FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG PROVINSI BANTEN. Dwi Agung Riyanto* :
[email protected] ABSTRAK Perawat merupakan sumber daya manusia di rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada pasien. Universal precaution merupakan pencegahan penularan penyakit dari tenaga kesehatan dan sebaliknya. Kepatuhan dalam penggunaan APD di rumah sakit dipengaruhi oleh komunikasi, keterbatasan alat, pengawasan, dan sikap dari perawat itu sendiri. Kontaminasi penyakit yang terjadi di lingkungan rumah sakit dapat dicegah dengan meningkatkan keamanan dan kedisiplinan perawat dalam menggunakan alat pelindung diri dan itu berlaku bagi semua perawat yang ada di seluruh unit pelayanan. Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor (komunikasi, ketersedian bahan, pengawasan, dan sikap) dan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD. Populasi penelitian ini adalah perawat yang ada diruangan rawat inap, Instalasi Gawat Darurat, dan Poliklinik RS Sari Asih Serang Banten dengan jumlah sampel sebanyak 66 orang dan menggunakan purposive sampling. Pengambilan data penelitian menggunakan kuesioner dan lembar observasi sebagai alat ukur penelitian, sedangkan analisis data penelitian yang digunakan adalah analisis Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara faktor komunikasi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD dengan nilai p = 0,011 (p < 0,05) dan OR = 4,8. Adanya hubungan antara faktor ketersediaan alat dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD dengan nilai p = 0,003 (p < 0,05) dan OR = 6,67. Adanya hubungan antara faktor pengawasan dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD dengan nilai p = 0,02 (p < 0,05) dan OR = 4,40. Adanya hubungan antara faktor sikap dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD dengan nilai p = 0,034 (p < 0,05) dan OR = 4,42. Kepatuhan perawat dalam penggunaan APD di RS Sari Asih Serang belum maksimal maka diperlukan komitmen antara pihak pengelola keperawatan dan pelaksana keperawatan sebagai langkah tindak lanjut dari hasil penelitian ini seperti upaya preventif dan promotif, controlling, reward and punishment dan penerapan kompetensi keilmuan dan profesionalisme dalam bidang keperawatan. Kata Kunci : Perawat, Alat Pelindung Diri, Kepatuhan, Komunikasi, Ketersediaan Alat, Pengawasan, Sikap
penyakit dari tenaga kesehatan dan sebaliknya, hal ini didasari penyebaran penyakit infeksius melalui medium cairan tubuh dan darah. Pemakaian alat pelindung diri merupakan upaya untuk menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi perawat beberapa ruangan perawatan rumah sakit. Alat pelindung diri seperti diantaranya sarung tangan, masker, kaca mata menjadi alternatif tindakan pencegahan bagi perawat dalam melindungi diri dari resiko penularan penyakit selama berinteraksi dengan pasien. Alat pelindung diri harus digunakan pada saat melakukan tindakan yang berisiko terjadinya kontak dengan darah, cairan tubuh, sekret, lendir, kulit yang tidak utuh dan benda yang terkontaminasi. Kepatuhan dalam penggunaan APD di rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, komunikasi, keterbatasan alat, pengawasan, dan sikap dari perawat itu sendiri. Kontaminasi penyakit yang terjadi di lingkungan rumah sakit dapat dicegah dengan meningkatkan keamanan dan kedisiplinan perawat dalam menggunakan alat pelindung diri dan itu berlaku bagi semua perawat yang ada di seluruh unit pelayanan. Tenaga perawat yang dihadapkan pada tugas dan tanggung jawab untuk bekerja dalam lingkungan yang membahayakan bagi kesehatan dirinya sendiri dan bahaya tersebut berupa kemungkinan terpaparnya
PENDAHULUAN Tenaga professional perawat merupakan sebagian dari sumber daya manusia yang ada di lingkungan rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dan mempunyai hubungan interaksi langsung dengan pasien. Kondisi kesehatan pasien yang mengalami gangguan kesehatan menuntut adanya kebutuhan kepada perawat untuk mendapatkan bantuan pelayanan kesehatan sehingga kemungkinan besar seorang perawat secara kuantitas seringkali terpapar dalam lingkungan yang berisiko penyakit dan menimbulkan gangguan kesehatan akibat kontaminasi penyakit. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang seringkali terjadi di sarana pelayanan kesehatan termasuk di rumah sakit, rumah perawatan, panti jompo dan klinik kesehatan (Rohani dan Setio, 2010). Kontaminasi penyakit terjadi karena adanya transmisi mikroorganisme yang dapat melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, dan juga kontak langsung. Infeksi dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke petugas kesehatan, dari antar sesama petugas kesehatan, dan dari petugas kesehatan ke pasien. Kontaminasi penyakit dapat berisiko terjadi pada seorang perawat maupun dokter apabila selama melakukan interaksi dengan pasien tidak memperhatikan tindakan pencegahan (universal precaution) dengan cara menggunakan alat pelindung diri (APD). Universal precaution merupakan upaya pencegahan penularan
81
berbagai kuman penyakit yang ditularkan melalui darah, cairan tubuh pasien, dan lain sebagainya. Berdasarkan data menurut Jamsostek (2011) bahwa angka kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 99.491 kasus yang diakibatkan kelalaian penggunaan APD secara umum pada beberapa unit kerja. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di di Rumah Sakit Sari Asih Serang Provinsi Banten dengan cara observasi, didapatkan data distibusi frekuensi ketidakpatuhan perawat dalam penggunaan APD yaitu ruangan ICU (39%), perinatologi (62%), ruang anak (79%), ruang perawatan umum (76%), instalasi gawat darurat 63%, dan ruang VIP (45,8%), dengan jumlah rata-rata perawat di tiap ruangan sebanyak 20 orang perawat. Ketidakpatuhan perawat dalam penggunaan APD ini tidak menggunakan handscoon atau masker, atau bahkan keduanya saat melakukan tindakan keperawatan, misalnya pemasangan infus dan pemberian obat suntik dengan alasan lupa ataupun merasa kesulitan dan tidak nyaman saat melakukannya. Bahkan akibat dari ketidakpatuhan perawat dalam penggunaan APD telah terjadi kecelakaan seorang perawat tertusuk jarum suntik bekas pasien dan setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium akhirnya perawat tersebut dinyatakan tertular penyakit Hepatitis B. Bentuk standar operasional prosedur penggunaan APD yang telah dibuat sudah diberlakukan pada semua unit perawatan akan tetapi dari penerapan dilapangan standar tersebut belum sepenuhnya diterapkan oleh perawat karena keterbatasan terhadap faktor yang mempengaruhi kepatuhan tersebut seperti faktor komunikasi, keterbatasan alat, pengawasan, dan sikap dari perawat itu sendiri. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit Sari Asih Serang Provinsi Banten.
c.
d.
Mengidentifikasi faktor pengawasan terhadap kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD). Mengidentifikasi faktor sikap terhadap kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan alat pelindung diri bagi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan kepada pasien mempunyai peran yang sangat penting dalam menghindari kontaminasi dari risiko pajanan seperti cairan tubuh, darah, luka, dan selaput lendir pasien baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Direktorat jenderal P2MPL (2010) bahwa yang termasuk jenis-jensi alat pelindung diri yang dibutuhkan pada unit pelayanan kesehatan antara lain sarung tangan, pelindung wajah/masker/kacamata, penutup kepala, gaun pelindung (baju kerja/celemek), dan sepatu pelindung. Alat pelindung tersebut tidak selalu harus digunakan dalam waktu yang bersamaan akan tetapi tergantung dari jenis tindakan yang dilakukan. Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekwensinya dan menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes, 2011). Kepatuhan dapat diukur dari individu yang mematuhi atau mentaati karena telah memahami makna suatu ketentuan yang berlaku. Perubahan sikap dari individu dimulai dari patuh terhadap aturan, seringkali memperoleh imbalan jika menurut anjuran. Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan dapat lansung diukur. Kepatuhan juga merupakan bentuk ketaatan pada aturan atau disiplin dalam menjalankan prosedur yang telah ditetapkan. Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya bahwa banyak faktor yang memengaruhi perawat dalam menggunakan APD sebagai bentuk jaminan keselamatan dan keamanan bekerja saat melakukan tindakan keperawatan diantaranya faktor motivasi, perilaku maupun kebiasaan yang biasa dijalankan perawat itu sendiri. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan masalah penggunaan APD yaitu penelitian Rayandini dan Gaol (2005) bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan penggunaan APD. Adapun penelitian yang dilakukan di lingkungan industry seperti peneliyian menurut Syaaf (2008), faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kepatuhan individu saat bekerja sehingga dapat memengaruhi dalam melakukan prosedur pekerjaan, antara lain pengetahuan, pelatihan, sikap, motivasi, komunikasi, ketersediaan fasilitas, pengawasan, hukuman, dan penghargaan. Adapun menurut Ramdayana (2008) faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan individu yaitu faktor instrinsik; pengetahuan, masa kerja, pendidikan, usia, jenis kelamin, dan sikap) dan faktor ekstrinsik; kelengkapan alat, kenyamanan pemakaian alat, peraturan tentang APD dan pengawasan terhadap APD). Menurut hasil penelitian
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan jumlah prosentase angka ketidakpatuhan perawat dalam penggunaan APD pada beberapa unit pelayanan perawatan di Rumah Sakit Sari Asih Serang dan juga ditemukan adanya kejadian kecelakaan kerja pada perawat yang tertular penyakit Hepatitis B akibat tertusuk jarum suntik yang dihubungkan dengan beberapa faktor penyebab terjadinya kelalaian penggunaan APD maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) ?. TUJUAN PENELITIAN a. Mengidentifikasi faktor komunikasi terhadap kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD). b. Mengidentifikasi faktor ketersediaan alat terhadap kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
82
Arianto (2010) bahwa faktor yang berhubungan dengan pemakaian APD adalah faktor individu seperti pengetahuan, pelatihan, dan pengalaman kerja, sedangkan faktor lingkungan seperti pengawasan dan kebijakan. Sedangkan menurut hasil penelitian Purwanto (2009), beberapa faktor yang dapat memengaruhi individu dalam penggunaan APD yaitu faktor internal/individu seperti pengetahuan, kemampuan, motivasi, intelegensi, komunikasi, dan faktor eksternal/lingkungan seperti pelatihan, pengambilan keputusan, kelengkapan alat, dan standar operasional prosedur.
No
Tingkat pendidikan Diploma III Strata I Total
1 2
Jumlah
Persentase (%)
58 8 66
87,9 12,1 100.0
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan jumlah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Sari Asih Serang berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir sebagian besar dengan pendidikan Diploma III yaitu sebanyak 58 responden (87,9%) dan pendidikan strata I sebanyak 8 responden (12,1%). Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Sari Asih Serang Tahun 2016
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel penelitian yaitu faktor pengaruh (komunikasi, ketersedian bahan, pengawasan, dan sikap) dan kepatuhan perawat dalam penggunaan Alat Pelindung Diri. Populasi penelitian ini adalah perawat yang ada diruangan rawat inap, Instalasi Gawat Darurat, dan Poliklinik Rumah Sakit Sari Asih Serang Provinsi Banten dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 66 orang dan menggunakan purposive sampling. Pengambilan data penelitian menggunakan kuesioner dan lembar observasi sebagai alat ukur penelitian, sedangkan analisis data penelitian yang digunakan adalah analisis Chi-Square.
No
Jenis Jumlah Persentase (%) Kelamin 1 Laki-laki 6 9,1 2 Perempuan 60 90,9 Total 66 100.0 Penjelasan tabel 5.3 bahwa data responden dalam penelitian ini dari beberapa ruangan keperawatan diperoleh data yaitu sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 60 orang (90,9%) dan laki-laki sebanyak 6 orang (9,1%). Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Komunikasi Terhadap Penggunaan APD di Rumah Sakit Sari Asih Serang Tahun 2016
HASIL PENELITIAN Adapun penyajian data pada analisis univariat disajikan sebagai berikut : Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tingkat umur di Rumah Sakit Sari Asih Serang Tahun 2016
No
Komunikasi
Jumlah
1 2
Baik Kurang Total
29 37 66
Persentase (%) 43,9 56,1 100.0
Berdasarkan tabel 5.4 menjelaskan bahwa faktor komunikasi yang baik dilakukan oleh pihak manajemen rumah sakit terhadap kepatuhan penggunaan APD diperoleh sebanyak 29 (43,9%), sedangkan komunikasi yang kurang pernyataan diperoleh data sebanyak 37 (56,1%).
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa tingkat umur perawat pada rentang umur 22-28 tahun dengan jumlah terbanyak yaitu umur 24 Tahun sebanyak 21 responden (31,8%) dan umur maksimal yaitu 28 tahun sebanyak 1 responden (1,5%).
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Ketersediaan APD di Rumah Sakit Sari Asih Serang Tahun 2016
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan terakhir di Rumah Sakit Sari Asih Serang Tahun 2016
No 1 2
83
Ketersediaan APD Ya Tidak Total
Jumlah 16 50 66
Persentase (%) 24,2 75,8 100.0
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap dalam Penggunaan APD di Rumah Sakit Sari Asih Serang Tahun 2016
Berdasarkan tabel 5.5 menjelaskan bahwa ketersediaan alat pelindung diri di beberapa ruangan keperawatan menurut informasi responden yaitu sebanyak 50 responden (75,8%) menyatakan ketersediaan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker tidak selalu tersedia lengkap diruangan, tetapi sebagian kecil ruangan ada yang selalu tersedia sarung tangan dan masker berdasarkan pernyataan responden sebanyak 16 responden (24,2%).
No 1 2
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Pengawasan Terhadap Penggunaan APD di Rumah Sakit Sari Asih Serang Tahun 2016 No
Pengawasan
Jumlah
1 2
Baik Kurang Total
21 45 66
Sikap Baik Kurang Total
Jumlah 4 62 66
Persentase (%) 6,1 93,9 100
Berdasarkan tabel 5.8 bahwa faktor sikap disiplin dalam penggunaan alat pelindung diri saat melakukan tindakan menunjukkan data sebesar 93,9% menunjukkan sikap yang kurang berdasarkan data responden sebanyak 62 orang dan sebesar 6,1% menunjukkan sikap yang baik berdasarkan data responden sebanyak 4 orang.
Persentase (%) 31,8 68,2 100
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penggunaan APD di Rumah Sakit Sari Asih Serang Tahun 2016 No Penggunaan Jumlah Persentase (%) APD 1 Baik 17 25,8 2 Kurang 49 74,2 Total 66 100
Menurut tabel 5.6 bahwa faktor pengawasan terhadap penggunaan alat pelindung diri oleh pihak rumah sakit diperoleh data sebesar 31,8% menyatakan baik menurut 21 responden dan sebesar 68,2% menyatakan kurang menurut 45 responden.
Berdasarkan tabel 5.9 bahwa penggunaan alat pelindung diri oleh perawat saat melakukan tindakan menunjukkan masih kurang yaitu sebanyak 49 (74,2 %) dan sebanyak 17 (25,8 %) menunjukkan penggunaan APD yang baik.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan APD di Rumah Sakit Sari Asih Serang Tahun 2016
Hubungan antara faktor komunikasi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD Hasil analisis uji statistik yang menunjukkan komunikasi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.10 Hubungan faktor komunikasi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD di Rumah Sakit Sari Asih Serang
No 1 2
Kepatuhan Jumlah Persentase (%) Baik 20 30,3 Kurang 46 69,7 Total 66 100 Berdasarkan tabel 5.7 bahwa tingkat kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker saat melakukan tindakan keperawatan diperoleh data sebesar 30,3% menunjukkan penilaian yang baik berdasarkan pernyataan responden sebanyak 20 orang, dan sebesar 69,7% menunjukkan penilaian kurang menurut responden sebanyak 46 orang.
Hasil analisis hubungan antara faktor komunikasi baik dengan kepatuhan penggunaan APD diperoleh bahwa ada sebanyak 14 (21,2%) dengan adanya komunikasi dari pihak rumah sakit memengaruhi kepatuhan dalam penggunaan APD, sedangkan faktor komunikasi yang kurang tetapi dengan kepatuhan
84
penggunaan APD yang baik sebanyak 6 (9,1%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,011 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara faktor komunikasi dengan kepatuhan penggunaan APD. Adapun hasil penelitian ini diperoleh pula nilai OR = 4,8, artinya bahwa faktor komunikasi mempunyai peluang 4,8 kali memengaruhi kepatuhan penggunaan APD bila dibandingkan dengan tanpa adanya komunikasi sebagai faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan penggunaan APD.
Hasil analisis hubungan antara faktor pengawasan diruangan dengan kepatuhan penggunaan APD diperoleh bahwa ada sebanyak 11 (16,7%) dengan pengawasan yang baik dapat memengaruhi kepatuhan dalam penggunaan APD, sedangkan pengawasan yang kurang tetapi dengan kepatuhan penggunaan APD yang baik sebanyak 9 (13,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,02 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara faktor pengawasan terhadap kepatuhan penggunaan APD. Hasil analisis penelitian ini diperoleh pula nilai OR = 4,4, artinya bahwa faktor pengawasan yang selalu dilakukan oleh pihak ruangan maupun rumah sakit mempunyai peluang 4,4 kali dapat memengaruhi kepatuhan penggunaan APD bila dibandingkan dengan pengawasan yang kurang.
Hubungan antara ketersediaan APD dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD Hasil uji analisis antara ketersediaan APD dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.11 Hubungan antara ketersediaan APD dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD di Rumah Sakit Sari Asih Serang
Hubungan antara Penggunaan APD
Sikap
dengan
Kepatuhan
Tabel 5.13 Hubungan antara Sikap dengan Kepatuhan Penggunaan APD di Rumah Sakit Sari Asih Serang Hasil analisis hubungan antara faktor ketersediaan APD diruangan dengan kepatuhan penggunaan APD diperoleh bahwa ada sebanyak 10 (15,2%) dengan ketersediaan APD yang lengkap diruangan dapat memengaruhi kepatuhan dalam penggunaan APD, sedangkan ketersediaan APD yang kurang lengkap tetapi dengan kepatuhan penggunaan APD yang baik sebanyak 10 (15,2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,003 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara faktor ketersediaan APD diruangan maupun rumah sakit terhadap kepatuhan penggunaan APD. Hasil analisis penelitian ini diperoleh pula nilai OR = 6,67, artinya bahwa faktor ketersediaan APD yang selalu tersedia di diruangan mempunyai peluang 6,67 kali memengaruhi kepatuhan penggunaan APD bila dibandingkan dengan ketersediaan APD yang kurang terhadap kepatuhan penggunaan APD.
Hasil analisis hubungan antara faktor sikap dengan kepatuhan penggunaan APD diperoleh sebanyak 5 (7,6%) dengan sikap yang baik dapat memengaruhi kepatuhan dalam penggunaan APD, sedangkan sikap yang kurang tetapi dengan kepatuhan penggunaan APD yang baik sebanyak 13 (19,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,034 (p < 0,05), maka disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara faktor sikap terhadap kepatuhan penggunaan APD. Hasil analisis penelitian ini diperoleh pula nilai OR = 4,78, artinya bahwa faktor sikap yang baik mempunyai peluang 4,415 kali dapat memengaruhi kepatuhan penggunaan APD bila dibandingkan dengan sikap yang kurang.
Hubungan antara Pengawasan dengan Kepatuhan Penggunaan APD Tabel 5.12 Hubungan antara Pengawasan dengan Kepatuhan Penggunaan APD di Rumah Sakit Sari Asih Serang
85
diharapkan mampu untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku pada lingkungan kerja setempat termasuk penerapan universal precaution khususnya penggunaan alat pelindung diri. Berdasarkan hasil penelitian pada penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker diperoleh data sebanyak 49 (74,2 %) menunjukkan masih kurangnya dalam penggunaan alat pelindung diri oleh perawat saat melakukan tindakan dan sebanyak 17 (25,8 %) menunjukkan penggunaan APD yang baik. Kurangnya penggunaan APD saat melakukan tindakan kepada pasien berdasarkan hasil observasi oleh peneliti pada responden di beberapa ruangan pelayanan keperawatan maka setelah dilakukan analisis bahwa kondisi tersebut hanya bersifat situasional, yang artinya pada saat perawat akan melakukan tindakan kepada pasien telah diketahui terlebih dahulu bagaimana kondisi infeksius dari penyakit pasien sehingga apabila diketahui penyakitnya beresiko tinggi menular maka perawat pun secara sadar akan menggunakan alat pelindung diri. Alasan perawat tidak menggunakan alat pelindung diri yaitu merasa tidak nyaman terutama saat menggunakan sarung tangan yang bahkan semakin menambah kesulitan saat tindakan, misalnya pada saat tindakan pemenuhan cairan dan elektrolit melalui parenteral saat menggunakan plester yang selalu menempel pada sarung tangan sehingga akhirnya malah mengganggu atau tidak nyaman. Akan tetapi, dari situasi tersebut perawat tidak akan mengambil resiko tertular apabila telah diketahui bila penyakit pasien menular maka perawat tetap akan menggunakan alat pelindung diri secara baik dan benar.
PEMBAHASAN PENELITIAN ANALISIS UNIVARIAT Jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 66 responden yang terdiri dari ruangan rawat inap, ruangan gawat daryrat, dan poliklinik di Rumah Sakit Sari Serang. adapun karakteristik responden meliputi umur, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. Berdasarkan karakteristik responden menurut umur responden diperoleh data umur minimal responden yaitu 22 tahun sebanyak 22 orang (22,7 %) dan maksimal umur 28 tahun sebanyak 1 orang (1,5 %). Adaun dari hasil penelitian ini diperoleh data umur responden rata-rata berumur 24 tahun dan dikatakan sebagai tahapan usia dewasa. Menurut Potter & Perry (2005) menjelaskan pada tahap dewasa mempunyai tingkat perkembangan kognitif yang baik terutama dalam kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta sikap yang bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan dalam mengambil keputusan. Selain dengan tingkat perkembangan umur pada tahap dewasa, perawat dengan rata-rata berlatar belakang pendidikan tinggi setingkat diploma III semakin menunjang terhadap pola pikir dan kemampuan analisis perawat saat melaksanakan intervensi keperawatan sehingga penerapan universal precaution khususnya penggunaan alat pelindung diri cenderung akan mematuhinya. Jumlah sampel responden dalam penelitian ini bila dilihat dari kategori jenis kelamin sebagian besar adalah perempuan sebanyak 60 orang (90,9) dan laki-laki sebanyak 6 orang (9,1 %). Sejarah pendidikan keperawatan di Indoensia dari dahulu hingga sekarang sebagian besar memiliki peserta didik dengan jenis kelamin perempuan daripada laki-laki. Akhirnya sesuai dengan perkembangan zaman dan juga ilmu keperawatan saat ini bahwa masyarakat yang mengenal profesi keperawatan dan menginginkan anggota keluarga menjadi tenaga kesehatan khususnya profesi keperawatan sudah mulai adanya persamaan antara perbandingan jumlah perempuan dan laki-laki. Tingkat pendidikan responden sebagai perawat di Rumah Sakit Sari Asih Serang sebagian besar adalah tingkat Diploma III Keperawatan sebanyak 58 orang (87,9 %) dan tingkat S1 Keperawatan sebanyak 8 orang (12,1 %). Apabila dilihat dari kualifikasi pendidikan perawat sudah sesuai dengan ketentuan menurut UndangUndang Keperawatan bahwa minimal pendidikan dalam bidang keperawatan adalah diploma III sehingga Rumah Sakit Sari Asih Serang mempunyai sejumlah tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan dengan tingkat pendidikan dari setingkat diploma III sampai strata I keperawatan dan untuk mengembangkan lagi dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor perawat maka telah dilakukan upaya dengan memberikan kesempatan kepada perawat senior dengan status karyawan tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang strata I keperawatan. Seorang perawat dengan kualifikasi tingkat pendidikan keperawatan diploma III yang merupakan tingkatan dalam pendidikan tinggi maka secara kompetensi baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor
ANALISIS BIVARIAT Adapun pembahasan hubungan variabel faktor terhadap kepatuhan perawat dalam menggunakan alat peindung diri dijelaskan sebagai berikut : Hubungan faktor komunikasi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada beberapa responden di ruangan keperawatan Rumah Sakit Sari Asih Serang Tahun 2016 menunjukkan bahwa data frekuensi responden berdasarkan faktor komunikasi yang memengaruhi kepatuhan perawat dalam penggunaan APD diperoleh data sebanyak 29 (43,9 %) dengan komunikasi yang baik dan sebanyak 37 (56,1%) dengan komunikasi kurang. Hasil uji analisis menunjukkan adanya keterkaitan antara faktor komunikasi yang baik dengan kepatuhan penggunaan APD yang baik diperoleh data sebanyak 14 (21,2%), sedangkan keterkaitan faktor komunikasi yang kurang tetapi dengan kepatuhan penggunaan APD yang baik sebanyak 6 (9,1%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,011 (p < 0,05) maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara faktor komunikasi dengan kepatuhan penggunaan
86
APD pada perawat saat melakukan tindakan keperawatan di Rumah Sakit Sari Asih Serang. Adapun hasil penelitian ini diperoleh pula nilai OR = 4,8, artinya bahwa faktor komunikasi mempunyai peluang 4,8 kali dapat memengaruhi kepatuhan perawat dalam penggunaan APD bila dibandingkan dengan tanpa adanya komunikasi. Menurut hasil penelitian Sari, Suprapti, dan Solechan (2014) menunjukkan kesimpulan yang sama bahwa kepatuhan perawat akan meningkat apabila didukung dengan adanya komunikasi yang baik sebagai bentuk langkah dalam meningkatkan iklim keselamatan, keamanan, dan kesehatan kerja bagi perawat yaitu penyampaian informasi dengan menerapkan aspek komunikasi sebagai program sosialisasi yang berkaitan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) penggunaan alat pelindung diri yang baik dan benar sehingga tercipta budaya safety dalam lingkungan kerja perawat. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kirkland (2011), yang menyatakan bahwa iklim kerja yang aman dan nyaman mempunyai pengaruh yang baik terhadap kepatuhan dalam praktek klinik keperawatan. Unsur komunikasi merupakan aspek penting dalam distribusi informasi kepada orang lain dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesadaran diri seseorang terhadap penerapan kedisplinan dan . Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa faktor komunikasi merupakan faktor pendukung (enabling factors) dalam memengaruhi kepatuhan perawat yaitu berupa pemberian sosialisasi penggunaan alat pelindung diri sesuai SOP seperti pemasangan poster atau spanduk disetiap ruangan keperawatan yang diharapkan dengan adanya sosialisasi tersebut maka aspek komunikasi dalam penyampaian informasi yang terus-menerus dapat memberikan stimulus yang positif dan intensif dalam meningkatan kesadaran diri perawat mengenai pentingnya penerapan budaya keselamatan di lingkungan kerja salah satunya dengan pemberlakuan pemakaian alat pelindung diri sesuai dengan SOP. Kesadaran diri perawat dalam menggunakan alat pelindung diri yang menjadi faktor pendukung (enabling factors) yang memang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor komunikasi saja, tetapi masih ada beberapa faktor lain seperti ketersediaan alat, pengawasan, dan sikap.
APD diruangan terhadap kepatuhan perawat dalam penggunaan APD. Hasil analisis penelitian ini diperoleh pula nilai OR = 6,67, artinya faktor ketersediaan APD yang selalu tersedia di diruangan mempunyai peluang 6,67 kali memengaruhi kepatuhan penggunaan APD bila dibandingkan dengan ketersediaan APD yang kurang terhadap kepatuhan penggunaan APD. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chrysmadani (2011), menyatakan bahwa adanya keterkaitan antara faktor ketersediaan alat dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri diruangan (P = 0,002). Hal tersebut menunjukkan adanya peranan penting keterlibatan pihak rumah sakit dalam menyediakan dan menjaga selalu ketersediaan alat di setiap ruangan keperawatan untuk mendukung keselamatan dan keamanan bekerja bagi perawat. Jaminan ketersediaan alat yang intensif menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit dalam alokasi dana dan juga pengelola operasional rumah sakit termasuk diantaranya peran kontroling terhadap ketersediaan alat pelindung diri bagi perawat terhadap penggunaan alat pelindung diri pada saat melakukan tindakan. Menurut Green (1980) dalam Lina (2004) menyatakan bahwa terjadinya perubahan perilaku patuh yang kurang menjadi baik dapat dipengaruhi oleh kelengkapan sarana dan prasarana khususnya dalam penyediaan alat pelindung diri yang diperlukan oleh perawat saat bekerja. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Omeh (2007), juga menjelaskan bahwa ketersediaan alat pelindung diri oleh pihak pengelola akan memengaruhi kepatuhan seseorang saat bekerja dalam menggunakan alat pelindung diri. Penelitian yang sama menurut Yuliana (2012) juga menyatakan tentang pengaruh faktor ketersediaan alat terhadap kewaspadaan dan kepatuhan perawat dalam menggunakan alat pelindung diri saat berinteraksi dengan pasien. Hubungan faktor pengawasan terhadap kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri Analisis hubungan antara faktor pengawasan diruangan dengan kepatuhan penggunaan APD diperoleh bahwa sebanyak 11 (16,7%) dengan pengawasan yang baik dapat memengaruhi kepatuhan dalam penggunaan APD, sedangkan pengawasan yang kurang tetapi dengan kepatuhan penggunaan APD yang baik sebanyak 9 (13,6%). Adapun dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,02 maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor pengawasan terhadap kepatuhan perawat dalam penggunaan APD di Rumah Sakit Sari Asih Serang. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulita (2013), menyatakan bahwa adanya pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan perawat dalam menggunakan alat pelindung diri yang mendukung keselamatan kerja perawat setelah dilakukan pengawasan model reflektif interaktif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor dilakukan pengawasan dapat memberikan motivasi bagi perawat untuk meningkatkan kepatuhan dalam menggunakan alat pelindung diri secara konsisten. Fungsi pengawasan yang baik akan
Hubungan faktor ketersediaan alat dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri Analisis hubungan antara faktor ketersediaan APD diruangan dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD, menunjukkan bahwa ada sebanyak 10 (15,2%) dengan kondisi ketersediaan APD yang lengkap diruangan menjadi faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan perawat dalam penggunaan APD, sedangkan dengan kondisi ketersediaan APD yang kurang lengkap tetapi dengan kepatuhan yang baik dalam penggunaan APD yaitu sebanyak 10 (15,2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,003 maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor ketersediaan
87
mendukung terhadap kesadaran diri perawat pentingnya menjaga keselamatan diri selama bekerja dan juga memberikan rasa aman dan nyaman secara psikologis tanpa adanya perasaan terpaksa maupun takut terhadap supervisor yang menegur apabila melakukan kelalaian dalam penggunaan alat pelindung diri sehingga akan menjadi kebiasaan yang positif bagi perawat dan mampu menurunkan angka kejadian kecelakaan kerja pada perawat di rumah sakit. Pengawasan yang dilakukan secara intensif dan konsisten terhadap pegawai yang mengharuskan alat pelindung diri saat bekerja menjadi salah satu faktor yang harus dipenuhi oleh setiap institusi pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian Noviandry (2013), bahwa pengawasan yang baik oleh pihak pengelola/manajemen akan memengaruhi kepatuhan pada pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri. Namun hal tersebut dimungkinkan dengan penerapan pengawasan yang ketat termasuk juga penerapan sangsi hukuman bagi yang tidak menggunakan alat pelindung diri menjadikan bentuk motivasi eksternal yang mampu meningkatkan kepatuhan tersebut. Ditambah lagi dengan adanya kejadian kecelakaan kerja akibat kelalaian terhadap penggunaan APD juga dapat menjadi faktor motivasi eksternal yang mampu meningkatkan kesadaran diri pekerja untuk lebih patuh.
saat ingin berinteraksi dengan pasien yang mudah menularkan penyakit dapat memengaruhi sikapnya yang menyebabkan adanya penolakan dalam menggunakan APD dan meragukan fungsinya dalam menjaga kontaminasi penyakit. Menurut Earl (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa responden merasa kurang percaya diri untuk menggunakan alat pelindung diri sebelum berinteraksi dengan pasien HIV yang disebabkan karena rasa takut tertular meskipun telah menggunakan APD sehingga memilih untuk bersikap negatif terhadap penggunaan APD. SIMPULAN Berdasarkan kerangka konsep penelitian, hasil penelitian dan analisa data serta pembahasan yang mengacu pada tujuan penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Adanya hubungan antara faktor komunikasi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan masker saat melakukan tindakan keperawatan di Rumah Sakit Sari Asih Serang Banten dengan nilai p = 0,011 (p < 0,05) dan OR = 4,8. 2. Adanya hubungan antara faktor ketersediaan alat dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan masker saat melakukan tindakan keperawatan di Rumah Sakit Sari Asih Serang Banten dengan nilai p = 0,003 (p < 0,05) dan OR = 6,67. 3. Adanya hubungan antara faktor pengawasan dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan masker saat melakukan tindakan keperawatan di Rumah Sakit Sari Asih Serang Banten dengan nilai p = 0,02 (p < 0,05) dan OR = 4,40. 4. Adanya hubungan antara faktor sikap dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan masker saat melakukan tindakan keperawatan di Rumah Sakit Sari Asih Serang Banten dengan nilai p = 0,034 (p < 0,05) dan OR = 4,42
Hubungan faktor sikap terhadap kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri Hasil penelitian diperoleh nilai p = 0,034 sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara faktor sikap dengan kepatuhan dalam penggunaan APD. Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putra (2012) menyatakan bahwa kepatuhan dalam penggunaan alat pelindung diri dapat dipengaruhi oleh faktor sikap dari individu. Menurut teori perilaku Bloom dalam Notoatmodjo (2003) bahwa faktor yang ada dalam diri individu termasuk diantaranya adalah sikap. Sikap responden yang cenderung seimbang antara sikap positif dan negatif dari hasil penelitian berpengaruh pada perilaku patuh indivdu dalam penggunaan APD. Berdasarkan teori sikap yang menjelaskan bahwa sikap individu merupakan dari terwujudnya tindakan atau sikap individu (Dayakisni & Hudaniah, 2003). Banyak faktor yang dapat memengaruhi responden menjadi sikap yang negatif terhadap alat pelindung diri. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa responden merasa terbatasi interaksinya dengan pasien ketika menggunakan alat pelindung diri. Beberapa responden menyatakan saat menggunakan sarung tangan dan masker adanya perasaan tidak nyaman dan kesulitan melakukan tindakan kepada pasien. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian Kotwal (2010) yang menyatakan bahwa 68 % perawat tidak patuh menjalankan universal precaution termasuk juga dalam penggunaan alat pelindung diri. Selain itu, rasa takut dan cemas dapat memengaruhi individu menjadi bersikap negatif terhadap penggunaan APD. Timbulnya perasaan takut dan cemas pada responden
SARAN Berdasarkan hasil penelitian bahwa target kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan dan masker saat melakukan tindakan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit Sari Asih Serang belum maksimal atau sesuai target. Untuk itu, perlu adanya komitmen antara pihak pengelola keperawatan dan pelaksana keperawatan sebagai langkah tindak lanjut dari hasil penelitian ini seperti upaya preventif dan promotif, controlling, reward and punishment penerapan program universal precaution khususnya bagi tenaga keperawatan di beberapa ruangan perawatan dan bentuk penerapan kompetensi keilmuan dalam bidang keperawatan dan peningkatan profesionalisme.
88
Notoatmodjo, S. 2007. Ilmu Perilaku dan Kesehatan. Jakarta : EGC. Omeh. 2007. Tinjauan Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Unit Kerja Laundry Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo. FKM UI. Jakarta. Purwanto, B. Y. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Pekerja Las di Jalan Raya Kelapa Dua Tangerang. FKM-UI. Depok. Putra, M. U. K. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. FIK-UI. Depok. Ramdayana. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Marinir Cilandak. Jakarta Selatan. UPN Veteran Jakarta. Rohani dan Setio. 2010. Penggunaan alat pelindung diri. Universitas Diponogoro : Semarang Sari, R.Y., Suprapti, E., Solechan, A., 2014. Pengaruh Sosialisasi SOP APD dengan Perilaku Perawat dalam Penggunaan APD (Handscoon, masker, gown) Di RSUD Dr. H. Soewondo. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). Akademi Keperawatan Kesdam Semarang. Syaaf, F. M. 2008. Analisis Perilaku Beresiko pada Pekerja Unit Usaha Las Sector Informal di Kota X. FKM-UI. Depok. Yulita, Y. 2013. Pengaruh Supevisi Model Reflektif Interaktif terhadap Perilaku Keselamatan Perawat pada Bahaya Agen Biologik di RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjung Uban. Yuliana, C. 2013. Kepatuhan Perawat terhadap Kewaspadaan Standar di RSKO Jakarta. Uban. Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Universitas Indonesia. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Arianto. 2010. Faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri. UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta Chrysmadani, E.P., 2011. Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Dasar (Handscoon, dan Masker) Di Rumah Sakit Graha Husada Gresik. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Gresik. Dayakisni and Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Universitas Muhammadiyah Malang. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. (2010). Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Depkes RI. Jakarta. Earl, Catherine. E. (2004). Thai Nursing Students Knowledge and Health Beliefs about AIDS and The Use of Universal Precaution. AAOHN Journal; Vol. 58. No. 8. Jamsostek. 2011. Kasus Kecelakaan Kerja Tahun 2011. (http://jamsostek.co.id/content_file/ar_jamsostek _lores_8812_pdf). Diakses pada tanggal 27 November 2013. Kirkland, Katherine Haves. 2011. Nurses And Standard Universal Precautions Analysis of Barriers Affecting Strict Compliance. Journal The Faculty of School of Public Health And Health Services The George Washington. 58(6).1073-1080. Kotwal, A (2010). Health Care Worker and Universal Precaution : Perceptions and Determinants of Non-complinace. Indian Journal of Community Medicine. Oct 2010; Vol.35; ProQuest Lina, M. 2004. Gambaran Perilaku Pekerja terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Workshop Divisi A & C PT. Siemens Indonesia Jakart. FKM UI. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta.
89