MEDIA BRIEFING KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id
Prospek Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2010 Lebih Cerah Jakarta, 9 Februari 2010 – Tren ekspor nonmigas Indonesia telah menunjukkan pembalikan ke arah positif. Hal ini diperlihatkan dari membaiknya kinerja ekspor nonmigas triwulan ke-4 tahun 2009 sebesar 1,3% atau US$ 331 juta lebih tinggi dibandingkan kinerja triwulan ke-4 tahun 2008. Perbaikan kinerja ekspor nonmigas tersebut sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian dunia. Kontraksi ekonomi negara-negara maju tidak seburuk perkiraan sebelumnya akibat kebijakan moneter dan stimulus fiskal yang dilakukan. Pemulihan ekonomi RRT dan India yang kian kuat dan cepat juga akan menambah permintaah ekspor produk Indonesia. Optimisme tersebut disampaikan Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar hari ini, ketika menjelaskan kinerja ekspor impor tahun 2009. Wamendag mengatakan, “Kita optimis ekspor nonmigas tahun 2010 akan mencapai sasaran sesuai target RPJMN, yaitu meningkat antara 7-8,5%. Sasaran tersebut didasarkan atas adanya perbaikan ekonomi dunia yang mendorong peningkatan permintaan serta memicu sentimen positif yang mampu mendorong penguatan beberapa harga komoditi. Faktor penentu tersebut mulai nampak sejak bulan Maret tahun lalu yang dibuktikan dengan membaiknya kinerja ekspor. Selain faktor eksternal tersebut, perkembangan nilai tukar, perbaikan sisi penawaran termasuk investasi dan kebijakan sektor riil sangat mempengaruhi pencapaian sasaran tersebut.” Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Meningkat Lebih 150% Meski nilai total ekspor tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan nilai tahun 2008, total surplus perdagangan Indonesia mengalami peningkatan. Nilai total ekspor pada tahun 2009 sebesar US$ 116,49 miliar atau turun 15% dibandingkan dengan nilai total ekspor tahun 2008. Sedangkan nilai total impor pada tahun 2009 sebesar US$ 96,8 miliar atau turun 25% dari tahun sebelumnya. Sebagian penurunan impor tersebut disebabkan karena penurunan permintaan bahan baku dan bahan penolong untuk produk ekspor. Dengan demikian terjadi surplus neraca perdagangan yang cukup signifikan yaitu sebesar US$ 19,63 miliar. Surplus tersebut meningkat 151% dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan tahun 2008 (Grafik 1). Tren Ekspor Nonmigas Indonesia Menunjukkan Pembalikan ke arah Positif Ekspor nonmigas triwulan ke-4 tahun 2009 meningkat 1,3% atau US$ 331 juta lebih tinggi dibandingkan kinerja triwulan ke-4 tahun 2008 (Grafik 2). Peningkatan tersebut membuat kontraksi ekspor nonmigas selama tahun 2009 lebih baik dari perkiraan saat keadaan ekonomi dunia mengalami krisis. Ekspor nonmigas Indonesia di tahun 2009 mencapai US$ 97,5 miliar, atau 9,7% lebih rendah dari ekspor nonmigas tahun 2008. Menurut Wamendag, hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain dikarenakan: Pertama, kebijakan moneter dan stimulus fiskal yang dilakukan negara maju dan berkembang mendorong pemulihan perekonomian dunia lebih awal dari yang diperkirakan; dan kedua, program diversifikasi
pasar ekspor Indonesia ke RRT dan India yang telah berjalan membantu mempercepat pemulihan ekspor. Kenyataannya pemulihan perekonomian RRT dan India sangat kuat sehingga meningkatkan permintaan terhadap ekspor Indonesia. Oleh karena itu, sudah semestinya akses pasar ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut dijaga melalui strategi Free Trade Agreement (FTA). Grafik 1. Surplus Neraca Perdagangan Grafik 2. Tren Ekspor Non Migas Indonesia Meningkat di 2009 Indonesia Mengalami Pembalikan kearah Positif
Neraca Perdagangan Indonesia (Miliar US$)
Ekspor Non Migas Indonesia
14.0
US$ Miliar
12.0
12
Growth rate (yoy) 10.0
10
8.0
8
6.0
6
4.0
4
2.0
2
Moving p.a annual growth rate
Growth rate (m to m)
‐
0
Jan'08 Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan'09 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nop
Ekspor
Sumber: BPS (diolah)
Impor
Jan'08 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jan'09 Feb Mar Apr Mei Juni Jul Ags Sept Okt Nov Des
Neraca
Sumber: BPS (diolah)
Namun, kinerja ekspor nonmigas tahun 2009 dipengaruhi oleh masih lemahnya permintaan ekspor komoditi sektor industri dan lemahnya harga komoditas pertanian di pasar dunia, di mana sektor tersebut ekspornya mengalami penurunan masing-masing 16,9% dan 4,8%. Pada tahun 2008 ekspor kedua sektor itu mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu sektor industri naik 25,2% dan sektor pertanian naik 37%. Sementara itu, ekspor sektor pertambangan selama 2009 meningkat 31,9%, dari US$ 14,9 miliar pada tahun 2008 menjadi US$ 19,7 miliar. Kenaikan ekspor komoditi sektor pertambangan dipicu oleh meningkatnya permintaan pasar dunia serta imbas dari naiknya harga komoditi pertambangan yang mencapai rata-rata sebesar 4,1%. Tujuan Pasar Ekspor Indonesia Telah Bergeser Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, telah terjadi pergeseran pasar tujuan ekspor Indonesia, dari negara-negara maju ke new emerging economies. China, India, dan negara-negara lainnya mulai mendominasi pangsa pasar ekspor Indonesia sementara pangsa pasar ekspor Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang mulai berkurang. Selama tahun 2009 ekspor nonmigas Indonesia ke China mencapai US$ 8,9 miliar atau tumbuh sebesar 14,4% daripada tahun 2008. Sedangkan ekspor ke Korea Selatan dan India masing-masing mencapai US$ 5,2 miliar dan US$ 7,4 miliar atau tumbuh sebesar 10,9% dan 4,1%. Namun demikian, ekspor Indonesia masih terkonsentrasi pada 8 pasar tujuan ekspor. Negaranegara ASEAN merupakan pasar ekspor terbesar, dimana lebih dari 20% ekspor Indonesia ditujukan ke wilayah ini. Selama bulan Desember 2009, ekspor ke negara-negara tujuan utama
P
seperti AS, Uni Eropa, ASEAN, China, dan lain-lain kecuali Australia mengalami peningkatan setelah bulan sebelumnya mengalami penurunan. Grafik 3: Pergeseran Negara Tujuan Ekspor Indonesia, 2004-2009
Share Negara Tujuan Ekspor Non Migas Jan‐Des 2004
Share Negara Tujuan Ekspor Non Migas Jan‐Des 2009
Lainnya 20,6%
Lainnya 21,9%
UNI EROPA 16,1% THAILAND 2,8%
UNI EROPA 13,9%
THAILAND 2,7%
TAIWAN 2,7%
AMERIKA SERIKAT 14,8%
KOREA SELATAN 3,3%
AMERIKA SERIKAT 10,7%
TAIWAN 2,9% JEPANG 12,3%
INDIA 3,8%
KOREA SELATAN 5,3%
MALAYSIA 5,1%
INDIA 7,2%
JEPANG 15,0%
REP.RAKYAT CINA 6,1%
SINGAPURA 8,2% MALAYSIA 5,8%
SINGAPURA 9,6%
REP.RAKYAT CINA 9,1%
Sumber: BPS (diolah)
Selain Produk Berbasis Sumber Daya Alam (SDA), Ekspor Beberapa Produk Industri Indonesia juga Mengalami Kenaikan. Selama 2009 ekspor komoditi berbasis SDA mengalami peningkatan, seperti Bijih, Kerak dan Abu Logam meningkat 35,3% dari US$ 4,3 miliar pada tahun 2008 meningkat menjadi US$ 5,8 miliar, Bahan bakar mineral naik 30,7% dan tembaga naik 8,2%. Kakao mengalami peningkatan 11,2% dari US$ 1,3 miliar pada tahun 2008 meningkat menjadi US$ 1,4 miliar. Sementara itu ekspor produk-produk industri seperti alas kaki, pakaian jadi, dan peralatan mesin juga mengalami tren kenaikan. Sekalipun produk berbasis SDA masih mendominasi ekspor dan merupakan sumber pertumbuhan ekspor non migas selama tahun 2009, namun produk olahan dan industri memberikan kontribusi yang meningkat pada ekspor. Grafik 4: Nilai Ekspor Produk Utama Indonesia Produk Ekspor Utama Indonesia, Jan‐Des 2009 (US$ Juta) Kakao/coklat
Alas kaki Des Nov Okt
Barang‐barang rajutan
Sept Ags Juli
Pakaian jadi bukan rajutan
Juni Mei Apr
Mesin‐mesin/Pesawat Mekanik
Mar Feb Jan
Karet dan Barang dari Karet
Bijih, Kerak, dan Abu logam
Mesin/peralatan listrik
Lemak & minyak hewan/nabati
Bahan bakar mineral
0
Sumber: BPS (diolah)
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2200
Beberapa Komoditas Menunjukkan Potensi Ekspor Cukup Besar Pangsa ekspor 10 komoditas utama selama tahun 2009 mencapai 47,2%. Selama periode Januari-Oktober 2009 pangsa ekspor 10 komoditas ekspor utama Indonesia yaitu TPT, elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi mencapai 47,2% terhadap total ekspor nonmigas Indonesia. Pangsa ekspor untuk TPT, elektronik, dan sawit masing-masing mencapai hampir 10%. Potensi produk elektronik dan kakao masih cukup besar. Sementara produk unggulan lain mengalami penurunan ekspor di tahun 2009, ekspor elektronik dan kakao mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 1,1% dan 3,8%. Mengingat pangsa ekspor masing-masing produk tersebut terhadap total ekspor nonmigas selama Januari-Oktober 2009 masih sebesar 9,7% dan 1,3% kedua komoditi ini diharapkan mampu meningkatkan pangsa ekspornya pada masa-masa yang akan datang. Impor Indonesia di tahun 2009 Mengalami Penurunan Cukup Tajam Total impor nonmigas Indonesia pada tahun 2009 menunjukkan penurunan dibandingkan total impor tahun 2008, terutama disebabkan oleh menurunnya impor barang konsumsi dan bahan baku penolong. Total impor nonmigas Indonesia selama tahun 2009 menurun mencapai US$ 77,9 miliar. Angka ini 21,1% lebih rendah dibandingkan total nilai impor nonmigas tahun 2008. Menurunnya total nilai impor nonmigas tersebut disebabkan oleh menurunnya impor bahan baku/penolong sebesar 30,0%. Sementara impor barang konsumsi turun sebesar 18,6% dan impor barang modal hanya turun 4,5%.
Grafik 5. Pertumbuhan Impor Non Migas Mengalami Kontraksi Sebesar 21,1%
Impor Non Migas Indonesia
US$ Miliar
Persen
10
140
9
120
Growth rate (yoy)
8
100 Moving p.a annual growth rate
7
80
6
60
5
40 Growth rate (m to m)
4
20
3
0
2
-20
1
-40
0
-60 Jan'08 Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags Sept
Okt
Nov
Des Jan'09 Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Jul
Ags Sept
Okt
Nov
Des
Sumber BPS, (di olah)
Impor barang modal mendominasi Impor Indonesia pada tahun 2009. Dari total nilai impor Indonesia pada tahun 2009 yang mencapai US$ 77,9 miliar, sebagian besar impor tersebut berupa bahan baku/penolong yang mencapai 72%. Impor barang modal mencapai 21%, dan barang konsumsi hanya 7%. Impor barang modal meningkat sebesar 50% dibandingkan impornya pada tahun 2004 yaitu dari 14% pada tahun 2004 menjadi 21% pada tahun 2009 (Grafik 6).
Grafik 6: Pergeseran Komposisi Impor, 2004-2009 Consumption goods 7%
Consumption goods 8% Capital goods 14%
Capital goods 21%
Raw materials 72%
Raw materials 78%
2009
2004 Sumber BPS, (diolah)
Terjadi pergeseran negara asal impor di Indonesia. Berdasarkan negara asal impor selama 5 tahun terakhir juga mengalami pergeseran. Jika pada tahun 2004 impor dari Amerika Serikat dan Jepang masing-masing mencapai 19%, pada tahun 2009 pangsa Amerika Serikat menjadi 10% dan Jepang 14%. Impor dari ASEAN dan Uni Eropa relatif stabil yaitu sebesar 12%. Sedangkan pangsa pasar impor dari RRT meningkat secara signifikan, yaitu pada tahun 2004 pangsanya 7,9% kemudian pada tahun 2009 menjadi 19,7% (Grafik 7).
Grafik7: Pergeseran Negara Asal Impor di Indonesia, 2004-2009
2009
2004 Jepang 19.26%
UE 12.12%
ASEAN 26.41%
China 7.90%
Amerika Serikat 19.00%
Korea Selatan 4.24% Australia 2.66% Taiwan India 3.56% 4.86%
Jepang 14.38%
UE 12.67%
ASEAN 26.43%
China 19.77%
Amerika Serikat 10.31% Korea Selatan 5.58% Australia 4.95% Taiwan 2.94%
India 2.98%
Sumber BPS, (diolah)
Impor Indonesia dari RRT didominasi oleh barang modal dan bahan baku. Impor Indonesia dari RRT selama periode 2004-2008 mengalami peningkatan 35,1% per tahun 1 . Meskipun impor dari RRT cenderung mengalami peningkatan yang cukup tajam, namun Wamendag menekankan bahwa peningkatan impor dari RRT tersebut sebagian besar berupa barang modal yang mencapai 59,3% dan bahan baku penolong sebesar 29,5%. Lebih jauh lagi Wamendag mengatakan bahwa peningkatan impor tersebut juga sejalan dengan 1
Data impor periode 2004-2007 tidak mencakup impor yang melalui kawasan berikat, yang mencapai sekitar 13% dari nilai impor.
perkembangan investasi RRT di Indonesia, di mana selama periode yang sama investasi mengalami peningkatan 69% per tahun. Pengawasan terhadap impor ilegal semakin baik sejak diterapkannya kebijakan impor produk tertentu (alas kaki, elektronika, mainan anak, makanan dan minuman, pakaian jadi) sesuai Permendag 56/2008. Selama Januari-Oktober 2009, realisasi impor produk tertentu mencapai US$ 3,0 miliar, atau 12,8% lebih rendah dari periode yang sama tahun 2008. Kebijakan tersebut telah berhasil menurunkan secara drastis proporsi penggunaan pelabuhan di luar yang telah ditentukan dari 2,4% nilai impor 5 produk itu secara nasional pada tahun 2008 menjadi 0,8% pada tahun 2009, dengan nilai impor yang mengalami penurunan 73%, dari US$ 84,3 juta pada Januari-Oktober 2008 menjadi US$ 22,8 juta pada periode yang sama tahun 2009. --selesai-Informasi lebih lanjut, hubungi : Robert James Bintaryo Kepala Pusat Humas Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-23528446/021-23528456 Email:
[email protected] Marthin Kepala Pusat Data Perdagangan Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-23528685/021-23528695 Email:
[email protected]