JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 15, No. 2, Desember 2013, Hlm. 133-141
ISSN: 1410 - 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR‐FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PERBANKAN INDONESIA FARAH MARGARETHA dan MARSHEILLY PINGKAN ZAI Universitas Trisakti Abstract: This research is performe on order to test the influence of the variable Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL) and Net Interest Margin (NIM) towards Return on Asset (ROA). The population used in this study is Indonesia public Bank in the period of 2007-2011. Data analysis with multiple regression. This result of research shows that CAR, LDR, BOPO, NPL and NIM positive significant influence toward ROA in Indoensiapublic Bank. The implication of this study is that the bank’s management and investors can improve financial performance with respect to the bank’s financial ratios to keep it in the category of healthy banks. Keywords: Return on Asset, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Biaya Operasional/Pendapatan Operasional, Non Performing Loan and Net Interest Margin. Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL)dan Net Interest Margin (NIM) terhadap Return on Asset (ROA). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank yang publik di Indonesia perioda 2007 sampai 2011. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa CAR, LDR, BOPO, NPL dan NIM berpengaruh terhadap ROA pada Bank yang publik. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa manajemen dan investor bank dapat meningkatkan kinerja keuangan sehubungan dengan rasio keuangan bank untuk tetap dalam kategori bank sehat. Kata kunci: Return on asset, capital adequacy ratio, loan to deposit ratio, biaya operasional/ pendapatan operasional, non performing loan dan net interest margin.
PENDAHULUAN
dalam Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Januari 2013. Selanjutnya, kinerja tersebut tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah untuk menjaga stabilitas makro dan momentum pertumbuhan ekonomi nasional ditengah perlambatan ekonomi dunia.
Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja perbankan tahun 2012 dan prospek tahun 20132014 menunjukkan perekonomian Indonesia tumbuh cukup tinggi dengan inflasi yang tetap terkendali dan rendah. Hal tersebut tertuang
133
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 15, No. 2
Desember 2013
Selama 5 tahun terakhir sistem keuangan dan perbankan menunjukkan kinerja yang positif dengan ketahanan yang tetap terjaga menurut Direktur Biro Riset Info Bank dalam Infobank Vol XXXV, Maret 2013. Secara umum risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional, serta risiko likuditas bank masih relatif rendah. Di tengah penyaluran kredit yang tumbuh meningkat, risiko kredit masih terjaga, yang terlihat dari Non Performing Loan (NPL) perbankan sebesar 2,02% yang merupakan NPL terendah yang pernah dialami oleh perbankan nasional, berdasarkan Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia 2013. Kinerja intermediasi perbankan dapat dipertahankan pada tingkat pertumbuhan yang aman bagi perekonomian. Industri perbankan masih memegang peranan terbesar dalam sistem keuangan Indonesia. Pentingnya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank karena kegiatan utama bank adalah penghimpunan dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Oleh karenanya Bank Indonesia menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku menurut Peraturan Bank Indonesia. Dengan adanya aturan tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Penelitian ini mengacu pada Banik dan Das (2013) yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengklasifikasikan bank-bank komersial di Bangladesh dalam satu kategori yang berdasarkan karakteristik finansial dengan menggunakan rasio keuangan dan menganalisis data keuangan dari bank-bank komersial Bangladesh. Pengujian penelitian dengan menggunakan analisa regresi berganda dan menggunakan koefisien korelasi. Penelitiannya menjelaskan pengaruh loan to assets ratio, non performing
134
loan, capital adequacy ratio dan loan to deposit ratio terhadap financial performance yang diukur dengan Retrun on Asset (ROA). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap ROA. Dalam penelitian ini, digunakan analisis rasio profitabilitas sebagai variabel dependen. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Pada umumya ukuran profitabilitas yang digunakan adalah ROA. ROA memfokuskan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aset perusahaan yang dimiliki. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, pemilihan variabel independen yang digunakan serta periode penelitian. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel yang menurut penelitian sebelumnya paling berpengaruh terhadap kinerja bank. Variabel-variabel tersebut antara lain yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL) dan Net Interest Margin (NIM). Oleh karena itu perlu diuji kembali konsistensi dari variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi kinerja bank khususnya di Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penelitian ini difokuskan untuk melihat perbandingan kinerja keuangan dari rasio profitabilitas yaitu ROA terhadap rasio keuangan lainnya seperti CAR yang termasuk rasio solvabilitas, LDR yang termasuk rasio likuiditas, BOPO yang termasuk rasio efisiensi, NPL untuk mengukur risk exposure, serta NIM untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Jumlah bank yang menjadi populasi penelitian ini adalah 33 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan pengukuran menggunakan laporan keuangan bank periode 5 tahun terakhir yaitu tahun 2007 sampai 2011. Modal Bank harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian sebagai akibat pergerakan aktiva bank
ISSN: 1410 - 9875
sebagai financial intermediary, sedangkan pergerakan pasiva ke arah aktiva akan menimbulkan berbagai resiko, dan peningkatan peranan aktiva bank sebagai penghasil keuntungan harus dijaga. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko dengan kecukupan modal yang dimilikinya. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko (Wardiah 2013). Rasio LDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh bank, terutama masyarakat. Apabila hasil pengukuran jauh berada di atas target dan batasnya, berarti tidak tertutup kemungkinan bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan tekanan pada pendapatan bank (Dendawijaya 2009). Semakin tinggi LDR maka laba perusahaan semakin meningkat dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil. Rasio BOPO sering disebut rasio efisiensi karena digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak dan akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Dendawijaya 2009). NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank (Kasmir 2010). Rasio terakhir yaitu NIM sangat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga serta kualitas aktiva produktif. Bank perlu berhati-hati
Farah Margaretha/Marsheilly Pingkan Zai
dalam memberikan kredit sehingga kualitas aktiva produktifnya tetap terjaga. Dengan kualitas kredit yang bagus dapat meningkatkan pendapatan bunga bersih sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap laba bank. Pendapatan bunga bersih yang tinggi akan mengakibatkan meningkatnya laba sebelum pajak sehingga ROA pun bertambah (Slamet 2008). Menurut penelitian Widyastuti dan Mandagie (2010), modal bank merupakan “engine” dari pada kegiatan bank, kalau kapasitas mesinnya terbatas maka sulit bagi bank tersebut untuk meningkatkan kapasitas kegiatan usahanya khususnya dalam penyaluran kredit. CAR di bawah ketentuan Peraturan Bank Indonesia tidak mempunyai peluang untuk memberikan kredit. Namun, kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Dengan CAR yang cukup atau memenuhi kententuan, bank tersebut dapat beroperasi sehingga terciptalah laba. Dengan kata lain semakin tinggi CAR semakin baik kinerja suatu bank. Penyaluran kredit yang optimal, dengan asumsi tidak terjadi macet akan menaikkan laba yang akhirnya akan meningkatkan ROA, karena semakin besar CAR maka ROA yang diperoleh bank semakin besar, karena semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan usahanya, sehingga kinerja bank juga akan meningkat. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Maharidan (2008). Besarnya modal suatu bank, akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Mahardian (2008) serta Widyastuti dan Mandagie (2010) yang menyatakan bahwa rasio CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengenai pengaruh CAR terhadap kinerja bank yang diukur dengan ROA adalah sebagai berikut: H1 Rasio CAR berpengaruh positif terhadap ROA
135
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 15, No. 2
Desember 2013
Peningkatan LDR berarti penyaluran dana ke pinjaman semakin besar sehingga laba akan meningkat (Banik dan Das 2013). Peningkatan laba tersebut mengakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA semakin tinggi. Oleh karena itu pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam bentuk kredit (Sudiyatno dan Suroso 2010). Hal ini berarti bahwa semakin tinggi LDR sampai dengan batas tertentu maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk kredit maka akan meningkatkan pendapatan bunga sehingga ROA semakin tinggi. Sesuai dengan teori yang tertuang dalam penelitian Supatra (2007) yaitu peningkatan LDR disebabkan peningkatan dalam pemberian kredit ataupun penarikan dana oleh masyarakat dimana hal ini dapat mempengaruhi likuiditas bank yang berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan masyarakat. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Banik dan Das (2013), Sudiyatno dan Suroso (2010) serta Supatra (2007) yang menyatakan bahwa rasio LDR berpengaruh positif terhadap ROA. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengenai pengaruh LDR terhadap kinerja bank yang diukur dengan ROA adalah sebagai berikut: H2 Rasio LDR berpengaruh positif terhadap ROA Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Menurut penelitian Mawardi (2005), semakin kecil rasio ini, berarti bahwa kinerja bank semakin baik. Hal ini disebabkan karena tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh terhadap pendapatan atau earning yang dihasilkan oleh bank tersebut (Mahardian 2008). Jika kegiatan operasional dilakukan dengan efisien, dalam hal ini nilai rasio BOPO rendah, maka pendapatan yang dihasilkan bank tersebut akan naik (Supatra 2007). Efisiensi
136
operasi rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan yang diukur dengan ROA sesuai dengan hasil penelitian Sudiyatno dan Suroso (2010), Mawardi (2005), Mahardian (2008) dan Supatra (2007). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengenai pengaruh BOPO terhadap kinerja bank yang diukur dengan ROA adalah sebagai berikut: H3 Rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA Pengaruh NPL terhadap ROA didukung dari beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa NPL mempunyai pengaruh yang negatif terhadap ROA, artinya setiap kenaikan jumlah NPL akan berakibat menurunnya ROA (Mahardian 2008). Hal ini terjadi karena peraturan Bank Indonesia perihal NPL yang mengatur bahwa setiap kenaikan outstanding pinjaman yang diberikan mencakup dengan cadangan aktiva produktif dengan cara mendebet rekening biaya cadangan aktiva produktif dan mengkredit rekening cadangan penghapusan aktiva produktif, sehingga setiap kenaikan outstanding pinjaman yang diberikan akan menambah biaya cadangan aktiva produktif yang pada akhirnya mempengaruhi ROA bank (Supatra 2007). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Mawardi (2005), Mahardian (2008) dan Supatra (2007) yang menyatakan bahwa rasio NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengenai pengaruh NPL terhadap kinerja bank yang diukur dengan ROA adalah sebagai berikut: H4 Rasio NPL berpengaruh negatif terhadap ROA NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat porsi terbesar pendapatan operasional bank berasal dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan dengan simpanan yang diterima (Widyastuti dan Mandagie 2010). Semakin besar NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penem-
ISSN: 1410 - 9875
patan aktiva perusahaan dalam bentuk kredit, sehingga ROA bank akan meningkat. Semakin besar NIM suatu bank maka semakin besar juga ROA yang diperoleh bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan bank semakin membaik dan meningkat (Supatra 2007). Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Mawardi (2005), Widyastuti dan Mandagie (2010) serta Supatra (2007) yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengenai pengaruh NIM terhadap kinerja bank yang diukur dengan ROA adalah sebagai berikut: H5 Rasio NIM berpengaruh positif terhadap ROA METODA PENELITIAN Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi pada penelitian ini adalah Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 sampai dengan tahun 2011. Adapun sampel penelitian ini diambil setelah memenuhi beberapa kriteria yang berlaku bagi penerapan definisi operasional variabel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu sampel yang ditarik dengan menggunakan pertimbangan. Kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti adalah 1. Bank yang terdaftar di BEI yang mempunyai laporan keuangan lengkap dan telah dipublikasikan di Bank Indonesia yang diakses dari tahun 2007 sampai tahun 2011 sebanyak 31 bank; 2. Laporan keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir 31 Desember tiap periode. Data dalam penelitian ini didapat dari data sekunder, yaitu Laporan Pengawasan Perbankan yang dipublikasikan Bank Indonesia, mengingat data keuangan tersebut dinilai valid dan dapat diakses oleh masyarakat luas.
Farah Margaretha/Marsheilly Pingkan Zai
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ROA (profitabilitas). Adapun kriteria penilaian berdasarkan kinerja profitabilitas bank pada bank publikdi Bursa Efek Indonesia. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah CAR, LDR, BOPO, NPL dan NIM. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). ROA didapat dari Perhitungan Rasio Laporan Keuangan tiap Bank yang dilaporakan ke Bank Indonesia. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri Capital Adequacy Ratio (CAR) didapat dari Perhitungan Rasio Laporan Keuangan tiap Bank yang dilaporkan ke Bank Indonesia, Loan to Deposit Ratio (LDR) didapat dari Perhitungan Rasio Laporan Keuangan tiap Bank yang dilaporkan ke Bank Indonesia, Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) didapat dari Perhitungan Rasio Laporan Keuangan tiap Bank yang dilaporakan ke Bank Indonesia, Non Performing Loan (NPL) didapat dari Perhitungan Rasio Laporan Keuangan tiap Bank yang dilaporkan ke Bank Indonesia, Net Interest Margin (NIM) didapat dari Perhitungan Rasio Laporan Keuangan tiap Bank yang dilaporkan ke Bank Indonesia. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Adapun persamaan regresi linera berganda yang digunakan adalah sebagai berikut: ROA = ࢇ + ࢼCAR + ࢼLDR + ࢼBOPO + ࢼNPL + ࢼ5NIM + ࢋ
HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia Operasi bisnis perbankan di Indonesia harus diawasi secara langsung oleh bank sentral. Pengawasan kegiatan operasional bank yang dilakukan Bank Indonesia dimaksudkan agar bank-bank dapat beroperasi dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Pengawasan tersebut sifatnya untuk memberikan perlindungan masyarakat dan menjaga kepercayaan masyarakat
137
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 15, No. 2
Desember 2013
terhadap bisnis perbankan, oleh karena itu prinsip kehati-hatian harus selalu diutamakan (Kasmir 2010). Praktik perbankan di Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan nomor 7 tahun 1992 yang telah disempurnakan melalui Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, saat ini memiliki beberapa jenis bank yang dapat ditinjau dari berbagai segi, namun yang menjadi bahan penelitian yaitu bank publik di Indonesia sebanyak 31 bank, yaitu bank umum milik negara ada 4 bank, bank milik swasta nasional ada 26 bank, bank milik pemerintah daerah ada 1 bank. Berikut hasil pengujian hipotesis: Tabel 1 Pengujian Hipotesis Variabel
B
Sig.
Keterangan
CAR LDR BOPO NPL NIM
0,032 0,010 -0,071 -0,075 0,203
0,031 0,003 0,000 0,026 0,000
H1 diterima H2 diterima H3 diterima H4 diterima H5 diterima
Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien transformasi regresi untuk variabel Capital Adequacy Ratio sebesar 0,032 dengan nilai signifikansi sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset dapat diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka Return On Asset (ROA) yang diperoleh bank akan semakin besar, karena semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan usahanya, sehingga kinerja
138
bank juga akan meningkat. Selain itu, semakin tinggi permodalan bank maka bank dapat melakukan ekspansi usahanya dengan lebih aman. Adanya ekspansi usaha pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan bank yang bersangkutan. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari penelitian Banik dan Das (2013), Mahardian (2008), Widyastuti dan Mandagie (2008) yang menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset. Hipotesis kedua yang diajukan menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien transformasi regresi untuk variabel Loan to Deposit Ratio sebesar 0,010 dengan nilai signifikansi sebesar 0,003 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset dapat diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika kemampuan bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka semakin tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank dan akan meningkatkan laba bank yang bersangkutan, dengan kata lain kenaikan Loan to Deposit Ratio akan meningkatkan Return on Asset, sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian Banik dan Das (2013), Sudiyatno dan Suroso (2010) dan Supatra (2007) yang menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Asset. Hipotesis ketiga yang diajukan menyatakan bahwa Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien transformasi regresi untuk variabel BOPO se-
ISSN: 1410 - 9875
besar -0,071 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis ketigayang menyatakan bahwa Biaya Operasional/Pendapatan Operasional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset dapat diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika BOPO meningkat yang berarti efisiensi menurun, maka Return on Asset yang diperoleh bank akan menurun. Hal ini disebabkan karena tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh terhadap pendapatan atau earning yang dihasilkan oleh bank tersebut. Jika kegiatan operasional dilakukan dengan efisien, dalam hal ini nilai rasio BOPO rendah, maka pendapatan yang dihasilkan bank tersebut akan naik. Selain itu, besarnya rasio BOPO juga disebabkan karena tingginya biaya dana yang dihimpun dan rendahnya pendapatan bunga dari penanaman dana. Semakin besar BOPO semakin kecil Return on Asset. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Mawardi (2005) serta Sudiyatno dan Suroso (2010) yang menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap Return on Asset. Hipotesis keempat yang diajukan menyatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien transformasi regresi untuk variabel Non Performing Loan sebesar0,075 dengan nilai signifikansi sebesar 0,026 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis keempat yang menyatakan bahwa Non Performing Loan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset dapat diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar Non Performing Loan maka Return on Asset yang diperoleh akan semakin kecil. Peningkatan Non Performing Loan akan mempengaruhi profitabilitas bank, karena semakin tinggi Non Performing Loan (NPL) maka akan semakin buruk kualitas kredit bank
Farah Margaretha/Marsheilly Pingkan Zai
yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank. Non Performing Loan (NPL) yang rendah mengindikasikan kinerja keuangan bank semakin baik. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Banik dan Das (2013), Mawardi (2005), Mahardian (2008) dan Supatra (2007) yang menunjukkan bahwa Non Performing Loan berpengaruh negatif signifikan terhadap Return on Asset. Hipotesis kelima yang diajukan menyatakan bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien transformasi regresi untuk variabel Net Interest Margin sebesar 0,203 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis kelima yang menyatakan bahwa Net Interest Margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset dapat diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Net Interest Margin yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih semakin besar maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga semakin besar Net Interest Margin menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva perusahaan dalam bentuk kredit, sehingga Return on Asset bank akan meningkat. Semakin besar Net Interest Margin suatu bank semakin besar Return on Asset yang diperoleh bank tersebut. Kinerja keuangan bank semakin membaik dan meningkat. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian Mawardi (2005), Widyastuti dan Mandagie (2010) serta Supatra (2007) yang menunjukkan bahwa Net Interest Margin berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Asset.
139
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 15, No. 2
Desember 2013
PENUTUP Penelitian ini mencoba untuk meneliti pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan Deposit Ratio (LDR), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Net Performing Loan (NPL) dan Net Interest Margin (NIM) terhadap Return on Asset (ROA) sebagai gambaran dari kinerja keuangan perbankan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa seluruh hipotesis diterima. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh manajer keuangan, manajer investasi dan juga oleh investor. Adapun implikasi manajerial dari penelitian ini adalah (1) Bagi pihak manajemen di masing-masing bank dapat memanfaatkan dan memperhatikan rasio keuangan CAR, LDR, BOPO, NPL dan NIM terhadap rasio profitabilitas, yaitu ROA. Dengan tujuan meningkatkan kinerja keuangan bank untuk selalu masuk dalam kategori bank sehat sehingga masyarakat dan para investor memilih untuk melakukan transaksi perbankan dan berinvestasi pada bank tersebut; (2) Bagi pihak investor dapat mempermudah investor dalam melakukan investasi dan menen-
tukan bank-bank apa saja yang memiliki prospek yang menguntungkan dengan menggunakan rasio keuangan bank yaitu CAR, BOPO, LDR, NPL dan NIM. Dikarenakan kelima rasio keuangan tersebut terbukti mempengaruhi rasio profitabilitas yaitu ROA, sehingga dengan nilai ROA yang sesuai dengan rasio keuangan lainnya maka investor berpotensi untuk memperoleh return yang lebih besar; (3) Bagi pengambil kebijakan perbankan bahwa kinerja perbankan dapat ditingkatkan dengan cara menerapkan Manajemen Risiko secara konsisten dan konsekuen dan tetap menjaga Non Performing Loan (NPL) kurang dari 5%. Peningkatan laba dapat juga dengan cara mengoptimalkan modal yang ada. Penambahan produk baru juga penting karena dapat memberikan kontribusi laba dari fee based income. Faktor efisiensi perlu diperhatikan pula, karena dengan meningkatkan efisiensi dengan cara mengurangi biaya operasi seperti penggunaan telepon, biaya promosi dan meningkatkan pendapatan operasi dapat menambah laba operasi yang akhirnya meningkatkan ROA (Dendawijaya 2009).
REFERENSI : Bank Indonesia, 2013. Tinjauan Kebijakan Moneter: Evaluasi Perekonomian dan Perbankan Tahun 2012, Prospek 2013-2014 dan Kebijakan Bank Indonesia. Januari. Banik, B.P. dan P.C. Das. 2013. Comparison of Financial Performance of State Owned Commercial Banks : A Case Study of Bangladesh. International Journal of Science and Research, Vol. 2 Issue 2, February, hlm. 423-428. Dendawijaya, Lukman. 2009.Manajemen Perbankan. Jakarta: PT.Ghalia. Gul S., F. Irshad dan K. Zaman. 2011. Factors Affecting Bank Profitability in Pakistan.The Romanian Economic Journal, Year XIV, March, hlm. 61-87. Infobank, No. 408, Maret 2013, Vol XXXV. Infobank (Analisis – Strategi Perbankan dan Keuangan) No. 409 April 2013 Vol. XXXVI. Jha, S. dan X. Hui. 2012. A comparison of financial performance of commercial banks: A case study of Nepal. African Journal of Business Management, Vol. 6, hlm. 7601-7611. Kasmir. 2010. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Mahardian, Pandu. 2008. Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002 – Juni 2007). Jurnal Ekonomi Universitas Diponegoro. Mawardi, Wisnu. 2005. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Dengan Total Assets Kurang Dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis dan Strategi, Vol. 14, No.1, Juli.
140
ISSN: 1410 - 9875
Farah Margaretha/Marsheilly Pingkan Zai
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi, Cetakan keempat. Jakarta: Salemba Empat. Munawir. 2010. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Ongore, V.O. dan G.B. Kusa. 2013. Determinants of Financial Performance of Commercial Banks in Kenya. International Journal of Economics and Financial Issues, Vol. 3, No. 1, hlm. 237-252. Riyadi, Slamet. 2008, Banking Assets and Liability Management. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Silvanita, Ktut. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta: Erlangga. Sudiyatno, Bambang dan Suroso, Jati. (2010). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR, dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (Periode 2005-2008). Dinamika Keuangan dan Perbankan Vol. 2, No. 2, hlm. 125-137. Supatra, Muljanto. 2007, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap ROA, Jakarta: Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No. 4, hlm. 103-115. Wardiah, Mia Lasmi. 2013. Dasar-dasar Perbankan, Bandung: CV Pustaka Setia. Widyastuti, Tri dan Mandagie. 2010. Pengaruh CAR, NIM, dan LDR terhadap ROA Pada Perusahaan Perbankan. Akuntabilitas: Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol. 10 No. 1 September 2010, hlm.18-25 Zhang. X. dan Daly, K. 2012. Performance of China-owned banks in Hong Kong. The International Journal of Banking and Finance, Vol. 9, Issue 3, hlm. 72-87.
141