FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN ORANG TUA MEMBERIKAN SUSU FORMULA PADA ANAK UMUR 0-2 TAHUN (DI WILAYAH BEKASI) Jusophinie Puji Lestari Suresh Kumar Jurusan Administrasi Bisnis, Universitas President Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Tingginya angka kelahiran bayi di Tanah Air membuat Indonesia menjadi salah satu pasar utama dalam pemasaran produk susu formula. Menurut laporan, angka penjualan susu formula di dunia meningkat sebesar 37 persen pada tahun 2008-2013. Hal ini terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula kepada bayi 0-2 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-2 tahun di Wilayah Bekasi. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Para Ibu yang pernah atau masih memberikan susu formula pada anaknya yang berumur 0-2 tahun di wilayah Bekasi. Dari kuesioner yang disebar, diperoleh data yang kemudian diuji validitas dan realibilitasnya sehingga diperoleh variabel yang valid untuk dilakukan pengolahan data selanjutnya. Kemudian data diolah dengan menggunakan analisa kausal. Dari penelitian di peroleh hasil bahwa pengetahuan memiliki pengaruh sebesar 57% terhadap keputusan orang tua dalam memberikan susu formula pada anak 0-2 tahun di wilayah Bekasi. Dari hasil pengolahan data diatas diharapkan kita dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi para Ibu dalam memutuskan pemberian susu formula pada anak usia 0-2 tahun. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi para Ibu agar lebih mempunyai pemahaman tentang pentingnya pemberian Asi pada bayi usia 0-2 tahun Kata Kunci: susu formula, keputusan pemberian, bayi 0-2 tahun.
1
FACTORS AFFECTING PARENTS ON GIVING INFANT (0-2 YEARS) FORMULATED MILK IN BEKASI REGION
Abstract A developing country with one of the highest birth rate, Indonesia has become a major target in retail of formulated milk. According to several reports, sales of formulated milk in period 2008-2013 have staggeringly increased by 37 %. This factor is mainly correlated to formulated milk bought for infants aged 0-2 years. The following research aims to determine factors that are associated with infant milk bought (aged 0 -2 years) in Bekasi. This research is a quantitative based research. Data populations described in the research are mothers who used to, or are still buying infant milk to their children aged 0-2 years in Bekasi. The data that are collected through questionnaire are validated and its reliability tested for further use in the following stages. The data are evaluated using causal analytics. Result shows that user knowledge will influence 57% of decision factor on parents buying formulated milk in Bekasi. Furthermore, several additional factors influencing the decision are described as well. The evaluation of this research will help to give recommendation for mothers, thus in turn giving a better understanding on the importance of giving breast milk for infants aged 0 – 2 years. Keywords: Formulated Milk, Infants 0 – 2 years, decision factor.
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) adalah susu yang terbaik bagi anak, karena ASI mengandung zat nutrisi dengan kualitas, kuantitas dan komposisi ideal untuk pertumbuhan, kesehatan dan kecerdasan bayi. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu saja tanpa pemberian makanan atau minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan Pemberian susu eksklusif selama 4-6 bulan sangat dianjurkan oleh WHO.Dan pada tahun 2001, setelah melakukan penelitian secara sistemik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan (Fikawati, Syafiq, 2010; Triana, 2012). 2
Berdasarkan data labor force situation in Indonesia, BPS-statistics Indonesia (2012) mencatat, pekerja perempuan di Indonesia pada Februari 2012" bertambah 1,39 juta orang jika dibandingkan dengan jumlah Februari 2011. Data tersebut mencakup juga tingginya jumlah ibu yang bekerja pasca selesai cuti melahirkan.Para ibu yang masih bekerja, tidak semua bisa meluangkan waktu untuk memberikan ASI mereka untuk bayinya.Dengan begitu, pemberian PASI (Pengganti ASI) yaitu susu formula tidak dapat dihindarkan. Tujuan memberikan PASI adalah untuk menambah asupan nutrisi selain dari ASI, serta mengajari bayi agar mengenal makanan secara bertahap dengan konsistensi lain yang nantinya menuju pada makanan padat. Banyak faktor yang mempengaruhi para orang tua memutuskan untuk memberikan susu formula untuk anaknya. Ada 2 faktor penting yang mempengaruhi keputusan orang tua dalam pemberian susu formula pada anak antara lain faktor internal seperti; latar belakang sosial ekonomi yang mencakuppsikologis, kesehatan fisik, pendidikan dan pengetahuan, gaya hidup, demografi serta pendapatan keluarga (Triana, 2012). Faktor internal lainnya adalah kondisi psikologis si ibu. Pengalaman pribadi yang tidak menyenangkan seperti digigit saat menyusui, atau ASI tidak keluar sehingga bisa menyebabkan menggunakan susu formula. Ada juga sebaliknya, banyak wanita yang tidak mau menyusui karena gaya hidup yang berpandangan bahwa menyusui mengakibatkan bentuk tubuh menjadi tidak ideal. Krisnatuti dkk (2000) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa keinginan seorang ibu untuk mementingkan keindahan tubuhnya mendorong penggunaan susu formula. Begitu juga dengan besar kecilnya pendapatan keluarga, pasti sangat berpengaruh pada keputusan orang tua untuk memberikan susu formula pada anaknya. Sedangkan faktor eksternal seperti faktor lingkungan, Banyak ibu menyusui yang masih bekerja ingin memberikan ASI pada anaknya, namun karena minimnya intensitas waktu untuk memeras ASI dan juga tidak semua perusahaan tempat mereka bekerja menyediakan waktu dan ruang untuk memeras ASI. Faktor eksternal lainnya adalah harga susu dan besarnya pengaruh iklan susu di media. Namun seberapa besar pengaruh iklan terhadap keputusan orang tua dalam pemberian susu formula bayi dan anak belum diketahui karena iklan susu formula tidak boleh diiklankan terlalu bebas. Seperti susu formula awal (untuk
3
bayi usia 0-6 bulan) dan lanjutan (6-12 bulan) tidak boleh di iklan kan sesuai dengan ketentuan Menkes No.273/MENKES/SK/IV/1997 tanggal 10 April 1997. Berdasarkan faktor-faktor diatas, masalah yang menjadi bahan penelitian ini meliputi: 1. Bagaimana perilaku konsumen terhadap pemberian susu formula untuk anak dari usia 0-2 tahun. 2. Bagaimana pengaruh faktor individu meliputi Kesehatan, Pengetahuan, Daya beli dan Lingkungan terhadap pengambilan keputusan pemberian susu formula untuk anak dari usia 0-2 tahun
Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: a) Mengidentifikasi perilaku konsumen terhadap pemberian susu formula untuk anak dari usia 0-2 tahun. b) Mengidentifikasi besarnya pengaruh faktor Kesehatan, Pengetahuan, Daya beli dan Lingkungan terhadap pengambilan keputusan pemberian susu formula untuk anak dari usia 0-2 tahun.
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Susu Formula Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak (Pudjiadi, 2002). Susu formula disebut juga dengan susu buatan, oleh karena minuman buatan ini fungsinya sebagai pengganti susu ibu.Susu formula diproduksi khusus untuk konsumsi khusus seperti susu untuk bayi, anak dan susu ibu hamil dan menyusui serta orang dewasa lainnya dengan kebutuhan konsumsi susu tertentu (Triana,2012).
4
Pengertian Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati.Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan). Sedangkan dari segi kepentingan kerangka analisis, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Bentuk Perilaku Teori Bloom (1908) yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010) membedakan perilaku dalam 3 domain perilaku yaitu: kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Untuk kepentingan pendidikan praktis, teori ini kemudian dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yaitu: 1) Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). 2) Sikap (attitude) Masih menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. 3) Tindakan (practice) Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan.Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana dan prasarana. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan 5
melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
Perilaku Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2010), faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Dari berbagai determinan perilaku manusia, banyak ahli telah merumuskan teori-teori atau model-model terbentuknya perilaku.Masing-masing teori, konsep atau model tersebut dapat diuraikan seperti berikut.Berdasarkan pengalaman empiris di lapangan, disimpulkan bahwa garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Salah satu teori yang terkenal tentang terbentuknya perilaku adalah ”Teori Precede-Procede” (1991), yaitu teori yang dikembangkan oleh Lawrence Green, yang dirintis sejak tahun 1980. Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Susu Formula (Soetjiningsih, 1997, Triana, 2012) Menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan susu formula meliputi: Faktor Kesehatan a) Kesehatan psikologis:
Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
Tekanan batin, Misalnya trauma akan pengalaman menyusui sebelumnya.
b) Kesehatan fisik :
Ibu tidak keluar ASI nya
Ibu sakit
6
Faktor Pengetahuan Meliputi pengetahuan orang tua tentang seberapa penting susu formula di berikan pada anak sebagai makanan pendamping. Hal ini menyangkut juga keberadaan tempat tinggal media informasi yang menginformasikan pentingnya susu formula bagi anak dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pengaruh kemajuan teknologi dalam perubahan sosial budaya menyebabkan ibu-ibu di perkotaan umumnya, memberikan susu formula, karena susu formula merupakan alternatif tercepat yang mereka pilih untuk mengatasi kebutuhan bayi selama mereka bekerja, hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif (Depkes RI, 2002).
Faktor Daya Beli Definisi Daya beli adalah kemampuan membayar untuk memperoleh barang yang dikehendaki atau diperlukan (Kamus Besar bahasa Indonesia; Balai Pustaka 2001; 241). Faktor Lingkungan a) Faktor Iklan : Meningkatnya iklan Susu formula yang menggambarkan berbagai kandungan yang bermanfaat di berbagai media b) Faktor tempat tinggal : Ketika bertempat tinggal di perkampungan akan menyulitkan pemberian susu formula dan juga terbatasnya informasi tentang susu formula
Kerangka Konsep Penelitian
Kesehatan Pengetahuan Keputusan Pembelian Susu Formula
Daya beli Lingkungan
7
Pengaruh Kesehatan Terhadap Pemberian Susu Formula Pada Anak 0-2 tahun Menyusui bayi merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi para Ibu. Namun menjadi hal yang sebaliknya bagi para ibu yang mempunyai pengalaman buruk saat menyusui seperti digigit oleh sang bayi. Hal ini bisa menjadi suatu faktor yang mempengaruhi keputusan orang tua memberikan susu formula. Kondisi kesehatan para ibu juga berpangaruh terhadap pemberian susu formula pada bayi. Suatu dilema bagi para ibu yang ingin memberikan ASI namun ASI nya sendiri tidak keluar. Atau bisa juga karena Ibu menderita penyakit yang bisa menular pada bayinya seperti AIDS.
Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemberian Susu Formula Pada Anak 0-2 Tahun ASI sangat baik diberikan pada anak usia 0-2 tahun. Menurut Roesli (2008), fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif. Tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan pemberian susu formula, artinya semakin buruk pengetahuan ibu maka pemberian susu formula akan semakin meningkat. Demikian juga sebaliknya jika pengetahuan ibu baik maka pemberian susu formula akan semakin rendah (Heni Triana, 2012)
Pengaruh Daya Beli Terhadap Pemberian Susu Formula Pada Anak 0-2 Tahun Daya beli masyarakat berkaitan dengan besarnya penghasilan dan jumlah tanggungan keluarga. Triana (2012) menulis bahwa Uji statistik menunjukkan variabel penghasilan keluarga berhubungan dengan pemberian susu formula. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi penghasilan ibu maka akan semakin meningkat tingkat pemberian susu formula. Hal serupa juga dikemukakan oleh Afifah (2007) bahwa faktor pendapatan sangat
mendukung dalam pemberian susu formula, keluarga yang
pendapatannya tinggi cenderung akan memberikan susu formula kepada bayinya. Menurut Arifin (2004), pemberian susu formula pada bayi tidak dipengaruhi oleh jumlah tanggungan dalam keluarga, dimana walaupun jumlah tanggungan dalam keluarga > 2
8
orang masih terdapat ibu yang memberikan susu formula pada anak sebesar 30,6%. Hal ini sejalan dengan pendapatHeni Triana (2012) yang mengungkapkan bahwa Tanggungan keluarga bukan menjadi beban dalam pemberian susu formula pada responden, Hal ini dapat dibuktikan bahwa ibu yang memiliki jumlah tanggungan > 2 orang lebih tinggi persentase pemberian susu formula pada bayi.
Pengaruh Lingkungan Terhadap Pemberian Susu Formula Pada Anak 0-2 Tahun Faktor lingkungan disini adalah berkaitan dengan iklan dan tempat tinggal. Menurut Welford (2001), Promosi susu formula yang semakin gencar dengan menampilkan keunggulan-keunggulan yang dibuat menyerupai keunggulan ASI, serta dilengkapi dengan zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, membuat makin rendahnya tingkat penggunaan ASI. Hal ini sejalan dengan Uji statistik yang dilakukan oleh Triana (2012) yang menunjukkan bahwa variabel media informasi memberikan andil pada ibu dalam pemberian susu formula pada bayi walaupun sedikit. Karena terdapat
ibu yang tidak pernah mendengar informasi dalam pemberian susu
formula dengan persentase memberikan susu formula sebesar 97,2%.
METODE PENELITIAN Populasi Populasi pada penelitian ini diambil dari 240 orang ibu yang memiliki anak dengan usia 02 tahun di wilayah Bekasi yang memberikan susu formula kepada anaknya. Teknik pengambilan sample Pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling, dimana subjek yang dijadikan sample merupakan orang yang merespon questionnaire yang disebar di wilayah Bekasi kepada Para Ibu yang mempunyai anak 0-2 tahun.Pertanyaan dalam kuesioner menggunakan skala 1-5 untuk mewakili pendapat dari responden. Nilai skala tersebut adalah : a. b. c.
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu
:5 :4 :3 9
d. e.
Tidak Setuju :2 Sangat Tidak Setuju : 1
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder.Data primer didapatkan dari kuesioner. Sedangkan untuk data sekunder merupakan data yang didapatkan dari literatur dan jurnal – jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Uji Validitas Menurut Ghozali (2006) uji validitas digunakan untuk mengukur sah tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Penelitian ini juga akan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data responden. Uji Reliabilitas Menurut Arikunto (2007), reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu intrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach alpha, reliabilitas yang baik adalah yang mendekati satu.Berdasarkan pernyataan Ghozali, maka penelitian ini menggunakan pengukuran reliabilitas one shot atau pengukuran sekali saja dan untuk pengujian reliabilitasnya digunakan uji statistic Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variable dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Ghozali,2006). Untuk melakukan pengujian reliabilitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 19.00 for windows. Analisa Teknik (Uji Pengaruh) Regresi berganda merupakan analisa regresi yang dilakukan antara satu variabel terikat dengan beberapa variabel bebas secara bersama-sama.Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi (Faktor Psikologis, Kesehatan fisik, Penghasilan, Pengetahuan, Jumlah Anak, Pekerjaan, Iklan dan tempat tinggal) yang akan berpengaruh pada variable terikat yaitu keputusan orang tua terhadap pemberian susu formula anak. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden Responden dari pengisian kuisioner yang kami sebarkan meliputi para Ibu yang pernah dan sedang memberikan susu formula pada anak usia 0-2 tahun yang berlokasi di kota 10
Cikarang, Bekasi. Jumlah total responden adalah 240 orang, dimana terbagi dalam 4 kategori pengelompokan yaitu umur, pendidikan, pekerjaan dan pola pemberian susu. Berdasaran pengelompokan umur, responden yang berumur dibawah 20 tahun berjumlah 1 orang (0.4%), berumur 20 sampai 30 tahun berjumlah 103 orang (43%), berumur 31 sampai 40 tahun berjumlah 134 orang (55.8%) dan yang berumur diatas 41 tahun hanya 1 orang (0.8%). Berdasarkan Pengelompokan Pendidikan terakhir, responden yang berpendidikan diatas D3 berjumlah 13 orang (5.4%), berpendidikan SMA berjumlah 223 orang (92.9%), berpendidikan SMP berjumlah 3 orang (1.2%), berpendidikan SD 1 orang (0.4%). Berdasarkan pengelompokan Jenis pekerjaan, responden yang berprofesi sebagai karyawan berjumlah 146 orang (60.9%), berprofesi sebagai wiraswasta berjumlah 40 orang (16.7%), berprofesi sebagai Pegawai negri berjumlah 43 orang (17.9%), dan berprofesi sebagai Ibu rumah tangga berjumlah 11 orang (4.5%). Sedangkan pengelompokan responden berdasarkan pola pemberian susu formula, responden yang rutin melakukan pemberian berjumlah 145 orang (60.4%), dan yang sering melakukan pemberian berjumlah 95 orang (39.6%). Uji Analisis Faktor analis adalah salah satu hal yang menunjukan kelayakan dari data kita dengan melihat nilai KMO (Kaiser Meyer Olkin) tidak boleh kurang dari 0.5 dan uji Bartlett yang nilai signifikannya harus lebih kecil dari 0.05. Nilai KMO yang diperoleh sebesar 0,797, ini berarti data layak diolah dengan faktor analisis. Demikian pula pada uji Bartlett diperoleh nilai P = 0,000 yang mengindikasikan bahwa korelasi variable-variabel penelitian signifikan. Total Variance Explained KMO
Bartlett's Test (Sig.)
Initial Eigenvalues Total
0.797
0.000
Rotation Sums of Squared Loadings
Component % of Variance Cumulative %
Total
% of Variance Cumulative %
1
3.332
41.651
41.651
2.823
35.289
35.289
2
1.229
15.357
57.008
1.625
20.317
55.605
3
1.070
13.376
70.383
1.182
14.778
70.383
Faktor dominan yang memengaruhi keputusan pemberian susu formula digunakan kriteria nilai eigen. Berdasarkan kriteria nilai eigen hanya faktor yang memiliki nilai eigen > 1 yang dianggap signifikan. Dapat dilihat pada tabel total variance explained memperlihatkan bahwa terdapat 3 komponen utama yang memiliki nilai eigen lebih besar dari satu dengan jumlah presentase komulatif 70.383 %. Untuk mempermudah interpretasi dalam menentukan item-item apa saja yang masuk dalam suatu faktor digunakan rotasi faktor. Rotasi faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotasi varimax yaitu metode rotasi oblique dengan asumsi bahwa faktor-faktornya
11
berkorelasi. Jika jumlah sample > 200 maka nilai factor loading yang digunakan adalah 0.44. Sesuai dengan data diatas, terdapat 3 faktor yang menjelaskan keputusan pemberian susu formula. Variabel – variable yang mendominasi sebagai penentu dalam penamaan faktor. Pada faktor 1 dinamakan faktor Pengetahuan, faktor 2 dinamakan faktor Kesehatan, dan faktor 3 adalah faktor Lingkungan. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas mengukur tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam mengukur suatu gejala atau kejadian.Suatu variabel dikatakan realibel jika nilai Cronbach Alpa lebih besar dari 0,60. Dari 3 faktor yang di uji reliabilitas ternyata ada 2 faktor yang mempunyai nilai cronbach alpha > 0.6 yaitu faktor Pengetahuan (X1) dengan nilai cranbach alpha 0.773 dan faktor Kesehatan (X2) dengan nilai cranbach alpha 0.696. Sedangkan faktor Lingkungan mempunyai cronbach alpha 0.298. Berikut data hasil dari uji reliabilitas dari penelitian ini : FAKTOR LOADING
FAKTOR X1 (Pengetahuan) X2 (Kesehatan)
Q11
.861
Q8
.860
Q9
.836
Q7
.711
Q1
.810
Q2
.798
CRONBACH ALPHA
0.773
0.696
Uji Asumsi Klasik Hasil Uji Normalitas Untuk mendeteksi apakah dalam model regresi distribusi data normal atau tidak maka dapat dilihat pada grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif data normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan garis normal. Jika distribusi data normal, maka garis yang menggambarkan data yang sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.
12
Dari hasil output SPSS pada gambar dibawah ini dapat dilihat bahwa pada grafik normal plot titik-titik menyebar disekitas garis diagonal. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi distribusi data adalah normal.
Hasil Uji Multikolinearitas Pendeteksian adanya multikolinearitas dapat dilihat pada besaran VIF dan tolerance.Jika nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model regresi bebas dari adanya multikolinearitas. Berikut ini adalah besaran nilai tolerance dan VIF berdasarkan hasil analisis regresi berganda, yaitu : Coefficientsa
Model 1 (Constant)
Collinearity Statistics Tolerance VIF
X1 (Pengetahuan)
.798
1.253
X2 (Kesehatan)
.798
1.253
Dari tabel dapat diketahui bahwa nilai tolerance pada variabel Pengetahuan (X1) mendekati angka 1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat multikoliniaritas dan model regresi layak untuk dipakai. Hasil Uji Heteroskedastisitas Untuk mendeteksi ada tidaknya problem heteroskedastisitas, maka dapat dilakukan dengan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi.dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di standardized. Dari grafik scatter plot yang diperoleh pada gambar terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi layak dipakai untukmemprediksi variabel kinerja berdasarkan variabel karakteristik distributor, pelatihan (training) dan lingkungan kerja.
13
Hasil Pengujian Uji - F Analisis uji – F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian dengan cara membandingkan antara F tabel dengan F hitung. Dengan kriteria α=5%, diperoleh signifikansi sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan atas hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut baik dan dapat diterima. a
ANOVA Sum of Squares
Model 1
Mean Square
df
F
Regressio n Residual
34.673
2
17.336
26.201
237
.111
Total
60.874
239
Sig.
156.816
.000b
Hasil Pengujian Uji - t Analisis uji-t digunakan untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial atau individual berpengaruh terhadap keputusan pemberian susu formula. Uji test t ini akan mengetahui apakah faktor-faktor yang diteliti mempengaruhi terhadap keputusan pemberian. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan antara t tabel dengan t hitung. Dengan kriteria α=5%, besarnya t hitung masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut: Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
Model summary Standardized Coefficients
t
Sig.
6.363
.000
R
R Square
.755a
0.570
Beta
1.026
.161
X1 (Pengetahuan)
.665
.044
.722
15.127
.000
X2 (Kesehatan)
.058
.040
.068
1.434
.153
14
Dari tabel didapat faktor X1 yang memiliki nilai probabilitas < 0.05 yaitu 0.000 yang artinya berpengaruh secara signifikan baik parsial maupun individual terhadap keputusan pemberian susu formula. Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.Dari tabel pengujian regresi linier berganda dapat diketahui bahwa koefisien determinasi sebesar 0.570. Hal ini menunjukkan bahwa 57.0% dari variasi yang terjadi didalam variabel keputusan pemberian secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel Pengetahuan.
PEMBAHASAN Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan orang tua terhadap pemberian susu formula meliputi 4 faktor utama yaitu faktor Kesehatan, faktor Pengetahuan, faktor daya beli dan faktor Lingkungan. Namun Berdasarkan uji analisis terhadap 4 faktor tersebut ternyata hanya ada 2 faktor yang reliable yaitu faktor Pengetahuan dan faktor Kesehatan. Dan setelah 2 faktor tersebut melewati uji pengaruh, menghasilkan variabel Pengetahuan paling berpengaruh secara signifikan pada keputusan pemberian susu formula, Hal ini ditandai dengan nilai t hitung > t table dengan signifikansi <0.05 yaitu p= 0.000. Sedangkan variable Kesehatan tidak berpengaruh secara signifikan karena signifikasi >0.05 yaitu p=0.153. Pengaruh faktor Pengetahuan dan Kesehatan terhadap keputusan pemberian sangat besar, hal ini ditunjukkan dengan besarnya angka koefisien adjusted determinasi yaitu 0,570 atau 57.0 %. Sisanya sebesar 43% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam variabel penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya dan data yang diperoleh maka kesimpulan penelitian ini adalah : 1. Faktor Pengetahuan sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap keputusan pemberian susu formula, hal ini bisa dinyatakan bahwa pengetahuan para Ibu tentang manfaat susu formula sangat bagus. Namun bagi mereka yang berpendapat bahwa semua gizi yang ada di ASI pasti ada dalam susu formula, hal ini menandakan kurangnya pengetahuan mereka tentang pentingnya ASI bagi bayi usia 0-2 tahun. 2. Faktor Kesehatan juga berpengaruh pada keputusan orang tua dalam pemberian susu formula walaupun tidak signifikan.Variabel ini mencakup kesehatan Ibu yaitu kemampuan Ibu memberikan ASI (ASI keluar), dan kesehatan anak khususnya pola 15
makan atau nafsu makan anak. Bagi para Ibu yang mempunyai masalah ASI tidak keluar dan masalah nafsu makan anak, menyebabkan pemberian susu formula tidak dapat dihindari. 3. Faktor Lingkungan tidak terlalu berpengaruh terhadap keputusan pemberian. Faktor ini mencakup Tempat tinggal, Iklan, sales, teman, keluarga & tetangga yang dapat menyebabkan seorang ibu memberi susu formula. 4. Sedangkan Faktor Daya beli, tidak berpengaruh terhadap keputusan pemberian susu formula. Faktor ini meliputi harga, besar penghasilan, dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Berikut ini adalah beberapa saran yang bisa dipertimbangkan bagi para Ibu dalam memutuskan pemberian susu formula untuk anan usioa 0-2 tahun: 1. Variabel Pengetahuan adalah variabel yang mempunyai pengaruh paling besar dalam keputusan pemberian susu formula. Disarankan kepada para Ibu untuk lebih meningkatkan Pemahaman tentang pentingnya pemberian Asi melalui penyuluhan tentang pemberian ASI pada bayi usia 0-2 tahun. 2. Faktor Kesehatan Ibu dan anak, disarankan untuk menjaga kesehatan dan memberi asupan gizi yang cukup untuk tubuhnya. Faktor psikologis juga berperan diantaranya yaitu, Rasa nyaman, yakin dan berpikiran positif dan juga berkonsultasi kedokter, sehingga faktor sebab ASI tidak keluar bisa diperkecil. 3. Variabel Lingkungan tidak terlalu berpengaruh terhadap keputusan pemberian. Disarankan untuk memperbanyak pengetahuan tentang bayi usia 0-2 tahun sehingga faktor lingkungan tidak mempengaruhi keputusan Ibu untuk memberikan ASI.
DAFTAR PUSTAKA Triana, H. 2012, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kelurahan Helvetia Timur, Tesis, FKM USU, Jakarta. Maryati, S. 2009, Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemberian Asi Eksklusif Pada bayi Umur 0-6 Bulan di Kota Medan Tahun 2009, Tesis, FKM USU, Jakarta. Fikawati & Syafiq, 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia, Makara, Kesehatan, Volume 14 No.1, Edisi Juni 2010:17-24. Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Novianda, C. 2012, Pengaruh Komunikasi Persuasif Bidan Terhadap Perilaku Ibu Dalam Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kelurahan Durian Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi, Tesis, FKM USU, Jakarta. 16