FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK) MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN STIKES INSAN SE AGUNG BANGKALAN
(1)
Nurun Nikmah(1) Dosen STIKES Insan Se Agung Bangkalan
ABSTRAK Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Diploma III Kebidanan mempunyai misi yaitu Menyelenggarakan pendidikan Diploma III Kebidanan yang berkualitas dalam upaya mempersiapkan bidan pelaksana yang kompeten, bermoral tinggi dan berkepribadian Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Metodologi penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner terstruktur dan data primer. Jumlah sampel 38 mahasiswa kebidanan yang berada di STIKES Insan Se Agung Bangkalan. Analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil peneltian ini menunjukkan pada kinerja dosen baik (78,9%0, lingkungan keluarga baik (89,5%), sarapana dan prasarana baik (47,4%), motivasi belajar baik (78,9%), dan penerapan sarapan baik (26,3%). Ke lima faktor tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai IPK mahasiswa. Dalam rangka meningkatkan nilai IPK mahasiswa, yaitu mahasiswa dapat meningkatkan motivasi dalam belajar dan penerapan sarapan setiap hari. Bagi dosen untuk meningkatkan kinerja dalam mendidik atau mengajar. Kata Kunci
: Indeks Prestasi Kumulatif, Kebidanan
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pendidikan D-III Kebidanan adalah untuk menghasilkan tenaga bidan profesional pada tingkat Ahli Madya Kebidanan, yang mampu melaksanakan tugas dengan kompetensi sebagai berikut : mengembangkan diri sebagai bidan profesional yang berkepribadian Indonesia, menerapkan konsep dan prinsip serta keilmuan dan keterampilan yang mendasari profesionalisme bidan dalam memberikan asuhan dan pelayanan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan (ASKEB) secara profesional pada wanita dalam siklus kehidupannya (remaja, pra perkawinan, ibu hamil, persalinan, nifas, klimakterium, menopause dan masa antara, asuhan neonatus, bayi dan anak balita) di semua tatanan pelayanan kesehatan di institusi dan komunitas, mengembangkan sikap profesional dalam praktik kebidanan, komunikasi interpersonal dan konseling serta menjalin kerjasama dalam tim kesehatan, memberikan pelayanan kebidanan dengan mempertimbangkan kultur dan budaya setempat, dengan melakukan upaya promosi dan prevensi kesehatan reproduksi melalui pendidikan kesehatan, pemberdayaan wanita, keluarga serta masyarakat dengan tidak mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.1 Sigit 2009, mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil penelitian pendidik terhadap proses belajar mahasiswa. Penelitian yang dimaksud adalah penelitian yang dilakukan untuk menentukan seberapa jauh proses belajar dan hasil belajar mahasiswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang sudah ditetapkan, baik menurut aspek isi dan aspek prilaku.2 cara mana yang akan digunakan untuk mengukur prestasi belajar mahasiswa biasanya berkaitan dengan tujuan dan bidang prestasi belajar yang akan dievaluasi. Tetapi yang paling umum dilakukan adalah melalui tes tertulis. Sehingga pada umumnya yang dimaksud prestasi belajar adalah nilai-nilai hasil belajar yang diperoleh melalui pengukuran dengan alat tes. Prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat dari nilai IP (Indeks Prestasi).2 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling akhir yang telah ditempuh.3 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan maret 2014 kepada 5 mahasiswa D-III Kebidanan STIKES Insan Se Agung Bangkalan didapatkan 60% siswa mempunyai IPK < 3,00 dan 40% mempunyai IPK > 3,00. Penyebab dari rendahnya IPK tersebut dimungkinkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor eksternal. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Indeks Prestasi Prestasi belajar adalah hasil penilaian terhadap proses belajar mahasiswa. Cara yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar mahasiswa biasanya berkaitan dengan tujuan dan bidang prestasi belajar yang akan dievaluasi. Tetapi yang paling umum dilakukan adalah melalui tes tertulis. Sehingga pada umumnya yang dimaksud prestasi belajar adalah nilai-nilai hasil belajar yang diperoleh
melalui pengukuran dengan alat tes. Prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat dari nilai IP. 2 Faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. 2 1. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi pres tasi belajar, antara lain faktor kurikulum, dosen, lingkungan keluarga, sumber-sumber belajar dan faktor lain yang berpengaruh. a. Kurikulum Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan umum pasal 1 menyebutkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.4 b. Faktor Dosen Dosen sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu setiap dosen harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan Mengenai tenaga kependidikan, standar pengetahuan dan kompetensi guru atau dosen menjadi tolok ukur semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dalam rangka pembinaan. Peningkatan kualitas dan menuju pada jenjang karir bagi seorang guru atau dosen dalam hal ini mengacu pada standar kompetensi guru. Kemampuan mengajar merupakan penentu keberhasilan proses pembelajaran. Guru atau dosen harus dapat mengembangkan potensi dirinya dalam hal pengetahuan dan ketrampilan, serta menguasai akademiknya. Dosen juga menunjukkan flesibilitas yang tinggi dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat menunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin. c. Faktor lingkungan keluarga Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagiuan besar waktu belajar dilaksanakan di rumah. Lingkungan keluarga yang kurang mendukung situasi belajar seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar. d. Faktor sumber-sumber belajar (sarana dan prasarana) Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah tersedinya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat berupa media atau alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah
dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna. e. Faktor lain yang berpengaruh Keberhasilan proses interaksi belajar-mengajar tidak hanya tergantung kepada kegiatan guru dan murid saja. Masih ada faktor-faktor lain yang berpengaruh antara lain bahan pelajaran yang diajarkan (kualitas dan kuantitas), jenis metode mengajar yang dipilih guru, waktu yang tersedia untuk proses interaksi, lingkungan dan suasana belajar, dan lain-lain. 2. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal antara lain, yaitu : intelegensia atau kecerdasan, bakat, minat, motivasi, keadaan fisik dan psikis, dan status gizi. a. Intelegensia atau kecerdasan Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan kawan sebayanya. b. Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan bawaan. c. Minat Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang berminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar. d. Faktor Motivasi Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan belajar. Seseorang melakukan suatu tindakan apabila tindakan itu menarik perhatian dan minatnya didasarkan sebagai suatu kebutuhan. Itulah sebabnya motivasi tidak lepas dengan masalah kebutuhan fisik dan psikologis manusia. Beberapa cara untuk mengusahakan timbulnya motivasi antara lain : 1) Menciptakan suasana belajar yang positif, 2) Menciptakan keberhasilan belajar, 3) Memberi contoh yang baik, 4) Menjelaskan tujuan belajar secara nyata, 5) Memberikan hasil-hasil yang dicapai anak, 6) Memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai. e. Faktor Fisik dan Psikis Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas atau labilitas mental siswa, keadaan fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya. Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah : 1) Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar, 2) Rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;
3) Istirahat yang cukup dan sehat. Konsep dan Implementasi IP di STIKES Insan Se Agung Bangkalan Ada dua macam indeks prestasi (IP) hasil belajar : 1. IP setiap semester (IPS) adalah IP yang dihitung dari hasil belajar yang dicapai mahasiswa selama satu semester. 2. IP kumulatif (IPK) adalah IP yang dihitung dari hasil belajar seluruh mata kuliah yang diambil dalam semester yang telah dilaksanakan. Penetapan IPS dan IPK memperhitungkan semua mata kuliah yang di program, termasuk mata kuliah yang memperoleh nilai nol atau E. Angka IP dihitung sampai dua angka dibelakang koma dengan ketentuan apabila angka ketiga dibelakang koma > 0,005 dibulatkan menjadi 0,01 sedangkan apabila angka ketiga dibelakang koma < 0,004 dihilangkan.5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Data Umum Tabel 1 Distribusi Frekuensi Mahasiswa D-III Kebidanan berdasarkan semester pada Agustus 2014 Semester Frekuensi Persentase (%) Semester II 11 26,2 Semester IV 18 42,9 Semester VI 13 30,9 Jumlah 42 100 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 18 mahasiswa (42,9%) adalah mahasiswa semester IV. 2. Data Khusus Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kinerja Dosen di Program Studi D-III Kebidanan STIKES Insan Se Agung Bangkalan Semester Frekuensi Persentase (%) Kurang Baik 8 21,1 Baik 30 78,9 Jumlah 38 100 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja dosen menurut mahasiswa adalah baik yaitu 30 mahasiswa (78,9%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Lingkungan Keluarga Semester Frekuensi Persentase (%) Kurang Baik 4 10,5 Baik 34 89,5 Jumlah 38 100 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar lingkungan keluarga mahasiswa adalah baik yaitu 34 mahasiswa (89,5%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Sarana dan Prasarana di Program Studi D-III Kebidanan STIKES Insan Se Agung Bangkalan Semester Frekuensi Persentase (%) Kurang Baik 20 52,6 Baik 18 47,4 Jumlah 38 100 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar sarana prasarana dilingkungan kampus mahasiswa adalah kurang baik yaitu 20 mahasiswa (52,6%).
Tabel
5 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Mahasiswa di Program Studi D-III Kebidanan STIKES Insan Se Agung Bangkalan Semester Frekuensi Persentase (%) Kurang Baik 8 21,1 Baik 30 78,9 Jumlah 38 100 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi belajar mahasiswa adalah baik yaitu 30 mahasiswa (78,9%). Tabel 6 Distribusi Frekuensi Penerapan Mahasiswa Mahasiswa di Program Studi D-III Kebidanan STIKES Insan Se Agung Bangkalan Semester Frekuensi Persentase (%) Kurang Baik 28 73,7 Baik 10 26,3 Jumlah 38 100 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar penerapan sarapan mahasiswa adalah kurang baik yaitu 28 mahasiswa (73,7%). Tabel 7 Distribusi Frekuensi Nilai IPK Mahasiswa di Program Studi D-III Kebidanan STIKES Insan Se Agung Bangkalan Semester Frekuensi Persentase (%) Kurang Baik 11 28,9 Baik 27 71,1 Jumlah 38 100 Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar nilai IPK mahasiswa adalah baik yaitu 27 mahasiswa (71,1%). Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (kinerja dosen, lingkungan keluarga, sarana dan prasarana, motivasi belajar, dan penerapan sarapan) terhadap variabel terikat (nilai IPK), terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat yaitu menganalisis hubungan antara variabel bebas (kinerja dosen, lingkungan keluarga, sarana dan prasarana, motivasi belajar, dan penerapan sarapan) dengan variabel terikat (nilai IPK), dengan hasil : Tabel 8 Hubungan kinerja dosen, lingkungan keluarga, sarana dan prasarana, motivasi belajar, dan penerapan sarapan dengan nilai IPK mahasiswa Program studi D-III Kebidanan STIKES Insan Se Agung Bangkalan Nilai IPK Kuran No
Variabel
P
Baik
value
Baik n=1
%
1
n=2
%
7
2
Kurang
1
Baik
Kurang
2
Baik
24
70,6
40
12
60
1
8
Baik
0,264 3
16,7
15
83,3
Kurang
2
33,3
6
66,7
9
30
21
70
6
21,4
22
78,6
5
50
5
20
Baik 2
Baik
0,001
Penerapan Sarapan 1
Kurang Baik
2
Baik
0,012
Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel bebas (kinerja dosen, motivasi belajar, dan penerapan sarapan) dengan variabel terikat (nilai IPK), pola hubungan positif. Dan variabel antara variabel bebas (lingkungan keluarga dan sarana prasarana) dengan variabel terikat (nilai IPK) tidak ada hubungan. Tabel 9 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Hubungan Variabel Bebas dengan Variabel Terikat No Variabel Bebas p Kesimpulan 1 Kinerja Dosen 0,036 Ada hubungan 2 Lingkungan -0,087 Tidak ada Keluarga hubungan 3 Sarana dan 0,264 Tidak ada Prasarana hubungan 4 Motivasi 0,001 Ada hubungan Belajar 5 Kepatuhan 0,012 Ada hubungan Sarapan Tabel 9 menunjukkan bahwa variabel bebas (kinerja dosen, motivasi belajar, dan kepatuhan sarapan) berhubungan dengan nilai IPK. Semua variabel yang berhubungan kemudian dilakukan analisis multivariate dengan menggunakan uji regresi logistik dengan menggunakan metode enter. Hasil uji multivariat variabel penelitian dapat dilihat pada tabel: Tabel 10 Analisis Regresi Binary Logistik Faktor-faktor yang Mempengaruhi nilai IPK mahasiswa program studi D-III Kebidanan STIKES Insan Se Agung Bangkalan No Variabel Sig. Kesimpulan
37,5
5
62,5
8
26,7
22
73,3
2
25
3
75
3
0,300
1
Tidak ada pengaruh
Motivasi Beelajar
0,036
0,374
Tidak ada pengaruh
Kepatuhan
-
0,087
Motivasi Belajar
3
1
29,4
Baik
Lingkungan Keluarga 1
Kurang
Kinerja Dosen
Baik 2
10
Sarana dan Prasarana
Kinerja Dosen 1
Baik
Sarapan
0,100
Tidak ada pengaruh
Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil uji analisis multivariat tahap pertama dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kinerja dosen, motivasi belajar, dan kepatuhan sarapan terhadap nilai IPK. PEMBAHASAN 1. Kinerja Dosen Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja dosen menurut mahasiswa adalah baik yaitu 30 mahasiswa (78,9%). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dosen baik. Pada analisis hubungan antara kinerja dosen dengan nilai IPK, menunjuukan hasil p = 0,036 yang berarti ada hubungan antara kinerja dosen dengan nilai IPK mahasiswa. Dosen sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu setiap dosen harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan.2 Dosen berhubungan dengan nilai IPK yang berarti ada semakin baik kinerja dosen maka semakin baik pula nilai IPK mahasiswa. Berdasarkan tabel 9 menunjukan bahwa kinerja dosen tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai IPK mahasiswa, hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,300. 2. Lingkungan Keluarga Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar lingkungan keluarga mahasiswa adalah baik yaitu 34 mahasiswa (89,5%). Hal ini menunjukan bahwa lingkungan keluarga siswa mayoritas adalah baik. Pada analisis hubungan antara lingkungan keluarga dengan nilai IPK mahasiswa menunjukkan bahwa p = - 0,087, yang artinya tidak ada hubungan antara lingkungan keluarga dengan nilai IPK mahasiswa. Berdasarkan tabel 9 menunjukan bahwa lingkungan keluarga tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai IPK mahasiswa, hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0,374. Hal ini dimungkinkan karena mahasiswa dalam pendidikannya bertinggal di asrama atau di lingkungan dekat kampus yang jauh dari lingkungan rumahnya. 3. Sarana dan Prasarana Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar sarana prasarana dilingkungan kampus mahasiswa adalah kurang baik yaitu 20 mahasiswa (52,6%). Hal ini menunjukkan bahwa sarana prasarana di lingkungan kampus baik. Pada uji hubungan didapatkan bahwa nilai p = 0,264 yang artinya tidak ada hubungan antara sarana dan prasarana dengan nilai IP mahasiswa. 4. Motivasi Belajar Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi belajar mahasiswa adalah baik yaitu 30 mahasiswa (78,9%). Hal ini menunjukkan motivasi belajar mahasiswa mayoritas baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas IV SD N Tarumanagara tergolong baik. Analisis juga menunjukkan bahwa pengaruh motivasi belajar besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar IPA dari siswa. Hasil penelitian juga menginformasikan terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam belajar,
maka prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi). Sebaliknya jika siswa memiliki kebiasaan yang buruk dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan buruk (rendah).6 Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan belajar. Seseorang melakukan suatu tindakan apabila tindakan itu menarik perhatian dan minatnya didasarkan sebagai suatu kebutuhan. Itulah sebabnya motivasi tidak lepas dengan masalah kebutuhan fisik dan psikologis manusia. Beberapa cara untuk mengusahakan timbulnya motivasi antara lain : Menciptakan suasana belajar yang positif, Menciptakan keberhasilan belajar, Memberi contoh yang baik, Menjelaskan tujuan belajar secara nyata, Memberikan hasil-hasil yang dicapai anak, Memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai. Uji hubungan pada tabel 9 didapatkan bahwa nilai p = 0,001 yang berarti bahwa ada hubungan antara motivasi belajar dengan nilai IPK mahasiswa. Dari uji pengaruh pada tabel 10 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara motivasi belajar terhadap nilai IPK mahsiswa (p = 0,374). 5. Penerapan Sarapan Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar penerapan sarapan mahasiswa adalah kurang baik yaitu 28 mahasiswa (73,7%). Uji hubungan pada tabel 9 didapatkan bahwa nilai p = 0,012 yang berarti bahwa ada hubungan antara penerapan darapan dengan nilai IPK mahasiswa. Dari uji pengaruh pada tabel 10 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara penerapan sarapan belajar terhadap nilai IPK mahsiswa (p = 0,100). Hal ini didukung dengan penelitian bahwa, Rata-rata siswa-siswi dalam keadaan status nutrisi yang normal mendapat nilai cemerlang yaitu 20 orang(22,22%). Tetapi responden yang mempunyai status gizi kurang dan malnutrisi juga mendapat pencapaian yang cemerlang dalam ujian akhir semester yaitu 11 orang gizi kurang (12,22%) dan status malnutrisi dengan 1 orang(1,11%). Maka, tiada pengaruh antara status nutrisi dengan tingkat pencapaian akademik anak-anak SD di Kota Medan.7 Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas atau labilitas mental siswa, keadaan fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah: Menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar, Rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat; Istirahat yang cukup dan sehat.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Terdapat hubungan antara variabel bebas (kinerja dosen, motivasi belajar, dan penerapan sarapan) dengan variabel terikat (nilai IPK), pola hubungan positif. Dan variabel antara variabel bebas (lingkungan keluarga dan sarana prasarana) dengan variabel terikat (nilai IPK) tidak ada hubungan. 2. Analisis multivariat uji regresi logistik dengan menggunakan metode enter tahap pertama dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kinerja dosen, motivasi belajar, dan kepatuhan sarapan terhadap nilai IPK mahasiswa. Saran Dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan tentang bagaimana meningkatkan nilai IPK, yaitu mahasiswa dapat meningkatkan motivasi dalam belajar dan penerapan sarapan setiap hari. Bagi dosen untuk meningkatkan kinerja dalam mendidik atau mengajar. DAFTAR PUSTAKA 1. Aielza.2009.Tujuan Pendidikan Kebidanan.Tersedia dalam. ugpedia.gunadarma.ac.id. (diakses tanggal 11 april 2014 jam 15:00) 2. Sigit. 2009. Indeks prestasi mempengaruhi prestasi belajar. id.answers.yahoo.com. (diakses tanggal 4 April 2014 jam 08.30). 3. Fakultas Pertanian Universitas Pandjadjaran. 2014. INDEKS PRESTASI KUMULATIF (IPK). www.faperta.unpad.ac.id (diakses tanggal 11 april 2014 jam 15:00 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 5. Program Studi D-III Kebidanan. 2013. Panduan Akademik tahun 2013. STIKES Insan Se Agung Bangkalan. 6. Ghullam Hamdu, Lisa Agustina. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipadi Sekolah Dasar (Studi Kasus terhadap Siswa Kelas IV SDN Tarumanagara Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya). Universitas Pendidikan Indonesia 7. TN Badiuzzaman Bin Tuan Ismail. 2010. Pengaruh status Gizi dengan Tingkat Prestasi Akademik Anakanak Sekolah Dasar di Kota Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan