Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PEMEGANGAN KAS DIPERUSAHAAN Ajeng Andriani Hapsari Fakultas Bisnis dan Manajemen UNIVERSITAS WIDYATAMA
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beberapa faktor pemegangan kas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2009-2013. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertipe deskriptif dan verifikatif dengan teknik purposive sampel. Metode pengumpulan data menggunakan model data panel. Hasil yang diperoleh adalah ukuran perusahaan, growth opportunity, cash flow dan capital expenditure berpengaruh positif tetapi tidak signifikan pada pemegangan kas perusahaan. Sementara itu, leverage dan dividen berpengaruh negative dan tidak signifikan pada pemegangan kas perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa net working capital dan return on asset yang berpengaruh positif dan signifikan pada pemegangan kas perusahaan. Kata Kunci : Cash Holding, BUMN, Data Panel,Purposive Sample Pendahuluan Beberapa tahun terakhir ini, cash holding menjadi perhatian bagi beberapa peneliti. Menurut Teruel et. al., (2009) Cash holding merupakan rasio kas dan setara kas dibagi dengan aktiva bersih atau merupakan uang tunai yang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas operasional sehari-hari serta dapat pula digunakan untuk beberapa hal yaitu dibagikan kepada para pemegang saham (shareholder) sebagai dividen kas, membeli saham pada saat diperlukan dan untuk keperluan mendadak lainnya Perusahaan memegang kas sebagai senjata untuk mendapatkan kesempatan berinvestasi dimasa depan ketika peminjaman dana di capital market sangat costly (mahal dan merugikan) (Damodaran, 2005). Bagi perusahaan yang memiliki pendapatan yang rendah tetapi mempunyai tingkat utang yang tinggi akan sangat rawan terhadap risiko tentunya akan memilih kas sebagai salah satu upaya bertahan. Menurut Keynes (1936) terdapat tiga motif dalam memiliki kas. Yang pertama motif transaksi, yaitu ketika kas disiapkan oleh perusahaan untuk membayar berbagai transaksi bisnisnya. Kedua motif berjaga-jaga, yang dimaksud disini adalah mempertahankan saldo kas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga. Dan yang ketiga, motif spekulasi yang dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan dengan mempunyai ataupun memiliki kas kedalam bentuk investasi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Mulligan (1997) bahwa motif transaksi ini berdasaran aktivitas perusahaan, teknologi yang digunakan dan opportunity cost atau biaya peluang yang timbul karena memilih sebuah kegiatan bisnis tertentu dibanding kegiatan bisnis yang lain. Di Indonesia, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bisa dibedakan dari kepemilikan penanaman modalnya. Dari 505 perusahaan yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia, 20 perusahaan merupakan perusahaan yang modalnya dimiliki oleh Warga 97
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Negara Indonesia atau Perseroan BUMN yang telah Go Public yaitu sebagian modalnya telah dimiliki Publik dengan jalan membeli jalan lewat pasar modal (Capital Market) melalui bursa-bursa saham yang pernyertaannya secara langsung berasal dari Kekayaan Negara sehingga harus sangat hati-hati sekali didalam pengelolaannya. Keseluruhan total BUMN yang ada di Indonesia ada 142 perusahaan dan hanya 20 perusahaan yang menyetor dividen ke kas Negara (Sumber: financial.bisnis.com). Total kapitalisasi saham per 28 November 2014 yang ada di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar Rp. 5.139.705.412.088.700,- dari data tersebut sebanyak 26.206% atau sebesar Rp. 1.346.928.644.234.090 dimiliki oleh perusahaan BUMN dengan saham tercatat sebanyak 316.138.719.250. Walaupun kepemilikan pemerintah hanya sebesar 0,0396% dari total jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa efek, tetapi kapitalisasi pasarnya bisa mencapai 26,206% naik dari tahun sebelumnya per Desember 2013 yang hanya mencapai Rp. 68,45 trilliun atau sebesar 22,95% atau mengalami kenaikan sebesar 3,256% dari tahun sebelumnya. Dikarenakan sebagai perusahaan BUMN yang merupakan sebuah perusahaan dengan ukuran besar, umumnya tidak akan mengeluarkan biaya sewaktu-waktu (arbittarily) sepanjang tahun. Karena capex merupakan alokasi yang direncanakan (dalam budget) untuk pembelian/perbaikan/pernggantian segala sesuatu yang dikategorikan sebagai asset perusahaan secara akuntansi. Tidak semua perusahaan menggunakan Capital Expenditure hanya perusahaan yang memiliki basis konsumen jangka panjang maupun jangka pendek (yang stabil) serta menggunakan modal dalam jumlah besar. Bagi perusahaan BUMN yang merupakan badan usaha yang bergerak hampir diseluruh aspek ekonomi tidak terkecuali menghadapi risiko yang sama dalam persaingan global ini untuk turut meningkatkan asset yang likuid seperti kas. Beberapa BUMN menggunakan jasa perbankan dengan menggunakan cash management. Salah satu motif transaksi ini adalah menjelaskan bahwa perusahaan memegang asset likuid dengan tujuan menghemat biaya konversi ke dalam bentuk kas. Sehingga bila terjadi kebutuhan darurat, perusahaan dapat dengan segera memenuhinya. Kas juga dikumpulkan untuk tujuan strategis sehingga perusahaan dapat dengan cepat menyebarkan dana untuk lebih dahulu memulai kompetisi (Baskin, 1987) dan juga untuk menghindari risiko predator pada industry yang terkonsentrasi. Melihat fenomena yang terdapat pada latar belakang penelitian, akan sangat menarik jika dapat menemukan jawaban empiris factor-faktor apa saja yang mempengaruhi Corporate Cash Holding didalam perusahaan BUMN. Kajian Pustaka Menurut Weygant et al. (2007) kas, merupakan bagian dari asset lancar yang paling likuid dan tidak membutuhkan waktu konversi dan batasan waktu untuk digunakan. Ada empat hal yang biasanya menjadi perusahaan dalam memegang kas, yakni: 1. Motif Transaksi, 2. Motif berjaga-jaga, 3. Motif Pajak, 4. Motif Agensi. Baumol (1952) serta Miller dan Orr (1966) didalam penelitiannya menyatakan bahwa jumlah permintaan kas yang optimal memperhitungkan biaya transaksi konversi asset non finansial menjadi kas untuk pembayaran. Opler, Pinkowitz, Stulz dan Williamson (1999) memaparkan bahwa perusahaan dengan arus kas beresiko dan tidak memiliki pendanaan eksternal akan cenderung memegang kas dalam jumlah besar untuk berjaga-jaga.
98
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Trade Off Theory Teori trade off merupakan teori yang mengemukakan bahwa perusahaan akan memaksimalkan nilai perusahaan berdasarkan pertimbangan akan biaya dan keuntungan dari memegang kas. Seperti yang dituliskan dalam Kim et al, 1998; Opler et al, 1997; Bruinshoofd and Kool, 2002 bahwa manajer akan menentukan tingkat pemegangan kas yang optimum dengan mempertimbangkan antara benefit dan cost dari pemegangan kas. Pecking Order Theory Teori Pecking Order mengemukakan adanya urutan atau hierarki sumber dana dalam pembuatan keputusan pembiayaan perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa ada hierarki bagi perusahaan dalam melakukan pembiayaan atas proyeknya. Perusahaan memiliki preferensi untuk menggunakan pembiayaan internal dibandngkan dengan pembiayaan dari luar perusahaan (debt dan equity). Jika pembiayaan dari luar dibutuhkan untuk mendanai proyek, maka terlebih dahulu akan dipilih instrument pembiayaan hutang yang paling aman (low risk debt), kemudian instrument hutang yang memiliki risiko yang lebih tinggi (high risk debt) dan pembiayaan ekuitas sebagai opsi terakhir karena memiliki biaya (cost of capital) yang paling besar dibandingkan dengan ketiga opsi sebelumnya. Keberadaan Asymmetric Information diantara manajer/perusahaan dan investor (Principal & Agent) membuat pembiayaan eksternal, terutama pembiayaan ekuitas mempunyai biaya yang lebih besar. Signalling Theory Teori ini dikembangkan oleh Ross (1977) dan peneliti lain dari struktur modal perusahaan berdasarkan asymmetric information antara well-informed manager dan poorlyinformed shareholders (Meggison, 1997). Pada model ini, pimpinan dari perusahaan yang memiliki prospek yang baik akan menginformasikan keadaan perusahaannya kepada investor dengan harapan nilai harga sahammnya meningkat. Akan tetapi, dengan adanya assymetric information, pimpinan tidak langsung percaya begitu saja karena pimpinan memiliki insentif akan pengumuman informasi atau proyek investasi tersebut. Selain itu, pimpinan perusahaan lain yang mempunyai prospek perusahaan yang buruk juga memiliki kesempatan yang sama untuk berbuat demikian agar nilai atau harga sahamnya naik. Oleh karena adanya ambiguitas akan kebenaran informasi tersebut, para investor cenderung memberikan nilai atau harga yang relative rendah pada semua perusahaan, termasuk perusahaan yang memiliki prospek yang bagus. Teori Agensi (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Principal adalah pemegang saham, sedangkan yang dimaksud dengan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan.
99
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Free Cash Flow Theory Free cash flow didefinisikan sebagai kelebihan kas dari yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendananai proyek-proyek yang memiliki Net Present value positif dan tidak dibayarkan dalam bentuk dividen. Agency Cost of Free Cash Flow terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan pihak pemegang saham. Dimana para pemegang saham (Principal) menginginkan kelebihan kas tersebut untuk didistribusikan dalam bentuk dividen, sementara pihak manajemen (agent) lebih menginginkan untuk menahan kas bebas tersebut untuk keperluan pendanaan proyek-proyek sesuai dengan pecking order theory, dimana manajemen lebih mangutamakan untuk menggunakan pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal. Risk-Reduction Theory Manajer perusahaan yang risk averse, akan meningkatkan cash holding mereka untuk mengurangi eksposur risiko. Liu dan Mauer (2010) mengungkapkan pada penelitiannya tentang Bondholder dan Cost of external financing bahwa ketika risiko meningkat, bondholder akan mensyaratkan peningkatan cadangan kas perusahaan untuk menghindari risiko. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Dengan data sekunder yang didapat dari studi pustaka dan studi lapangan. Dengan purposive sampling yang merupakan salah satu metode non probability sampling perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 dengan menggunakan metode data panel. Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Definisi Operasional Pengukuran
Variabel Dependent Variable Kas ditangan atau tersedia Corporate untuk diinvestasikan pada asset Cash Holding fisik dan untuk dibagikan (CH) kepada investor Independent Variable Dengan adanya ukuran perusahaan, diharapkan dapat menunjukan besar kecilnya Firm Size suatu perusahaan dengan (SIZE) melihat dari besarnya total asset. Cash Flow (CF)
Arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas v
Skala
Cash & cash equivalents/(Book value of assets – cash and equivalents)
Rasio
Ln Total Assets
Rasio
Cash flow from operations/total assets
Rasio
100
Ajeng Andriani Hapsari
Merupakan perbagian antara Net Working asset lancar dan kewajiban Capital (NWC) lancar dengan total asset Leverage (LEV)
Capital Expenditure (CAPEX)
Menunjukan penggunaan hutang dalam rangka pembiayaan perusahaan yang berasal dari luar. Sering dikenal juga dengan nama belanja modal yang merupakan pengeluaran perusahaan untuk mendapatkan asset tetap.
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
(Current Assets - Current Liabilities)/Total Assets
Rasio
Total Debt/Total Assets
Rasio
Additions Fixed Asset/total Asset
Rasio
Rasio
Market To Book (MTB)
Merupakan kesempatan bertumbuh perusahaan (growth opportunity)
(Book value of Assets Book value of Equity+Market value of Equity)/Book Value of Assets
Return on Asset (ROA)
Merupakan atribut dari Profitabilitas, diproksikan dengan mengukur S kemampuan manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan asset (Kashmir, 2003)
Measured as ratio of Operating Profit / Net total Assets
Rasio
Bernilai 1 jika perusahaan membayar dividen dan 0 jika perusahaan tidak membayar dividen
Rasio
Dividen (DIV)
Besaran laba akan dikelola untuk menjadi hak para pemegang saham.
Sumber dan Cara Penentuan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data yang diterbitkan dan digunakan oleh organisasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi dengan mengumpulkan data yang sesuai dengan keperluan penelitian dari sumber data sekunder yang tersedia, baik dengan metode studi pustaka dan juga dengan studi lapangan. Populasi dan sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling yaitu salah satu teknik Non Probability Sampling. Melalui teknik Purposive Sampling, maka proses pemilihan sampel didalam penelitian ini digambarkan pada tabel sebagai berikut: 101
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Table 2. Proses Penentuan Sampel Kriteria Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI Perusahaan BUMN yang baru terdaftar di BEI periode 2009-2013, antara lain: 1. PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, tanggal IPO 09 Februari 2010 2. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, tanggal IPO 10 November 2010 3. PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Tanggal IPO 11 Februari 2011 4. PT. Waskita Karya (Persero) Tbk, Tanggal IPO 19 Desember 2012 5. PT. Semen Batu Raja (Persero) Tbk, Tanggal IPO 29 September 2013 Bukan perusahaan yang bergerak dalam sektor Keuangan, baik Perbankan maupun Non perbankan. Terdapat 4 bank BUMN yang terdaftar di BEI diantaranya Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, dan bank Mandiri
Jumlah Perusahaan 20 (5)
(4)
11 Metode Pengumpulan Data Data sekunder yang dikumpulkan berupa data publikasi laporan keuangan perusahaaan dan Annual Report perusahaan BUMN yang menjadi sampel penelitian periode tahun 2009-2013. Sesuai karakteristiknya, data variabel yang digunakan pada penelitian ini merupakan data gabungan dari Cross Section dan Time Series yaitu Pooled Data (Data Panel). Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Corporate Cash Holding (CH) pada perusahaan BUMN periode tahun 2009-2013 pada penelitian ini digunakan model penelitian Regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka akan dilakukan regresi terhadap variabel dependen dan variable independen dengan model regresi sebagai berikut: CHi,t = α + β1SIZEi,t + β2MTBi,t + β3CFi,t + β4NWCi,t + β5LEVi,t + β6CAPEXi,t + β7ROAi,t + β8DIVi,t + ε………………………………..(1) Keterangan: CHi,t α
= Corporate Cash Holding perusahaan i pada periode t = Koefisien konstanta 102
Ajeng Andriani Hapsari
β1-9 SIZEi,t MTBi,t CFi,t NWCi,t LEVi,t CAPEXi,t ROAi,t DIVi,t ε
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
= Koefisien regresi variabel = Logaritma Natural ukuran Perusahaan i pada periode t = Market to Book Ratio perusahaan i pada periode t = Cash Flow (aliran kas) perusahaan i pada periode t = Net Working Capital perusahaan i pada periode t = Leverage (tingkat utang) perusahaan i pada periode t = Capital Expenditure perusahaan i pada periode t = Return on Assets perusahaan i pada periode t = Dummy Variabel Dividen perusahaan i pada periode t = error
Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran umum sampel penelitian yang telah dikumpulkan dalam kondisi sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum dan geralisasi. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011). Uji Normalitas Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen melalui uji t hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan terdistribusi dengan normal. Ada 2 metode untuk uji normalitas yaitu: 1. Histogram Residual 2. Uji Jarque-Bera Uji Hipotesis Pengujian hipotesis terhadap penelitian ditinjau dari Goodness of Fit-nya. Dari segi statistik, Goodness of Fit bisa ditinjau dari koefisien determinasi (R2), uji variabel penjelas secara individual (t-statistik) dan uji variabel penjelas secara bersama-sama (F-statistik). Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat dalam persamaan/model yang akan diteliti. Bila nilai R2 =0, artinya variasi dari variabel terikat tidak dapat diterangkan sama sekali oleh variabel bebas. Sementara apabila R2 = 1, artinya variasi dari variabel terikatnya dapat dijelaskan 100% oleh variabel bebas. Dalam analisis koefisien determinasi, dilakukan pula analisis koefisien korelasi yang digunakan untuk mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan. Jika terdapat hubungan, harus diketahui bagaimana arahnya dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan diantara dua variabel maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak dan sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ha diterima. Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui derajat atau tingkat 103
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
keeratan hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen. Dari hasil perhitungan tersebut berlaku ketentuan: Positif (+) : Menunjukan hubungan yang searah antara kedua variabel Negatif (-) : Menunjukan hubungan yang berlawanan arah antara kedua variabel Uji Signifikansi (F-Test) Uji statistik F atau Overall Significance test ini pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011). Hipotesis gabungan ini dapat diuji dengan Analysis of Variance (ANOVA).
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = β8 = 0
Artinya: tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam hal ini semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Maka jika diterapkan pada penelitian ini adalah tidak satupun dari SIZE, Cash Flow, Net Working Capital, Leverage, Capital Expenditure, Market to Book Ratio, Return on Assets, dan dividen berpengaruh terhadap Corporate Cash Holding.
H1 : minimal ada salah satu βi ≠ 0
Artinya: terdapat pengaruh secara bersama-sama dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis menggunakan statistik F, dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Suatu model dianggap signifikan jika nilai probabilitas F hitung < 5% karena itu nilainya semakin baik jika semakin rendah. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam rangka menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan mengasumsikan variabel bebas lainnya konstan (Pratomo, 2009). Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 3.Data Analisis Deskriptif MeanMedian Max Min
Std
CH (Y) SIZE
0.2981 13.0198
0.1 1 13 14.10704
0.0 11
0.3 0.5
MTB
2.0659
1.5 8.114397
0.1
1 104
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
CF
0.16578
0.1 1.210198
0.0
0.1
NWC LEV
0.2630 0.33371
0.2 0.668742
-0 0.0
0.1 0.2
CAPEX ROA
0.0123 0.16140
0.0 0.234429 0.458758
-0 0.0
0.1 0.1
DIV
0.7272
0.4
Tabel diatas adalah statistic deskriptif yang menggambarkan profil data sampel yang meliputi rata-rata (mean), nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum), dan simpangan barku (standard deviation Uji Normalitas Uji normalitas yang dilakukan adalah Uji Jarque-Bera yang merupakan uji statistik untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak. Chi Squares yang digunakan adalah dengan α = 5% dan df = 2 yaitu sebesar 5.9915 (pada tabel distribusi Chi Squares).
Skewness CH
2.536399
SIZE
-0.155768
MTB
1.627705
CF
3.820413
NWC
0.033027
LEV
0.850322
CAPEX -3.32563 ROA
0.787841
DIV
-1.020621
Table 4 Uji Normalitas Jarque-Bera JarqueKurtosis Distribusi Probability Hipotesis Bera 9.070798 143.4305 Tdk normal 2.692024 0.439779 Gagal tolak Normal 0.802608 H0 6.406242 50.8754 Tdk 0 Tolak H0 normal 23.1688 1065.998 Tdk 0 Tolak H0 normal 2.09406 1.89083 Gagal tolak Normal 0.388518 H0 2.942958 6.635396 Tdk 0.036236 Tolak H0 normal 17.82211 604.8495 Tdk 0 Tolak H0 normal 3.059298 5.697744 Gagal tolak Normal 0.05791 H0 2.041667 11.65328 Tdk 0.002948 Tolak H0 normal
Dari tabel uji Normalitas JB, dapat kita ketahui bahwa terdapat 3 variabel yang normal dan gagal tolak Ho yaitu SIZE, NWC, dan ROA. Karena nilai probabilitas yang kecil cenderung mengarahkan pada penolakan hipotesis nol distribusi normal. Selain ketiga 105
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
data tersebut datanya terdistribusikan tidak normal dan menolak H0 yaitu pada variabelvariabel MTB, CF, LEV, CAPEX dan DIV. Hal ini disebabkan selain karena nilai JarqueBera nya > dari distribusi X2 dengan df=2 yaitu 5.9915, juga mempunyai nilai probability kurang dari 5% sehingga menyebabkan terjadinya penolakan H0. Pemilihan Metode Estimasi Uji Chow Pengujian Chow dilakukan untuk memilih model yang terbaik antara metode Pooled Least Square (PLS) dengan metode Fixed Effect (FEM) atau metode efek tetap.
Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai F-statistics lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% maka H0 ditolak. Nilai probabilitas F-statistics model adalah 0.0000 dengan demikian metode data panel Fixed Effect Method (FEM) lebih baik apabila dibandingkan dengan metode Pooled Least Square. Uji Hausman Table 6.Hasil Uji Hausman Test Summary Chi-Sq. d.f. Cross-section random
Dalam pengujian Hausman ini, nilai yang harus diperhatikan adalah nilai probabilitas dari Chi Square dengan Degree of Freedom sebanyak k dimana k adalah jumlah variabel independen. Pada tabel hasil olah statistik menggunakan Eviews diperlihatkan bahwa probabilitas Chi Square sebesar 0.4604 maka, Hasil pengujian tersebut tidak signifikan dikarenakan p-value lebih dari 5%, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Oleh karena itu, model yang baik untuk penelitian ini adalah mengikuti Random Effect.
106
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Hasil Pengujian Model Regresi Data Panel Table 7. Estimasi Data Panel dengan Model Random Effect Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
C SIZE MTB CF NWC LEV CAPEX ROA DIV
-1.594841 0.114467 0.017456 0.069931 0.977528 -0.094767 0.043728 1.110913 -0.069281
1.556325 0.117711 0.01594 0.096041 0.181339 0.100288 0.138161 0.288819 0.042161
-1.024748 0.972441 1.095099 0.728139 5.390622 -0.944955 0.316497 3.846402 -1.64323
Effects Specification
Cross-section random Idiosyncratic random
0.209327 0.093462
Weighted Statistics
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.693613 0.640329 0.093186 13.01713
Mean dependent Var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.058385 0.155381 0.399445 1.151058
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.536101 2.473778
Mean dependent Var 0.298173 Durbin-Watson stat 0.185863
Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews7 Intercep © -1.594841 merupakan nilai rata-rata dari komponen kesalahan random (random error component). Nilai random effect ini menunjukan seberapa besar perbedaan komponen kesalahan random sebuah perusahaan terhadap nilai intersep semua perusahaan (rata-rata). Informasi lain dari hasil analisis regresi yang ditampilkan adalah: 107
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
R-squared = 0.693613; menunjukkan kemampuan model, variabel independen mampun menjelaskan pengaruhnya sebanyak 69.36% terhadap variabel dependen penelitian. Adjusted R-squared = 0.640329; merupakan nilai R2 yang sudah disesuaikan. Semakin banyak variabel independen yang dimasukkan kedalam persamaan akan memperkecil nilai ini. S.E. of Regression = 0.093186; merupakan standar eror dari persamaan regresi. Pada penelitian ini standar eror persamaan regresinya cukup rendah yaitu sebesar 9.31%. Sum squared residual = 0.399445; merupakan jumlah dari nilai residual kuadrat pada penelitian. Durbin-watson stat = 1.151058; nilai uji Durbin Watson (DW) yang digunakan untuk mengetahui apakah ada autokorelasi atau tidak (hubungan antar residual) Mean dependent var = 0.058385; nilai rata-rata variabel dependen dalam hal ini adalah corporate cash holding S.D. dependent var = 0.155381; merupakan standar deviasi atau simpangan baku yang menunjukan standar penyimpangan terhadap variabel Y. F-statistic = 13.01713; uji serempak pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Prob(F-statistic) = 0 ; probabilitas nilai uji statistic F.
Hasil Pengujian Hipotesis dan Statistik Koefisien Determinasi R2 dan Adjusted R2 Table 8. Nilai R2 dan Adjusted R2 R-square 0.6 Adjusted R-squared
0.6
Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews7 Berdasarkan tabel terlihat bahwa R2adalah sebesar 69.36% yang berarti bahwa corporate cash holding sebagai variabel dependen dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebesar 69.36% oleh model, sedangkan 30.64% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Variabel independen pada penelitian ini yaitu SIZE, MTB, CF, NWC, LEV, CAPEX, ROA, dan DIV mampu menjelaskan pengaruhnya sebesar 69.36% terhadap variabel dependen. Sementara sisanya sebesar 30.64% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak tercakup dalam model regresi penelitian ini. Seperti variabel Research and Development (R & D) pada penelitian Datta dan Jia (2012), Cash Conversion Cycle (CCC) pada penelitian Drobetz dan Gruninger (2007). Variabel R & D tidak dimasukan kedalam penelitian dikarenakan keterbatasan data R & D pada perusahaan. Hampir seluruh perusahaan BUMN tidak mencantumkan besaran biaya yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan yang dilakukan. Sementara untuk CCC tidak digunakan karena dalam perhitungan rumusnya menggunakan Inventory, sementara untuk perusahaan jasa tidak mencantumkan persediaan pada laporan keuangannya. 108
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Signifikansi Linear Berganda (F-stat) Nilai F-stat adalah sebesar13.01713 dengan probabilitas 0. Hal ini menunjukan bahwa nilai tersebut berada pada tingkat keyakinan 99% atau dapat dikategorikan highly signifikan, karena memiliki nilai signifikansi 0 < 0.05. Hasil uji F pada penelitian ini yaitu menerima H1 dengan demikian menunjukan bahwa model yang dibuat pada penelitian ini paling tidak mempunyai sebuah koefisien kemiringan/slope sama dengan nol. Dengan kata lain, paling tidak ada sebuah variabel bebas yang mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel terikat/dependen. Signifikansi Parsial (T-stat) Dalam penelitian ini mencari t tabel (t kritis) dengan degree of freedom (df) = n-k. Dengan n adalah banyaknya observasi yang dilakukan dan k adalah jumlah variabel bebas ditambah konstanta sehingga = 55 – (8+1) = 46. Maka dengan df = 46 dan α = 5% maka diperoleh t tabel 1.684 Net Working Capital (NWC) dan Return on Assets (ROA) yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Corporate Cash Holding (CH) sedangkan variabel independen lainnya seperti SIZE, Market to Book Ratio (MTB), Cash Flow (CF), Leverage (LEV), Capital Expenditure (CAPEX), dan Dividen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen dikarenakan mempunyai p-value lebih besar dari tingkat kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (α = 0.05) sehingga diambil keputusan untuk terima H0. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis Hasil Uji Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap Corporate Cash Holding Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai koefisien SIZE sebesar 0.114467 memberikan konfirmasi bahwa SIZE memiliki hubungan yang positif terhadap kebijakan kepemilikan kas diperusahaan, tetapi dilihat dari angka probabilitas hubungan tersebut tidaklah signifikan karena probabilitasnya > dari α sehingga Hipotesis alternative atau hipotesis benar ditolak dan menerima hipotesis null. Hasil ini sesuai dengan Pecking Order Theory dimana perusahaan yang berukuran semakin besar akan memegang kas dalam jumlah yang besar pula. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada perusahaan BUMN yang Ultimate Owner nya seebenarnya adalah satu yaitu pemerintah Indonesia. Hal ini menyebabkan besar kecilnya suatu perusahaan tidak lagi memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan CH perusahaan, karena seluruhnya telah diatur oleh ultimate. Hasil Uji Pengaruh Market to Book Ratio (MTB) terhadap Corporate Cash Holding Hipotesis penelitian ditolak karena p value > α sesuai dengan hasil penelitian dengan koefisien positif sebesar 0.017456 hal ini sesuai dengan teori trade off maupun pecking order bahwa untuk mendanai investasi yang bernilai dan pendanaan eksternal begitu mahal, maka untuk tidak melepaskan investasi tersebut, perusahaan yang memiliki growth opportunity akan mendanainya dengan kas. Sesuai dengan Pecking Order Theory dan penelitian Myers (1977) yang mengungkapkan bahwa perusahaan dengan growth options 109
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
yang lebih banyak biasanyamemiliki informational disadvantage yang berakibat pembiayaan eksternal menjadi lebih mahal. Namun, hasil pada penelitian ini tidak signifikan yang mengindikasikan bahwa growth opportunities tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepemilikan kas di perusahaan BUMN. Hasil tidak signifikan pada variabel MTB disebabkan karena keputusan kepemilikan kas tidak dipengaruhi secara signifikan oleh kesempatan investasi perusahaan. Hasil Uji Pengaruh Cash Flow (CF) terhadap Corporate Cash Holding Didalam penelitian ini koefisien cash flow sebesar 0.069931 memberikan bahwa cash flow memiliki hubugan yang positif dengan kepemilikan kas perusahaan, tetapi hubungan tersebut tidaklah signifikan dikarenakan nilai p value sebesar 0.4702 > dari α = 0.05, sehingga menolak hipotesis sebelumnya yang mengatakan bahwa cash flow berhubungan negative dengan corporate cash holding sesuai dengan teori trade off. Hasil positif yang didapat dari penelitian ini sesuai dengan pecking order theory yaitu perusahaan yang memiliki arus kas yang tinggi akan memegang kas lebih besar untuk melakukan pembayaran dividen, pembayaran hutang(pendanaan internal). Atau hubungan positif ini juga dikarenakan perusahaan dengan cash flow yang tinggi diduga akan membayar dividen, melunasi hutang-hutangnya. Hasil Uji Pengaruh Net Working Capital (NWC) terhadap Corporate Cash Holding Pada penelitian ini probabilitasnya sebesar 0 yang memberikan konfirmasi bahwa NWC pada penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan dan berhubungan positif dengan kebijakan cash holding sesuai dengan koefisien yang dihasilkan sebesar 0.9977. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa NWC yang positif akan mengurangi kebutuhan kas diperusahaan. Hasil penelitian di Perusahaan BUMN di Indonesia ini justru memberikan pengaruh positif dan signifikan dengan kepemilikan kas diperusahaan. Rasionalisasi untuk argument tersebut adalah bahwa kas merupakan bagian dari NWC sehingga pada saat terjadi peningkatan kas, NWC juga ikut meningkat. Selain itu, current asset (asset lancar) selain kas tidak dapat menjadi substitusi bagi kas disetiap saat seperti yang dipaparkan oleh beberapa teori sebelumnya. Hasil Uji Pengaruh Leverage (LEV) terhadap Corporate Cash Holding Koefisien leverage sebesar -0.094767 memberikan konfirmasi bahwa leverage memiliki pengaruh yang negative tetapi tidak signifikan pada kebijakan kepemilikan kas perusahaan. Hasil ini sesuai dengan trade off, pecking order, dan free cash flow theory bahwa semakin tinggi tingkat utang perusahaan, kas yang dipegang perusahaan akan semakin kecil. Karena, menurut trade off theory utang bisa digunakan sebagai pengganti kas dalam membiayai investasi saat pendanaan eksternal menjadi begitu mahal , sementara menurut pecking order theory kas yang turun tidak akan bisa untuk membiayai investasi sehingga perlu mengeluarkan utang. Sementara itu, hasil yang tidak signifikan bisa dipicu karena utang bisa menjadi double sword yang menjadi trade off bagi perusahaan karena disatu sisi bisa menjadi keuntungan namun disisi lain bisa menjadi kerugian atau dengan kata lain dengan adanya pinjaman disatu sisi bisa membantu pertumbuhan perusahaan, tetapi disisi lain dapat mengganggu likuiditas perusahaan. 110
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
Hasil Uji Pengaruh Capital Expenditure (CAPEX) terhadap Corporate Cash Holding Nilai p-value > 0.05 yaitu sebesar 0.7531 menunjukan bahwa variabel CAPEX positif, tetapi tidak signifikan sesuai dengan nilai koefisiennya sebesar 0.043728. Ini dikarenakan ketika suatu perusahaan memiliki rencana untuk melakukan investasi yang besar, maka perusahaan akan menyediakan cadangan kas untuk menjaga kelangsungan pengerjaannya. Dengan keberadaan cadangan kas, maka cash holding yang dimiliki perusahaan akan tinggi. Didasari keyakinan pada trade off theory dan transaction model theory bahwa ada hubungan positif antara CAPEX dengan kepemilikan kas perusahaan. Hasil Uji Pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Corporate Cash Holding Koefisien Return on Asset pada penelitian ini sebesar 1.110913 memberikan konfirmasi bahwa ROA memiliki yang signifikan dan positif dengan kebijakan kepemilikan perusahaan. Sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa ROA berpengaruh + terhadap corporate cash holding sesuai dengan packing order theory dan penelitian Almeida (2004). ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan/laba dengan memanfaatkan keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi ROA maka semakin baik keadaan suatu perusahaan. Ratio ini memperlihatkan keefektifan manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukan oleh pengembalian (return) yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Maka semakin tinggi ROA yang dimiliki perusahaan akan semakin meningkatkan kepemilikan kas yang dimiliki perusahaan. Hasil Uji Pengaruh Dividend (DIV) terhadap Corporate Cash Holding Hasil penelitian menunjukan hasil koefisien -0.069281 dan α > 0.05 menyebabkan variabel dividen dummy ini tidak signifikan dan menolak hipotesa alternatifnya. Dengan kata lain variabel dummy dividen ini berpengaruh negative dan tidak signifikan. Ini diduga karena perusahaan pembayar dividen yang kekurangan dana bisa menghasilkan dana likuid yang low cost dengan mengurangi pembayaran dividen. Kesimpulan Hasil secara Simultan diperoleh: Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel independen Size, Cash Flow, Net Working Capital, Leverage, Capital Expenditure, Market to Book Ratio, Return on Assets, dan Dividen sebesar 69.36% terhadap variabel dependen Corporate Cash Holding perusahaan BUMN yang tercatat aktif di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013, sedangkan 30.64% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti didalam penelitian ini. 1. Hasil secara parsial diperoleh:
Ukuran perusahaan berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013. Growth Opportunity berdasakan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak 111
Ajeng Andriani Hapsari
Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 3, Nomor 1, 1 Oct 2015
signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013 Cash Flow berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013 Net Working Capital berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013. Leverage berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013. CAPEX berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013. Return On Asset berdasarkan uji-t menunjukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013. Dividen berdasarkan uji-t menunjukan hasil negative dan tidak signifikan terhadap cash holding perusahaan BUMN periode 2009-2013.
Daftar Pustaka Baskin, J, 1987, ‗Corporate liquidity in games of monopoly power‘, Review of Economics and Statistics, 69, hh. 312-319. Baumol, W. J. 1952, ‗The transactions demand for cash: an inventory theoretic approach‘, Quarterly Journal of Economics, vol. 66, hh. 545-556. Bruinshoofd, A, & Kool, C, 2002, ‗The determinants of corporate liquidity in the Netherlands‘, Working paper (Maastricht University, Maastricht, Netherlands). Damodaran, A., 2005, ‗The Value of Synergy‘. Working Paper Series, NYU: Stern School of Business. Keynes, J.M., 1936, ―The General Theory of Employment, Interest and Moneyǁ. In the 1973 edition of the Collected Writings of John Maynard Keynes, Vol. 7., edited by Donald Moggridge, London: Macmillan for the Royal Economic Society. Kim, C. S., Mauer, D.C. and A. E. Sherman (1998). ―The Determinants of Corporate Liquidity: Theory and Evidenceǁ. Journal of Financial and Quantitative Analysis 33, 305-334. Miller, Merton H. & Daniel Orr, 1966,‘ A Model Of Demand For Money By Firms. Quarterly Journal of Economics. Mulligan, C. B., 1997. ―Scale economies, the value of time, and the demand for money: longitudinal evidence from firmsǁ, Journal of Political Economy 105, 1061-1079. Opler, Pinkowitz, Stultz, Williamson, 1997,‘The Determinants And Implications of Corporate cash Holdings‘. NBER Working Paper Series. Working Paper 6234. Teruel, Pedro J. García; Pedro Martínez Solano; dan Juan Pedro Sánchez Ballesta. 2009. Accruals quality and corporate cash holdings. Journal compilation Accounting and Finance. Vol. 49 Issue 1 (March): 95–115. 112