FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 07 Tahun 2010 Tentang KOPI LUWAK
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) setelah : MENIMBANG:
a.
bahwa di masyarakat muncul usaha kopi luwak, di mana kopi tersebut berasal dari biji kopi yang dimakan oleh luwak dan kemudian dikeluarkan kembali bersama kotorannya, kemudian diolah menjadi serbuk kopi yang dikonsumsi masyarakat dan dikenal dengan kopi luwak;
b. bahwa terhadap masalah tersebut, muncul pertanyaan di tengah masyarakat terkait hukum mengonsumsi kopi luwak; c. bahwa oleh karena itu dipandang perlu adanya fatwa tentang Kopi Luwak sebagai pedoman bagi masyarakat, baik dalam rangka memproduksi, menjual, maupun mengonsumsi kopi luwak. MENGINGAT:
1. Firman Allah SWT:
ﻪ ِ ْﺑ ِ ﻢ ﺘ ُ ﻧ ْ ْﺃ َ ِﻱ ﺬ ﻟ ﱠ َﺍ ﺍﺍﷲ ﻮ ﻘ ُ ﺗ ﱠ ﺍ ﻭ٬ َ ﺎ ﺒ ً ﻴ ﱢ ـ ًﻃ َ َﻻ َﻼ ُﺣ ُﺍﷲ ﻢ ﻜ ُ ﻗ َ ﺯ َ ﺎﺭ َ ﻤ ﱠ ﺍﻣ ِ ﻮ ْ ﻠ ُ ﻛ ُ ﻭ َ .(۸۸:ﺓ ﺪ ﺋ ﺎ ﻤ ﻟ ﺍ )َ ْﻥ ﻮ ﻨ ُ ﻣ ِ ﺆ ْ ﻣ ُ "Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya" (QS. al-Ma'idah [5]: 88).
(۱۷۲:ﺓ ﺮ ﻘ ﺒ ﻟ ﺍ )ْ ﻢ ﻛ ُ ﺎ ﻨ َ ﻗ ْ ﺯ َ ﺭ َ ﺎ ِﻣ َ ﺎﺕ ﺒ َ ﻴ ﱢ ِﻦﻃ َ ﺍﻣ ﻮ ﻠ ُ ﺍﻛ ُ ﻮ ﻨ ُ ﻣ َ ﺍ َء َ ﻳﻦ ﺬ ِ ﻟ ﱠ ﺍ ﺎ ﻬ َ ﻳ ﱡ ﺃ َ ﺎ ﻳ َ “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik ya ngKa mib e r i k a nk e p a da mu”( QS.Al - Baqarah [2]: 172)
(۱٦۸:ﺓ ﺮ ﻘ ﺒ ﻟ ﺍ )ﺎ ﺒ ً ﻴ ﱢ ًﻃ َ َﻻ َﻼ ِﺣ ْﺽ ﺭ ْﻷ َ ﺍ ِﻲ ﺎﻓ ﻤ ﱠ ﺍﻣ ِ ﻮ ﻠ ُ ُﻛ ُ ﺎﺱ ﻨ ﱠ ﻟ ﺍ ﺎ َ ﻬ ﻳ ﱡ ﺃ َ ﺎ ﻳ َ “Ha ima nus i a ,ma k a nl a hya ngha l a ll a g ib a i kda r ia paya ngt e r da p a tdib umi ” (QS. Al- Baqarah [2]: 168)
(۲۹:ﺓ ﺮ ﻘ ﺒ ﻟ ﺍ )ﺎ ﻌ ً ﻴ ْ ﻤ ِ ِﺟ َ ْﺽ ﺭ ْﻷ َ ﺍ ِﻲ ْ ﺎﻓ ْﻣ َ ﻢ ﻜ ُ ﻟ َ َﻖ َ ﻠ ْﺧ َ ِﻱ ﺬ ﻟ ﱠ ﺍ ﻮ َ ﻫ ُ "Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu..." (QS. al-Baqarah [2]: 29)
َْ ﻥ ﻮ ﻜ ُ ْﻳ َ َﻥ ﺃ ِﻻ ﱠ ﺇ ﻪ ُ ﻤ ُ ﻌ َ َﻄ ْ ٍﻳ ﻢ ﺎﻋ ِ َﻰﻃ َ ﻠ ﺎﻋ َ ﻣ ً ﺮ ﱠ ُﺤ َ ﱠﻣ َﻲ ﻟ ﺇ ِ ِﻲ َ ْﺣ ﻭ ﺃ ُ ﺎ ِﻰﻣ َ ُﻓ ﺪ َﺟ ِ ﺃ ْﻻ َ ُﻞ ﻗ ﺮ ِ ﻴ ْ ﻐ َ ﻟ ِ ِﻞ ﱠ ﻫ ﺃ ُ ﺎ ﻘ ً ِﺴ ْ ْﻓ ﻭ ﺃ َ ْﺲ ٌ ِﺟ ُﺭ ﻪ ﻧ ﱠ ﺈ ِ ٍﻓ َ ﺮ ﻳ ْ ﺰ ِ ﻨ ْ َﺧ ِ ﻢ َﺤ ْ ﻟ ﻭ ْ ﺃ َ ﺎ ْﺣ ً ﻮ ﻔ ُ َﺴ ْ ﺎﻣ ﻣ ً ْﺩ َ ﻭ ﺃ َ ﺔ ً ﺘ َ ﻴ ْ ﻣ َ ﻢ ٌ ﻴ ْ َﺣ ِ ٌﺭ ﺭ ﻮ ْ ﻔ ُ َﻏ َ ﱠﻚ ﺑ ﱠﺭ َ ِﻥ ﺈ ٍﻓ َ ﺩ ﺎ َﻋ َ َﻻ ٍﻭ ﺎﻍ َﺑ َ ﺮ ﻴ ْ ﱠﻏ َ ﺮ ْﻄ ُ ِﺍﺿ َﻦ ﻤ ﻓ٬ َ ﻪ ِ ِﺑ ِ ﺍﷲ (۱٤٥:ﻡ ﺎ ﻌ ﻧ ﺍﻷ ) "Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, darah yang mengalir, 1
atau daging babi --karena sesungguhnya semua itu kotor-- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang" (QS. alAn'am [6]: 145).
(۱٥۷:ﺍﻑ ﺮ ﺍﻷﻋ )َ ِﺚ ﺋ ﺎ ﺒ َ ْﺨ َ ﻟ ﺍ ﻢ ُ ﻬ ِ ﻴ ْ ﻠ َ ُﻋ َ ﻡ ﺮ ﱢ ُﺤ َ ﻳ ِﻭ َ ﺎﺕ ﺒ َ ﻴ ﱢ ﻟﻄ ﱠ ﺍ ﻢ ُ ﻬ ُ ﻟ َ ِﻞ ﱡ ُﺤ ﻳ ﻭ َ “da nme ngh a l a l k a nb a gime r e k as e g a l aya ngb a i kda nme ngha r a mk a nb a gi me r e k as e g a l ay a ngb ur uk ”(QS. al-‘ Ar afayat157 )
2. Hadis Rasulullah s.a.w.; antara lain:
٬ ﻪ ِ ﺑ ِ ﺎ ﺘ َ ْﻛ ِ ِﻲ ُﻓ َﺍﷲ ﻡ ﺮ ﱠ ﺎﺣ َ ُﻣ َ ﻡ ﺍ ﺮ َ ْﺤ َ ﻟ ﺍ ﻭ٬ َ ﻪ ِ ﺑ ِ ﺎ ﺘ َ ْﻛ ِ ِﻲ ُﻓ ﱠﺍﷲ َﻞ َﺣ ﺃ ﺎ ُﻣ َ َﻝ َﻼ ْﺤ ﻟ ﺍ َ ﻪﻋﻦ ﺎﺟ ﺑﻦﻣ ﺍ ﺬﻱﻭ ﻣ ﺮ ﺘ ﻟ ﺍ ﻪ ﺮﺟ ﺃﺧ )ُ ﻪ ﻨ ْ ﺎﻋ َ ﻔ َ ﺎﻋ َ ﻤ ﱠ َﻣ ِ ﻮ ﻬ ُ ُﻓ َ ﻪ ﻨ ْ َﻋ َ َﺖ ﻜ ﺎﺳ َ ﻣ َ ﻭ َ (ﺭﺳﻲ ﺎ ﻔ ﻟ ﺍ ﺎﻥ ﻤ ﻠ ﺳ "Yang halal adalah sesuatu yang dihalalkan oleh Allah dalam Kitab-Nya, dan yang haram adalah apa yang di-haramkan oleh Allah dalam Kitab-Nya; sedang yang tidak dijelaskan-Nya adalah yang dimaafkan" (HR. al-Tirmidzi & Ibnu Majah).
ََ ﺖ ﻜ ﺎﺳ َ ﻣ َ ٌﻭ َ ﻡ ﺍ ﺮ َ َﺣ َ ﻮ ﻬ ُ َﻓ َ ﻡ ﺮ ﱠ ﺎﺣ َ ﻣ َ ٌﻭ َ َﻝ َﻼ َﺣ ﻮ ﻬ ُ ِﻓ َ ﻪ ﺑ ِ ﺎ ﺘ َ ْﻛ ِ ِﻲ ُﻓ ﻪ ﻠ ّ ﻟ ﱠﺍ َﻞ َﺣ ﺎﺃ ﻣ َ ﺎ ﺌ ً ﻴ ْ َﻲﺷ َ ْﺴ ﻨ ﻴ َ ﻟ ِ ُﻦ ْ ﻜ ﻳ َ ﻢ ْ ﻟ َ ﻪ َ ﻠ ّ ﻟ ﺍ ِﻥ ﱠ ﺈ ﻓ٬ َ ﻪ ُ ﺘ َ ﻴ َ ﻓ ِ ﺎ ِﻋ َ ﻪ ﻠ ّ ﻟ ﺍ ِﻦ َ ﺍﻣ ﻮ ْ ﻠ ُ ﺒ َ ﻗ ْ ﺎ ﻓ٬ َ ﻮ ٌ ﻔ ْ َﻋ َ ﻮ ﻬ ُ ُﻓ َ ﻪ ﻨ ْ ﻋ َ (ﻢ ﻛ ﺎ ﻟﺤ ﺍ ﻩ ﺍ ﻭ ﺭ ) "Apa-apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya (al-Qur'an) adalah halal, apa-apa yang diharamkan-Nya, hukumnya haram, dan apa-apa yang Allah diamkan/tidak dijelaskan hukumnya, dimaafkan. Untuk itu terimalah pemaafan-Nya, sebab Allah tidak pernah lupa tentang sesutu apa pun" (HR. al-Hakim).
٬ ﺎ ﻫ َ ﻭ ْ ﺪ ُ ﺘ َ ﻌ ْ ﺗ َ َﻼ َ ﺍﻓ ﺩ ً ﻭ ْ ﺪ ُ ﱠﺣ ُ ﺪ َﺣ َ ﻭ٬ ﺎ ﻫ َ ﻮ ْ ﻌ ُ ﻴ ﱢ ُﻀ َ َﺗ َﻼ َﻓ ِﺾ ﺋ ﺮ َ َﻓ َ َﺽ ﺮ َﻓ َ ﱠﺍﷲ ِﻥ ﺇ ﺮ َ ﻴ ْ ْﻏ َ ﻢ ﻜ ُ ًﻟ َ ﺔ ﻤ َ َﺣ ْ َﺭ ء ﺎ ﻴ َ َﺷ ْ ْﺃ َﻦ َﻋ َﺖ ﻜ َﺳ َ ﻭ٬ ﺎ ﻫ َ ﻮ ْ ﻜ ُ ﻬ ِ ﺘ َ ﻨ ْ ﺗ َ َﻼ َ َﻓ ء ﺎ ﻴ َ َﺷ ْ َﺃ ﻡ ﺮ ﱠ َﺣ َ ﻭ (ﻭﻱ ﻮ ﻨ ﻟ ﺍ ﻪ ﻨ ﻨﻲﻭﺣﺴ ﻗﻄ ﺭ ﺍ ﺪ ﻟ ﺍ ﻩ ﺍ ﻭ ﺭ )ﺎ ﻬ َ ﻨ ْ ﺍﻋ َ ﻮ ْ ﺜ ُ ْﺤ َ ﺒ ﺗ َ َﻼ َ ٍﻓ ﺎﻥ ﻴ َ ِﺴ ْ ﻧ “Al l a ht e l a hme wa j i b k a nb e b e r a pak e wa j i b a n;j a nga nl a hk a mua b a i k a n,t e l a h menetapkan beberapa batasan, jangalah kamu langgar, telah mengharamkan beberapa hal, janganlah kamu rusak, dan tidak menjelaskan beberapa hal sebagai kasih sayang kepadamu, bukan karena lupa, maka janganlah kamu tanya-t a nya huk umny a ”( HR.Da r a q ut hnida nd i ni l a is a hi ho l e hI ma m Nawawi).
3.
Qaidah Fiqhiyyah :
ﺓ ِ ﺭ ﱠ ﺎ ﻟﻀ ﱠ ِﺍ ء ﺎ ﻴ َ َﺷ ْ ْﻷ ِﺍ ﻓﻲ ﻭ٬ َ ﺔ ُ ﺎﺣ َ ﺑ َ ْﻹ ِ ِﺍ ﺔ ﻌ َ ﻓ ِ ﺎ ﻨ ﱠ ﻟ ِﺍ ء ﺎ ﻴ َ َﺷ ْ ْﻷ ِﺍ ُﻓﻲ ْﻞ َﺻ َﻷ ﺍ .ُ ﺔ ﻣ َ ﺮ ْ ْﺤ ُ ﻟ ﺍ "Hukum asal sesuatu yang bermanfaat adalah boleh dan hukum asal sesuatu yang berbahaya adalah haram".
ﺔ ﻣ َ ﺮ ْ ْﺤ ُ ﻟ ﺍ َﻰ ﻠ ٌﻋ َ ﺮ ﺒ َ ﺘ َ ﻌ ْ ٌﻣ ُ ْﻞ ﻴ ﻟ ِ ْﺩ َ ﻢ ﻘ ُ ْﻳ َ ﻢ ﻟ َ ﺎ ﻣ٬ َ ﺔ ُ ﺎﺣ َ ﺑ َ ْﻹ ِ ﺍ ء ِ ﺎ ﻴ َ َﺷ ْ ْﻷ ﺍ ُﻓﻲ ِ ْﻞ َﺻ َﻷ ﺍ "Hukum asal mengenai sesuatu adalah boleh selama tidak ada dalil muktabar yang mengharamkanya."
ﺎﻥ َ ﺎﻛ َ َﻰﻣ َ ﻠ َﻋ َ ﺎﻥ ﺎﻛ َ ُﻣ َ ء ﺎ ﻘ َ ُﺑ َ ْﻞ َﺻ َﻷ ﺍ "Hukum asal mengenai sesuatu adalah tetapnya hukum sesuatu sebagaimana sedia kala."
MEMPERHATIKAN : 2
1. Pendapat dalam Kitab al-Maj mu’ Juz 2 halaman 573, yang menerangkan jika ada hewan memakan biji tumnbuhan kemudian dapat dikeluarkan dari perut, jika tetap kondisinya dengan sekiran jika ditanam dapat tumbuh maka tetap suci :
ﻧﺖ ﺎ ﺎﻥﻛ ﺎﻓ ﻴﺤ ﺎ ﺻﺤ ﻬ ﻨ ﺮﺝﻣﻦﺑﻄ ﺎﻭﺧ ﺒ ﺔﺣ ﻤ ﻴ ﻬ ﺒ ﻟ ﻠﺖﺍ ﻛ ﺍﺃ ﺫ ﺇ ﻜﻦﻳﺠﺐﻏﺴﻞ ﺓﻟ ﺮ ﻫ ﺎ ﻪﻃ ﻨ ﻴ ﻌ ﺒﺖﻓ ﺭﻉﻧ ﻮﺯ ﻴﺚﻟ ﺔﺑﺤ ﻴ ﻗ ﺎ ﻪﺑ ﺘ ﺑ ﺻﻼ ﻟﻰ ﺮﺇ ﻴ ﻐ ﺎﺗ ﻤ ﻤ ﺎﻓ ﻬ ﺍﻟ ء ﺍ ﺬ ﺭﻏ ﺎ ﺍﻥ ﺻ ﻪﻭ ﻧ ﺔﻻ ﺎﺳ ﻨﺠ ﻟ ﺓﺍ ﺎ ﻗ ﻤﻼ ﻩﻟ ﺮ ﻫ ﺎ ﻇ ﺮ ﻫ ﺎ ﺎﻃ ﻬ ﻨ ﺎﻃ ﺎﻥﺑ ﺮﺟﺖﻓ ﺓﻭﺧ ﺍ ﻮ ﻊﻧ ﻠ ﺘ ﺑ ﻮﺍ ﺎﻟ ﻤ ﺭﻛ ﺎ ﺩﻓﺼ ﺎ ﻔﺴ ﻟ ﺍ (٥۷۳ ﺹ۲ﺬﺏﺝ ﻬ ﻤ ﻟ ﺍ ﺮﺡ ﻮﻉﺷ ﻤ ﻤﺠ ﻟ ﺍ ) ..ﻐﺴﻞ ﻟ ﺎ ﺎﺑ ﻫ ﺮ ﺮﻗﺸ ﻬ ﻳﻄ ﻭ “Jika ada hewan memakan biji tumnbuhan kemudian dapat dikeluarkan dari perut, jika kekerasannya tetap dalam kondisi semula, dengan sekira jika ditanam dapat tumbuh maka tetap suci akan tetapi harus disucikan bagi anl uar ny ak ar e nat e r k e nanaj i s …. . ” 2. Pendapat dalam Kitab Nihayatul Muhtaj juz II halam 284 :
ََ ﺖ ﺒ َﻧ َ ِﻉ ﺭ ْﺯ ُ ﻮ ُﻟ َ ْﺚ ﻴ ِﺤ َ ٌﺑ ﺔ ﻴ َ ﻗ ِ ﺎ ُﺑ َ ﻪ ﺘ ُ ﺑ َ ﺎ ﻠ َ ٌﺻ َ ﻴﺢ َﺤ ِ ﱞﺻ َﺐ ُﺣ ﻪ ﻨ ْ َﻣ ِ ﻊ َﺟ َ ْﺭ ﻮ ْﻟ َ ﻢ ﻌ َ ﻧ َ ﺍ ﺫ َ ﺇ ﺎ َﻰﻣ َ ﻠ ُﻋ َ ﻪ ﺘ َ ﺎﺳ َ َﺠ َ َﻧ َﻖ ﻠ َﻃ ْ ﺃ َﻦ ْ ُﻣ ﻡ ﺎ ﻠ َ ُﻛ َ َﻞ ﻤ ُﺤ ْ ﻳ ﻭ٬ﺎ َ ِﺴ ً َﺠ ﺎﻧ ﻟ َ ﺎ ﱢﺴ ً َﺠ ﻨ ﺘ َ َﻣ ُ ﺎﻥ ﻛ َ ﺎ ﻤ َ ِﻛ َ ﻪ ﻴ ﺎﻓ ِ ﻬ َ ﺋ ِ ﺎ ﻘ َ َﻰﺑ َ ﻠ ﺎﻋ َ ﱢﺴ ً َﺠ ﻨ ﺘ َ ُﻣ ُ ﻪ ﻧ َ ﻮ ْ َﻛ َ َﻖ ﻠ َﻃ ْ ﺃ َﻦ ْ ﻣ ﻭ.ُ َ ﺓ ﻮ ﱠ ﻘ ُ ﻟ ْ ﺍ ْﻚ َ ﻠ ﺗ ِ ﻪ ِ ﻴ َﻓ ِ ْﻖ ﺒ ْﻳ َ ﻢ ﻟ َ ﺎ ﻴﺤ ً َﺤ ِ ُﺻ ﻪ ﻨ ْ َﻣ ِ َﺝ ﺮ ْﺧ َ ﻮ ﻟ َ ْﺾ ِ ﻴ ﺒ َ ﻟ ْ ﺍ ِﻲ ُﻓ ﻪ ﺎﺳ ُ ﻴ َ ﻗ ِ ﻭ٬ِ َ ْﺙ ﻭ ﺮ ﱠ ﻟ ﺍ ِﻦ ْ ِﻣ ﻩ ﺮ ِ ﻴ َﻈ ِ ِﻲﻧ ﻓ ﺎ ﱢﺴ ً َﺠ ﻨ ﺘ َ َﻣ ُ ﻮﻥ ﻜ ُ ْﻳ َ َﻥ ِﺃ ْﺥ ﺮ ﻔ َ ﻟ ْ ِﺍ ﻭﺝ ﺮ ُ ُﺧ ُ ﺓ ﻮ ﱠ ِﻗ ُ ﻪ ﻴ ُﻓ ِ ﻮﻥ ﻜ ُ ُﺗ َ ْﺚ ﻴ ِﺤ َ ِﺑ ﻪ ﺎﻋ ِ ﻠ َ ﺘ ِ ﺑ ْ َﺍ ﺪ ﻌ ْ ﺑ َ .ﺎ ِﺴ ً َﺠ ﺎﻧ ﻟ َ “ Ya jika biji tersebut kembali dalam kondisi semula sekira sekira ditanam dapat tumbuh maka statusnya adalah mutanajjis, bukan najis. Bisa dipahami, pendapat yang menegaskan kenajisannya kemungkinan jika tidak dalam kondisi kuat. Sementara, pendapat yang menegaskan sebagai mutanajjis kemungkinan karena dalam kondisi tetap; sebagaimana barang yang terkena kotoran lain. Analog dengan bijibijian adalah pada masalah telur, jika keluar dalam kondisi utuh setelah ditelan dengan sekira ada kekuatan untuk dapat menetas, maka huk umny amu t anaj j i s ,buk annaj i s ”. 3. Pendapat dalam Kitab Has y i y ahI ’ anat ual -Thalibin Syarh Fath alMu’ i n juz I halaman 82, yang menerangkan jika ada hewan memuntahkan biji tumbuhan atau mengeluarkannya melalui kotoran, jika biji tersebut keras, sekira ditanam dapat tumbuh maka statusnya adalah mutanajjis:
ﻟﺤﺐ ﺍ ﺎﻥ ﺈﻥﻛ ﺃﻱﻓ )ﺎ ﺒ ﻠ ﺎﻥ ﺻ ﺈﻥﻛ ﺎﻓ ﺒ ﺔﺣ ﻤ ﻴ ﻬ ءﺕﺑ ﺎ ﻭﻗ ﺃ ﺛﺖ ﺍ ﻮﺭ ﻟ ﻭ :ﺔ ﻳ ﺎ ﻬ ﻨ ﻟ ﺓﺍ ﺭ ﺎ ﺒ ﺎ(ﻭﻋ ﻴﺤ ﺍ ﺻﺤ ﺪ ﻣ ﺎ ﺃﻱﺟ٬ ﺎ ﺒ ﻠ ﻪﺻ ﺗ ء ﺎ ﻭﻗ ﻪﺃ ﺘ ﺛ ﺍ ﺬﻱﺭ ﻟ ﺍ ﺭﻉ ﻮﺯ ﻴﺚﻟ ﺑﺤ٬ ﺔ ﻴ ﻗ ﺎ ﻪﺑ ﺘ ﺑ ﻴﺢ ﺻﻼ ﻪﺣﺐ ﺻﺤ ﻨ ﻊﻣ ﻮﺭﺟ ﻟ٬ ﻢ ﻌ ﻧ ﻠﻰ ﻪﻋ ﺘ ﺎﺳ ﻠﻖﻧﺠ ﻡﻣﻦﺃﻃ ﻤﻞﻛﻼ ﻳﺤ ﻭ.ﺎ ﺎﻻﻧﺠﺴ ﻨﺠﺴ ﺘ ﺎﻥﻣ ﻛ٬ ﺒﺖ ﻧ ﺎ ﻬ ﺋ ﺎ ﻘ ﻠﻰﺑ ﺎﻋ ﻨﺠﺴ ﺘ ﻪﻣ ﻧ ﻮ ﻠﻖﻛ ﻣﻦﺃﻃ ﻭ٬ ﺓ ﻮ ﻘ ﻟ ﺍ ﻠﻚ ﻪﺗ ﻴ ﺒﻖﻓ ﻢﻳ ﺍﻟ ﺫ ﺎﺇ ﻣ .ء ﺎ ﻬ ﻘ ﻔ ﻟ ﺍ ﺃﻱ (ﺍ ﻮ ﻨ ﻴ ﺒ ﻢﻳ ﻟ ﻭ:ﻪ ﻟ ﻮ ﻗ ) .ﻩ ﺍ .ﻭﺙ ﺮ ﻟ ﺍ ﻩﻣﻦ ﺮ ﻴ ﺎﻓﻲﻧﻈ ﻤ ﻛ٬ ﻪ ﻴ ﻓ ٬ ﻟﻚ ﻮﺫ ﻧﺤ ﺯﻭ ﻮ ﻟﺠ ﺍ ﺯﻭ ﻮ ﻠ ﻟ ﺍ ﻴ ﺾﻭ ﺒ ﻟ ﺎ ﻟﺤﺐﺃﻱﻛ ﺮﺍ ﻴ ﻢﻏ ﻜ ﺣ:ﻪ ﻟ ﻮ ﻗ ﻭ - ﻟﺤﺐ ﺃﻱﺍ -ﻪ ﺎﺳ ﻴ ﻗ ﻭ:ﺔ ﻳ ﺎ ﻬ ﻨ ﻟ ﺎﻝﻓﻲﺍ ﻗ.ﻪ ﺘ ﺛ ﺍ ﻭﺭ ﺔﺃ ﻤ ﻴ ﻬ ﺒ ﻟ ﻪﺍ ﺗ ء ﺎ ﺍﻗ ﺫ ﺇ ﺓ ﻮ ﻪﻗ ﻴ ﻮﻥﻓ ﻜ ﻴﺚﺗ ﻪﺑﺤ ﺘﻼﻋ ﺑ ﺍ ﺪ ﻌ ﺎﺑ ﻴﺤ ﻪ ﺻﺤ ﻨ ﺮﺝﻣ ﻮﺧ ﻟ ﻴﺾ ﺒ ﻟ ﺍ ﻓﻲ ﺔ ﻧ ﺎ ﺔﺇﻋ ﻴ ﺎﺷ ـ )ﺣ ﻫ ﺍ.ﺎ ﺎﻻﻧﺠﺴ ﻨﺠﺴ ﺘ ﻮﻥﻣ ﻜ ﺮﺥﺃﻥﻳ ﻔ ﻟ ﻭﺝﺍ ﺮ ﺧ (۸۲ ﺹ۱ﻴﻦﺝ ﺒ ﻟ ﺎ ﻟﻄ ﺍ 3
“ Jika ada hewan memuntahkan biji tumbuhan atau mengeluarkannya melalui kotoran, jika biji tersebut keras, [redaksi dalam kitab Nihayah “y aj i k a bi j it e r s e butk e mbal idal am k ondi s is e mul as e k i r as e k i r a ditanam dapat tumbuh maka statusnya adalah mutanajjis, bukan najis. Bisa dipahami, pendapat yang menegaskan kenajisannya kemungkinan jika tidak dalam kondisi kuat. Sementara, pendapat yang menegaskan sebagai mutanajjis kemungkinan karena dalam kondisi tetap; sebagaimana barang yang terkena kotoran lain.....]. (perkataannya: t i dakme nj e l as k an)mak s udny af uqaha.Danpe r k at aanny a:“Huk um masalah selain biji-bijian sebagaimana telur, kacang-kacangan dan buah-buahan dan sejenisnya, apabila dimuntahkan oleh hewan atau dikeluarkan melalui kotoran, maka berkata pengarang kitab Nihayah: ”Analog dengan biji-bijian, adalah pada masalah telur, jika keluar dalam kondisi utuh setelah ditelan dengan sekira ada kekuatan untuk dapatme ne t as ,mak ahuk umny amut anaj j i s ,buk annaj i s ”. 4. Hasil Rapat Kelompok Kerja Komisi Fatwa MUI Bidang Pangan, Obatan-obatan dan Kosmetika beserta Tim LPPOM MUI pada 2 Juni 2010. 5. Makalah Dr. KH. Munif Suratmaputra dan penjelasan dari Tim LPPOM MUI yang disajikan pada Rapat Komisi Fatwa tanggal 16 Juni 2010; 6. Penjelasan dari LP POM MUI atas pertanyaan dari Komisi Fatwa mengenai kemungkinan tumbuhnya biji kopi yang telah dimakan luwak pada Rapat Komisi Fatwa MUI tanggal 14 Juli 2010, yang pada intinya menyatakan secara umum biji kopi yang keluar dari kotoran luwak tidak berubah serta dapat tumbuh jika ditanam. 7. Pendapat peserta rapat-rapat komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia, mulai tanggal 2 Juni 2010 hingga terakhir pada tanggal 20 Juli 2010. Dengan bertawakkal kepada Allah SWT MEMUTUSKAN: MENETAPKAN
: FATWA TENTANG KOPI LUWAK
Pertama
: Ketentuan Umum Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan: Kopi Luwak adalah kopi yang berasal dari biji buah kopi yang dimakan oleh luwak (paradoxorus hermaproditus) kemudian keluar bersama kotorannya dengan syarat: 1. biji kopi masih utuh terbungkus kulit tanduk. 2. dapat tumbuh jika ditanam kembali.
Kedua
: Ketentuan Hukum 1. Kopi Luwak sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum adalah mutanajjis (barang terkena najis), bukan najis. 2. Kopi Luwak sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum adalah halal setelah disucikan. 3. Mengonsumsi Kopi Luwak sebagaimana dimaksud angka 2 hukumnya boleh. 4. Memproduksi dan memperjualbelikan Kopi Luwak hukumnya boleh.
Ketiga
: Ketentuan Penutup 1. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dan disempurnakan sebagaimana mestinya. 4
2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlukan dapat
mengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan fatwa ini. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 8 Sy a ’ ba n1430 H 20 Juli 2010 M MAJELIS ULAMA INDONESIA KOMISI FATWA Ketua
Dr. H. M. ANWAR IBRAHIM
Sekretaris
Dr. H. HASANUDIN, M.Ag
5