FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI LINGKUNGAN SDK RANA LOBA MANGGARAI TIMUR FLORES-NTT
THE FACTORS ASSOCIATED WITH HAND-WASHING BEHAVIOUR IN THE ENVIRONMENT RANA LOBA PRIMARY SCHOOL EAST MANGGARAI FLORES-NTT
OLEH: “MARIA DIAN INDRAYANI JAHANG1” “MM. MARYANTI2” “WILHELMUS HARY SUSILO3”
ARTIKEL ILMIAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN A STIK SINT CAROLUS, JAKARTA BULAN APRIL, TAHUN 2014 1 Mahasiswa
STIK Sint Carolus Tetap STIK Sint Carolus 3 Dosen Tidak Tetap STIK Sint Carolus 2 Dosen
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS PROGRAM S-1 KEPERAWATAN Laporan Penelitian Maret 2014 Maria Dian Indrayani Jahang
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Cuci Tangan Di Lingkungan SDK Rana Loba, Manggarai Timur-Flores 2013 xii+VII Bab, 65 Halaman, 9 Tabel, 7 Lampiran
Abstrak Cuci tangan merupakan perilaku sehat yang secara ilmiah sudah terbukti dapat mencegah penyakit seperti diare, ISPA, namun perilaku cuci tangan ini belum semua dilakukan siswa, padahal pada usia sekolah anak sangat rentan terkena penyakit. Di SDK Rana Loba sendiri Memang belum ada laporan siswa yang terkena penyakit diare, tetapi dari kurangnya pengetahuan, sikap serta fasilitas yang tidak memadai disekolah dapat memicu terjadinya berbagai penyakit yang menyerang siswa SDK Rana Loba didukung oleh program sekolah yang belum menggencarkan perilaku hidup sehat disekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku cuci tangan lingkungan SDK Rana Loba, Manggarai Timur–Flores 2013, diantaranya pengetahuan, sikap dan ketersediaan fasilitas berhubungan dengan perilaku cuci tangan. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Metode pengambilan data dengan cara random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 115 responden dengan menggunakan uji statistic Kendal’s Tau b. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Cuci Tangan dengan nilai PValue=0,763, sedangkan ada Hubungan antara Sikap dengan perilaku cuci tangan dengan nilai PValue=0,004 dan tidak ada Hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan perilaku cuci tangan dengan nilai PValue=0,373Sesuai hasil penelitian yang diperoleh Ada hubungan sikap dengan perilaku cuci tangan PValue=0,0004. Diharapkan siswa lebih meningkatkan sikap mereka terhadap perilaku cuci tangan dengan menjadikan orangtua dan guru sebagai role mode mereka dalam bersikap demi terciptanya hidup bersih dan sehat.
Kata kunci: pengetahuan, sikap, ketersedian fasilitas, perilaku cuci tangan Daftar Pustaka: 19 Buku, 9 Artikel (1991-2013)
SINT CAROLUS HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE BACHELOR OF NURSING PROGRAM The Report Research March 2014 Maria Dian Indrayani Jahang
The Factors Associated with Hand-Washing Behaviour in the Environment Rana Loba Primary School, East Manggarai-Flores 2013 xii+VI Chapters, 65 Pages, 9 Tables, 7 Attachment
Abstract Hand-washing is the healthy behaviours that are scientifically proven to prevent diseases such as diarrhea, respiratory, but hand washing behaviour is not all done, whereas students in school particularly vulnerable are exposed to the disease. In Rana Loba Primary school indeed there has been no reports of students being exposed to diarrheal disease, but from lack of knowledge, attitudes and inadequate facilities in schools can trigger the onset of various diseases that attack the students supported by Rana Loba primary school program that have not been sustained healthy living behaviours in schools. The purpose of this research is to know the factors associated with hand-washing behavior environment Rana Loba Primary School, East Manggarai-Flores 2013, including knowledge, attitude and behavior related to facility availability of hand washing. The method used is a quantitative research with cross sectional design research. Methods of data retrieval by means of random sampling with the number of samples as much as 115 respondents using the test statistic Kendal Tau b. As for the results of the study indicate that there is no relationship between Knowledge and Behaviour Hand-washing with a Pvalue= 0,763, while there is a relationship between Attitudes and Behaviour hand-washing with a Pvalue= 0,004 and there is no reliationship between the availability of the facility with hand-washing behavior by Pvalue=0,373. According to the research results obtained there a relationship attitude with hand-washing behavior Pvalue=0,004. The students is expected to further improve their attitude toward hand-washing behavior by making the parents and teachers of their role as mode of being for the creation of a clean and healthy life.
Keywords: knowledge, attitude, availability of facility, hand-washing behavior Bibliography: 19 books, Article 9 (1991-2013)
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 memberikan batasan kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (Soekidjo Notoatmojo, 2012). Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya atau pola gaya hidup sehat (healthy life style). (Soekidjo Notoatmodjo, 2012) Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta meminimalisasi kontaminasi silang. (Tietjen dkk, 2004) Tangan merupakan pembawa utama kuman penyakit, oleh karena itu sangat penting untuk diketahui dan diingat bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku sehat yang sangat efektif untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit menular seperti diare, ISPA dan Flu Burung. Diare merupakan penyakit "langganan" yang banyak terkena pada masyarakat terutama usia balita. (Tietjen dkk, 2004) Hasil pengamatan peneliti di SDK Rana Loba pendidikan kesehatannya belum dilakukan secara terorganisir baik itu di sekolah maupun tiap kelas belum berjalan dengan baik ditambah kuranngya pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tidak memadai. Melihat fenomena diatas, hasil pengamatan peneliti dapat menimbulkan berbagai penyakit salah satunya diare. Masalah Penelitian Di NTT, diare masuk dalam 10 penyakit terbanyak di tahun 2010 dimana diare ada diposisi 8 yang jumlah kasusnya sebanyak 1.812 dan di tahun 2011 masih masuk dalam 10 penyakit terbanyak dan menempati posisi 10. Di Manggarai Timur sendiri jumlah penderita diare sebanyak 6.114 pada tahun 2010 dan mengalami peningkatan jumlah penderita diare sebanyak 10.930 pada tahun 2011. (data dinas kesehatan Provinsi http://nttprov.go.id/2012/index.php/en/kemasyarakatan/kesehatan
Berdasarkan data diatas, diare menjadi ancaman bagi kehidupan di NTT khususnya Kabupaten Manggarai Timur. Memang belum ada laporan tentang adanya penderita diare dari siswa-siswi SDK Rana Loba, tetapi dengan kurangnya pengetahuan, sikap dan fasilitas tidak memadai dapat menyebabkan resiko tinggi menderita diare pada siswa-siswi SDK Rana Loba. Karena itu, yang menjadi pertanyaan peneliti adalah “Apa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku cuci tangan di lingkungan SDK Rana Loba, Manggarai Timur-Flores? Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku cuci tangan di
lingkungan SDK Rana Loba, Manggarai Timur-Flores 2. Tujuan Khusus a. Diketahui hubungan pengetahuan siswa-siswi dengan perilaku mencuci tangan di lingkungan SDK Rana Loba, Manggarai Timur. b. Diketahui hubungan sikap siswa-siswi dengan perilaku mencuci tangan di lingkungan SDK Rana Loba, Manggarai Timur. c. Diketahui ketersediaan fasilitas (sarana dan prasarana) pendukung dengan perilaku mencuci tangan di lingkungan SDK Rana Loba, Manggarai Timur. d. Diketahui perilaku mencuci tangan siswa-siswi SDK Rana Loba, Manggarai Timur.
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan uji korelasional deskriptif dan desain penelitian ini menggunakan potong lintang (cross sectional). Metode penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku cuci tangan di lingkungan SDK Rana Loba, Manggarai Timur-Flores. Salah satu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan survei. Survei merupakan suatu rancangan penelitian dengan
prevalensi, distribusi dan kusioner. Dalam survei adalah menyiapkan para responden dan data individu yang akan dikumpulkan serta kuisioner angket. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi sumber pada penelitian ini adalah murid-murid kelas IV, V, VI SDK Rana Loba di Manggarai Timur, dengan menggunakan teknik sampel frame yang dapat menggambarkan jumlah sampel yang akan diambil dari populasi sumber SDK Rana Loba, Manggarai Timur: Kelas 4 A, B =76 Kelas 5 A, B =76 Kelas 6 A, B =76
+
= 228 Siswa SD 2. Sampel penelitian Cara pengambilan sampel dengan melakukan stratifikasi populasi kedalam sub populasi atau strata yang mempunyai pembobotan (%) yang sama yaitu menggunakan teknik random sampling. Sampel ditentukan dengan perhitungan menggunakan G Power 3.1.3 Sejumlah 115 siswa. Pada saat dilakukan penelitian di SDK Rana Loba, peneliti mengambil sampel secara dari kelas A dan B secara acak
siswa-siswi
masing-masing kelas IV, V, VI, sehingga terkumpul 115 siswa sebagai sampel dalam penelitian tersebut. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDK Rana Loba Kelurahan Rana Loba, Kecamatan Borong, Manggarai Timur-NTT. Penelitian dilakukan pada hari Jumat tanggal 30 Agustus 2013 dimulai pukul 09.00-12.00 siang. Alat Pengumpul Data pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah alat ukur atau kuesioner yang karakteristik respondennya meliputi pengetahuan, sikap, perilaku dan sarana prasarana. Pada tanggal 12 Agustus 2013, dilakukan uji validitas pada 30 responden siswa kelas IV, V, VI, di SDI Tenda
Manggarai, tiap kelas di ambil 10 siswa untuk mengikuti uji kuisioner tersebut. Setelah selesai dilakukan uji validitas, jawaban kuisioner tersebut diolah sehingga didapatkan hasil dari 52 pertanyaan kuisioner yang diberikan 17 pertanyaan tidak valid dan 35 pertanyaan valid dengan nilai Cronbach’s Alpha 0.8 yang artinya nilai baik. Dari hasil pengelolahan data tersebut, 17 pertanyaan yang tidak valid tidak dipakai dalam kusioner untuk penelitian di SDK Rana Loba. Sedangkan 35 pertanyaan yang valid dipakai dalam penelitian dengan melakukan beberapa perbaikan pertanyaan pada kusioner tersebut. Analisis Data Teknik analisis data terbagi menjadi 2 tahap yaitu pengelolahan data dan Analisis data. 1. Pengelolahan data a. Editing Pemeriksaaan kembali jawaban responden pada kuisioner yang mencakup kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan, keseragaman ukuran, dan sebagainya sebelum diberikan kode.
b. Coding Pemberian kode angka dalam upaya mengklarifikasikan jawaban responden pada kuisioner tertutup atau semi tertutup menurut macamnya c. Data file Pembuatan program pengelolahan data komputer d. Entry data Yaitu proses memasukan data ke dalam kategori tertentu untuk dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan computer program SPSS. e. Cleaning Yaitu mengecek kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak, membuang data yang sudah dipakai dengan uji outlier dan missing value. 2. Analisis Data a. Analisis Univariat statistik deskriptif Variabel untuk mengetahui frekuensi dan presentase setiap variabel penelitian seperti usia, kelas serta faktor predisposisi yang didalamnya terdapat sikap dan
pengetahuan serta faktor pemungkin yang didalamnya terdapat sarana dan prasarana juga terdapat usia dan tingkat pendidikan. b. Analisis Bivariat Adalah analisis tabel silang dua variabel independent (faktor predisposisi dan faktor pemungkin) dengan variabel dependen ( perilaku cuci tangan pada anak). Pada analisis bivariat akan menggunakan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95% dengan 0,05 (jika pvalue <0,05 maka artinya ada hubungan bermakna antar variabel, jika pvalue >0,05 maka artinya tidak ada hubungan antara variabel. Uji statistik yang digunakan Kendall’s Tau b. Kendall’s Tau b adalah Menguji keeratan hubungan antara variabel X dan variabel Y, data yang digunakan tidak terdistribusi normal atau tidak diketahui distribusinya. Kendall’s Tau b digunakan untuk perhitungan data berskala ordinal.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan akan diurai tentang makna dari hasil penelitian kemudian dikembangkan dengan teori yang ada di bab II, selain itu juga diuraikan variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas sekolah tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku cuci tangan dilingkungan SDK Rana Loba, Manggarai TimurNTT. Hasil Univariat 1. Dari tabel Usia dapat diketahui responden yang terbanyak berusia <11 tahun yaitu sebanyak 76 responden (66,1%). Analisa peneliti pada tabel usia, responden <11 tahun lebih banyak dari usia 11 tahun disebabkan oleh jumlah responden yang didominasi oleh usia <11 tahun yang ikut dalam penelitian ini dibandingkan dengan usia 11 tahun. 2. Dari tabel tingkat pendidikan dapat diketahui responden yang terbanyak dari kelas VI yaitu sebesar 39 responden (33,9%) dan responden yang sama banyak berasal dari kelas IV dan V yaitu sebesar 76 responden (66,0%). Analisa peneliti pada tingkat pendidikan responden terbanyak dari kelas VI, alasanya karena pada penelitian ini kelas VI lebih banyak mengikuti penelitian dibanding kelas IV dan V yang jumlah responden sama banyak.
3. Dari tabel Pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang terbanyak sebesar 108 responden (93,9%) memiliki pengetahuan baik tentang cuci tangan, sedangkan hanya 7 responden (6,1 %) yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang cuci tangan. Analisa peneliti terkait hasil analisis univariat siswa yang memiliki pengetahuan baik disebabkan oleh siswa yang pernah mendapat pendidikan tentang cuci tangan baik dari televisi, poster kesehatan yang di tempel di mading sekolah maupun pendidikan kesehatan yang dari dinas terkait. 4. Dari tabel sikap dapat disimpulkan bahwa responden yang terbanyak sebesar 84 responden (73,0%) memiliki sikap buruk tentang cuci tangan, sedangkan 31 responden (27,0 %) yang memiliki sikap yang baik tentang cuci tangan. Analisa peneliti terkait hasil analisis univariat pada sikap siswa yang terbanyak memiliki sikap buruk disebakan oleh kebiasaan, budaya yang didapat siswa baik dirumah maupun sekolah ditambah lagi kurangnya sosialisasi tentang cuci tangan serta media yang menjelaskan tentang cuci tangan disekolah. 5. Dari tabel ketersediaan fasilitas dapat disimpulkan bahwa responden yang terbanyak sebesar 90 responden (78,3%) mengatakan fasilitas baik, sedangkan 25 responden (21,7 %) yang mengatakan fasilitas buruk. Analisa peneliti terkait hasil univariat ketersediaan fasilitas hasilnya yang mengatakan fasilitas baik disebabkan oleh ketersediaan fasilitas memang sudah ada dan lengkap yakni lap tangan, tempat cuci tangan yang memadai tiap kelasnya. 6. Dari tabel perilaku cuci tangan dapat disimpulkan bahwa responden yang terbanyak sebesar 103
responden (89,6%) memiliki perilaku buruk tentang cuci tangan,
sedangkan 12 responden (10,4 %) yang memiliki perilaku yang baik tentang cuci tangan. Analisa peneliti terkait hasil univariat perilaku cuci tangan disebakan oleh kebiasaan, budaya serta role model yang didapat anak baik dirumah maupun sekolah di tambah kurangnya pendidkan tentang cuci tangan serta fasilitas untuk cuci tangan. Hasil Bivariat a. Hubungan antara pengetahuan dengan Perilaku cuci tangan SDK Rana Loba, Kabupaten Manggarai Timur Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Cuci Tangan Di SDK Rana Loba, Manggarai Timur-NTT Agustus 2013
Perilaku Cuci Tangan
Total
No. Pengetahuan Buruk
P
Baik
Value
N
%
N
%
N
%
1.
Baik
97
89,8
11
10,2
108
2.
Buruk
6
85,7
1
14,3
7
100.0 0,763 100.0
TOTAL
103
89,6
12
10,4
115
100.0
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan hasil uji Kendal tau-b pada alpha (α) 0.05 diperoleh P Value 0.763 (>0.05) maka, secara statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku cuci tangan pada siswa-siswi SDK Rana Loba. Hasil uji analisis diatas tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut asumsi peneliti jika dikaitkan dengan teori oleh Notoadmojo 2012, alasan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku cuci tangan disebabkan oleh kebiasaan dan lingkungan sekitar anak baik itu dirumah maupun sekolah ditambah lagi dari pihak sekolah tidak menangani secara serius untuk menekankan para siswa betapa pentingnya cuci tangan bagi kesehatan. Hasil analisis tersebut diperkuat oleh penelitian terdahulu oleh Nur Alam Fajar (2011). b. Hubungan antara Sikap dengan perilaku cuci tangan SDK Rana Loba, Kabupaten Manggarai Timur. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Cuci Tangan Di SDK Rana Loba, Manggarai Timur-NTT Agustus 2013 Perilaku Cuci Tangan
Total
No. Sikap Buruk
P
Baik
Value
N
%
N
%
N
%
1.
Baik
22
71,0
9
29,0
31
2.
Buruk
81
96,4
3
3,6
84
100.0 0,004 100.0
TOTAL
103
89,6
12
10,4
115
100.0
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan hasil uji Kendal tau-b pada alpha (α) 0.05 diperoleh P Value 0.004 (<0.05) maka, secara statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Sikap dengan Perilaku cuci tangan siswa-siswi SDK Rana Loba, Kabupaten Manggarai Timur. Hasil uji analisis diatas sesuai dengan teori yang ada. Menurut asumsi peneliti, kesesuaian hasil uji analisis tersebut yaitu Sikap seseorang sangat berpengaruh pada perilaku seseorang dengan hasil Kendall’s Tau b Pvalue=0,004 yang artinya ada hubungan antara sikap dengan perilaku mencuci tangan alasannya sikap siswa-siswi disekolah itu sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang mereka dapat dari paparan media massa tentang cuci tangan seperti poster dari mading sekolah, pendidikan kesehatan cuci tangan di tambah lagi role model yang dipakai siswasiswi disekolah sehingga mendukung mereka untuk bersikap baik terhadap perilaku cuci tangan. Hasil analisis tersebut diperkuat oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nur Alam Fajar (2011). c. Hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan perilaku cuci tangan SDK Rana Loba, Kabupaten Manggarai Timur Hubungan antara Ketersediaan Fasilitas dengan Perilaku Cuci Tangan Di SDK Rana Loba, Manggarai Timur-NTT Agustus 2013 Perilaku Cuci Tangan No. Ketersediaan fasilitas
Buruk
Total
P
Baik
Value
N
%
N
%
N
%
1.
Baik
82
91,1
8
8,9
90
100.0
2.
Buruk
21
84.0
4
16.0
25
100.0
TOTAL
103
89,6
12
10,4
115
100.0
0,373
(Sumber : Data primer yang sudah diolah) Berdasarkan hasil uji Kendal tau-b pada alpha (α) 0.05 diperoleh P Value 0.373 (>0.05) maka, secara statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan fasilitas dengan perilaku cuci tangan pada siswa-siswi SDK Rana Loba, Kelurahan Rana Loba, Kabupaten Manggarai Timur.
Hasil uji analisis diatas tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut asumsi peneliti, kesesuaian hasil uji analisis tersebut yaitu dengan adanya fasilitas sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Hasil Kendall’s Tau b menunjukkan Pvalue=0,373 yang artinya tidak ada hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan perilaku mencuci tangan. Tidak hubungan antara fasilitas dengan perilaku juga bisa disebabkan oleh budaya dan kebiasaan yang didapat anak baik itu dirumah maupun sekolah. Ada tidaknya fasilitas cuci tangan disekolah dapat mempengaruhi perilaku cuci tangan anak dimana kurangnya fasilitas untuk cuci tangan seperti air bersih disekolah tersebut sangat mempengaruhi perilaku anak disekolah untuk melakukan cuci tangan, dimana tiap kelas hanya tersedia kom cuci tangan, kain lap tangan, sabun tanpa adanya air bersih. Dari hasil pengamatan tersebut sangat mempengaruhi perilaku siswa-siswi saat mencuci tangan. Analisis diatas juga di dukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Luthfianti (2008). KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Peneliti telah melakukan penelitian berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku cuci tangan di lingkungan SDK Rana Loba. Peneliti melakukan penelitian pada siswa-siswi SDK Rana Loba, Kabupaten Manggarai Timur. Jumlah peserta yang ikut serta dalam penelitian dari kelas IV, V, VI, dengan jumlah 115 anak. Dengan hasil penelitian sebagai berikut: Hasil Univariat 1. Tabel Usia dapat diketahui responden yang terbanyak berusia < 11 tahun yaitu sebanyak 76 responden (66,1%) 2. Tabel Tingkat Pendidikan dapat diketahui responden yang terbanyak dari kelas VI yaitu sebesar 39 responden (33,9%) dan responden yang sama banyak berasal dari kelas IV dan V yaitu sebesar 76 responden (66,0%). 3. Tabel Pengetahuan dapat disimpulkan bahwa responden yang terbanyak sebesar 108
responden (93,9%) memiliki pengetahuan baik tentang cuci tangan,
sedangkan hanya 7 responden (6,1 %) yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang cuci tangan. 4. Tabel Sikap dapat disimpulkan bahwa responden yang terbanyak sebesar 84 responden (73,0%) memiliki sikap buruk tentang cuci tangan, sedangkan 31 responden (27,0 %) yang memiliki sikap yang baik tentang cuci tangan. 5. Tabel Ketersediaan Fasilitas dapat disimpulkan bahwa responden yang terbanyak sebesar 90 responden (78,3%) mengatakan fasilitas baik, sedangkan 25 responden (21,7 %) yang mengatakan fasilitas buruk. 6. Tabel Perilaku Mencuci Tangan dapat disimpulkan bahwa responden yang terbanyak sebesar 103 responden (89,6%) memiliki perilaku buruk tentang cuci tangan, sedangkan 12 responden (10,4 %) yang memiliki perilaku yang baik tentang cuci tangan. Hasil Bivariat 7. Tidak ada Hubungan antara pengetahuan dengan Perilaku cuci tangan di lingkungan SDK Rana Loba, Kabupaten Manggarai Timur. (P Value 0.763>0.05) 8. Ada Hubungan antara Sikap dengan perilaku cuci tangan di lingkungan SDK Rana Loba, Kabupaten Manggarai Timur. (P Value 0.004<0.05) 9. Tidak ada Hubungan antara pengetahuan dengan Perilaku cuci tangan dilingkungan SDK Rana Loba, Kabupaten Manggarai Timur. (P Value 0.373>0.05) 2. Saran 1. Petugas Kesehatan Puskesmas Petugas kesehatan dapat menentukan jadwal untuk berkunjung ke SDK Rana Loba, Kabupaten Manggarai Timur dalam memberikan pendidikan kesehatan khususnya tentang pentingnya Cuci Tangan di lingkungan sekolah agar dapat meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses
kegiatan belajar mengajar di SDK Rana Loba, Kabupaten Manggarai Timur kaitan dengan pentingnya cuci tangan 2. Bagi Sekolah Disarankan buat kepala sekolah dan kerja sama dengan guru-guru lain agar dapat meningkatkan sikap peserta didik yaitu dengan menjadikan guru sebagai role mode bagi siswa-siswi dalam bersikap untuk meningkatkan perilaku cuci tangan disekolah serta menyediakan pendidikan kesehatan secara terprogram dan kontinyu serta upaya evaluasi dan monitoring secara berkala dalam setiap program kegiatan pembinaan lingkungan sekolah sehat khususnya pengetahuan cuci tangan serta penyediaan fasilitas sumber informasi baik dari buku, majalah, poster serta fasilitas air bersih dan tempat cuci tangan tiap kelas serta mengaktifkan kembali fungsi UKS untuk menunjang kesehatan setiap para siswa di SDK Rana Loba Manggarai Timur. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Di perlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain yang belum diteliti yang mungkin dapat berhubungan dengan tentang Cuci Tangan pada anak SD. Diharapkan juga kepada peneliti selanjutnya, untuk mencari lokasi penelitian yang jumlah populasi siswa SD yang lebih banyak guna memperoleh penelitian terkait lebih banyak lagi. 4. Bagi Masyarakat Menerapkan perilaku yang sehat seperti mengajarkan anak cuci tangan sebelum dan sesudah makan, mencuci tangan setelah BAB dan tidak jajan sembarangan. Hal ini dilakukan pada anak sejak dini sebagai upaya pencegahan penyakit dan sebagai orang tua memiliki tugas untuk wajib memberikan informasiinformasi tentang kesehatan kepada anaknya sehingga perilaku hidup sehat dapat terwujud secara nyata.
DAFTAR PUSTAKA Berman, Audrey & Kozier, Barbara., (2009). Buku Ajar Praktik Klinis Kozier Erb. Jakarta: EGC Bunga. L. Asnet., & Tarigan. Emil., (2011). Panduan Riset Keperawatan Program S1 Keperawatan. Jakarta: tidak dipublikasikan Centers for Disease Control and Prevention. (2012). Hand Hygiene Basics http://www.cdc.gov/handhygiene/Basics.html diunduh 10 mei 2013 Dariyo, A., (2OO8). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo Entjang, I., (1991) Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti. Dharmadi., (2009). Infeksi Nosokomial. Jakarta: Salemba Medika Effendy, Nasrul., (1997). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Elizabeth B. Hurlock., (1994). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi 5). Jakarta: Erlangga Ghozali, Imam., (2006). Statistik Non-Parametrik (Teori dan Aplikasi dengan Program SPSS). Jakarta: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Hary, Willhelmus., Aima, Havidz. (2013). Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian. Jakarta: In Media Irwansyah., (2006). Pendidikan Jasmani. Jakarta: Grafindo Media Pratama Irwanto., (2002). Psikologi umum. Jakarta: PT Prenhallindo Mubarak., (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekidjo., (2003). Promosi kesehatan; Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo., (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo., (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo., (2012). Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nuryanti, Lusi., (2008). Psikologi Anak. Jakarta: Indeks Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. (2011). Biasakan cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu kritis. http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-newsslider/1694biasakan-cuci-tangan-pakai-sabun-pada-5-waktu-kritis.html diunduh tanggal 5 mei 2013 Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan RI. (2012). Cuci tangan pakai sabun (CTPS), perilaku sederhana yang Berdampak Luar Biasa Sanitasi Penting Karena Turut Menyelamatkan Jiwa. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2086-cuci-tangan-pakaisabun-ctps-perilaku-sederhana-yang-berdampak-luar-biasa-sanitasi-penting-karenaturut-menyelamatkan-jiwa.html diunduh 5 mei 2013 Sardikin., Muniarti, & Firmansyah, Imam. (2013). Modul Pelatihan Pencegahan Infeksi. Jakarta: RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI PROF. DR. SULIANTI SAROSO Sofa, H., Pendekatan Konsep Ilmu, Teknologi dan Masyarakat dalam Pembelajaran IPS di SD. 2008 Feb 2007, diakses dari http://massofa.wordpress.com/2008/02/07 Widayatun, T. R., (1999). Ilmu Prilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto http://www.jurnas.com/halaman/11/2012-10-16/224250 diunduh 27 Juli 2013
http://www.oopkids.com/clean_hands.html diunduh 28 juli 2013 http://nttprov.go.id/2012/index.php/en/kemasyarakatan/kesehatan diunduh tanggal 28 juli 2013 http://www.beritajakarta.com/m/home/read/52313/detail
diunduh tanggal 28 juli
2013 http://ntt.bps.go.id/index.php/geografi-dan-iklim/29-data/kesehatan/125-jumlahkasus-hiv-aids-ims-dbd-diare-tb-dan-malaria-menurut-kabupaten-kota-2011 diunduh tanggal 28 juli 2013