Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, HARGA PENGELUARAN PEMERINTAH, CGDP RELATIF TERHADAP US, DAN CGDP PER PEKERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI EMPAT NEGARA BERKEMBANG ASEAN PERIODE 1970-2010
Margareta Putri Rany Jurusan Ilmu Ekonomi/Fakultas Bisnis dan Ekonomika
[email protected]
Abstract This study intended to identify the effect of exchange rate, the price of government expenditure, CGDP relative to US and CGDP per worker to economic growth in developing countries of ASEAN members. Object used in this study are developing countries of ASEAN founding members with relatively high economic growth.This study are using quantitative approach and pooling data regression method. This research used samples from four developing countries in ASEAN : Malaysia, Thailand, Philippines and Indonesia in the period 1970 to 2010. The findings of this study indicate that there is a positive and significant impact on the exchange rate, the price of government expenditure, and income per worker on economic growth. While per capita income negatively and significant affect economic growth. These findings support the theory of aggregate demand and supply, which states that the exchange rate, income per capita, and government expenditure to be one of the deciding factors in determining a country's economic growth. Keywords : Aggregate demand and supply, ASEAN, economic growth PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang terletak di Asia tenggara kembali menjadi perhatian dunia. Hal ini karena laju pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut mengalami peningkatan di tengah kondisi krisis dunia. Rata-rata pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut mencapai 5.6%, sementara Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, dan Vietnam mencapai pertumbuhan di atas rata-rata hingga mencapai 7% (WEF, 2012). Meskipun demikian, OECD et al (2012) mengidentifikasi masih adanya kesenjangan antar negara di kawasan tersebut. Pada dasarnya negara-negara tersebut merupakan negara yang sama-sama dilatar belakangi oleh kepentingan ekonomi. Negara-negara tersebut tergabung dalam ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), sebuah organisasi yang bertujuan
1
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
mendorong pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial maupun kebudayaan. Dalam perkembangannya, kawasan tersebut berniat mewujudkan ASEAN Community pada tahun 2015, yang memungkinkan terjadinya perdagangan bebas (ASEAN, 2012). Kesenjangan ekonomi antar negara tersebut dikawatirkan akan menghambat terwujudnya ASEAN Community 2015. 20 15 10 5 2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
‐5
1994
0
‐10 ‐15
BRN KHM IDN LAO MYS PHL SGP THA VNM
Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi di Negara ASEAN Tahun 1994-2010 (dalam %) Sumber : World Bank, 2012
Meskipun mengalami pertumbuhan ekonomi yang sama-sama tinggi, laju pertumbuhan masing-masing negara sangatlah berbeda. Pada krisis ekonomi 1998, Indonesia mengalami laju pertumbuhan ekonomi terendah, hingga mendekati -15%. Pada krisis ekonomi 2008, Malaysia dan Singapura mengalami pertumbuhan negatif, meskipun tidak mencapai angka -5% (lihat Gambar 1). Kondisi tersebut ditentukan oleh banyak faktor. Pengeluaran pemerintah, pendapatan per kapita, fluktuasi nilai tukar dan pendapatan per pekerja diduga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Akbar et al, (2011) mengidentifikasi peran kebijakan fiskal, pendapatan perkapita dan nilai tukar sebagai determinan utama, sedangkan peran nilai tukar masih diperdebatkan. Ekspor negara-negara ASEAN masih
mengalami trend positif. Amerika
Serikat, Uni Eropa dan Jepang masih merupakan pasar ekpor utama bagi negara-
2
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
negara di kawasan ini. Namun krisis Eropa yang tidak berkesudahan menjadi tantangan tersendiri bagi perekonomian di kawasan ini. Hal ini terindikasi dari gejolak nilai tukar dan pasar modal (lihat Tabel 1). Di lain pihak, kapasitas fiskal setiap negara berbeda-beda serta besarnya pendapatan di setiap negara juga berbedabeda. Tabel 1 Nilai tukar (mata uang lokal relatif terhadap US)
Indonesia 2006
Malaysia
Filipina
Thailand
9159.317
3.668177
51.314273
37.881983
2007
9141
3.4375694
46.148391
34.518181
2008
9698.963
3.3358333
44.323288
33.313301
2009
10389.94
3.5245029
47.679688
34.285774
2010
9090.433
3.2210869
45.109664
31.685705
Sumber : World Bank (2012)
Nilai tukar mata uang keempat negara ASEAN cenderung mengalami apresiasi pada setiap tahunnya. Dapat dilihat pada tabel 1 menunjukan bahwa negara Malaysia sebagai negara dengan mata uang paling stabil dibandingkan ketiga negara lainnya. Berkebalikan dengan Malaysia, Indonesia memiliki mata uang paling besar nilainya dan cenderung tidak stabil. Tabel 2 Total Akhir Pengeluaran Pemerintah (US dollar konstan 2000)
Indonesia
Malaysia
Filipina
2006
17,521,683,393
16,210,221,036
10,434,205,344
17,688,926,048
2007
18,203,955,566
17,283,724,396
11,154,667,573
19,414,242,898
2008
20,102,314,435
18,471,304,427
11,186,866,631
20,037,319,981
2009
23,253,341,121
19,384,410,567
12,407,148,545
21,530,105,689
2010
23,320,213,481
19,941,735,469
12,902,975,751
22,900,604,302
Sumber : World Bank (2012) 3
Thailand
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
Pengeluaran pemerintah pada empat negara ASEAN mengalami trend positif di setiap tahunnya. Jika dilihat pada tabel 2 Indonesia memiliki pengeluaran pemerintah paling tinggi sebesar 23,320,213,481 US $, sedangkan Filipina memiliki pengeluaran pengeluaran pemerintah paling sedikit sebesar 12,902,975,751 US $.
30000 25000 Indonesia
20000
Malaysia 15000
Filipina
10000
Thailand
5000 2009
2006
2003
2000
1997
1994
1991
1988
1985
1982
1979
1976
1973
1970
0
Gambar 2 Pendapatan per pekerja di 4 Negara Berkembang ASEAN (dalam US $) Tahun 1970-2010 Sumber : Pen World Tabel, 2012
Pendapatan per pekerja pada empat negara berkembang di ASEAN menunjukan perbedaan yang menonjol antar negara. Setiap tahun pendapatan per pekerja di negara tersebut menunjukan trend positif, dapat dilihat di gambar 2. Hal ini menunjukan bahwa keempat negara tersebut memiliki output per pekerja yang cukup tinggi, terlihat pada negara Malaysia yang memiliki output per pekerja hampir menyentuh 30.000 US $. Lain halnya dengan Filipina yang memiliki output sebesar 7.000 US $ dan menjadikan negara ini sebagai negara output terendah dibandingkan dengan negara lainnya. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar, harga pengeluaran pemerintah, CGDP relatif terhadap US, dan CGDP per pekerja terhadap pertumbuhan ekonomi di negara berkembang ASEAN pada periode 1970-21010.
4
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kausal komparatif dengan menggunakan data sekunder. Arti penelitian kausal komparatif menurut Samsudi (2009) penelitian ini menguji dampak variabel bebas terhadap variabel terikat, tetapi data tentang variabel bebas dan terikat sudah tersedia. Penelitian ini berusaha mengidentifikasi hubungan sebab-akibat dan melibatkan dua (atau lebih) kelompok dan satu variabel independen. Sedangkan pendekatan kuantitatif menekankan analisanya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2011). Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan data sekunder berdasarkan data panel. Data yang diperoleh dari Center for International Comparisons ( Pen World Tabel 7.1) adalah nilai tukar, harga pengeluaran pemerintah, CGDP relatif terhadap US, dan GDP riil per pekerja. Penelitian ini mengambil 4 negara berkembang ASEAN sebagai sampel untuk periode 1970 hingga 2010. Keempat negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina. Keempat negara ini diambil karena memiliki jenis data yang hampir sama satu negara dengan negara lainnya dan merupakan negara berkembang pendiri ASEAN. Model Dalam penulisan ini model yang digunakan didasarkan pada model hasil penelitian dari “Determinants of Economic Growth in Asian Countries: A Panel Data Perspective” oleh Akbar et al (2011). Model yang digunakan adalah: CGDPit = 1i + 2 XRATit + 3 PPPit + 4 Pit + 5 PGit + 6 PIit + 7 Yit + 8 RGDPWORK it + it Model ini diadopsikan untuk penelitian di kawasan Asia Tenggara khususnya untuk emapat negara berkembang pendiri ASEAN. Model ini menggunakan panel
5
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
data karena data yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah data panel sehingga penelitian lebih lanjut ingin menguji dengan menggunakan panel data untuk kawasan Asia Tenggara khususnya negara berkembang. Dalam penelitian ini terjadi penyederhanaan model karena keterbatasan data dan ketidakfalidan data yang ditemukan, sehingga model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (dengan indikator i mengintepretasikan negara) CGDPit = 1i + 2 XRATit + 3 PGit + 4 Yit + 5 RGDPWORK it + it Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam yaitu variabel bebas ( Independend Variable) dan variabel tergantung (Dependend Variable). Variabel-variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : Variabel Tergantung CGDP = PDB riil (Real Gross Domestic Product) Merupakan Produk Domestik Bruto per kapita yang dikonversikan ke dollar internasional menggunakan tingkat paritas daya beli (Purchasing Power Parity rate) dengan harga konstan 2005. Selain mengggunakan paritas daya beli PDB juga diperoleh dari agregasi nilai tukar dan paritas daya beli untuk konsumsi, investasi dan pemerintah. Penggunaan tingkat paritas daya beli menjadikan PDB dari setiap negara dapat dibandingkan. PDB yang digunakan merupakan PDB riil yaitu pendapatan negara yang tidak memasukan komponen inflasi dalam penghitungannya. Variabel Bebas XRAT = nilai tukar (Exchange Rate) Merupakan unit mata uang nasional yang di bandingkan dengan nilai mata uang US dollar. Data nilai tukar diperoleh dari Pusat Pengembangan PBB, tahun 1960-1988 data diperoleh dari sumber bank PBB dan Dunia
6
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
dengan hasil data yang sama dengan tingkat tahunan IMF. Setelah tahun 1988 data diperoleh dari sumber mata uang nasional masing-masing negara. PG = harga pengeluaran pemerintah ( Price of Goverment) Pengeluaran pemerintah yang menggunakan nilai mata uang nasional dibagi dengan nilai mata uang dollar internasional. PPP dan nilai tukar semuanya dinyatakan dalam nilai mata uang nasional per dollar US. Nilai dollar US dibuat sama dengan 100. Sehingga harga pengeluaran pemerintah berasal dari PPP dibagi terlebih dahulu dengan GOV kemudian hasilnya dibagi dengan nilai tukar dan dikalikan 100 agar hasil akhirnya menjadi satuan indeks. PG
PPP GOV X 100 XRAT
Y = CGDP relatif terhadap US dollar Dimana CGDP per kapita dinyatakan relatif terhadap negara US (US = 100) pada setiap tahunnya. CGDP per kapita setiap negara dibandingkan dengan CGDP per kapita US dengan tahun dasar 2005. Hasil yang diperoleh dalam bentuk indeks. RGDPWORK = CGDP per pekerja Pekerja untuk variabel ini berdasarkan definisi dari sensus penduduk yang aktif secara ekonomi. Data ini didasari dari Organisasi Perburuhan Internasional yang telah diinterpolasi setiap tahun. Dimana CGDP dibagi dengan jumlah penduduk yang aktif secara ekonomi. CGDP yang digunakan berdasarkan harga konstan tahun dasar 2005. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Berdasarkan model estimasi regresi yang sebelumnya telah dijelaskan, terdapat empat variabel independen yaitu nilai tukar, harga pengeluaran pemerintah, CGDP terhadap US dan CGDP riil per pekerja. Sedangkan variabel dependennya
7
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
adalah CGDP, berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil analisis data dari kelima variabel yang digunakan dalam penelitian. 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
Indonesia Malaysia Filipina
2009
2006
2003
2000
1997
1994
1991
1988
1985
1982
1979
1976
1973
1970
Thailand
Gambar 3 CGDP 4 negara berkembang pendiri ASEAN Tahun 1970-2010 Sumber : Pen World Tabel 7.1 (2012)
Setiap tahun CGDP pada keempat negara meningkat cukup tinggi ini terbukti pada tahun 2000 sampai 2010, hal ini dapat dilihat pada gambar 3. Jika dilihat lebih lanjut ,Malaysia menunjukan angka CGDP paling tinggi bila dibandingkan dengan tiga negara lainnya. Negara Filipina menunjukan CGDP paling rendah diantara ketiga negara lainnya dan peningkatan CGDP Filipina tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan negara lainnya. 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
Indonesia Malaysia Filipina 2009
2006
2003
2000
1997
1994
1991
1988
1985
1982
1979
1976
1973
1970
Thailand
Gambar 4 Nilai tukar 4 negara berkembang pendiri ASEAN Tahun 1970-2010 Sumber : Pen World Tabel 7.1 (2012)
8
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
Berdasarkan gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa nilai tukar yang paling berfluktuatif
hanya terdapat pada negara Indonesia saja. Ketiga negara lainnya
mengalami perubahan nilai tukar setiap tahun akan tetapi tidak sebesar perubahan nilai tukar yang dimiliki oleh Indonesia. 140 120 100 80 60 40 20 0
Indonesia Malaysia Filipina
2009
2006
2003
2000
1997
1994
1991
1988
1985
1982
1979
1976
1973
1970
Thailand
Gambar 5 Harga pengeluaran pemerintah di 4 negara berkembang pendiri ASEAN Tahun 19702010 Sumber : Pen World Tabel 7.1 (2012)
Besarnya harga pengeluaran pemerintah mengalami perubahan setiap tahunnya dan cenderung fluktuatif dan meningkat setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat pada gambar 5. Dapat dilihat pengeluaran pemerintah paling tinggi dilakukan oleh negara Filipina yang disusul oleh Malaysia. Kedua negara ini menunjukan harga pengeluaran pemerintah yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan Indonesia dan Thailand. 35 30 25 20 15 10 5 0
Indonesia Malaysia Filipina 2009
2006
2003
2000
1997
1994
1991
1988
1985
1982
1979
1976
1973
1970
Thailand
Gambar 6 CGDP relatif terhadap US di 4 negara berkembang pendiri ASEAN Tahun 1970-2010 Sumber : Pen World Tabel 7.1 (2012)
9
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
Berdasarkan gambar 6 menunjukkan bahwa CGDP tehadap US di empat negara cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan yang paling tinggi dialami oleh negara Malaysia dengan indeks sebesar 30. Negara yang memiliki CGDP terhadap US paling rendah adalah Filiphina yang menunjukan angka indeks sebesar 7. Walaupun Filpina memiliki indeks CGDP terhadap US terkecil, namun pada tahun 1985 Filipina berhasil lebih unggul dibandingkan Indonesia. 30000 25000 20000
Indonesia
15000
Malaysia
10000
Filipina
5000
Thailand 1970 1973 1976 1979 1982 1985 1988 1991 1994 1997 2000 2003 2006 2009
0
Gambar 7 Pendapatan per pekerja di 4 negara berkembang pendiri ASEAN Tahun 1970-2010 Sumber : Pen World Tabel 7.1 (2012)
Berdasarkan gambar 7 menunjukan perbedaan pada jumlah pendapatan per pekerja di empat negara pendiri ASEAN. Seperti yang diketahui bahwa keempat negara ini merupakan negara berkembang akan tetapi pada kenyataannya hasil menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar antara besarnya pendapatan per pekerja antar negara. Pada gambar 7 dapat dilihat bahwa Malaysia memiliki pendapatan per pekerja paling tinggi bila dibandingkan dengan negara Indonesia, Thailand dan Filipina. Hasil Estimasi Dari data yang telah dikumpulkan, selanjutnya data tersebut diregresi ke dalam model Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect dengan menggunakan software eviews 6. Tabel 3 menunjukan hasil dari ketiga model tersebut. 10
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
Tabel 3 Hasil regresi untuk Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect Model Panel data Models; Variabel Dependen : CGDP Periode : 1970 – 2010 Jumlah observasi : 164 Variabel
Common Effect
Random Effect
Independen
Fixed Effect
(Period)
c (Konstanta)
305.6544 (0.2291)
472.7353 (0.2291)
-3518.004 (0.0000)
XRAT
0.021368 (0.5325)
-0.028540 (0.5325)
0.094113 (0.0000)
PG
-33.59908 (0.0000)
-31.15095 (0.0000)
19.97464 (0.0000)
Y
58.00849 (0.1032)
87.97137 (0.1032)
-156.0310 (0.0000)
RGDPWORK
0.446842 (0.0000)
0.378787 (0.0000)
0.802180 (0.0000)
R-squared
0.894949
0.898992
0.967105
Chow Test
F-hitung :114,06329 F-tabel: 2,6 H0 Ditolak : FE 375.856863 (0.0000)
Hausman Test
H0 Ditolak : FE
Hasil dari uji hausman dan uji Chow menunjukkan bahwa Fixed Effect merupakan model terbaik bagi estimasi regresi penelitian ini, dengan persamaan sebagai berikut: CGDP = -3518.00361026 + 0.0941131800848*XRAT + 19.9746443032*PG - 156.031025492*Y + 0.802179718879*RGDPWORK Hasil dari pendekatan Fixed Effect memiliki nilai R-squared sebesar 0.967105, artinya variasi dari nilai tukar, harga pengeluaran pemerintah, CGDP relatif terhadap US dan CGDP per pekerja dapat menjelaskan variasi CGDP sebesar 96,7105%. Dapat diartikan, model estimasi regresi panel menunjukan 96,7105% variasi data. Sedangkan sisanya sebesar 3,289% dijelaskan oleh variasi dari variabel lain diluar model. 1. Pengaruh Nilai Tukar terhadap Pertumbuhan Ekonomi
11
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
Berdasarkan hasil estimasi regresi panel, variabel XRAT memiliki koefisien 0.094113 dan probabilitas t-test yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel XRAT atau nilai tukar memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, koefisien 0.094113 menunjukan bahwa setiap peningkatan 1 unit XRAT maka CGDP akan meningkat sebesar 0.094113 satuan. Adanya pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dimungkinkan karena melemahnya nilai tukar domestik terhadap US yang menyebabkan harga barang-barang di luar negeri relatif mahal dan harga barang domestik relatif lebih murah, sehingga impor cenderung menurun. Jika impor menurun maka permintaan akan barang domestik meningkat dan medorong produksi dalam negeri meningkat yang kemudian meningkatkan PDB riil (Haerani, 2012). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Akbar et al (2011) yang mengungkapkan bahwa variabel XRAT memiliki pengaruh positif akan tetapi variabel XRAT tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Pengaruh Harga Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan hasil estimasi regresi panel, variabel PG memiliki koefisien 19.97464 dan probabilitas t-test lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel PG atau harga pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi atau CGDP. Koefisien 19.97464 berarti setiap peningkatan 1 satuan varibel PG, maka variabel CGDP akan meningkat sebesar 19.97464 satuan. Akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian oleh Akbar et al (2011), dimana seharusnya variabel PG memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil penelitian yang dilakukan , variabel PG memiliki pengaruh positif, ini menunjukan bahwa pengaruh positif dari PG sesuai dengan teori hukum Wagner, apabila pendapatan perkapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah juga meningkat. Ini terjadi karena peran pemerintah dalam perekonomian sangat besar dimana mengatur hubungan timbal balik antar masyarakat. 12
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
3. Pengaruh CGDP Relatif (terhadap US) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan hasil estimasi regresi panel, variabel Y memiliki koefisien 156.0310 dan probabilitas t-test lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel Y atau pendapatan penduduk perkapita relatif terhadap US memiliki pengaruh negatif dan siginifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Y memiliki koefisien -156.0310 yang berarti setiap peningkatan 1 satuan variabel Y, maka variabel CGDP akan turun sebesar -156.0310 satuan. Hasil ini menunjukan kesamaan dengan hasil dari penelitian Akbar et al (2011) dimana variabel Y memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh negatif dari Y ini dapat diakibatkan karena adanya ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan yang dikemukakan oleh Arsyad (1997). Ada 8 hal yang menyebabkan ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan salah satunya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan penurunan pendapatan perkapita. 4. Pengaruh CGDP per Pekerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan hasil penelitian, variabel RGDPWORK memiliki koefisien 0.802180 dan probabilitas t-test lebih kecil dari 0,05. Artinya, variabel RGDPWORK atau pendapatan per pekerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Arti dari variabel RGDPWORK 0.802180 adalah saat variabel RGDPWORK naik 1 satuan maka variabel CGDP akan naik sebesar 0.802180 satuan. Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya oleh Akbar et al (2011) yang mengungkapkan bahwa variabel RGDPWORK memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh positif ini bisa dikarenakan
adanya dampak globalisasi yang
dikemukakan oleh Maskin dan Basu (2007) yang menyatakan sebenarnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan rata-rata di suatu negara.
13
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
Namun, pertumbuhan ekonomi tidak selalu menjamin kesejahteraan penduduk karena adanya globalisasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil estimasi regresi panel, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai tukar, harga pengeluaran pemerintah, CGDP relatif terhadap US, dan GDP riil per pekerja berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengaruhnya positif kecuali variabel CGDP relatif terhadap US. Dari kesimpulan ini menunjukan bahwa keempat faktor tersebut menjadi indikator penting dalam mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi khususnya di negara berkembang ASEAN. Rekomendasi 1. Model yang digunakan pada penelitian kali ini memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Kelebihan model yaitu fokus terhadap pertumbuhan ekonomi di empat negara ASEAN. Sedangkan kelemahannya, model ini tidak dapat diterapkan pada negara diluar empat negara yang telah diuji. Terlebih lagi bila data yang digunakan tidak lengkap dimana pada kenyataannya negara berkembang di ASEAN memiliki data yang terbatas. Model ini masih dikaji lebih lanjut untuk penelitian selanjutnya. 2. Teori agreggate demand dan supply mampu menjelaskan hubungan nilai tukar, pengeluaran pemerintah serta pendapatan penduduk. Model ini sesuai dengan teori tersebut dan mampu menjelaskan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Selain itu model ini dapat memberikan kontribusi terhadap teori pertumbuhan ekonomi. 3. Diharapkan pemerintah di negara-negara ASEAN dapat memberikan perhatian lebih terhadap nilai tukar, harga pengeluaran pemerintah, pendapatan per kapita, dan pendapatan per pekerja. Perhatian ini dapat diaplikasikan melalui kebijakan untuk menstabilkan nilai tukar agar tidak terdepresiasi serta memperkuat cadangan devisa negara. Pengeluaran 14
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
pemerintah dapat di kendalikan dengan jalan menyeimbangkan pendapatan dan pengeluaran negara melalui perbaikan kebijakan fiskal dan moneter serta lebih berupaya untuk memperbesar pengeluaran investasi jangka panjang. Untuk mengatasi pemerataan pendapatan per kapita diharapkan pemerintah mengendalikan
pertumbuhan
penduduk
sehingga
sebanding
dengan
pendapatan negara. Melalui upaya pemerataan pendapatan, pelatihan profesi, dan pendidikan yang tinggi dalam negeri diharapkan pendapatan per pekerja akan terus meningkat dan dapat meningkatkan pendapatan negara. 4. Adanya penelitian ini, diharapkan dapat membantu investor asing dalam menentukan negara yang akan dituju untuk pengembangan industri global. Sehingga tidak terjadi kesalahan proyeksi kedepan dalam prospek negara yang dituju dan pasar yang diinginkan. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan pelaku usaha internasional lebih berhati-hati dan lebih mempertimbangkan dengan benar dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi khususnya di negara berkembang ASEAN.
15
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Imdadullah, Ullah, dan Aslam . 2011. Determinants of Economic Growth in Asian Countries: A Panel Data Perspective. Pakistan Journal of Social Sciences (PJSS) Vol 31, No 1 (June 2011, pp. 145157). Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Association of Southeast Asia Nations (ASEAN). 2012. On track to ASEAN Community 2015: ASEAN Annual Report 2012-2013, Jakarta: ASEAN. Azwar, Saifuddin. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Haerani, Wiwin. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Defisit APBN Di Indonesia Periode Tahun 2001-2010. Makasar: Universitas Hasanuddin. Maskin dan Khausik Basu, 2007. Peraih Nobel Ekonomi. Organisation for Economics Cooperation and Development (OECD), Devepment Centre, ASEAN Secreatriat, (2012) Southeast Asian Economic Outlook 2013 with perspective on China and India: narrowing development gaps, Paris: OECD ISBN 9789264180785. http://dx.doi.org/10.1787.saeo-2013-en. Samsudi. 2009. Desain Penelitian Pendidikan. Semarang: Unnes Press. World Data Indicators (WDI). 2011. Klasifikasi Pendapatan Negara. World Economic Forum (WEF). 2012. Global Agenda Council on South-East Asia 2012-2013. Geneva: WEF Switzerland. (http://data.worldbank.org/data-catalog/world-development-indicators diakses pada 10 Mei 2013). The World Bank. (http://pwt.sas.upenn.edu/ diakses pada 6 Mei 2013). The Center for International Comparisons at the University of Pennsylvania (CICUP). Pen World Table.
16