FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESIKO TERJADINYA ELDER ABUSE DI DESA JOMEGATAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
FITRI RAHMADANI KUSPRIYANI 20100320096
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014 i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:Fitri Rahmadani Kuspriyani
NIM
:20100320096
Program Studi
:Ilmu Keperawatan
Fakultas
: Kedokteran danIlmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis yang saya tulis benarbenar merupakan hasil karya tulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir karya tulis ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 12 Agustus 2014 Yang membuat pernyataan, Tanda Tangan
Fitri Rahmadani Kuspriyani
iii
MOTTO “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah:153)
“Sesungguhnya bersama kesukaran dan keringanan. Karena itu bila aku telah selesai (mengerjakan yang lain), dan kepada Tuhanlah aku berharap” (QS. Al-Insyirah:6-8)
“Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya mengenai orang yang dipimpinnya” (H.R. Bukhari Muslim)
“Jangan pernah malu untuk maju, karena malu menjadikan kita takkan pernah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal akan hidup ini.” (Anonim)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan rahmat Allah SWT, atas segala nikmat, karunia dan anugerah yang diberikan kepada penulis.
Karya Tulis Ilmiah ini, penulis persembahkan kepada:
Kedua Orangtuaku, Ayahanda Supriyono dan Ibunda Eni Kusrini yang selalu melimpahkan kasih sayang, dukungan serta do’a selama ini
Saudara-saudara ku Anisa Ratnasari dan M. Fadhila Mahdi yang telah menjadi sahabat di kehidupanku,
Sahabat-sahabatku, Dewi, Ira, Ninnda, Afi Budi, Titin, teman-teman CSB dan seluruh teman seperjuanganku PSIK 2010 yang slalu memberikan dorongan semangat,bantuan,dan keceriaan yang menghiasihari-hariku,
Serta seluruh teman-teman Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu-satu…
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis telah menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. dr. Ardi Pramono, Sp. An, selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Nurul Hidayah S. Kep., Ns dan Sutantri S. Kep., Ns., MSc. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis. 3.
Hj. Sri selaku koordinator Posyandu Kasihan II Bantul Yogyakarta, terima kasih telah memberikan kami izin untuk melakukan penelitian di puskesmas tersebut
vi
4. Bu Ning selaku ketua kader posyandu Mekar 2 Jomegatan yang telah memberikan izin dan membantu kami dalam mengumpulkan data penelitian. 5.
Ayahanda dan Ibunda tercinta, Supriyono dan Eni Kusrini, yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dan doa kepada penulis serta menjadi sumber semangat dan inspirasi dalam hidup peneliti.
6.
Saudaraku tercinta, Anisa dan Fadhil yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.
7.
Teman-temanseperjuangan PSIK angkatan 2010 yang telah banyak membantu peneliti selama menyelesaikan studi dan memberikan dorongan kepada penulis .
8.
Pihak-pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Anda semua.
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih ada kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penyajian materi. Peneliti sangat mengharapkan
kritik
penyempurnaan
dan
mendatang.
dan
saran
peningkatan
yang
bersifat
kualitas
membangun
dalam penulisan
demi dimasa
Peneliti berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat
digunakan dan bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Yogyakarta, 10 Agustus 2014 Penulis
Fitri Rahmadani Kuspriyani
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... iii MOTTO ........................................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................v KATA PENGANTAR .................................................................................. vi DAFTAR ISI .............................................................................................. vii DAFTAR SKEMA DAN TABEL............................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xiv INTISARI .................................................................................................... xv ABSTRACT ............................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6 E. Penelitian Terkait .......................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12 A. Landasan Teori ............................................................................ 12
viii
1. Lanjut Usia ............................................................................. 12 2. Elder Abuse ............................................................................ 17 3. Pengukuran Elder Abuse…………………………………… 17
B. Kerangka Konsep ........................................................................ 38 C. Hipotesis ...................................................................................... 39 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 40 A. Desain Penelitian ........................................................................ 40 B. Populasi dan Sampel.................................................................... 41 C. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 44 D. Variabel Penelitian……………………………………………... 44 E. Definisi Operasional .................................................................... 44 F. Instrumen Penelitian .................................................................... 45 G. Cara Pengumpulan Data .............................................................. 46 H. Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................... 48 I. Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 48 J. Kesulitan Penelitian……………………………………………. 48 K. Etik Penelitian…………………………………………………. 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 52 A. Gamabaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 52 B. Hasil Penelitian ............................................................................ 53 1.
Hasil Karakteristik Responden ..................................................................... 52
2.
Hasil Analisis Un ivariat .................................................................................. 52
3.
Hasil Analisis Bivariat........................................................ 55
ix
4.
Hasil Analisis Multivariat................................................... 56
C. Pembahasan……………………………………………………. 55 D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian…………………………... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 63 A. Kesimpulan .................................................................................. 63 B. Saran ............................................................................................ 63 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65 LAMPIRAN
x
DAFTAR SKEMA TABEL
Halaman Skema 1 Kerangka Konsep ...................................................................... 36 Tabel 1 Kuesioner HS-EAST…………………………………………... 53 Tabel 2 Kuesioner Depresi ....................................................................... 55 Tabel 3 Distribusi Karakteristik Responden ............................................ 55 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Depresi ....................................................... 56 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Elder Abuse................................................ 57 Tabel 6 Distribusi Hasil Hubungan Umur dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse............................................................................. 57 Tabel 7 Distribusi Hasil Hubungan Jenis kelamin dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse…………………………………………………. 57 Tabel 8 Distribusi Hasil Hubungan Status Perkawinan dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse………………………………………………… 57 Tabel 9 Distribusi Hasil Hubungan Status Pekerjaan dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse………………………………………………… 58 Tabel 10 Distribusi Hasil Hubungan Status Tempat Tinggal dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse………………………………... 58 Tabel 11 Distribusi Hasil Hubungan Depresi dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse…………………………………………………. 58 Tabel 12 Distribusi Hasil Faktor yang Paling Berpengaruh dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse………………………………………… 58
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2
Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3
Kuesioner Elder Abuse (HS-EAST)
Lampiran 4
Kuesioner Depresi
Lampiran 5
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Elder Abuse
Lampiran 6
Frekuensi Responden
Lampiran 7
Hasil Frekuensi Responden
Lampiran 8
Hasil Korelasi Bivariat
Lampiran 9
Hasil Korelasi Multivariat
Lampiran 10
Surat Izin Survei Pendahuluan BAPEDA BANTUL
Lampiran 11
Surat Keterangan Etika Penelitian
Lampiran 12
Surat Izin Penelitian BAPEDA BANTUL
xii
DAFTAR SINGKATAN
WHO
: World Health Organization
HS-EAST
: Hwalek Sengstock Elder Abuse Screening Tool
GDS
: Geriatric Depression Scale
CDC
: Centers for Disease Control and Prevention
Dinkes
: Dinas Kesehatan
Depkes
: Departemen Kesehatan
UHH
: Usia Harapan Hidup
xiii
Fitri Rahmadani Kuspriyani. (2014). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Pembimbing : Nurul Hidayah, S.Kep., Ns. INTISARI
Latar belakang: Jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Lansia merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap terjadinya elder abuse. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia baik perubahan fungsi tubuh, psikologis, maupun sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, status tempat tinggal, dan depresi serta mengetahui faktor apa yang paling berhubungan terhadap resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Metodologi: Jenis penelitian ini adalah non eksperimental yaitu deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode cross-sectional dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner HS-EAST dan GDS. Analisa data menggunakan Chi-Square dan Logistic Regression. Hasil: Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa faktor umur (p=0,000), faktor jenis kelamin (p=0,042), faktor perkawinan (p=0,024), dan faktor depresi (p=0,000) memiliki hubungan dengan resiko terjadinya elder abuse sedangkan faktor status pekerjaan (p=0,147) dan faktor status tempat tinggal (p=0,305) tidak terdapat hubungan dengan resiko terjadinya elder abuse. Berdasarkan hasil dari logistic regression, faktor umur merupakan faktor yang memiliki hubungan paling signifikan terhadap resiko terjadinya elder abuse yaitu p=0,002. Kesimpulan: faktor umur, jenis kelamin, perkawinan, dan depresi memiliki hubungan dengan resiko terjadinya elder abuse. Usia merupakan faktor yang paling berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Kata kunci: Faktor-Faktor, elder abuse, lansia, proses penuaan
xiv
Fitri Rahmadani Kuspriyani. (2014). The factors that related to elder abuse in Jomegatan village, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Adviser: Nurul Hidayah, S. Kep., Ns. ABSTRACT Background: The aging population is rapidly increase in Indonesia. Elderly is one of group that vulnerable toward elder abuse. It was happened because there are alteration of human function, psychological, or social. The purpose of this study was to access the factors that correlated with elder abuse such as age, sex, marital status, employment, cohabitation, and depression in Jomegatan village, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. This research also has purpose to know what is the significant factors that correlated with elder abuse. Methods: This research study was non experimental with descriptive quantitative design. Cross-sectional method was the main method and using purposive sampling. The instrument of this study used questionnaire such as HS-EAST for elder abuse and GDS for depression. Analysis data used chi-square and logistic regression. Results: Surveys were completed by 63 participants. Findings reveal by chi-square that age (p=0,000), gender (p=0,042), marital status (p=0,024), and depression factors (p=0,000) correlated with elder abuse. Whereas employment factor and living status factor wasn’t related to elder abuse. Based on logistic regression result showed that age has significant factors that correlated with elder abuse. Conclusion: Factors that related to elder abuse are age, sex, marital status, and depression. Meanwhile employment and living status factors wasn’t correlated with elder abuse. Age was significant factors that correlated with elder abuse in Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Keyword: Factors, elder abuse, elderly, aging process
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional di berbagai bidang telah menunjukkan hasil yang positif diantaranya yaitu keadaan sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kemajuan di bidang pelayanan kesehatan (Azizah, 2011). Hal ini berdampak pada kualitas hidup masyarakat akan kesehatan serta usia harapan hidup yang meningkat (Nugroho,
2004).
Akibatnya
jumlah
penduduk
dengan
usia
lanjut
meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Azizah, 2011). Populasi lanjut usia di berbagai dunia telah mengalami pertumbuhan menjadi 7,06 miliar pada pertengahan 2012 (haub, 2012). World health Organization (WHO) tahun 2002 menyatakan bahwa pada tahun 2050 jumlah lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas diperkirakan meningkat menjadi 2 miliar dimana sekitar 80% tinggal di Negara berkembang. berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, Indonesia saat ini termasuk kedalam lima besar Negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk (Depkes, 2012). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) tertinggi di Indonesia. Ratarata UHH di Provinsi DIY pada tahun 20112 yaitu 73,27 tahun (Dinkes DIY, 2012). Menurut data dari Dinkes Provinsi DIY pada tahun 2012 yaitu
1
2
jumlah lansia tahun 2011 secara keseluruhan terdapat 456.357 jiwa dari total 3.513.071 jiwa (12,99%) (Dinkes Provinsi DIY, 2012). Kabupaten Bantul memiliki jumlah lansia terbanyak tahun 2013 bila dibandingkan dengan kabupaten lainnya yaitu sebesar 162.321 jiwa atau 35,52% dari total lanjut usia di DIY (Dinkes Kabupaten Bantul, 2013). Proses menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi
dan
memperbaiki
kerusakan
yang
diderita
(Constantindes, 1994 cit Darmojo, 2004). Lanjut usia (lansia) menurut WHO dalam Kushariyadi (2011) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun. Sedangkan menurut UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, lansia merupakan seseorang yang mengalami perubahan baik biologis, fisik, jiwa, dan sosial seiring dengan pertambahan usia (Kushariyadi, 2011). Perubahan-perubahan
yang
terjadi
pada
lansia
tidak
hanya
perubahan fisiologik saja tetapi terjadi perubahan pula pada psikososial yang menyebabkan lansia mengalami kelemahan dan keterbatasan fungsi (Potter & Perry, 2005). Hal ini mengakibatkan keluarga dan masyarakat beranggapan bahwa perubahan yang terjadi pada lansia merupakan hal yang wajar dan alami dimana lansia menjadi sering sakit cepat marah, dan curiga (Depkes, 2010). Pandangan yang salah ini menyebabkan kondisi kesehatan fisik, mental, maupun kebutuhan lansia tidak terpenuhi dan tidak tertangani dengan baik (Depkes 2010). Selain itu pemahaman yang
3
salah
terkait
lansia
akan
mempengaruhi
perlakuan
keluarga
atau
masyarakat terhadap lansia sehingga lansia beresiko untuk tidak terpenuhi kebutuhannya (Ramlah, 2011). Permasalahan
yang
umum terjadi pada
lansia
yaitu
adanya
gangguan kognitif, isolasi sosial, atau adanya ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga lansia merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap elder abuse (Stuart, 2009). Menurut Bhatia, Srivastava, & Bansal (2008) elder abuse merupakan salah satu bentuk perlakuan yang dapat menyebabkan terjadinya masalah kesehatan utama pada lansia seperti kecacatan fisik, masalah psikologis, masalah gangguan mental, dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada lansia. Selain itu elder abuse merupakan penyebab utama dalam meningkatnya angka kesakitan dan kematian pada lansia (Dong, Simon, Leon, Fulmer, Beck, Hebert, et al, 2009). Elder abuse dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi baik pada lansia maupun pada keluarga (Bonnie cit Yaffe, 2012). Dilihat dari kondisi lansia yang memudahkan mereka rentan terhadap abuse yaitu adanya kelemahan akibat penurunan fungsi tubuh, usia sangat lanjut, lansia wanita, ketergantungan dengan abuser, gangguan fungsi kognitif, keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari, masalah dalam kebiasaan, dan isolasi sosial (Bonnie cit Yaffe, 2012). Sedangkan faktor predisposisi oleh keluarga yaitu adanya stres yang dialami oleh keluarga tersebut, adanya gangguan kesehatan mental, penyakit terkait psikologisnya, pecandu
4
alkohol dan obat, serta masalah finansial terkait biaya perawatan lansia (Bonnie cit Yaffe, 2012). Selain itu status tempat tinggal, gangguan kognitif, dan depresi juga merupakan faktor resiko terjadinya elder abuse (Dyer cit Strasser, 2013). Elder
abuse
memiliki
kesehatan, finansial, dan sosial.
dampak
bagi lansia
seperti masalah
Elder abuse merupakan sumber utama
terjadinya stres dan memiliki dampak jangka panjang bagi kesehatan lansia
seperi timbulnya
nyeri dada atau angina,
masalah jantung,
hipertensi, masalah pernafasan, masalah perut (maag), serangan panik bahkan hingga menyebabkan fraktur di pinggang (Bain & Spencer, 2009). Tindakan elder abuse
juga berdampak pada finansial atau materi milik
lansia sehingga dapat menyebabkan distres dan menimbulkan ketegangan keuangan pada lansia karena adanya perampasan hak lansia berupa materi oleh caregiver. Elder abuse juga berdampak pada kondisi sosial dimana efek dari
elder abuse yaitu lansia menjadi kurang dihormati dan dapat
mempengaruhi individu, keluarga, dan masyarakat (Bain & Spencer, 2009). Kejadian elder abuse di Amerika Serikat menurut CDC (2002) dalam Mohr (2006) diperkirakan ada 450.000 lanjut usia (lansia) yang mengalami abuse di dalam keluarga. Selain itu menurut Jogers et al (2003) dalam Melillo & Houde (2005) menyatakan bahwa insiden elder abuse di Amerika sekitar 500.000 kasus pertahun dengan prevalensi 32 per 1000 individu. Menurut Russell, Fulmer, Singh, Valenti, Vermula, &
5
Strauss
(2013)
berdasarkan
hasil
penelitian
di
Atlanta,
Georgia
didapatkan ada 32 responden (28,6%) yang memenuhi kriteria beresiko terjadinya elder abuse. Sedangkan di Indonesia berdasarkan Pusat data dan Informasi (Pusdatin) Kemensos pada tahun 2010 terdapat sekitar 2.851.606 lanjut usia terlantar (15,80%), 4.658.280 lansia rawan terlantar (25,82%), dan 10.533.831 lansia tidak terlantar (58,38%) (Kemensos, 2012). Kasus terkait elder abuse di Amerika banyak yang tidak dilaporkan dimana hanya sekitar 16% dari insiden tersebut yang dilaporkan kepada pihak yang berwajib (Fulner 2002 cit Linton 2006). Hal ini disebabkan oleh banyaknya kasus yang tidak terdeteksi oleh tenaga kesehatan karena kurangnya
pengetahuan
pengkajian,
kesalahan
tentang
teknik
pengkajian,
kurangnya
alat
dalam menginterpretasi data pengkajian atau
kesalahan dalam menginterpretasikan bahwa perubahan pada lansia merupakan hal yang normal seiring dengan bertambahnya usia seseorang (Fulner cit Linton, 2006). Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap abuse dalam keluarga sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang faktorfaktor apa saja yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse. Hal ini disebabkan karena masih minimnya akses penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko elder abuse di Indonesia sehingga diperlukan penelitian yang lebih banyak lagi supaya tenaga
6
kesehatan dan pemerintah dapat memberikan pelayanan yang tepat untuk mengatasi masalah elder abuse.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang timbul adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
2.
Tujuan khusus penelitian adalah: a. Untuk mengetahui hubungan antara faktor umur dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. b. Untuk mengetahui hubungan antara faktor jenis kelamin dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. c. Untuk mengetahui hubungan antara faktor status perkawinan dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. d. Untuk mengetahui hubungan antara faktor status pekerjaan dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. e. Untuk mengetahui hubungan antara faktor status tempat tinggal dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. f. Untuk mengetahui hubungan antara faktor depresi dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
7
g. Untuk mengetahui faktor yang memiliki hubungan paling signifikan terhadap resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat bagi peneliti Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse dan menambah wawasan beserta pengalaman dalam melaksanakan penelitian selanjutnya terkait elder abuse.
2.
Manfaat bagi lanjut usia Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan kejadian elder abuse.
3.
Manfaat bagi tenaga kesehatan Dapat memahami terkait elder abuse sehingga dapat memberikan pelayanan terpadu kepada lansia.
E. Penelitian Terkait 1.
“Screening for Elder Mistreatment among Older Adults Seeking Legal Assistance Services” oleh Sheryl et al Tahun 2013. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui prevalensi dan hubungan elder mistreatment pada lansia yang mecari pelayanan yang berwenang di Atlanta, Georgia. Jenis penelitian yang digunakan yaitu desain survey cross-sectional dengan menggunakan cluster sampling (ada 5 komunitas) dengan jumlah sampel ada 112 responden. Instrumen yang digunakan yaitu HS-EAST untuk meneliti lansia beresiko terhadap abuse dan HANDS untuk meneliti tingkat depresi lansia. Hasil penelitian yang di dapat yaitu 32 responden (28,6%) memenuhi kriteria beresiko terjadinya elder abuse, 17 responden (15,2%) memenuhi kriteria terjadinya depresi, dan 105 responden (93,7%) berkunjung ke pelayanan kesehatan selama 6 bulan yang lalu.
8
Persamaan dengan penelitian ini yaitu tujuan yang ingin dicapai yaitu mengetahui prevalensi lansia yang beresiko terhadap elder abuse dan faktor-faktor yang mempengaruhi elder abuse serta instrumen yang digunakan sama yaitu HSEAST untuk mengetahui apakah lansia beresiko terhadap abuse. Sedangkan perbedaannya yaitu wilayah yang digunakan berbeda. 2.
“Screening for Elder Mistreatment in a Dental Clinic Population” tahun 2012 oleh Stefanie et al. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya elder abuse di klinik gigi di Amerika Serikat. Metode yang digunakan yaitu metode survey. Instrumen yang digunakan yaitu HS-EAST dengan menggunakan Audio Computer Assisted Self Interview (ACASI). Sampel yang digunakan ada 139 lansia yang berumur 65 tahun ke atas. Hasil dari penelitian ini y aitu ada 48,4% lansia yang memiliki skor 3 dan 28,3% memiliki skor 4. Persamaan dengan penelitian ini yaitu tujuan penelitiannya sama yaitu untuk mengetahui prevalensi elder abuse, metode dan instrumen yang
digunakan. Perbedaannya yaitu jumlah populasi dan tempat
penelitian. 3.
“Prevalence and Correlates of Emotional, Physical, Sexual, and Financial Abuse and Potential Neglect in the United States: The National Elder Mistreatment Study ” oleh Ron Acierno et al. dari Rush University Medical center dan Northwestern university Medical Center, Chicago, USA 2011. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui prevalensi dan hubungan antara emotional, physical, sexual, dan financial abuse serta potensi pengabaian di Amerika Serikat secara random. Metode yang digunakan yaitu
menggunakan
interview dengan menggunakan telepon yang sudah terhubung dengan komputer. Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Amerika serta sampel yang digunakan ada 5.777 lansia yang berumur 60 tahun atau lebih. An alisis data menggunakan model regresi logistik. Hasil dari penelitian ini yaitu prevalensi elder abuse dalam satu tahun yaitu emotional abuse (4,6%), physical abuse (1,6%), sexual
9
abuse (0,6%), potensial neglect (5,1%), dan financial abuse (5,2%) oleh anggota keluarga. Hubungan yang paling signifikan terhadap elder abuse yaitu adanya dukungan sosial yang rendah dan adanya trauma masa lalu. Persamaan dengan penelitian ini yaitu tujuan penelitiannya sama dimana salah satunya untuk mengetahui prevalensi elder abuse. Perbedaannya yaitu metode penelitian, instrument, dan analisis data yang berbeda.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1.
Lanjut Usia a.
Definisi Lanjut Usia Lanjut usia adalah orang yang sistem-sistem biologinya mengalami perubahan struktur dan fungsinya akibat faktor usia (Aswim, 2003). Menurut Depkes RI (2000) lanjut usia (lansia) adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak mampu berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Sedangkan UU Kesehatan No.23 Tahun 1992, lanjut usia merupakan seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sos ial (Kushariyadi, 2011).
b.
Proses menua Menurut Constantinides (1994) dalam Darmojo (2006), menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat mempertahankan diri terhadap luka. Hal ini menyebabkan lansia tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2004). Proses menua merupakan suatu proses normal yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir dengan kematian. Secara umum terdapat kecenderungan menurunnya kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada tingkat organ seiring dengan proses menua. Hal ini mengakibatkan orang berusia lanjut tidak berespon terhadap berbagai rangsangan internal maupun eksternal, sehingga orang usia lanjut sulit untuk memelihara kestabilan status fisik dan
10
11
kimiawi dalam tubuh atau memelihara homeostatis tubuh (Setiati, Harimurti, & Roosheroe, 2007). c.
Teori Lanjut Usia Menurut Potter dan Perry (2005), ada beberapa teori terkait lanjut usia diantaranya sebagai berikut : 1)
Teori Biologi Teori ini mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stress, teori radikal bebas, dan teori rantai silang. a)
Teori genetik dan mutasi Menurut teori ini, menua terprogram secara genetik untuk spesies spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi misalnya mutasi dari sel-sel kelamin. Pada teori ini juga didapatkan terjadi peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi.
b) Immunology slow theory Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. c)
Teori stress Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibat hilangnya selsel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
d) Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan -
12
bahan
organik
seperti
karbohidrat
dan
protein.
Radikal
ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi. e)
Teori rantai silang Pada teori rantai silang ini menua terjadi akibat adanya reaksi kimia sel-sel yang tua sehingga menyebabkan ikatan yang kuat khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
2)
Teori Psikologi Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan pertambahan usia. Biasanya lansia mengalami penurunan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut
sehingga
menyebabkan
lansia
sulit
untuk dipahami dalam
berinteraksi. 3)
Teori sosial Teori sosial ini terdiri atas teori interaksi sosial, teori penarikan diri, teori aktivitas, teori kesinambungan, teori perkembangan, dan teori stratifikasi usia. a)
Teori interaksi social Pada teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada situasi tertentu yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Interaksi sosial pada lansia akan menurun karena pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
b) Teori penarikan diri Kemiskinan
yang
diderita
lansia
dan menurunnya derajat
kesehatan lansia mengakibatkan seorang lansia perlahan -lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya. Lansia juga mengalami proses
13
kehilangan ganda dimana lansia akan kehilangan peran, hambatan dalam kontak sosial, dan berkurangnya komitmen. c)
Teori aktivitas Proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan mereka akan mempertahankan perilaku mereka semasa muda sehingga mereka mengalami penurunan dalam beraktivitas. Oleh karena itu lansia tetap harus tetap diberdayakan supaya mereka mendapat kepuasan dalam kehidupannya.
d) Teori kesinambungan Pengalaman
hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia. Pada teori kesinambungan ini mengacu pada pergerakan dan proses banyak arah, bergantung d ari bagaimana penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya. e)
Teori perkembangan Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif atau negatif.
f)
Teori stratifikasi usia Teori stratifikasi usia mencakup beberapa hal yaitu: 1)
Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut: bagaimanakah peran dan harapan menurut penggolongan usia, bagaimanakah penilaian strata oleh strata itu sendiri dan strata lainnya, bagaimanakah terjadinya penyebaran peran dan kekuasaan yang tidak merata pada masing masing strata yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lansia.
14
2)
Proses
mencakup
hal-hal
sebagai
berikut:
bagaimanakah
menyesuaikan kedudukan seseorang dengan peran yang ada, bagaimanakah cara mengatur transisi peran secara berurutan dan terus-menerus. g) Teori spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang lansia mengacu pada pengertian individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. d.
Batasan Lansia Batasan lanjut usia pada negara-negara sepeti Amerika dan Eropa adalah 65 tahun. Sedangkan di Indonesia sejak tahun 1995 ditetapkan bahwa kriteria lansia adalah 60 tahun (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2008). Menurut WHO lanjut usia dikategorikan seperti usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu usia antara 6074 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu di atas 90 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang No.13 tahun 1998, bab 1 pasal 1 ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2004). Menurut Setyonegoro dalam Nugroho (2004), lansia dikelompokkan sebagai berikut : (1) usia dewasa muda (elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun, (2) usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas : 25-60 tahun atau 65 tahun, dan (3) lanjut usia (geriatric age) : lebih dari 65 atau 70 tahun dimana lanjut usia terbagi dalam : (a) umur 70-75 tahun (young old), (b) 75-80 tahun (old), dan (c) lebih dari 80 tahun (very old).
e.
Klasifikasi Lansia Menurut Depkes RI (2003) dalam Maryam et al (2008), ada lima klasifikasi pada lansia yaitu : 1)
Pralansia (Prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
15
2)
Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3)
Lansia beresiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4)
Lansia potensial Lansia
yang tidak mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang atau jasa. 5)
Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
f.
Karakteristik Lansia Lansia memiliki karakteristik fisik sebagai berikut (Maryam et al., 2008): 1)
Berusia lebih dari 60 tahun.
2)
Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikosoial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3) g.
Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Potter & Perry (2009) yaitu: 1)
Perubahan fisiologis Terdapat banyak perubahan fisiologis yang normal pada lansia. Perubahan ini tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap penyakit. a) Sistem Integumen Kulit akan kehilangan elastisitas dan kelembabannya. Lapisan epitel menipis, serat kolagen elastis juga mengecil dan menjadi kaku.
16
Terdapat banyak bintik dan lesi pada kulit. Bintik dengan bentuk tidak teratur, halus, warna cokelat (lentigo senilis) awalnya akan timbul pada punggung tangan dan lengan bagian bawah. Lesi seborrheic atau keratosis muncul dalam bentuk ireguler, bulat, cokelat, dan berair. b) Kepala dan leher Tampilan wajah lansia akan tampak semakin menonjol karena hilangnya lemak subkutan dan elastisitas kulit. Selain itu perubahan pada suara yang umum terjadi akibat peningkatan tinggi nada dan hilangnya volume serta jangkauan nada suara. Ketajaman penglihatan akan menu run akibat adanya kerusakan retina, pengecilan pupil, kekeruhan lensa, atau hilangnya elastisitas lensa. Pada indera pengecap, sekresi saliva menjadi berkurang, papil perasa
mengalami atrofi, dan
terjadi penurunan
sensitivitas. Lansia menjadi kurang mampu membedakan antara rasa asin, manis, asam, dan pahit. Sensasi penghidu juga berkurang sehingga menurunkan sensasi rasa. c)
Toraks dan paru-paru Perubahan toraks (rongga dada) terjadi karena adanya perubahan pada sistem muskuloskeletal sehingga kekuatan otot respirasi mulai berkurang. Selain itu juga terjadi penurunan refleks batuk, pengeluaran lendir, debu, serta iritan saluran napas berkurang akibat adanya penurunan jumlah silia, dan adanya peningkatan infeksi saluran napas.
d) Jantung dan sistem vaskular Penurunan kekuatan kontraksi miokardium menyebabkan penurunan curah jantung. Selain itu, tekanan sistolik dan/atau diastolik pada lansia terkadang menjadi terlalu tinggi. Sensitivitas baroreseptor berkurang sehingga kemampuan kompensasi dalam merespons stimulus hipotensi atau hipertensi menjadi berkurang. Denyut nadi perifer lansia akan lebih lemah
17
pada ekstremitas bawah sehingga lansia mengeluh kakinya terasa dingin, terutama pada malam hari. e)
Sistem gastrointestinal dan abdomen Penuaan mengakibatkan peningkatan jaringan lemak di tubuh sehingga terjadi penambahan ukuran abdomen. Selain itu, abdomen juga tampak menjadi lebih menonjol karena ada penurunan tonus otot dan elastisitas. peristaltik
Perubahan dan
fungsi
perubahan
gastrointestinal
sekresi sehingga
meliputi perlambatan mengakibatkan
lansia
mengalami intoleransi pada makanan tertentu dan gangguan akibat pengosongan lambung yang lambat. Perubahan pada jalur gastrointestinal bawah dapat menyebabkan konstipasi, distensi lambung dan intestinal karena gas atau diare. f)
Sistem reproduksi Perubahan sistem reproduksi disebabkan oleh perubahan hormonal. Pada wanita akan mengalami menopause karena adanya penurunan respon ovarium terhadap hormon hipofise dan menurunnya kadar estrogen dan progesteron. Sedangkan pada pria tidak mengalami terhentinya fertilitas akibat penuaan yang mutlak.
g) Sistem perkemihan Pada laki-laki terkadang timbul hipertrofi kelenjar prostat sehingga akan menekan leher kandung kemih dan mengakibatkan terjadi retensi urin, frekuensi, inkontinensia, dan infeksi saluran kemih. Sedangkan pada wanita lebih sering mengalami inkontinensia urin sampai usia 80 tahun akibat melemahnya otot perineum dan kandung kemih. h) Sistem muskuloskeletal Seiring penuaan, serat otot akan mengecil, massa tulang dan kekuatan otot berkurang seiring berkurangnya massa otot. Wanita
18
pascamenopouse mengalami demineralisasi tulang yang lebih besar dibandingkan dengan pria. i)
Sistem neurologis Pada lansia akan terjadi penurunan jumlah dan ukuran neuron pada sistem saraf sehingga fungsi neurotransmiter juga berkurang. Refleks volunter menjadi lebih lambat dan individu menjadi kurang mampu merespon stimulus multipel.
2)
Perubahan fungsional Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan dapat mempengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansia. Pada beberapa lansia merasa sulit untuk menerima perubahan yang terjadi pada seluruh aspek kehidupannya dan biasanya akan menyangkal adanya perubahan dan terus mengharapkan penampilan yang sama tanpa mempedulikan usiannya. Sebaliknya, ada juga lansia yang melebih-lebihkan kondisi dan membatasi kegiatannya.
3)
Perubahan kognitif Perubahan kognitif pada lansia diakibatkan karena adanya beberapa perubahan struktur dan fisiologis otak (penurunan jumlah sel, deposisi lipofusin dan amiloid pada sel, dan perubahan kadar neurotransmiter). Tiga kondisi utama yang mempengaruhi kognisi lansia adalah delirium, demensia, dan depresi.
4)
Perubahan psikososial Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Biasanya perubahan psikososial pada lansia meliputi masa pensiun, isolasi sosial, seksualitas, kondisi rumah dan lingkungan, serta kematian.
19
h.
Permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan kehidupan lanjut usia Lanjut usia biasanya mengalami permasalahan yang berhubungan dengan perkembangannya akibat adanya penurunan fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Hal ini menimbulkan pengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan. Menurut Tamher & Noorkasiani (2009) permasalahan lansia yang umumnya terjadi yaitu : 1)
Penurunan kemampuan pada lansia dipengaruhi oleh proses menua yang menimbulkan berbagai masalah seperti biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Hal ini mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosial sehingga lansia mengalami gangguan dalam mencukupi kehidupannya.
2)
Berkurangnya kesibukan sosial mengakibatkan gangguan integrasi dengan lingkungannya sehingga memberikan dampak terhadap kebahagiaan lansia.
3)
Sebagian
para
lansia
masih
mempunyai
kemampuan
bekerja
dimana
permasalahannya yaitu bagaimana cara untuk memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka ke dalam dunia kerja. 4)
Masih ada sebagian lanjut usia dalam keadaan terlantar, tidak mempunyai pekerjaan/penghasilan, dan tidak mempunyai keluarga/sebatang kara. Menurut BkkbN (2012), permasalahan-permasalahan yang sering terjadi pada
lansia diantaranya yaitu: 1) Masalah yang ditimbulkan oleh pasangan hidup Pasangan hidup (suami-isteri) akan memiliki masalah terutama bagi lansia dalam menjalani kehidupan. Masalah itu berupa ketidakcocokkan (disharmonis) di antara masing-masing pihak. Hal ini terjadi seiring dengan pertambahan usia karena adanya penurunan fisik maupun psikologis yang dialami oleh kedua pihak. Selain itu muncul ketegangan emosi sehingga mempengaruhi hubungan suami-isteri.
20
2) Masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan keluarga Masalah interaksi sosial bagi lansia dapat ditimbulkan di lingkungan keluarga akibat adanya ketidakcocokan dengan sebagian anggota keluarga atau seluruh anggota keluarga hingga memicu ketegangan di keluarga. Hal yang paling sering terjadi adalah keluarga melarang atau membatasi lansia keluar rumah maupun pekerjaan-pekerjaan fisik yang dilakukan lansia. Dalam konteks ini, keluarga sebenarnya bermaksud baik dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan lansia, tetapi bagi lansia, mungkin tindakan itu dianggap mengekang dan membatasi ruang gerak lansia. 3) Masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat yang tidak kondusif akan menimbulkan masalah tersendiri bagi lansia. Dalam kondisi lingkungan masyarakat yang tidak sesuai ini akan mudah mempengaruhi mental psikologis lansia, sehingga lansia mudah mengalami stres dan mudah emosi seperti lingkungan yang bising, padat, atau pinggir jalan raya. 4) Masalah yang ditimbulkan oleh pekerjaan Pada situasi dan kondisi tertentu memaksa lansia untuk tetap bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi kelompok lansia ini sudah pasti pekerjaan menjadi beban yang berat bagi dirinya.
2.
Elder Abuse a.
Definisi Elder Abuse Elder abuse merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang sekali atau berulang baik disengaja maupun tidak disengaja atau akibat kurangnya kepercayaan dalam suatu hubungan sehingga menyebabkan kecacatan seperti cedera, pelanggaran hak asasi manusia, dan penurunan kualitas hidup seseorang atau penderitaan bagi lanjut usia (Bhatia, Srivastava,& Bansal, 2008). Menurut
WHO menjelaskan
bahwa elder abuse merupakan
21
pelanggaran hak asasi manusia dan dapat menyebabkan cidera, penyakit, penurunan produktivitas, isolasi, dan perasaan putus asa (WHO, 2002). L.
Teori Elder Abuse Menurut Mattenson & Connel (2007) ada empat teori terkait faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya elder abuse : 1)
Teori kekerasan transgenerasional Teori kekerasan transgenerasional menjelaskan tentang proses pembelajaran suatu kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak yang pernah mengalami abuse dan tinggal bersama dengan abuser, mereka akan tumbuh dan berkembang menjadi seorang abuser dan akan melakukan abuse kepada anaknya. Selain itu lansia yang mengalami depresi, distress psikologi, dan adanya gangguan kognitif seperti Alzheimer dapat merusak hubungan antara lansia dengan caregiver sehingga memungkinkan terjadinya elder abuse.
2)
Teori psikopatologi abuser Teori
ini
menyatakan
bahwa
kondisi
psikopatologi
abuser
merupakan salah satu faktor resiko elder abuse dimana terdapat ketidaknormalan pada personalitas dan karakteristik abuser. Menurut Humprey & Campbell (2004), kondisi psikopatologi merupakan kondisi dimana abuser memiliki gangguan mental dan tingkah laku
abuser
merupakan hasil dari penyakit mental yang dimilikinya dan adanya pengaruh alkohol atau narkoba sehingga abuser tidak dapat mengontrol perilakunya. 3)
Teori stres pada caregiver Teori stres pada caregiver yaitu adanya tekanan secara langsung dan stres pada caregiver hingga mencapai puncaknya sehingga mereka akan mengekspresikan
kemarahan dengan melakukan
abuse. Stres pada
caregiver dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan terkait cara merawat
22
lansia dan minimnya mencari sumber koping dalam merawat lansia serta adanya beban finansial dan waktu yang dibutuhkan bertambah untuk perawatan dan kebutuhan lansia. 4)
Teori ketergantungan Teori ketergantungan ini menjelaskan bahwa lansia merupakan korban abuse akibat adanya kelemahan fungsi tubuh dan penyakit kronik sehingga lansia akan bergantung pada keluarga yang merawat ataupun memenuhi kebutuhan sehari-hari.
M. Faktor resiko elder abuse Menurut Hazard et al (2003), ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan lansia mengalami elder abuse adalah sebagai berikut : 1)
Menurunnya kesehatan dan adanya gangguan fungsional Kesehatan lansia yang buruk disertai dengan adanya gangguan fungsional dapat mengurangi kemampuan lansia dalam mencari dan atau mempertahankan dirinya sendiri sehingga hal ini dapat memicu ketegangan antara lansia dengan caregiver. Hal ini dapat mengakibatkan lansia tersebut lebih mudah mendapatkan abuse.
2)
Gangguan kognitif Lansia yang mempunyai gangguan kognitif biasanya memiliki perilaku yang agresi dan dapat memicu terjadinya ketegangan pada caregiver atau anggota keluarga lainnya.
3)
Pelaku abuser yang menyimpang Pelaku mempunyai kebiasaan yang buruk seperti pecandu alkohol atau narkoba dan memiliki penyakit mental yang serius dapat menyebabkan pelaku kehilangan kontrol sehingga memicu timbulnya perilaku kasar terhadap usia lanjut.
23
4)
Ketergantungan pelaku pada korban Pelaku sangat bergantung pada korban dalam hal finansial dalam pemenuhan sehari-hari dan menyalahgunakan hasil berupa uang oleh kerabat atau untuk mendapatkan harta warisan dari lansia tersebut. Akibatnya jika lansia tidak memenuhi permintaan abuser, maka abuser dapat bertindak abuse kepada lansia.
5)
Pengaturan hidup bersama Lansia yang hidup bersama dengan pasangan atau anggota keluarga akan mudah mendapatkan tekanan dan konflik dimana pada umumnya mengarah ke dalam insiden abuse terhadap usia lanjut.
6)
Satus perkawinan Abuse juga dapat terjadi pada pasangan suami istri yang diakibatkan adanya tekanan atau konflik di dalam rumah tangga. Elder abuse dapat terjadi apabila pasangan memiliki riwayat kekerasan, pecandu alkohol, dan memiliki gangguan mental (Matteson & Connel, 2007).
7)
Faktor eksternal yang menyebabkan stres Peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan dan ketegangan finansial
dapat
menurunkan
kekuatan
keluarga
dan
meningkatkan
kemungkinan terjadinya abuse. 8)
Isolasi sosial Lansia dengan minimnya kontak sosial akan mudah menjadi korban abuse. Dengan berkurangnya isolasi pada lansia memungkinkan tindakan abuse untuk dideteksi dan dihentikan. Dukungan sosial berperan sangat penting bagi kelangsungan hidup lansia karena dapat menjadi penahan dalam melawan stres.
9)
Sejarah adanya kekerasan Riwayat kekerasan di dalam suatu hubungan mungkin dapat berubah menjadi prediksi adanya elder abuse di kehidupan selanjutnya.
24
Menurut Humphrey & Campbell (2004), ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya elder abuse diantaranya yaitu: 1)
Faktor individu Secara umum korban elder abuse yaitu perempuan. Akan tetapi, lansia laki-laki juga berpotensi terhadap elder abuse dimana angka elder abuse pada lansia laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan lansia perempuan.
2)
Faktor usia Para ahli mengemukakan jika kejadian elder abuse banyak terjadi pada lansia yang berusia 80 tahun ke atas dan lansia tersebut mempunyai gangguan baik fisik maupun psikologi. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh sehingga mengakibatkan berkurangnya kekuatan untuk melindungi diri dari abuse. Contohnya yaitu seseorang yang mengalami gangguan mental atau emosional dan ketidakmampuan dalam menyiapkan makanan, melakukan kebersihan diri, atau berobat.
3)
Faktor sosio-ekonomi Elder abuse terutama pengabaian sering terjadi pada seseorang yang mendapatkan pendapatan di bawah $ 10.000. Hal ini mengakibatkan seseorang mengalami ketergantungan kepada keluarga mereka. Selain itu adanya ketergantungan abuser terhadap lansia juga mempengaruhi terjadinya elder abuse di dalam sebuah keluarga karena lansia memiliki pendapatan yang lebih di dalam sebuah keluarga.
4)
Depresi Lansia yang mengalami depresi lebih rentan terkena elder abuse. Seringkali lansia menganggap bahwa depresi merupakan bagian yang alami terjadi seiring dengan proses penuaan dan akibat adanya gangguan secara fisik maupun sosial. Depresi bukanlah gejala normal dari penuaan dan
25
menunjukkan bahwa depresi akan muncul di akhir kehidupan yang berhubungan dengan penyakit kronik (Strasser et al, 2013). N. Macam-mavam Elder Abuse Tipe-tipe elder abuse menurut Stanley & Beare (2006): 1) Physically abuse Physical abuse adalah suatu tindakan dengan menggunakan kekuatan sehingga mengakibatkan luka pada tubuh, nyeri, dan kerusakan bagian tubuh. Contohnya seperti memukul, mendorong, menendang, membakar, menampar, dan mencubit. Menurut Melillo et al. (2005), elder abuse adalah penderitaan nyeri fisik atau cedera dengan maksud menyebabkan bahaya yang mencakup tindakan menampar, memukul, menggigit,
menarik rambut, mencekik, menendang, mematahkan tulang,
atau pengekangan secara paksa yang mungkin termasuk mengunci seseorang di dalam rumah atau kamar kecil, diikat, atau diborgol. 2) Psychological abuse Psychological abuse adalah penggunaan kata dengan agresif, nada yang memaksa sehingga menimbulkan sakit hati atau distres akibat perbuatan verbal atau nonverbal. Psychological abuse dapat
berupa
penyerangan verbal seperti penghinaan, ancaman, intimidasi, berbohong, membatasi
untuk
bersosialisasi,
dan
godaan.
Sedangkan
bentuk
psychological abuse secara nonverbal meliputi pengabaian lansia, mengisolasi seorang lansia dari teman atau kegiatan, serta men eror lansia. Bhatia,
Srivastava,
dan
Bansal
(2008)
menjelaskan
bahwa
pada
psychological abuse, orang yang merawat lansia mudah terkena rasa sakit secara psikis atau distres. 3)
Neglect (pengabaian) Neglect atau pengabaian adalah kegagalan dalam menyediakan kebutuhan dan pelayanan yang optimal atau untuk mencegah bahaya.
26
Contoh dari pengabaian ini antara lain kurangnya pemeliharaan kesehatan, kegagalan dalam menyediakan alat bantu fisik seperti kacamata, alat bantu pendengaran, gigi palsu, dan kegagalan dalam memberikan tindakan perlindungan (Hazard et al, 2003). Neglect merupakan kegagalan dalam bertanggung jawab terhadap seseorang untuk menyediakan kebutuhan hidup seperti makanan, tempat tinggal, pakaian, pengobatan atau perawatan gigi atau menolak untuk memberikan ijin ke orang lain dalam menyediakan perawatan secara langsung . 4) Financial abuse/exploitation Financial abuse adalah penggunaan uang, kekayaan, dan aset lansia secara tidak layak atau ilegal. Financial abuse dapat berupa mengambil uang milik lansia demi kepentingan atau keuntungan pribadi tanpa persetujuan lansia, menggunakan kekuasaan untuk mendesak lansia, menjual
rumah
milik
lansia,penggunakan
sumber
finansial
untuk
keuntungan caregiver, dan tidak mengembalikan uang milik lansia. O. Tanda dan gejala Elder Abuse Tanda dan gejala dari elder abuse menurut Hazard et al (2003) adalah sebagai berikut: 1) Physically abuse a)
Memar dan bilur yang tidak dapat dijelaskan seperti di wajah, bibir, mulut, badan, punggung, pantat, atau paha, dan membentuk p ola yang teratur atau mencerminkan bentuk alat yang digunakan untuk melakukan abuse (kabel, listrik, ikat pinggang, dan lain-lain).
b) Luka bakar yang tidak dapat dijelaskan seperti luka sundutan rokok (di telapak kaki, telapak tangan, punggung atau pantat), luka bakar celup (luka bakar yang berbentuk seperi kaus kaki), berpola (seperti bentuk alat setrika, pembakar listrik, dan lain-lain), dan luka bakar karena tali pada lengan, tungkai, leher, atau badan.
27
c)
Fraktur yang tidak dapat dijelaskan seperti di wajah (pada tengkorak, hidung,
atau
struktur
wajah
lainnya),
fraktur
dalam proses
penyembuhan. d) Laserasi atau abrasi yang tidak dapat dijelaskan seperti di bagian mulut, bibir, gusi, mata, atau genitalia eksterna. 2) Psychological abuse a)
Gangguan kebiasaan seperti menghisap, menggigit, bergoyang-goyang.
b) Gangguan tingkah laku seperti antisos ial, dan destruktif. c)
Sikap neurotik seperti gangguan tidur, gangguan bicara.
d) Reaksi psikoneurotik seperti histeria, obsesi, fobia, dan hipokondria. 3)
Neglect/pengabaian a)
Kehilangan bebar badan yang drastis, malnutrisi, dan dehidrasi.
b) Adanya masalah fisik seperti luka tekan. c)
Kondisi lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat seperti kotor, berdebu, seprei dan pakaian yang berantakan.
d) Pakaian yang tidak cocok dengan musimnya e) 4)
Kondisi tempat tinggal yang tidak aman.
Eksploitasi finansial a)
Tidak adekuatnya makanan dan obat-obatan.
b) Kurangya pengetahuan tentang status finans ial. c)
Perubahan mendadak dalam kondisi keuangan milik lansia.
d) Uang tunai milik lansia hilang di rumah. e)
Perubahan yang mencurigakan dalam isi surat wasiat dan surat kuasa.
f)
Tagihan yang belum dibayar atau kurangnya perawatan medis meskipun lansia memiliki cukup uang untuk berobat.
28
P.
Dampak Elder Abuse Menurut Bain & Spencer (2009) dampak yang terjadi setelah lansia mengalami abuse adalah sebagai berikut : 1)
Dampak secara fisik Abuse merupakan sumber utama yang menyebabkan lansia mudah mengalami tekanan (stres) sehingga hal ini memiliki efek jangka panjang bagi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Stres yang diakibatkan oleh abuse dapat memicu timbulnya rasa nyeri dada atau angina, masalah jantung lainnya, tekanan darah tinggi, masalah pernapasan, masalah perut (maag), dan serangan panik. Selain itu elder abuse dapat menyebabkan lansia mengalami kecacatan/cedera seperti patah tulang.
2)
Dampak secara finansial Elder abuse dapat berpengaruh pada kesejahteraan seorang lansia sehingga hal ini membuat ketegangan keuangan milik lansia. Selain itu lansia juga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pengobatan karena sebagian uang miliknya atau bahkan seluruh uangnya berada di tangan anggota keluarganya.
3)
Dampak secara sosial Elder abuse dapat menjadi kebiasaan turun-temurun hingga menjadi sebuah tradisi. Contohnya yaitu cucu menyaksikan tindakan abuse ketika ada orang tuanya memperlakukan lansia dengan tidak semestinya sehingga hal ini mengakibatkan persepsi negatif bahwa lansia saat ini kurang dihormati dan diterima. Hal ini jika terjadi maka akan mempengaruhi kehidupan lansia baik secara individu, keluarga, dan masyarakat (sosial).
3.
Pengukuran Elder Abuse Pengukuran elder abuse dilakukan dengan menggunakan kuesioner tes skrining elder abuse
Hwalek-Sengstock (HS-EAST). Kuesioner ini bertujuan untuk
29
mengetahui apakah lanjut usia (lansia) beresiko terhadap abuse atau tidak. Kuesioner HS-EAST memiliki 15 item pertanyaan yang berisi tiga domain yaitu kekerasan terhadap hak lansia atau tindakan abuse secara langsung, karakteristik tentang keadaan rentan dan kemungkinan terjadinya abuse, pengabaian, dan eksploitasi.
B. Kerangka Konsep
Variabel bebas Faktor resiko yang menyebabkan elder abuse : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Umur Jenis kelamin Status perkawinan Status pekerjaan Status tempat tinggal depresi
Positif Abuse
Elder
Negatif Abuse
Elder
Elder Abuse
Skema 1. Kerangka Konsep
C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse?
2.
Faktor apa yang memiliki hubungan paling signifikan terhadap resiko terjadinya elder abuse?
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental yaitu deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu metode cross-sectional. Metode cross-sectional merupakan jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran observasi data variabel bebas dan variabel terikat hanya satu kali dalam satu waktu untuk mengetahui faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
B. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Bantul, Yogyakarta yang berjumlah 171 orang.
2.
Sampel Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Besarnya populasi dalam penelitian ini <1000, maka besarnya sampel yang digunakan berdasarkan rumus Slovin sebagai berikut:
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = tingkat signifikansi (0,1)
30
31
n = 63,09 ≈ 63 responden Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus di atas adalah 63 responden lansia yang tinggal di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Sampel diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu sebagai berikut: a.
Kriteria Inklusi (1)Berusia ≥ 60 tahun (2)Pria atau wanita (3)Dapat berkomunikasi dengan baik (4)Bersedia menjadi responden
b.
Kriteria Eksklusi (1)Memiliki gangguan kejiwaan (2)Memiliki gangguan kognitif (3)Memiliki gangguan dalam berkomunikasi
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2014.
32
D. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor resiko (faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, tempat tinggal, dan status depresi). 2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kejadian elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
E. Definisi Operasional
1.
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia ≥ 60 tahun yang tinggal di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
2.
Elder abuse adalah salah satu bentuk perlakuan yang dilakukan oleh keluarga atau caregiver dalam merawat lansia dan berdampak pada kecacatan fisik, mental, bahkan kematian. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner skrining elder abuse HwalekSengstock (HS-EAST) yang berjumlah 15 pertanyaan dengan men ggunakan skala nominal. Hasil ukur yaitu positif elder abuse (0-2) dan negative elder abuse (3-15).
3.
Umur adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan responden, terhitung saat responden lahir hingga pengambilan data. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesione r dengan skala nominal. Hasil ukurnya yaitu usia lanjut beresiko (lebih dari 74 tahun) dan usia lanjut (60-74 tahun).
4.
Jenis kelamin merupakan identitas seksual yang dibawa sejak lahir. Alat ukur yang dipakai adalah kesioner dengan skala nominal. Hasil ukurnya yaitu laki-laki dan perempuan.
5.
Status perkawinan merupakan hubungan yang sah secara agama dan negara antara perempuan dan laki-laki. Alat ukur yang digunakan yaitu kesioner dengan skala nominal. Hasil ukurnya yaitu lansia yang sudah kawin (masih hidup) dan lansia tidak kawin (janda/duda dan tidak kawin).
6.
Status pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan berupa uang. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner dengan skala
33
nominal. Hasil ukurnya yaitu lansia yang masih bekerja (PNS, buruh, tani, dll) dan lansia yang tidak bekerja.
7.
Status tempat tinggal merupakan keputusan dimana lansia harus tinggal. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner dengan skala nominal. Hasil ukurnya yaitu tinggal sendiri dan tinggal bersama anak/suami.
8.
Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang ditandai dengan perasaan sedih, bersalah, tidak berdaya dan pesimis. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) yang berjumlah 15 item pertanyaan dengan skala nominal. Hasil ukurnya yaitu lansia mengalami depresi dan lansia yang tidak mengalami depresi.
F.
Instrumen Penelitian 1.
Kuesioner data demografi Kuesioner data demografi dalam penelitian ini berisi data nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, tempat tinggal, depresi, dan tingkat pendidikan.
2.
Kuesioner elder abuse Kuesioner yang digunakan untuk mengukur elder abuse yaitu menggunakan kuesioner yang diadopsi dari Hwalek (1999) yaitu tes skrining elder abuse HwalekSengstock (HS-EAST). Tes skrining elder abuse Hwalek Sengstock (HS-EAST) merupakan suatu tes yang digunakan untuk mengidentifikasi indikasi adanya elder abuse. HS-EAST terdiri dari 15 item pertanyaan, satu jawaban dihitung 1 poin dan poin tersebut ditambah untuk menyusun skor total. Kuesioner ini terdiri dari pertanyaan favourable (ya) dan unfavourable (tidak), seperti yang terlihat dalam tabel berikut:
34
Tabel 1. Kuesioner HS-EAST
No. Jawaban
No. Item
1.
Favourable
2.
Unfavourable Total
2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14 dan 15 1, 6, 12, dan 14
Jumlah 11 4 15
Cara penilaian HS-EAST ini dengan interpretasi skor sebagai berikut: 0-2 = tidak beresiko terhadap abuse ≥3 3.
= beresiko terhadap abuse
Kuesioner tingkat depresi Dalam mengukur tingkat depresi pada lanjut usi menggunakan instrumen Geriatric Depression Scale (GDS) yang telah diadopsi dan disesuaikan oleh Depkes RI. Kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan tertutup dengan satu jawaban dihitung 1 poin dan poin tersebut ditambah untuk menyusun skor total. Kuesioner ini juga terdiri dari pertanyaan favourable (ya) dan unfavourable (tidak), seperti table berikut ini: Tabel 2. Kuesioner Tingkat Depresi
No. Jawaban
No.Item
Jumlah
1. 2.
2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15 1, 5, 7, 11, 13
10 5 15
Favourable Unfavourable Total
Cara penilaian GDS ini dengan interpretasi skor sebagai berikut: Ya
: depresi ringan hingga berat
Tidak
: tidak depresi (normal)
G. Cara Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner. Wawancara yang dilakukan berdasarkan kuesioner tes skirining elder abuse Hwalek-Sengstock (HS-EAST). Pengumpulan data diawali dengan melakukan perijinan untuk
35
melakukan survey pendahuluan dari Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian dilanjutkan dengan meminta ijin kepada bapak dukuh beserta kader posyandu utuk penelitian dan menjelaskan maksud penelitian. Kegiatan selanjutnya adalah peneliti mulai mencari responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, maka responden dianggap gugur. Kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Selain itu peneliti juga akan merahasiakan jawaban responden sehingga hanya peneliti saja yang mengetahui jawaban dari para responden. Setelah responden bersedia menjadi responden penelitian, responden mengisian surat persetujuan (informed consent) serta responden menandatangani surat persetujuan tersebut yang menandakan bahwa responden telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Setelah itu peneliti mulai melakukan proses wawancara kepada lansia sesuai dengan kuesioner HS-EAST dan GDS dengan lansia di posyandu dan dilanjutkan secara door to door. Kuesioner penelitian yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisis menggunakan SPSS. Kemudian hasilnya disusun dalam sebuah laporan akhir penelitian.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas 1.
Kuesioner HS-EAST Menurut Muhidin dan Ali (2011), uji coba instrumen sebaiknya dilakukan kepada 20-30 responden sehingga peneliti melakukan uji validitas kepada 20 orang lansia yang memiliki karakteristik hampir sama dengan penelitian. Uji instrumen ini dilakukan pada lansia yang tinggal di dusun Kalimanjung, Ambarketawang, Gamping, Sleman karena rata-rata lansia di dusun Kalimanjung tinggal dengan keluarga dengan kemampuan ekonomi menengah tetapi ada juga lansia yang ditelantarkan oleh keluarganya seperti tinggal sendiri di rumah dan terlihat tidak diperhatikan oleh keluarganya. Selain itu para lansia umumnya tidak bekerja sehingga segala kebutuhan dipenuhi oleh anak-anak mereka, akan tetapi ada pula yang masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Uji validitas dilakukan pada 12 Mei 2014. Tujuannya yaitu untuk menguji apakah
36
instrument penelitian dapat mengungkap ketepatan yang akan diukur sehingga dapat digunakan sebagai kuesioner penelitian. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan bantuan software SPSS v.16 for windows untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. a.
Uji validitas Uji validitas instrument penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment yaitu teknik mengkorelasikan masingmasing skor item dengan skor total, kemudian membandingkan dengan koefisien korelasi (r tabel). Rumus pearson product moment yaitu:
Keterangan: N : jumlah responden X :skor tiap-tiap pertanyaan yang dijawab masing-masing responden Y : skor total dari seluruh pertanyaan masing-masing responden r : angka product moment Variabel dikatakan valid apabila skor variabel atau pertanyaan berkorelasi secara signifikan dengan skor total (r product moment hitung > r tabel, dimana r tabel adalah > 0,361) atau nilai signifikan yang diambil adalah 0,05, maka dinilai valid jika nilai r ≥ 0,05. Hasil uji validitas dari 15 item tentang elder abuse yang dinyatakan tidak valid ada 3 item dan dinyatakan gugur yaitu pada item no. 8, 10, dan 15. Item nomor 8 dihilangkan karena mengkonsumsi alkohol di Indonesia merupakan ha l yang tidak wajar dan dilarang oleh berbagai pihak karena menimbulkan efek yang berbahaya. Selain itu item nomor 10 gugur karena pernyataan item tersebut tidak jelas sehingga lansia terlihat bingung saat menjawab pertanyaan tersebut. Sedangkan item nomor 15 gugur karena pada saat dilakukan wawancara, ada beberapa responden yang menjawab pertanyaan dengan ragu -ragu dan pernyataan
37
dari item tersebut masih membingungkan. Jadi, kuesioner HS-EAST memiliki item yang valid ada 12 item dan item yang tidak valid ada 3 item. b.
Uji reliabilitas Pengujian reliabilitas kuesioner menggunakan Kuder-Richardson 20 (KR 20) dengan jumlah pertanyaan yang diuji sebanyak 15 pertanyaan, sehingga rumus KR 20 sebagai berikut:
Keterangan: k = banyaknya item dalam tes s = varians skor tes p = proporsi subjek yang mendapat angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek yang menjawab item tersebut. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika memberikan nilai p≥0,05 . Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai dari kuesioner elder abuse (HS-EAST) yaitu 0,85 sehingga hasil uji reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah reliabel. 2.
Kuesioner GDS Kuesioner tingkat depresi pada lansia ini oleh Blink dan Yesavage (1982) yang dikutip oleh Maryam et al (2008). Instrumen GDS yang digunakan dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena GDS telah diadopsi dan disesuaikan oleh Depkes RI dengan sensitivitas 84% dan spesifitas 95% (Nugraheni, 2005). Oleh karena itu instrumen GDS ini dapat digunakan dalam pengambilan data, karena sudah valid dan tidak perlu dilakukan uji kesahihan.
38
I.
Pengolahan dan Metode Analisa Data 1.
Pengolahan data Data-data hasil jawaban dari wawancara berdasarkan kuisioner tes skrining elder abuse Hwalek-Sengstock (HS-EAST) dari responden diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Editing Peneliti memeriksa kelengkapan data dan kebenaran data yang diperoleh atau yang dikumpulkan apakah sudah sesuai dengan keinginan peneliti. Peneliti melakukan editing data dengan mengoreksi kembali data yang diperoleh, sehingga dapat dilakukan pengklasifikasian data. Peneliti telah memastikan semua pertanyaan yang telah dijawab oleh responden tanpa ada satupun jawaban yang terlewati.
b.
Coding Peneliti
melakukan
pemberian
kode
untuk
mempermudah
dalam
pengolahan data dan proses lanjutan melalui tindakan pengklasifikasian data dan untuk memudahkan dalam pengolahan data dengan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka sesuai dengan kategori yang telah ditentukan. c.
Tabulating Data mentah (raw data) dilakukan pendataan kemudian pengolahan data dilakukan setelah semua data selesai dikumpulkan, analisis data dilakukan secara deskriptif dengan bentuk distribusi frekuensi yaitu dengan menjalankan setiap kategori untuk mendapatkan presentasi dari setiap jawaban.
d.
Data entry Setelah kuesioner telah lengkap peneliti melakukan proses memasukkan data dalam suatu program komputer untuk melakukan analisa data.
e. Penyajian data Setelah data diolah, data tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Untuk memudahkan pembaca, data tersebut disajikan dalam bentuk narasi. Pada penelitian ini data kuesioner yang sudah terkumpul dilakukan tabulasi frekuensi.
39
2.
Analisis data a.
Analisa univariat Analisa univariat yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan variabel bebas (independent variable) yaitu faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian elder abuse yaitu faktor umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, pengaturan tempat tinggal, dan depresi
yang dibuat dalam bentuk
kuesioner untuk menjelaskan variable dependent (variabel terikat). b.
Analisa bivariat Analisis bivariat dengan menggunakan chi-square test untuk melihat hubungan antara variabel independent. Pengambilan keputusan hasil didasarkan pada batas kemaknaan 0,05. Jika nilai p value < 0,05, maka hipotesis penelitian diterima dan hasil yang diperoleh bermakna/signifikan secara statistik dan jika nilai p value > 0,05, maka hipotesis ditolak dan hasil perhitungan tidak bermakna/signifikan secara statistik. Akan tetapi jika terdapat 2 sel pada hasil chi-square maka analisis yang digunakan yaitu Fisher Exact dengan p value > 0,05 yang artinya bahwa hipotesis penelitian diterima.
c.
Analisa multivariat Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian ini yaitu logistic regression dengan derajat bermakna p value <0,05. Analisis logistic regression yaitu untuk mengetahui hubungan variabel bebas (umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, pengaturan tempat tinggal, dan depresi) secara bersama-sama terhadap variabel terikat yaitu resiko terjadinya elder abuse sehingga dapat diketahui variabel mana yang memiliki hubungan paling signifikan terhadap variabel terikat (resiko terjadinya elder abuse).
40
J.
Kesulitan Penelitian 1.
Seiring dengan bertambahnya usia lansia sehingga ada beberapa lansia yang memiliki gangguan pendengaran. Oleh karena itu peneliti mengalami sedikit kesulitan pada waktu wawancara.
2.
Ada beberapa lansia yang memiliki kesibukan sehingga peneliti mencari waktu lain untuk mewawancara lansia tersebut.
K. Etik Penelitian Masalah etik penelitian yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1.
Informed consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dan terdiri dari tujuan, manfaat, dan kerahasiaan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan peneliti. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Begitu pula dengan sebaliknya.
2.
Anomity (tanpa nama) Dalam penelitian ini peneliti tidak membuka identitas responden secara bebas dengan tujuan untuk kepentingan kerahasiaan, nama baik, dan hukum responden.
3.
Kerahasiaan (confidentiality) Masalah
ini merupakan
masalah
etika
dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Jomegatan yaitu Kelurahan Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Jomegatan terdiri dari dua dusun yaitu Nitiprayan yang terdiri dari 4 Rukun Tetangga dan Jomegatan yang terdiri dari 7 Rukun Tetangga. Di desa Jomegatan memiliki 1.113 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah lansia 171 orang. Desa ini merupakan daerah perumahan dimana sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang. Desa Jomegatan merupakan wilayah kerja Puskesmas Kasihan 2 dan memiliki dua Posyandu Lansia yaitu Posyandu Mekar 1 dan Posyandu Mekar 2. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Mekar 1 yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali yaitu setiap tanggal 7 yang dilaksanakan oleh kader-kader dari masyarakat tersebut dan tim kesehatan yang datang setiap dua bulan sekali. Kegiatan di Posyandu Lansia dusun Jomegatan antara lain cek tekanan darah, penimbangan berat badan, pembagian makanan tambahan serta pembagian obat gratis dari puskesmas.
41
42
B. Hasil Penelitian 1.
Hasil Karakteristik Responden Karakteristik responden adalah identitas umum yang dimiliki oleh responden. Karakteristik dalam penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, dan pengaturan tempat tinggal. Responden dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di dusun Jomegatan dengan total lansia 171 orang . Berdasarkan data penelitian didapatkan karakteristik responden yaitu: Tabel 3. Karakteristik Responden di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Karakteristik Umur - 60-74 - > 75 Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan Status perkawinan - Menikah - Cerai mati (janda/duda) Status pekerjaan - Bekerja - Tidak bekerja Pengaturan tempat tinggal - Keluarga - Sendiri Total
Frekuensi
Presentasi (%)
40 23
63,5 36,5
12 51
19,0 81,0
29 34
46,0 54,0
15 48
23,8 76,2
59 4 63
93,7 6,3 100,0
Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui dari 63 responden dalam penelitian ini sebagian besar lansia berumur 60-74 tahun sebanyak 40 responden (63,5%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 responden (81%), responden yang memiliki status perkawinan cerai mati (duda/janda) sebanyak 34 responden (54%), lansia yang tidak bekerja yaitu 48 responden (76,2%), dan responden yang tinggal dengan keluarga sebanyak 59 responden (93,7%).
43
2.
Hasil Analisa Univariat a.
Depresi Tabel 4. Distribusi Frekuensi Depresi pada Lansia di Desa Jomegatan, Mei 2014 (n=63).
Depresi
Jumlah responden
Persentase (%)
42 21 63
66,7 33,3 100,0
Ya Tidak Total
Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami depresi sebanyak 42 responden (66,7%), sedangkan lansia yang tidak mengalami depresi yaitu 21 responden (33,3%). b.
Elder Abuse (HS-EAST) Tabel 5. Distribusi Frekuensi Terjadinya Elder Abuse pada Lansia di Desa Jomegatan, Mei 2014 (n=63)
Elder abuse Beresiko Tidak beresiko Total
Jumlah responden
Persentase (%)
27 36 63
42,9 57,1 100
Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak beresiko terhadap terjadinya elder abuse sebanyak 36 responden (57,1%), sedangkan lansia yang beresiko terhadap terjadinya elder abuse ada 27 responden (42,9%). 3.
Hasil Analisa Bivariat Analisa bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen (umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, dan depresi) dengan variabel dependen (resiko terjadinya elder abuse). Pengujian analisis
44
bivariat menggunakan chi-square dan fisher secara terperinci dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 6. Distribusi Hasil Hubungan Faktor Umur dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Umur Elder Abuse
60-74
>75
Beresiko
8 (12,7%) 32 (50,8%) 40 (63,5%)
19 (30,2%) 4 (6,3%) 23 (36,6%)
Tidak beresiko Total
Total
P
27 (42,9%) 36 (57,1%) 63 (100%)
0,000
Sumber: Data Primer, 2014 Hasil data pada tabel 6 menunjukkan bahwa lans ia dengan usia lebih dari 75 tahun beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah 19 lansia. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-square menunjukkan nilai signifikansinya 0,000 (p<0,05). Hasil menyatakan bahwa hubungan antara umur dengan elder abuse adalah signifikan. Nilai korelasinya adalah 0,000 artinya terdapat hubungan antara faktor umur terhadap resiko terjadinya elder abuse. Tabel 7. Distribusi Hasil Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Elder Abuse Beresiko Tidak Beresiko Total
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 2 (3,2%) 10 (15,8%) 12 (19,0%)
25 (39,7%) 26 (41,3%) 51 (81,0%)
Total
P
27 (42,9%) 36 (57,1%) 63 (100%)
0,042
Sumber: Data Primer, 2014 Hasil tabel 7 menunjukkan bahwa lansia dengan jenis kelamin perempuan sebagian besar beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah 25 responden. Berdasarkan
uji analisis menggunakan
chi-square menunjukkan
signifikansi 0,042 (p<0,05). Hasil tersebut menyatakan bahwa hubungan antara jenis
45
kelamin dengan terjadinya elder abuse adalah signifikan. Nilai korelasinya adalah 0,042 artinya terdapat hubungan antara faktor jenis kelamin terhadap resiko terjadinya elder abuse. Tabel 8. Distribusi Hasil Hubungan Faktor Status Perkawinan dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Elder Abuse
Status Perkawinan Menikah Cerai Mati (janda/duda)
Beresiko
8 (12,7%) 21 (33,3%) 29 (46,0%)
Tidak Beresiko Total
19 (30,2%) 15 (23,8%) 34 (54,0%)
Total
P
27 (42,9%) 36 (57,1%) 63 (100%)
0,024
Sumber: Data Primer, 2014 Hasil data pada tabel 8 menunjukkan bahwa lansia sebagian besar yang memiliki status cerai mati (janda/duda) lebih beresiko terhadap resiko terjadin ya elder abuse dengan jumlah 19 lansia. Berdasarkan uji analisis menggunakan chisquare menunjukkan nilai signifikansinya 0,024 (p<0,05). Hasil menyatakan bahwa hubungan antara status perkawinan lansia dengan resiko terjadinya elder abuse adalah signifikan. Nilai korelasinya adalah 0,024 artinya terdapat hubungan antara lansia yang berstatus cerai mati (janda/duda) terhadap resiko terjadinya elder abuse. Tabel 9. Distribusi Hasil Hubungan Faktor Status Pekerjaan dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Elder Abuse Beresiko Tidak Beresiko Total
Status pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja 4 23 (6,4%) (36,5%) 11 25 (17,4%) (23,8%) 15 48 (46,0%) (54,0%)
Total 27 (42,9%) 36 (57,1%) 63 (100%)
P 0,147
Sumber: Data Primer, 2014 Hasil data pada tabel 9 menunjukkan bahwa lansia yang tidak bekerja lagi sebagian besar beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah 23
46
responden. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-square menunjukkan nilai signifikansinya 0,147 (p<0,05). Hasil menyatakan bahwa hubungan antara status pekerjaan dengan resiko terjadinya elder abuse adalah tidak signifikan. Nilai korelasinya adalah 0,147 artinya tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan resiko terjadinya elder abuse. Tabel 10. Distribusi Hasil Hubungan Status Tempat Tinggal dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Elder Abuse Beresiko Tidak beresiko
Total
Status tempat tinggal Keluarga Sendiri 24 3 (38,1%) (4,8%) 35 1 (55,5%) (1,6%) 59 4 (93,6%) (6,4%)
Total 27 (42,9%) 36 (57,1%) 63 (100%)
P 0,305
Sumber: Data Primer, 2014 Hasil data pada tabel 10 menunjukkan bahwa lansia yang tinggal dengan keluarga sebagian besar beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah responden 24 lansia. Berdasarkan uji analisis menggunakan Fisher menunjukkan nilai signifikansinya 0,305 (p<0,05). Hasil menyatakan bahwa hubungan antara status tempat tinggal dengan resiko terjadinya elder abuse adalah tidak signifikan. Nilai korelasinya adalah 0,305 artinya tidak terdapat hubungan antara status tempat tinggal lansia dengan resiko terjadinya elder abuse. Tabel 11. Distribusi Hasil Hubungan Faktor Depresi dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Elder Abuse Beresiko Tidak Beresiko Total Sumber: Data Primer, 2014
Depresi Ya Tidak 27 0 (42,9%) (0%) 15 21 (23,8%) (33,3%) 42 21 (66,7%) (33,3%)
Total 27 (42,9%) 36 (57,1%) 63 (100%)
P 0,000
47
Hasil data pada tabel 11 menunjukkan bahwa lansia yang mengalami depresi sebagian besar beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah 27 lansia. Berdasarkan uji analisis menggunakan chi-square menunjukkan nilai signifikansinya 0,000 (p<0,05). Hasil menyatakan bahwa hubungan antara depresi dengan resiko terjadinya elder abuse adalah signifikan. Nilai korelasinya adalah 0,000 artinya terdapat hubungan antara lansia yang mengalami depresi dengan resiko terjadinya elder abuse. 4.
Hasil analisis multivariat Analisis multivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan yang paling signifikan pada variabel bebas (umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, dan depresi) terhadap variabel terikat (resiko terjadinya elder abuse) dengan menggunakan logistic regression. Tabel 12. Distribusi Hasil Hubungan Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan Mei 2014 (n=63)
Umur Gender Status Perkawinan Status Pekerjaan Pengaturan Tempat Tinggal Depresi
Sig.
Wald
Exp(B)
0,002 0,848 0,944 0,581 0,271 0,998
10,014 0,036 0,005 0,304 1,213 0,000
49,356 0,692 0,927 0,504 4,755 5,603E9
Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan hasil uji analisis logistic regression pada tabel 12 didapatkan hasil bahwa faktor yang memiliki hubungan paling signifikan yaitu umur dengan nilai p value 0,002.
48
C. Pembahasan 1.
Hubungan Faktor Umur dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara umur dengan resiko terjadinya elder abuse. Di desa Jomegatan jumlah lansia yang berusia lebih dari 75 tahun yaitu sebanyak 23 responden (36,4%) (Tabel 3). Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Olmo, Pujol, Pousa, Juvinya, Vila, Vilalta, et al (2009) mengindikasikan bahwa seseorang yang berusia lanjut terutama lansia yang berusia lebih dari 75 tahun memiliki resiko yang lebih besar terhadap elder abuse dimana prevalensi elder abuse berkisar dari rentang 25,8% hingga 32,8%. Lansia rentan terhadap elder abuse akibat adanya perubahan yang biasanya dialami oleh lansia terlebih lagi pada lansia dengan usia lanjut (old elderly) seperti perubahan fisiologis, fungsional, kognitif, dan perubahan psikososial (Potter & Perry, 2009). Perubahan fisiologis yang terjadi yaitu perubahan bentuk tubuh, organ tubuh, dan hormon. Hal ini dapat memicu kondisi psikologis lansia dimana lansia akan mengalami keterbatasan dalam bergerak dan kurangnya kepercayaan diri lansia. Akibatnya lansia lebih senang berada di rumah bila d ibandingkan dengan bersosialisasi dengan teman-temannya. Perubahan secara fungsional juga dialami oleh lansia seperti adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansia (Potter & Perry, 2009). Akibatnya beberapa lansia merasa sulit untuk menerima perubahan yang terjadi pada dirinya sehingga mereka akan menyangkal adanya perubahan dan terus mengharapkan penampilan yang sama tanpa memperdulikan usia, bahkan ada juga lansia yang melebih-lebihkan kondisi mereka untuk mendapatkan perhatian dari keluarga (Potter & Perry, 2009). Kejadian elder abuse banyak terjadi pada lansia yang berusia 80 tahun keatas dimana lansia tersebut memiliki gangguan baik secara fisik, psikologi, maupun sosial (Humprey & Campbell, 2004). Menurut Nerenberg dalam OWL (2009), ada 70%
49
lansia yang berusia lebih dari 75 tahun memerlukan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari akibat adanya gangguan fungsional tubuh seperti kekuatan otot dan gerak menurun sehingga lansia menjadi tidak mampu dalam memenuhi kebutuhannya sendiri (Potter & Perry, 2009). Elder abuse seringkali terjadi akibat adanya keterbatasan yang dimiliki oleh lansia. Semakin meningkatnya usia lansia, maka lansia akan mengalami keterbatasan dalam beraktivitas sehingga lansia akan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu kemampuan lansia dalam mencari dan mempertahankan dirinya sendiri pun akan berkurang (Hazard et al, 2003). Akibatnya lansia akan bergantung pada keluarga sehingga hal ini memicu ketegangan antara lansia dengan anggota keluarga. Selain itu anggota keluarga yang merawat lansia akan mudah mengalami stres dalam merawat lansia serta adanya beban finansial dan waktu yang dibutuhkan bertambah untuk perawatan serta kebutuhan lansia. Hal ini dapat menyebabkan lansia akan mudah mengalami abuse (Mattenson Connel, 2007). Elder abuse juga dapat terjadi pada lansia yang jarang bersosialisasi dengan lingkungan. Lansia yang jarang bersosialisasi akan mudah mengalami abuse terutama psychological abuse oleh anggota keluarga (Hazard et al, 2003). Berdasarkan uraian diatas, maka elder abuse dapat terjadi pada lansia dengan usia lebih dari 75 tahun dimana perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia seperti penurunan fungsi tubuh, berkurangnya isolasi sosial dapat menyebabkan terjadinya abuse. 2.
Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan Penelitian yang dilakukan di desa Jomegatan didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan resiko terjadinya elder abuse (Tabel 7). Hal ini juga didukung dengan jumlah lansia perempuan di desa Jomegatan lebih banyak yaitu 51 orang (81%) (Tabel 3). Hal ini dikarenakan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi yaitu 74 tahun, sedangkan UHH laki-laki yaitu 72 tahun (Dinkes, 2012).
50
Menurut Black (2008) ditemukan bahwa lansia perempuan lebih beresiko bila dibandingkan dengan pria. Lansia perempuan lebih rentan terhadap elder abuse sekitar 2,5 kali bila dibandingkan dengan lansia berjenis kelamin laki-laki. Sekitar 66% lansia perempuan menjadi korban elder abuse di Amerika Serikat dan ada 89% kasus tentang kejadian elder abuse yang terjadi di dalam keluarga (Carson, 2009). Lansia perempuan beresiko terhadap elder abuse dikarenakan lansia perempuan
dengan
status
sosio-ekonomi
keluarga
rendah
menunjukkan
ketergantungan dalam hal dukungan finansial dan emosional dari anak mereka. Hal ini memungkinkan lansia perempuan beresiko tinggi terjadinya elder abuse. Selain itu dalam penelitian tersebut berspekulasi bahwa kemungkinan alasan elder abuse lebih beresiko terhadap lansia perempuan dikarenakan lansia perempuan mempunyai tanggung jawab dalam pekerjaan rumah tangga seperti memasak, bersih -bersih, menjaga cucu sehingga para lansia berharap agar anak-anaknya memberikan respek kepada lansia (Silverstein cit Wu, Chen, Hu, Xiang, Yu,Zhang & Cao, 2012). 3.
Hubungan Faktor Status Perkawinan dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan Lansia di desa Jomegatan sekitar 54% berstatus cerai mati (janda atau duda) (Tabel 3). Penelitian yang dilakukan di desa Jomegatan didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara status perkawinan dengan resiko terjadinya elder abuse (Tabel 8). Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wu, Chen. Hu, Xiang, Yu, Zhang, et al. (2012) dimana lansia dengan status janda atau duda beresiko terhadap elder abuse terutama psychological abuse (38,4%). Lansia yang sudah ditinggal oleh pasangannya akan merasa kesepian. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan jiwa lansia tersebut. Dampaknya lansia akan mengurung diri, tidak mau bersosialisasi. Akibatnya akan timbul ketegangan antara keluarga dan lansia itu sendiri hingga dapat terjadi physical abuse atau psychological abuse.
51
Menurut Kaplan & Sandock (2007) bahwa dukungan keluarga akan berkurang pada saat seseorang telah kehilangan pasangan hidupnya terlebih lagi pada orang yang tidak memiliki pasangan terutama pada perempuan dengan status janda. Berkurangnya dukungan keluarga terhadap lansia berakibat pada kurangnya perhatian dari keluarga dan adanya perasaan ditelantarkan oleh keluarga (Santoso & Ismail, 2009). Selain itu kehilangan pasangan terutama pada lansia dapat mengakibatkan depresi dimana depresi merupakan salah satu faktor resiko penyeba b terjadinya elder abuse. 4.
Hubungan Faktor Status Pekerjaan dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan
Hasil penelitian yang dilakukan di desa Jomegatan yaitu tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan resiko terjadinya elder abuse (Tabel 9). Sebagian besar lansia sudah tidak bekerja lagi berjumlah 4 orang (6,4%), sedangkan lansia yang masih bekerja ada 23 orang (36,5%) (Tabel 3). Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Strasser, Smith, Weaver, Zheng, & Cao (2013) dimana faktor status pekerjaan lansia tidak memiliki hubungan dengan resiko
terjadinya
elder
abuse dimana pada penelitian tersebut
didapatkan hasil nilai p value lebih dari 0,05 yaitu 0,466. Biasanya elder abuse dapat terjadi pada seorang lansia yang sudah tidak bekerja dan bergantung secara finansial terhadap keluarganya seperti anak, kerabat, dan lain-lain (Melchiorre, Chiatti, Lamura, Gonzales, Stankunas, Lindert, et al, 2013). Hal ini membuat lansia sangat bergantung kepada keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari bahkan tidak jarang biaya perawatan bagi lansia lebih besar bila dibandingkan dengan kebutuhan sehari-hari. Hal ini dapat membuat abuser mengalami kesulitan secara finansial sehingga mereka
mengabaikan kebutuhan
52
dasar hingga terjadi pengabaian oleh keluarga (neglect) (Wu, Chen, Hu, Xiang, Yu,Zhang & Cao, 2012). Elder abuse juga dapat terjadi pada lansia yang bekerja. Biasanya lansia bekerja akan memiliki uang atas hasil kerjanya. Hal ini dapat mengakibatkan lansia mengalami financial abuse dimana pelaku abuse akan mengambil kekayaan milik lansia baik secara paksa ataupun tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada lansia tersebut (Hazard et al, 2003). Akan tetapi hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan di desa Jomegatan dimana sebagian besar lansia di dusun Jomegatan tidak memiliki pekerjaan (Tabel 3) sehingga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari para lansia dipenuhi oleh keluarga mereka. Lansia biasanya sudah menerima atas kondisi keuangan keluarga dan tidak menuntut apapun dari keluarga mereka. Bagi lansia, dirawat dan tinggal dengan anak merupakan kepuasan tersendiri bagi lansia karena masih ada keluarga yang mau menerima kondisi mereka. Selain itu masih ada juga lansia yang masih produktif untuk bekerja. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga yang kurang. Para lansia yang masih bekerja merasa senang karena mereka dapat berkumpul dengan teman-temannya dan sekaligus untuk beraktivitas menghilangkan rasa jenuh. 5.
Hubungan Faktor Status Tempat Tinggal dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan Berdasarkan hasil dari tabel 10 didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor status tempat tinggal terhadap resiko terjadinya elder abuse. Sebagian besar keluarga tinggal dengan keluarga (anak atau suami) dengan jumlah 31 responden (49%) (Tabel 3). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wu, Chen, Hu, Xiang, Yu,Zhang & Cao (2012) di Cina dimana hal ini berkaitan dengan kebudayaan anak dalam merawat orang tua. M erawat lansia merupakan bentuk kewajiban dan tanggung jawab antar generasi sehingga keluarga mempunyai anggapan bahwa orang tua merupakan tokoh yang dihormati dalam keluarga.
53
Keluarga
merupakan
wadah
bagi
lansia
dalam memenuhi
seluruh
kebutuhannya dan biasanya lansia lebih senang tinggal dengan keluarga (Ramlah, 2011). Keluarga dapat memberikan lingkungan yang akrab, penuh dengan kasih sayang, dan adanya perasaan dibutuhkan lansia sehingga lansia akan merasa nyaman jika tinggal bersama keluarga (Ramlah, 2011). Dalam norma dan nilai budaya di Cina, anak-anak bertanggung jawab dalam menyediakan perawatan kepada para lansia dan para lansia lebih memilih tinggal dengan anak-anak mereka. Lansia beranggapan bahwa jika mereka tinggal dengan anak mereka, maka kebutuhan psikologis, fisik, dan finansial terpenuhi (Wu, Chen, Hu, Xiang, Yu, Zhang & Cao, 2012). Lansia yang tinggal sendirian dapat membuat mereka merasa diasingkan dan diabaikan oleh keluarga mereka sehingga lansia yang tinggal sendiri merupakan salah satu bentuk elder abuse yaitu pengabaian (neglect) dan bukan lagi sebagai faktor resiko elder abuse (Wu, Chen, Hu, Xiang, Yu, Zhang & Cao, 2012). Hal ini juga hampir sama dengan kebudayaan di Indonesia dimana anak-anak bertanggung jawab atas orang tua mereka sehingga lansia akan merasa aman jika tinggal bersama anak-anak mereka. Selain itu terdapat perasaan tenang dan nyaman pada masa tua apabila adapt hidup dekat dan kumpul dengan cucu. Jika suatu saat lansia memerlukan perawatan, maka anak atau anggota keluarga sendiri yang akan melakukan perawatan tersebut. Jadi, sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab anak salah satunya yaitu merawat orang tua dalam situasi apapun. Lansia juga akan tetap senang dan nyaman bila tinggal bersama keluarga bila dibandingkan tinggal sendirian maupun tinggal di panti wredha. 6.
Hubungan Faktor Depresi dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan Berdasarkan hasil chi-square didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara status depresi dengan resiko terjadinya elder abuse (Tabel 11). Sebagian besar lansia
54
yang mengalami depresi beresiko terhadap terjadinya elder abuse dengan jumlah lansia 27 responden (42,9%) (Tabel 3). Penelitian ini didukung oleh penelitian Strasser, Smith, Weaver, Cao, dan Zheng (2013) yang menunjukkan bahwa depresi berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse dimana responden lansia yang mengalami depresi beresiko 6 kali lebih besar terhadap terjadinya elder abuse. Depresi merupakan gangguan perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka berlebihan (Purwaningsih, 2009). Depresi merupaka masalah kesehatan mental yang paling umum pada populasi lansia (Nazemi, 2013). Depresi biasanya dialami oleh lansia yang berusia 65 tahun ke atas yang tinggal dengan keluarga atau yang tinggal sendiri dengan prevalensi sekitar 10-15% (Ibrahim, 2011). Menurut Santoso & Ismail (2009), depresi pada lansia dapat muncul ketika adanya perubahan status ekonomi, struktur keluarga yang cepat berubah, dan kurang berfungsinya system pendukung keluarga dan lingkungan. Selain itu adanya perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikososial dapat mempengaruhi lansia mengalami depresi (Santoso & Ismail, 2009). Heydrich, Schiamberg, & Chee (2012) berpendapat bahwa mengalami masalah
lansia yang
emosional seperti depresi, gangguan komunikasi, atau
penggunaan obat antipsikotik dapat menyebabkan keluarga yang merawat lansia akan mengalami kesulitan dalam merawat lansia. Hal ini dapat mengakibatkan caregiver merasa tertekan dalam merawat lansia (Mattenson & Connel, 2007). Hal ini caregiver berpotensi melakukan emotional abuse atau physical abuse kepada lansia yang merupakan pemicu terjadinya gangguan mental pada lansia seperti depresi (Cisler, Begle, Amstadter, & Acierno, 2012). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi berhubungan dengan resiko terjadinya elder abuse. Hal ini disebabkan karena lansia yang mengalami depresi akan membuat keluarga kesulitan dalam merawat lansia hingga dapat memicu terjadinya abuse pada lansia.
55
7.
Faktor
yang
Memiliki
Hubungan
Paling
Signifikan
Terhadap Resiko
Terjadinya Elder Abuse di desa Jomegatan Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan hasil bahwa faktor yang memiki hubungan paling signifikan terhadap resiko terjadinya elder abuse yaitu faktor umur (Tabel 12). Hal ini disebabkan karena adanya perubahan yang dialami oleh lansia secara menyeluruh baik perubahan secara fisik, psikologi, maupun sosial. Perubahan-perubahan yang biasanya dialami oleh lansia terlebih lagi pada lansia dengan usia lanjut (old elderly) rentan terhadap elder abuse. Pada tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah lansia di desa Jomegatan yang beresiko terhadap elder abuse yaitu 30,2% pada lansia yang berumur lebih dari 75 tahun. Hal ini menandakan bahwa lansia pada kelompok old elderly cukup banyak walaupun masih lebih rendah bila dibandingkan dengan lansia yang berumur 60-74. Lansia yang telah memasuki usia lanjut (>75 tahun) pasti telah mengalami perubahan bahkan gangguan kesehatan seperti keterbatasan fisik, penurunan kognitif (demensia), dan munculnya berbagai penyakit. Dukungan keluarga pun berkurang terutama lansia telah menginjak usia sangat lanjut (>75 tahun) (Potter & Perry, 2009). Akibatnya lansia akan merasakan kesepian, adanya perasaan tid ak diperhatikan lagi, minder, bahkan lansia akan menarik diri dari lingkungan sekitar (Potter & Perry, 2009). Jika hal tersebut dibiarkan, maka lansia akan mudah mengalami masalah emosional seperti depresi. Lansia yang mengalami masalah emosional dapat menyebabkan keluarga yang merawat lansia mengalami kesulitan dalam merawat lansia hingga memicu terjadinya elder abuseterutama emotional abuse (Heydrich, Schiamberg, & Chee, 2012). Menurut Mattenson & Connel (2007), teori tentang elder abuse yang sesuai dengan lansia dengan usia lanjut yaitu yaitu stres yang dialami oleh caregiver dan ketergantungan dengan caregiver. Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa akibat dari perubahan yang dialami oleh lansia terutama lansia yang telah berumur lebih dari 75 tahun maka akan memiliki ketergantungan dengan keluarga baik secara finansial,
56
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan biaya pengobatan. Hal ini dapat menyebabkan biaya perawatan lansia lebih besar bila dibandingkan dengan kebutuhan sehari-hari. Akibatnya banyak caregiver merasa tertekan hingga timbul stres dalam merawat lansia terlebih lagi lansia tersebut telah memiliki keterbatasan dan memiliki penyakit. Jika caregiver sudah tidak dapat mengatasi stresnya tersebut, maka lansia dapat menjadi korban dalam pelampiasan kemarahan hingga terjadi abuse pada lansia. Berdasarkan uraian diatas, faktor umur dapat menyebabkan resiko terjadinya elder abuse. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan-perubahan yang kompleks pada lansia seperti perubahan fisik, psikologis, maupun s osial. Akibatnya lansia menjadi mudah minder dan menarik diri dari lingkungan sosial. Selain itu faktor keluarga pun berperan dalam elder abuse dimana keluarga mengalami tekanan atau stres dalam merawat lansia dengan perubahan yang terjadi pada lansia sehingga memicu keluarga melakukan abuse pada lansia.
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1.
Kekuatan Penelitian a.
Responden dapat bekerja sama dengan baik (kooperatif) dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menerima kehadiran peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
b.
Penelitian tentang elder abuse masih jarang sehingga penelitian ini belum pernah diteliti oleh siapapun khususnya di Yogyakarta.
2.
Kelemahan Penelitian a.
Penelitian ini berdasarkan lansia yang diduga mengalami abuse hanya berdasarkan wawancara sesuai dengan kuesioner, tidak dilakukan dengan metode observasi dan penilaian lansia beresiko terhadap elder abuse hanya dilakukan satu kali wawancara.
b.
Pengumpulan data yang dilakukan hanya menggunakan kuesioner tanpa melakukan observasi pada lansia sehingga dapat menimbulkan adanya informasi
57
yang tidak sesuai, artinya lansia dapat memberikan jawaban yang bukan jawaban sebenarnya. Saat pengumpulan data dengan wawancara kepada lansia, peneliti merasakan ada beberapa lansia yang kurang terbuka d alam menjawab pertanyaan peneliti walaupun sebelumnya peneliti sudah berupaya untuk membina hubungan saling percaya sehingga responden dapat menjawab dengan sejujurnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian
dapat
diambil kesimpulan
sebagai
berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara faktor umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan depresi dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. 2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dan pengaturan tempat tinggal dengan resiko terjadinya elder abuse di desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. 3. Faktor yang memiliki hubungan yang paling signifikan terhadap resiko terjadinya elder abuse yaitu faktor umur. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan beberapa hal berikut: 1. Bagi Lansia Dapat mengetahui faktor-faktor tentang elder abuse sehingga lansia dapat meminimalisir terjadinya elder abuse seperti aktif dalam perkumpulan atau kelompok lansia.
58
59
2. Bagi Keluarga Dapat meningkatkan komunikasi antara keluarga dengan lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan dukungan baik secara psikologis,
spiritual,
dll.
Selain
itu
juga
diharapkan
keluarga
mengetahui tentang masalah elder abuse serta memberikan dukungan dan kebebasan kepada lansia. 3. Bagi Ilmu Keperawatan Hasil ini dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan informasi ilmiah tentang hubungan antara umur, jenis kelamin, status pernikahan, status pekerjaan, pengaturan tempat tinggal, dan depresi tehadap resiko terjadinya elder abuse sehingga dapat membuat penanganan yang tepat terkait elder abuse. Selain itu diharapkan dapat menjadi masukan dalam rangka mengembangkan program untuk peningkatan pelayanan pada lansia di komunitas. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini adapt dikembangkan lebih lanjut tentang perbedaan antara elder abuse di komunitas dengan elder abuse di panti wreda. Selain itu diharapkan metode yang digunakan tidak hanya berupa
kuesioner,
tetapi
sebaiknya
dipadukan
dengan
metode
observasi ataupun metode lainnya, sehingga data yang didapat lebih akurat.
60
DAFTAR PUSTAKA
Acierno R., Hernandez M., Amstadter A., Resrick H., Steve K., Muzzy W., & Kilpatrick D. (2010). Prevalence and Correlates ofEmotional, Physical, Sexual, and Financial Abuse and Potential Neglect in the United States:The National Elder Mistreatment Study. American Journal of Public Health. Vol 100, No.2. Diakses 28 Desember 2013, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20019303. Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Aswim, S. (2003).Pengaruh proses menua terhadap system musculoskeletal. Yogyakarta: FK UGM. Azizah L. M. (2011). Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bain P. & Spencer C. (2009).World Elder Abuse Awareness Day. Diakses 28 Desember 2012, dari http://www.winnipeg.ca/police/TakeAction/elderabusefacts/FactSheet_4.pdf Bhatia, Srivastava, &Bansal. (2008). Elder abuse.Delhi Psychiatry Journal, Vol. 11 No.2. Diakses 25 Desember 2013, dari http://medind.nic.in/daa/t08/i2/daat08i2p150.pdf. BKKBN.(2012). Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia. Jakarta. Diakses 10 Januari 2014, dari http://www.bkkbn.go.id/arsip/./seri%206%20sosial%20kemasyarakatan.pdf. Buri, H., & Daly, J., & Jogerst, G. (2009). Elder abuse telephone screen reliability and validity. Journal of Elder Abuse & Neglect, 21, 58-73. Diakses 28 Desember 2013, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19197621. Cisler, J., Begle, A., Amstadter, A., & Acierno R. (2012). Mistreatment and selfreported emotional symptoms: results from the National Elder Mistreatment Study. J Elder Abuse Negl. 2493):216-230. doi:10.1080/08946566.2011.652923. Diakses 12 Desember 2013. Darmodjo, B., dkk. (2006). Buku ajar geriatric (ilmu kesehatan usia lanjut), edisi ke3. Jakarta : FKUI.
61
Departemen Kesehatan RI. (2003). Pedoman Upaya Kesehatan Olahraga di Puskesmas. Jakarta. Diakses 2 Januari 2014 dari http://www.perpustakaandepkes.org. Depkes RI. (2012). Menuju tua sehat, mandiri, dan produktif. Diakses 10 Januari 2014, dari http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/2064/2/BK201 2-347.pdf. Depkes RI. (2012). Pedoman pelayanan kesehatan jiwa usia lanjut (psikogeriatrik) di puskesmas. Diakses 20 Desember 2013, dari http://depkes.go.id/index.php?vw=2&id=SNR.13110002. Devereaux M. & Houde S. (2005).Geropsychiatric and Mental Health Nursing. USA: Jones and Bartlett Publishers. Dinas Kesehatan Bantul. (2013). Profil kesehatan kabupaten Bantul. Departemen Kesehatan Kabupaten Bantul. Dinas Kesehatan DIY.(2012). Profil Kesehatan Penduduk Indonesia.Departemen Kesehatan Provinsi DIY. Dong X., Simon M., Leon C., Fulmer T., Beck T., Hebert L., et al. (2009). Elder self-neglect and abuse and mortality risk in a community-dwelling population.Journal of American Medical Association. 3002(5):517-526. Doi: 10.1001/jama.2009.1109. Diakses 24 Januari 2013, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2965589/. Haub, C. (2012). Fact sheet : world population trends 2012. Population Reference Bureau. Diakses 28 Desember 2013 ,http://www.prb.org/publications/datasheets/2012/world-population-datasheet.aspx. Hazzard, W. et al. (2003).Principles of Geriatric Medicine and Gerontology 5 th edition.USA : Mc. Graw Hill. Heydrich L., Schiamberg L., & Chee G. (2012). Social-relational risk factors for predicting elder physical abuse: an ecological bi-focal model. Int’l j. Aging and Hunan Development, vol. 75 (1) 71-94. Diakses 18 Februari 2014, dari http://dx.doi.org/10.2190/AG.75.1.f. Humhrey J.,& Camphell J. (2004). Family Violence and Nursing Practice. Philadelphia:Lippincott Williams and Wilkins.
62
Kemenkos. (2010). Pedoman pelayanan harian lanjut usia. Jakarta: Kementrian sosial RI.2012. Kemensos.(2010). Profil panti social tresna wredha. Direktorat pelayanan lanjut usia, direktorat jendral pelayanan dan rehabilitasi sosial, Kementrian sosial RI. Kushariyadi.(2011). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika. Linton A.D., Lach, H.W. (2007). Matteson & Mc.Connell’s Gerontological Nursing Concepts and Practice third edition. Philipines: Saunders. Maryam R., Ekasari M., Rosidawati, Jubaedi A., Batubara I. (2008). Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Matteson & Connel. (2007). Gerontological Nursing concepts and practice 3 rd ed. USA:Philippines Saunders Elsevier. Melchiorre, Chiatti, Lamura, Gonzales, Stankunas, Lindert, et al. 2013. Social support, socio-economic status, health and abuse among older people in seven European countries. Journal of pone, vol. 8, issue 1, e54856. Diakses 18 Februari 2014, dari http://plosone.org. Mohr,
W.K. (2006). Phychiatric-Mental Helath USA:Lippincott Williams & Wilkins.
Nursing
sixth
edition.
Muhidin & Ali S. (2011). Analisis korelasi, regresi, dan jalur dalam penelitian (dilengkapi aplikasi program SPSS). Bandung:CV. Pustaka Setia. Nalungwe, P. (2009). Loneliness Among Elderly Widows and It’s Effect On Their Mental Well Being Literature Review. Journal of. Diakses 18 Juli 2014, darihttps://publications.theseus.fi/bitstream/handle/10024/4467/Patricia_fina l_thesis.pdf?sequence=1. Nazemi, L., Skoog, I., Karlson, I., Hosseini, S., Hosseini, M., Hosseinzadeh, S, et al. (2013). Depression, prevalence and some risk factors in elderly nursing homes in Tehran, Iran. Iran: Iranian J Publ Health. Notoadmojo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugraheni, A. (2005). Pengaruh terapi tertawa terhadap depresi pada lanjut usia di Wirosaban, RW XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Skripsi Strata Satu.FK-UGM.
63
Nugroho, W. (2004).Keperawatan Gerontik. Jakarta:EGC. Nursalam (2008).Konsep penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan:pedoman skripsi, tesis, dan instrument penelitian keperawatan. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika. Olmo J.G., Pujol X.P., Pousa S.L., Juvinya D., & Franch J.V. (2009). Prevalence and Risk factors of Suspected Elder Abuse Subtypes in People Aged 75 and Older. Journal of American Geriatrics Society. JAGS 57:815-822. OWL (The Voice of Midlife and Older Women). (2009). Elder Abuse: A Women’s Issue. Washington DC. Diakses 16 Agustus 2014, dari www.owlnational.org. Potter & Perry.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan.Ed.4. Vol.1. Jakarta:EGC. Purwaningsih. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Ramlah.(2011). Hubungan pelaksanaan tugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan pengabaian lansia di wilayah kerja puskesmas kassi-kassi Makassar.Skripsi strata dua Universitas Indonesia. Russell S., Fulmer T., Singh G., Valenti M., Vermula R., & Strauss S. (2012). Screening for Elder Mistreatment in a Denal Clinic Population. Journal of Elder Abuse Neglect. Vol. 24(4):326-339. Diakses 28 Januari 2014, dari http://http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3462354/. Setiati, S. & Harimurti, K.(2007). Proses menua dan implikasi klinis. Buku ajar Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Departemen IPD FK.UI. Stanhope, M., & Lancaster, J.A., (2004). Community and Public health Nursing. St.Louis, Missouri: Mosby. Stanley, M., & Beare, P. (2006).Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta:EGC. Strasser S., Smith M., Weaver S., Zheng S., & Cao Y. (2013).Screening for Elder Mistreatment among Older Adults Seeking Legal Assistance Services.Western Journal of Emergency Medicine. Vol. XIV, No.4. Diakses 27 Januari 2014 dari http://http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23930143. Stuart G.W. 2009. Principles and Practice of Psychiatric Nursing 9 th Edition. Canada: Mosby Elsevier.
64
Tamher & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika. Tarigan & Karina C. (2011). Perbedaan Penyesuaian Diri terhadap Kematian Pasangan Berdasarkan Peran Wanita. Strata Satu Fakultas Psikologi Sumatera Utara. Diakses 18 Juli 2014, dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25287. Wiglesworth A., Mosqueda L., Mulnard R., Liao S., Gibbs L., & Fitzgerald W. (2010). Screening for Abuse and Neglect of People with Dementia. Journal compilation, The American Geriatrics Society. Diakses 5 Juli 2014. World Health Organization. (2002). Active ageing: A Policy framework. Wu L., Chen H., Hu Y., Xiang H., Yu X., Zhang T., et al. (2012). Prevalence and associated factors of elder mistreatment in a rural community in people’s republic of China: A cross-sectional study. Journal of pone. Diakses 3 Februari 2014 dari http://www.plosone.org. Yaffe M.,&Tazkarji B. (2012).Canadian Family Physician: Understanding elder abuse in family practice. Clinicl Review: Care of the Elderly Series, vol. 58:1336-40. Diakses 20 Desember 2013, dari https://ncjrs.gov/pdffiles1/nij/241731.pdf.
LAMPIRAN
Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth: Bapak/ Ibu Lansia Calon Responden di Desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Fitri Rahmadani Kuspriyani NIM : 20100320096 Status : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Akan melakukan penelitian dengan judul “ Faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko terjadinya Elder Abuse di Desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keluarga dalam memperlakukan lansia secara tidak menyenangkan (abuse). Semua informasi yang diberikan dijaga kerahasiaan serta hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Saya mengucapkan terima kasih atas perhatian, kesediaan, dan partisipasi Bapak/ Ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Yogyakarta, April 2014
Fitri Rahmadani Kuspriyani
Lampiran 2 PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
:
Umur
: Telah diberikan penjelasan oleh peneliti mengenai maksud dan
tujuan penelitian, dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi reponden dalam penelitian
yang
dilakukan
oleh
Fitri Rahmadani Kuspriyani
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Resiko Terjadinya Elder Abuse Di Desa Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul”. Saya menyadari penelitian ini tidak
membahayakan dan merugikan saya
sehingga saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Yogyakarta,
April 2014
Responden
Lampiran 3 KUESIONER DATA DEMOGRAFI
Kode Responden : Petunjuk pengisian : 1.
Bacalah dengan cermat dan teliti.
2.
Pilih salah satu jawaban yang menurut Anda paling sesuai dengan kondisi yang dialami dengan member tanda silang (x) pada pilihan yang telah disediakan
3.
Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang tepat.
Diisi oleh responden 1.
Nama
:
2.
Umur
:
3.
Jenis kelamin
:
*P *L 4.
Status pernikahan: *Menikah *Cerai mati (janda/duda)
5.
Status pekerjaan : *Bekerja *Tidak bekerja
6.
Tinggal dengan : *Sendiri
7.
Depresi *Ya
*Keluarga : *Tidak
Lampiran 4 KUESIONER ELDER ABUSE (HS-EAST) No. 1.
Pertanyaan
Ya
2.
Apakah ada seseorang yang menemani Anda sehari-hari, mengantar Anda berbelanja, atau pergi ke dokter? (tidak) Apakah Anda senang menolong orang lain? (ya)
3.
Apakah Anda sering merasa sedih atau kesepian? (ya)
4.
Siapa yang membuat keputusan tentang hidup Anda seperti bagaimana Anda harus menjalani kehidupan sehari-hari atau dimana seharusnya Anda tinggal?
5. 6. 7. 8.
Jika jawaban “orang lain” maka centang “Ya” dan jika jawaban “saya sendiri” maka centang “tidak”. Apakah ada seseorang dalam kehidupan Anda yang membuat Anda merasa tidak nyaman? (ya) Dapatkah Anda minum obat dan bepergian sendiri? (tidak) Apakah Anda merasa tidak ada seorang pun yang menginginkan keberadaanAnda? (ya) Apakah ada anggota keluarga yang mengkonsumsi alkohol/suka mabuk? (ya)
9.
Apakah ada anggota keluarga Anda yang meminta Anda untuk tetap berada di tempat tidur atau mengatakan Anda sakit padahal tidak? (ya) 10. Apakah ada orang yang memaksa Anda untuk melakukan sesuatu yang Anda tidak ingin lakukan? (ya) 11. Apakah ada orang yang mengambil barang milik Anda tanpa persetujuan? (ya) 12. Apakah Anda mempercayai hampir semua anggota keluarga Anda? (tidak) 13. Apakah ada seseorang yang mengatakan kepada menimbulkan terlalu banyak masalah? (ya) 14. Apakah Anda cukup memiliki privasi di rumah? (tidak)
Anda
bahwa
Anda
15. Apakah ada orang terdekat Anda yang mencoba untuk menyakiti atau membahayakan Anda baru-baru ini? (ya)
Tidak
Lampiran 5 KUESIONER DEPRESI Geriatric Depression Scale Berikan tanda (√) pada jawaban Anda. Keadaan yang dirasakan selama seminggu terakhir
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13
14
Apakah Anda sebenarnya merasa puas dengan kehidupan Anda? Apakah Anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan Anda? Apakah Anda merasa kehidupan Anda kosong atau merasa kesepian? Apakah Anda sering merasa bosan? Apakah Anda memiliki semangat yang bagus dalam sebagian besar hidup Anda? Apakah Anda takut khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Anda? Apakah Anda merasa bahagia dalam sebagian besar hidup Anda? Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? Apakah Anda lebih suka tinggal di wisma atau di rumah dari pada pergi keluar untuk mengerjakan sesuatu Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat dibanding kebanyakan orang? Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda sekarang ini menyenangkan? Apakah Anda merasa tidak berharga? Apakah Anda merasa penuh dengan energi/kekuatan? Apakah Anda merasa apa yang Anda alami sekarang ini/keadaan Anda saat ini tidak ada harapan?
Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada Anda? Keterangan:
15
0-4
= Tidak Depresi
5-8
= Depresi Ringan
9-11= Depresi Sedang 12-15=Depresi Berat
Nilai Responden Ya
Tidak
Lampiran 6 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS (KUESIONER HS-EAST) 1. Uji Validitas
Pearson PCorrelation
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
Total
1
.390
.050
.503 *
.596**
.290
.503*
.208
.504*
.101
.328
.287
.390
.302
.212
.710**
.089
.833
.024
.006
.215
.024
.380
.023
.673
.158
.220
.089
.196
.369
.000
1
Sig. (2-tailed) N
20
20
20
0
0
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
PearsonPCorrelation
.390
1
157
.314
.390
.424
.314
-.313
.206
.105
.385
.043
.560 *
.524*
.032
.595**
2 Sig. (2-tailed)
.089
.508
.177
.089
.063
.177
.180
.384
.660
.094
.858
.010
.018
.895
.006
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson PCorrelation
.050
.157
1
.250
.302
.289
.250
-.459 *
.218
.250
.408
.357
.157
.250
.452 *
.513*
3 Sig. (2-tailed)
.833
.508
.288
.196
.217
.288
.042
.355
.288
.074
.122
.508
.288
.045
.021
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson PCorrelation
.503 *
.314
.250
1
.503*
.346
.600**
-.229
8
.000
.408
.204
.524 *
.200
.101
.645**
4 Sig. (2-tailed)
.024
.177
.288
.024
.135
.005
.331
.355
1.000
.074
.388
.018
.398
.673
.002
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson PCorrelation
.596 **
.390
.302
.503 *
1
.058
.302
-.254
.285
.101
.533*
.492 *
.390
.302
.414
.710**
5 Sig. (2-tailed)
.006
.089
.196
.024
.808
.196
.281
.223
.673
.015
.027
.089
.196
.069
.000
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.346
-.132
.378
.115
.471*
.000
.424
.346
.174
.570**
.135
.578
.100
.628
.036
1.000
.063
.135
.463
.009
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.302
.346
1
-.229
.218
.200
.204
.408
.524 *
.400
-.101
.645**
.005
.196
.135
.331
.355
.398
.388
.074
.018
.081
.673
.002
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.313
-.459*
-.229
-.254
-.132
-.229
1
.150
-.229
-.187
-.281
-.313
-.229
-.208
-.281
.380
.180
.042
.331
.281
.578
.331
527
.331
.429
.230
.180
.331
.380
.230
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson PCorrelation
.504 *
.206
.218
.218
.285
.378
.218
.150
1
.218
.089
.134
.206
.436
-.066
.514*
9 Sig. (2-tailed)
.023
.384
.355
.355
.223
.100
.355
.527
.355
.709
.574
.384
.054
.783
.020
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson PCorrelation
.101
.105
.250
.000
.101
.115
.200
-.229
.218
1
.204
.204
.314
.400
-.101
.329
1 Sig. (2-tailed)
.673
.660
.288
1.000
.673
.628
.398
.331
.355
.388
.388
.177
.081
.673
.157
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson PCorrelation
.328
.385
.408
.408
.533*
.471 *
.204
-.187
.089
-.204
1
.250
.171
.204
.492 *
.586**
1 Sig. (2-tailed)
.158
.094
.074
.074
.015
.036
.388
.429
.709
.388
.288
.471
.388
.027
.007
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson PCorrelation
.290
.424
.289
.346
.058
6 Sig. (2-tailed)
.215
.063
.217
.135
.808
N
20
20
20
20
20
Pearson PCorrelation
.503*
.314
.250
.600 **
7 Sig. (2-tailed)
.024
.177
.288
N
20
20
Pearson PCorrelation
.208
8 Sig. (2-tailed)
N
N
N
0
1
1
20
20
Pearson PCorrelation
.287
.043
.357
.204
.492*
.000
.408
-.281
.134
.204
.250
.043
.408
.328
.516*
1 Sig. (2-tailed)
.220
.858
.122
.388
.027
1.000
.074
.230
.574
.388
.288
.858
.074
.158
.020
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson PCorrelation
.390
.560 *
.157
.524 *
.390
.424
.524*
-.313
.206
.314
.171
.043
1
.524*
.032
.650**
1 Sig. (2-tailed)
.089
.010
.508
.018
.089
.063
.018
.180
.384
.177
.471
.858
.018
.895
.002
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson PCorrelation
.302
.524 *
.250
.200
.302
.346
.400
-.229
.436
.400
.204
.408
.524 *
1
.101
.671**
1 Sig. (2-tailed)
.196
.018
.288
.398
.196
.135
.081
.331
.054
.081
.388
.074
.018
.673
.001
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson PCorrelation
.212
.032
.452 *
.101
.414
.174
-.101
-.208
-.066
-.101
.492*
.328
.032
.101
1
.374
1 Sig. (2-tailed)
.369
.895
.045
.673
.069
.463
.673
.380
.783
.673
.027
.158
.895
.673
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Pearson TCorrelation
.710 **
.595 **
.513 *
.645 **
.710**
.570 **
.645**
-.281
.514*
.329
.586**
.516 *
.650 **
.671**
.374
1
o Sig. (2-tailed)
.000
.006
.021
.002
.000
.009
.002
.230
.020
.157
.007
.020
.002
.001
.104
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
1
2
3
4
.104
5
t
N a l
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
20
2. Uji Reliabilitas
No
Nama
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T
Umur (th) 85 73 85 80 75 75 65 64 70 85 73 80 76 74 70 76 81 77 80 75
1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1
2 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0
3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
4 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0
5 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0
6 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
No. Item 7 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
9 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
10 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
11 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0
12 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0
13 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
14 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0
15 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
Total Uji Validitas
11
13
16
10
11
5
10
1
14
10
8
12
13
10
0
0.710
0.595
0.513
0.645
0.710
0.570
0.645
-0.281
0.514
0.329
0.586
0.516
0.650
0.671
0.374
p
0.55000
0.65000
0.80000
0.50000
0.55000
0.25000
0.50000
q
0.45000
0.35000
0.20000
0.50000
0.45000
0.75000
0.50000
pq
0.24750
0.22750
0.16000
0.25000
0.24750
0.18750
0.25000
0.050 00 0.950 00 0.047 50
0.700 00 0.300 00 0.210 00
0.500 00 0.500 00 0.250 00
0.4000 0 0.6000 0 0.2400 0
0.600 00 0.400 00 0.240 00
0.650 00 0.350 00 0.227 50
0.500 00 0.500 00 0.250 00
0.000 00 1.000 00 0.000 00
k
15 3.03500 15.1868 4 0.58333
Σpq var
Mean ρ (KR 20)
0.85731
Lampiran 6 Frekuensi Responden
Status No. Nama Usia Gender Pernikahan 1. 1 70 p janda 2. 2 73 p janda 3. 3 80 p janda 4. 4 67 p menikah 5. 5 74 p janda 6. 6 70 p janda 7. 7 69 p menikah 8. 8 84 l menikah 9. 9 69 l menikah 10. 10 68 p menikah 11. 11 70 l menikah 12. 12 68 l menikah 13. 13 60 p menikah 14. 14 72 l menikah 15. 15 85 p menikah 16. 16 62 p menikah 17. 17 63 l menikah 18. 18 68 p janda 19. 19 90 p janda 20. 20 60 p menikah 21. 21 70 l menikah 22. 22 80 p janda 23. 23 76 l duda 24. 24 64 l menikah 25. 25 80 p menikah 26. 26 67 l menikah 27. 27 80 p janda 28. 28 70 p janda 29. 29 70 p janda 30. 30 72 l menikah 31. 31 64 p menikah 32. 32 70 l menikah 33. 33 70 p menikah 34. 34 80 p janda 35. 35 73 p janda 36. 36 80 p janda
Status pekerjaan tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja Bekerja Bekerja tidak bekerja tidak bekerja Bekerja Bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja Bekerja Bekerja tidak bekerja Bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja Bekerja tidak bekerja Bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja
Status Tempat Tinggal keluarga sendiri keluarga keluarga keluarga sendiri keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga
depresi tidak ya ya ya ya ya tidak ya tidak tidak tidak tidak ya tidak ya tidak tidak ya ya ya tidak ya tidak tidak ya ya ya ya tidak tidak tidak ya ya ya ya ya
elder abuse negatif negatif positif negatif negatif positif negatif positif negatif negatif negatif negatif negatif negatif positif negatif negatif positif positif negatif negatif positif negatif negatif positif positif negatif negatif negatif negatif negatif negatif negatif positif negatif positif
37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63.
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
64 68 80 62 62 84 82 60 75 79 80 85 75 80 80 75 65 74 70 70 61 60 66 62 79 72 80
p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p
janda janda janda janda janda janda janda menikah janda janda janda janda menikah janda janda menikah menikah janda janda menikah janda menikah janda menikah janda menikah janda
Bekerja Bekerja tidak bekerja Bekerja Bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja Bekerja tidak bekerja Bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja tidak bekerja
keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga sendiri keluarga keluarga keluarga sendiri keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga keluarga
ya tidak ya ya tidak ya ya ya ya tidak ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya ya ya ya tidak tidak ya
negatif negatif positif positif negatif positif positif positif positif negatif positif positif positif positif positif positif negatif positif positif negatif negatif negatif negatif positif negatif negatif positif
Hasil Elder Abuse (HS-EAST)
No. Item No. Nama 1 2 1. 1 0 0 2. 2 1 0 3. 3 1 0 4. 4 0 0 5. 5 1 1 6. 6 1 0 7. 7 0 1 8. 8 1 0 9. 9 0 1 10. 10 0 0 11. 11 0 1 12. 12 0 1 13. 13 0 0 14. 14 1 1 15. 15 0 1 16. 16 0 1 17. 17 0 1 18. 18 0 0 19. 19 1 0 20. 20 0 0 21. 21 0 0 22. 22 1 0 23. 23 0 1 24. 24 0 1 25. 25 0 1 26. 26 1 0 27. 27 0 0 28. 28 0 0 29. 29 0 0 30. 30 0 0 31. 31 0 0 32. 32 0 1 33. 33 0 0 34. 34 1 0 35. 35 0 1 36. 36 1 0 37. 37 0 1 38. 38 0 0
3 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0
4 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
9 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
14 Total Interpretasi 0 2 negatif 0 2 negatif 1 5 positif 1 2 negatif 1 4 negatif 0 6 positif 0 2 negatif 0 4 positif 0 1 negatif 0 2 negatif 0 1 negatif 0 1 negatif 0 2 negatif 0 2 negatif 1 5 positif 0 2 negatif 0 1 negatif 1 6 positif 0 6 positif 0 2 negatif 0 1 negatif 0 5 positif 0 2 negatif 0 2 negatif 0 7 positif 0 5 positif 1 2 negatif 0 2 negatif 0 1 negatif 0 1 negatif 0 2 negatif 0 2 negatif 0 1 negatif 0 8 positif 0 2 negatif 0 6 positif 0 2 negatif 0 2 negatif
39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63.
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1
1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 3 1 8 6 3 7 1 9 7 5 4 6 3 2 8 5 1 1 1 1 5 2 1 3
positif positif negatif positif positif positif positif negatif positif positif positif positif positif positif negatif positif positif negatif negatif negatif negatif positif negatif negatif positif
Frekuensi Depresi (GDS)
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
No. Item 1 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0
3 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0
4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1
6 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1
7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0
9 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1
10 11 12 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0
13 14 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1
15 Total 0 4 0 6 0 7 0 5 1 8 0 6 0 1 0 4 0 0 0 1 0 2 1 4 0 5 0 0 0 5 0 1 0 0 1 7 1 8 0 5 0 1 0 8 0 4 0 2 0 8 0 11 0 8 1 11 0 1 0 1 0 3 1 5 1 8 1 12 0 6 0 9 1 9
GDS tidak ya ya ya ya ya tidak ya tidak tidak tidak tidak ya tidak ya tidak tidak ya ya ya tidak ya tidak tidak ya ya ya ya tidak tidak tidak ya ya ya ya ya ya
38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63.
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0
0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0
1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1
0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
1 7 6 1 12 5 5 5 4 7 11 8 5 6 10 4 6 8 5 5 5 5 5 3 3 5
tidak ya ya tidak ya ya ya ya tidak ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya ya ya ya tidak tidak ya
Lampiran 7 Hasil Frekuensi Responden 1.
Rentang Usia Responden
Frequency Valid
63.5
63.5
63.5
> 75
23
36.5
36.5
100.0
63
100. 0
100.0
Jenis Kelamin
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
l
12
19.0
19.0
19.0
p
51
81.0
81.0
100.0
Total
63
100.0
100.0
Status Perkawinan
Frequency Percent Valid cerai mati
4.
Cumulative Percent
40
Frequency
3.
Valid Percent
60-74 Total
2.
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
34
54.0
54.0
54.0
Menikah
29
46.0
46.0
100.0
Total
63
100.0
100.0
Status Pekerjaan
Frequency Percent Valid
Valid Percent Cumulative Percent
Bekerja
15
23.8
23.8
23.8
tidak bekerja
48
76.2
76.2
100.0
Total
63
100.0
100.0
5.
Status Tempat Tinggal
Frequency Percent Valid
6.
keluarga
59
93.7
93.7
93.7
sendiri
4
6.3
6.3
100.0
Total
63
100.0
100.0
Depresi
Frequency Valid
Tidak Ya Total
7.
Valid Percent Cumulative Percent
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
21
33. 3
33.3
33.3
42
66. 7
66.7
100.0
63
100 .0
100.0
Elder Abuse
Frequency Percent Valid
Valid Percent Cumulative Percent
Negativ e
36
57.1
57.1
57.1
Positif
27
42.9
42.9
100.0
Total
63
100.0
100.0
Lampiran 8 Hasil Analisis Bivariat 1.
Faktor Umur
Crosstab Count Umur 60-74 EA
>75
Total
negatif
32
4
36
Positif Total
8 40
19 23
27 63
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square 23.374 Continuity 20.887 Correctionb Likelihood Ratio 24.761 Fisher's Exact Test
Df a
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1(2-sided) (2-sided) sided)
1
.000
1
.000
1
.000 .00 0
.000
N of Valid Casesb 63 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,86. b. Computed only for a 2x2 table
2.
Faktor Jenis Kelamin
Crosstab Count Gender l
p
EA negatif
10
26
36
positif
2 12
25 51
27 63
Total
Total
Chi-Square Tests Value 4.152
Pearson Chi-Square b
df a
Asymp. Sig. (2-sided)
1
.042
Continuity Correction
2.936
1
.087
Likelihood Ratio
4.552
1
.033
Exact Sig. (2-sided)
.055
Fisher's Exact Test b
Exact Sig. (1-sided)
.040
63 N of Valid Cases a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,14. b. Computed only for a 2x2 table
3.
Faktor Status Perkawinan
Crosstab Count status perkawinan cerai mati EA Total
Menikah
Total
negatif
15
21
36
positif
19 34
8 29
27 63
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 5.117 1 b Continuity Correction 4.027 1 Likelihood Ratio 5.222 1 Fisher's Exact Test N of Valid Casesb 63 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 12,43. b. Computed only for a 2x2 table 4.
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1sided)
.024 .045 .022 .040
.022
5. The minimum expected count is
Faktor Status Pekerjaan
Crosstab Count status pekerjaan bekerja EA Total
tidak bekerja
Total
negatif
11
25
36
positif
4 15
23 48
27 63
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. Exact Sig. (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.107a 1 .147 b Continuity Correction 1.329 1 .249 Likelihood Ratio 2.190 1 .139 Fisher's Exact Test .232 .124 b N of Valid Cases 63 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,43. b. Computed only for a 2x2 table
5.
Status Tempat Tinggal
Crosstab Count Tinggal Dengan keluarga EA
Sendiri
Total
negatif
35
1
36
positif
24 59
3 4
27 63
Total
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.802a 1 Continuity Correctionb .673 1 Likelihood Ratio 1.819 1 Fisher's Exact Test N of Valid Casesb 63 a. 2 cells (50,0%) have expected count less count is 1,71. b. Computed only for a 2x2 table
6.
.179 .412 .177 .305
than 5. The minimum expected
Faktor Depresi
Crosstab Count GDS tidak EA Total
ya
.206
Total
negatif
21
15
36
positif
0 21
27 42
27 63
Chi-Square Tests Value
df a
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 23.625 1 .000 b Continuity Correction 21.073 1 .000 Likelihood Ratio 31.299 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000 b N of Valid Cases 63 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00. b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 9 Hasil Analisis Multivariat Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
3.899
1.232
10.014
1
.002
49.356
4.411
552.223
gender1(1) -.369
1.930
.036
1
.848
.692
.016
30.368
SK1(1)
-.075
1.075
.005
1
.944
.927
.113
7.625
SP1(1)
-.685
1.243
.304
1
.581
.504
.044
5.761
TD1(1)
1.559
1.416
1.213
1
.271
4.755
.297
76.211
GDS1(1)
22.447
7.694E3
.000
1
.998
5.603E9 .000
Constant
-4.401
1.687
6.807
1
.009
.012
Step 1a umur1(1)
a. Variable(s) entered on step 1: umur1, gender1, SK1, SP1, TD1, GDS1.
.