ôëb™ŠÔÛa@ƒî‘@ôëbnÏ FATWA SYAIKH QARADHAWI Tentang
Para Penebar Fitnah
Sumber:
هﺪى اﻹﺳﻼم ﻓﺘﻮى ﻣﻌﺎﺻﺮة Hadyul Islam Fatawa Mu’ashirah Dr. Yusuf Qaradhawi Darul Ma’rifah Beirut – Libanon Cet. IV 1408 H – 1988 M Penerjemah: Drs. As’ad Yasin Penerbit: Gema Insani Press Cetakan Ke-3, Sya’ban 1420 H – Nopember 1999 M
PERHATIAN Ebook ini ditujukan untuk kepentingan penyebaran ilmu dan da'wah semata, bukan untuk diperjualbelikan atau tujuan komersial lainnya. Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa', Bandung. E-mail:
[email protected]
١٤٢٨ ، ﺫﻭ ﺍﳊﺠﺔ٠٢ ،ﺍﻟﺜﻼﺛﺎﺀ
Fatwa Syaikh Qaradhawi – Para Penebar Fitnah
ijk FATWA SYAIKH DR. YUSUF AL-QARADHAWI tentang
PARA PENEBAR FITNAH Pertanyaan: Saya pernah mendengar salah seorang syaikh terkenal berbicara dalam suatu pertemuan, yaitu pada salah satu peringatan hari besar Islam. Diantaranya beliau mengatakan bahwa seorang muslim bertemu Allah (setelah meninggal dunia) dalam keadaan tidak pernah memberikan nasihat atau terpuruk di bawah suatu dosa itu lebih baik daripada menghadap Allah dalam keadaan sebagai penyeru atau propagandis fitnah, karena fitnah itulah yang menyebabkan kehancuran dan perpecahan diantara kaum muslim. Syaikh itu mengemukakan contoh beberapa kelompok Islam yang menyeru manusia untuk menegakkan agama Allah di muka bumi dan mengembalikan posisinya untuk memimpin kehidupan dan masyrakat, sementara manusia terbagi ke dalam kelompok-kelompok ini dan sebagian pemerintah memerangi mereka. Saya ingin ustadz menjelaskan pengertian fitnah, sehingga saya tidak terjatuh di dalam lumpurnya sementara saya sendiri tidak menyadari, padahal:
3 È≅÷Fs)ø9$# zÏΒ çt9ò2r& èπuΖ÷GÏø9$#uρ 4 “Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh”. (QS. AlBaqarah: 217) Dari pembicaraan syaikh tersebut, saya memahami bahwa setiap da’wah atau seruan yang dapat menyebabkan perbedaan sikap manusia terhadapnya dan sebagian lagi menentangnya, tidak dapat mempersatukan kalimat dan barisan, maka sesungguhnya da’wah, ajakan atau seruan semacam itu adalah fitnah yang seharusnya kita berlindung kepada Allah dari keburukannya. Jawaban: Andaikata pengertian fitnah seperti yang anda fahami dan yang terpikir dalam benak anda, niscaya para Rasul utusan Allah adalah orang-orang pertama yang menyerukan fitnah dan penyulut apinya. Mereka menghadapi masyarakat yang sudah mapan, yang bersatu padu diatas kebatilan, saling mendukung dalam kesesatan, bantumembantu dalam dosa, menyembah berhala-berhala yang sudah menjadi kebiasaan mereka dan mereka senangi, dari yang kecil hingga yang lanjut usia, secara turuntemurun dari generasi terdahulu kepada generasi belakangan, dari bapak-bapak kepada anak-anaknya sehingga Allah mengutus Rasul kepada mereka, lalu Rasul itu menguak kebodohan mereka, mencela berhala-berhala mereka, menganggap bodoh bapak-bapak dan nenek moyang mereka, menuduh mereka sesat, fasik, tuli dan buta. Diantara mereka ada yang mengimani da’wah baru tersebut, bahkan menebusnya dengan nyawa dan darahnya, dan menjaganya dengan jiwa dan raganya dan dengan segala yang dimilikinya.
Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung E-mail:
[email protected]
2
Fatwa Syaikh Qaradhawi – Para Penebar Fitnah
Namun, diantara mereka adapula yang masih tetap mempertahankan aqidah warisan nenek moyangnya dan membela berhala-berhala kepercayaannya, tidak mau bergeser sedikit pun, dan tidak mau menggantinya. Dengan demikian kedua golongan itu selalu berseteru bahkan saling memerangi. Demikianlah antara lain Allah menceritakan kepada kita tentang Nabi Shalih sebagaimana firmanNya:
šχθßϑÅÁtGøƒs† Èβ$s)ƒÌsù öΝèδ #sŒÎ*sù ©!$# (#ρ߉ç7ôã$# Èβr& $·sÎ=≈|¹ öΝèδ%s{r& yŠθßϑrO 4’n<Î) !$oΨù=y™ö‘r& ô‰s)s9uρ “Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka Shaleh (yang berseru): "Sembahlah Allah". tetapi tiba-tiba mereka (jadi) dua golongan yang bermusuhan.” (QS. An-Naml: 45) Nah, apakah Nabi Shalih menyeru kepada fitnah ketika beliau menjadikan kaum beliau menjadi dua golongan yang berseteru dan bermusuhan setelah sebelumnya mereka merupakan satu golongan yang berpegang pada kebatilan? Demikian juga Almasih menurut penuturan Injil, ia pernah berkata, “Bukannya aku datang untuk membawa perdamaian ke dunia ini. Saya tidak membawa perdamaian tetapi perlawanan. Saya datang menyebabkan anak laki-laki melawan bapaknya. Anak perempuan melawan mertuanya. Yang akan menjadi musuh terbesar adalah anggota keluarga sendiri”. (Mathius 10: 34-36). Jika begitu, apakah Almasih Isa putra Maryam, ruh ciptaan Allah dan kalimatNya itu menyeru kepada fitnah ketika da’wah beliau menjadikan terpisahnya putra-putra suatu keluarga? Allah juga berfirman di dalam kitabNya yang abadi yang diturunkanNya kepada Rasul penutup:
öθs9uρ …ã&s!θß™u‘uρ ©!$# ¨Š!$ym ôtΒ šχρ–Š!#uθムÌÅzFψ$# ÏΘöθu‹ø9$#uρ «!$$Î/ šχθãΖÏΒ÷σム$YΒöθs% ߉ÅgrB ω öΝåκsEuϱtã ÷ρr& óΟßγtΡ≡uθ÷zÎ) ÷ρr& öΝèδu!$oΨö/r& ÷ρr& öΝèδu!$t/#u (#þθçΡ%Ÿ2 “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka”. (QS. Al-Mujadilah: 22) Orang-orang musyrik Quraisy mengatakan tentang Nabi Muhammad bahwa beliau menggoyang masyarakat yang bersatu dibawah panji-panji berhala lantas beliau menjadikan sebagiannya muslim dan sebagiannya kafir/ Dua kabu yang berseteru mengenai kepercayaan terhadap Tuhan mereka, yang sebagian memusuhi sebagian lainnya dan saling memerangi, sehingga seorang saudara memerangi saudaranya, bahkan anak berperang melawan ayahnya? Jawabannya sudah pasti: “Tidak… tidak… dan tidak!” Apakah Fitnah Itu? Fitnah –sebagaimana disebutkan dalam kitabullah – berarti ujian dan cobaan. Kata itu berasal dari fatana adz-dzahab (seseorang mem”fitnah” emas) apabila ia Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung E-mail:
[email protected]
3
Fatwa Syaikh Qaradhawi – Para Penebar Fitnah
meletakkannya diatas api, untuk mengetahui mana yang palsu dan mana yang asli. Kemudian kata ini dipergunakan dalam artian menguji, menekan, dan menyiksa secara umum, sebagaimana firman Allah mengenai ashhabul ukhdud (orang-orang yang membuat parit untuk membakar orang-orang beriman di dalamnya):
öΝçλm;uρ tΛ©yγy_ Ü>#x‹tã óΟßγn=sù (#θç/θçGtƒ óΟs9 §ΝèO ÏM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$#uρ tÏΖÏΒ÷σßϑø9$# (#θãΨtGsù tÏ%©!$# χÎ) ∩⊇⊃∪ È,ƒÍptø:$# Ü>#x‹tã "Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. (QS. AlBuruj: 10) Dalam hal ini, al-Qur’an menganggap fitnah terhadap seseorang mengenai agamanya lebih berat dan lebih besar daripada membunuhnya, karena itu al-Qur’an menyanggah anggapan munkar karena terjadinya perang dalam bulan-bulan haram, bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang lebih buruk dan lebih besar daripada peperangan itu:
7øà2uρ «!$# È≅‹Î6y™ tã <‰|¹uρ ( ×Î6x. ϵŠÏù ×Α$tFÏ% ö≅è% ( ϵŠÏù 5Α$tFÏ% ÏΘ#tysø9$# Ìöꤶ9$# Çtã y7tΡθè=t↔ó¡o„ 3 È≅÷Fs)ø9$# zÏΒ çt9ò2r& èπuΖ÷GÏø9$#uρ 4 «!$# y‰ΨÏã çt9ø.r& çµ÷ΨÏΒ Ï&Î#÷δr& ßl#t÷zÎ)uρ ÏΘ#ty⇔ø9$# ωÉfó¡yϑø9$#uρ ϵÎ/ “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah dan berbuat fitnahlebih besar (dosanya) daripada membunuh. (QS. Al-baqarah: 217) Maka al-Qur’an menganggap memusuhi dan menyeleweingkan aqidah seseorang lebih besar dosanya daripada memusuhi orangnya, sebagaimana al-Qur’an juga menganggap bahwa orang mu’min yang difitnah dalam agamanya dan dikenai cobaan karena aqidahnya merupakan sunnah Allah yang tidak akan berganti:
∩∉⊄∪ WξƒÏ‰ö7s? «!$# Ïπ¨ΖÝ¡Ï9 y‰ÅgrB s9uρ ( ã≅ö6s% ÏΒ (#öθn=yz šÏ%©!$# †Îû «!$# sπ¨Ζß™ “Sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah.” (QS. Al-Ahzab: 62) Karena itu Allah berfirman untuk menghibur hati orang-orang yang beriman mengenai ujian, cobaan, penderitaan dan kemelaratan yang menimpa mereka:
Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung E-mail:
[email protected]
4
Fatwa Syaikh Qaradhawi – Para Penebar Fitnah
$¨ΖtFsù ô‰s)s9uρ ∩⊄∪ tβθãΖtFøムŸω öΝèδuρ $¨ΨtΒ#u (#þθä9θà)tƒ βr& (#þθä.uøIムβr& â¨$¨Ζ9$# |=Å¡ymr& ∩⊇∪ $Ο!9# ∩⊂∪ tÎ/É‹≈s3ø9$# £yϑn=÷èu‹s9uρ (#θè%y‰|¹ šÏ%©!$# ª!$# £yϑn=÷èu‹n=sù ( öΝÎγÎ=ö6s% ÏΒ tÏ%©!$# “Alif laam miim.Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 1-3) Disamping itu, Allah mengingkari orang-orang yang dapat diguncangkan fitnah, sehingga kekuatannya melemah dan tekadnya runtuh, firmanNya:
«!$# É>#x‹yèx. Ĩ$¨Ψ9$# sπuΖ÷FÏù Ÿ≅yèy_ «!$# ’Îû y“ÏŒρé& !#sŒÎ*sù «!$$Î/ $¨ΨtΒ#u ãΑθà)tƒ tΒ Ä¨$¨Ζ9$# zÏΒuρ Í‘ρ߉߹ ’Îû $yϑÎ/ zΝn=÷ær'Î/ ª!$# }§øŠs9uρr& 4 öΝä3yètΒ $¨Ζà2 $¯ΡÎ) £ä9θà)u‹s9 šÎi/¢‘ ÏiΒ ×óÇtΡ u!%y` È⌡s9uρ ∩⊇⊃∪ tÏϑn=≈yèø9$# “Dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", Maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah, dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya Kami adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?” (QS. Al-Ankabut: 10) Jika demikian, para penebar fitnah adalah orang-orang yang menyiksa kaum mu’minin laki-laki dan perempuan, dan menindas orang-orang yang menyeru ke jalan Allah, bukan ke jalan thaghut, menindas mereka yang menyeru kepada Islam, bukan kepada kejahiliyahan dan menindas mereka yang menyeru kepada keselamatan bukan ke jalan mereka. Para penebar fitnah itu adalah para pemasok aqidah-aqidah asing dan prinsipprinsip hidup yang kacau ke dalam negeri Islam. Mereka itulah pembuat-pembuat fitnah yang gelap gulita sebagaimana diinformasikan dan diingatkan Rasulullah dalam sabda beliau:
ﺼِﺒﺢُ ﺍﻟﺮﱠ ُﺟ ﹸﻞ ُﻣ ْﺆ ِﻣﻨًﺎ َﻭُﻳ ْﻤﺴِﻲ ﻛﹶﺎِﻓﺮًﺍ ﹶﺃ ْﻭ ُﻳ ْﻤﺴِﻲ ْ ُﺑَﺎ ِﺩﺭُﻭﺍ ِﺑ ﹾﺎ َﻷ ْﻋﻤَﺎ ِﻝ ِﻓَﺘﻨًﺎ ﹶﻛ ِﻘ ﹶﻄ ِﻊ ﺍﻟﻠﱠْﻴ ِﻞ ﺍﹾﻟﻤُ ﹾﻈِﻠ ِﻢ ﻳ ﺽ ِﻣ ْﻦ ﺍﻟ ﱡﺪْﻧﻴَﺎ ٍ ﺼِﺒﺢُ ﻛﹶﺎِﻓﺮًﺍ َﻳﺒِﻴ ُﻊ ﺩِﻳَﻨ ُﻪ ِﺑ َﻌ َﺮ ْ ُُﻣ ْﺆ ِﻣﻨًﺎ َﻭﻳ “Bersegeralah melakukan amal-amal shalih sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti sepotong malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seseorang masih beriman, tiba-tiba pada sore harinya telah menjadi kafir dan ada yang pada sore harinya masih beriman, tiba-tiba pada pagi harinya telah menajdi kafir, ia menjual agamanya dengan kekayaan dunia”. (HR Muslim) Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung E-mail:
[email protected]
5
Fatwa Syaikh Qaradhawi – Para Penebar Fitnah
Apakah tidak lebih tepat jika fitnah yang disebutkan dalam hadits ini diterapkan untuk Marxisme yang menyesatkan dan kafir, yang menuduh agama sebagai candu masyarakat dan bahwa materi merupakan segala-galanya di alam wujud ini? Bukankah di dalamnya termasuk para penyeru dan propagandis sekularisme yang mewajibkan memisahkan agama dari kehidupan dan masyarakat? Bukankah penyerupenyeru Marxisme dan sekularisme sebagai propagandis fitnah yang bercokol di depan pintu neraka jahanam dan menyeret manusia untuk masuk ke dalamnya sebagaimana yang disinyalir oleh hadits Hudzaifah ? Hudzaifah bin al-Yaman adalah seorang shahabat yang mempunyai kekhususan dalam mendeteksi orang-orang munafik dan berita-berita fitnah yang akan menimpa kaum muslim. Imam Syaikhani (Bukhari dan Muslim) meriwayatkan dengan sanadnya hadits yang mengagumkan ini dari Hudzaifah , ia berkata:
ﺸ ﱢﺮ ﺨْﻴ ِﺮ َﻭﻛﹸْﻨﺖُ ﹶﺃ ْﺳﹶﺄﻟﹸﻪُ َﻋ ْﻦ ﺍﻟ ﱠ َ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ُﻪ َﻋﹶﻠْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋ ْﻦ ﺍﹾﻟ َ ﺴﹶﺄﻟﹸﻮ ﹶﻥ َﺭﺳُﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ْ ﺱ َﻳ ُ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺍﻟﻨﱠﺎ ﺨْﻴ ِﺮ َ َﻣﺨَﺎﹶﻓ ﹶﺔ ﹶﺃ ﹾﻥ ُﻳ ْﺪ ِﺭ ﹶﻛﻨِﻲ ﹶﻓﻘﹸ ﹾﻠﺖُ ﻳَﺎ َﺭﺳُﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ِﺇﻧﱠﺎ ﹸﻛﻨﱠﺎ ﻓِﻲ ﺟَﺎ ِﻫِﻠﱠﻴ ٍﺔ َﻭ َﺷ ﱟﺮ ﹶﻓﺠَﺎ َﺀﻧَﺎ ﺍﻟﱠﻠ ُﻪ ِﺑ َﻬﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟ ﺸ ﱢﺮ ِﻣ ْﻦ َﺧْﻴ ٍﺮ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ َﻧ َﻌ ْﻢ َﻭﻓِﻴ ِﻪ َﺩ َﺧ ٌﻦ ﻚ ﺍﻟ ﱠ َ ﺨْﻴ ِﺮ َﺷﺮﱞ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ َﻧ َﻌ ْﻢ ﹶﻓﻘﹸ ﹾﻠﺖُ َﻫ ﹾﻞ َﺑ ْﻌ َﺪ ﹶﺫِﻟ َ ﹶﻓ َﻬ ﹾﻞ َﺑ ْﻌ َﺪ َﻫﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟ ُﺴَﺘﻨﱡﻮ ﹶﻥ ِﺑ َﻐْﻴ ِﺮ ُﺳﱠﻨﺘِﻲ َﻭَﻳ ْﻬﺪُﻭ ﹶﻥ ِﺑ َﻐْﻴ ِﺮ َﻫ ْﺪﻳِﻲ َﺗ ْﻌ ِﺮﻑُ ِﻣْﻨ ُﻬ ْﻢ َﻭﺗُْﻨ ِﻜﺮ ْ ﺖ َﻭﻣَﺎ َﺩ َﺧﻨُﻪُ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻗ ْﻮ ٌﻡ َﻳ ُ ﹸﻗ ﹾﻠ ﺏ َﺟ َﻬﱠﻨ َﻢ َﻣ ْﻦ ﹶﺃﺟَﺎَﺑ ُﻬ ْﻢ ِﺇﹶﻟْﻴﻬَﺎ ﹶﻗ ﹶﺬﻓﹸﻮ ُﻩ ِ ﺨْﻴ ِﺮ ِﻣ ْﻦ َﺷ ﱟﺮ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ َﻧ َﻌ ْﻢ ُﺩﻋَﺎﹲﺓ َﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃْﺑﻮَﺍ َ ﻚ ﺍﹾﻟ َ ﹶﻓﻘﹸ ﹾﻠﺖُ َﻫ ﹾﻞ َﺑ ْﻌ َﺪ ﹶﺫِﻟ ﺴَﻨِﺘﻨَﺎ ِ ﺻ ﹾﻔ ُﻬ ْﻢ ﹶﻟﻨَﺎ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ َﻧ َﻌ ْﻢ ﹶﻗ ْﻮ ٌﻡ ِﻣ ْﻦ ِﺟ ﹾﻠ َﺪِﺗﻨَﺎ َﻭَﻳَﺘ ﹶﻜﱠﻠﻤُﻮ ﹶﻥ ِﺑﹶﺄﹾﻟ ِ ﻓِﻴﻬَﺎ ﹶﻓﻘﹸ ﹾﻠﺖُ ﻳَﺎ َﺭﺳُﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan saya bertanya tentang kejelekan karena khawatir akan menimpa kita”. Ia (Hudzaifah ) berkata, “Saya bertanya, “Ya Rasulullah kami dulu hidup dalam kejahiliyahan dan kejelekan lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami, maka apakah sesudah kebaikan ini akan ada keburukan? Beliau menjawab, “Ya’. Saya bertanya, “Apakah sesudah keburukan semacam itu akan ada kebaikan lagi?” Beliau menjawab, “Betul, tetapi terdapat kerusakan”. Saya bertanya, “Apakah kerusakannya itu?” Beliau menjawab, “Yaitu kaum yang membuat sunnah (aturan) selain dengan sunnahku dan membimbing manusia bukan dengan petunjukku. Kamu kenal mereka, tetapi kamu ingkari (perbuatannya dan sikap hidupnya). Saya bertanya lagi, “Apakah sesudah kebaikan yang seperti itu (modelnya) akan ada keburukan lagi?” Beliau menjawab, “(Benar), yaitu kaum yang menyeru di pintu-pintu neraka jahanam, barangsiapa yang menyambut seruannya berarti ia telah dilemparkannya ke dalam neraka jahanam”. Saya berkata, “Ya Rasulullah, terangkanlah identitasnya kepada kami”. Beliau menjawab, “Mereka dari kaum kita sendiri, dan berbicara dengan bahasa kita” Dalam hadits Hudzaifah yang diriwayatkan Abu Daud, ia berkata:
ﺏ ِ ﺻﻤﱠﺎ ُﺀ َﻋﹶﻠْﻴ َﻬﺎ ُﺩﻋَﺎﹲﺓ َﻋﻠﹶﻰ ﹶﺃْﺑﻮَﺍ َ ﺨْﻴ ِﺮ َﺷﺮﱞ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﻓْﺘﻨَﺔٌ َﻋ ْﻤﻴَﺎ ُﺀ َ ﺖ ﻳَﺎ َﺭﺳُﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﺃَﺑ ْﻌ َﺪ َﻫﺬﹶﺍ ﺍﹾﻟ ُ ﹸﻗ ﹾﻠ ﻚ ِﻣ ْﻦ ﹶﺃ ﹾﻥ َﺗﱠﺘِﺒ َﻊ ﹶﺃ َﺣﺪًﺍ ِﻣْﻨ ُﻬ ْﻢ َ ﺖ ﻋَﺎﺽﱞ َﻋﻠﹶﻰ ِﺟ ﹾﺬ ٍﻝ َﺧْﻴ ٌﺮ ﹶﻟ َ ﺖ ﻳَﺎ ﺣُ ﹶﺬْﻳ ﹶﻔﺔﹸ َﻭﹶﺃْﻧ ْ ﺍﻟﻨﱠﺎ ِﺭ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ َﺗ ُﻤ Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung E-mail:
[email protected]
6
Fatwa Syaikh Qaradhawi – Para Penebar Fitnah
Saya (Hudzaifah ) bertanya: “Ya Rasulullah, apakah sesudah kebaikan ini akan ada keburukan lagi?” Beliau menjawab, “Fitnah yang buta tuli, pada waktu itu ada orang-orang yang menyeru di pintu-pintu neraka, maka jika engkau mati, wahai Hudzaifah, sedangka engkau hanya memakan batang pohon (karena menyendiri dari pergaulan dengan mereka) adalah lebih baik bagimu daripada mengikuti salah seorang dari mereka”.1 Akhirnya saya katakan bahwa termasuk para penebar fitnah dalam hal ini adalah para ulama yang jahat (ulama’us-suu’), ulama dunia yang rela berjalan dalam barisan orang-orang yang dzalim dan membakar dupa di depan penguasa-penguassa thaghut, memutarbalikkan perkataan dari tempat yang sebenarnya, menyeret-nyeret al-Qur’an untuk disesuaikan dengan hawa nafsu penguasa dan melupakan firman Allah :
Ÿω ¢ΟèO u!$uŠÏ9÷ρr& ôÏΒ «!$# Èβρߊ ÏiΒ Νà6s9 $tΒuρ â‘$¨Ψ9$# ãΝä3¡¡yϑtGsù (#θßϑn=sß tÏ%©!$# ’n<Î) (#þθãΖx.ös? Ÿωuρ ∩⊇⊇⊂∪ šχρç|ÇΖè? “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan”. (QS. Hud: 113) Mudah-mudahan Allah memberi rahmat kepada Hasan al-Bishri yang pernah berkata, “Barangsiapa yang mendo’akan orang yang dzalim agar diberi panjang umur, berarti ia senang orang itu bermaksiat kepada Allah di muka bumi. Dan barangsiapa yang tidak menetapkan hukum menurut apa yang diturunkan Allah maka dia adalah orang yang dzalim”. Kita dapatkan juga hadits yang menyifati ulama-ulama jahat, yakni ulama kerajaan bahwa mereka: “Melakukan tipu daya untuk mendapatkan keuntungan dunia dengan kedok agama, mereka mengenakan bulu domba yang halus, mulut (pembicaraan) mereka lebih manis daripada madu dan hati mereka adalah hati serigala”.2 Anda bertanya, “bagaimana mengobati fitnah-fitnah ini, baik yang tampak maupun yang tersembunyi?” Saya jawab bahwa pertanyaan ini dulu pernah ditanyakan oleh sayidina Ali bin Abi Thalib kepada Rasulullah . Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah bersabda:
ﺏ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﻓِﻴ ِﻪ َﻧَﺒﺄﹸ ﻣَﺎ ُ ﺨ َﺮﺝُ ِﻣْﻨﻬَﺎ ﻳَﺎ َﺭﺳُﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﻛﺘَﺎ ْ ﹶﺃ ﹶﻻ ِﺇﱠﻧﻬَﺎ َﺳَﺘﻜﹸﻮ ﹸﻥ ِﻓْﺘَﻨ ﹲﺔ ﹶﻓﻘﹸ ﹾﻠﺖُ ﻣَﺎ ﺍﹾﻟ َﻤ ﺲ ﺑِﺎﹾﻟ َﻬ ْﺰ ِﻝ َﻣ ْﻦ َﺗ َﺮ ﹶﻛﻪُ ِﻣ ْﻦ َ ﺼ ﹸﻞ ﹶﻟْﻴ ْ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻗْﺒﹶﻠ ﹸﻜ ْﻢ َﻭ َﺧَﺒﺮُ ﻣَﺎ َﺑ ْﻌ َﺪ ﹸﻛ ْﻢ َﻭﺣُ ﹾﻜﻢُ ﻣَﺎ َﺑْﻴَﻨ ﹸﻜ ْﻢ َﻭﻫُ َﻮ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﺿﻠﱠﻪُ ﺍﻟﱠﻠ ُﻪ َﻭﻫُ َﻮ َﺣْﺒﻞﹸ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﺍﹾﻟ َﻤِﺘﲔُ َﻭﻫُ َﻮ ﺍﻟﺬﱢ ﹾﻛ ُﺮ َ ﺼ َﻤﻪُ ﺍﻟﱠﻠ ُﻪ َﻭ َﻣ ْﻦ ﺍْﺑَﺘﻐَﻰ ﺍﹾﻟ ُﻬﺪَﻯ ﻓِﻲ ﹶﻏْﻴ ِﺮ ِﻩ ﹶﺃ َ َﺟﺒﱠﺎ ٍﺭ ﹶﻗ 1
Sunan Abu Daud juz 4 hal 96. Imam Tirmidzi meriwayatkannya dengan lafal: “Akan muncul pada akhir zaman orang-orang yang melakukan tipu daya untuk mendapatkan keuntungan dunia dengan kedok agama, mereka kenakan untuk manusia bulu domba yang halus, mulut mereka lebih manis daripada gula dan hati mereka adalah hati serigala”. Lihat sunan Tirmidzi juz 4 hal 30 hadits no 2515. 2
Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung E-mail:
[email protected]
7
Fatwa Syaikh Qaradhawi – Para Penebar Fitnah
ﺴَﻨﺔﹸ َﻭ ﹶﻻ ِ ﺴَﺘﻘِﻴ ُﻢ ﻫُ َﻮ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﹶﻻ َﺗﺰِﻳ ﹸﻎ ِﺑ ِﻪ ﹾﺍ َﻷ ْﻫﻮَﺍ ُﺀ َﻭ ﹶﻻ َﺗ ﹾﻠَﺘِﺒﺲُ ِﺑ ِﻪ ﹾﺍ َﻷﹾﻟ ْ ﻁ ﺍﹾﻟ ُﻤ ﺼﺮَﺍ ﹸ ﺤﻜِﻴ ُﻢ َﻭﻫُ َﻮ ﺍﻟ ﱢ َ ﺍﹾﻟ ﺠ ﱡﻦ ِ ﺨﹶﻠﻖُ َﻋﻠﹶﻰ ﹶﻛﹾﺜ َﺮ ِﺓ ﺍﻟ ﱠﺮ ﱢﺩ َﻭ ﹶﻻ َﺗْﻨ ﹶﻘﻀِﻲ َﻋﺠَﺎِﺋﺒُﻪُ ﻫُ َﻮ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﹶﻟ ْﻢ َﺗْﻨَﺘ ِﻪ ﺍﹾﻟ ْ ﺸَﺒﻊُ ِﻣْﻨﻪُ ﺍﹾﻟ ُﻌﹶﻠﻤَﺎ ُﺀ َﻭ ﹶﻻ َﻳ ْ َﻳ ﻕ َ ﺻ َﺪ َ ﺠﺒًﺎ َﻳ ْﻬﺪِﻱ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ ﱡﺮ ْﺷ ِﺪ ﻓﹶﺂ َﻣﻨﱠﺎ ِﺑ ِﻪ َﻣ ْﻦ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﺑ ِﻪ َ ِﺇ ﹾﺫ َﺳ ِﻤ َﻌْﺘﻪُ َﺣﺘﱠﻰ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ِﺇﻧﱠﺎ َﺳ ِﻤ ْﻌﻨَﺎ ﹸﻗﺮْﺁﻧًﺎ َﻋ ﺴَﺘﻘِﻴ ٍﻢ ْ ﻁ ُﻣ ٍ ﺻﺮَﺍ ِ َﻭ َﻣ ْﻦ َﻋ ِﻤ ﹶﻞ ِﺑ ِﻪ ﺃﹸ ِﺟ َﺮ َﻭ َﻣ ْﻦ َﺣ ﹶﻜ َﻢ ِﺑ ِﻪ َﻋ َﺪ ﹶﻝ َﻭ َﻣ ْﻦ َﺩﻋَﺎ ِﺇﹶﻟْﻴ ِﻪ َﻫﺪَﻯ ِﺇﻟﹶﻰ ”Sesudahku nanti akan ada fitnah-fitnah seperti sebagian malam yang gelap gulita”. Ali berkata, “Saya bertanya, “Bagaimanakah jalan keluarnya ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu kitabullah (yakni kembali kepada kitab Allah) di dalamnya terdapat informasi tentang apa-apa sebelum kamu, berita mengenai apa-apa sesudahmu, terdapat hukum tentang apa yang terjadi diantaramu, ia menjelaskan yang benar dan yang salah, ia bukan permaianan. Barangsiapa yang meninggalkannya karena sombong (merasa perkasa) niscaya Allah membinasakannya, barangsiapa yang mencari petunjuk kepada selainnya maka Allah akan menyesatkannya. Dia adalah tali Allah yang kuat, cahayaNya yang terang dan peringatan yang bijaksana. Dia adalah jalan yang lurus. Dia tidak bisa digelincirkan oleh hawa nafsu, dan tidak pula dapat dicentangperentangkan oleh pendapat manusia. Para ahli ilmu tidak merasa kenyang daripadanya, orang-orang takwa tidak merasa jenuh kepadanya. Dia tidak akan hancur karena banyaknya penentang terhadapnya dan tidak akan habis keajaibankeajaibannya. Dan bangsa jin apabila mendengarnya tidak henti-hentinya mengatakan, “Sesungguhnya kami mendengar bacaan yang menakjubkan”. Baranngsiapa yang mengerti ilmunya maka dia akan maju, barangsiapa yang berkata dengannya pasti benar, barangsiapa yang memutuskan hukum dengannya pasti adil, barangsiapa yang mengamalkannya pasti diberi pahala dan barangsiapa yang menyeru niscaya dia diberi petunjuk ke jalan yang lurus”.
I
Pustaka Lingkar Studi Islam ad-Difaa’ Bandung E-mail:
[email protected]
8