebudayaan. Kemajuan sains dan teknologi telah mampu memberikan masukan informasi perkembangan budaya suatu komunitas ke komunitas yang lain atau dengan kata lain terjadi interaksi budaya dengan mudah dan cepat. Hal ini merupakan salah satu konsekuensi yang muncul pada modernisme. Pandangan-pandangan pada modernisme telah mampu secara perlahan menggeser nilai- nilai yang telah melekat lama pada masyarakat tradisional bali. Di Bali yang dikenal dengan masyarakat yang menjungjung tinggi nilai moral religi dan budaya religiusnya, kini telah mengindikasikan perubahan menuju pada konsekuensi modernisme dalam perjalanan modernisasi budaya Bali. Realitas memang membuktikan modernisasi dapat meningkatkan kualitas fisik hidup masyarakat Bali secara umum. Sisi positif dan negatif dari sebuah perubahan atau perkembangan budaya memang mutlak ada, oleh karenanya sangat diperlukan otokritik dihadapan nilainilai yang akan menjamin sebuah perubahan yang mengarah kepada kemajuan.
2.1.2. Pengertian Seni Memahami kesenian itu berarti menemukan sesuatu gagasan atau pembatasan yang berlaku untuk menentukan hubungan dengan unsur nilai dalam budaya manusia. Berangkat dari sebuah pertanyaan tentang “Apakah karya seni itu?”, sampai kini menjadi topik pembicaraan yang masih menarik, se ni mencakup pengertian yang sangat luas, masing- masing definisi memiliki tolak ukur yang berbeda. Definisi yang dikemukakan cenderung menitikberatkan pada sisi teoritis dan filosofis. Seni ialah penyusunan kembali konsep dan emosi dalam suatu bentuk baru yang susunannya menyenangkan. Seni lukis merupakan wujud seni rupa dwi matra ( Arsana dan Supono, 1983 : 27 ).
9
Dalam kamus buku Diksi Rupa, Mikke Susanto ( 2002 : 101-102 ) disebutkan seni berarti : 1. Segala sesuatu yang dilakukan oleh orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan apa yang dilakukan semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan ataupun karena dorongan kebutuhan (Everyman Encyclopedia ), 2. Segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia ( Karya Ki Hajar Dewantara ), Sedangkan menurut Herbert Read ( 1959 : 1 ) dalam bukunya yang berjudul The Meaning Of Art ( 1959 ) menyebutkan bahwa seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk-bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau suatu pesan dari bentuk yang disajikan. Dari beberapa pernyataan atau pendapat-pendapat yang pencipta kutip, definisi seni menurut pencipta adalah hasil dari aktivitas, perbuatan berupa bendabenda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan yang dapat menimbulkan rasa senang, rasa puas, nyaman dan bahagia yang disebut aesthetica ( keindahan ).
2.1.3. Pengertian Seni Lukis Seni lukis dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi ( Dwi Matra ) dengan menggunakan medium rupa yaitu garis, warna, tekstur, shape dan sebagainya ( Kartika, 1999 : 36 ). Menurut buku “Diksi Rupa” mengutip dari buku Understanding The Art dari B.S. Myers, dijelaskan secara teknik seni lukis merupan tebaran pigmen atau warna pada permukaan datar ( Kanvas, panel, dinding, kertas ) untuk menghasilkan sensasi atau ilusi keruangan, gerakan, tekstur, bentuk sama baiknya dengan yang dihasilkan kombinasi unsur-unsur tersebut, tentu saja hal itu dapat dimengerti, bahwa melaluui alat teknis tersebut dapat mengekspresikan emos i, ekspresi, simbol, keberagaman dan nilai- nilai lain yang bersifat subjektif (Susanto, 2007 : 71 ).
10
Dari beberapa pengertian seni lukis yang pencipta kutip, seni lukis menurut pencipta adalah aktivitas yang menimbulkan rasa senang, rasa puas, nyaman, bahagia yang dituangkan dalam bidang dua dimensi dengan menggunakan medium rupa seperti garis, warna, tekstur, dan sebagainya.
2.1.4. Unsur-unsur Visual Seni Rupa a. Garis Garis adalah perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Ia memiliki dimensi memanjang dan mempuyai arah, bisa pendek, panjang, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus dan lain- lain. Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni, dan dapat disejajarkan dengan peranan warna. Garis dapat pula membentuk berbagai karakter dan watak pembuatnya, dalam seni lukis garis dapat pula dibentuk belokan, sudut yang memanjang maupun berperan teknik dan bahan-bahan lainnya. Dengan menggunakan garis secara matang dan benar dapat pula membentuk kesan tekstur nada, dan nuansa ruang serta volume (Susanto, 2002 : 45 ). Garis disamping memiliki peranan juga mempunyai sifat formal dan nonformal, misalnya garis- garis geometrik yang bersifat formal, beraturan dan resmi, garis-garis non geometrik bersifat tak resmi dan cukup luas, lemah gemulai, lembut, acak-acakan, yang semua tergantung pada intensitas pembuat garis pada saat itu ( Kartika, 2004 : 41 ) Penuangan garis dalam visual karya pencipta terlihat dari goresangoresan kuas yang bervariasi dibeberapa objek yang ditampilkan. Dengan garis tebal, tipis, lurus, melengkung, dan lainnya. Kuat lembutnya garis dalam karya pencipta dapat memberikan kesan ruang yang dinamis. b.
Warna Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang
dipantulkan benda-benda yang dikenainya dengan corak rupa seperti merah, biru, hijau dan lain- lain. Peranan warna sangat dominan pada karya seni rupa, hal ini dapat dikaitkan dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tegangan, deskripsi alam (Naturalisme ), ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik dan justru dalam kaitan yang beranekaragam ini kita akan melihat batasan kedudukan warna dalam 11
seni lukis. Zat warna didapat dari pigmen yang berupa bubuk halus, yang disatukan dengan binder ( Zat pengikat ) atau paint vahiele ( Pembawa pigmen ) (Susanto, 2002 : 113) Dalam wujud visual karya pencipta, warna memiliki peran sangat penting . Dalam karya pencipta warna-warna yang ditampilkan adalah warnawarna senada agar objek utama dengan latar belakang tidak memunculkan ruang yang sangat jauh ( kontras ) hal ini akan terlihat harmonis karena objek utama dengan latar belakang akan saling mendukung. c.
Bentuk Pada dasarnya bentuk adalah wujud fisik yang dapat dilihat. Susunan
bagian aspek-aspek visual dan wujud suatu hasil seni tidak lain adalah bentuknya, susunan bagian-bagiannya, tegasnya aspek yang terlihat tersebut. Kalau ada bentuk terlihatlah wujudnya demikian pula jika terdapat satu atau lebih bagianbagian tergabung menjadi satu, membentuk suatu susunan dan terjadilah wujud. Tetapi dalam membicarakan wujud yang khas, yaitu wujud yang beberapa hal mempengaruhi kita ( Soedarso, 1975 : 16 ). Bentuk merupakan wujud yang digambarkan, bentuk mewakili dua sifat : geometris dan non geometris. Bentuk geometris strukturnya teratur misalnya segitiga, segiempat, lingkaran dan sebagainya. Bentuk non geometris susunan strukturnya merupakan bentuk-bentuk alamiah ( Suryahadi, 1994 : 5 ). Bentuk dalam karya seni lukis nantinya diwujudkan dalam perpaduan, dari kedua bentuk yang saling mendukung yaitu antara bentuk geometris yang beraturan da n bentuk non geometris yang tak beraturan. Dengan goresan garis dan penyusunan warna akan menciptakan bentuk. Dalam karya, pencipta lebih banyak menampilkan objek patung yang dikombinasikan dengan bentuk-bentuk dari ikon produk maupun benda-benda. d.
Ruang Ruang adalah suatu yang mempunyai keluasan yang digolongkan
dalam dua bentuk ruang bidang positif dan negatif. Ruang positif adalah ruang/bidang yang dibatasi oleh suatu batas tepi berupa garis, sedangkan ruang negatif adalah ruang yang berada di sekitar ruang atau bidang positif dan
12
keduanya saling berinteraksi satu dengan yang lainnya menyebabkan adanya hubungan-hubungan ruang dalam suatu susunan ( Suryadi, 1994 : 4 ). Ruang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian muncul istilah dwimatra dan trimatra. Dalam seni rupa orang sering mengaitkan dengan bidang yang memiliki batas limit, walaupun kadang-kadang ruang bersifat tidak terbatas dan tidak terjamah ( Susanto, 2002: 99 ). Jadi ruang sebagai sebuah elemen yang memiliki suatu kekuasaan diuraikan dalam bentuk ruang, serta diwujudkan dalam bentuk karya seni sebagai interaksi ( hubungan ) antara ruang atau bidang dalam suatu susunan. Ruang pada karya pencipta, dibentuk dari perpaduan warna maupun susunan garis baik itu garis tebal maupun tipis. Hal itu terlihat pada objek utama dan latar belakang karya pencipta. Objek dibuat lebih menonjol sedangkan latar belakang dibuat berkesan seperti bidang datar. e.
Tekstur Teksture ( tekstur ) adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa
permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untukn memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk karya seni rupa secara nyata atas sesama. Artificial texture ( tekstur buatan ) merupakan tekstur yang sengaja dibuat atau hasil penemuan seperti: kertas, logam, kaca, plastik dan sebagainya. Sedangkan istilah nature texture ( tekstur alami ) tanpa campur tangan manusia contohnya : batu, pasir, kayu, rumput dan lain sebagainya. Tekstur dapat dibuat dengan cara teknik kolase, dengan menempelkan berbagai bahan misalnya: menempelkan potongan-potongan kertas, kayu, kain, atau dengan menggunakan bubur kertas, bubur kayu, beberapa barang bekas dan sebagainya. Pada prinsipnya membuat permukaan wajah menjadi rasa tertentu secara perabaan atau secara visual ( Soegeng TM, ed, 1987 : 76 ). Adapun pengertian tekstur adalah nilai raba suatu permukaan yang nyata ataupun semu suatu permukaan mungkin kasar, mungkin pula halus atau buruk bisa juga kasar atau licin ( Fadjar Sidik, 1979 : 26 ). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tekstur sebagai elemen dalam seni lukis baik semu
13
maupun nyata akan memberikan sifat terhadap suatu permukaan dalam susunan karya, sifat tersebut meliputi kasar, kertas, halus buruk atau licin. Peran tekstur pada karya pencipta tidaklah terlalu terlihat. Namun jika diamati karya pencipta ternyata memunculkan tekstur yaitu tekstur semu pada permukaan kanvas. Hal itu muncul dari penuangan warna tebal dan tipis.
2.1.5. Prinsip-Prinsip Penyusunan Karya Seni Lukis Terwujudnya karya seni tidak terlepas dari unsur-unsur keindahan yang terbentuk dari penyusunan komposisi, proporsi, pusat perhatian, keseimbangan, irama dan kontras. a.
Komposisi Komposisi merupakan suatu cara untuk menyusun bagian-bagian
sampai keseluruhan di dalam mendapatkan suatu wujud ( Poerwadarminta, 1990 : 90 ). Komposisi adalah penyusunan atau pengorganisasian dari unsur-unsur seni (Sidik, 1979 : 44 ). Jadi komposisi yang pencipta tampilkan adalah pengaturan atau penyusunan dari unsur garis, warna, bidang dan ruang. b. Proporsi Proporsi menunjukakn hubungan bagian dalam keseluruhan dan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Konteks seni rupa menunjukkan apakah ukuran dibaca sebagai keluasan, kelebaran, ketinggian atau kedalaman. Sejak semula tidak ada suatu peraturan sah dan berlaku sampai sepanjang waktu yang menetapkan adanya proporsi yang “benar” atau selaras. Sesungguhnyalah dalam seni rupa, ungkapan “proporsional” dapat dipakai, tetapi maksudnya adalah proporsi itu tidak sesuai dengan proporsi model sesuai dengan proporsi model sekarang ( Arsana dan Supono, 1983: 73 ) c.
Pusat Perhatian Pusat perhatian disebut pula dominan yang merupakan fokus dari
suatu susunan. Suatu perhatian di sekitar elemen-elemen lain yang bertebaran dan tunduk membantunya sehingga yang kita fokuskan menonjol, tetapi tidak lepas dari yang lain atau lingkungannya. Pusat perhatian dapat lebih mudah dilakukan dengan : 14
a. ) Dengan ukuran; b. ) Menggunakan kekuatan warna; c. ) Melalui tempat; d. ) Konvergensi; e. ) Membuat perbedaan atau perkecualian ( Arsana dan Supono, 1983 : 66 ) Penekanan memberikan suatu fokus pandangan utama dari suatu komposisi (bisa berupa warna, garis maupun bentuk), aspek yang lainnya menjadi pendukung. Pada karya pencipta pusat perhatian ditekankan pada objek yang ditampilkan, dibuat secara detail agar terlihat dominan baik itu penekanan pada bentuk, komposisi maupun warna dan latar belakang dibuat sederhana namun tetap mendukung dan menyatu dengan objek utama. d. Keseimbangan ( Balance ) Keseimbangan adalah suatu peleburan semua kekuatan pada suatu susunan yang menimbulkan perbandingan yang sama, sebanding. Keseimbangan terdiri dari keseimbangan formal atau simetris dan keseimbangan informal atau asimetris ( Arsana dan Supono, 1983 : 68 ). Di dalam karya seni lukis keseimbangan informal atau asimetris biasanya lebih menarik karena lebih kompleks ( kelihatan lebih mulus, rumit ) dapat memberikan kemungkinan variasi yang lebih kaya dalam penyusunannya, sehingga
dapat
memberikan
kesan
bergerak
atau
dinamis.
Sementara
keseimbangan formal atau simetris memberikan rasa agung, tenang dan kepersisan karena bentuk maupun warna yang ada persis antara bagian yang kiri dan bagian kanan, sehingga menimbulkan kesan tidak bergerak, berifat statis dan kaku serta kadang menimbulkan kejenuhan. Pada karya pencipta keseimbangan karya berusaha dicapai dengan cara penekanan pada latar belakang dalam hal ini pencipta melakukannya dengan cara menambahkan objek-objek pendukung pada latar belakang misalnya dengan memberikan tulisan-tulisan. Selain itu dilakukan dengan cara permainan warna sehingga terjadi keseimbangan pada karya. e.
Irama Irama adalah aturan atau pengulangan yang teratur dari suatu
bentuk atau unsur- unsur lainnya. Bentuk-bentuk pokok irama adalah : berulang15
ulang ( reventitive ), berganti- ganti ( alternatif ), berselang-selang ( progresif ), dan mengalir ( flowing ) ( Arsana dan Supono, 1983 : 70 ). Irama dalam seni lukis diperlukan untuk membantu menimbulkan pusat perhatian maupun untuk mencegah suatu kebosanan atau kejenuhan. Irama bisa muncul dari pengulangan bentuk, warna, garis dan sebagainya. Uraian selanjutnya mengulas tentang sifat-sifat yang harus dimiliki suatu karya seni untuk berpotensi “Seni” yakni supaya mengandung kemungkinan bahwa karya itu mempunyai nilai estetik. Bersley menyebutkan tiga macam sifat estetik pokok yang menentukan kesenian yaitu “Unity ( kebutuhan, kesatuan, tidak ada cacatnya ), Complexsity ( kerumitan, keanekaragaman ), Intensity (intensitas, kekuatan, kesungguhan )” ( Djelantik, 1999 : 166 ). Ketiga pembentuk nilai estetika seperti tersebut di atas menjadi perwujudan karya sehingga diharapkan mampu memenuhi suatu keindahan yang tersusun secara baik, atau sempurna bentuknya, tidak sederhana sekali, melainkan hanya akan isi atau makna serta mempunyai kwalitas-kwalitas tertentu yang menonjol dan bukan sekedar sesuatu yang kosong, semuanya dilakukan secara intensif atau sungguhsungguh. f.
Kontras Kontras adalah perbedaan antara elemen-elemen dalam sebuah
tanda yang ada pada sebuah komposisi atau desain. Kontras dapat dimunculkan dengan menggunakan warna, bentuk, tekstur, ukuran dan ketajaman. Kontras digunakan untuk memberi ketegasan dan mengandung oposisi-oposisi seperti gelap-terang, cerah-buram, besar-kecil, dan lain- lain ( Susanto, 2002 : 66 ). Pada karya pencipta penekanan kontras terlihat pada objek utama yang dibuat untuk memunculkan volume objek dengan menggunakan warna gelap-terang.
2.2 Tinjauan Sumber Lain Dalam penggarapan karya seni baik itu karya lukis maupun karya tulis, pencipta banyak menggunakan kajian-kajian dari buku-buku untuk lebih
16
menguatkan gagasan- gagasan yang ingin diwujudkan sehingga dapat memberikan gambaran secara lebih jelas terhadap tema yang pencipta angkat. Selain dari buku-buku, pencipta juga menggunakan kajian dari beberapa sumber lain baik itu dari katalog-katalog lukisan, majalah, menghadiri tempattempat pameran, melakukan diskusi dengan seniman-seniman maupun melalui pergaulan dan melihat hal- hal yang menarik dan bisa dijadikan acuan nantinya seperti design baliho, design poster-poster, design baju maupun yang lainnya. Kajian sumber lain dalam hal ini bisa disebut juga sebagai motivasi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Pengertian lainnya dari motivasi adalah usaha-usaha yang dapat membuat seseorang atau kelompok orang tertentu, bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat keputusan dengan perbuatannya ( Phurwodarminto, 1998 : 593 ). Jadi motivasi pencipta adalah dorongan untuk melakukan sesuatu aktivitas mencipta yang berawal dari melihat, merasakan, maupun memikirkan yang kemudian mengolahnya menjadi susunan elemen-elemen yang dituangkan menjadi sebuah karya. Dengan melihat karya-karya dari seniman lain baik itu secara langsung atau melalui katalog merupakan salah satu dorongan/motivasi yang sangat mempengaruhi pencipta dalam menciptakan sebuah karya. Karya-karya dengan aliran pop art banyak memberikan pencipta ide- ide yang memudahkan pencipta dalam menciptakan karya.
2.3 Perkembangan Pop Art Secara visual, karya-karya pencipta terlihat mengarah pada karya-karya pop art. Dimana pada karya-karya pencipta banyak menampilkan objek-objek populer yang saat ini banyak bermunculan dan menjadi kons umsi masyarakat 17
khusunya pada masyarakat tradisional yang sering kali memberikan perubahan pada pola hidup masyarakat itu sendiri. Pop art berasal dari kata pop dan art. Kata pop, kependekan dari populer mengandung arti disukai orang banyak dan menyebar luas di kalangan umum, kata art, berarti seni. Jadi pop art berarti segala hasil seni yang menggunakan unsur dan bahan yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan yang terdapat di sekeliling seniman sendiri. Menurut Lucy Lippart, Pop art adalah gejala kesenian di Amerika yang bermula dari hal- hal yang lumrah dan besar, megah, yang kemudian menjadi suatu aliran kesenian ketika abstrak Ekspresionisme secara megah menyebar ke seluruh dunia ( Arsana dan Supono, 1983 : 102 ). Pop art adalah jenis seni rupa yang teknik penciptaannya hampir seluruhnya menggunakan unsur-usur yang sudah ada sebelumnya sehingga dengan demikian seniman tinggal mmenemukan hubungan antara objek-objek yang dipilih sebagai tema dalam karya. Pop art, semula dicetuskan oleh seorang kritikus Inggris, Lawrence Alloway untuk menamai suatu gerakan seni rupa di Inggris yang muncul di sekitar tahun 1954 – 1955 yang menyebut dirinya sendiri dengan istilah “ Independence Group ”. Namun gerakan ini kemudian ternyata lebih marak di Amerika Serikat dengan tokoh-tokohnya Roy Lichtenstein, Robert Indiana, Jaspe Johns, Andy Warhol, Jim Dine, Claes Oldenburg, Hanmes Rosenguet, Larry Rivers dan George Segal. Adapun di Inggris sendiri yang menonjol nama-nama Richard Hamilton dan David Hockey ( Soedarso, 2000 : 154 – 155 ). Tommy F Away seorang sarjana filsafat yang gagasan-gagasannya amat tajam dan cerdas dalam mengamati fenomena estetik mensinyalir bahwa seni populer di dalam anggapan umum adalah seni yang diperdagangkan, seni yang tunduk dibawah arus industrialisasi dan komersialisasi. Walaupun demikian didalam konteks historis, seni seperti ini justru memiliki nilai khusus terutama bagi kaum muda pada saat lahirnya sebuah “ budaya tanding ” ( counter culture ), yang melanda Amerika sekitar tiga puluh tahun yang lalu ( Sachari, 2002 : 63 ). 18
Karya Agus Suwage
Gambar 1
Gambar 2
Agus Suwage belajar design grafis di Fakultas Seni Rupa dan Design di ITB tahun 1979 dan lulus pada tahun 1986. Namun, pergaulannya denga n mahasiswa seni rupa murni terutama dengan Irawan Karseno mengukuhkan kehendaknya menjadi seniman yang mandiri. Walaupun mereka berdua sempat membuat kantor agensi design grafis bernama WORKS pada tahun 1982, tetapi disela-sela kerjanya, berbagai kegiatan pameran telah dilakukan Agus Suwage pernah juga membuat karya kolaborasi dengan Irawan di Biennale Jakarta ke-4 pada tahun 1985 di TIM. Sejak masa kuliah beliau tercatat pernah mengikuti beberapa pameran bersama, seperti pameran “Ini Baroe Seni Roepa, Ini Seni Roepa Baroe” pada tahun 1984 di France Cultural Center dan Bandung Youth Center, Bandung, Indonesia hingga di Belanda. Persahabatannya dengan perupa Irawan Karseno tak dipungkiri juga disebabkan ketertarikan mereka berdua terhadap musik. Dirumahnya saat ini, beliau pun membangun studio musik dan mengoleksi berbagai alat musik terutama gitar. Secara bertahap kekaryaan Suwage menampakkan perubahan, baik konsepsi maupun penjelajahan artistiknya. Suwage bahkan pernah tiga kali 19
berpameran tunggal di Galeri Cameti pada tahun 1995. Sejak akhir tahun 1990-an, secara konsisten beliau berpameran tunggal dengan tema-tema yang secara periodik mengalami perubahan, dengan mempertanyakan terus menerus persoalan nilai- nilai manusia dengan melihatnya secara paradigmatik. Karya-karya Agus Suwage banyak memberikan sumber-sumber ide bagi pencipta baik itu pengolahan objek, pengolahan latar belakang, maupun dalam komposisi karya
20
Karya Andy Warhol
Gambar 3 Blue Shot Marilyn, 1964 Silkscreen ink and synthetic paint on canvas 101,6 x 101,6 cm
Gambar 4 Green Cocacola Bottles, 1962 Silkscreen ink, acrylic paint and pencil on canvas 209,5 x 144,7 cm 21
Andy Warhol yang lahir pada 6 Agustus 1928 adalah seorang seniman, sutradara avant- garde, penulis dan figur sosial Amerika. Warhol juga bekerja sebagai penerbit, produser rekaman dan aktor. Dengan latar belakang dan pengalamannya dalam seni komersil, Warhol menjadi salah satu pencetus gerakan pop art di Amerika Serikat pada tahun 1950-an. Karya-karya Warhol yang paling di kenal adalah lukisan- lukisan ( cetakan sablon ) kemasan produk konsumen dan benda sehari- hari yang sangat sederhana dan berkontras tinggi, misalnya Campbell’s Soup Cans, bunga poppy, dan gambar sebuah pisang pada cover album musik rock the Velvet underground and Nico ( 1967 ), dan juga untuk potret-potret ikonik selebritis abad 20, seperti Marilyn Monroe, Elvis Presley, Jacquenline Kennedy Onassis, Judy Garland, dan Elizabeth Taylor. Di luar dunia seni, Warhol di kenal dengan ucapannya “di masa depan semua orang akan menjadi terkenal selama 15 menit.” Karya Design T-Shirt
Gambar 5 Selain karya seni lukis terdapat kajian sumber lain yang memberikan motivasi terhadap pencipta dalam proses penciptaan karya seni lukis seperti design dalam T-shirt. Dimana dalam design tersebut dapat memberikan gambaran atau ide-ide dalam berkarya seni lukis. Baik itu pengolahan komposisi maupun warna. 22
BAB III PROSES PENCIPTAAN
Dalam mewujudkan hasil karya seni lukis diperlukan proses penciptaan. Pada bab ini pencipta akan uraikan tentang proses penciptaan sampai terwujudnya karya lukis dengan tema “ Fenomena Sosial Budaya Menjadi Sumber Inspirasi Dalam Berkarya Seni Lukis ”. Proses pengungkapan ide menjadi karya seni juga sering disebut proses kreativitas dengan tahapan-tahapan yang mutlak harus dilewati. Rangkaian proses kreativitas sesungguhnya adalah perwujudan dari ide yang sebelumnya sangat abstrak menjadi sebuah karya seni yang berwujud nyata dan dapat dinikmati oleh indra manusia. Proses ini bukanlah suatu hal yang terjadi karena kebetulan saja, tetapi sebuah proses yang didasari oleh sebuah konsep yang jelas dan didukung dengan kemauan dan kesungguhan untuk mencapai tujuan dan sudah terbentuk dalam diri, serta dapat dicurahkan sepenuhnya.
3.1 Proses Penjajagan ( Explorasi ) Proses
penjajagan
merupakan
suatu
proses
yang
memberikan
pertimbangan-pertimbangan awal dari persiapan melukis. Pertimbangan ini berupa pencarian sumber-sumber inspirasi yang berkaitan dengan tema yang pencipta angkat diantaranya mengumpulkan data-data dari kegiatan yang pencipta lakukan, dengan melihat pada kehidupan masyarakat sekitar yang akhir-akhir ini mulai mengalami perubahan karena pengaruh-pengaruh budaya global. Selain itu sumber-sumber ini juga didapat dari kegiatan pencipta mengunjungi tempa-tempat pameran, berinteraksi dengan seniman-seniman, mengamati gaya hidup anak muda zaman sekarang, media-media yang berkembang pesat juga memberikan sumber-sumber inspirasi baik itu majalah, televisi maupun internet. Hasil dari proses penjajagan ini pencipta abadikan dalam foto- foto kemudian dituangkan dalam sketsa-sketsa yang sebelumnya pencipta hayati dan renungkan agar sesuai dengan tema yang pencipta angkat. Mengunjungi pameran-pameran sangatlah memberikan pengaruh terhadap proses ini, karena didalam pameran pencipta dapat berinteraksi langsung dengan seniman-seniman maupun dengan karyakaryanya. Dari kegiatan itu pencipta mendapatkan masukan-masukan baik itu ide, 23
teknik maupun perkembangan seni rupa saat ini yang nantinya dapat dituangkan pada karya pencipta.
3.2 Proses Percobaan ( Exsperimen ) Pada proses ini pencipta melakukan percobaan-percobaan bahan atau elemen-elemen yang dapat menunjang atau mendukung visual karya. Elemenelemen ini dipelajari dan digunakan dalam penyesuaian dengan kebutuhan agar tidak menimbulkan persepsi lain dengan tema yang pencipta angkat. Elemenelemen ini digunakan sekedar untuk mendukung penampilan karya. Proses penuangan objek-objek ke dalam kanvas terlebih dahulu mengalami proses percobaan yaitu dengan penuangan di atas kertas dengan membuat sketsa-sketsa studi bentuk. Pencipta lakukan melalui latihan- latihan baik itu pada masa perkuliahan maupun diluar perkuliahan dengan bergabung di sebuah sanggar menggambar. Dari sana pencipta mendapat banyak sekali pelajaran-pelajaran yang dapat mempermudah dalam proses pembentukan, membuat pola-pola bentuk, sketsa, maupun lainnya. Pada proses ini merupakan hal yang sangat penting karena proses ini pencipta mempertimbangkan berbagai hal sebelum proses pembentukan yaitu pertimbangan komposisi maupun memilih elemenelemen yang nantinya pencipta gunakan.
Hasil Sketsa sebelum dituangkan ke kanvas
Foto Sketsa 1
Foto Sketsa 2 24
Foto Sketsa 3
Foto Sketsa 4
3.3 Proses Pembentukan ( Forming ) Proses pembentukan dilakukan setelah melewati proses penjajagan dan percobaan, dimana dalam pembentukan ini ada beberapa tahapan yaitu : memilih sketsa yang terbaik untuk di transfer ke dalam wujud karya. Sketsa ini dibuat pada tahap sebelumnya yaitu lewat penjajagan dan kemudian dibuat melalui pengamatan dalam tahap percobaan dengan kertas sebagai medianya. Tahap selanjutnya menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan keinginan pencipta dengan berbekalkan pengetahuan dari sifat alat dan bahan yang dapat memudahkan pada tahap pembentukan ini. Tahap berikutnya dengan memindahkan sketsa ke atas kanvas. Tahap ini pencipta menggunakan pensil, pencipta mempertimbangkan dengan matang komposisi agar nantinya tercipta karya yang menarik. Karena berbagai pertimbangan tidak dipungkiri sketsa awal pada kertas berbeda dengan yang dituangka diatas kanvas. Hal ini karena perbedaan ukuran media dan munculnya ide-ide baru pada proses ini, namun tidak merubah maksud dari sketsa awal tadi. Sketsa telah diterapkan selanjutnya penuangan warna sesuai dengan keinginan pencipta. Warna disini memberikan kesan ruang, volume ataupun karakter dari objek yang ditampilkan.
25
Tahap selanjutnya adalah pengkonsentrasian pada karya yaitu me ngamati dengan teliti tiap-tiap bagian baik itu warna, bentuk, harmoni dan lainnya. Pada tahap ini biasanya elemen-elemen yang dianggap tidak penting atau mengganggu pada karya akan dihilangkan ataupun sebaliknya jika ada kekurangan-kekurangan akan dilakukan penambahan-penambahan. Pada tahap ini pencipta melakukan dialog dengan karyanya sendiri, tentunya dengan penghayatan-penghayatan. Disini pencipta menyadari karya-karya belumlah sempurna dan hanya orang lain yang dapat merasakan ketidaksesuaian antara satu bagian dengan bagian lainnya. Selanjutnya jika karya sudah dianggap selesai kemudian diberi nama dengan penempatan yang nantinnya tidak mengganggu karya.
3.4 Penyelesaian ( Finishing ) Finishing adalah tahapan terakhir pada pembentukan sebuah karya. Tahapan ini merupakan evaluasi terakhir atas segala rentetan proses panjang sebelumnya. Evaluasi ini dilakukan dengan sensitivitas rasa estetik dan kemauan untuk menjadikan karya lebih baik sesuai dengan ide yag diinginkan. Segala unsur dari karya baik itu subjek mater, komposisi, pusat perhatian, latar belakang, harmoni dan lainnya diteliti kembali bahkan tak jarang dihapus atau ditambahkan dengan aksen-aksen lain untuk mendukung karya dalam mencapai kualitas yang lebih baik. Tahap ini bahkan tidak jarang membutuhkan bantuan orang lain yang dianggap mampu memberikan masukan-masukan untuk karya itu sendiri. Setelah karya dianggap selesai dan tema yang pencipta angkat sudah sesuai dengan karya maka tahap terakhir adalah memberikan lapisan pelindung untuk karya, ini bertujuan untuk menjaga ketahanan karya dan sekaligus mudah untuk dibersihkan dari debu. Kesempurnaan karya bisa juga dengan memberikan bingkai namun sesuaikan dengan penampilan karya. Dengan demikian, berarti karya-karya yang diciptakan telah siap untuk dipajang atau dipamerkan untuk keperluan apresiasi karya.
26
BAB IV WUJUD KARYA
Wujud karya merupakan hasil dari perwujudan ide atau gagasan melalui penyususan elemen – elemen visual seni rupa dengan prinsip – prinsip pengorganisasian. Dalam hal ini wujud karya pencipta adalah hasil dari pengungkapan ide atau gagasan dari aktivitas masyarakat yang saat ini sedang terjadi sedang terjadi khususnya fenomena – fenomena sosial budaya. Pengaruh – pengaruh budaya luar atau budaya global yang masuk ke Bali dan memberikan perubahan pada masyarakat kita, memberikan begitu banyak ide – ide atau gagasan yanng pencipta tangkap kemudian dituangkan dalam media seni lukis. Pengaruh – pengaruh luar ada berbagai macam dan bentuknya antara lain teknologi, ekonomi, agama, pendidikan, gaya hidup maupun pengaruh – pengaruh lainnya. Secara keseluruhan karya – karya pencipta bisa dikatakan mengarah pada karya – karya pop art. Dalam perwujudannya karya – karya pencipta menampilkan ikon – ikon budaya populer yang dikolaborasikan dengan ikon budaya tradisional. Dari penggambaran itu pencipta ingin memberikan gambaran penyadaran kepada masyarakat ataupun penikmat bahwa pengaruh – pengaruh budaya luar begitu besar membawa perubahan pada masyarakat kita. Namun hal itu tidak bisa di pungkiri karena daerah Bali merupakan daerah pariwisata dan secara tidak langsung wisatawan yang datang ke Bali pasti memberikan pengaruh terhadap masyarakat Bali itu sendiri. Untuk menciptakan suatu karya seni lukis diperlukan kemampuan mengolah dan menyusun aspek idioplastis dan fisikoplastis secara utuh sehingga menjadi jalinan yang baik antara ide dan aspek visualnya.
4.1 Aspek Idioplastis Secara garis besar aspek idioplastis merupakan gambaran tentang idea atau gagasan sebelum diwujudkan menjadi karya seni lukis yang diperoleh dari proses membaca, mengamati, dan perenungan terhadap berbagai fenomena- fenomena social budaya yang sedang terjadi saat ini. 27
4.2 Aspek Fisikoplastis Aspek fisikoplastis adalah aspek visual karya yang meliputi unsur-unsur visual seni lukis seperti garis, warna, ruang, bentuk, tekstur, yang dituangkan pada sebuah karya dan diolah sedemikian rupa dengan kemampuan teknik dan kepekaan rasa sehingga tercipta karya seni yang harmonis. Adapun penyusunan dari kedua aspek tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai perwujudan karya seni lukis, sebagai berikut :
28
Foto Karya 1
“ I Like Burger ” 130cm x 140cm Acrilyc on Canvas, 2011
Karya ini menampilkan salah satu produk makanan siap saji yaitu burger. Burger ini menampilkan dengan ukuran jumbo. Hal ini untuk memberikan penggambaran kekuatan yang begitu besar. Karya ini juga menampilkan patung raksasa yaitu sebagai simbol masyarakat tradisional Bali. Patung raksasa ini dimaksud menggambarkan sifat masyarakat kita yang menyerupai raksasa, yang hanya gemar mengkonsumsinya. Patung juga memiliki sifat diam, juga sama halnya dengan masyarakat kita yang dikenal pasif. Patung raksasa ditampilkan sedikit berbeda yaitu dengan sang patung mengacungkan kedua ibu jarinya. Hal itu memberi penggambaran ketertarikan sebuah minat yang begitu besar. Dalam hal ini adalah minat masyarakat kita yang begitu besar dalam mengkonsumsi 29
produk-produk makanan siap saji ( Instan ) yang kita ketahui produk-produk itu adalah produk luar negeri. Pada latar belakang digambarkan
lukisan- lukisan sebagai bahasa
penegasan yang menunjukkan sebuah ketertarikan yaitu dengan tulisan “I Like It”. Dari penggambaran tersebut pencipta ingin menyampaikan, dimana masyarakat Bali sudah sangat akrab bahkan sangat menggemari produk-produk luar negeri. Lukisan ini menyoroti kekuatan budaya lokal ketika menghadapi serbuan budaya luar. Dimana budaya luar ini dengan penampilannya yang menarik dan bahkan tidak dipungkiri mampu menghilangkan budaya lokal itu sendiri. Warna-warna yang ditampilkan adalah warna-warna yang sesuai dengan objek yang dilukiskan, hal ini agar tidak menimbulkan persepsi-persepsi lain. Sedangkan cara ungkapnya, pencipta menggunakan cara ungkap realis agar mudah dipahami oleh penikmat.
30
Foto Karya 2
“ Jamuran ” 130cm x 140cm Acrilyc on Canvas, 2011
Karya ini menampilkan figur patung tradisi. Patung ditampilkan sebagai simbol daerah Bali. Pada tubuh patung dibuat sedikit berbeda yaitu ditumbuhi jamur. Jamur juga digambarkan sedikit berbeda dari aslinya yaitu pada bagian atas jamur digambarkan huruf “K”. Hal ini sebagai simbol salah satu ikon mini market yang akhir-akhir ini sangat pesat perkembangannya, bagaikan jamur berkembang di musim hujan, mini market ini pula tumbuh begitu cepat. Tanpa disadari satu demi satu bangunan mini market ini didirikan dan menghiasi wajah perkotaan kita. Tidak dipungkiri minat masyarakat begitu besar untuk berbelanja disana. 31
Betapa tidak, mini market yang sering kita dengar dengan sebutan “ CK ” (Circle K) ini menyediakan berbagai kebutuhan makanan khususnya. Selain itu tidak tanggung-tanggung CK ini tidak pernah mati atau tidak mengenal tutup yaitu buka 24jam. Tidak sekedar menyediakan produk-produk makanan. Pada bagian depan CK sering pula dijumpai meja atau pun kursi yang ditata begitu rapi dan menarik. Pada malam hari kita melihat sekumpulan anak muda yang berkumpul didepan CK, sekedar berbelanja kemudian menghabiskan malam hari disana dan tidak jarang ditemui hal- hal yang tidak diinginkan terjadi disana. Latar belakang dibuat dengan warna hitam sebagai simbol kegelapan. Ini menggambarkan kehadiran produk-produk luar yang begitu cepat berkembang dan diterima oleh masyarakat kita, dan tanpa disadari hal itu sering berdampak negatif bagi daerah kita. Nada latar belakang ditampilkan juga tulisan-tulisan yang menegaskan sebuah nama dari mini market tersebut.
32
Foto Karya 3
“ Penjara Tradisi ” 100cm x 100cm Acrilyc on Canvas,2010 Karya ini diberi judul “Penjara Tradisi” lukisan ini menampilkan patung tradisi Bali yang digunakan sebagai simbol budaya Bali. Patung ini dilukis dengan latar belakang gelap, hal ini untuk memberi kesan ba hwa sang patung sedang berada diruangan yang gelap (penjara). Selain itu juga ditampilkan garis-garis vertikal sebagai penegasan bahwa sang patung sedang berada di dalam penjara. Untuk memberikan kesan tradisi, pencipta juga menampilkan ornamen Bali.
33
Lukisan ini terinspirasi dari adat di Desa Tenganan. Tenganan merupakan daerah dengan adat istiadatnya yang sangat kuat, masyarakat disana diatur awigawig yang sangat dihormati. Masyarakat disana sangat tertutup terhadap masuknya pengaruh-pengaruh budaya asing. Melihat fenomena tersebut, pencipta melihatnya seolah-olah masyarakat di Tenganan tersebut sedang berada dalam sebuah penjara. Makna yang ingin disampaikan lewat karya ini adalah dimana kita segabai masyarakat Bali yang dikenal kental dengan adat dan tradisinya tidak bisa begitu saja menutup diri dari budaya asing namun bagaimana kita harus pandaipandai memilih budaya asing tersebut sebagai sebuah pembaruan untuk perkembangan budaya yang kita miliki. Warna-warna yang ditampilkan dominan menggunakan warna-warna gelap, hal ini sebagai sebuah penggambaran akan sisi gelap dari sebuah adat istiadat yang seolah-olah mengikat seseorang bagaikan dalam penjara.
34
Foto Karya 4
“ MADE MARLEY ” 100cm x 120cm Acrylic on Canvas,2011
Pada karya ini pencipta mengkolaborasikan dua ikon budaya yaitu patung tradisional Bali dengan ikon yang dikenal dengan ikon Bob Marley. Bob Marley adalah ikon yang dikenal dengan gayanya yang nyentrik dengan rambut gimbalnya, topi, maupun aksesoris lainnya. Selain itu Bob Marley bisa dikataka sebagai ikon musik Rege, musik yang santai dan sering dijadikan sebagai media untuk mencurahkan isi hati dan mengajak penikmat untuk bergembira, gaya hidupnya yang santai sering kali ditiru oleh masyarakat kita. Hal itu bisa kita lihat dari gaya berpakaian yang sering meniru gaya dari Bob Marley. Anak - anak muda sering mengubah rambutnya menjadi gimbal , dengan topi, dengan gelang berwarna merah, kuning, hijau, bermainn gitar dan menghisap rokok. Pada karya ini pencipta mencoba menyatukan 2 ikon tersebut. Pencipta menampilkan wajah patung tradisional Bali rambutnya dibuat gimbal dan tidak lupa menggunakan topi, penampilan patung dibuat dengan gaya begitu santai. Pada latar belakang digambarkan ikon Bob Marley sedang tersenyum yang 35
melihat objek patung. Latar belakang dibuat dengan warna merah, kuning, hijau ( Rasta ), hal ini sebagai penggambaran cirri khas sosok Bob Marley. Dari lukisan ini pencipta ingin menyampaikan bahwa budaya – budaya luar begitu mudah untuk diterima pada masyarakat kita. Bahkan budaya yang cenderung bertolak belakang dengan budaya kita begitu mudah diterima dan menyatu pada masyarakat kita.
36
Foto Karya 5
“ Bertattoo ” 100cm x 100cm Acrilyc on Canvas, 2011
Lukisan ini menggamarkan patung tradisional Bali, patung digambarkan dengan penuh tatto. Patung dibuat tidak seutuhnya namun hanya menampilkan badan, mulai dari leher sampai pada paha. Hal ini untuk memfokuskan pada bagian – bagian tubuh yang sering terdapat tatto. Tatto pada lukisan ini dimaksudkan sebagai pengaruh budaya luar atau budaya modern. Dari penggambaran itu pencipta ingin menyampaikan bahwa budaya modern sudah sangat melekat pada masyarakat tradisional kita sering melihat masyarakat tradisional (masyarakat Bali) yang tubuhnya dipenuhi tatto, budaya menggambarkan tubuh ini mungkin sebelumnya jarang kita temukan pada masyarakat di Bali, dipercaya membawa budaya tatto tersebut dan masyarakat 37
Bali pun terpengaruh karena mereka mengganggap jika memakai tatto akan terlihat lebih keren sehingga mereka lebih percaya.
38
Foto Karya 6
“ MADE DONAL ” 100 cm x 100 cm Acrylic on Canvas,2010
Dalam karya ini pencipta mencoba mengkolaborasikan dua ikon budaya yang berbeda yaitu patung tradisi yang disimbolkan sebagai buda ya tradisional dengan sebuah ikon makanan fast food yaitu Mc.Donal yang disimbolkan sebagai budaya luar ( budaya modern ). Dari penggambaran tersebut pencipta melihat fenomena yang sering dilihat disekitarnya, dimana masyarakat tradisional (masyarakat Bali ) yang sangat gemar mengkonsumsi barang atau produk dari luar negeri salah satunya adalah McD. Lukisan ini menggambarkan masyarakat Bali yang dikenal kental dengan adat dan tradisinya sudah sangat menyatu dengan masyarakat luar negeri yang cenerung berbudaya modern. Lukisan ini menampilkan patung tradisional Bali dengan menggunakan kostum McD, rambut patung dibuat berwarna merah hal ini menunjukkan pengaruh budaya luar. Walaupun patung tradisional itu dikolaborasikan wajah patung masih terlihat 39
sangat jelas. Hal ini menunjukkan bahwa budaya tradisional Bali yang sangat kental walaupun mendapatkan pengaruh-pengaruh dari budaya modern. Pada latar belakang dibuat dengan warna kuning. Perpaduan antara objek atau dengan latar belakang yang menggunakan warna-warna cerah dimaksudkan untuk memberi kesan kemeriahan. Pada latar belakang juga dibubuhkan tulisantulisan sebagai penegasan selain itu tulisan-tulisan dibuat untuk menyatukan antara objek utama dengan latar belakang.
40
Foto Karya 7
“ Dalam Genggaman ” 120 cm x 155 cm Acrilyc on Canvas,2011
Ide karya ini tercipta ketika melihat minat masyarakat yang begitu besar terhadap minuman soft drink coca-cola. Hal itu bisa kita lihat dari banyaknya sampah kemasan produk itu. Minuman yang menawarka n kesegaran bagi yang mengkonsumsinya, begitu digemari oleh masyarakat. Tidak hanya orang dewasa, minuman ini pun sangat digemari oleh semua kalangan masyarakat, baik itu anakanak sampai orang tua. Selain dapat memberikan kesegaran, produk ini juga tersedia dalam berbagai bentuk baik itu botol, kaleng, botol plastik, dan ditawarkan dengan harga yang tidak begitu mahal.
41
Secara visual ditampilkan objek patung tradisional sebagai simbol masyarakat Bali. Tangan sang patung dibuat sedang menggenggam kaleng minuman coca-cola sebagai gambaran minat masyarakat kita yang begitu besar terhadap produk ini. Pada latar belakang ditonjolkan pula kaleng coca-cola yang sudah tidak seperti bentuk aslinya, hal ini juga sebagai gambaran penegasan pada produk ini. Pada latar belakang juga ditampilkan barcode selain untuk menyeimbangkan komposisi, juga sebagai gambaran terhadap sebuah barang, di sana juga digambarkan tulisan-tulisan sebagai upaya pencapaian artistik karya.
42
Foto Karya 8
“ Wajah Baru ” 100 cm x 130 cm Acrilyc on canvas,2011
Ide karya ini tercipta dari melihat minat masyarakat yang begitu besar mengkonsumsi produk makanan siap saji yaitu produk makanan KFC. Dalam hal ini pencipta ingin menyampaikan gaya hidup konsumtif masyarakat yang cenderung memilih produk-produk yang bersifat praktis. Bagi sebagian masyarakat produk ini akan meningkatkan gaya hidup mereka, mereka akan dianggap orang kelas menengah ke atas. Secara visual, pencipta mencoba menggabungkan ikon produk makanan KFC dengan ikon tradisional yaitu patung. Pencipta mengubah bentuk logo KFC yang dikolaborasikan dengan wajah patung raksasa. Hal ini dimaksudkan bahwa 43
produk makanan ini sudah begitu menyatu dan digemari oleh masyarakat kita. Logo produk ini dibuat dengan warna merah untuk menandakan semangat yang begitu besar dari masyarakat. Latar belakang karya dibuat dengan goresan-goresan ekspresip, dengan memadukan kolase kertas koran dengan tulisan-tulisan. Hal ini sebagai upaya menambah artistik pada karya.
44
Foto Karya 9
“ Evolusi ” 125 cm x 130 cm Acrilyc on canvas,2009
Karya ini menceritakan budaya Bali dalam menghadapi derasnya serbuan dari budaya asing. Budaya asing yang cenderung dianggap lebih baik, begitu mudahnya di terima oleh masyarakat kita. Evolusi, mungkin itulah yang sedang dihadapi oleh budaya Bali. Budaya Bali yang cenderung tradisional bahkan tidak mampu menghadapi serbuan budaya asing, budaya yang membawa pembaruan terhadap budaya lokal. Perubahan itu pun terjadi pada budaya Bali, sedikit demi sedikit budaya asing mulai mempengaruhi. Namun budaya asing tidak begitu saja bisa menghilangkan budaya lokal. Budaya Bali yang kental, kuat dan begitu kokoh sehingga walaupun begitu deras serbuan budaya asing, budaya lokal tetap mampu bertahan walaupun mengalami sedikit perubahan. Secara visual karya ini menampilkan objek patung sebagai simbol budaya Bali yang kuat dan kokoh. Patung dibuat sedikit berbeda yaitu dipenuhi ikon-ikon 45
buaya asing hal ini sebagai sebuah penggambaran budaya lokal yang seolah-olah mengalami perubahan bentuk. Mulai dari simbol super hero, badut, maupun simbol bendera amerika serikat. Pada latar belakang pencipta mencoba mengkolaborasikannya dengan kolase maupun menampilkan tulisan-tulisan hal ini sebagai upaca pencapaian artistik pada karya.
46
Foto Karya 10
“ Konsumtif I ” 100cm x 120cm Acrilyc on Canvas,2011
Ide karya ini berawal dari merebaknya produk-produk luar negeri yang cenderung menawarkan kemudahan-kemudahan. Produk-produk ini begitu mudah diterima oleh masyarakat kita, hal tersebut karena masyarakat kita cenderung mengganggap produk-produk luar negeri memiliki kualitas lebih baik dari pada produk-produk dalam negeri. Secara visual, karya ini menampilkan patung tradisional Bali sebagai simbol masyarakat Bali. Pada latar belakang dilukiskan pula logo- logo produk luar negeri yang sangat akrab pada masyarakat kita. Logo-logo ini digambarkan bertebaran memenuhi latar belakang. Pada sisi kiri karya juga ditampilkan kolase barcode, hal ini untuk memberikan kesan sebuah barang. Melalui karya ini pencipta ingin menyampaikan bahwa masyarakat kita cenderung lebih tertarik pada produk-produk luar negeri, minat mayarakat kita yang begitu besar, yang seolah-olah berlomba- lomba menggunakan produk47
produk luar negeri, melihat hal itu pencipta mengganggap masyarakat kita bisa dikatakan berbudaya konsumtif. Sebagai penegasan pencipta juga menampilkan tulisan-tulisan pada latar belakang yang bertulisan konsumtif.
48
Foto Karya 11
“ Konsumtif II ” 120cm x 150cm Acrilyc on Canvas,2011
Ide karya ini sama dengan ide karya sebelumnya, yaitu menyoroti budaya konsumtif yang merebak pada masyarakat kita. Secara visual karyanya ini sedikit berbeda dengan karya sebelumnya. Bidang kanvas dibagi-bagi menjadi beberapa bidang dan seolah-olah karya ini terdiri dari beberapa susunan kanvas. Objek utama pada karya ini masih menampilkan objek patung tradisional yang disimbolkan sebagai masyarakat Bali. Pada karya ini pencipta ingin menampilkan karya yang sedikit berbeda yaitu dengan membagi-bagi bidang kanvas, bermain- main dengan komposisi. Pada bidang kanvas bagian tengah ditampilkan objek utama yaitu objek patung. Sedangkan pada bidang-bidang yang lain ditampilkan objek-objek yaitu logo-logo 49
produk luar negeri. Logo- logo yang ditampilkan yaitu logo produk-produk makanan siap saji yang sangat akrab di masyarakat kita misalnya logo KFC, McD, logo minuman ( soft drink ) maupun logo- logo produk luar negeri lainnya. Pada bidang-bidang lainnya juga ditampilkan ikon- ikon populer yang sering ditiru oleh masyarakat kita yaitu Bob Marley. Ikon-ikon atau logo- logo yang ditampilkan pada lukisan ini hanyalah sebagian kecil produk-produk atau pengaruh-pengaruh dari luar negeri yang memberikan dampak perubahan pada pola kehidupan mayarakat kita.
50
Foto Karya 12
“ Soft Drink ” 100cm x 120cm Acrilyc on Canvas,2011
Karya ini terinspirasi ketika pencipta melihat sarana persembahyangan umat hindu yang mendapatkan pengaruh dari budaya luar. Dalam hal ini adalah “tetabuhan” yang digunakan oleh umat hindu. Tetabuhan adalah sarana upacara umat hindu yang berisikan “arak-berem” ( minuman permentasi masyarakat Bali ) yang biasanya dipersembahkan disaat upacara berlangsung. Sarana ini umumnya kita lihat menggunakan botol plastik, namun seiring merebaknya produk-produk luar ke Bali, sarana ini sering kita lihat menggunakan botol produk minuman soft drink.
Fenomena
ini
sangat
menggelitik
sehingga
pencipta
mencoba
memvisualisasikannya ke dalam karya lukis. Secara visual, karya ini menampilkan botol produk minuman coca-cola dan pada bagian atas botol digambarkan sebuah patung tradisional. Dari situ pencipta ingin memberikan gambaran bahwa budaya luar sudah mampu masuk ke dalam salah satu sisi kehidupan masyarakat yang paling sensitif yaitu agama. Karya ini juga menampilkan objek patung tradisional Bali pada sisi kiri dan kanan 51
karya. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa budaya tradisional sudah mulai dipinggirkan. Pada latar belakang juga ditampilkan tulisan-tulisan yang bernada Soft drink, hal ini sebagai upaya pencapaian artistik karya. Dari karya ini pencipta ingin menyampaikan bahwa pengaruh-pengaruh luar negeri begitu cepat menyebar dan sangat mudah diterima oleh masyarakat kita.
52
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari uraian sebelumnya pencipta dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 5.1.1 Di dalam merealisasikan karya seni lukis yang bertemakan Fenomena Sosial Budaya, diperlukan pemahaman dan penghayatan terhadap realitas dan fenomena yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini pencipta mendapatkan ide melalui media- media, katalog lukisan,
majalah,
menghadiri tempat pameran. Melalui proses pemahaman dan penghayatan pencipta mencoba mengkolaborasikan ikon- ikon budaya luar dengan ikonikon budaya tradisional, hal ini untuk memberikan pandangan kepada masyarakat tentang pengaruh-pengaruh luar negeri yang sangat cepat mempengaruhi masyarakat saat ini. 5.1.2 Untuk lebih mudah dipahami masyarakat, pencipta memilih cara ungkap seni realis dan lebih mengarah pada karya-karya pop art yaitu dengan menampilkan produk-produk populer yang dikolaborasikan dengan ikonikon budaya Bali. Dari cara ungkap tersebut pencipta berharap penikmat ataupun masyarakat umum mampu memahami maksud ataupun ide dari karya pencipta. 5.1.3 Untuk
menciptakan
karya
dengan
nilai- nilai
estetis,
pencipta
menggabungkan 2 aspek yaitu : aspek ideoplastis yang menyangkut ide atau gagasan dan isi. Serta aspek fisikoplastis yang menyangkut fisik karya, dalam hal ini pencipta menyusun dengan elemen-elemen visual seni rupa dan prinsip-prinsip estetika.
53
5.2 Saran 5.2.1 Sebagai perupa-perupa muda mahasiswa mestinya mencermati realitas maupun fenomena yang terjadi di masyarakat dengan membahasakannya ke dalam ekspresi seni rupa. Hal tersebut sebagai ungkapan rasa cinta tanah air melalui ekspresi seni rupa kita bisa melakukan semacam kontrol terhadap realitas maupun fenomena yang terjadi di masyarakat, karena seni dianggap sebagai media yang independen di dalam menyuarakan kepentingan rakyat banyak. 5.2.2 Lembaga ISI hendaknya lebih memperhatikan keberadaan mahasiswa jurusan seni rupa dengan lebih banyak
menyediakan buku-buku
perkembangan seni khususnya seni rupa. Karena sampai saat ini bukubuku yang ada terbatas pada buku yang lama dan buku-buku berbahasa asing, dimana kemampuan mahasiswa dalam berbahasa asing sangat kurang,
sehingga
mahasiswa
kurang
peka
terhadap
informasi
perkembangan terkini seni rupa Indonesia maupun seni rupa dunia.
54
DAFTAR PUSTAKA
Arsana, nyoman dan Supono. 1983. Dasar-dasar Seni Lukis. Denpasara : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Burton Graeme. 1999. Media dan Budaya Populer. Yogyakarta : Jalasutra Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat seni pertunjukan Indonesia Gelebet, Ir. I Nyoman. 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Denpasar : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Lubis, Mochtar. 1992. Transformasi Budaya untuk Masa Depan. Yogyakarta : Kanisius Poerwadarminto. WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Balai Pustaka Sachari, Agus. 2000. Estetika. Bandung : ITB Sidik, Fajar. 1979. Desain Elementer. Yogyakarta : STSRI/ASRI Soegeng, TM(E). 1987. Pengantar Apresiasi Seni Rupa. Surakarta : ASKI Storey, Jhon. 1996. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta : Jalasutra Sudarso, SP. 2000. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern. Jakarta : Studio Delapan Puluh Enterprise Susanto, Mikke. 2002. Diksi Rupa. Yogyakarta : Kanisius Suryahadi, Med.A.A. 1994. Pengembangan Kreativitas Melalui Seni Rupa. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesenian
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga. Jakarta : Balai Pustaka www.wikipediaindonesia.com Yasyin, Sulchan. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Amanah