FENOMENA POLITIK SOROH TERHADAP SIKAP POLITIK ORGANISASI MGPSSR DALAM PILKADA SERENTAK KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015 Dwi Ratih Saraswati, Tedi Erviantono, Piers Andreas Noak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email :
[email protected], Tedi
[email protected], Piers Andreas
[email protected]
ABSTRACT This paper aims to see how such a family-based organization MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi) determine political attitudes in the elections of 2015. Simultaneously Karangasem Soroh seen as social ties within the community people Hindus in Bali which refers to one lineage (dynasty) the same one. This potential was realized by interest groups as one of the factors for support. The emotional response of citizens Pasek (MGPSSR) start flowing on candidates who have a common background of the offspring.Depart by using the theory of dramaturgy and qualitative research methods-descriptive. Research conducted in Karangasem regency showed that the formation of the Volunteer 157 as a continuation MGPSSR to engage in politics and support the candidate of his choice. This study found the implication that soroh can be a major factor supporting the victory of candidates who have the same background as well as to be the main factor causing the impartiatyof victory itself. Keywords: Political Soroh, MGPSSR (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi), elections, Karangasem
meningkatkan sradha dan bhakti kepada
1. PENDAHULUAN
Ida Bhatara Kawitan dan mewujudkan Bali
Masyarakat Bali memiliki kekhasan sosial dalam membina kekerabatan secara
yang
lahir dan batin, yang oleh masyarakat
pegabdian kepada agama, bangsa dan
disebut soroh. Soroh merupakan ikatan
negara. Kondisi tersebut merupakan tradisi
sosial dalam paguyuban masyarakat umat
dari leluhur warga Pasek (MGPSSR) dan
Hindu di Bali yang merujuk pada satu garis
menyebabkan soroh Pasek (MGPSSR)
keturunan (klan). Salah satu soroh yang
memiliki
memiliki pengaruh besar dewasa ini adalah
mempengaruhi
soroh Pasek dengan paguyubannya yang
pada tingkat lokal dan masyarakat yang
disebut MGPSSR (Maha Gotra Pasek
berada dalam satu garis keturunan(trah)
Sanak Sapta Rsi). Lahirnya MGPSSR
yang sama. Salah satu wilayah khusus
ditengah warga Pasek bertujuan untuk
1
unggul
sesuai
posisi
Bhisama
istimewa
masyarakat,
untuk
dalam khususnya
yang menjadi mayoritas MGPSSR di Bali
nomor urut satu maupun tiga yakni paket
adalah wilayah Kabupaten Karangasem.
SMS dan paket SUKSES sama-sama tidak mencapai kejayaan. Hal ini menunjukkan
Penglingsir MGPSSR Kabupaten Karangasem
Made
Putra
bahwa
Ayusta
kemenangan
dalam
fenomena
menegaskan “MGPSSR adalah organisasi
politik tingkat lokal tersebut dimenangi oleh
ngayah
Kawitan”
paslon yang bukan merupakan keturunan
(Metro Bali : 2012). Namun, persatuan dan
soroh Pasek, adapun pasangan calon yang
kesatuan warga Pasek (MGPSSR) disadari
dimaksud adalah IGA. Mas Sumantri-
potensial
Wayan Artadipa (MASDIPA).
kepada
Ida
sebagai
Bhatara
salah
satu
faktor
Fenomena
pendukung dalam mencapai kekuasaan. Hal
tersebut
penyelenggaraan
sangat
terasa
Pilkada
tersebut
kemudian
mengarah pada sikap politik organisasi
pada
MGPSSR
Karangasem
dalam
Pilkada
Kabupaten
tahun 2015 lalu, yang ditandai dengan
Karangasem, dimana tradisi yang melekat
adanya respon emosional warga Pasek
dalam warga Pasek (MGPSSR) memiliki
berupa dukungan serta empati kepada
nilai
kandidat.
kekerabatan antar semeton dan posisi
ikat
untuk
menjaga
Pilkada Karangasem diikuti oleh
organisasi
MGPSSR
tiga pasangan calon (paslon) yaitu I Wayan
organisasi
berbasis
Sudirta-Ni Made Sumiati (SMS), I.G.A Mas
bertujuan untuk ngayah kepada leluhur
Sumantri
Made
serta terbebas dari kepentingan politik.
Sukerana-I Komang Kisid (SUKSES). Dari
Namun, dewasa ini soroh Pasek dilihat
ketiga tersebut, diketahui paslon I Wayan
sebagai
Sudirta-Ni Made Sumiati (SMS) dan I Made
mempengaruhi sikap politik masyarakat,
Sukerana-I
(SUKSES)
khususnya warga Pasek (MGPSSR) di
berasal dari soroh Pasek dan sama-sama
Kabupaten Karangasem. Kondisi tersebut
berupaya menarik simpati warga Pasek
menandakan
dalam
tersebut.
Hindu di Bali memandang bahwa ikatan
Berlangsungnya Pilkada pada 9 Desember
sosial merupakan suatu hal yang amat
2015 tersebut menyebutkan bahwa paslon
penting, dimana dalam hal ini ikatan sosial
(MASDIPA)
Komang
pesta
dan
Kisid
demokrasi
I
2
salah
yang
hubungan
kekerabatan
satu
bahwa
merupakan
faktor
masyarakat
yang
untuk
umat
yang dimaksud dalam hal ini adalah ikatan
Muhammadiyah Antara Pusat Dan Daerah
soroh.
(Studi
Kasus
Sikap
Muhammadiyah
Berdasarkan uraian diatas, maka
Pada
Politik
Pilihan
Elit
Presiden
menarik penulis untuk menyusun penelitian
2014 dan Pilkada 2010 di Sleman dan
dengan judul Fenomena Politik Soroh
Maros)
Terhadap
Sikap
Politik
organisator
MGPSSR
Dalam
Pilkada
Kabupaten
Karangasem
Organisasi
dalam
bahwa
melihat
faktor
fungsinya
mampu memberi pengaruh bagi organisasi
Serentak
Tahun
mengemukakan
dalam menentukan sikap politiknya.
2015.
Penelitian yang dilakukan Sumaji
Adapun pemilihan judul tersebut dilatar keberadaan
(2016) dengan judul penelitian Sikap Politik
soroh yang memiliki tradisi serta nilai ikat
Elit Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di
antar semetonnya dan disadari pontensial
Surakarta
sebagai faktor untuk meraih kesuskesan
Secara
dalam ajang pemilihan tingkat lokal dengan
Kompaaratif) mengamati faktor kepentingan
meraih simpati warga Pasek(MGPSSR).
elit dan pola gerakan organisasi sebagai
belakangi
dengan
adanya
tentang
Pemilihan
Langsung
Presiden
(Sebuah
Studi
alasan untuk menjawab sikap politik dalam sebuah ajang perebutan kekuasaan yang
2. KAJIAN PUSTAKA
menggunakan
Berbagai penelitian terkait, telah
mekanisme
pemilihan
langsung.
dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang
Dari ketiga penelitian yang telah
telah dilakukan, seperti Qonita (2008)
dilakukan tersebut, dapat dilihat bahwa
dalam Sikap Politik Kiai dan Implikasinya
penelitian tentang fenomena politik soroh
terhadap Pilihan Politik Santri Kaliwungu
terhadap sikap politik organisasi dalam
dalam Pilkada Kendal Tahun 2005 melihat
Pilkada Serentak Kabupaten Karangasem
peran serta pegaruh kultur menjadi salah
tahun
satu
sebelumnya sama-sama mengkaji tentang
faktor
yang
mempengaruhi
Deviasi
Sikap
(2015)
dengan
Politik
kultur,
judul
faktor
kepentingan
Elektoral
3
dengan
tiga
penelitian
sikap politik dengan dipengaruhi faktor
terbentuknya sikap politik suatu organisasi. Sholikin
2015
elit
organisator, dan
pola
faktor gerakan
organisasi. Begitu pula dengan sikap politik
ragam nteraksi dalam suatu kehidupan
dalam Pilkada Kabupaten Karangasem
sosial.
yang melibatkan soroh dan organisasi Dalam
teori
ini,
kehidupan
sosial
Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi diibaratkan dengan kehidupan panggung (MGPSSR) agar mampu membentuk sikap teateris dan dibagi menjadi dua bagian politik yang dimanfaatkan kehadirannya yaitu wilayah depan (front region) dan oleh kandidat untuk mencapai kesuksesan. wilayah belakang (back region). Melihat penelitian-penelitian yang Wilayah
depan
(front
region)
telah dilakukan terdahulu mengenai sikap merupakan panggung depan teateris yang politik dalam Pemilihan Kepala Daerah befungsi untuk menunjukkan peran formal maupun Pemilihan Presiden dibeberapa dengan mengandung unsur struktural yang daerah
tersebut.
Penelitian
mengenai terlembagakan, sehingga tujuan akhir dari
fenomena politik soroh terhadap sikap pertunjukkan ini adalah untuk kepentingan politik organisasi Maha Gotra Pasek Sanak individu, Sapta
Rsi
(MGPSSR)
di
kelompok
maupun
organisasi
Kabupaten tersebut. Wilayah depan merujuk pada
Karangasem, menjadi penelitian pertama suatu kehidupan sosial yang ditunjukkan dan belum pernah dilakukan sebelumnya, kehadapan khalayak umum. Hal ini berarti, sehingga penelitian ini menjadi penelitian terdapat suatu keterbatasan peran yang yang berbeda dengan penelitian-penelitian ditunjukkan guna mencapai tujuan dari yang telah dilakukan sebelumnya. kesepakatan bersama. Erving Goffman membagi wilayah
2.2 Kerangka Konseptual 2.2.1 Teori Dramaturgi
depan menjadi walayah pribadi (personal
Teori Dramaturgi menguraikan konsep
front)
dramatugi sebagai konsep yang bersifat penampilan
teateris.
Para
melalui
ahli
setting
peralatan
yang yang
terepresentasi dinilai
penting
sehingga mampu menjadi sarana untuk
mengemukakan bahwa teori ini berada di
mencapai
antara tradisi interaksi dan fenomenologi
kekuasaan
dan
merupakan
situasi fisik yang bersifat nyata, harus ada
(Sukidin dan Basrow, 2002:103). Tujuan
serta
dari teori ini adalah untuk mempengaruhi
berpengaruh
pencapaian suatu tujuan.
4
dan
dalam
upaya
Sementara, wilayah belakang (back
3. METODOLOGI PENELITIAN
region) merupakan panggung teateris yang
Penelitian
ini
menggunakan
berfungsi untuk menunjukkan kesiapan dan
metode penelitian kualitatif dengan pola
cendrung menunjukkan unsur yang bersifat
deskriptif. Pola deskriptif dalam metode
bebas (informal) sehingga membebaskan
kualitatif
diri dari suatu peran sosial namun tidak
menginterpretasi objek sesuai dengan data
terlepas dari identitas asli. Wilayah ini juga
yang
didorong oleh perasaan emosional serta
2009:157).
diperoleh
identitas sosial dalam merepresentasikan
Sumber
suatu pesan.
menggambarkan
di
lapangan
data
serta
(Sukardi,
primer
dalam
penelitian ini diperoleh melalui pendekatan
Fenomena dalam
ini
Pilkada
serupa
ditentukan
langsung seperti wawancara dan observasi
Serentak
Kabupaten
dengan
pihak
yang
bersangkutan.
Karangasem tahun 2015 yang diperankan
Sementara data sekunder didapat melalui
oleh organisasi MGPSSR. Peran formal
pengumpulam data secara tidak langsung.
MGPSSR sebagai organisasi ngayah dan memiliki
keterikatan
untuk
menjalin
4. PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian
hubungan kekerabatan antar keturunan
Kehidupan masyarakat umat Hindu
terebut juga terlihat mempersiapkan diri untuk
mendukung
MGPSSR
kandidat
pilihannya.
Pilkada
Serentak
dalam
di Karangasem diselimuti oleh tradisi-tradisi dan kekhasan sosial yang telah diwariskan oleh leluhurnya sejak dahulu. Kekhasan
Kabupaten Karangasem tahun 2015 inilah
sosial oleh masyarakat mencakup tentang
yang pada akhirnya memiliki peran dan fungsi
yang
nantinya
mampu
ikatan-ikatan sosial yang berkenaan dalam
mengisi
kehidupan bermasyarakat umat Hindu. Tak
ruang-ruang yang ada pada masing-masing
hanya
wilayah baik wilayah dalam teori ini, baik
dan
setting
maupun
prosesi
upacara
seluruh aspek kehidupan sehari-hari yang
wilayah
dipengaruhi oleh nilai-nilai adat istiadatnya.
belakang (back region) dari teori dramaturgi
Salah satu ikatan sosial tersebut didasari
cetusan Erving Goffman tersebut.
5
dalam
keagamaan, lebih jauh lagi menyangkut
wilayah depan (front region) yaitu wilayah pribadi
terlihat
oleh garis keturunan dalam menjalani
bagian dari paguyuban tersebut dan tak
hubungan kekerabatn yang disebut soroh.
terkecuali
soroh
Pasek
di
Kabupaten
Karangasem.
4.1.2 Sejarah Pasek (MGPSSR) Jumlah
semeton
soroh
Pasek
Di Bali, kata “pasek” merupakan dalam paguyuban MGPSSR mencapai 222. “suatu jabatan fungsional”, yang pernah menunjukkan
bahwa
semeton
ada pada suatu zaman dalam perjalanan MGPSSR(Maha Gotra Pasek Sanak Sapta sejarah pulau Bali. (Soebandi, 2003:52). Rsi) memiliki jumlah masa yang tidak Lambat laun istilah Pasek dipakai oleh sedikit dan tersebar hampir disetiap desa di masyarakat Bali Aga atau Bali Asli sebagai kabupaten tersebut.Lebih jauh, paguyuban gelar seorang pemimpin. Pada masanya soroh Pasek yaitu MGPSSR menjadikan leluhur warga Pasek (MGPSSR) pernah soroh sebagai suatu pegangan dalam menduduki jabatan fungsional, sehingga mewujudkan bhakti kepada leluhur serta keturunannya memakai identitas atau gelar dalam
menjalin
hubungan
kekerabatan
Pasek berdasarkan tradisi yang berlaku antar semeton. Tidak dapat dipungkiri (Soebandi,
2003:54).
Tradisi
tersebut bahwa keberadaan soroh dalam kehidupan
hingga saat ini masih memiliki kekentalan sosial masyarakat dan organisasi MGPSSR dalam warga Pasek menyangkut tentang memiliki nilai dan peran yang sudah unsur kesetian dan Bhisama yang ada. menjadi tradisi dan tidak terbantahkan
4.1.3 Soroh Pasek (MGPSSR) di Kabupaten Karangasem
keberadaannya.
4.2 Hasil Temuan 4.2.1 Soroh Pasek dalam Pilkada
Soroh Pasek dipandang sebagai ikatan
pasemetonan
mengayomi
jumlah
terbesar
semeton
dan
terbanyak
Memasuki
akhir
MGPSSR
tahun
2015,
serta tersebar diseluruh wilayah pulau Bali.
Karangasem manjadi salah satu wilayah
Soroh
payung
yang turut meramaikan pesta demokrasi
kekerabatan dan begitu kuat menyelimuti
tingkat daerah. Hal yang kerap menjadi
kehidupan masyarakat umat Hindu di Bali,
sorotan dalam setiap pelaksanaan Pilkada
khususnya
di kabupaten tersebut menyangkut tentang
sendiridipahami
masyarakat
sebagai
yang
menjadi
6
dikarenakan,
leluhur agar dapat menjaga hubungan
Karangsem dikenal sebagai salah satu
kekerabatan dan kesetiaan antar satu
wilayah yang masyarakatnya masih memliki
dengan yang lainya. Lebih jauh, organisasi
fanatisme
terhadap
yang berciri khas poleng ini bertujuan untuk
kepercayaan, keyakinan serta kesetiaan
mengamalkan bhakti kepada leluhur karena
antar satu kerabat dalam satu keturunan
terikat oleh suatu hukum yaitu hukum
untuk saling mendukung satu sama lain.
kawitan.
politik
soroh.
Kondisi
yang
ini
tinggi
Fenomena inilah yang terlihat dalam
4.2.2 Kemunculan Relawan dalam Pilkada Karangasem
Pilkada Karangasem tahun 2015 dimana
Kemunculan
157
Relawan
157
terusan
dari
warga dari soroh Pasek melayangkan merupakan dukungannya
kepada
kandidat
suatu
yang MGPSSRyang lahir sebagai wadah bagi
menjadi bagian dari semeton soroh Pasek. masyarakat, khususnya semetonPasek di Di sisi lain, kandidat yang berlatar belakang Kabupaten
Karangasem
untuk
soroh inipun menggunakan soroh sebagai berpartisipasi
dalam
kehidupan
politik
simbol dalam pesta demokrasi tersebut masyarakat. Keberadaan Relawan 157 ini guna meraih dukungan dari para semeton. bersifat informaldan menjadi salah satu Sebagai bagian dari semeton dan memiliki bentuk
demokratisasi
dalam
diri
sebuah paguyuban yaitu MGPSSR, tentu masyarakat. Pada mumnya, Relawan 157 hal ini saling berpengaruh satu sama lain. memiliki sifat terbuka terhadap nilai serta Hasil
wawancara
menunjukkan
budaya
dari
luar
dan
berupaya
bahwa organisasi MGPSSR diakui secara
menyesuaikan manfaat, kemampuan serta
hukum dan memang sudah diketahui tidak
kebutuhannya dengan tidak melupakan
berpolitik, namun soroh dewasa ini menjadi
identitas asli mereka.
sebuah cara untuk memperoleh dukungan Anggota Relawan 157 sebagian dalam dunia politik. Keberadaan MGPSSR besar atau murni beranggotakan orangdalam kehidupan umat Hindu di Bali, orang yang berlatar belakang soroh Pasek. khusunya Karangasempun jelas secara Selain memiliki kesamaan latar belakang langsung
untuk
mengajegkan
warisan keturunan, kesamaan lain yang menjadi
7
Diketahui pasangan calon Wayan
pengaruh dalam hal ini adalah kesamaan kepentingan serta tujuan. Tujuannya terlibat
Sudirta-Ni
dalam
oleh
pasangan calon Made Sukerana-Komang
anggotanya
Kisid (SUKSES) berasal dari soroh Pasek
menimbulkan
dan sama-sama berupaya menarik simpati
hal
perasaan yang
ini
utamanya
emosional
pada
dukungan
antar
akhirnya
serta
dipicu
empatik
warga
sehingga
Made
Pasek
Sumiati
dalam
(SMS)
pesta
dan
demokrasi
antar
tersebut. Hal ini sangat terlihat dengan
anggotanya yang di Bali dikenal dengan
digunakannya nuansa poleng oleh kandidat
istilah menyame-braye.
sebagai ciri khas dari soroh Pasek itu
mempererat
tali
persaudaraan
sendiri. unsur poleng tersebut ditujukkan Fenomena ini menjadi salah satu untuk menunjukkan identitas asli mereka faktor yang menyebutkan bahwa ikatan yang
harapannya
adalah
dapat
sosial yaitu soroh dalam masyarakat Bali memperoleh
simpati
warga
Pasek
di
merupakan simbol yang menjadi pegangan Kabupaten Karangasem. masyarakat, menjadi
sangat
suatu
diperhitungkan
berpengaruh
hal
yang
dalam
dan
patut
untuk
kehidupan
politik
Fenomena ini berimbas kepada Relawan
157
dalam
menjatuhkan
masyarakat Bali baik dalam Pilgub, Pileg
dukungannya kepada satu dari dua pilihan
maupun Pilkada.
tersebut. bahwa Relawan 157 menjatuhkan pilihannya hanya kepada satu kandidat
Terlihat bahwa soroh dalam sistem yaitu kandidat yang dikepalai oleh wakil kekerabatan di Bali sangat melekat dalam bupati Kabupaten Karangasem periode kehidupan masyarakatnya. Namun, akibat lalu, beliau adalah I Made Sukerana. Faktor fanatisme
tersebut
melahirkan pre-record atas terpilihnya paket SUKSES
pengelompokkan-pengelompokkan
antar untuk mendapat dukungan penuh dari
masyarakat.
Hal
ini
menguntungkan relawan 157 sendiri merupakan suatu hal
kandidat dengan menjadikan soroh sebagai penting. lobi politik yang saat ini terlihat dalam Pilkada Kabupaten Karangasem.
Pilkada sebagai fenomena politik lokal memang menjadi suatu ajang yang
8
penting dalam membahas tentang politik
Komang Kisid (SUKSES) menduduki posisi
soroh.
terendah.
Ikatan
kehidupan
sosial
masyarakat
dalam yang
tatanan dimaksud
Faktor
soroh
memang
memiliki
dalam hal ini adalah soroh menjadi suatu keterpengaruhan
terhadap
masyarakat,
alasan penting bagi masyarakat.Tak dapat maka soroh merupakan salah satu cara dipungkiri, latar belakang dari satu trah untuk memperoleh dukungan masyarakat. yang sama menjadi perhitungan warga Selain itu, narasumber juga menyatakan, Pasek untuk turut memberi dukungan. sikapnya tersebut bukan diperuntukkan Disisi
lain,
pre-record
kandidat
juga untuk menuai kekalahan, namun untuk
mengambil peran penting sebagai faktor mencari keseimbangan antar dua kandidat pendukung
untuk
menyumbangkan yang sama-sama menjadi bagian keluarga
suaranya. besar soroh Pasek ini.
4.2.2
Kekalahan Kandidat Soroh Pasek dalam Pilkada Karangasem
Sebagai pihak pendukung yang mengedepankan tercapainya kepentingan
Fenomena menarik terjadi dalam
bersama dan dikarenakan terdapat dua
Pilkada Karangasem tahun 2015 yaitu tentang
kekalahan
yang
dituai
kandidat dari keturunan Pasek, juru kunci
oleh
dalam wawancara menyatakan telah terjadi
pasangan Made Sukerana-Komang Kisid (SUKSES)
dalam
Pilkada
pembagian derah untuk kampanye. Hal ini
Kabupaten
mengungkapkan satu hal penting bahwa
Karangasem Tahun 2015. Tak hanya itu,
dalam Pilkada tersebut tidak terjadi tarung
pasangan Wayan Sudirta-Made Sumiati
bebas antar kandidat dan ini merupakan
(SMS) juga mengalami hal yang sama. Dari
pernyataan yang diakui keabsahannya oleh
fenomena ini terlihat bahwa kesuksesan
I Gede Pawana. Disamping itu, tiap-tiap
diraih oleh pasangan IGA Mas Sumatri-
daerah pada umumnya telah menjatuhkan
Wayan Artadipa (MASDIPA) dan menjadi
suara pada kandidat pilihannya dan tidak
hal yang sangat mengejutkan, lebih jauh dikarenakan
perolehan
suara
turut serta mengambil bagian di daerah
kandidat
yang memiliki perbedaan.
nomer urut tiga yaitu Made Sukerana-
9
yang
memang memegang andil penting dalam
diberikan kepada paket SUKSES oleh
kehidupan politik masyarakat dan menjadi
Relawan 157 mengartikan bahwa paket
lobi
SMS yang sama-sama dari soroh Pasek,
kekuasaan
bukan menjadi kandidat pilihan warga
Diusung oleh keturunan tertua dan terbesar
Pasek.
terjadi
di Bali dengan dibentuk relawan dan
perpecahan pandangan, pilihan serta suara
melalui pendekatan serta sosialisasi tak
oleh warga Pasek dan tidak menyatukan
lantas
keturunan tertua di Bali ini menjadi satu
kemenangan. Hal ini membuktikan, sekuat
dalam terbentuknya Relawan 157.
apapun modal yang dimiliki (soroh),pasti
Mengalirnya
Hal
ini
dukungan
berarti,
telah
tersendiri
dalam
dengan
memperoleh
suara
mempermudah
terbanyak.
untuk
meraih
memiliki titik lemah dalam berhadapan Dilema dalam politik soroh ini dapat dengan nilai adat istiadat yang telah dikatakan membagi porsi antar warga diwariskan oleh leluhur. Pasek dalam mendukung kandidatnya. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang menyebutkan
bahwa
paket
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
SUKSES
Soroh
ditargetkan memperoleh suara 50% dan di
sebagai
payung
kekerabatan yang berdasar pada satu garis
klaim perolehan suara kandidat nomer urut
keturunan yang sama. Keberadaan soroh
dua tersebut murni 50% adalah suara
begitu
warga Pasek.
kuat
masyarakat Kekalahan
dipahami
menyelimuti
umat
Hindu
kehidupan di
Bali,
tak
kandidat
yang
Pasek
tersebut
Karangasem. Sebagai lambang pemersatu
dapat disimpulkan karena faktor soroh itu
antar keturunan, soroh Pasek disadari
sendiri, dimana solidaritas warga Pasek
potensial sebagai salah satu faktor penting
tidak dapat sepenuhnya memaksimalkan
untuk
kemenangan
merupakan
diagungkan
keturunan
perpecahan sebagai
kandidat suara
wadah
oleh dalam
terkecuali
dikarenakan Relawan
157
memperoleh upaya
di
Kabupaten
dukungan. yang
Hal
ini
dilaksanakan
mengingat fenomena politik lokal dewasa
mendukung
ini
kandidat. Pertalian soroh antar kandidat
berlangsung
dengan
mekanisme
pemilihan langsung oleh rakyat. Soroh
10
masyarakat
dalam kehidupan masyarakat Karangasem
keberadaan
memiliki
berpedoman pada identitas aslinya
nilai
ikat,
termasuk
dalam
Relawan
157
tetap
yaitu soroh.
menentukan sikap politik. Disamping itu, •
keberadaan soroh dapat menjadi sutu
Soroh menjadi salah satu faktor yang
terobosan untuk menggerakkan masa dan
diperhitungkan dalam hal ini. Politik
menjadi sarana untuk meraih simpati serta
soroh terlihat sangat signifikan karena
dukungan khususnya dari semeton soroh
hasil wawancara dengan narasumber
itu sendiri.
menunjukkan bahwa soroh itu sendiri
•
menjadikan
faktor
utama
dalam
MGPSSR(Maha Gotra Pasek Sanak menentukan sikap politik organisasi. Sapta Rsi) di Kabupaten Karangasem Hal merupakan
organisasi
ini
berarti,
masyarakat
Bali
ngayah, khususnya soroh Pasek di Kabupaten
memiliki dinamika serta ruang yang Karangasem dalam wujud Relawan terukur dan dibentuk bebas dari segala 157 masih memiliki fanatisme yang bentuk kepentingan politik. Kondisi ini tinggi mendasari
dan
menganut
sistem
sikap politik organisasi paternalistik terkait politik soroh dalam
MGPSSR dalam Pilkada Kabupaten Pilkada Kabupaten Karangasem tahun Karangasem tidak berpolitik praktis, 2015. namun terlihat praktis dikarenakan •
keberadaan ketua MGPSSR dalam
Faktor berikutnya yang tak
kalah
penting adalah faktor Pre Record. aktivitas politik salah satu kandidat. •
Faktor ini menjadi salah satu faktor MGPSSR terjun dalam politik dengan yang
diperhitungkan
dalam
menanggalkan nama MGPSSR dan menentukan sikap politik organisasi, membentuk Relawan 157. Wajah lain karena hasil wawancara menyebutkan organisasi MGPSSR dalam relawan faktor
Pre
Record
memiliki
157 inipun menjadi sebuah terusan keterpengaruhan
sebagai
faktor
dari MGPSSR untuk melepaskan diri pendukung dalam Pilkada.Disamping dari peran sosial, keterbatasan serta itu, terdapat modal sosial lain dan keterikatan
dalam
mendukung terjalin
kandidat
pilihannya,
namun
11
suatu
pendekatan
antara
kandidat dengan warga Pasek yang
keturunan yang dalam hal ini adalah
merupakan
soroh.
bagian
dari
strategi
kemenangan.
Kandidat
juga
melayangkan
bantuan
6.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
untuk
Soebandi, Jro Mangku Gde Ketut. 2003. Babad Pasek Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi. Denpasar : PT Pustaka Manikgeni.
mempengaruhi sikap politik organisasi dan hal tersebut menjadi sebuah kecendrungan Relawan 157 dalam
Sukardi. memilih kandidat yang bersangkutan. •
Terdapat tiga temuan umum dalam
hubungan yang nyata antara soroh
Sukidin, Basrowi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif : Perspektif Mikro. Surabaya : Insan Cendikia.
Pasek
Skripsi
penelitian ini, yaitu pertama, terdapat
dalam
paguyubannya
MGPSSR(Maha Gotra Pasek Sanak
Sholikin, Ahmad. 2015. Deviasi Sikap Politik Elektoral Muhammadiyah Antara Pusat dan Daerah (Studi Kasus Sikap Politik Elit Muhammadiyah pada Pilihan Presiden 2014 dan Pilkada 2010 di Sleman dan Maros). Universitas Gajah Mada
Sapta Rsi) dengan Relawan 157 untuk membentuk sikap politik organisasi dalam Pilkada Kabupaten Karangasem tahun 2015. Kedua, terdapat indikasi
Sumaji, Muhammad Anis. 2016. Sikap Politik Elit Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Surakarta tentang Pemilihan Presiden Secara Langsung (Sebuah Studi Komparatif). Program Magister Pemikiran Islam. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas Muhannadiyah Surakarta.
politik soroh sebagai kekhasan sosial terkait ikatan sosial masyarakat di Bali, khususnya
Kabupaten
Karangasem
terhadap sikap politik organisasi dalam kehidupan politik organisasi. Ketiga, politik
soroh
dalam
sikap
Qonita, Ulya. 2008. Sikap Politik Kiai dalam Implikasinya terhadap Pilihan Politik Santri Kaliwungu dalam Pilkada Kendal Tahun 2005. Fakultas Syar’ah. Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang.
politik
organisasi masih bersifat tradisional dan tidak memperhitungkan menang atau kalah. Yang terpenting adalah menjaga
hubungan
Koran
kekerabatan
secara lahir dan batin antar semeton yang
merujuk
pada
satu
Metro Bali. Edisi : Rabu, 05 Desember 2012
garis
12
2009. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : PT Bumi Aksara.
13