FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENGHADAPI OPERASI DI RSUP FATMAWATI TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Nyi Dewi Kuraesin Nim.105104003475
ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa sekripsi yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALANI OPERASI DI RSUP FATMAWATI” ini, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya.
Jakarta, November 2009
Nyi Dewi Kuraesin
PERSEMBAHANKU……….. Jalan menuju kebahagian itu tidak ditaburi bunga mawar yang harum, melainkan penuh duri dan pahit Waktu itu bagaikan pedang, jika tidak kau potong maka ia (waktu) akan memotongmu. Penyesalan terbesar dalam hidup ialah risiko yang kita tidak ambil. Jika anda merasakan sesuatu itu akan membuatkan anda bahagia, maka teruskan. Ingatlah bahwa kita akan melalui semua ini hanya sekali, mungkin tiada lagi peluang kedua. Andai hidup puncak perpisahan, biarlah mati menyambungnya semula. Namun seandainya mati puncak perpisahan, biarlah hidup ini membawa arti yang nyata. Jangan berputus asa dalam mencari Ilmu bila Ilmu yang dicari itu tidak mau masuk kedalam sanubari, tapi bersabarlah,karena air yang lembut itu apabila menitis keatas sebiji batu yang besar secara berterusan, batu itu pasti akan mempunyai lekuk Kesulitan Sekeras apapun akan terasa ringan dengan adanya Senyuman Dari orang-orang yang sangat ku sayangi................ Karya kecil ini kepersembahkan untuk kedua orang tua ku, Kakak-kakak ku, keluarga ku, sahabat“ ku serta some one specialku Terima kasih atas kasih sayang Dan Dukungan yang selalu diberikan
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 NYI DEWI KURAESIN FAKTOR-FAKTOR YANG BRHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALANI OPERASI MAYOR ELEKTIF DI RUANG RAWAT BEDAH RSUP FATMAWATI – JAKARTA SELATAN Skripsi, November 2009 (xi + 87 hal + 13 tabel + 3 gambar + 6 lampiran) ABSTRAKS Pra operasi merupakan kondisi yang dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke kamar operasi, proses perawatan di rumah sakit seringkali mengabaikan aspek-aspek psikologis, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis bagi pasien yang salah satunya kecemasan. Kecemasan yang dialami biasanya terkait dengan prosedur asing dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Tujuan penelitian ini mencoba mengungkap hubungan karakteristik (jenis kelamin, umur, tingkat pengetahuan, pengalaman ,dan dukungan) dan tingkat pengetahuan responden dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi mayor elektif di RSUP Fatmawati 2009 dan Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 46 responden dengan teknik pengambilan sampel sistematic sempling. Uji statistic yang digunakan adalah uji Chi Square Test. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari sampel yang diteliti menunjukan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan diperoleh nilai p=0,043 dinyatakan signifikan taraf 0,05. Tingkat pengetahuan tentang pembedahan dengan tingkat kecemasan terdapat hubungan yang signifikan pada taraf 0,05, dengan nilai p=0,044. Pengalaman dengan tingkat kecemasan juga terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,045 dinyatakan signifikan taraf 0,05 Sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, usia dan dukungan dengan nilai p > 0,05.
Kata kunci : Karakteristik responden, tingkat pengetahuan, tingkat kecemasan, dan pasien pra operasi
SCIENCE STUDY PROGRAM KEPERAWATAN FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 NYI DEWI KURAESIN FACTORS ASSOCIATED WITH ANXIETY LEVELS OF PATIENTS UNDERGOING MAJOR ELECTIVE SURGERY AT THE FATMAWATI HOSPITAL JAKARTA SELATAN Thesis, November 2009 (xi + 87 pages + 13 tables + 3 pictures + 6 enclosures) ABSTRACT Pre operation is an act that began when the decision for surgical intervention is made and ends when the patient was sent to the operating theatre, the process of hospital care often ignore the psychological aspects, giving rise to various psychological problems for patients such as anxiety. Experienced anxiety usually associated with foreign procedures and also a threat to the salvation of souls from all kinds of surgical procedures and anesthesia action. The purpose of this study tried to uncover the relationship behaveen characteristics (gender, age, level of knowledge, experience, and support) and level of knowledge of respondents with anxiety levels of patients undergoing elective major surgery in Fatmawati Hospitals 2009 and Fatmawati research method used descriptive crosssectional approach. The number of was 46 respondents with sistematic sampling techmiques. Statistical test used was the Chi Square Test. The reserch showed that no significant relationship between level of education with the level of anxiety obtained p value = 0.043 revealed a significant level of 0.05. The level of knowledge about the surgery with the level of anxiety is a significant relationship exists at the level of 0.05, with p value = 0.044. Experience with anxiety level there is also a significant relationship with p values = 0.045 revealed a significant level of 0.05, while there is no significant relationship between gender, age and support with p values> 0.05. Keywords: Characteristics of respondents, the level of knowledge, level of anxiety, and patients pre-surgery
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis daPpat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien yang Akan Menjalani Operasi Di RSUP Fatmawati Pada Tahun 2009”, yang disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan sarjana pada Program Studi Ilmu Keperawatan Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini banyak sekali hambatan yang dihadapi, namun berkat bimbingan, dukungan, saran serta doa dari berbagai pihak maka setiap hambatan dan kesulitan terasa lebih mudah. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. bapak Prof Dr. (hc) dr. MK Tadjudi, Sp, And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 2. Ibu Tien Gartinah, S.Pd., MN selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan. 3. Ibu Ita Yuanita, S.Kp., M.Kep, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran. 4. Ibu Sri Mulyani, S.Kep, MKM selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran. 5. Ibu Desmawati, S.Kp., MARS. selaku Dewan Penguji I Skripsi yang telah memberikan masukan, saran maupun petunjuk pada penulis. 6. Bapak Waras Budi U, S.kep, MKM. selaku Dewan Penguji II Skripsi yang telah memberikan masukan, saran maupun petunjuk pada penulis.
7. Seluruh staf pengajar, staf tata usaha dan pengelola perpustakaan di Fakultas Kodokteran dan Ilmu Kesehatan, serta seluruh pihak yang terkait dengan penyusunan skripsi ini. 8. Bapak/Ibu Direktur RSUD Fatmawati Jakarta Selatan, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian. 9. Seluruh Ka. Bagian Umum, Ka. Bidang Pelayanan Medik, Ka. Bidang Pelayanan Keperawatan dan Unit Inap Jalan RSUD Fatmawati Jakarta Selatan. 10. Ayahanda H. Mukawa Ali, Ibunda Hj. Tuti Sutini, Kakak-kakakku pipie, Bo’op, Ninie, Izul, Rahmat, adiku Imam dan seluruh keluarga serta seseorang yang saya sayangi yang selalu memberi motivasi baik secara moril maupun materil dan spiritual sehingga penulis cepat dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman-teman angkatan 2005 program S-1 Keperawatan, Khususnya Zahra, Balqis, Risma dan teman-teman yang bergabung dalam Back Community, terima kasih atas dukungan dan bantuannya. Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Namun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk menyempurnakannya. Jakarta, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Abstrak .............................................................................................................
i
Abstrack ...........................................................................................................
ii
Kata Penghantar .............................................................................................. iii Daftar Isi .......................................................................................................... vi Daftar Tabel ..................................................................................................... ix Daftar Gambar .................................................................................................
x
Daftar Lampiran............................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ............................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................
4
1. Tujuan Umum..............................................................................
4
2. Tujuan Khusus ............................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................
5
1. Bagi Ilmu Keperawatan ..............................................................
5
2. Bagi Pelayanan Kesehatan ..........................................................
5
3. Bagi Peneliti selanjutnya .............................................................
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Teoritis ...................................................................................
6
A. Cemas ...............................................................................................
7
1. Pengetian Cemas .........................................................................
7
2. Teori Kecemasan ........................................................................
7
3. Tingkat dan Karakteristik kecemasan ..........................................
9
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kecemaan ............................. 13
5. Mekanisma Koping kecemasan ................................................... 17 6. Alat ukur kecemasan ................................................................... 20 B. Operasi ............................................................................................. 22 1. Pengertian Operasl ...................................................................... 22 2. Indikasi dan Klasiikasi Operasi ................................................... 23 C. Perioperasi......................................................................................... 27 1. Pengertian perioperatif ................................................................ 27 2. Persiapan Praoperasi ................................................................... 28 Penelitian Terkait ................................................................................... 33 Kerangka Teoritis ................................................................................... 36
BAB III. KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ............................................................................. 37 B. Hipotesis .......................................................................................... 38 C. Definisi Operasional ......................................................................... 39
BAB IV. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian .............................................................................. 43 B. Populasi dan Sempel ......................................................................... 43 1. Populasi
............................................................................. 43
2. sampel
............................................................................. 43
C. Teknik Pengamblan Sempel .............................................................. 44 D. Tempat Penelitian.............................................................................. 45 E. Prosedur Penelitian ........................................................................... 46 F. Variabel Penelitian ........................................................................... 47 G. Tahapan Pengumpulan Data ............................................................. 47 1. Teknik pengumpulan data ........................................................... 47 2. Instrumen penelitian ................................................................... 48 H. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen ............................................ 50 1. Uji Validitas
............................................................................. 50
2. Uji Realibilitas ............................................................................ 52 I. Pengolahan Data ............................................................................... 53 J. Analisa Data ..................................................................................... 54 K. Etika Penelitia .................................................................................. 55
BAB V. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 57 1. Sejarah Singkat ........................................................................... 57 2. Visi dan Misi .............................................................................. 58 3. Pelayanan Kesehatan .................................................................. 59 B. Analisa Data ..................................................................................... 61 1. Analisa Univariat ........................................................................ 61 2. Analisa Bivariat .......................................................................... 66
BAB VI . PEMBAHASAN A. Tingkat Kecemasan ........................................................................... 76 B. Karakteristik Responden ................................................................... 77 C. Tingkat Pengetahuan ........................................................................ 83
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................... 86 B. Saran ................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Rentang Respon Kecemasan...............................................................9
Tabel 3.1
Definisi Operasional ............................................................................36
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden ..............62
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ....................64
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan ......................65
Tabel 5.4
Analisa hubungan usia dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ....................66
Tabel 5.5
Analisa hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ............67
Tabel 5.6
Analisa hubungan pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati. ...........68
Tabel 5.6.1 Odd Rasio............................................................................................69 Tabel 5.7 Analisa hubungan pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ............71 Tabel 5.7.1 Odd Rasio............................................................................................71 Tabel 5.8 Analisa hubungan dukungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati ....................73 Tabel 5.9 Analisa hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati....74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rentang respon kecemasan................................................................
9
Gambar 2.2 Kerangka teori....................................................................................
36
Gambar 3.1 Kerangka konsep................................................................................
37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2
Instrumen Penelitian
Lampiran 3
Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 4
Hasil uji Statistik
Lampiran 5
Surat Keterangan Studi Pendahuluan dan Penelitian
Lampiran 6
Surat Izin Penelitian dari RSUP Fatmawati
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dialami seseorang ketika sakit adalah kecemasan, apalagi jika seseorang tersebut harus menjalani tindakan medis yaitu operasi dan berperan sebagai pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Cemas merupakan hal yang sering terjadi dalam hidup manusia. Cemas juga dapat menjadi beban berat yang menyebabkan kehidupan individu tersebut selalu di bawah bayang-bayang kecemasan yang berkepanjangan dan menganggap rasa cemas sebagai ketegangan mental yang disertai dengan gangguan tubuh yang menyebabkan rasa tidak waspada terhadap ancaman, kecemasan berhubungan dengan stress fisiologis maupun psikologis. Artinya, cemas terjadi ketika seseorang terancam baik secara fisik maupun psikologis (Asmadi, 2008). Menurut Volicer & Volicer yang dikutip oleh Rosintan pada tahun 2003, klien yang akan dilakukan pembedahan menunjukan stress yang tinggi dibandingkan dengan kelompok klien yang dirawat tanpa rencana tindakan pembedahan. Ketika klien tiba di ruangan preoperasi merupakan keadaan
yang menambah kecemasan klien. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pelaksanaan operasi dan tindakan pembiusan. Kecemasan
yang
dialami
pasien
dapat
berdampak
terhadap
berlangsungnya pelaksanaan operasi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada saat studi pendahuluan kepada perawat yang bertugas di ruang operasi RSUP Fatmawati terdapat beberapa kasus pembatalan operasi diantaranya meningkatnya tekanan darah pada pasien yang mengalami hipertensi, memanjangnya waktu haid yang dialami pasien yang sedang haid, membuat operasi tersebut harus ditunda, ketakutan yang dialami pasien dan keluarga
seringkali
membuat
keluarga
menganbil
keputusan
untuk
membatalkan tindakan operasi tersebut. Data yang diperoreh kasus pembatalan
pasien
selama
tahun
2008
terdapat
15
kasus
pembatalan/penundaan disebabkan meningkatnya tekanan darah, 9 kasus pembatalan/penundaan disebabkan pasien haid, dan 12 kasus disebabkan keluarga menolak atau pasien mengalami ketakutan. Pada tahun 2007 401 RSU Depkes dan Pemda operasi yang dilaksanakan sebanyak 642.632, yang dirinci menurut tingkat kelas A, B, C, dan D, data tersebut dikasifikasikan berdasarkan jenis opeasi. Pada kelas A jumlah operasi besar adalah 8.364 (16,2%), kelas B operasi besar 76.969 (19,8%), pada kelas C jumlah operasi besar adalah 65.987 (34,0%), pada kelas D jumlah operasi besar adalah 3.307 (41,0%) (Depkes RI, 2007).
RSUP Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang terletak di Jakarta Selatan. Rumah Sakit ini menerima berbagai jenis tindakan operasi baik operasi besar, operasi kecil, operasi khusus, ataupun operasi canggih. Berdasarkan data kegiatan Instalasi Bedah Sentral (IBS) selama tahun 2008 jumlah pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan pada pelayanan Elektif, Cito, maupun One Day Care (ODC) berjumlah 5309 orang dengan perincian sebagai berikut : pelayanan elektif adalah 2573 orang, pelayanan cito adalah 1420 orang, pelayanan One Day Care adalah 1269 orang. Kegiatan operasi elektif dengan jenis operasi besar sejumlah 750 orang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferlina Indra S pada tahun 2002 yang berjudul “Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien” diperoleh 80% dari 20 sampel yaitu pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan di RS Muhammadiah Malang mengalami kecemasan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan sewaktu menjalankan tugas praktek praklinik di RSUP Fatmawati, dalam rangka memenuhi tugas akademik selama empat hari di ruang rawat bedah lantai 4 selatan IRNA B pada 6 pasien yang dirawat dengan rencana tindakan pembedahan atau operasi, diperoleh 90% dari mereka yang akan menjalani operasi mengungkapkan kecemasannya terhadap tindakan operasi yang akan dijalaninya. Bentuk kecemasan yang mereka tunjukkan seperti, pasien mengatakan takut, nyeri, tidak bisa tidur, dan khawatir jika operasi yang telah dilakukan tidak berhasil. Sebagian dari mereka mengalami
peningkatan rasa cemas ketika mereka memasuki ruangan penerimaan pasien di ruang Instalasi Bedah. Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien, menurut Prof. Dr. Dr Dadang Hawari (2006) mekanisme terjadinya cemas yaitu psikoneuro-imunologi atau psiko-neuro-endokrinolog. Akan tetapi tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini tergantung pada struktur perkembangan kepribadian diri seseorang tersebut yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dari keluarga, teman, dan mayarakat. Berdasarkan kondisi–kondisi dari hasil penelitian dan pegamatan awal penulis tertarik untuk meneliti tengtang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi di RSUP Fatmawati pada tahun 2009. B. Rumusan Masalah Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, peneliti ingin mencoba merumuskan masalah yaitu: Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi di RSUP Fatmawati pada tahun 2009. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi di RSUP Fatmawati.
2. Tujuan Khusus a. Menganalisa gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan yaitu usia, pendidikan, jenis kelamin, pngalaman, dukungan tingkat pengetahuan informasi operasi. b. Menganalisa tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi c. Menganalisa hubungan antara usia, pendidikan, jenis kelamin, pengalaman, dukungan, dan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi. D. Manfaat penelitian 1. Bagi Ilmu Keperawatan Penelitian ini dapat menjadi suatu masukan untuk perkembangan ilmu keperawatan khususnya bagi mata ajar Keperawatan Dasar. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan kepada pasien praoperasi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan
untuk penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih besar dan
bermanfaat bagi kemajuan keperawatan khususnya di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Teoritis A. Cemas 1. Pengertian Kecemasan adalah gangguan alam sadar (effective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kehawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA), masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality ), perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2006). Kecemasan (Ansietas) adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur
dan terjadi ketika mengalami tekanan perasaan
(frustasi) dan pertentangan batin (Darajat, 2007). Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb, Kecemasan adalah situasi yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau
yang belum pernah
dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup (Fitri, 2005). Kecemasan ialah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 2007) 2. Teori Kecemasan
Cemas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan meknisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan. Menurut Stuart (2007) ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kecemasan, antara lain: a. Teori Psikoanalisis Dalam pandangan psikoanalisis, cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan implus primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi mengetahui tuntutan dari dalam elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya. b. Teori Interpersonal Dalam pandangan interpersonal, cemas timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga berhubungan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain atau pun masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas, namun bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas. Dengan demikian cemas berkaitan dengan hubungan antara manusia.
c. Teori Perilaku Menurut pandangan perilaku, cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap cemas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Peka tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebih sering menunjukan cemas pada kehidupan selanjutnya d. Teori keluarga Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan cemas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga, Adanya tumpang tindih antara gangguan cemas dan gangguan depresi. e. Teori biologis Kajian biologis menujukan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, reseptor ini mungkin memicu
cemas.
Penghambatan asam aminobuitrik-gamma neuroregulator (GABA) juga memungkinkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan,
sebagaimana halnya dengan
endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap cemas.
Rentang Respon Ansietas
Respon adaptif
Antisipasi
Respon maladaptif
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Gambar 2.1: Rentang respon kecemasan Sumber: Stuart dan Sundeen dalam buku Asmadi (2008). 3. Tingkat dan Karakteristik kecemasan Setiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi yang terjadi tergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan (Stuart, 2007). Tingkat kecemasan, yaitu: a. Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas b. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengenyampingkan pada hal yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. c. Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak berfikir tentang hal yang lain, semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan d. Panik berhubungan dengan terperangah ketakutan dan eror. Rincian terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik terjadi aktifitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tabel 1.2: Tingkat dan karakteristik kecemasan. Tingkat Ansietas
Karakteristik
Berhubungan dengan tingkat ketegangan dalam peristiwa sehari-hari
Cemas ringan
Kewaspadaan meningkat
Persepsi terhadap lingkungan meningkat
Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.
Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar.
Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi
Respon fisiologis: sering nafas pendek, nadi eksra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala dan sering berkemih
Respon kognitif: memusatkan perhatian pada hal yang penting dan mengenyampingkan yang lain, lapang
Cemas sedang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu terima
Respon perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegang, banyak bicara lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman
Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain
Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut, serta tampak tegang
Cemas berat
Respon kognitif: tidak mampu berfikir berat lagi, dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang pandang menyempit
Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat dan komunikasi terganggu
Respon fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipertensi, serta rendahnya koordinasi motorik
Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi,
Panik
dan ketidakmampuan memahami situasi
Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah,
ketakutan,
kendali/kontrol (aktivitas
berteriak-teriak,
kehilangan
tidak menentu), perasaan
terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain Sumber: Asmadi (2008)
Gejala klinis kecemasan Menurut. Dadang Hawari, Psikiater (2006): Keluhan-keluhan yang
sering dikemukakan oleh orang
yang
mengalami gangguan kecemasan antara lain: a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan fikirannya sendiri, mudah tersinggung. b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. c. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang. d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. e. Gangguan konsenterasi dan daya ingat. f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, antara lain: Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Pencetus ansietas menurut Asmadi (2008) dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu ( Asmadi, 2008): a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidak mampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarmya.
b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri, dan hubungan interpersonal. Menurut Long yang dikutip oleh Liza pada tahun 2003, ada berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan atau kecemasan pasien dalam menghadapi
pembedahan
antara
lain
yaitu
takut
nyeri
setelah
pembedahan, takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal gangguan body image, takut keganasan bila diagnosa yang ditegakan belum pasti, takut atau cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama, takut atau ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas, takut mati saat dibius atau tidak sadar lagi, takut operasi akan gagal. Menurut Dadang Hawari (2006) mekanisme terjadinya cemas yaitu psiko-neuro-imunologi atau psiko-neuro-endokrinolog. Stresor psikologis yang menyebabkan cemas adalah perkawinan, orangtua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma. Akan tetapi tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini tergantung pada struktur perkembangan kepribadian diri seseorang tersebut yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat.
a. Usia Menurut Haryanto, 2002 umur menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam proses
berpikir
pada
individu
yang
berumur
dewasa
lebih
memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian besar kelompok umur anak yang mengalami insiden fraktur cenderung lebih mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur dewasa (Lukman, 2009) b. Pengalaman Robby ,2009 pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan menggunakan koping. Kebehasilan membantu
individu
untuk
mengembangkan
seseorang dapat kekuatan
coping,
sebaliknya kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan coping yang maladaptif terhadap stressor tertentu. c. Dukungan
Menurut Kaplan dan Saddock, 1994 dukungan psikososial keluarga adalah mekanisme hubungan interpersonal yang dapat
melindungi seseorang dari efek stress yang buruk. Pada umumnya jika seseorang memiliki sistem pendukung yang kuat, kerentanan terhadap penyakit mental akan rendah (Arum, 2009).
d. jenis kelamin Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983)
mengatakan
bahwa
perempuan
lebih
cemas
akan
ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan (Power dalam Myers, 1983) (Creasoft, 2008). Sunaryo, 2004 menulis dalam bukunya bahwa pada umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan lebih luas dibanding perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit. e. Pendidikan Hasil Riset yang dilakukan Stuarth and Sundden (1999) menunjukan responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu
menggunakan pemahaman mereka dalam merespon kejadian fraktur secara adaptif dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan rendah (Lukman,2009). Kondisi ini menunjukan respon cemas berat cenderung dapat kita temukan pada responden yang berpendidikan rendah karena rendahnya pemahanan mereka terhadap kejadian fraktur sehingga membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam merespon kejadian fraktur 5. Mekanisme Koping kecemasan Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasi dengan berbagai mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping akan efektif bila didukung dengan kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa mekanisme yang digunakan dapat mengatasi kecemasannya. Kecemasan harus segera ditangani untuk mencapai homeostatis pada diri individu, baik secara fisiologis maupun psikologis Menurut Asmadi (2008) mekanisme koping terhadap kecemasan dibagi menjadi dua kategori : a. Strategi pemecahan masalah (problem solving strategic) b. Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk megatasi atau menanggulangi masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan secara realistis. Secara ringkas pemecahan masalah ini menggunakan metode Source, Trial and Error, Others Play and Patient (STOP).
c. Mekanisme pertahanan diri (defence mekanism) Mekanisme pertahanan diri
ini merupakan
mekanisme
penyesuaian ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Beberapa ciri mekanisme pertahanan diri antara lain: 1) Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya melindungi atau bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan dan secara tidak langsung mengatasi masalah 2) Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran, individu tidak
menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri tersebut
sedang terjadi 3) Sering sekali tidak berorientasi pada kenyataan. Mekanisme pertahanan diri menurut Stuart (2007) yang sering digunakan untuk mengatasi kecemasan, antara lain: 1) Rasionalisasi : suatu usaha untuk menghindari konflik jiwa dengan memberi alasan yang rasional. 2) Displacement : pemindahan tingkah laku kepada tingkah laku yang bentuknya atau obyeknya lain. 3) Identifikasi : cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian kepribadiannya, ia ingin serupa orang lain dan bersifat seperti orang itu. 4) Over kompensasi / reaction fermation : tingkah laku yang gagal mencapai tujuan, dan tidak mengakui tujuan pertama tersebut
dengan melupakan dan melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan yang pertama. 5) Introspeksi : memasukan dalam pribadi sifat-sifat dari pribadi orang lain. 6) Represi : konflik pikiran, impul-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan, ditekan ke dalam alam tidak sadar dan sengaja dilupakan. 7) Supresi : menekan konflik, impul-impuls yang tidak dapat diterima dengan secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. 8) Denial : mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak meyenangkan dirinya. 9) Fantasi : apabila seseorang, menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal atau fantasi dan melamun. 10) Negativisme : perilaku seseorang yang selalu bertentangan atau menentang otoritas orang lain dengan tingkah laku tidak terpuji. 11) Regresi
:
kemunduran
karakterstik
perilaku
dari tahap
perkembangan yang lebih awal akibat stress 12) Sublimasi : penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara sosial karena dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi terhambat.
13) Undoing : tindakan atau komunikasi yang sebagian meniadakan yang sudah ada sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan primitif. 6. Alat ukur tingkatkecemasan Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali dengan menggunakan alat ukur yang digunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS - A) Alat ukur ini dari 14 kelompok, yaitu: a. Perasaan cemas, yang meliputi firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung dan cemas. b. Ketegangan, yang meliputi merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah. c. Gangguan tidur yang meliputi sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi buruk, mimpi menakutkan. d. Ketakutan yang meliputi ketakutan pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, takut pada kerumunan orang banyak. e. Gangguan kecerdasan, yang meliputi hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, bagun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
f. Perasaan
depresi
(murung),
yang
meliputi
hilangnya
minat,
berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari. g. Gejala somatik fisik (otot), yang meliputi sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. h. Gejala somatik/fisik (sensorik) yang meliputi tinitus (telinga berdenging), penghilatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk. i.
Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) yang meliputi takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri pada dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang (berhenti sekejap).
j.
Gejala respirasi (pernapasan) yang meliputi, rasa tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek dan sesak.
k. Gejala gatrointerstinal (pencernaan) l.
Sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat badan.
m. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin), yang meliputi sering buang air kecil. Tidak dapat menahan air seni, menjadi dingin), menstruasi tidak teratur.
n. Gejala autonom yang meliputi mulut kering, berkeringat banyak pada tangan, bulu roma berdiri, perasaan panas dan dingin, berkeringat seluruh tubuh. o. Gejala perubahan perilaku, yang meliputi gelisah, ketegangan fisik, gugup bicara cepat, lambat dalam beraktivitas.
B. Operasi 1. Pengertian Operasi Operasi atau tindakan pembedahan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Menurut Long yang dikutip oleh Rosintan pada tahun 2003, tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis. Contoh dari perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan atau ketakutan antara lain pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan, pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda. Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, bagi penyakit tersebut tindakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Bagi
pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut diatas, sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah perioperatif. 2. Indikasi dan Klasifikasi a. Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai indikasi diantaranya adalah: 1) Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksplorasi 2) Kuratif : Eksisi tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami inflamasi 3) Reparatif : Memperbaiki luka multipel 4) Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty, atau bedah platik 5) Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, contoh: pemasangan selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan. b. Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, antara lain (Brunner and suddarth, 2002). 1) Kedaruratan/Emergency Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa ditunda, misal: perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus,
fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sangat luas. 2) Urgen Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30 jam, misal: infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra. 3) Diperlukan Pasien
harus
menjalani
direncanakan dalam
pembedahan.
beberapa
minggu
Pembedahan
dapat
atau
misal:
bulan,
Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak. 4) Elektif Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila
tidak
dilakukan
membahayakan,
misal:
pembedahan perbaikan
maka
Scar,
tidak
hernia
terlalu
sederhana,
perbaikan vaginal. 5) Pilihan Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika, misal: bedah kosmetik. c. Sedangkan menurut faktor resikonya, operasi dapat diklasifikasikan sebagai besar atau kecil, tergantung pada keseriusan dari penyakit,
maka bagian tubuh yang terkena, kerumitan pengoperasian, dan waktu pemulihan yang diharapkan. 1) Minor Operasi minor adalah
operasi yang paling sering dilakukan
dirawat jalan, dan dapat pulang hari yang sama. Operasi ini jarang menimbulkan komplikasi (Virginia, 2004) 2) Mayor Operasi mayor adalah operasi yang penetrates dan exposes semua rongga badan, termasuk tengkorak, termasuk pembedahan tulang, atau kerusakan signifikan dari anatomis atau fungsi faal (Guide and Ag Guide, 2003). Operasi mayor adalah pembedahan kepala, leher, dada, dan perut. Pemulihan dapat waktu panjang dan dapat melibatkan perawatan intensif dalam beberapa hari di rumah sakit. Pembedahan ini memiliki resiko komplikasi lebih tinggi setelah pembedahan (Virgina, 2004). Operasi mayor sering melibatkan salah satu badan utama di perut-cavities (laparotomy), di dada (thoracotomy), atau tengkorak (craniotomy) dan dapat juga pada organ vital. Operasi yang biasanya dilakukan dengan menggunakan anestesi umum di rumah sakit ruang operasi oleh tim dokter. Setidaknya pasien menjalani perawatan satu malam di rumah sakit setelah operasi.
Ada berbagai definisi dari operasi mayor, dan apa yang merupakan perbedaan antara operasi mayor dan minor. Sebagai aturan umum, yang utama adalah operasi besar dimana pasien harus diletakkan di bawah anestesi umum dan diberikan bantuan pernafasan karena dia tidak dapat bernafas secara mandiri. Operasi besar biasanya membawa beberapa derajat resiko bagi pasien hidup, atau potensi cacat parah jika terjadi suatu kesalahan selama operasi. Beberapa gambaran lainnya dapat digunakan untuk membedakan besar kecilnya dari operasi. Misalnya, dalam sebuah prosedur operasi mayor dapat terjadi perubahan signifikan ke anatomi yang terlibat. Seperti dalam situasi di mana organ akan dihilangkan, atau sendi yang dibangun dengan komponen buatan. Setiap penetrasi organ tubuh dianggap sebagai operasi besar, seperti pembedahan ekstensif tulang pada kaki. Bedah syaraf umumnya dianggap utama karena resiko kepada pasien. Beberapa contoh utama operasi meliputi: penggantian lutut, operasi kardiovaskular, dan transplantasi organ. Prosedur ini pasti membawa risiko bagi pasien seperti infeksi, pendarahan, atau komplikasi
dari
yang
menyebabkan
kematirasaan
umum
digunakan. Untuk
mengurangi
potensi
komplikasi
utama
operasi
berlangsung di ruang steril dimana sangat tepat prosedur yang diamati untuk mengurangi resiko kontaminasi dan pasien ini
diawasi oleh seorang anesthesiologist dan tim medis untuk setiap tanda-tanda distress (SE. Smith, 2003).
C. Perioperatif 1. Pengertian Perioperatif Keperawatan
perioperatif
adalah
istilah
yang
digunakan
untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan
antara
lain
praoperatif,
intraoperatif,
pascaoperatif (Brunner and Suddarth, 2002). a. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika diambil keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktifitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan klinik atau dirumah, menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan pebedahan. Bagaimanapun
aktifitas
perawat
dibatasi
hingga
melakukan
pengkajian pasien praoperatif ditepat atau di ruang operasi. b. Fase inraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk dan pindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Fase ini lingkup aktifitas keperawatan dapat meliputi memasang infus, memberikan medikai
intravena, melakukan pemantauan fisilogis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. c. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktifitas yang luas selama periode ini. 2. Persiapan praoperasi Persiapan pasien bedah meliputi persiapan fisik dan psikologis secara luas. Dalam persiapan ini perawat berada pada posisi untuk membantu pasien memahami perlunya tindakan medis ini (Aziz Alimul H, 2006) a. Persiapan pendidikan kesehatan praoperasi Perawatan harus mempersiapan lien dan keluarganya untuk menghadapi operasi. Dengan mengidentifikasi pengetahuan, harapan, dan persepsi klien, memungkinkan perawat merencanakan penyuluhan dan tindakan untuk mempersiapkan emosional klien. Apabila klien dijadwalkan menjalani bedah sehari, pengkajiannya dapat dilakukan di ruang praktik dokter atau di rumah klien Setiap klien merasa takut untuk datang ke tempat operasi. Beberapa diantaranya disebabkan karena pengalaman di rumah sakit sebelumnya, peringatan dari teman dan keluarga, atau karena kurang pengetahuan. Perawat mengalami dilema etik jika klien memiliki informasi yang salah atau tidak menyadari alasan dilakukan pembedahan. Peawat menanyakan gambaran pemahaman klien tentang
pembedahan dan implikasinya. Perawat dapat mengajukan pertanyan seperti ” Ceritakan pada saya, menurut Anda apa yang aka terjadi sebelum dan sesudah operasi” atau ”Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang operasi”. Perawat harus berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu sebelum memberi informasi yang spesfik tentang diagnosis medis klien. Perawat
juga memastikan apakah dokter telah
menjelaskan prosefur rutin pada masa preoperatif dan pasca operatif. Apabila klien mempunyai poersiapan yang baik dan mengetahui apa yang diharapkan maka perawat memperkuat pengetahuan klien dan mempertahankan keakuatan serta konsistensinya (Potter & Perry, 2005). b. Persiapan diet Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal pengaturan diet. Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi. c. Persiapan kulit Persiapan kulit dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari mikro organisme dengan cara menyiram kulit menggunakan sabun heksaklorofin (hexachlorophene) atau sejenisnya
sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut, maka harus dicukur. d. Latihan nafas dan latihan batuk Cara latihan ini dilakukan utuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepas jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan diagfragma. e. Latihan kaki Latihan ini dapat
dilakukan untuk mencegah dampak
tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan quadrisep dapat dilakukan dengan cara membengkokan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi sebanyak 5 kali. f. Latihan mobilisasi
Latihan ini dapat
dilakukan untuk mencegah dampak
tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan quadrisep dapat dilakukan dengan cara membengkokan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi sebanyak 5 kali. Latihan mobilisasi dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tidur, melatih duduk diawali tidur Fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur. g. Persiapan psikososial Pasien yang akan menghadapi pembedahan akan mengalami berbagai macam jenis prosedur tindakan tertentu dimana akan menimbulkan kecemasan. Segala bentuk prosedur pembedahan selalu
didahului dengan suatu reaksi emosional tertentu oleh pasien, apakah reaksi itu jelas atau tersembunyi, normal atau abnormal. Sebagai contoh, kecemasan preoperasi kemungkinan merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupan itu sendiri. Sudah diketahui bahwa pikiran yang bermasalah secara langsung mempengaruhi fungsi tubuh. Karenanya, penting artinya untuk mengidentifikasi kecemasan yang dialami pasien. Pasien praoperasi dalam mengalami berbagai ketakutan. Termasuk ketakutan akan ketidaktahuan, kematian, tentang anastesia, kanker. Kehawatiran mengenai kehilangan waktu kerja, kemungkinan kehilangan pekerjaan, tanggung jawab mendukung keluarga, dan ancama ketidakmampuan permanen yang lebih jauh, memperberat ketegangan emosional yang sangat hebat yang diciptakan oleh prospek pembedahan. Takut diekspresikan dengan cara yang berbeda oleh orang yang berbeda. Sebagai contoh, takut mungkin diekspresikan secara langsung oleh pasien yang secara berulang mengajukan banyak pertanyaan, walaupun telah dijawabnya. Saat pasien mengekspresikan ketakutan
atau
kehawatiran
tentang
pembedahan
yang
akan
dihadapinya, penting artinya untuk mempertahankan agar jalur komunikasi tetap terbuka. Perawat dapat melakukan banyak hal untuk
menghilangkan
kesalahan
konsep
dan
informasi,
dan
untuk
memberikan penanganan ketika memungkinkan.
Penelitian Terkait 1. Jurnal yang berjudul ”Identifikasi Stressor dan Mekanisme Koping Pada Klien Preoperasi di Ruang Perawatan Bedah RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung” pada tahun 2005 yang di tulis oleh Kuaman Ibrahim, Cecep Eli Kosasih, Yanny Trisyani. Pada umumnya pasien yang akan menjalani pembedahan disertai dengan kecemasan yang bervariasi dari tingkat ringan sampai dengan berat, tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi sumbersumber stress dan mekanisme koping yang sering digunakan klien berkaitan dengan tindakan operasi, hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa subjek lebih banyak menganggap ”biaya pengobatan/perawatan” sebagai sumber stressor utama, diikuti dengan ”nyeri fisik, kurangnya penjelasan/informasi tentang operasi, kurang istirahat, dan keterbatasan gerak” dan mekanisme yang digunakan adalah berdo’a/shalat, mempererat hubungan dengan tuhan, berharap bahwa segala sesuatunya akan menjadi lebih baik, dan menerima keadaan apa adanya. 2. Penelitian yang berjudul Hubungan tingkat pengetahuan informasi prabedah dengan tingkat kecemasan pasien praoperasi. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dengan populasi seluruh pasien pra operasi yang dirawat di Rumah Sakit XX. Jumlah sampel adalah 56 orang diambil secara purposive sampling. Metode pengumpulan data melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner yang dilakukan pada bulan Juli 2008. Data dianalisa secara statistik rumus = 0,05.αSpearman Rank pada taraf kesalahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 57,1% responden memiliki pengetahuan yang baik tentang informasi prabedah, 92,9% responden mengalami cemas sedang pada saat akan dilakukan operasi, dan uji spearman menghasilkan nilai korelasi r = -0,342 dengan nilai signifikansi (P) = 0.010, yang berarti hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang informasi prabedah dengan tingkat kecemasan pasien pada saat akan dilakukan operasi. Pengetahuan responden dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan usia, sedangkan kecemasan responden dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman dan usia. orang yang memiliki pengetahuan tentang informasi prabedah secara baik, kecemasannya saat akan menjalani operasi lebih rendah daripada orang yang memiliki pengetahuan kurang baik. Hal ini dapat dimengerti, karena informasi prabedah yang diberikan oleh petugas bertujuan untuk meluruskan persepsi atau pemahaman klien yang kurang tepat tentang tindakan operasi (Grahacendikia, 2009). 3. Penelitian yang dilakukan oleh Budi santoso berjudul hubungan antara karakteristik demografi dengan kecemasan pasien pre operasi di RS. Islam Amal Sehat Sragen tahun 2008, sampel yang diteliti berjumlah 35 orang ,uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi chi square dari sampel yang diteliti menunjukan ada hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat kecemasan dengan X2=10,503 df=2 p=0,000 dinyatakan signifikan taraf 0,05.
Tingkat pengetahuan tentang pembedahan dengan tingkat kecemasan terdapat hubungan yang signifikan pada taraf 0,05. Dengan nilai X2=22,857 df=2 p=0,000. Sedangkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien pra operasi. Dengan nilai X2=3,457 df=1 p=0,063 dinyatakan tidak signifikan taraf 0,05 (Skripsistikes, 2009). 4. Penelitian yang dilakukan oleh Priyadi yang berjudul Hubungan Support System (Dukungan) Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Cesarea di Ruang Anggrek BRSD “RAA Soewondo” Pati, metode pengambilan sampel dengan total sampling, uji analisis pada penelitian ini adalah correlate bivariate spearmen rank. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Support System (Dukungan) Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi dengan nilai Signifikasi (r) 0,000 dimana nilai r < 0.05 maka terjadi penolakan Ho.
Kerangka Teoritis
Stressor Psikososial: Perkawinan Orangtua Antar pribadi
SSP (Otak, Sistem limbic, Sistem Transmisi Saraf/ Neurotransmitter )
Pekerjaan Lingkungan Keuangan Hukum Perkembangan
Kelenjar Endokrin (Sistem Hormonal, Kekebalan/ Immunity)
Penyakit fisik Faktor keluarga trauma
Perkembangan Kepribadian: kecemasan
Usia Dukungan Pengetahuan atau Pendidikan Pengalaman Jenis klamin Tingkat pengetahuan
Gambar 2.2: Kerangka teori ”faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien yang Akan menghadapi operasi Sumber: Prof. Dr. Dr Dadang hawari, 2002 dan Potter & Perry, 2005
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Stressor Psikososial: Perkawinan Orangtua Antar pribadi Pekerjaan Lingkungan Keuangan Hukum Perkembangan
Tingkat kecemasan:
Penyakit fisik
Ringan
Faktor keluarga
Sedang
trauma
Berat panik
Perkembangan Kepribadian: Usia Dukungan Pendidikan Pengalaman Jenis klamin Tingkat pengetahuan
Gambar 3.1: Kerangka konsep ”Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pasien Yang Akan menghadapi operasi”
B. Hipotesis Penelitian 1.
Ada hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi
2.
Ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi
3.
Ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi
4.
Ada hubungan antara pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi
5.
Ada hubungan antara dukungan lingkungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi
6.
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1: Definisi Operasional ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Pasien Menghadapi Operasi” Variabel
Definisi operasional
Alat ukur
Skala ukur
Usia responden terhitung sejak lahir
Hasil ukur 1. 15-20
Kuesioner
Usia
2. 21-40 Ordinal
hingga ulang tahun
3. 41-65
terakhir. Gender adalah
1. Laki-laki
perbedaan peluang,
2. perempuan
peran, dan tanggung jawab antara laki-laki Jenis
& perempuan sebagai Kuesioner Nominal
kelamin
hasil konstruksi sosial dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. 1. Rendah , jika tamat SMP Tingkat pendidikan
Pendidikan
Kuesioner Ordinal
kebawah
terakhir. 2. Sedang, jika SMA
3. Tinggi, jika Perguruan tinggi Suatu peristiwa
1. ya,
jika
dimana pasien pernah
responden
menjalani tindakan
pernah
operasi sebelumnya
menjalani operasi sebelumnya
Kuesioner Pengalaman
Nominal 2. Tidak,
jika
responden belum pernah menjalani operasi sebelumnya Support sistem yang
Dukungan
1. ya,
jika
diberikan keluarga
didampingi
yang mengurangi
keluarga/tem
kecemasan responden, dimulai
Nominal Kuesioner
an 2. Tidak,
jika
saat pasien masuk
tidak
rumah sakit sampai
didampingi
diantar ke ruang Ok
keluarga/tem an
tingkat pengetahuan
1. Rendah, jika
informasi praoperasi
skor < 55%
adalah gambaran Tingkat
2. Sedang, jika
pemahaman klien
Kuesioner
Ordinal
pengetahuan tentang operasi dan
skor antara 56%-75%
komplikasi dari
3. Tinggi, jika
tindakan operasi
skor >75%
yang akan dijalankan Tingka kecemasan
Kuisioner
1. Tidak ada
pasien operasi adalah
Alat
derajat kecemasan
kuesioner ini
yang
telah
menggambarkan
dikembangka
Ringan, jika
Tingkat
perasaan takut atau
n
skor 14-20
kecemasan
tidak tenang yang
kuesioner
dialami oleh pasien
yang
sebelum menjalani
oleh Prof. Dr.
operasi elektif
H.
dengan jenis
Hawari,
Berat, jika skor
pembedahan mayor
Psikiater
28- 41
ukur
kecemasan, jika skor < 14 2. Kecemasan
dari Ordinal
dibuat
Dadang
3. Kecemasan Sedang, jika 21-27 4. Kecemasan
5. kecemasan Berat Sekali, jika skor 42-56
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini adalah deskriptif dengan metode penelitian Cross sectional. Di dalam desain ini peneliti menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat, dimana penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan faktorfaktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah subjek (pasien) yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan (Nursalam, 2008). Sedangkan populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua pasien yang akan menghadapi operasi mayor yang dirawat di RSUP Fatmawat dengan jumlah populasi pasien yang akan menjalani operasi elektif dengan jenis uperasi mayor dalam satu bulan ± 63 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau
yang dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani operasi mayor elektif. Adapun kriteria inklusi adalah pasien yang berusia
15-65 tahun, didiagnosa operasi mayor elektif, bersedia menjadi responden. C. Teknik pengambilan sampel Dalam suatu penelitian perlu digunakan suatu tekhnik pengambilan sampel yang baik, sehingga data yang diperoleh merupaka presentasi data dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah sistematic sampling yaitu
teknik pengambilan sampel
secara sistematik yang dilaksanakan jika tersedia daftar subjek yang di butuhkan dengan rumus K= jumlah populasi : jumlah sampel yang dibutuhkan. Sedangkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 46 orang. Besar sampel dihitung berdasarkan perhitungan hipotesis beda dua proporsi dengan rumus Lameshow, yaitu sebagai berikut : Z 2 p(1 − p ) + Z1− β p1 (1 − p1 ) + p2 (1 − p2 ) 1−α 2 = 2 ( p1 − p2 )
n
2
Keterangan: n
Z1−α
= Jumlah sampel yan dibutuhkan = 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval dengan (α) 2
sebesar 5%) Z1 − β
= 0,84 (Kekuatan uji sebesar 80%)
P1
= 80% atau 0,80 (Proporsi pasien yang mengalami kecemasan, hasil
penelitian Ferlina Indra S, 2002).
P2
= P1 ± 30% (0,80-0.30= 0,50) Proporsi pasien yang tidak mengalami kecemasan, hasil penelitian Ferlina Indra S, perbedaan 30% dari proporsi awal.
P
= Proporsi pasien operasi elektif mayor RSUP Fatmawati yaitu (P1+P2)/2 = (0,80+0,50)/2 = 0.65
n
Z1− α 2 p (1 − p ) + Z1− β p1 (1 − p1 ) + p2 (1 − p2 ) 2 2 ( p1 − p2 )
=
[1,96
n
=
n
= 40,7
2
2.0.65(1 − 0.65) + 0,84 0,8(1 − 0,8) + 0,5(1 − 0,5)
]
2
(0,8 − 0,5)2
Untuk mengantisipasi terjadinya kehilangan atau ketidaklengkapan data maka perlu ditambah 10% sebagai cadangan dan didapatkan hasil 41+ 5 = 46, jadi sampel yang diambil minimal adalah 46 responden. D. Tempat Penelitian
Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti terlebih dahulu akan melakukan uji coba kuesioner di RSUP Fatmawati yang dilaksanakan pada bulan Juli 2009. Penelitian ini di lakukan di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan karena berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUP Fatmawati didapatkan 90% dari 6 pasien yang akan menjalani operasi mengatakan kecemasannya. Rumah sakit ini memiliki sarana dan prasarana yang cukup
lengkap, dan mudah untuk mendapatkan responden yang akan diteliti. Waktu penelitian yaitu periode bulan Agustus-September 2009. E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan a. Memilih Lahan Penelitian b. Mengadakan Studi Pendahuluan c. Studi Kepustakaan d. Menyusun Proposal Penelitian e. Mengadakan Seminar Proposal Seminar proposal pada tanggal 17 Juni 2009 f. Perbaikan Hasil Seminar Proposal 2. Tahap Pelaksanaan a. Permohonan Izin Penelitian Permohonan izin kepada Direktur RSUP Fatmawati Jakarta Selatan dengan no surat : Un.01/F10/KM.01.2/114/2009. b. Mengadakan Uji Validitas dan Realiabilitas Mengadakan uji valilidas pada tanggal 21-24 Juli 2009. c. Informed Consent dan Pengumpulan Data Melakukan penjelasan penelitian kepada responden dan pengumpulan data dari responden dengan menggunakan kuesioner pada tanggal 10 Agustus s.d 10 September 2009.
d. Pengolahan Data dan Analisis Data Melakukan pengolahan data dan analisa data setelah semua data terkumpul. e. Penarikan Kesimpulan Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. 3. Tahap Akhir a. Menyusun Laporan b. Penyajian Hasil Penelitian c. Sidang d. Perbaikan Sidang F. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ada 2 variabel, yaitu 1) variabel independen atau variabel bebas yang meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan: yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan, dan tingkat pengetahuan informasi operasi. 2) variabel dependen atau variabel terikat yang meliputi tingkat kecemasan: ringan, sedang, berat, panik. G. Tahapan Pengumpulan Data
1. Teknik pengumpulan data Data yang diambil adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari responden melalui kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti yang mengacu pada kerangka konsep penelitian dengan bentuk pertanyaan dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.
Pengambilan data dilakukan sendiri oleh peneliti, dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan penelitian serta meminta kesediaan dari yang bersangkutan untuk dijadikan sebagai responden atau sampel penelitian, dan peneliti juga menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden, kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner secara lengkap. Tata cara penelitian adalah selama pengambilan data berlangsung, peneliti mendampingi responden agar dapat memberikan penjelasan apabila ada hal yang kurang dimengerti oleh responden. Peneliti kemudian memeriksa jawaban yang telah diisi oleh responden. 2. Instrumen Penelitian Instrument adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode (Arikunto, 2006). Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner.
Data
dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para responden. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya sesuai dengan permintaan pengguna (Ridwan, 2005). a. Kuesioner karakteristik Responden Kuesioner ini berisi data umun responden dan merupakan faktorfaktor yang
berhubungan dengan tingkat kecemasan antara lain
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan dukungan.
b. Kuesioner Tingkat Kecemasan Peneliti menggunakan alat akur yaitu kuesioner yang berisikan manifestasi klinis kecemasan, kuesioner ini dikembangkan peneliti dari kuesioner yang ditulis oleh Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, Psikiater. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, untuk mengukur derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali peneliti menggunakan alat ukur kecemasan yang di kenal dengan nama Hamilton Rating For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan dengan gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya adalah: Nilai 0= tidak ada gejala 1= gejala ringan 2= gejala sedang 3=gejala berat 4= gejala sangat berat. Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlah tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu: Total nilai: kurang dari 14 = tidak ada kecemasan 14-20
= kecemasan ringan
21-27
= kecemasan sedang
28-41
= kecemasan berat
42-56
= kecemasan berat sekali.
c. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Kuesioner ini disusun oleh peneliti untuk mengukur tingkat pengetahuan responden mengenai operasi yang akan dijalankannya, kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 8 pertanyaan dengan alternatif jawaban tahu dan tidak tahu. Responden dianggap tahu jika menjawab pertanyaan tertulis dengan benar dan dianggap tidak tahu jika jawaban responden salah atau menjawab tidak tahu. Peneliti mengkatagorikan tingkat pengetahuan dalam 3 katagori yaitu kurang baik, cukup, dan baik. Jawaban yang kurang baik jika skor < 55%, sedang jika skor 56%-75% dan dikatakan baik jika > 75% H. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen
1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment. n(∑ XY ) − (∑ X )( . ∑Y )
rhitung =
[n.∑ x
rhitung
= Koefisien korelasi
2
][
− (∑ X ) n. ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
]
n
=Jumlah responden
∑Xi
= Jumlah skor item
∑Yi
= Jumlah skor total
Uji validitas ini dilakukan di RSUP Fatmawati Jak-Sel sebanyak 2 kali dengan sampel pertama yang diambil sebanyak 10 responden dengan ketentuan r tabel sebesar 0,632 dan sampel kedua sebanyak 20 responden dengan ketentuan r tabel sebesar 0,444 dapat dari dalam r tabel dengan nilai kemaknaan 5% untuk memvaliditasi instrumen dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung, uji validitas ini dianalisis menggunakan perangkat lunak. Untuk mengetahui suatu kevalidan yaitu dengan cara membandingkan membandingkan antara r hitung dengan r tabel, dapat diketahui: Valid
: r hitung ≥ r tabel
Tidak valid
: r hitung ≤ r tabel (Arikunto, 2006).
Uji coba kuesioner pertama telah dilakukan di RSUP Fatmawati Jak-Sel pada tanggal 22 Juli 2009 kepada 10 responden. Pada saat dilakukan uji validitas mengenai tingkat kecemasan didapatkan beberapa pertanyaan yang tidak valid, dan pada kuesioner tingkat pengetahuan
dengan 6
pertanyaan mengenai pengetahuan informasi operasi didapatkan beberapa pertanyaan yang tidak valid. Uji coba kuesioner kedua dilakukan di RSUP Fatmawati dengan menambah sampel menjadi 20 responden, pertanyaan diperbaiki agar
responden memahami pertanyaan yang diberikan isi (Content Validitas) dengan memodifikasi sebelumnya. Pada kuesioner mengenai tingkat pengetahuan informasi operasi diperbaiki menjadi 8 pertanyaan. 3. Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauhmana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik Alfa Crombach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya
apabila r alpha > r tabel maka, pertanyaan tersebut reliabel. Sebaliknya bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel. Menurut Arikunto (2006), pada penelitian ini uji reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha cronbach yaitu sebagai berikut : r11
k ∑ σb 2 1 − = σ 12 (k − 1)
r11
= realibilitas istrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
∑σ
b
2
= jumlah varians butir
2 σ 1 = varians total
Uji reliabilits kuesioner ini dilakukan di RSUP Fatmawati JakSel sebanyak 2 kali dengan sampel pertama yang diambil sebanyak 10
responden dan yang kedua sebanyak 20 responden. Uji reliabilitas pertama pada tanggal 22 Juli 2009 kepada 10 responden, pada saat dilakukan uji reliabilitas mengenai tingkat kecemasan dinyatakan reliabel karena Alpha Cronbach’s > 0.,7 dan untuk kuesioner tingkat pengetahuan dinyatakan tidak reliabel karena Alpha Cronbach’s < dari 0,7. Uji kuesioner kedua kuesioner tingkat pengetahuan dinyatakan reliabel didapatkan nilai Alpa Cronbach’s > 0,7 yaitu sebesar 0,824. I. Pengolahan Data
proses pengolahan data peneliti mengunakan langkah-langkah pengolahan data diantaranya: 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau
formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. 3. Scoring
Tahap ini meliputi nilai masing-masing pernyataan dan penjumlahan hasil scoring dari semua pernyataan.
4. Entry data Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana 5. Cleaning data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah
dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke computer. J. Analisa Data
1. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel frekuensi tentang karakteristik responden sebagai variabel independen dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan (usia, tingkat pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, dukungan sosial dari keluarga, teman) dan tingakat pengetahuan responden mengenai informasi operasi dengan tingkat kecemasan. Teknik
analisa yang dilakukan yaitu dengan analisa Chi-Square dengan menggunakan derajat kepercayaan 95 % dengan α 5% dan untuk mengetahui nilai OR digunakan Regresi Logistik Multinomial. Dengan mengunakan tingkat kemaknaan 95% atau nilai alpha 0,05 (5%). Dimana kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : a. Bila p value ≤ alpha (0,05) maka hubungan tersebut secara statistik ada hubungan yang bermakna. b. Bila p value > alpha (0,05) maka hubungan tersebut mempunyai hubungan yang bermakna (Arikunto, 2006). K. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007), masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan langsung berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika yang harus diperhatikan ialah : 2. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. jika responden tidak bersedia, maka peneliti menghormati hak responden. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi
responden, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain. 3. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar atau alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 4. Confidentiality (Kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
semua
informasi
yang
telah di
kumpulkan di
jamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. (Hidayat, 2007).
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Bermula dari gagasan Ibu Fatmawati Soekarno yang pada saat itu sebagai Ibu Negera Republik Indonesia, bermaksud mendirikan Rumah Sakit
Tuberculose
Anak-anak
untuk
perawatan
serta
tindakan
rehabilitasinya. Pada tanggal 24 Oktober 1954 pembangunan gedung rumah sakit TBC dengan nama Rumah Sakit Ibu Soekarno mulai dilaksanakan. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Ibu Fatmawati. Sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI No. 21286/KEP/121 tanggal 1 April 1961 fungsi rumah sakit berubah menjadi Rumah Sakit Umum. Penyelenggaraan, pembiayaan dan pemeliharaan rumah sakit dilaksanakan oleh dan dengan anggaran Departemen Kesehatan RI. Keputusan ini berlaku mulai tanggal 15 April 1961 dan selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Jadi RSUD. Fatmawati. Awal tahun 1967, RSU Ibu Soekarno diganti nama menjadi RSUP Fatmawati dan ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Wilayah Jakarta Selatan. Sejak tanggal 30 Mei 1984, RS Fatmawati dinyatakan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan calon dokter spesialis. Selanjutnya tanggal 13 Juni 1994 RSUP Fatmawati mendapat predikat tambahan, sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan. Logo RSF yang digambarkan sebagai
bunga
“Teratai”
ditetapkan
berdasarkan
SK
Direktur
No.
HK.00.07.1.6900 tanggal 17 Agustus 1996. Kemudian pada tanggal 31 Maret 1997 diciptakan Hymne RS Fatmawati (Padma Puspita) oleh Guruh Soekarno Putra. 2. Visi dan Misi Visi “Menjadi rumah sakit terkemuka yang memberikan pelayanan yang melampaui harapan pelanggan”
Yang dimaksud dengan rumah sakit terkemuka dan melampaui harapan pelanggan ialah, rumah sakit yang memberikan pelayanan prima, efisien dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, melakukan perbaikan berkesinambungan, proaktif-kreatif serta selalu berorientasi kepada para pelanggan. Misi a. Memberikan pelayanan medis yang sesuai dengan standar pelayanan dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dengan unggulan pelayanan orthopedi dan rehabilitasi medik. b. Memfasilitasi dan meningkatkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian untuk pengembangan sumber daya manusia dan pelayanan. c. Menyelenggarakan administrasi dan penata kelolaan rumah sakit yang efisien dan efektif serta akuntabel.
d. Melaksanakan pengolalaan keuangan yang efektif, efisien, fleksibel berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat. e. Mengutamakan keselamatan pasien dan menciptakan lingungan yang sehat. f. Meningkatkan semangat persatuan dan kesejahteraan sumber daya manusia RS. 3. Pelayanan Kesehatan a. Instalasi rawat darurat b. Paviliun Anggrek c. Instalasi rawat intensif d. Instalasi rawat jalan e. Instalasi Bedah Sentral Kegiatan Pelayanan
: 1) Pelayanan Elaktif 2) Pelayanan Cito 3) Pelayanan One Day Car
Klasifikasi tindakan operasi : 1) Bedah khusus 2) Khusus mata 3) Canggih 4) Besar 5) Sedang 6) Kecil 7) Sederhana
Klasifikasi Berdasarkan SMF : 1) SMF Kebidanan 2) SMF Digestif 3) SMF Orthopedi 4) SMF Bedah Umum 5) SMF Urologi f. Instalasi Rawat Inap 1) Instalasi Rawat Inap A Irna A menempati Gedung Teratai lantai 1 sampai dengan lantai 3 dengan kapasitas 200 tempat tidur dan diperuntukan sebagai berikut : Lantai1: Emergency Kebidanan, Kamar Bersalin, High Care Kebidanan serta Kamar Isolasi. Lantai 2 : Kamar-kamar Perawatan Kebidanan dan Bayi Lantai 3 : Kamar-kamar Perawatan Anak dan High Care Anak 2) Instalasi Rawat Inap B Terletak di Gedung Teratai Lantai IV - VI dengan kapasitas 256 tempat tidur dan diperuntukan sebagai berikut Lantai IV : R. Perawatan Bedah, THT, Mata, Gigi, Paru Lantai V : R. Perawatan Penyakit Dalam Lantai VI : R. Perawatan Penyakit Dalam, Jantung & Saraf 3) Instalasi Rawat Inap C Terletak di Gedung Prof. dr. Soelarto. Merupakan Ruang Perawatan Bedah Orthopaedi (Lt. 1-3), terdiri atas ruang
perawatan Kelas I, II, Kelas III dan Ruang Perawatan Rehabilitasi Medis (Lt. 4-6), terdiri atas ruang perawatan VIP, Kelas I, Kelas III, dengan total kapasitas 59 tempat tidur. B. Analisa Data
Pada analisa data ini akan menyajikan data hasil penelitian karakteristik responden, tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi mayor elektif di RSUP. Fatmawati tahun 2009, yang berjumlah 46 orang. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden. Hasil dari pegumpulan data ini disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari hasil univariat dan bivariat, analisis univariat akan dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dengan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran persen sedangkan analisa bivariat akan dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terkait. 1. Analisa Univariat Pada bagian ini akan dijelaskan deskripsi data hasil penelitian dari masing-masing variabel dari 46 responden yaitu variabel karakteristik responden, tingkat pengetahuan dan variabel tingkat kecemasan. a. Distribusi Responden Berdasarkan Karateristik Pasien
Table 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karateristik Pasien di Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009
No
Variabel
1.
Usia
2.
3.
4.
5.
Jumlah
Persentase
1) 15-20
5
10,9
2) 21-40
20
43,5
3) 41-65
21
45,7
Total
46
100
1) Laki-laki
22
47,8
2) Perempuan
24
52,2
Total
46
100
1) Rendah
19
41,3
2) Sedang
15
32,6
3) tinggi
12
26,1
Total
46
100
1) Ya
16
34,8
2) Tidak
30
65,2
Total
46
100
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pengalaman
Dukungan
1) Ya
44
95,7
2) Tidak
2
4,2
Total
46
100
b. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat pengetahuan Pasien
Pengetahuan informasi operasi adalah pengetahuan pasien yang berhubungan dengan informasi operasi yang akan dijalankan yaitu jenis operasi, manfaat operasi atau komplikasi yang mungki timbul dari tindakan opeasi tersebut. Tingkat pengetahuan pasien diukur dari hasil jawaban pasien dalam menjawab
8
pertanyaan
pada
kuesioner.
Penelitian
ini
mengkatagorikan tingkat pengetahuan dalam 3 katagori yaitu kurang baik, cukup, baik. Jawaban kurang baik jika skor < 55%, jika skor antara 56% - 75% , dan dikatakan baik jika >76%.
Tabel
5.2.
Distribusi
Responden
Berdasarkan
Tingkat
pengetahuan pasien di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009
Jumlah
Tingkat Pengetahuan N
%
Kurang Baik
31
67,4
Sedang
10
21,7
Baik
5
10,9
Total
46
100%
Berdasarkan table 5.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik mengenai informasi operasi yang akan dijalankan (67,4%). c. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien
Tingka kecemasan pasien operasi adalah derajat kecemasan yang menggambarkan perasaan takut atau tidak tenang yang dialami oleh pasien sebelum menjalani operasi, dalam hal ini jenis operasi mayor. Penelitian ini mengukur tingkat kecemasan pasien dari hasil jawaban pasien dalam menjawab kuesioner. Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan dengan gejala yang lebih spesifik. Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlah tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu total nilai < dari 14 adalah tidak ada kecemasan, 14-20 adalah kecemasan ringan, 21-27 adalah kecemasan sedang, 28-4 adalah kecemasan berat, 42-56 adalah kecemasan berat sekali atau panik.
Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009
A
Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar
r Tingkat Pengetahuan
Jumlah
e
N
%
s Tidak ada kecemasan
12
26,1
pKecemasan ringan
31
67,4
oKecemasan sedang
3
6,5
nTotal
46
100%
den mengalami kecemasan ringan dalam menghadapi operasi yang akan dijalankan (67,4%) dan hanya sebagian kecil responden mengalami kecemasan sedang (6,5%). 2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu karakteristik pasien dan tingkat pengetahuan pasien dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di ruang rawat Inap RSUP.
Fatmawati tahun 2009. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi Square, diperoleh sebagai berikut. a. Hubungan usia dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi
Tabel 5.4. Analisa Hubungan usia
dengan tingkat kecemasan
pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009.
Tingkat Kecemasan Usia
tidak ada kecemasan N (%)
15-20
0 (0%)
21-40
7 (15,2%)
41-65
5 (10,9%)
Total
12 (26,1%)
Ringan n (%)
Sedang n (%)
5(10,9%) 13 (28,3%) 13 (28,3%) 31 (67,4%)
0 (0%) 0 (0%) 3 (6,5%) 3 (6,5%)
Pada tabel 5.4 terlihat bahwa sebagian besar
Total N (%) 5 (10,9%) 20 (41,7%) 21 (45,8%) 46 (100%)
P value
95%CI
0,168
0,05
responden mengalami
kecemasan ringan (67,4%) terdiri dari usia 41-65 tahun (28,3%), usia 2140 tahun (28,3%), usia 15-20 tahun (10,9%). Terdapat 12 responden tidak mengalami kecemasan terdiri dari usia 41-65 tahun (10,9%), usia 21-40 tahun (15,2%), dan hanya 3 responden yang memiliki kecemasan sedang yaitu berusia 41-65 tahun (6,5%).
Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,169 ( α = 0,05), dengan demikian p value lebih besar dari alpha sehingga Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor elektif di ruang rawat RSUP Fatmawati dan dapat.
b.
Hubungan jenis kelamin dengan tingkat kecemasan Tabel 5.5. Analisa Hubungan jenis kelamin
dengan tingkat
kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009.
Tingkat Kecemasan Jenis Kelamin
tidak ada kecemasan n (%)
Laki-laki
5 (10,9%)
Perempuan
7 (15,2%)
Total
12 (26,1%)
Ringan Sedang Total N (%) n (%) N (%) 14 3 22 (30,4%) (6.5%) (47,8%) 17 24 (37,0%) 0 (0%) (52,2%) 31 3 46 (67,4%) (6,5%) (100%)
P value 95%CI
0,17
0,05
Pada tabel 5.5 menunjukan bahwa terdapat 31 responden mengalami kecemasan ringan diantaranya berjenis kelamin perempuan (37,0%), jenis kelamin laki-laki (30,4%). Terdapat 12 responden tidak menglami kecemasan diantaranya berjenis kelamin perempuan (15,2%), jenis kelamin laki-laki (10,9%), dan hanya 3 responden yang mengalami kecemasan sedang yaitu berjenis kelamin laki-laki (6,5%).
Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,170 ( α = 0,05), dengan demikian p value lebih besar dari alpha sehingga Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor elektif di ruang rawat RSUP. Fatmawati.
c. Hubungan pendidikan dengan tingkat kecemasan Tabel 5.6. Analisa Hubungan pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009.
Tingkat Kecemasan Pendidikan
tidak ada kecemasan n (%)
Rendah
4 (8,7%)
Sedang
7 (15,2%)
Tinggi
1 (2,2%)
Total
12 (26,1%)
Ringan n (%) 12 (26,1%) 8 (17,4%) 11 (23,9%) 31 (67,4%)
Sedang Total n (%) N (%) 3 19 (6,5%) (41,7%) 15 0 (0%) (31,3%) 12 0 (0%) (27,1%) 3 46 (6,5%) (100%)
Tabel 5.6.1. Odd Rasio
Pendidikan Rendah Tinggi
Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Cemas Ringan 4 1
12 11
OR
0,273
P value 95%CI
0,043
0,05
Pendidikan Rendah Tinggi
Pendidikan sedang Tinggi
Pendidikan sedang Tinggi
•
Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Cemas Sedang 4 1
3 0
Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Cemas Ringan 7 8 1 11
Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Cemas Sedang 7 0 1 0
OR 71955941
OR 0,175
OR 71955941
Katagori Referensi: Tidak ada kecemasan
Pada tabel 5.6 menggambarkan 31 responden mengalami kecemasan ringan diantaranya responden yang berpendidikan rendah (26,1%),berpendidikan sedang (17,4%), berpendidikan tinggi (23,9%). Terdapat 12 responden yang tidak mengalami kecemasan terdiri dari
responden yang berpendidikan rendah (8,7%), berpendidikan sedang (15,2%), berpendidikan tinggi (2,2%), dan hanya 3 responden yang mengalami kecemaan sedang yaitu responden yang berpendidikan rendah (6,5%). Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,043 ( α = 0,05), dengan demikian p value lebih kecil dari alpha sehingga Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor elektif di ruang rawat RSUP Fatmawati. Dari tabel diatas dapat diketahui dua nilai OR= 0,273 dan OR=0,104 menujukan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah beresiko mengalami kecemasan ringan 0,273 kali sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan sedang beresiko mengalami kecemasan ringan 0,104 kali dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.
d. Hubungan pengalaman dengan tingkat kecemasan Tabel 5.7. Analisa Hubungan pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009.
Tingkat Kecemasan Pengalaman
tidak ada kecemasan N (%)
Ringan n (%)
Sedang n (%)
Total N (%)
P value 0,045
95% CI 0,05
Ya
3 (6,5%)
Tidak
9 (19,6%)
Total
12 (26,1%)
10 (21,7%) 21 (45,7%) 31 (67,4%)
3 (6.5%) 0 (0%) 3 (6,5%)
16 (34,8%) 30 (65,2%) 46 (100%)
Table 5.7.1 Odd Rasio
Pengalaman Ya Tidak
Pengalaman Ya Tidak
•
Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Cemas Ringan 3 9
10 21
Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Cemas Sedang 3 9
3 0
OR
1,429
OR
855416691
Katagori Referensi: Tidak ada kecemasan
Pada tabel 5.7 menunjukan 31 responden mengalami kecemasan ringan diantaranya responden yang memiliki pengalaman operasi sebelumnya (21,7%), responden yang tidak memiliki
pengalaman operasi (45,7%). Terdapat 12 responden yang tidak mengalami kecemasan terdiri dari responden yang
memiliki
pengalaman operasi (6,5%),
memiliki
responden
yang
tidak
pengalaman (19,6%), dan hanya 3 respnden yang memiliki kecemasan sedang yaitu responden yang memiliki pengalaman operasi (6,5%). Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,045 ( α = 0,05), dengan demikian p value lebih kecil dari alpha sehingga Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor elektif di ruang rawat RSUP Fatmawati dan diketahui nilai OR=1,429 hal ini berarti bahwa responden yang memiliki pengalaman operasi sebelumnya beresiko mengalami kecemasan ringan 1.429 kali dari respoden yang tidak memiliki pengalaman operasi.
e. Hubungan dukungan dengan tingkat kecemasan Tabel 5.8. Analisa Hubungan dukungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009.
Dukungan
Tingkat Kecemasan
tidak ada kecemasan n (%) Ya
11 (23,9%)
Tidak
1 (2,2%)
Total
12 (26,1%)
P Ringan Sedang Total value 95%CI n (%) n (%) N (%) 30 3 22 (65,2%) (6.5%) (47,8%) 0,709 0,05 1 24 (2,2%) 0 (0%) (52,2%) 31 3 46 (67,4%) (6,5%) (100%)
Pada tabel 5.8 menggambarkan bahwah sebagian besar responden mengalami keemasan ringan diantaranya responden yang mendapatkan dukungan psikologis (65,2%), tidak mendapatkan dukungan dari orang terdekat (2,2%), terdapat 12 responden yang tidak menyalami kesemasan diantaranya responden yang mendapatkan dukungan dari orang terdekat (23,9%), yang tidak mendapatkan dukungan (2,2%), dan hanya 3 responden yang mengalami kecemasan sedang yaitu responden yang mendapatkan dukungan dari orang terdekat. Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,709 ( α = 0,05), dengan demikian p value lebih besar dari alpha sehingga Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor elektif di ruang rawat RSUP Fatmawati.
f. Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemaasn
Tabel 5.9. Analisa Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Ruang Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2009.
Tingkat Kecemasan Tingkat Pengetahuan Kurang Baik Cukup
tidak ada kecemasan n (%) 8 (25,8%) 4 (33,3%)
P value 95%CI Total N (%) 31 20(64,5%) 3(9,7%) (67,4%) 6 (19,4%) 0 (0%) 10(21,7%) 0,354 0,05 Ringan n (%)
Sedang n (%)
0(0%) 3 (6,5%)
Baik
0 (0%)
5(16,1%)
Total
12 (26,1%)
31 (100%)
5 (16,1%) 46 (100%)
Pada tabel 5.6 menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan diantaranya responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik (64,5%), memiliki pengetahuan cukup (19,4%), memiliki pengetahuan yang baik (16,1%). Terdapat 12 responden yang tidak mengalami kecemasan diantaranya responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik (25,8%), memiliki pengethuan cukup (33,3%), memiliki pengetahuan yang baik (0%), dan hanya 3 responden yang mengalami kecemasan sedang yaitu responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik (9,7%). Dari hasil uji statitik didapatkan p value = 0,354 ( α = 0,05), dengan demikian p value lebih besar dari alpha sehingga Ho diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor elektif di ruang rawat RSUP Fatmawati
BAB VI PEMBAHASAN
Pada uraian dibawah ini, penulis akan menjelaskan beberapa variabel meliputi pembahasan hasil penelitian tentang karakteristik responden, kecemasan responden dan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan pasien pre operasi dalam menghadapi operasi mayor elektif di ruang rawat bedah RSUP Fatmawati tahun 2009. A. Tingkat kecemasan Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan yaitu 33 responden (68,8%), sementara untuk pasien yang mengalami kecemasan sedang yaitu 3 responden (6,3%), dan pasien yang tidak mengalami kecemasan terdapat 12 responden (25%). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang memiliki kecemasan ringan lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden yang memilik kecemasan sedang, dan terdapat beberapa responden yang tidak mengalami kecemasan. Tanda-tanda yang sering muncul pada responden diantaranya sering bangun pada malam hari, denyut nadi meningkat, gemetar, merasa takut terhadap ruang operasi, peralatan, dan takut operasi yang dilakukannya gagal. Hal ini dikarenakan respon cemas seseorang tergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan (Stuart, 2007) dan juga mekanisme
pertahanan
diri
yang
digunakan
untuk
mengatasi
kecemasannya antara lain dengan menekan konflik, impuls-impuls yang
tidak dapat diterima dengan secara sadar, tak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya (supresi). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendri (2009) dengan sampel 38 orang, menunjukan bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat kecemasan ringan (44,7%) kecemasan sedang (28.9%) dan kecemasan berat (26,3%). Tanda gejala yang sering muncul pada responden yaitu irama jantung meningkat, nafas pendek, gejala tidak enak lambung dan gemetar. B. Karakteristik responden Berdasarkan tabel 5.1 mengenai karakteristik responden yang mempegaruhi tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi mayor elektif menggambarkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 41-65 tahun
(45,7%), berjenis kelamin perempuan (52,2%),
berpendidikan rendah (41,3%), hampir seluruh responden (65,2%) pengalaman pernah dioperasi sebelumnya (58,7%), dan hampir seluruh responden mendapatkan dukungan psikologis (95,7%). 1. Usia Penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden berusia 40-65 tahun (45,7%), pada usia pertengahan 40-65 tahun mulai terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Hasil analisis bivariat pada tabel 5.4 menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia responden dengan kecemasan yang dialami (p=0,143, α =0,05), penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan Budi santoso tahun 2008 dengan sampel yang diteliti berjumlah 35 orang menunjukan ada hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat kecemasan dengan X2=10,503 df=2 p=0,000 dinyatakan signifikan taraf 0,05 dan Molby (1998) memperlihatkan adanya hubungan umur terhadap kecemasan pasien fraktur. Pasien yang dikategorikan dewasa lanjut lebih dapat merespon kejadian fraktur dengan koping individu yang baik dibandingkan kelompok umur dibawahnya (Lukman, 2009). Menurut Haryanto (2002) umur menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam proses
berpikir
pada
individu
yang
berumur
dewasa
lebih
memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan sebagian besar kelompok umur anak yang mengalami insiden fraktur cenderung lebih mengalami respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur dewasa (Lukman, 2009).
2. Pendidikan
Pendidikan Menurut kamus besar Bahasa Indonesia bahwa pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang dalam usaha mendewasakan diri manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Hasil analisa bivariat pada tabel 5.6 menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan
kecemasan pasien (p=0,043, α = 0,05) dan di dapatkan nilai OR= 0,273 menujukan bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah beresiko mengalami kecemasan ringan 0,273 kali sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan sedang beresiko mengalami kecemasan ringan 104 kali dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Hasil Riset yang dilakukan Stuarth and Sundden (1999) menunjukan responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu menggunakan pemahaman mereka dalam merespon kejadian fraktur secara adaptif dibandingkan kelompok responden yang berpendidikan rendah (Lukman,2009). Kondisi ini menunjukan respon cemas berat cenderung dapat kita temukan pada responden yang berpendidikan rendah karena rendahnya pemahanan mereka terhadap kejadian fraktur sehingga membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam merespon kejadian fraktur. g. Pengalaman Hasil analisis bivariat pada tabel 5.7 menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengalaman dengan kecemasan
pasien yang akan menghadapi operasi jenis operasi mayor (p=0,045,
α =0,05). Penelitian ini menunjukan nilai OR=1,429 hal ini berarti bahwa responden yang memiliki pengalaman operasi sebelumnya beresiko mengalami kecemasan ringan 1.429 kali dari respoden yang tidak memiliki pengalaman operasi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Robby (2009) pengalaman masa lalu terhadap penyakit baik yang positif maupun negatif
dapat
mempengaruhi
perkembangan
keterampilan
menggunakan koping. Keberhasilan seseorang pada masa lalu dapat membantu individu untuk mengembangkan ketrampilan menggunakan koping, sebaliknya kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang menggunakan koping yang maladaptif terhadap stressor tertentu.
4. jenis kelamin Hasil analisa bivariat yang dijabarkan pada tabel 5.5 menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kecemasan pasien (p=0,170, α =0,05). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Budi santoso berjudul hubungan antara karakteristik demografi dengan kecemasan pasien pre operasi di RS. Islam Amal Sehat Sragen tahun 2008, sampel yang diteliti berjumlah 35 orang menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan tingkat kecemasan dengan nilai X2=3,457 df=1 p=0,063 dinyatakan tidak signifikan taraf 0,05. Penelitian ini tidak sesuai dengan hasil pengamatan tim psikologis independen
program
kajian
psikolgis
Universitas
Indonesia
mendapatkan 56,41 % individu perempuan cenderung lebih berespon cemas terhadap
kejadian fraktur dibandingkan individu laki-laki
(Lukman,2009). Diperkuat dengan teori Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita oleh Sunaryo, 2004 yang menulis dalam bukunya bahwa pada umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan lebih luas dibanding perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang didapatkan terbatas tentang pencegahan penyakit, dan Myers (1983) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan (Power dalam Myers, 1983) (Creasoft, 2008) 5. Dukungan
Hasil penelitian bivariat pada tabel 5.8 menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi dengan jenis operasi mayor (p=0,709, α =0,05). Hal ini tidak sesuai dengan teori Kaplan dan Saddock, 1994 yang mengatakan bahwa dukungan psikososial keluarga adalah mekanisme hubungan interpersonal yang dapat melindungi seseorang dari efek stress yang buruk, dan penelitian yang dilakukan oleh Priyadi bahwa ada hubungan yang bermakna antara Support System (Dukungan) Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi dengan nilai Signifikasi (r) 0,000 dimana nilai r < 0.05
maka terjadi penolakan Ho. Hal ini membuktikan tidak semua responden yang mendapat dukungan penuh dari keluarga tidak memiliki kecemasan dan responden yang tidak mendapat dukungan dari keluarganya memiliki kecemasan ringan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Friedman, 1998 yang menyatakan bahwa fungsi afektif keluarga merupakan dukungan psiokososial keluarga kepada anggotanya, sehingga anggota keluarga tersebut merasa nyaman dan dicintai akan tetapi jika fungsi yang penting ini tidak adekuat maka individu akan merasa diasingkan dan tidak diharapkan lai oleh keluarga.
C. Tingkat pengetahuan
Hasil analisis univariat didapatkan mayoritas responden (67,4%) memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, memiliki tingkat pengetahuan cukup (21,7%), dan memiliki pendidikan yang baik (10,9%). Berdasarkan hasil penelitian bivariat menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara Hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi mayor elektif di ruang rawat bedah RSUP. Fatmawati. Hasil di atas dapat dilihat hasil uji statistik didapatkan p=0,354 yang berarti lebih kecil dari α =0,05 maka dapat disimpulkan hipotesa Ho diterima sehingga tidak adanya hubungan yang signifikan antara Hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi mayor elektif. Hal ini tidak sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh X yang berjudul Hubungan tingkat pengetahuan informasi prabedah dengan tingkat kecemasan pasien praoperasi yang menggambarkan bahwa 57,1% responden memiliki pengetahuan yang baik tentang informasi prabedah, 92,9% responden mengalami cemas sedang pada saat akan dilakukan operasi (Grahacendikia, 2009) dan penelitian Budi santoso, 2008 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (0,05, nilai X2=22,857 df=2 p=0,000) antara Tingkat pengetahuan tentang pembedahan dengan tingkat kecemasan Hal ini menunjukan tidak semua responden yang memiliki pengetahuan tinggi tidak mengalami kecemasan begitu juga responden yang memiliki pengetahuan pra bedah kurang akan mengalami kecemasan berat,
hal ini mungkin tergantung terhadap persepsi atau penerimaan responden itu sendiri terhadap operasi yang akn dijalankannya, mekanisme pertahanan diri dan mekanisme koping yang digunakan. Pada sebagian orang yang mengetahui informasi prabedah secara baik
justru akan meningkatkan
kecemasannya, dan sebaliknya pada responden yang mengetahui informasi pra bedah yang minim justru membuatnya santai menghaapi operasinya, karna menurut Asmadi (2008) setiap ada stresor yang menyebabkan individu merasa cemas maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai mekanisme koping.
.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitan dan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi mayor elektif di ruang rawat inap RSUP Fatmawati Jakarta Selatan tahun 2009 , maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik responden yang mempegaruhi tingkat kecemasan yaitu sebagian besar responden berusia antara 41-65 tahun (45,7%), berjenis kelamin perempuan (52,2%), berpendidikan rendah (41,3%), sebagian besar responden (65,2%) pengalaman pernah dioperasi sebelumnya, dan hampir seluruh responden mendapatkan dukungan psikologis (95,7%). 2. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 58,7%. 3. Sebagian besar responden mengalami tingkat kecmasan ringan yaitu sebanyak 67,4%. 4. Dari 6 variabel independen yang diteliti, terdapat 4 variabel yaitu variabel usia, variabel dukungan, variabel jenis kelamin dan variabel tingkat pengetahuan dinyatakan tidak ada hubungan dengan tingkat kecemasan. 5. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman dengan tingkat kecemasan 6. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan B. Saran 1. Bagi Ilmu Keperawatan Lebih dikaji kembali dalam mata ajar Keperawatan Dasar Manusia mengenai persiapan pasien preoperasi, terutama persiapan psikologis dan dalam mengatasi kecemasan. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan
Lebih ditingkatkan kembali dalam memberikan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan kepada pasien preoperasi terutama pada persiapan psikologis, membantu pasien mengarahkan mekanisme koping yang adaptif, dan membantu keluarga untuk menjalankan fungsinya dalam memberi dukungan agar tingkat kecemasan pasien menjadi berkurang. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya. Agar peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian yang sifatnya lebih besar yaitu
dengan jumlah sempel yang lebih banyak, sampel yang
digunakan tidak hanya pasien operasi mayor elektif,
variabel yang
berbeda dan bermanfaat bagi kemajuan keperawatan khususnya di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, Aziz. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika. 2006 Arikunto, S. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi ke-6. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006 Asmadi. Kebuthan dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika. 2008 Brunner & Suddarth.. keperawatan medical bedah. Jakarta : EGC. 2002 Derajat, Zakiah. Kesehatan mental. Jakarta: Gunung Agung. 2001
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik, Depkes RI. 2006&2007. Kegiatan Pembedahan menurut kategori operasi pada RSU Depkes dan Pemda per propinsi di Indonesia. Fitri, Fausiah.. Psikologi abnormal Klinik dewasa. Jakarta: UI-Press. 2005
Guide and Ag Guide. MultSurvivalSurgery. www.iacuc.ufl.edu/.doc. diakses pada tanggal 20 Mei 2009 Hawari, Dadang. Manajemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta: FKUI. 2006 Ibrahim, Kusman, Dkk. Identifikasi stressor dan mekanisme koping pada klien preoperasi di ruang perawatan bedah RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Bandung:UNPAD. 2005. Indra S, Ferlina. 2002. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasien. http://digilib.itb.ac.id/gdl. diakses pada tanggal 21 April 2009 Lukman. Ansietas Pada Fraktur. http://l.blogspot.com. diakses pada tanggal 1 November 2009 Liza, Sri. Tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi sesar. Jakarta: UI. 2002 Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008 Priyadi. 2009. Hubungan Support System (dukungan) Sosial dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Cesarea Di Ruang Anggrek BRSD “RAA Soewondo” Pati. http://skripsistikes.wordpress.com. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2009. Potter, Patricia . Fundamental Of Nursing: Conceps, Process, Practice. Jakarta: EGC. 2005 Rosintan. Gambaran tingkat kecemasan pasien menghadapi tindakan operasi.jakarta: UI. 2003 Stuart, Gail W. Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC. 2007 Virginia. Types of Surgery. www. healthsystem. com. diakses pada tanggal 20 Mei 2009 S.E,Smith. major-surgery. www.wisegeek.com. diakses pada tanggal 20 Mei 2009
Santoso, Budi. 2009. Hubungan Antara Karakteristik Demografi dengan Kecemasan Pasien Pra Operasi Di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen tahun 2008. http://skripsistikes.wordpress.com. diakses pada tanggal 26 Oktober 2009 Subianto, Teguh. 2009. Teori Kehilangan. http:// blogspot.com. diakses pada tanggal 1 November 2009 Yulianti, Arum. 2009. Hubungan Dukungan Psikososial Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Kliaen Gangguan Jiwa Di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Profinsi Jawa Barat. Bandung: STIKES Jendral Ahmad Yani.
RIWAYAT HIDUP
Nama : NYI DEWI KURAESIN Tempat / tanggal lahir : Bekasi, 04 Februari 1988 Alamat : Jl. Ir H Juanda No: 03 Kaum III rt/rw: 06/01, Bekasi 17113 Agama : Islam Status : Belum menikah Telepon / HP : (021) 8818934/ 08567955200 Email :
[email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN SD : Tahun 1993-1999 SDN Patriot I SLTP : Tahun 1999-2002 Pondok pesantren AIC SLTA : Tahun 2002-2005 SMA Bani Saleh Perguruan tinggi : Tahun 2005-sekarang Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Surat pernyataan persetujuan menjadi responden
Peneliti mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Bagi saudara/i yang telah bersedia menjadi responden, kami harapkan menandatangani pernyataan kesediaan menjadi responden di bawah ini: Nama
:
Tempat dan tanggal lahir
:
Alamat
:
Menyatakan bahwa 1. Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang akan menghadapi operasi. Penelitian ini akan dilaksanakan oleh Nyi Dewi Kuraesin sebagai mahasiswi program studi ilmu keperawatan, Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Data saya dijamin kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat membantu berlangsungnya proses penelitian
Jakarta, Agustus2009
Responden
peneliti
PETUNJUK UMUM
1. Setelah
responden
menyatakan
bersedia
dan
menandatangani
surat
persetujuan menjadi responden, maka responden dipersilahkan untuk mengisi kuesioner yang sudah disediakan. 2. Jawablah semua pertanyaan dengan benar dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Adapun petunjuk pengisian kuesioner, sebagai berikut: Petunjuk pengisian kuesioner karakteristik responden
Isilah pertanyaan pada data demografi dengan tepat dan benar.
Berilah tanda (V) pada kolom yang telah disediakan pada lemba kuesioner, dan jawaban sesuai dengan keadaan sebenernya.
Petunjuk pengisian kuesioner tingkat kecemasan
Kuesioner tingkat kecemasan diisi oleh peneliti, dengan menggunakan teknik wawancara
Penelii menannyakan gejala-gejala kecemasan yang terdapat pada kuesioner kepada responden
Keterangan: 0=tidak ada gejala 1=gejala ringan 2=gejala sedang 3=gejala berat 4=gejala berat sekali
Petunjuk pengisian kuesioner tingkat pengetahuan
Isilah pertanyaan pada kuesioner tingkat pengetahuan dengan tepat dan benar
Berilah tanda (X) pada jawaban yang telah disediakan pada lembar kuesioner, dan jawaban sesuai dengan keadaan sebenernya.
A. Karakteristik Responden Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi kolom yang tersedia dengan memberi tanda (V) pada kolom yang anda pilih.
1.
Jenis kelamin
1. Laki-laki 2. Perempuan
2. Usia
1. 15-20
2. 21-40
3. 41-65
3. Pendidikan
1. SMP 2. SMA
4. Pengalaman operasi sebelumnya
1. ya 2. Tidak
5. Dukungan
1. ya 2. Tidak
3. Akademi/ perguruan tinggi Lain-lain…….
B. Kuesioner Tingkat Kecemasan Pasien Gejala Kecemasan Perasaan Cemas: Cemas Firasat buruk Takut akan pikiran sendiri Mudah tersinggung Ketegangan: Merasa tegang Lesu Tidak bias istirahat tenang Mudah terkejut Mudah menangis Gemetar Gelisah Ketakutan: takut nyeri setelah pembedahan takut terjadi perubahan fisik, takut atau ngeri menghadapi ruang operasi takut melihat peralatan pembedahan dan petugas takut operasi gagal takut meninggal saat dibius atau tidak sadar lagi. Gangguan tidur: Susah tidur Terbangun pada malam hari Tidur tidak nyenyak Bangun dengan lesu Banyak mimpi-mimpi Mimpi buruk Mimpi menakutkan Gangguan kecerdasan: Sulit konsentrasi Daya ingat menurun daya ingat buruk Perasaan depresi (murung): hilangnya minat berkurangnya kesenangan pada hobi sedih
0
Nilai Angka (Score) 1 2 3
4
bangun dini hari perasaan berubah-ubah sepanjang hari Gejala somatik/fisik(otot): sakit dan nyeri di otot-otot kaku kedutan otot gigi gemerutuk suara tidak stabil Gejala somatik/fisik(sensorik): telinga berdenging penglihatan kabur muka merah atau pucat Pmerasa lemas Perasaan ditusuk-tusuk Gejala kardiovaskuler: denyut jantung cepat berdebar-debar nyeri di dada denyut nadi mengeras rasa lesu/lemas seperti mau pingsan detak jantung menghilang(berhenti sekejap) Gejala respiratori(pernafasan): rasa tertekan atau sempit di dada rasa tercekik sering menarik nafas nafas pendek/sesak
Gejala gastro intestinal(pencernaan): sulit menelan perut melilit gangguan pencernaan nyeri sebelum dan sesudah mkn perasaan terbakar di perut rasa penuh atau kembung mual muntah Buang air besar lembek Sukar buang air besar(konstipasi) Kehilangan berat badan
Gejala Urogenital (perkemihan dan genital): Sering BAK Tidak dapt menahan air seni Tidak datang bulan(haid) Darah haid berlebihan Darah haid amat sedikit Masa haid berkepanjangan Masa haid amat pendek Haid beberapa kali dalam sebulan Menjadi dingin Ejakulasi dini Ereksi melemah Ereksi hilang Impotensi Gejala outonom: Mulut kering Muka merah Mudah berkeringat Kepala pusing Kepala terasa berat Kepala terasa sakit Bulu-bul berdiri
Tingkah laku (sempit) pada wawancara: Gelisah Tidak tenang Jari gemetar Kerut kening Muka tegang Otot tegang/mengeras Nafas pendek an cepat Muka merah
C. Kuesioner Tingkat Pengetahuan 1. Apakah dokter atau perawat sudah menjelaskan mengenai operasi yang akan dijalankan? a. Ia b. Tidak 2. Menurut ibu, tergolong jenis operasi apa yang akan dijalani nanti.....?? a. Operasi besar b. Operasi kecil c. Tidak tahu 3. Salah satu persiapan sebelum menjalankan opearsi adalah puasa. Menurut anda, minimal berapa lama pasien diharuskan berpuasa sebelum menjalankan operasi...?? a. 6-8 jam b. 8-10 jam c. Tidak tahu 4. Menurut anda, anastesi (biusan) apa yang akan diberikan kepada anda sesaat sebelum operasi dilakukan a. Bius total b. Bius lokal c. Bius regional d. Tidak tahu
5. Menurut anda efek yang timbul dari anastesi (biusan) diberikan sesaat setelah operasi berlangsung?? a. Sulit bernafas b. Perdarahan c. infeksi d. Tidak tahu 6. Apakah anda mengetahui komplikasi (kemungkinan buruk) yang terjadi dari tindakan opeasi yang akan di jalankan?? a. Tahu b. Tidak tahu 7. Menurut anda, kapan pasien yang sudah menjalankan operasi diperbolehkan makan/minum?
8.
a
Sesaat setelah sadar
b
Sesaat setelah platus (kentut)
c
Tidak tahu
Menurut anda, apakah mobilisasi setelah operasi dapat mempercepat penyembuhan luka operasi? a. Iya b. Tidak c. Tidak Tahu
Hasil Uji Statistik Analisis Univariat Karakteristik karakteristik pasien
Frequencies Statistics N
Valid Missing
Pengalama n 46 0
pendidikan 46 0
dkungan 46 0
jk 46 0
usia 46
Tingkat pengetahuan 46 0
Frequency Table
Pengalaman
Valid
Ya Tidak Total
Frequenc y 16 30 46
Percent 34,8 65,2 100,0
Valid Percent 34,8 65,2 100,0
Cumulative Percent 34,8 100,0
Pendidikan Frequency Valid
pendidikan rendah pendidikan sedang pendidikan tinggi Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
19
41,3
41,3
41,3
15
32,6
32,6
73,9
12 46
26,1 100,0
26,1 100,0
100,0
Dukungan
Valid
Iya tidak Total
Frequency 44 2 46
Percent 95,7 4,3 100,0
Valid Percent 95,7 4,3 100,0
Cumulative Percent 95,7 100,0
Jenis Kelamin
Valid
laki-laki Perempuan Total
Frequency 22 24 46
Percent 47,8 52,2 100,0
Valid Percent 47,8 52,2 100,0
Cumulative Percent 47,8 100,0
Usia
Valid
15-20 21-40 41-65 Total
Frequency 5 20 21 46
Percent 10,9 43,5 45,7 100,0
Valid Percent 10,9 43,5 45,7 100,0
Cumulative Percent 10,9 54,3 100,0
Tingkat Pengetahuan
Valid
kurang cukup baik Total
Frequency 31 10 5 46
Percent 67,4 21,7 10,9 100,0
Valid Percent 67,4 21,7 10,9 100,0
Cumulative Percent 67,4 89,1 100,0
Hasil Uji Statistic Analisa Bivariat Karakteristik Pasien, tingkat pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing N Percent
Valid N
Percent
pengalaman * kecemasan kat
46
100,0%
0
Total N
,0%
Percent 46
100,0%
pengalaman * kecemasan kat Crosstabulation Kecemasan kat kecemasan ringan
tidak ada kecemasan pengalama n
Ya
Tidak
Total
Count Expected Count % within pengalaman % of Total Count Expected Count % within pengalaman % of Total Count Expected Count % within pengalaman % of Total
kecemasan sedang
3
10
3
16
4,2 18,8% 6,5% 9 7,8 30,0% 19,6% 12 12,0 26,1% 26,1%
10,8 62,5% 21,7% 21 20,2 70,0% 45,7% 31 31,0 67,4% 67,4%
1,0 18,8% 6,5% 0 2,0 ,0% ,0% 3 3,0 6,5% 6,5%
16,0 100,0% 34,8% 30 30,0 100,0% 65,2% 46 46,0 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 6,218(a) 6,959 3,192
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,045 ,031
1
,074
Df
Total tidak ada kecemasan
46
a 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,04.
Parameter Estimates kecemasan kat(a) kecemasan ringan
kecemasan sedang
df
Sig.
95% Confidence Interval for Exp(B)
Exp(B)
Upper Bound ,033 ,643 . ,000
Intercept [pengalaman=1] [pengalaman=2] Intercept [pengalaman=1]
1 1 0 1 1
.
[pengalaman=2]
0
.
Lower Bound 1,429 .
Upper Bound
,316 .
85541669 1,013 .
6,455 .
855416691,013 855416691,013 .
.
a The reference category is: tidak ada kecemasan. b This parameter is set to zero because it is redundant. Crosstabs
Case Processing Summary Valid N pendidikan * kecemasan kat
Percent
46
100,0%
Cases Missing N Percent
0
Total N
,0%
Percent
46
100,0%
pendidikan * kecemasan kat Crosstabulation kecemasan kat kecemasan ringan
tidak ada kecemasan pendidikan
pendidikan rendah
pendidikan sedang
pendidikan tinggi
Count Expected Count % within pendidikan % of Total Count Expected Count % within pendidikan % of Total Count
kecemasan sedang
Total tidak ada kecemasan
4
12
3
19
5,0
12,8
1,2
19,0
21,1%
63,2%
15,8%
100,0%
8,7%
26,1%
6,5%
41,3%
7
8
0
15
3,9
10,1
1,0
15,0
46,7%
53,3%
,0%
100,0%
15,2%
17,4%
,0%
32,6%
1
11
0
12
Expected Count % within pendidikan % of Total
Total
Count Expected Count % within pendidikan % of Total
3,1
8,1
,8
12,0
8,3%
91,7%
,0%
100,0%
2,2%
23,9%
,0%
26,1%
12
31
3
46
12,0
31,0
3,0
46,0
26,1%
67,4%
6,5%
100,0%
26,1%
67,4%
6,5%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square N of Valid Cases
Value 9,873(a)
df 4
Asymp. Sig. (2-sided) ,043
46
Parameter Estimates kecemasan kat(a)
kecemasan ringan
kecemasan sedang
df
Intercept [pendidikan=1] [pendidikan=2] [pendidikan=3] Intercept [pendidikan=1]
Sig.
95% Confidence Interval for Exp(B) Lower Bound Upper Bound
Exp(B)
1 1 1 0 1
,022 ,276 ,052 . ,000
,273 ,104 .
,026 ,011 .
2,829 1,020 .
1
.
71955941, 680
71955941,68 0
71955941,680
1,000
,175
,000
.(c)
.
.
.
.
[pendidikan=2] 1 [pendidikan=3]
0
a The reference category is: tidak ada kecemasan. b This parameter is set to zero because it is redundant. c Floating point overflow occurred while computing this statistic. Its value is therefore set to system missing.
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing N Percent
Valid N dkungan * kecemasan kat
Percent 46
100,0%
0
,0%
Total N
Percent 46
100,0%
Dukungan * kecemasan kat Crosstabulation
dkungan
Iya
Tidak
Total
Count Expected Count % within dkungan % of Total Count Expected Count % within dkungan % of Total Count Expected Count % within dkungan % of Total
Tidak ada kecemasan 11 11,5 25,0% 23,9% 1 ,5 50,0% 2,2% 12 12,0 26,1% 26,1%
kecemasan kat kecemasan ringan 30 29,7 68,2% 65,2% 1 1,3 50,0% 2,2% 31 31,0 67,4% 67,4%
kecemasan sedang
Total tidak ada kecemasan
3 2,9 6,8% 6,5% 0 ,1 ,0% ,0% 3 3,0 6,5% 6,5%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value ,689(a) ,734 ,658
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) ,709 ,693
1
,417
df
46
a 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,13.
44 44,0 100,0% 95,7% 2 2,0 100,0% 4,3% 46 46,0 100,0% 100,0%
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing N Percent 0 ,0%
Valid N jk * kecemasan kat
Percent 100,0%
46
Total N
Percent 100,0%
46
jk * kecemasan kat Crosstabulation tidak ada kecemasan jk
laki-laki
Perempuan
Total
Count Expected Count % within jk % of Total Count Expected Count % within jk % of Total Count Expected Count % within jk % of Total
5 5,7 22,7% 10,9% 7 6,3 29,2% 15,2% 12 12,0 26,1% 26,1%
kecemasan kat kecemasan ringan 14 14,8 63,6% 30,4% 17 16,2 70,8% 37,0% 31 31,0 67,4% 67,4%
kecemasan sedang 3 1,4 13,6% 6,5% 0 1,6 ,0% ,0% 3 3,0 6,5% 6,5%
Total tidak ada kecemasan 22 22,0 100,0% 47,8% 24 24,0 100,0% 52,2% 46 46,0 100,0% 100,0%
Crosstabs Case Processing Summary Valid N usia * kecemasan kat
46
Percent 100,0%
Cases Missing N Percent 0 ,0%
Total N 46
Percent 100,0%
usia * kecemasan kat Crosstabulation kecemasan kat kecemasan ringan 0 5 1,3 3,4 ,0% 100,0% ,0% 10,9%
tidak ada kecemasan usia
15-20
Count Expected Count % within usia % of Total
kecemasan sedang 0 ,3 ,0% ,0%
Total tidak ada kecemasan 5 5,0 100,0% 10,9%
21-40
41-65
Total
Count Expected Count % within usia % of Total Count Expected Count % within usia % of Total Count Expected Count % within usia % of Total
7 5,2 35,0% 15,2% 5 5,5 23,8% 10,9% 12 12,0 26,1% 26,1%
13 13,5 65,0% 28,3% 13 14,2 61,9% 28,3% 31 31,0 67,4% 67,4%
0 1,3 ,0% ,0% 3 1,4 14,3% 6,5% 3 3,0 6,5% 6,5%
20 20,0 100,0% 43,5% 21 21,0 100,0% 45,7% 46 46,0 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests Value 6,426(a) 8,705
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
4 4
Asymp. Sig. (2-sided) ,169 ,069
1
,645
df
,213 46
a 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33. Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N pengetahuan kat * kecemasan kat
Percent 46
100,0%
N
Missing Percent 0
Total N
,0%
Percent 46
100,0%
pengetahuan kat * kecemasan kat Crosstabulation kecemasan kat kecemasan ringan
tidak ada kecemasan peng kat
kurang
cukup
Count % within peng kat % within kecemasan kat % of Total Count % within peng kat
Total tidak ada kecemasan
kecemasan sedang
8
20
3
31
25,8% 66,7% 17,4% 4 40,0%
64,5% 64,5% 43,5% 6 60,0%
9,7% 100,0% 6,5% 0 ,0%
100,0% 67,4% 67,4% 10 100,0%
baik
Total
% within kecemasan kat % of Total Count % within peng kat % within kecemasan kat % of Total Count % within peng kat % within kecemasan kat % of Total
33,3% 8,7% 0 ,0% ,0% ,0% 12 26,1% 100,0% 26,1%
19,4% 13,0% 5 100,0% 16,1% 10,9% 31 67,4% 100,0% 67,4%
,0% ,0% 0 ,0% ,0% ,0% 3 6,5% 100,0% 6,5%
21,7% 21,7% 5 100,0% 10,9% 10,9% 46 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 4,407(a) 6,423
4 4
Asymp. Sig. (2-sided) ,354 ,170
1
,972
df
,001 46
a 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,33.
Parameter Estimates kecemasan kat(a)
df
Sig.
Exp(B)
95% Confidence Interval for Exp(B) Lower Bound
kecemasan ringan
Intercept [pengkat=1] [pengkat=2]
1
,020
1
,095
1
,997
0
.
1
,327
1 1 0
. . .
Upper Bound
,278 10830081 1,666
,062
1,250
,000
.(b)
.
.
.
2,77E-009 ,500 .
2,77E-009 ,500 .
2,77E-009 ,500 .
[pengkat=3]
kecemasan sedang
Intercept [pengkat=1] [pengkat=2] [pengkat=3]
a The reference category is: tidak ada kecemasan. b Floating point overflow occurred while computing this statistic. Its value is therefore set to system missing
Hasil Uji Validitas Tingkat Pengetahuan
Reliability Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
20
% 100,0
0
,0
20
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,722
N of Items 8
Item- Total Statistics
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8
Scale Mean if Item Deleted 3,80 3,85 4,15 4,75 4,05 4,65 3,75 4,25
Scale Variance if Item Deleted 2,063 2,239 1,924 2,934 1,945 2,661 2,934 1,987
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation Item Deleted ,632 ,643 ,651 ,653 ,544 ,664 ,000 ,737 ,586 ,650 ,178 ,734 ,000 ,737 ,473 ,686
Hasil Uji Validitas Tingkat Kecemasan
Reliability Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
20
% 100,0
0
,0
20
100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,824
N of Items 91
Item-Total Statistics
b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 b10 b11 b12 b13 b14 b15 b16 b17 b18 b19 b20 b21
Scale Mean if Item Deleted 92,5500 93,8500 93,8500 93,8000 92,5500 92,8000 92,3500 92,7500 93,1000 94,1000 92,0500 92,1000 92,7000 92,2500 91,7500 92,5500 92,1500 92,6000 92,5500 92,1500 92,9500
Scale Variance if Item Deleted 195,524 200,976 199,503 198,168 197,839 200,589 205,503 198,092 199,358 205,147 201,208 206,621 198,537 201,355 208,303 200,682 206,450 197,305 196,787 196,239 196,576
Corrected Item-Total Correlation ,295 ,136 ,151 ,211 ,366 ,251 -,122 ,379 ,247 -,091 ,138 -,200 ,306 ,140 -,223 ,133 -,191 ,284 ,245 ,529 ,505
Cronbach's Alpha if Item Deleted ,821 ,824 ,824 ,823 ,820 ,822 ,827 ,820 ,822 ,827 ,824 ,828 ,821 ,824 ,831 ,824 ,828 ,821 ,822 ,818 ,819
b22 b23 b24 b25 b26 b27 b28 b29 b30 b31 b32 b33 b34 b35 b36 b37 b38 b39 b40 b41 b42 b43 b44 b45 b46 b47 b48 b49 b50 b51 b52 b53 b54 b55 b56 b57 b58 b59 b60 b61 b62 b63 b64 b65 b66
93,7500 94,1500 92,9000 94,3500 94,3000 94,3500 94,4500 94,1500 92,5500 92,0500 92,7500 93,7000 94,0000 93,9500 94,4500 93,7000 93,9000 92,4500 91,7000 93,2500 94,5500 94,0000 92,3500 94,3500 92,4000 94,3500 94,4500 93,0500 94,5500 93,8000 94,0500 94,4000 94,4000 94,2000 92,4500 93,3500 92,6500 93,4000 93,4500 92,1000 92,8500 94,2500 94,0500 94,0500 94,2500
191,987 194,871 200,305 195,713 196,537 190,450 200,366 203,924 198,892 206,261 202,408 182,432 190,105 195,103 202,050 204,326 200,095 199,418 202,326 208,303 203,945 195,579 198,029 206,239 200,253 197,713 202,050 198,050 203,945 202,484 206,471 203,305 204,463 190,274 198,576 201,082 195,292 209,095 195,839 202,937 203,924 205,355 197,418 187,524 194,724
,534 ,404 ,245 ,544 ,461 ,677 ,400 -,025 ,541 -,175 ,053 ,769 ,578 ,356 ,206 -,049 ,179 ,510 ,142 -,253 ,000 ,411 ,383 -,171 ,343 ,525 ,206 ,390 ,000 ,038 -,166 ,048 -,062 ,714 ,608 ,104 ,405 -,176 ,232 ,051 -,019 -,106 ,361 ,695 ,425
,816 ,819 ,822 ,818 ,819 ,814 ,822 ,827 ,820 ,828 ,825 ,808 ,814 ,819 ,823 ,825 ,823 ,821 ,824 ,830 ,824 ,819 ,820 ,828 ,822 ,819 ,823 ,820 ,824 ,826 ,828 ,824 ,826 ,813 ,820 ,825 ,819 ,838 ,823 ,825 ,826 ,827 ,820 ,812 ,818
b67 b68 b69 b70 b71 b72 b73 b74 b75 b76 b77 b78 b79 b80 b81 b82 b83 b84 b85 b86 b87 b88 b89 b90 b91
94,2500 94,5500 94,4000 94,5500 94,4500 94,4500 93,8000 93,7000 94,5500 94,3000 93,8000 94,0000 93,6000 93,5000 93,7500 94,3500 93,3500 93,0000 92,9500 93,9000 93,8500 93,4000 94,3000 94,3500 94,3000
187,776 203,945 192,568 203,945 196,261 205,524 199,221 195,589 203,945 205,484 197,116 207,895 199,411 208,158 206,092 197,608 198,871 193,579 197,103 197,779 193,397 206,147 198,011 204,345 207,800
Scale Statistics Mean 94,5500
Variance 203,945
Std. Deviation 14,28092
N of Items 91
,778 ,000 ,587 ,000 ,597 -,190 ,152 ,250 ,000 -,136 ,256 -,207 ,125 -,181 -,115 ,412 ,270 ,594 ,467 ,352 ,408 -,222 ,364 -,045 -,316
,811 ,824 ,816 ,824 ,818 ,826 ,824 ,822 ,824 ,827 ,822 ,831 ,825 ,833 ,830 ,820 ,822 ,816 ,819 ,820 ,818 ,827 ,820 ,826 ,829