FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM MENYUSUN HARGA PENAWARAN PROYEK KONSTRUKSI Rinia Susanti1 dan Yohanes LD Adianto2 1)
Alumni Program Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Jl. Merdeka 30 Bandung Email:
[email protected] 2) Dosen Program Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Jl. Merdeka 30 Bandung Email:
[email protected]
ABSTRAK Menyusun harga penawaran pada tender proyek konstruksi merupakan bagian pekerjaan yang paling penting dan kritis bagi kontraktor. Tujuan diadakan tender adalah untuk mendapatkan harga penawaran yang kompetitif di antara beberapa kontraktor yang mengajukan penawaran. Dilemanya adalah bagaimana menawar cukup rendah untuk memenangkan tender tapi cukup tinggi untuk mendapatkan keuntungan (profit). Ada banyak faktor yang mempengaruhi keputusan kontraktor dalam menyusun harga penawaran dan persepsi antara kontraktor bisa saja berbeda dalam menilai tingkat pengaruh faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berpengaruh dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara persepsi kontraktor dalam menilai tingkat pengaruh faktor. Data-data dikumpulkan dengan membagikan kuesioner kepada kontraktor gred 2, gred 3 dan gred 4 di Kota Solok. Dari 29 faktor yang diidentifikasi, kelengkapan dokumen dan kualitas disain, kondisi cuaca selama pelaksanaan proyek, material (harga/ketersediaan/supply/mutu), hubungan dengan para pemasok (suppliers) dan kegagalan/profit yang lalu dalam proyek serupa, dianggap paling berpengaruh. Hasil pengujian Kruskal Wallis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara persepsi kontraktor dalam menilai tingkat pengaruh faktor. Faktor yang dinilai berbeda adalah hubungan dengan para pemasok (suppliers) dan identitas/tingkat persaingan peserta tender. Kata kunci: penawaran, konstruksi, kontraktor, faktor, pengaruh
1.
PENDAHULUAN
Dilema dalam penawaran kompetitif adalah menawar cukup rendah untuk memenangkan kontrak tapi cukup tinggi untuk mendapatkan keuntungan (profit). Ada banyak faktor yang mempengaruhi keputusan kontraktor untuk menawar atau tidak menawar dan berapa harga penawaran (Dozzi, et al., 1996). Kebutuhan akan pekerjaan dan beban kerja saat ini, ketersediaan dana dan overhead perusahaan, kondisi ekonomi, tingkat persaingan antar peserta tender serta faktor-faktor lainnya menjadi pertimbangan bagi kontraktor dalam mengevaluasi dan menyusun harga penawaran. Menghitung harga penawaran yang tepat untuk sebuah proyek konstruksi adalah penting, tidak hanya untuk memenangkan proyek tetapi memenangkan proyek yang tepat untuk perusahaan. Banyak faktor yang dipertimbangkan saat menyusun tawaran dan langkah-langkah tertentu harus diambil. Berapa harga penawaran yang tepat untuk sebuah proyek konstruksi? Atau apakah ada harga yang tepat? Jawabannya adalah ada harga yang tepat untuk masing-masing kontraktor, tetapi bukanlah satu harga yang pas bagi setiap kontraktor. Harga yang tepat untuk masing-masing kontraktor itulah yang menjadi harga penawaran (Wallwork, 1999). Untuk mendapatkan harga yang tepat, kontraktor harus bisa mengestimasi biaya dalam beberapa kondisi untuk pelaksanaan proyek tersebut agar dapat mengajukan harga penawaran yang kompetitif. Harga yang diajukan diperoleh dari proses estimasi biaya. Estimasi biaya adalah proses menganalisis lingkup pekerjaan tertentu dan memprediksi biaya dari pekerjaan. keakuratan dari estimasi adalah fungsi dari seberapa baik lingkup pekerjaan tertentu didefinisikan dan waktu yang tersedia untuk estimator. Tantangan dasar awal kontraktor adalah memperkirakan biaya konstruksi proyek, jadwal kegiatan konstruksi yang spesifik, dan kemudian membuat proyek dengan biaya di bawah estimasi biaya dan jadwal. Oleh karena itu estimasi biaya dan keterampilan mengendalikan biaya sangat penting jika kontraktor ingin membangun proyek yang menguntungkan (Holm, et al., 2005). Estimasi biaya dalam jasa konstruksi meliputi estimasi biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung terdiri biaya upah pekerja, operasi peralatan, material. Biaya tidak langsung terdiri dari biaya overhead, pajak (taxes), eskalasi dan biaya risiko. Biaya risiko terdiri dari biaya tak terduga (contingencies) dan keuntungan (profit) (AACE International, 2004). Biaya langsung ditambah biaya tidak langsung inilah yang akan menjadi harga penawaran (Ahuja, 1980).
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
MK-115
Manajemen Konstruksi
Proses penyusunan harga penawaran antara satu kontraktor dengan kontraktor lain bervariasi. Proses penyusunan harga penawaran yang sering dipakai adalah pemodelan versi Cook (1985). Kontraktor melakukan estimasi terhadap seluruh komponen-komponen yang akan menjadi komponen permanen hasil akhir proyek, kemudian menambahkan biaya pada hasil akhir estimasi yang biasa disebut mark-up. Mark up adalah komposisi dari keuntungan dan premi risiko kontraktor untuk proyek, sedangkan menurut Neil (1982) mark-up terdiri atas general overhead, profit dan contingencies. Penetapan bagian-bagian dari mark-up juga bervariasi, tergantung kebijakan masing-masing kontraktor. Kontraktor yang tidak mempunyai pemahaman tentang komponen biaya, akan meningkatkan risiko dan kerentanan mereka terhadap kegagalan yang tidak perlu (Shelton, 2002). Dengan banyaknya variabel-variabel yang harus dihitung dan dipertimbangkan dalam menyusun harga penawaran maka seorang estimator harus dapat mengidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel ketidakpastian yang harus diperhitungkan sesuai dengan kondisi yang terjadi saat pelaksanaan. Secara .umum keberhasilan kontraktor-kontraktor dalam menangani ketidakpastian biaya terletak pada sebaik apa mereka mampu menghasilkan estimasi biaya yang akurat. Semakin akurat perkiraan biaya yang dihasilkan semakin berkurang risiko akibat perubahan biaya yang akan dihadapi. Dengan berkurangnya risiko tersebut, maka kontraktor dapat mengurangi biaya risiko, yang pada akhirnya dapat menghasilkan penawaran harga yang lebih kompetitif (Soemardi dan Kusumawardani, 2010).
2.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah: pertama, mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam menyusun harga penawaran proyek konstruksi, kedua mengetahui faktor-faktor utama yang berpengaruh dalam menyusun harga penawaran tesebut dan ketiga mengetahui pandangan antara responden berdasarkan kualifikasi perusahaan dan antara responden dengan pengalaman kerja yang berbeda dalam menentukan faktor-faktor utama yang berpengaruh dalam menyusun harga penawaran proyek kosntruksi
3.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian adalah survei sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.
Pembuatan dan penyebaran kuesioner Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada kontraktor di Kota Solok dengan kualifikasi perusahaan gred 2,gred 3 dan gred 4. Penelitian ini mengklasifikasikan kontraktor berdasarkan kualifikasi perusahaan responden dan pengalaman responden di industri konstruksi. Kuesioner terdiri atas tiga bagian, bagian pertama berisi pertanyaan tentang data perusahaan secara umum, bagian kedua berisi pertanyaan tentang kebijakan-kebijakan yang dipakai perusahaan dalam menyusun harga penawaran dan bagian ketiga berisi daftar 29 faktor-faktor yang diidentifikasi berpengaruh dalam menyusun harga penawaran. Faktor-faktor ini dirangkum dari penelitian terdahulu yang relevan (Ahmad dan Minkarah, 1988; Shash dan Abdul-Hadi, 1993; Dozzi, et al., 1996; Li, et al., 1999; Odusami & Onukwube, 2000; Dulaimi & Shan, 2002; Andi, 2005; Liu & Ling, 2005 dan Chan dan Au, 2009). Kontraktor diminta mengisi tingkat pengaruh factor dengan menggunakan skala likert, skala 1 untuk “sangat tidak berpengaruh” skala 2 untuk “tidak berpengaruh”, skala 3 untuk “kurang berpengaruh”, skala 4 untuk berpengaruh” dan skala 5 untuk “sangat berpengaruh”.
Analisis Untuk mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam menyusun harga penawaran dari 29 faktor yang telah diidentifikasi, digunakan analisis statistik sederhana yaitu dengan menghitung prosentase nilai bobot untuk mendapatkan besarnya tingkat kepentingan dan pengaruh dari setiap faktor. Prosentase nilai bobot dihitung dengan menggunakan rumus:
% Bobot =
x 100 % Nilai mean =
(1) (2)
dengan Xi adalah Nilai X ke i sampai n dan n adalah jumlah individu. Kriteria interpretasi bobot: 0% - 20% = Sangat Lemah 21% - 40% = Lemah 41% - 60% = Cukup MK-116
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Manajemen Konstruksi
61% - 80% 81% - 100%
= =
Kuat Sangat Kuat
Hasil dari pengolahan data tersebut kemudian disusun ke dalam hierarki ranking prosentase dari prosentase terbesar hingga terkecil. Kemudian untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan antara masing-masing kelompok kontraktor dalam menilai tingkat pengaruh faktor digunakan analisis Kruskal-Wallis dengan bantuan program SPSS 17. Analisa ini digunakan untuk menganalis apakah rata-rata (mean) antara kelompok sampel satu dan kelompok sampel yang lain berbeda secara signifikan atau tidak.
4.
GAMBARAN UMUM
Dari total 80 perusahaan kontraktor yang diberi kuesioner, sebanyak 57 responden (71,25%) mengembalikan dan bersedia menjawab. Jumlah kuesioner yang disebar, kembali, tidak diisi dengan lengkap dan yang sah dan valid disajikan pada Tabel 1. berikut ini: Tabel 1. Rekapitulasi Jumlah Penyebaran Kuesioner No. 1 2 3
Uraian Kuesioner Tidak diisi dengan lengkap Kuesioner tidak kembali Kuesioner yang sah dan valid a. Gred 2 b. Gred 3 c. Gred 4 Jumlah
Jumlah 0 23 57 21 19 17 80
Persentase 0 28.75 % 71.25 % 26.25 % 23.75 % 21.25 % 100 %
Kemudian berdasarkan pengalaman kerja responden di industri konstruksi, sebanyak 27 responden (47,4%) mempunyai pengalaman kurang dari 10 tahun dan sebanyak 30 responden (52,6%) mempunyai pengalaman di atas 10 tahun seperti yang ditunjukkan Tabel 2. Tabel 2. Persentase responden berdasarkan pengalaman kerja Frequency Percent Valid Percent Valid >10 <10 Total
27 30 57
47.4 52.6 100.0
47.4 52.6 100.0
Cumulative Percent 47.4 100.0
5. PERINGKAT FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM MENYUSUN HARGA PENAWARAN Peringkat faktor-faktor yang berpengaruh dalam menyusun harga penawaran proyek konstruksi akan dianalisa berdasarkan 1) Jawaban seluruh responden, 2) Kualifikasi perusahaan responden yaitu gred 2, gred 3 dan gred 4 dan 3) Berdasarkan pengalaman kerja responden di industri konstruksi yaitu responden dengan pengalaman kurang dari 10 tahun dan responden dengan pengalaman kerja di atas 10 tahun. Sesuai dengan tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui faktor-faktor utama yang berpengaruh dalam menyusun harga penawaran proyek dan juga untuk mengetahui apakah responden berdasarkan kualifikasi perusahaan berbeda dan pengalaman kerja berbeda mempunyai persepsi yang berbeda dalam menentukan faktor-faktor utama yang berpengaruh.
Peringkat faktor-faktor yang berpengaruh berdasarkan jawaban seluruh responden Pada Tabel 3 atau Tabel 4 terlihat bobot dan peringkat seluruh faktor yang berpengaruh dalam menyusun harga penawaran berdasarkan jawaban dari seluruh responden (overall) Kelengkapan dokumen dan kualitas disain ditempatkan oleh seluruh responden di urutan ke-1 dengan dengan bobot 89.82%. Hal ini menunjukkan bahwa responden sangat mempertimbangkan faktor ini dalam menyusun harga
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
MK-117
Manajemen Konstruksi
penawaran. Dokumen tender yang lengkap dan kualitas disain yang baik akan meningkatkan keakuratan estimasi yang dilakukan oleh kontraktor, meminimalkan risiko-risiko yang mungkin terjadi pada pelaksanaan konstruksi dan juga memperkecil risiko timbulnya kesalahpahaman dan pertikaian. Peringkat ke-2 adalah kondisi cuaca selama pelaksanaan proyek. Kondisi cuaca yang buruk adalah salah satu penyebab terlambatnya penyelesaian pekerjaan terutama pada lingkup pekerjaan yang berada di tempat terbuka seperti pembangunan jalan, irigasi, pembuatan bendung, dan lainnya. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan akan beresiko meningkatnya biaya overhead kantor. Faktor “Material (harga/ketersediaan/supply/mutu)” berada di urutan ke-3 dengan bobot 89,47%. Material merupakan suatu bahan yang menjadi peranan utama dalam menyelesaikan proyek konstruksi. Biaya material berkontribusi hingga 70% terhadap keseluruhan biaya konstruksi menyusul tenaga kerja. Tidak stabilnya harga di pasaran akan menyulitkan estimator menetapkan harga material dalam menyusun harga penawaran. Selain itu kenaikan harga material juga akan berdampak pada margin keuntungan yang akan diperoleh oleh kontraktor. Sebab, dengan naiknya berbagai bahan material, tidak mungkin diimbangi dengan menurunkan kualitas atau bahkan menaikkan nilai kontrak, karena kontrak telah ditandatangi sebelum kenaikan harga. Sedangkan eskalasi hanya berlaku pada proyek-proyek yang mempunyai durasi di atas 12 bulan, sehingga satu-satunya jalan adalah mengurangi margin keuntungan yang didapat oleh kontraktor. Faktor yang paling tidak berpengaruh menurut seluruh responden adalah faktor “Record pembayaran” dengan bobot 67.02%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan responden dengan owner dalam hal pembayaran selama menjalin kerjasama sangat lancar dan baik. Dari Tabel 4.9 juga terlihat bahwa terdapat 15 faktor yang mempunyai interpretasi bobot “sangat kuat” (81%-100%), 14 faktor dengan interpretasi bobot “kuat” (61%-80%).
Peringkat faktor-faktor yang berpengaruh berdasarkan kualifikasi perusahaan responden Tabel 3. menunjukkan persentase bobot dan peringkat faktor berdasarkan hasil jawaban responden gred 2, gred 3 dan gred 4. Masing-masing kelompok responden mempunyai pendapat yang berbeda dalam menempatkan faktor di posisi 10 peringkat tertinggi yang paling berpengaruh. Responden gred 2 dan gred 4 sama-sama menempatkan faktor “Kelengkapan dokumen dan kualitas disain di urutan ke-1, sementara responden gred 3 menempatkannya di urutan ke-3. Hasil ini mengungkapkan bahwa kelengkapan dokumen dan kualitas disain yang lengkap akan menghasilkan tingkat akurasi yang tinggi dalam estimasi biaya, sebaliknya jika dokumen tidak lengkap dan kualitas disainnya jelek akan meningkatkan risiko ketidakpastian sehingga menyulitkan kontraktor dalam menyusun biaya penawaran. Di urutan ke-2 seluruh rerponden menempatkan faktor “Kondisi cuaca selama pelaksanaan pelaksanaan proyek”. Secara terpisah responden gred 3 menempatkan faktor ini di urutan ke-1, responden gred 2 menempatkannya di urutan ke-5 dan responden gred 4 menempatkan faktor ini di urutan ke-4. Hasil ini menunjukkan bahwa intensitas pelaksanaan pekerjaan responden gred 2 yang dikerjakan di tempat terbuka sangat tinggi. Jenis pekerjaan pekerjaan tersebut seperti pekerjaan pembangunan jalan, pembangunan irigasi, drainase dan sebagainya. Kondisi cuaca yang buruk meningkatkan ketidakpastian dalam waktu enyelesaian proyek. Risiko keterlambatan penyelesaian pekerjaan akan berdampak pada meningkatnya biaya overhead kantor dan upah pekerja. Faktor “Durasi proyek” berada di peringkat ke-3 oleh responden gred 2 tapi tidak termasuk dalam 10 peringkat tertinggi oleh responden gred 3 dan 4. Hasil ini mengungkapkan bahwa faktor durasi proyek amat berpengaruh dalam menyusun harga penawaran proyek konstruksi bagi responden gred 2. Dengan keterbatasan dana, SDM, maka kontraktor akan berusaha memprediksi semua risiko yang dapat mempengaruhi waktu penyelesaian proyek. Keterlambatan dalam menyelesaikan proyek tidak saja akan menimbulkan overruns biaya, tapi juga memperkecil kesempatan perusahaan mendapatkan proyek lain. Dengan keterbatasan dana dan SDM, maka sulit bagi kontraktor mengerjakan dua atau tiga proyek secara bersamaan, oleh sebab itu responden gred 2 berusaha fokus terhadap estimasi durasi proyek. Selanjutnya, faktor “Lokasi proyek” berada di urutan ke-6 oleh responden gred 2 dan di urutan ke-7 oleh responden gred 4, tetapi tidak menjadi 10 peringkat tertinggi oleh responden gred 3. Hasil ini menunjukkan bahwa lokasi proyek-proyek yang dikerjakan oleh responden gred 3 kebanyakan berada di lingkup perusahaan serta kurang menemui kendala yang berarti selama pelaksanaan proyek dibandingkan dengan responden gred 2 dan 4. Namun demikian, walaupun faktor ini tidak termasuk 10 faktor utama yang berpengaruh, namun interpretasi bobotnya juga sangat kuat (81.05%) dan berada di urutan ke-13.
MK-118
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Manajemen Konstruksi
Tabel3.Prsntodpigkfuh
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
MK-119
Manajemen Konstruksi
“Nilai proyek” berada di urutan ke-10 oleh responden gred 2 dan di urutan ke-6 oleh responden gred 4, sedangkan responden gred 3 menempatkan faktor ini di urutan ke-22. Hasil ini mengungkapkan bahwa “Nilai proyek” sangat berpengaruh oleh responden gred 2 dan gred 4 dalam menyusun harga penawaran. Bagi responden gred 2 dengan keterbatasan dana dan SDM akan lebih memilih proyek dengan nilai rendah dan risiko kecil. Karena besarnya nilai proyek terkait dengan kompleksitas proyek. Semakin besar nilai proyek, pada proyek-proyek tertentu seperti proyek bangunan tingkat kompleksitas dan kerumitan cenderung meningkat. Sehingga bagi responden gred 4 yang rata-rata nilai proyeknya lebih tinggi dibanding gred 2 dan gred 3 maka modal yang ditanamkan juga akan semakin besar, untuk mengurangi risiko terjadinya pembengkakan biaya maka kontraktor memerlukan perhatian yang lebih dalam perencanaan dan penetapan harga penawaran. Faktor “Kegagalan/profit yang lalu dalam proyek serupa” ditempatkan oleh responden gred 3 di urutan ke-6 dan di urutan ke-5 oleh responden gred 4 dan responden gred 2 menempatkannya di urutan ke-11. Kemudian faktor “Lokasi Proyek” berada di urutan ke-7 oleh responden gred 4 dan responden gred 2 di urutan ke-6, dan responden gred 3 menempatkannya di urutan ke-13. Banyaknya kendala yang ditemui di lokasi proyek baik akses, tempat penyimpanan material (storage) serta keamanan di lapangan akan meningkatkan faktor ketidakpastian dalam estimasi biaya. Keahlian dan pengalaman estimator sangat dituntut agar dapat menyusun harga penawaran yang kompetitif.
Peringkat faktor-faktor yang berpengaruh berdasarkan pengalaman responden Tabel 4. menunjukkan perbandingan persentase bobot dan peringkat 10 faktor peringkat tertinggi berdasarkan pengalaman responden. Responden dengan pengalaman pengalaman kurang dari 10 tahun selanjutnya disebut kurang berpengalaman dan responden dengan pengalaman di atas 10 tahun selanjutnya disebut berpengalaman di industri konstruksi. Seperti halnya ketika responden dikelompokkan berdasarkan kualifikasi, maka masing-masing kelompok responden ini juga mempunyai persepsi yang berbeda dalam menempatkan faktor di posisi 10 peringkat tertinggi yang berpengaruh. Responden yang berpengalaman menempatkan faktor “Kelengkapan dokumen dan kualitas disain di urutan ke-1, sementara responden yang kurang berpengalaman menempatkannya di urutan ke-4. Hasil ini mengungkapkan responden yang berpengalaman lebih memfokuskan perhatiannya pada kelengkapan dokumen dan kualitas disain dalam menyusun harga penawaran, sementara responden yang kurang berpengalaman lebih fokus pada bagaimana kondisi cuaca selama pelaksanaan proyek. Di urutan ke-2 seluruh rerponden menempatkan faktor “Kondisi cuaca selama pelaksanaan pelaksanaan proyek”. Secara terpisah responden yang kurang berpengalaman menempatkan faktor ini di urutan ke-1 sedangkan responden yang berpengalaman menempatkannya di urutan ke-5. Di urutan ke-3 seluruh seluruh responden menempatkan faktor “Material (harga/ketersediaan/supply/mutu) sebagai faktor yang berpengaruh. Responden yang kurang berpengalaman menempatkan faktor ini di urutan ke-2 dan responden yang berpengalaman menempatkannya di urutan ke-3. Hasil ini menunjukkan bahwa seluruh responden sepakat menilai bahwa faktor ini mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam penyusunan harga penawaran. Menurut responden yang berpengalaman, lokasi proyek sangat berpengaruh dalam menyusun harga penawaran. Halhal yang harus diperhatikan adalah, apakah lokasi proyek berada di lingkup perusahaan dan apakah banyak kendalakendala yang ditemui, seperti bagaimana akses menuju lokasi, storage, dll. Lokasi proyek yang tidak berada di lingkup perusahaan akan beresiko meningkatkan biaya proyek. Perusahaan akan mengeluarkan biaya lebih untuk biaya akomodasi, seperti biaya transportasi, baik untuk staf perusahaan ataupun bagi tenaga kerja, jika di daerah lokasi proyek tenaga kerja yang diperlukan tidak cukup tersedia, demikian juga terhadap biaya material. Kemudian perusahaan juga harus mengeluarkan biaya lebih untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui di lapangan. Keandalan ketidakpastian biaya dalam estimasi juga sangat berpengaruh. Semakin besar ketidakpastian dalam estimasi biaya, maka harga penawaran akan meningkat dan sebaliknya. Keandalan faktor ini didukung oleh kelengkapan dokumen dan kualitas disain, ketersediaan staf yang berkualitas dan mempunyai pengalaman di proyek industri atau pada proyek yang sejenis. Selanjutnya adalah faktor “Identitas peserta tender/tingkat persaingan” oleh responden yang berpengalaman ditempatkan di 10 peringkat utama faktor yang berpengaruh dalam menyusun harga penawaran. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa dengan mengetahui identitas dan daya saing peserta tender, akan dapat membantu perusahaan dalam menyusun strategi dalam menyusun harga penawaran.
MK-120
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Manajemen Konstruksi
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tabel 4. Perbandingan persentase bobot dan peringkat 10 faktor peringkat tertinggi berdasarkan pengalaman responden Sampai 10 th Di atas 10 th FAKTOR-FAKTOR Bobot Rank Bobot Rank Kelengkapan dokumen dan kualitas disain 87,62 4 91,85 1 Kondisi cuaca selama pelaksanaan proyek 91,33 1 88,15 4 Material (harga/ketersediaan/ supply/mutu) 89,33 2 89,63 2 Hubungan dengan para pemasok (suppliers) 88,00 3 88,15 3 Kegagalan/profit yang lalu dalam proyek serupa 83,33 9 86,67 6 Keandalan/ketidakpastian biaya dalam estimasi biaya 83,33 10 86,67 7 Berpengalaman dalam proyek yang serupa 84,00 6 85,19 9 Lokasi proyek 80,67 15 87,41 5 Ketersediaan staf yang berkualitas 84,67 5 80,00 16 Nilai proyek 82,67 11 82,22 11 Ketersediaan dana yang dibutuhkan dan overhead kantor 83,33 8 80,74 14 Kompleksitas proyek 81,33 14 82,96 10 Tenaga kerja (biaya/ ketersediaan/kinerja/produktifitas) 84,00 7 78,52 18 Identitas peserta tender/tingkat persaingan 70,48 25 85,93 8
Overall Bobot Rank 89,82 1 89,82 2 89,47 3 88,07 4 84,91 5 84,91 6 84,56 7 83,86 8 82,46 9 82,46 10 82,11 11 82,11 12 81,40 15 79,65 17
“Ketersediaan staf yang berkualitas” dan “Berpengalaman dalam proyek serupa” bagi responden yang belum berpengalaman merupakan faktor yang sangat berpengaruh. Kurangnya pengalaman dalam proyek konstruksi akan mengakibatkan kurang andalnya estimasi biaya proyek. Kemudian faktor "Tenaga kerja (biaya/ketersediaan/ kinerja/produktifitas)”, hal ini juga sangat membutuhkan pengalaman, baik dalam mencari tenaga kerja yang handal, menetapkan metode pembayaran dan menyusun metode pemakaian tenaga kerja seefisien mungkin. Mengendalikan biaya proyek bukanlah hal yang mudah. Perusahaan harus dapat mengestimasi berapa dana yang dibutuhkan dalam mengerjakan proyek termasuk ketersediaan dana untuk biaya overhead perusahaan. Hal ini juga membutuhkan pengalaman yang cukup agar proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana semula. “Ketersediaan dana yang dibutuhkan dan overhead kantor” juga dianggap sebagai faktor utama yang berpengaruh oleh responden gred 2. Agar pelaksanaan proyek berjalan sesuai dengan rencana, perusahaan harus memperhitungkan berapa dana yang dibutuhkan proyek pada tahap-tahap pelaksanaannya. Tidak tersedianya dana yang cukup akan beresiko terjadinya keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan akan berdampak meningkatnya biaya proyek, terutama biaya overhead kantor.
6.
UJI KRUSKAL-WALLIS
Untuk menguji apakah signifikan perbedaan persepsi yang timbul antara responden jika dikelompokkan berdasarkan kualifikasi dan pengalaman responden dalam menilai tingkat pengaruh faktor-faktor, dilakukan uji Kruskal Wallis.
Analisis perbandingan persepsi antara responden berdasarkan kualifikasi Dari proses uji Kruskal Wallis terdapat satu perbedaan persepsi yang signifikan (Asymp. Sig. < 0.05) antara pendapat kelompok responden dalam menilai tingkat pengaruh faktor-faktor yaitu terhadap faktor “Hubungan dengan para pemasok (suppliers)”. Pada Tabel 4 terlihat bahwa selisih bobot responden gred 2 dengan gred 3 dan 4 cukup jauh jika dibandingkan selisih bobot antara gred 3 dan gred 4. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan persepsi terjadi antara gred 2 dengan gred 3 dan 4. Gred 2 berpendapat bahwa menjalin hubungan yang baik dengan para pemasok masih belum menjadi prioritas, karena nilai proyek yang dikerjakan cukup kecil. Sehingga tingkat pengaruhnya dalam menyusun harga penawaran juga rendah.
Analisis perbandingan persepsi antara responden berdasarkan pengalaman kerja Dari proses uji Kruskal Wallis terdapat satu perbedaan persepsi yang signifikan (Asymp. Sig. < 0.05) antara pendapat kelompok responden dalam menilai tingkat pengaruh faktor-faktor yaitu terhadap faktor “Identitas peserta tender/tingkat persaingan”. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan bobot yang cukup jauh antara kedua kelompok responden. Responden yang berpengalaman menganggap bahwa identitas peserta tender/daya saing peserta tender sangat “sangat kuat” (85.93%) pengaruhnya dalam menyusun harga penawaran. Sedangkan responden yang kurang pengalaman menganggap bahwa pengaruh faktor ini “kuat” (70.48%) tapi tidak sangat kuat pengaruhnya dalam menyusun harga penawaran proyek konstruksi.
7.
KESIMPULAN
Secara keseluruhan posisi 10 peringkat tertinggi faktor-faktor yang berpengaruh dalam menyusun harga penawaran adalah (1) Kelengkapan dokumen dan kualitas disain, (2) Kondisi cuaca selama pelaksanaan proyek, (3) Material SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
MK-121
Manajemen Konstruksi
(harga/ketersediaan/supply/mutu), (4) Hubungan dengan para pemasok (suppliers), (5) Kegagalan/profit yang lalu dalam proyek serupa, (6) Keandalan/ ketidakpastian biaya dalam estimasi biaya, (7) Berpengalaman dalam proyek yang serupa, (8) Lokasi proyek, (9) Ketersediaan staf yang berkualitas dan (10) Nilai proyek. Dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam menyusun harga penawaran proyek konstruksi, maka dapat membantu kontraktor memfokuskan perhatiannya hanya pada faktor-faktor yang paling berpengaruh saja. Walaupun terdapat perbedaan antara kelompok responden berdasarkan kualifikasi dan antara responden berdasarkan pengalaman kerja dalam menempatkan faktor di posisi 10 peringkat tertinggi, hanya satu faktor yang berbeda secara signifikan yaitu faktor “Hubungan dengan para pemasok” (berdasarkan kualifikasi responden) dan faktor “Identitas peserta tender/tingkat persaingan” (berdasarkan pengalaman kerja responden).
DAFTAR PUSTAKA AACE International (2004). Skills & Knowledge of Cost Engineering, 5th edition, AACE International, Maorgantown, West Virginia, USA. Ahmad, I dan Minkarah, I. (1988), Questioner Survey on Bidding in Construction, Journal of Management in Engineering, Vol. 4, No. 3, Juli. Ahuja, H.N (1980), Success Construction Cost Control, Wiley-Interscience. Andi, (2005), Faktor-faktor yang mempengaruhi mark-up harga penawaran kontraktor, Proceeding peringatan 25 tahun Pendidikan MRK di Indonesia 2005, ITB, Bandung. Chan, Edwin, H.W. dan Au, Maria, C. Y. (2009), Factors Influencing Building Contractors’ Pricing for TimeRelated Risks in Tenders, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 135, No. 3. Cook, P.J. (1985), Bidding for Contractors; How to Make Bids That Make Money, USA. Dozzi, S. P., AboRizk, S.M. dan Schroeder, S.L. (1996), Utility Theory Model for Bid Markup Decision, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 122, No. 2. Dulaimi, M.F. dan Shan, H.G. (2002), The Factors Influencing Bid Mark-up Decisions of Large and Medium Size Contractors in Singapore, Construction Management and Economics, Vol. 20, pg. 601-610. H. Li, L.Y. Shen dan P. E. D. Love (1999), ANN-Based Mark-Up Estimation System with Self-Explanatory Capacities, Jounal of Construction Engineering and Management, Mei/Juni 1999, pp. 185-1999. Holm L., Schaufelberger J. E., Griffin D. and Cole T. (2005). “Construction Cost Estimating: Process and Practices.” Upper Saddle River, N. J.: Prentice Hall. Liu, M. dan Ling, X.Y. (2005), Modeling a Contractor’s Mark-up Estimation, Jounal of Construction Engineering and Management, Vol. 131, No. 4, pp. 391-399. Neil, James M. (1982), Construction Cost Estimating for Project Control, Prentice Hall, New Jersey, USA. Nugraha, P., Natan, L. dan Sutjipto, R. (1985), Manajemen Proyek Konstruksi, jilid 1, Surabaya. Odusami, K. T. dan Onukwube, Hendry, N. (2008), Factors Affecting The Accuracy of a Pre-Tender Cost Estimate in Nigeria, Cost Engineering, Vol. 50/No. 9. Riduwan (2010), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabetha, Jakarta. Shash, A.H. dan Abdul Hadi, N.H. (1993), The effect of Contractor Size on Mark- up Size Secision in Saudi Arabia, Construction Management and Economics, Vo. 10, p.415-429. Shelton, F. (2002), Indirect Cost of Contracts, Journal of Construction Accounting and Taxation, 4, 3-9. Soemardi, B. W., dan Kusumawardani, R. G. (2010), Studi Praktek Estimasi Biaya Tidak Langsung pada Proyek Konstruksi, pada Konferensi Nasional Teknik Sipil (KonTeks 4,) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010. Sugiyono, (2007), Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Wallwork, J. W. (1999), Is There a Right Price in Construction Bids?, Cost Engineering Vol. 41/No. 2
MK-122
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011