FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN LENSA KONTAK PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN
Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
KHAERUNNISA NIM : 108104000011
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H /2012 M
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN LENSA KONTAK PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH: KHAERUNNISA
108104000011
Pembimbing I
Pembimbing II
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB
NIA DAMIATI, S.Kp, MSN
NIP: 197311062005012003
NIP: 197901142005012007
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M
i
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, 09 Oktober 2012 Penguji I
Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep. NIP. 19700122 20080102 05
Penguji II
Nia Damiati, S.Kp, MSN NIP. 197901142005012007
Penguji III
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB NIP. 19731106 2005 01 2003
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, 09 Oktober 2012
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Oktober 2012
Khaerunnisa
iv
RIWAYAT HIDUP Nama
: Khaerunnisa
Tempat, Tgl. Lahir
: Tangerang, 02 Juli 1991
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl.H.Mean I/Jl.Garuda 1 Komp.Perumahan Karang Timur RT.003 RW 03 No.34 Ciledug Tangerang 15157
No. Telp/HP
: 081298485340
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1996
– 2002
: SDI Ar-Rahman, Karang Tengah CiledugTangerang
2002
– 2005
: SMP Yadika 3 Ciledug
2005
– 2008
: SMAN 101 Jakarta Barat
2008 – sekarang
: S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
:
2007-2008
: Anggota KIR (Karya Ilmiah Remaja) SMAN 101 Jakarta Barat
2007-2008
: Anggota ABNONKU Jakarta Barat
2010 – 2011
: Anggota Departemen Keilmuwan Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Ilmu Keperawatan UIN
v
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Oktober 2012 Khaerunnisa, NIM : 108104000011 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Lensa Kontak Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan xvi + 93 halaman + 12 tabel + 2 bagan + 3 lampiran ABSTRAK Lensa kontak merupakan benda pengganti kacamata yang berfungsi untuk mengoreksi kelainan refraksi mata. Saat ini, banyak orang yang beralih dari menggunakan kacamata ke lensa kontak. Tahun 2004, tercatat 128 juta orang yang menggunakan lensa kontak di seluruh dunia dan ini akan meningkat setiap dekadenya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional study dan pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan besar sampel sebanyak 63 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2012 dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan SPSS. Uji bivariat dengan menggunakan Chi-Square dan Correlation Spearman pada α = 0,05. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekonomi (pendapatan) (Pvalue=0,721), pengetahuan (Pvalue=0,133), dan lingkungan sosial (Pvalue=1), tidak berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan. Namun, untuk motivasi (alasan mengikuti Tren) (Pvalue=0,021) berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan . Peneliti menyarankan untuk melanjutkan variabel lain untuk diteliti seperti variabel terjadinya gangguan kesehatan mata akibat penggunaan lensa kontak.
Kata kunci Daftar Bacaan
: Lensa Kontak, Ekonomi (pendapatan), Pengetahuan, Lingkungan Sosial, Motivasi. : 41 (1995 - 2012)
vi
NURSING SCIENCE STUDY FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Under graduated thesis, Oktober 2012 Khaerunnisa, NIM: 108104000011 Factors Associated With Contact Lens Use In Patients With Impaired Vision xvi + 93 pages + 12 table + 2 chart + 3 attachments ABSTRACT Contact lenses are objects that replacement eyeglasses to correct refractive eye disorders. Today, many people are switching from glasses to contact lenses use. In 2004, there were 128 million people use contact lenses worldwide and will increase each decade. This study aims to determine what factors are associated with the use of contact lenses in patients with visual impairment. This is a descriptive methods study with cross sectional study and sampling using accidental sampling with a large sample of 63 people. The research was conducted in July-August 2012 and the data was collected using a questionnaire. Data were analyzed using univariate and bivariate SPSS. Bivariate test using Chi-Square and Spearman Correlation at α = 0.05. The results of this study showed that economic (income) (pvalue = 0.721), knowledge (pvalue = 0.133), and social environment (pvalue = 1) was not associated with the use of contact lenses in patients with visual impairment. Motivation variabel (tren factor) (pvalue = 0.021) associated with the use of contact lenses in patients with visual impairment. Researchers suggest to continue other variables be investigated as a variable occurrence of eye health problems due to the use of contact lenses.
Keywords Reading List
: Contact Lenses, Economics (income), Science, Social Environment, Motivation. : 41 (1995 - 2012)
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT yang Maha Segalanya dan selalu dekat dengan hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat dan rahmat-Nya hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam kejahiliyahan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Skripsi
dengan
judul
”Faktor-Faktor
yang
Berhubungan
Dengan
Penggunaan Lensa Kontak Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan Mata” disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, petunjuk, bimbingan, motivasi, dan semangat. Untuk itu penulis merasa pantas berterima kasih kepada : 1.
Prof. DR. (hc). dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp.And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dra. Farida Hamid, M.Pd, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
3.
Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) sekaligus sebagai Penasihat Akademik, dan Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep, Sp.KMB, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Nia Damiati, S.Kp, MSN, selaku Dosen Pembimbing II, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, dan banyak memberikan masukan, nasihat, serta arahan kepada penulis selama menyusun skripsi. Thanks for everything bu, semoga Allah membalas kebaikan dan budi muliamu.
5.
Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang sangat berguna, selama penulis mengikuti perkuliahan.
6.
Segenap jajaran staff Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Kedua orang tuaku, Mama dan Papa yang aku sayangi, spirit of my life, yang selalu mendo‟akan dan memberikan dukungan baik moril, materiil maupun spiritual yang tak terhingga, serta nasihat kepada penulis untuk selalu semangat menggapai cita-cita, dan selalu menjadi sumber inspirasi dan kekuatan.
ix
8.
Segenap optik-optik Kota Tangerang Selatan Kecamatan Ciputat Timur yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Pamulang.
9.
Segenap responden optik-optik Kecamatan Ciputat Timur yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
10. Seluruh saudaraku „Mohammad Anwar Sadat & Anna Raihana‟ yang senantiasa mendo‟akan. Terima kasih atas segala dukungan yang selalu ada dalam setiap fase hidup dan pendidikanku. I love you all. 11. Seseorang yang selalu ada disaat-saat tersulit dalam fase kehidupanku „Agung‟. Terima kasih untuk semua kesabaran, kasih sayang, perhatian, dan semangat yang tak terhingga selama penulis menyusun skripsi ini. 12. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang sama-sama merasakan suka dan duka semasa kuliah, terima kasih atas semua kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini. Tetap Semangat Untuk Meraih Masa Depan yang Lebih Baik.
Akhir kata, dengan segala keterbatasan yang ada dan kerendahan hati, penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempuranaan. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca lain.
Jakarta, Oktober 2012
Khaerunnisa
x
DAFTAR ISI halaman JUDUL PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v ABSTRAK .................................................................................................................. vi ABSTRACT ................................................................................................................ vii KATA PENGANTAR ................................................................................................ viii DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv DAFTAR BAGAN ...................................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvii DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 6 C. Pertanyaan Penelitian ....................................................................................... 7 D. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7 1. Tujuan Umum ............................................................................................. 7 2. Tujuan Khusus ............................................................................................ 7 E. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8 1. Bagi Peneliti ................................................................................................ 8 2. Bagi Tenaga Kesehatan Keperawatan ......................................................... 8
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 9 A. Perilaku ............................................................................................................. 9 1. Pengertian Perilaku ...................................................................................... 9 2. Tiga Domain Perilaku ................................................................................. 10 B. Teori Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ......................... 15 1. Teori Lawrence Green.................................................................................. 18 2. Teori Snehandu B.Kar .................................................................................. 19 3. Teori WHO.................................................................................................. 19 4. Penelitian terkait .......................................................................................... 21 C. Lensa Kontak ..................................................................................................... 22 1. Definisi Lensa Kontak.................................................................................. 22 2. Indikasi dan Kontraindikasi Pengguna Lensa Kontak ................................. 22 3. Klasifikasi Lensa Kontak ............................................................................. 24 4. Teknik Penggunaan Lensa Kontak yang Aman ........................................... 27 5. Bentuk-bentuk Resiko Gangguan Kesehatan Mata Akibat Lensa Kontak .. 29 D. Gangguan Penglihatan dan Mata....................................................................... 38 1. Gangguan Kornea ........................................................................................ 38 a. Miopia ...................................................................................................... 38 b. Hipermetropia .......................................................................................... 42 c. Abrasi Kornea ......................................................................................... 42 E. Kerangka Teori ................................................................................................. 43
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL ....................................................................................................... 44 A Kerangka Konsep Penelitian .............................................................................. 44 B. Hipotesis ............................................................................................................ 44 C. Definisi Operasional .......................................................................................... 46
xii
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 50 A. Desain Penelitian ............................................................................................... 50 B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ........................................................... 50 1. Populasi ....................................................................................................... 50 2. Sampel .......................................................................................................... 50 3. Besar Sampel ................................................................................................ 51 C. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 53 D. Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 53 1. Instrumen Penelitian..................................................................................... 53 2. Uji Validitas dan Reabilitas ......................................................................... 55 3. Langkah-langkah Pengumpulan Data ......................................................... 57 E Pengolahan Data ................................................................................................. 58 1. Teknik Pengolahan Data .............................................................................. 58 2. Analisa Data ................................................................................................ 59 F. Etika Penelitian ................................................................................................. 60
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 63 A. Gambaran Tempat Penelitian ............................................................................ 63 B. Analisis Univariat ............................................................................................. 65 1. Gambaran Perilaku Penggunaan Lensa Kontak .......................................... 65 2. Gambaran Pengetahuan Responden ............................................................. 66 3. Gambaran Ekonomi (Pendapatan) Responden............................................. 66 4. Gambaran Motivasi Responden ................................................................... 67 5. Gambaran Pengaruh Sosial Responden ....................................................... 68 C. Analisis Bivariat ................................................................................................ 68 1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ......... 69 2. Hubungan Pengaruh Sosial dengan Perilaku Penggunaan lensa Kontak ..... 70 3. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ............... 71 4. Hubungan Ekonomi (Pendapatan) dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ......................................................................................................... 78
xiii
BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................................... 80 A. Analisis Univariat .............................................................................................. 80 1. Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ............................................................ 80 2. Pengetahuan ................................................................................................. 81 3. Pengaruh Sosial ............................................................................................ 82 4. Motivasi ....................................................................................................... 83 5. Ekonomi (Pendapatan) ................................................................................. 84 B. Analisis Bivariat ................................................................................................ 84 1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ......... 84 2. Hubungan Pengaruh Sosial dengan Perilaku Penggunaan lensa Kontak ..... 86 3. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ............... 87 4. Hubungan Ekonomi (Pendapatan) dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ......................................................................................................... 89 C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 90 1. Tinjauan Pustaka Penelitian ......................................................................... 90 2. Instrumen Penelitian..................................................................................... 90
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 91 A. Kesimpulan ...................................................................................................... 91 B. Saran ................................................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR TABEL
No Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian dari Masing-masing Jenis Lensa Kontak ............ 25 Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................... 46 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Agama, Usia dan Pekerjaan Responden .................... 64 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Lensa Kontak .......................... 65 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penggunaan Lensa Kontak .................. 66 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Ekonomi (Pendapatan) Penggunaan Lensa Kontak .. 66 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Penggunaan Lensa Kontak ......................... 67 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengaruh Sosial Penggunaan Lensa Kontak ............. 68 Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ........ 69 Tabel 5.8 Hubungan Pengaruh Sosial dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak .. 71 Tabel 5.9 Hubungan Motivasi dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak .............. 72 Tabel 6.5 Hubungan Ekonomi (Pendapatan) dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak ....................................................................................................... 78
xv
DAFTAR BAGAN
No Bagan
Halaman
Bagan 2.1 Faktor-faktor yang Berhubugan dengan Penggunaan Lensa kontak pada Pasien dengan gangguan Pengelihatan Adaptasi dari Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010), Brunner &Suddarth (2001) .................. 43 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 44
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Informed Consent Lampiran 2 : Lembar Kuesioner Lampiran 3 : Lembar Hasil Pengolahan Data-Data Penelitian
xvii
DAFTAR SINGKATAN
1. 2. 3. 4.
UMR OR CI WHO
: Upah Minimum Regional : Odds Ratio : Confidence Interval : World Health Organization
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Mata adalah organ penglihatan yang tidak sama seperti organ tubuh manusia pada umumnya karena secara anatomis mata memiliki struktur yang sangat khusus dan kompleks, berperan dalam penerimaan dan pengiriman data ke korteks serebral (Brunner & Suddarth, 2001). Mata adalah jendela hati, jadi dari mata kita dapat melihat dan menikmati berbagai pemandangan di sekitar kita. Namun seiring berjalannya waktu, kemampuan mata pun dapat menurun dan akhirnya timbul berbagai keluhan pada mata. Mata dapat mengalami berbagai kondisi yang diantaranya dapat bersifat primer maupun sekunder sebagai akibat dari kelainan pada sistem organ tubuh lainnya. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah sedangkan yang lainnya bila dapat terdeteksi lebih awal maka dapat dikontrol dan penglihatan masih dapat dipertahankan (Brunner & Suddarth, 2001). Kelainan mata yang umum dijumpai adalah kelainan pembiasan/refraksi (ametropia) yang dapat ditemukan dalam bentukbentuk kelainan seperti rabun dekat (hipermetropi), rabun jauh (miopia), dan astigmatisme (Ilyas, 2004). Kelainan pada mata dapat diatasi, seperti kelainan miopi dapat menggunakan kaca mata. Namun, Keberadaan lensa kontak untuk
1
membantu penglihatan serta operasi lasik pun mulai menjadi alternatif bagi pengguna kacamata. Pada saat
ini penggunaan
lensa kontak sangat digemari
masyarakat dari berbagai kalangan, usia, latar belakang pekerjaan maupun pendidikan. Perkembangan ini ditunjang gaya hidup kita, sebagai konsumen, yang semakin dinamis menuntut alat bantu penglihatan di samping kacamata. Namun, lensa kontak paling digemari oleh kalangan wanita karena selain bisa menggantikan fungsi kaca mata lensa kontak juga mampu mempercantik penampilan karena warnawarnanya yang cerah membuat mata tampak lebih indah (American Academy of Ophthalmology, 2002-2003). Diperkirakan saat ini terdapat 125 juta orang pengguna lensa kontak yang tersebar di seluruh dunia (Griggs, 2009). Jumlah pengguna lensa kontak di USA 28 juta dan 17 juta di UK (Bausch & Lomb, 1994). Jumlah pengguna lensa kontak juga tersebar di Amerika Utara (36 juta) kemudian Asia (24 juta) termasuk Jepang (14 juta), dan Eropa (20 juta) (Artini, 2010). Saat ini di Indonesia, pengguna lensa kontak mengalami pertumbuhan lebih dari 15 persen per tahun-nya (Artini, 2010). Di lihat dari faktor usia dan jenis kelamin dapat disimpulkan bahwa wanita lebih banyak menggunakan lensa kontak dibandingkan pria. Berdasarkan Contact Lens Council (2004)
64% wanita
menggunakan lensa kontak jenis lensa lunak dan 70% wanita menggunakan lensa kontak jenis lensa rigid/kaku. Sedangkan pria 36%
2
menggunakan lensa kontak jenis lensa lunak dan 30% menggunakan lensa kontak jenis lensa rigid/kaku. Menurut dr. Noor Syamsu usia >40 tahun tidak disarankan lagi untuk menggunakan lensa kontak dikarenakan daya tahan tubuh yang semakin menurun. Menurut Quraisy (2009) beberapa orang yang menggunakan lensa kontak adalah untuk alasan estetika. Mereka merasa lebih baik menggunakan lensa kontak dibandingkan dengan kacamata. Selain itu, lensa kontak menjadi pilihan karena mempertimbangkan sisi praktisnya. Mereka tidak bisa bermain olahraga tertentu dengan kaca mata. Adapun seseorang yang terpaksa untuk menggunakan lensa kontak untuk alasan terapeutik (Amirah, 2010). Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi seperti pengetahuan, ekonomi (pendapatan), hubungan sosial (lingkungan, sosial, budaya) dan motivasi, faktor pemungkin seperti sarana atau fasilitas kesehatan dan faktor penguat seperti sikap dan
perilaku
petugas
kesehatan.
Faktor-faktor
tersebut
harus
diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh dapat mempengaruhi perilaku kesehatan dalam hal ini penggunaan lensa kontak. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Winda (2010) di fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki pengguna lensa kontak sangat penting sebagai prevensi untuk tidak terjadinya komplikasi akibat penggunaan lensa kontak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Winda (2010)
3
bahwasanya pengetahuan responden tentang dasar penggunaan lensa kontak pada tingkat pemahaman sedang. Para pengguna lensa kontak memiliki alasan meraka masingmasing untuk menggunakan lensa kontak seperti untuk koreksi mata atau memperindah penampilan (American Academy of Ophthalmology, 2002-2003). Jika dilihat dari faktor sosial, pengguna lensa kontak yang sedang tren sekarang ini secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang untuk ikut menggunkan lensa kontak walaupun hanya berfungsi sebagai kosmetik saja. Situasi ekonomi (pendapatan) akan mempengaruhi seseorang untuk menggunakan lensa kontak. Selain itu, Faktor pekerjaan juga mempengaruhi seseorang untuk menggunakan lensa kontak. Hal ini didasarkan atas kebutuhan mereka akan lensa kontak seperti olahragawan yang tidak bisa menggunakan kaca mata (Kharuna, 2007). Motivasi
juga
merupakan
salah
satu
faktor
seseorang
menggunakan lensa kontak. Menurut Terry G (1986) motivasi adalah keinginan
yang
mendorongnya
terdapat untuk
pada
melakukan
diri
seseorang
individu
perbuatan-perbuatan,
yang
tindakan,
tingkah laku atau perilaku (Notoatmodjo, 2010). Lensa kontak yang digunakan dengan tepat sesuai dengan prosedur yang berlaku dapat membawa dampak positif bagi penggunanya, salah satunya adalah lensa kontak memungkinkan penggunanya memperoleh beberapa keuntungan diantaranya lapang penglihatan yang jauh lebih
4
baik, terhindar dari kaca mata yang cenderung mengganggu aktivitas dan lensa tidak berpengaruh pada perubahan suhu (Ilyas, 2004). Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak memiliki kelebihan lain, seperti warna dan corak yang lebih bervariasi serta penggunaannya yang tidak terpengaruh oleh perubahan suhu sehingga dapat digunakan dimanapun dan kapanpun. Musim panas yang kering ataupun musim hujan
yang
kenyamanan
berembun seseorang
tidak saat
mempengaruhi menggunakan
penampilan
lensa
kontak.
dan Jika
dibandingkan dengan kacamata maka akan berkabut bila terjadi perubahan suhu (Ilyas, 2004). Menurut Ibrahim (2007) kehadiran lensa kontak memang banyak membantu mereka yang kurang nyaman dengan kaca mata tapi belum banyak yang tahu ternyata hal tersebut dapat memicu rusaknya kornea mata seperti keratitis. Penggunaan lensa kontak adalah salah satu penyebab keratitis yang tertinggi di seluruh dunia terutama pada negara maju. Keratitis bisa disebabkan bakteri, parasit, jamur, trauma dan lainlain. Penggunaan
lensa kontak dapat
mengakibatkan keratitis
Acanthamoeba, angka kejadiannya sebanyak 95% kasus yang telah dilaporkan. Sebelum munculnya populasi yang menggunakan lensa, keratitis Acanthamoeba sangat jarang. Pada tahun 2000, diperkirakan jumlah pengguna lensa kontak adalah sebanyak 80 milyar (Amirah, 2010). Menurut Verhelst (2006) dalam Ibrahim (2007) studi selama 7 tahun di Belgia berlangsung dari tahun 1997 sehingga 2003
5
menunjukkan peningkatan jumah pasien yang dirawat di rumah sakit akibat ulser kornea terkait dengan penggunaan lensa kontak (Amirah, 2010). Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya, terlihat setiap minggunya memang selalu ada pasien yang masuk dikarenakan keluhan atas penggunaan lensa kontak, di perkirakan setiap pasien yang masuk dikarenakan hal tersebut sebanyak 20-30 orang bahkan bisa lebih setiap minggunya (Fadilawati, 2011). Dari uraian beberapa faktor tersebut menggugah ketertarikan peneliti untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak yang marak sekarang ini di kalangan masyarakat. Sebagai mahasiswa fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan, sudah sewajarnya mampu memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat yang belum mengerti makna dari penggunaan lensa kontak seperti indikasi, kontraindikasi, cara perawatan dan hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan lensa kontak sehingga lensa kontak digunakan dengan alasan yang tepat sehingga mampu mencegah terjadinya resiko gangguan kesehatan mata seperti keratitis.
B. Rumusan Masalah Kita ketahui bersama penggunaan lensa kontak sedang marak di jaman modern sekarang ini. Berdasarkan pengamatan peneliti penggunaan lensa kontak digunakan karena berbagai tujuan diantaranya untuk kebutuhan urgent seperti koreksi mata dan ada pula hanya untuk aksesoris saja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang
6
berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, rumusan masalahnya adalah “faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan.”
C. Pertanyaan Penelitian Melihat rumusan permasalahan diatas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah: 1. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan lensa kontak? 2. Apakah ada hubungan antara pengaruh sosial (lingkungan teman dan lingkungan keluarga) dengan penggunaan lensa kontak? 3. Apakah
ada
hubungan
antara
ekonomi
(pendapatan)
dengan
penggunaan lensa kontak? 4. Apakah ada hubungan antara motivasi dengan penggunaan lensa kontak?
D. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan. 2. Tujuan Khusus Mengidentifikasi
faktor-fakor
yang
berhubungan
dengan
penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan:
7
a. Hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan lensa kontak b. Hubungan antara pengaruh sosial (lingkungan teman dan lingkungan keluarga) dengan penggunaan lensa kontak c. Hubungan antara ekonomi (pedapatan) dengan penggunaan lensa kontak d. Hubungan antara motivasi dengan penggunaan lensa kontak
E. Manfaat penelitian 1) Bagi Peneliti Peneliti mendapatkan pengalaman dalam proses belajar- mengajar khususnya dalam bidang metodologi penelitian dan memambah wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan, salah satu faktornya yaitu tingkat pengetahuan, dimana sangat penting untuk perawatan lensa kontak agar terhindar dari resiko gangguan kesehatan mata. 2) Bagi Tenaga Kesehatan Keperawatan Untuk memperkaya kajian-kajian dalam ilmu kesehatan khusunya bidang oftalmologi, khusunya bagi profesi keperawatan agar dapat mengembangkan teori-teori yang telah ada. Selain itu, bisa digunakan untuk memberikan dasar pertimbangan kepada tenaga kesehatan dalam pemberian pelayanan.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Margono (1988, dalam Aselmahumka,2009) mengemukakan bahwa perilaku terdiri dari tiga domain yang meliputi: domain perilaku pengetahuan (knowing behavior), domain perilaku sikap (feeling behavior), dan domain perilaku keterampilan (doing behavior). Sedangkan (Green 1984, dalam Notoatmodjo, 2003) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Robbins (1993, dalam Denovoidea, 2009) mengemukakan bahwa perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan, yaitu perilaku pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh indivdu yang bersangkutan. Freud adalah orang pertama yang memahami
pentingnya
motivasi
dibawah
sadar
(subconscious
motivation). Freud beranggapan bahwa manusia tidak selalu menyadari tentang segala sesuatu yang diinginkan mereka hingga sebagian besar perilaku mereka dipenuhi oleh kebutuhan-kebutuhan dibawah sadar. Maka oleh karenanya, sering kali hanya sebagian kecil dari motivasi jelas terlihat atau disadari oleh orang yang bersangkutan. Selanjutnya menurut Notoatmodjo (2003) perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:
9
a. Faktor-faktor predisposisi, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2. Tiga Domain Perilaku a. Pengetahuan 1) Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi melalui panca indera seseorang (penginderaan) terhadap suatu obyek tertentu,
yaitu
melalui
indera
penglihatan,
pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Oleh karena itu pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). 2) Tingkat Pengetahuan Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yakni:
10
a) Tahu (know) Diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Seperti mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b) Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c) Menerapkan (application) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. d) Analysis (analisis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. e) Sintesa (synthesis) Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyususn formulasi-formulasi yang ada.
11
f) Evaluasi (evaluation) Evaluasi
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. 3) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a) Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. b) Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. c) Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. d) Fasilitas Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan
seseorang,
televise, majalah, koran, dan buku.
12
misalnya
radio,
e) Penghasilan Penghasilan
tidak
berpengaruh
langsung
terhadap
pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. f) Sosial Budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. 4) Pengukuran Pengetahuan Pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain diatas.
b. Sikap 1) Pengertian Sikap Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek, atau issue (Petty & Cocopio, 1986, dalam Azwar 2000, dalam Creasoft 2008). 2) Komponen Sikap Menurut Azwar (2000) sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:
13
a) Komponen kognitif b) Komponen afektif c) Komponen konatif 3) Tingkatan Sikap a) Menerima b) Merespon (responding) c) Menghargai (valuing) d) Bertanggung jawab (responsible)
c. Praktek/Tindakan Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior), hal ini diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang
memungkinkan
terwujudnya
suatu
tindakan,
diantaranya adalah faktor dukungan dari pihak lain. Beberapa tingkatan dalam praktek antara lain: 1. Persepsi (perception), merupakan praktek pada tingkat pertama. Pada tingkat ini individu mampu mengenal dan memilih berbagai objek terkait dengan tindakan yang akan diambil. 2. Respon terpimpin (guide response), indikator pada tingkat ini adalah individu mampu melakukan sesuatu dengan urutan yang benar. 3. Mekanisme (mechanism), pada tingkat ini individu sudah menjadikan suatu tindakan yang benar menjadi suatu kebiasaan.
14
4. Adopsi (adoption), individu sudah mampu memodifikasi suatu tindakan tanpa mengurangi nilai kebenaran dari tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh individu sebelumnya, dan secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan individu tersebut (Notoatmodjo, 2003)
B. Teori Mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Dalam
proses
pembentukan
dan
perubahannya,
perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor yang berasal dari dalam dan faktor dari luar individu itu sendiri (faktor internal dan faktor eksternal) (Notoatmodjo, 1997). Faktor intern mencakup:pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar, sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam diri seseorang dapat diketahui melalui: a. Persepsi, yaitu pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda walupun mengamati objek yang sama. b. Motivasi, yaitu suatu dorongan untuk bertindak suatu tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku.
15
c. Emosi, aspek psikologi yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, pada hakikatnya merupakan faktor bawaan (keturunan). Perilaku terjadi diawali dengan adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor diluar orang tersebut (lingkungan) baik fisik maupun nonfisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini, dan sebagainya sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh petanyaan b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh pertanyaan
16
Pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang dengan pendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mugkin akan mereka peroleh dari menggunakan lensa kontak. Pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan baik kebutuhan primer, sekunder ataupun tersier. Semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah tercukupi kebutuhan sekunnder atau tersiernya dibanding dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pada keluarga. Pada hubungan sosial (lingkungan, sosial, budaya), manusia adalah makhluk sosial dimana kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Keluarga dan lingkungan teman sekitar yang berinteraksi secara langsung akan lebih besar terpapar informasi. Sehingga lingkungan sekitar mempengaruhi untuk menggunakan lensa kontak. Selanjutnya, motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi menurut penyebabnya dibagi menjadi motivasi instrinsik (tanpa adanya rangsangan dari luar) dan motivasi ekstrinsik (adanya rangsangan dari luar).
17
1. Teori Lawrence Green (1980) Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. a. Faktor predisposisi (predisposing factors) Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. b. Faktor pemungkin (enabling factors) Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor pemungkin terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas
atau sarana-saran kesehatan.
Fasilitas
fisik
seperti
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). c. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Faktor penguat ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan
kelompok
referensi
dari
perilaku
masyarakat
(Notoatmodjo, 2010). Karenanya, petugas kesehatan harus memiliki
18
sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Selain itu perilaku tokoh masyarakat juga dapat menjadi panutan orang lain untuk berperilaku sehat.
2. Teori Snehandu B.Kar (1980) Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitilk tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari (Notoatmodjo, 2010): a. Adanya niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar dirinya (behavior intention). b. Adanya dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support). c. Adanya atau tidak adanya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang (accesebility of information). d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy). e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
3. Teori WHO (1984) WHO
menganalisis
bahwa
yang
menyebabkan
seseorang
berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok : a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
19
1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. 2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. 3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. b. Tokoh penting sebagai panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakana atau perbuat cenderung untuk dicontoh. c. Sumber-sumber daya (resource), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. d. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumbersumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu
20
berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradaban umat manusia (Notoatmodjo, 2010).
4. Penelitian Terkait Peneliti menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. a. Penelitian yang dilakukan oleh Finera Winda tahun 2010 berjudul “Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak Terhadap Dampak Negatif Penggunaannya Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2007-2009”. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU
pengguna
lensa
kontak
terhadap
dampak
negatif
penggunaannya berada pada kategori sedang. b. Penelitian yang dilakukan oleh Fatin Amirah Kamaruddin tahun 2010 berjudul “Gambaran Penggunaan Lensa Kontak Pada Mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
USU
dan
Kemungkinan
Terjadinya Keratitis”. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar yaitu sebanyak 90% mempunyai kemungkinan resiko rendah untuk terkena keratitis dengan mengamalkan pemakaian lensa kontak yang baik dari segi jenis, cara penggunaan dan cara perawatan lensa kontak. Sebanyak 20% mahasiswa mempunyai kemungkinan resiko keratitis sedang kerana mengamalkan cara pemakaian lensa kontak yang kurang baik.
21
C. Lensa Kontak 1. Definisi Lensa Kontak Lensa kontak adalah lensa yang menempel pada mata atau selaput bening yang dipergunakan seseorang dengan gangguan penglihatan untuk memperbaiki penglihatannya. Pada mata tidak dipergunakan kaca mata akan tetapi lensa yang diatur kelengkungannya sehingga dapat menempel pada selaput bening (Ilyas, 2004).
2. Indikasi dan Kontraindikasi Pengguna Lensa Kontak Seseorang yang menggunakan lensa kontak sebaiknya seseorang yang sukar menggunakan kaca mata dan seseorang yang mendapat kesukaran dengan ukuran lensa kaca mata yang berbeda sehingga mengeluh pusing (Ilyas, 2004). Menurut Kharuna (2007),indikasi-indikasi pengguna lensa kontak adalah sebagai berikut: a. Indikasi optik, termasuk untuk anisometropia, aphakia unilateral, myopia yang berminus tinggi, keratokonus dan astigmatisma irreguler. Lensa kontak dapat digunakan oleh setiap orang yang memiliki kelainan refraksi mata dengan tujuan kosmetik. b. Indikasi terapeutik, yang meliputi: 1) Penyakit pada kornea, contohnya ulkus kornea non-healing, keratopathi bullousa, keratitis filamentari, dan sindrom erosi kornea yang rekuren.
22
2) Penyakit pada iris mata, contohnya aniridia, koloboma, albino untuk menghindari kesilauan cahaya. 3) Pada pasien glukoma, lensa kontak digunakan sebagai alat pengantar obat. 4) Pada pasien ambliopia, lensa kontak opak digunakan untuk oklusi. 5) Bandage soft contact lenses digunakan untuk keratoplasti dan perforasi mikrokornea. c. Indikasi preventif, digunakan untuk prevensi simblefaron dan restorasi forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia, keratitis, dan trichiasis. d. Indikasi diagnostik, termasuk selama menggunakan gonioskopi, elektroretinografi, pemeriksaan fundus pada astigmatisma irreguler, fundus fotografi, dan pemeriksaan goldmann’s 3 bayangan. e. Indikasi operasi, lensa kontak digunakan selama operasi goniotomi untuk glukoma kongenital, vitrektomi, fotokoagulasi endokular. f. Indikasi kosmetik, termasuk skar pada kornea mata yang menyilaukan mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera kosmetik pada phthisis bulbi. g. Indikasi occupational, termasuk olahragawan, pilot, dan aktor (Kharuna, 2007). Seseorang yang tidak dianjurkan menggunakan lensa kontak yaitu lansia dimana gerakan sudah kaku, pada mata yang meradang, masih belum dewasa dan ingin mengerjakan sesuatu dengan tergesa-gesa,
23
seseorang yang mempunyai kebiasaan menggosok mata, seseorang yang tidak mengerti artinya steril, seseorang yang memiliki reumatik pada tangan karena akan sulit saat menggunakan lensa kontak dan seseorang dengan bakat alergi (Ilyas, 2004). Menurut
Kharuna
(2007)
Pengguanaan
lensa
kontak
dikontraindikasikan pada orang yang memiliki gangguan mental dan tidak ada gairah hidup, blepharitis kronik dan styes rekuren, konjungtivitis kronis, dry-eye syndrome, distrofi dan degenarasi kornea mata, penyakit yang rekuren seperti episkleritis, skleritis, dan iridocyclitis.
3. Klasifikasi Lensa Kontak Lensa kontak terdiri dari berbagai bentuk antara lain lensa kontak lembut, lensa kontak keras dan lensa kontak gas permeable. Lensa kontak lembut terbuat dari pada bahan yang lebih lembut. Lensa ini terbuat dari hidroksi etil meta krilat (HEMA), EDMA, PVP, bersifat sangat
lentur
yang
memberikan
lebih
sedikit
keluhan
pada
penggunaannya karena mudah mengikuti bentuk permukaan kornea. Lensa kontak lembut dipakai untuk pengobatan seperti cedera mata akibat bahan kimia dan pada selaput bening yang cacat karena sifatnya yang lentur, mengandung banyak air, baik untuk astigmat irregular, edema kornea atau keratitis bulosa, erosi rekuren, trauma kimia, dan perforasi kecil kornea. Lensa kontak lembut dapat mengakibatkan penglihatan tidak sempurna seperti lensa kontak keras, ongkos yang
24
lebih besar akibat penyimpanannya yang steril dan pada lensa lembut dapat tertimbun lemak (Ilyas, 2004). Lensa kontak keras terbuat dari bahan polimetilmetakrilat (PMMA) dengan bentuk yang disesuaikan kelengkungannya dengan permukaan selaput bening mata. Ukuran atau penampang lensa ini lebih kecil dari pada penampang selaput bening untuk memudahkan zat asam masuk ke dalam selaput bening yang ditutupnya. Lensa ini memenuhi seluruh syarat lensa kontak akan tetapi dengan daya tembus gas terutama oksigen yang buruk. Lensa kontak gas permeable terbuat dari akrilat dan silicon yang mempunyai daya serap gas terbaik (Ilyas, 2004). Tabel 2.1 Keuntungan dan kerugian dari masing-masing jenis lensa kontak Bentuk Lensa
Keuntungan
Kerugian
Lensa kontak
Tajam
keras
yang lebih baik dari
lebih dari 12 jam karena
pada
zat asam tidak dapat
penglihatan
lensa
kontak
Tidak
dapat
lembut
melaluinya
Astigmat ringan akan
Pada
dapat
penggunaan
hilang
permukaan bening
akibat selaput yang
melengkung
ditutup
oleh lensa kontak keras
25
sangat
dipakai
pemulaan akan terasa
mengganggu Untuk merasa nyaman memerlukan
waktu
keras
sampai
bersifat netral dan tidak
minggu
menimbulkan
Dapat
Lensa
kontak
reaksi
beberapa
mengakibatkan
alergi terhadap jaringan
penurunan
mata
selaput bening
Lensa kontak
Penggunaannya
lembut
dapat
kerentanan
akan
Astigmat atau silinder
menyesuaikan
tidak dapat diimbangi
diri akibat tidak begitu
lensa kontak lembut,
terasa pada permulaan
karena
ia
mengikuti
penggunaannya
permukaan
selaput
Lensa kontak lembut
bening yang lonjong
ada
yang
dapat
Lensa kontak lembut
dipergunakan
lebiih
akan
memberikan
dari 12 jam akibat lensa
penglihatan
kontak lembut dapat
setajam
dilalui zat asam
dengan
tidak penglihatan
lensa
kontak
keras karena ia banyak mengandung
air
dan
mudah dilalui zat asam Lensa kontak lembut mudah terinfeksi dan kotor
sehingga
perlu
sering dibersihkan Pelarut
26
lensa
kontak
lembut
dapat
merupakan bahan yang merangsang
mata
sehingga menimbulkan reaksi alergi Infeksi selaput bening bagi
pengguna
lensa
kontak dapat berakibat kebutaan Lensa kontak lembut pakai lama (extended) memperbesar
resiko
untuk timbulnya infeksi pseudomonas. Pseudomonas merupakan kuman yang berbahaya
dan
dapat
berkembang biak pada lensa kontak dan pelarut lensa kontak. Sumber: (Ilyas, 2004) Lensa kontak memiliki keuntungan bagi para penggunanya yaitu wajah terlihat wajah asli, kaca mata berat terhindar, lapang penglihatan akan lebih baik, dapat dipakai saat berolahraga kecuali renang,
27
dan kaca mata akan berkabut bila terjadi perubahan suhu, dan hal ini tidak akan terjadi pada lensa kontak lembut (Ilyas, 2004).
4. Teknik Penggunaan Lensa Kontak Yang Aman Rekomendasi bagi para pengguna lensa kontak terkait hal-hal apa saja yang harus dilakukan dan di hindari agar penggunaannya menjadi bersih dan aman dari American Optometric Association antara lain: a. Temui dokter ahli mata untuk mendapatkan lensa kontak yang sesuai dan layak. b. Selalu cuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak. c. Bersihkan lensa kontak secara rutin. Usap lensa kontak dengan jari dan bilas dengan cairan pembersih sebelum menyimpan lensa kontak dalam wadah yang sudah diisi cairan pembersih. d. Simpan wadah lensa kontak di tempat yang lembab dan terlindung dari sengatan sinar matahari langsung. Ganti wadah penyimpan setiap tiga bulan sekali. e. Untuk menyimpan lensa kontak, gunakan cairan yang masih baru. Jangan menggunakan cairan yang sudah dipakai walaupun masih terlihat bening. Cairan pembersih dan penyimpan lensa kontak harus diganti setiap hari meskipun lensa kontaknya sendiri tidak dipakai setiap hari. f. Selalu patuhi jadwal penggantian lensa kontak sesuai resep dokter. g. Lepaskan lensa kontak sebelum berenang atau berendam air panas. h. Temui dokter mata secara rutin untuk melakukan pemeriksaan ulang.
28
Ketika menggunakan atau membersihkan lensa kontak: 1) Jangan pernah menaruh lensa kontak dalam mulut atau membasahi mereka dengan air liur, yang penuh dengan bakteri dan potensi sumber infeksi. 2) Jangan menggunakan air keran atau larutan saline buatan sendiri. Penyalahgunaan solusi telah dikaitkan dengan suatu kondisi yang berpotensi menyilaukan pengguna soft lens. 3) Jangan gunakan lensa kontak yang tidak diresepkan oleh seorang dokter mata. Menggunakan lensa kontak bukan merupakan pilihan bagi semua orang, berkonsultasi dengan dokter mata untuk melihat apakah lensa kontak adalah pilihan yang tepat untuk koreksi penglihatan.
5. Bentuk- Bentuk Risiko Gangguan Kesehatan Mata Akibat Lensa Kontak Resiko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu internal risk dan external risk (Flanagan & Norman, 1993 dalam Universitas Kristen Petra, 2006). Internal risk merupakan resiko yang berasal dari dalam misalnya pengetahuan dan motivasi seseorang terkait penggunaan dan perawatan lensa kontak. Sedangkan external risk berasal dari faktor luar misalnya fasilitas informasi tentang lensa kontak dan kondisi social budaya dari pengguna lensa kontak. a. Kelopak mata
29
1) Giant papillary conjunctivitis (GPC) adalah komplikasi yang tersering timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat salah satu dari 3 faktor yaitu peningkatan frekuensi penggunaan lensa, penurunan lama penggunaan lensa kontak, perubahan larutan pembersih yang kuat. Untuk lensa RGP, ia mudah berpindah dari kornea ke forniks atas. Jika tidak dapat dideteksi, maka lensa akan mengikis forniks melewati konjungtiva dan membawanya ke dalam jaringan yang lembut di kelopak mata, dan akan menimbulkan gejala yang relatif
asimptomatik.
Akibatnya, jaringan yang disekitar lensa kontak akan mengalami iritasi dan inflamasi, dan menimbulkan abses yang steril. Lensa yang dianggap sebagai benda asing akan terbentuk jaringan granulasi disekitar lensa, dan membungkusnya seperti bentuk kista. 2) Ptosis, ini timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan fibrosa di kelopak mata. Lensa kontak yang menempel pada kornea mata juga akan membentuk skar dan kontraksi pada jaringan kelopak mata yang mengakibatkan retraksi pada kelopak mata. Ptosis juga dapat timbul akibat dari giant papillary conjunctivitis yang berat. b. Konjungtiva 1) Alergi kontak merupakan reaksi hipersensitivitas dermatitis kontak akibat dari zat-zat kimia host yang didapati dari larutan lensa kontak. Manifestasi klinisnya adalah rasa gatal yang
30
diikuti dengan adanya injeksi, rasa terbakar, merah, berair, secret mukoid, dan chemosis. Sebagai tambahan kelopak mata bisa edema dan eritema. 2) GPC, rata-rata 1-3% pengguna lensa kontak akan mendapatkan simptom GPC yang kompleks, terdiri dari injeksi konjungtiva, sekret mukoid, gatal, debris pada tear film, lapisan lensa, pandangan kabur, dan pergerakan lensa yang berlebihan. 3) Contact lens-induced superior limbic keratoconjunctivits (CLISLK) merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva perifer. Manifestasi klinisnya adalah penebalan konjungtiva, eritema, dan timbul berbagai warna pada konjungtiva bulbaris superior. Sel epitelium keratinisasi akan berisi banyak sel-sel goblet yang diinvasi oleh neutrofil. Akibatnya akan terasa seperti ada benda asing, fotofobia, berair, rasa terbakar, gatal, dan penurunan akuitas visual. c. Epitelium kornea 1) Kerusakan epitel yang mekanik. Lensa kontak merupakan banda asing yang akan menggosok kornea dan menekan epitel kornea setiap mengedipkan mata sepanjang hari dan menimbulkan abrasi
kornea.
Jika
tidak
dikenali
dan
diobati
akan
mengakibatkan stres pada epitel yang kronis. Kerusakan epitel akan memudahkan bakteri menempel pada kornea dan mengakibatkan infeksi stroma, serta menstimulus sub-epitel fibrosa tanpa adanya infeksi.
31
2) Chemical epithelial defect. Berbagai larutan kimia lensa kontak akan menimbulkan kerusakan epitel ditandai dengan adanya erosi. Larutan pembersih surfaktan biasanya akan menyebabkan nyeri,
merah,
fotopobia,
dan
berair,
segera
setelah
dibersihkannya lensa. Gejala ini akan hilang dalam 1-2 hari. Jika hidroksi peroksida diteteskan ke mata, maka akan timbul gelembung-gelembung gas pada intra-epitel dan sub-epitel. Gelembung ini terlihat dan menyebabkan hilangnya penglihatan secara signifikan yang bersifat temporer, dan hidroksi peroksida juga menyebabkan perubahan refraksi permanen dan larutan desinfeksi kimia dapat merusak epitel yang tidak terlihat dan bersifat intermiten. 3) Hypoxia. Kebutuhan oksigen di kornea mata dipengaruhi karena lapisan lensa kontak mengurangi jumlah oksigen yang masuk. Hipoksia yang ringan mengakibatkan edema epitel dan penglihatan kabur yang temporer, sedangkan hipoksia berat akan terjadi kematian sel-sel epitel dan deskuamasi. Pengguna tidak merasa nyaman, penurunan penglihatan temporer, dan fotopobia. Salah satu tanda hipoksia kornea kronis adalah adanya neovaskularisasi superfisial terutama sepanjang limbus superior. Epitel kornea yang lebih tipis dibandingkan lensa kontak menyebabkan hipoksia yang kronis dan menurunkan aktivitas
mitosis.
Pembentukan
32
sel-sel
epitel
menurun,
ukurannya
membesar,
dan
memudahkan
menempelnya
Pseudomonas aeruginosa pada permukaan sel epitel. 4) Reaksi imun superfisial. Variasi larutan lensa kontak dapat menimbulkan toksik superfisial atau reaksi imun. Ditandai dengan adanya keratophati, injeksi konjungtiva, berair, gatal, dan chemosis. d. Stroma kornea 1) Infiltrat steril. Penggunaan lensa kontak akan menginduksi terjadinya keratitis steril, dengan onset adanya infiltrat pada stroma anterior atau leukosit polimorfonuklear di sub-epitel dan sel mononuklear di perifer kornea secara tiba-tiba. Berdiameter 0,1-2 mm, tunggal atau berkelompok, dengan bentuk bulat, oval, dan menempel pada sel epitel yang menyebabkan kerusakan epitel. Manifestasi klinisnya adalah nyeri ringan, inflamasi pada anterior chamber yang minim, kerusakan epitel, kemudian terbentuk ulkus. 2) Infeksi kornea (keratitis). Disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa (acanthamoeba keratitis). Infeksi bakteri biasanya timbul di kelopak mata dan kelenjar air mata. Penggunaan lensa kontak mengganggu pertukaran air mata, sehingga air mata terkumpul di kornea mata. Selain itu, ketebalan epitel menurun, pergantian sel menurun dan terjadi deskuamasi, sehingga meningkatkan risiko infeksi bakteri pada sel epitel. Gejala awal tidak begitu kelihatan, tetapi gejala yang mungkin ada seperti
33
berair dan sedikit sulit mengedipkan mata. Bakteri yang sering menimbulkan infeksi kornea mata adalah P. aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Infeksi ini
biasanya
berasal
dari
larutan
lensa
kontak
yang
terkontaminasi. Infeksi bakteri yang akut biasanya terjadi dalam waktu 24 jam dengan simptom nyeri, fotopobia, berair, sekret purulen, dan penurunan penglihatan. Awalnya infiltrat stroma berwarna putih kekuningan yang berkembang di bawah sel epitel yang rusak diikuti adanya reaksi di anterior chamber dan injeksi konjungtiva. Setelah itu, berkembang menjadi edema epitel kemudian menjadi nekrosis. Dilaporkan di United State dan Netherland, bahwa infeksi kornea mata memiliki risiko yang paling sering ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak dalam 2 dekade terakhir ini. 3) Acanthamoeba keratitis merupakan infeksi yang sulit untuk diterapi. Sumber infeksi ini berasal dari larutan lensa kontak, dimana tempat larutan tersebut telah terkontaminasi oleh acanthamoeba. Manifestasi klinis awal yang timbul adalah adanya sensasi benda asing, penglihatan kabur yang ringan, dan merah. Kemudian diikuti rasa nyeri yang progresif, injeksi konjungtiva, epitelnya kasar, dan pada pemeriksaan dengan senter terlihat adanya penebalan saraf-saraf kornea mata. Infeksi ini bersifat progresif, berat, dan bentuk infiltratnya seperti cincin di sentral.
34
4) Mata merah akut (tight lens syndrome). Lensa kontak dapat menebalkan mata dan sebagai tanda adanya inflamasi stroma difus dan reaksi pada anterior chamber. Manifestasi klinisnya adalah rasa nyeri, fotopobia, injeksi, dan berair baik akut maupun kronik. 5) Kikisan kornea mata (corneal warpage). Selama menggunakan lensa kontak akan terjadi perubahan kontur kornea. Corneal warpage menyebabkan astigmatisma irreguler, dan ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata. 6) Contact
lens-induced
keratoconus.
Hubungan
antara
keratokonus dengan lensa kontak masih kontroversi. Persentasi yang tinggi (20-30%) penderita keratokonus didiagnosis akibat dari penggunaan lensa kontak, tetapi bagaimanapun tidak ada penyebab yang berhubungan langsung dengan penyakit tersebut. e. Endotel kornea mata Penggunaan lensa kontak juga berhubungan dengan endotel kornea mata. Pengguna memiliki variasi ukuran sel endotel (polymegethism) dan peningkatan frekuensi sel non-heksagonal (polymorphism) lebih tinggi daripada yang menggunakan lensa kontak (Ventocilla, 2010). Infeksi dan iritasi pada mata dapat disebabkan oleh beberapa faktor resiko. Chang,Daly, dan Elliot (2006) menyebutkan bahwa faktor resiko tersebut yakni: 1) Kelompok usia ekstrim
35
2) Kerusakan intengritas jaringan 3) Potensial mengidap penyakit tertentu 4) Immunosupresi 5) Terdapat aspek pengobatan atau prosedur tertentu (tindakan invasif, operasi, dll) 6) Penggunaan antibiotik
Berdasarkan hasil penjabaran faktor resiko gangguan mata diatas, jika dikaitkan dengan penggunaan dan perawatan lensa kontak, maka dapat diringkas sebagai berikut: 1) Pengetahuan Pengetahuan yang domain kognitif yang mempengaruhi perilaku seseorang. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat menghasilkan persepsi dan motivasi terhadap perilaku. Oleh karena itu, seseorang dengan pengetahuan tertentu secara tidak langsung akan melakukan tindakan yang sesuai dengan apa yang diketahuinya. Pengetahuan mengenai perawatan lensa kontak akan membentuk perilaku seseorang dalam menggunakan dan merawat lensa kontak yang pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan mata. 2) Motivasi Motivasi adalah konsep yang dipakai untuk menguraikan keadaan yang menstimulasi perilaku tertentu dan respon instrinsik yang ditampilkan sebagai perilaku (Swansburg, 2000). Motivasi
36
menjadi hal penting untuk menghasilkan keinginan pada diri seseorang yang mempengaruhi perilaku dalam merawat lensa kontak. Motivasi dapat mendukung seseorang untuk melakukan perawatan
lensa
kontak
sesuai
prosedur.
Motivasi
juga
mempengaruhi seseorang untuk selalu menjaga kesehatan mata. 3) Usia ekstrim Masa usia ekstrim meliputi terlalu muda dan usia terlalu tua. Pada masa ini, seseorang memiliki kerentanan tubuh yang memudahkan agen penyakit dan radikal bebas menyerang system tubuh. Lansia, bayi, dan toddler merupakan kelompok masa usia ekstrim.
Ketidakmaturan
dan
penuaan
sel
menyebabkan
penurunan fungsi tubuh terhadap tahanan penyakit atau radikal bebas. Oleh karena itu, pada masa usia ini seseorang akan dengan mudah terserang penyakit dibandingkan dengan usia menengah. Lansia memiliki resiko lebih tinggi terhadap serangan penyakit sesuai dengan imunitas yang dikemukan oleh Stanley & Beare (2007), ketika orag bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit. Begitupun bayi dan toddler
memiliki
kerentanan
terhadap
penyakit
karena
immaturitas sistem tubuh terutama sistem immun menurut Whaley & Wong (1995) dalam Potter & Perry (2005) kelompok usia bayi adalah lahir-12 bulan atau 18 bulan, toddler 1-3 tahun. Sedangkan kelompok usia lansia menurut Departemen Kesehatan
37
RI (2003) terbagi menjadi tiga, yaitu pra usia lanjut (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut resiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan) 4) Status kesehatan Kondisi kesehatan sangat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Penyakit yang tengah dialami seseorang baik kronik ataupun akut secara bertahap meyebabkan penurunan dan kelemahan pada organ yang terkena penyakit, organ-organ sekitar yang terkena penyakit, bahkan kekebalan tubuh namun demikian terdapat faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan. Menurut definisi penyakit lingkungan yang dikemukakan oleh Pringgoutomo, Himawan, & Tjarta (2002) bahwa penyakit lingkungan merupakan penyakit yang terjadiakibat interaksi manusia dengan lingkunganya berikut merupakan kondisi yang mempengaruhi status kesehatan seseorang: a) Potensial mengidap penyakit b) Immunosupresi c) Kerusakan integritas jaringan mata
D. Gangguan Penglihatan dan Mata Mata dapat terkena berbagai kondisi, beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain sekunder akibat kelainan pada system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah, lainnya apabila
38
terdeteksi awal dapat dikontrol, dan penglihatan dapat dipertahankan (Brunner & Suddarth, 2001). Berikut ini adalah kelainan oftalmik serta penatalaksanaannya yang sering dijumpai. 1. Gangguan Kornea a. Mipoia Definisi Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa Yunani “muopia” yang memiliki arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah “nearsightedness” (American Optometric Association, 2006). Miopia adalah keadaan pada mata dimana cahaya atau benda yang jauh letaknya jatuh atau difokuskan didepan retina. Supaya objek atau benda jauh tersebut dapat terlihat jelas atau jatuh tepat di retina diperlukan kaca mata minus (Rini, 2004). Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung (Sidarta, 2007). Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang
39
dibiaskan di depan retina (bintik kuning). Pada miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal ini dapat disebabkan sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata terlalu panjang (Sidarta, 2003). Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak tidak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan retina (Sativa, 2003). Klasifikasi Secara klinis dan berdasarkan kelainan patologi yang terjadi pada mata, myopia dapat dibagi kepada dua yaitu : 1. Miopia Simpleks : Terjadinya kelainan fundus ringan. Kelainan fundus yang ringan ini berupa kresen miopia yang ringan dan berkembang sangat lambat. Biasanya tidak terjadi kelainan organik dan dengan koreksi yang sesuai bisa mencapai tajam penglihatan yang normal. Berat kelainan refraksi yang terjadi biasanya kurang dari -6D. Keadaan ini disebut juga dengan miopia fisiologi. 2. Miopia Patologis : Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau miopia progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur dan terjadi sejak lahir. Tanda-tanda miopia maligna adalah adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan oftalmoskopik. Pada anak-anak diagnosis ini sudah dapat dibuat jika terdapat peningkatan tingkat keparahan miopia
40
dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refrasi yang terdapat pada miopia patologik biasanya melebihi -6 D (Sidarta, 2007). Menurut American Optometric Association (2006), miopia secara klinis dapat terbagi lima yaitu: 1. Miopia Simpleks : Miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata yang terlalu panjang atau indeks bias kornea maupun lensa kristalina yang terlalu tinggi. 2. Miopia Nokturnal : Miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi di sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap tahap pencahayaan yang ada. Miopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi miopia. 3. Pseudomiopia : Diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot – otot siliar yang memegang lensa kristalina. Di Indonesia, disebut dengan miopia palsu, karena memang sifat miopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru – buru memberikan lensa koreksi. 4. Miopia Degeneretif : Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau miopia progresif. Biasanya merupakan miopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi.
41
Miopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu. 5. Miopia Induksi : Miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat – obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa dan sebagainya. a. Klasifikasi miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untukmengkoreksikannya (Sidarta, 2007): 1. Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri 2. Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri. 3. Berat :lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. b. Klasifikasi miopia berdasarkan umur adalah (Sidarta, 2007): 1. Kongenital : sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak. 2. Miopia onset anak-anak : di bawah umur 20 tahun. 3. Miopia onset awal dewasa : di antara umur 20 sampai 40 tahun. 4. Miopia onset dewasa : di atas umur 40 tahun (> 40 tahun). c. Hipermetropia d. Abrasi kornea Abrasi kornea adalah defek pada lapisan epitel. Dapat disebabkan oleh trauma, benda asing, lensa kontak yang dipakai dalam jangka waktu lama, defek lapisan air mata, kesulitan menutup kelopak mata atau malposisi kelopak mata atau bulu mata. Penatalaksanaan.
Abrasi
kornea
kambuhan,
yang
diakibatkan oleh kebiasaan menggosok mata, dapat ditangani dengan larutan pelumas buatan pada saat tidur atau lensa kontak jenis
42
pembalut (lensa kontak yang dapat dibeli bebas, dipakai untuk melindungi kornea dari iritasi yang disebabkan oleh gerakan kelopak mata).
E. Kerangka Teori
Perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1) Faktor intern - Pengetahuan - Kecerdasan - Persepsi - Emosi - Motivasi
Perilaku penggunaan lensa kontak
Beberapa gangguan mata : - Miopia - Hipermetropi - Abrasi kornea
2) Faktor ekstern Lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti: - Iklim - Manusia - Sosial ekonomi - Kebudayaan
Perilaku penggunaan kaca mata
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan adaptasi dari Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (1997 dan 2010), Brunner & Suddarth (2001)
43
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka teori serta tujuan dari penelitian maka kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur sebagai berikut : Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Lensa Kontak Pada Pasien dengan Gangguan Penglihatan
Variabel Independen
Variabel Dependen
- Pengetahuan - Pengaruh social (lingkungan teman dan keluarga) - Ekonomi (pendapatan) - Motivasi
Perilaku penggunaan lensa kontak : - Menggunakan lensa kontak - Tidak menggunakan lensa kontak
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Hipotesis Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah di susun, maka hipotesis yang diangkat yaitu: 1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan lensa kontak 2. Ada hubungan antara pengaruh sosial (lingkungan teman dan lingkungan keluarga) dengan penggunaan lensa kontak
44
3. Ada hubungan anatara ekonomi (pendapatan) dengan penggunaan lensa kontak 4. Ada hubungan antara motivasi dengan penggunaan lensa kontak
45
C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Pengetahuan
Definisi Operasional Pengetahuan pengguna lensa kontak terhadap perawatan lensa kontak. Meliputi: - Definisi lensa kontak Indikasi dan kontraindikasi penggunaan lensa kontak - Hal yang harus dihindari ketika menggunakan lensa kontak - Hal yang harus dilakukan untuk perawatan lensa kontak - Cara membersihkan lensa kontak Efek yang dapat ditimbulkan pada pengguna lensa kontak
Cara Ukur Responden diberi pertanyaan tentang cara perawatan lensa kontak: pengetahuan mengenai definisi lensa kontak, indikasi dan kontraindikasi penggunaan lensa kontak, hal yang harus dihindari ketika menggunakan lensa kontak, hal yang harus dilakukan untuk perawatan lensa kontak, cara
46
Alat Ukur Kuesioner
Skala Ukur Ordinal
Hasil Ukur a) Pengetahuan baik (skor jawaban responden 76100%) b) Pengetahuan cukup (skor jawaban responden 5675%) c) Pengetahuan kurang (skor jawaban responden ≤ 55%) (Arikunto, 2006)
membersihkan lensa kontak dengan pilihan jawaban benar atau salah. (Skala Gutman) Sosial
Yang dimaksud sosial di sini adalah lingkungan teman dan keluarga di sekitar responden yang paling mempengaruhi perilaku responden.
Responden Kuesioner diberi pertanyaan mengenai lingkungan yang paling mempengaruhi responden untuk menggunakan lensa kontak apakah dari teman atau keluarga
Nominal
1. Teman 2. Lingkungan keluarga
Ekonomi (pendapatan)
Pendapatan responden secara rutin dalam satu bulan baik diperoleh dari pekerjaan, pensiunan, atau pemberian keluarga
Responden Kuesioner dianjurkan mengisi kolom mengenai rentang pendapatan
Ordinal
- Ekonomi menengah ke atas:>=1.290rb/ka pita/bulan - Ekonomi menengah ke
47
sebulan sekali.
Motivasi
Motivasi yang di maksud adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatanperbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku.
Responden Kuesioner diberi pertanyaan mengenai faktor-faktor yang selama ini menjadi motivasinya untuk menggunakan lensa kontak. Diantaranya faktor instrinsik yaitu yang berasal dari dalam individu, merupakan dorongan bagi individu untuk menggunakan lensa kontak misal untuk koreksi mata.
48
bawah <1.290 rb/kapita/bulan (BPS, 2011) Ordinal
-
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju (Skala Likert)
Sedangkan faktor ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar seperti lingkungan masyarakat sekitar; kelompok teman (Notoatmodjo, 2010).
49
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dengan menggunakan desain Cross- sectional (Potong Lintang) karena pada penelitan ini variable independen dan dependen akan diamati pada waktu (priode) yang sama, jadi tidak ada follow-up pada studi ini (Setiadi, 2007). Dengan metode ini diharapkan dapat diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian adalah sejumlah besar subjek yang memiliki karakteristik yang tertentu. Subjek dapat berupa manusia, hewan, data labolatorium, dll. Sedangkam karekteristik subjek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian, (Sastroasmoro, 2008). Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh orang yang mengalami gangguan penglihatan yang datang ke Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur. 2. Sample Sample merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat,
80
51
2007). Sample terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang mengalami gangguan penglihatan yang datang ke Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur dengan menggunakan uji hipotesis beda dua proporsi, dan dengan metode sampling yang digunakan adalah metode accidental sampling. Adapun kriteria sampel dibagi menjadi dua yaitu inklusi dan ekslusi. Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Sedangkan ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebab misalnya subjek menolak berpartisipasi (Nursalam, 2008). a. Kriteria Inklusi 1) Kesadaran baik 2) Seseorang yang mengalami gangguan penglihatan seperti rabun jauh maupun rabun dekat yang datang ke Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur 3) Bersedia untuk dijadikan responden atau sampel penelitian 3. Besar Sampling Jumlah sample yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 63 orang dengan perhitungan sample sebagai berikut: Rumus Uji Beda Dua Proporsi :
52
Keterangan : n
: Jumlah sample yang dibutuhkan : 1,96 (Derajat Kepercayaan 95%, derajat kemaknaan 5%) : 1,28 (kekuatan Uji 90%) : 0,63 (Proporsi distribusi tingkat pengetahuan pada
kategori sedang yang menggunakan lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya tahun 2010 Oleh Finera Winda pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara) p1-30%=0,33 = 0,63+0,33/2=0,48
n= 56,62= 57 Responden.
Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal. Cadangan 10% x 57 = 5.7 = 6 responden. Jadi total responden pada penelitian kali ini adalah 57+6 = 63 Responden.
53
C. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur, waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2012. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena belum pernah ada penelitian terkait kesehatan mata khususnya faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan.
D. Metode Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Alat ukur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun secara terstruktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri atas 5 bagian, yaitu: Bagian pertama (A) berisi data demografi seperti usia, jenis kelamin dan pekerjaan, serta variabel ekonomi (pendapatan) dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang tersedia. Bagian kedua (B) berisi variabel penggunaan lensa kontak dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang tersedia. Bagian
ketiga (C) berisi variable pengetahuan terdiri dari 13
pernyataan positif dan 12 pernyataan negatif menggunakan skala Guttman dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang tersedia.
54
Pernyataan Positif
Skor
Alternatif Jawaban
Pernyataan Negatif Alternatif Jawaban
Benar
1
Salah
Salah
0
Benar
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut: N
=
Sp Smm
100%
Keterangan: N
: Nilai pengetahuan
Sp
:Skor yang didapat
Smm
: Skor tertinggi maksimum
Selanjutnya presentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut: a. Pengetahuan baik (skor jawaban responden 76-100%) b. Pengetahuan cukup (skor jawaban responden 56-75%) c. Pengetahuan kurang (skor jawaban responden ≤ 55%) Bagian ketiga (D) berisi variable sosial seperti kelompok acuan dan keluarga dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang tersedia. Bagian kelima (E) berisi variable motivasi menggunakan skala Likert dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang tersedia.
55
Pernyataan Positif
Skor
Alternatif Jawaban
Pernyataan Negatif Alternatif Jawaban
Sangat Setuju
4
Sangat Tidak Setuju
Setuju
3
Tidak Setuju
Tidak Setuju
2
Setuju
Sangat Tidak Setuju
1
Sangat Setuju
Keterangan: - 0-25%
:Sangat tidak setuju
- 26-50% :Tidak setuju - 51-75% :Setuju - 76-100%:Sangat setuju 2. Uji Validitas dan Reabilitas a. Uji validitas Sebelum kuesioner dibagikan kepada sampel, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba kuesioner yang dilaksanakan dengan responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yaitu di optik-optik Kecamatan karang Tengah dengan jumlah responden 30 orang. Validitas adalah suatu indeks yang menujukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2005). Uji validitas yang digunakan penelitian ini adalah teknik korelasi “ Pearson Product Moment”.
= Koefisien korelasi
56
n
= Jumlah responden = Jumlah skor item = Jumlah skor total Uji validitas ini dilakukan di optik-optik Kecamatan Karang
Tengah dengan jumlah responden sebanyak 30 responden. Hasil r tabel menunjukkan nilai 0,707. Beberapa pertanyaan yang kurang dari r tabel, baik kuesioner tentang pengetahuan, sosial, maupun motivasi tidak dihapuskan karena masih dianggap penting dan hanya diperbaiki redaksinya atau dimodifikasi pernyataannya. b. Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Teknik pengujian pada penelitian ini menggunakkan teknik Alpha Cronbach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliabel, sebaliknya bila r, alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel. Uji kuesioner dilakukan untuk menguji kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian, faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan di optik-optik Kecamatan Ciputat Timur. Pernyataan pada uji
57
kuesioner ini diajukan kepada responden yang memeiliki gangguan penglihatan seperti rabun jauh di optik-optik Kecamatan Karang Tengah dengan jumlah responden sebanyak 30 responden. 3. Langkah- Langkah Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di optik-optik Kecamatan Ciputat Timur dengan proses sebagai berikut : 1. Memperoleh persetujuan pembimbing untuk melakukan tindak lanjut dalam penelitian. 2. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat
izin
penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Melakukan
pengambilan
sampel
dengan
teknik
accidental
sampling. 4. Peneliti mengadakan pendekatan dan penjelasan kepada calon responden tentang penelitian dan bagi responden yang bersedia dipersilahkan menandatangani persetujuan penelitian. 5. Pada responden (pasien dengan gangguan penglihatan) a. Menyapa responden b. Menanyakan tujuan responden datang ke optik tersebut c. Setelah itu, membuat kontrak dengan responden untuk kesediaannya mengisi kuesioner d. Peneliti akan bertanya pada pasien apakah kuesioner akan diisi sendiri atau dibacakan oleh peneliti.
58
6. Memberikan waktu kepada responden untuk menjawab pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika ada yang belum jelas. 7. Setelah pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti memeriksa kembali kelengkapan data. 8. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas partisipasinya.
E. Pengolahan Data 1. Teknik Pengolahan Data Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam pengolahan data terdapat langkahlangkah yang harus ditempuh, diantaranya : 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2007). 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer (Hidayat, 2007).
59
3. Entri data Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi (Hidayat, 2007). 4. Cleaning data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat memasukkan data ke komputer. 5. Processing data Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, data sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data untuk dianalaisis.
Proses
pengolahan
data
dilakukan
dengan
cara
memindahkan data dari kuesioner ke paket program computer pengolahan data statistik. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai distribusi frekuensi dari variabel independen yaitu faktor pengetahuan, hubungan sosial (lingkungan keluarga dan teman), ekonomi (pendapatan), dan motivasi serta variabel dependen yaitu perilaku penggunaan lensa kontak. Dalam penelitian ini skor individu pada setiap nomor pertanyaan akan diolah di paket aplikasi statistik.
60
b. Analisa Bivariat Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu dengan menggunakan uji Chi-Square (X2) dan Spearman, yaitu untuk mengetahui hubungan antar variabel kategorik dengan kategorik. Analisis ini bertujuan untuk menguji perbedaan antara dua proporsi atau lebih sehingga bisa diketahui apakah ada atau tidak hubungan yang bermakna jika dilihat secara statistik. dengan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%. Tujuan uji statistik ini adalah untuk mengetahui atau menguji apakah faktor-faktor seperti pengetahuan, hubungan sosial (lingkungan keluarga dan teman), ekonomi (pendapatan) dan motivasi dapat berhubungan dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Untuk melihat kemaknaan sistem dengan membandingkan nilai p ≤ α (0,05) maka ada hubungan yang bermakna antara dua variabel dependen dan independen (Ho ditolak). Begitu juga tidak ada hubungan bermakna (Ho gagal ditolak) jika p ≥ α (0,05).
F. Etika Penelitian Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan
61
penelitian (Hidayat, 2007). Dalam penelitian melakukan penelitian menekankan maasalah etika penelitian yang meliputi : 1. Informed Consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain. (Hidayat, 2007). 2. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. (Hidayat, 2007). Akan tetapi, pada penelitian ini unsur anonimity diabaikan karena design yang digunakan adalah kohort. Sampel di observasi dalam waktu tertentu sehingga sangat penting untuk mencantumkan nama.
62
3. Kerahasiaan ( confidentiality) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua
informasi
yang
telah
dikumpulkan
dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
63
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian Kecamatan Ciputat Timur termasuk dalam wilayah kota Tangerang Selatan, Provinsi banten. Kecamatan ini merupakan hasil dari pemekaran kota Tangerang Selatan yang terdiri dari 7 kecamatan (Serpong, Serpong Utara, Ciputat Timur, Ciputat, Pamulang, Pondok Aren, dan Setu), 49 kelurahan dan 5 desa dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau 14.719 Ha. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 oleh BPS kota Tangerang Selatan jumlah penduduk kota Tangerang Selatan adalah 1.290.322 jiwa, kepadatan penduduk di wilayah ini mencapai 8.856 responden/Km2 pada tahun 2010. Penduduk berjenis kelamin laki-laki sebesar 652.281 jiwa sedangkan perempuan 638.041 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 102,23, yang menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu kecamatan kota Tangerang Selatan yaitu kecamatan Ciputat Timur yang memiliki jumlah peduduk 150 ribu jiwa. Di kecamatan Ciputat Timur terdapat 10 optik yang tersebar di setiap kelurahan, antara lain kelurahan Rengas, Rempoa (Optik Mulya dan Optik Mekar jaya), Cirendeu (Optik Cahaya Rizky dan Optik Maju Jaya), Pondok Ranji (Optik Restu dan Optik Pasti), Cempaka Putih (Optik Mahakam, Optik Mahaka Jaya dan Optik Mikeda) dan Pisangan (Optik Maju jaya). Untuk mencapai optik tersebut terbilang relatif mudah karena letaknya
64
di tepi jalan raya sehingga mudah dijangkau dengan kendaraan umum maupun dengan berjalan kaki. Optik tersebut masing-masing menyediakan fasilitas pelayaan berupa pemeriksaan tajam penglihatan, pemesanan kaca mata ataupun lensa kontak dan berbagai jenis aksesoris untuk kebutuhan mata lainnya, sehingga masyarakat di wilayah kecamatan Ciputat Timur pun masih mempergunakan optik-optik sebagai pelayanan kesehatan mata tingkat pertama.
B. Gambaran Sampel Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah seseorang yang mengalami gangguan penglihatan seperti rabun jauh maupun rabun dekat yang datang ke Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 63 orang. Latar belakang responden mayoritas berjenis kelamin perempuan (71,4%), berusia produktif (74,6%) dan mayoritas adalah pelajar (55,6%). Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Agama, Usia, dan Pekerjaan Responden
Karakteristik Responden
Jumlah
(%)
Laki-laki
18
28,6
Perempuan
45
71,4
Produktif
47
74,6
Non produktif
16
25,4
Jenis Kelamin
Usia
65
Pekerjaan Bekerja
17
27,0
Tidak bekerja
11
17,5
Pelajar
35
55,6
C. Analisis Univariat Analisis univariat merupakan distribusi berdasarkan variabel dependen dan variabel independen, yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan masing-masing variabel. Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi perilaku penggunaan lensa kontak sebagai variabel dependen dan variabel independen terdiri dari pengetahuan, pengaruh sosial, ekonomi (pendapatan) dan motivasi. 1. Gambaran Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Analisis univariat distribusi frekuensi perilaku penggunaan lensa kontak di optik-optik Kecamatan Ciputat Timur, disajikan dalam bentuk tabel 5.2 berikut ini : Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63) Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Jumlah (n)
Persentase (%)
Ya Tidak
54 9
85,7 14,3
Total
63
100
Berdasarkan tabel 5.2 yang disajikan, hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa dari 63 responden, diketahui sebanyak 54 responden
66
(85,7%) memilih menggunakan lensa kontak, sedangkan 9 responden (14,3%) memilih tidak menggunakan lensa kontak. 2. Gambaran Pengetahuan Responden Analisis univariat distribusi frekuensi pengetahuan responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur, diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.3 berikut ini : Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Optikoptik Kecamatan Ciputat Timur (n=63) Pengetahuan
Jumlah (n)
Persentase (%)
Baik Cukup Kurang
16 44 3
25,4 69,8 4,8
Total
63
100
Berdasarkan tabel 5.3 yang disajikan, hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur mempunyai pengetahuan terhadap penggunaan lensa kontak berada pada kategori cukup (69,8%), sedangkan 25,4% responden mepunyai pengetahuan berada pada kategori baik dan 4,8% responden berada pada kategori kurang. 3.
Gambaran Ekonomi (pendapatan) Responden Analisis univariat distribusi frekuensi ekonomi (pendapatan) responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur, diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.4 berikut ini : Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Ekonomi (Pendapatan) Responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63) Ekonomi (Pendapatan/bulan)
Jumlah (n)
Persentase (%)
67
Diatas UMR ( 1.290 rb/bln)
29
46,0
Dibawah UMR (<1.290 rb/bln)
34
54,0
Total
63
100
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa persentase responden ya ngberpenghasilan menegah ke atas, yaitu sebesar 29 responden (46%). Sedangkan yang memiliki penghasilan menengah ke bawah sebesar 34 responden (54%). 4.
Gambaran Motivasi Responden Analisis univariat distribusi frekuensi motivasi responden di Optikoptik Kecamatan Ciputat Timur, diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.5 berikut ini : Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63) Motivasi
Jumlah (n)
Persentase (%)
Motivasi Instrinsik Motivasi Ekstrinsik
38 25
60,3 39,7
Total
63
100
Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa persentase responden yang memiliki motivasi instrinsik untuk menggunakan lensa kontak, yaitu sebesar 38 responden (60,3%). Sedangkan yang memiliki motivasi ekstrinsik sebesar 25 responden (39,7%).
5.
Gambaran Pengaruh Sosial Responden
68
Analisis univariat distribusi frekuensi pengaruh sosial responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur, diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.6 berikut ini : Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengaruh Sosial Responden di Optikoptik Kecamatan Ciputat Timur (n=63) Hubungan Sosial
Jumlah (n)
Persentase (%)
Teman Keluarga Lain lain
33 18 12
52,4 28,6 19,0
Total
63
100
Tabel 5.6 Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden dipengaruhi oleh lingkungan teman yaitu sebesar 33 responden (52,4%), yang dipengaruhi oleh keluarga sebesar 18 responden (28,6%), dan yang dipengaruhi oleh lingkungan selain teman dan keluarga yaitu sebesar 12 responden (19,0%).
D. Analisis Bivariat Analisis bivariat merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dan Correlation Spearman. Pada analisis jika didapatkan Pvalue < 0,05 maka variabel tersebut dinyatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik, sedangkan bila Pvalue > 0,05 maka variabel tersebut dinyatakan tidak ada hubungan (Hastono, 2001). Variabel independen terdiri dari faktor ekonomi (pendapatan), pengetahuan, pengaruh
69
sosial dan motivasi. Sedangkan variabel dependen yaitu perilaku penggunaan lensa kontak. Dalam penelitian ini, analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk tabel 2x2 yaitu variabel ekonomi (pendapatan) dengan perilaku penggunaan lensa kontak dan pengaruh sosial dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Jika dinyatakan ada hubungan maka penentuan arah dan besarnya hubungan variabel bebas dalam memperkirakan terjadinya variabel terikat diperhitungkan dengan Odds Ratio (OR), sedangkan untuk mengetahui tingkat kemaknaan (signifikan) dilakukan perhitungan Pvalue pada α = 5%. Selanjutnya, uji Correlation Spearman digunakan untuk tabel 3x2 yaitu variabel pengetahuan dengan perilaku penggunaan lensa kontak, motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Peneliti akan menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat tanpa memperhitungkan adanya pengaruh dari variabel lain. 1.
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan lensa kontak pada responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur dengan menggunakan uji Correlation Spearman disajikan pada tabel 5.7 berikut ini :
70
Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Ya
Pengetahuan N Baik Cukup Kurang Total
12 39 3 54
Total
P-Value
Tidak %
75,0 88,6 100 85,7
N 4 5 0 9
% 25,0 11,4 0 14,3
N 16 44 3 63
% 100 100 100 100
0,133
Dari tabel 5.7 diperoleh hasil analisa hubungan antara pengetahuan
dengan
perilaku
penggunaan
lensa
kontak.
Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation Spearman diperoleh Pvalue = 0,133. Karena Pvalue lebih besar dari nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
2.
Hubungan Pengaruh Sosial dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara pengaruh sosial (teman, keluarga, dan lain-lain) dengan perilaku penggunaan lensa kontak pada responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur dengan menggunakan uji Chi-Square disajikan pada tabel 5.8 berikut ini :
71
Tabel 5.8 Hubungan Pengaruh Sosial Dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Di Optik-Optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Ya
Pengaruh
OR Total
Tidak
Sosial
N
%
N
%
N
%
Keluarga
17
94,1
1
5,9
18
100,0
Teman
30
90
3
10
33
100,0
Total
47
91,49
4
8,51
51
100,0
P-
(CI
Value
95%)
1
1,700 (0,1641,7649)
Berdasarkan tabel 5.8, menunjukkan bahwa responden yang menggunakan lensa kontak mayoritas dipengaruhi oleh teman (94,1%) lebih banyak dibandingkan responden yang dipengaruhi oleh keluarga (90%). Dari hasil uji Chi-Square didapatkan Pvalue = 1 dengan α = 0,05. Dengan demikian Pvalue lebih besar dari nilai alpha sehingga Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengaruh sosial (teman dan keluarga) dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 1,700 (95% CI: 0,1641,7649).
3. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan perilaku penggunaan berikut ini :
72
Tabel 5.9 Hubungan Rabun Jauh Dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63)
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Ya
Alasan Rabun Jauh N
Total
Value
Tidak %
N
P-
%
N
%
Sangat Setuju
7
100
0
0
7
100
Setuju
40
83,3
8
16,7
48
100
Tidak Setuju
7
87,5
1
12,5
8
100
Total
54
85,7
9
14,3
63
100
0,540
Dari tabel 5.9 diperoleh hasil analisa hubungan antara motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation Spearman diperoleh Pvalue = 0,540. Karena Pvalue lebih besar dari nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel motivasi instrinsik (rabun jauh) dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
73
Tabel
6.0
Hubungan
Kebutuhan Kosmetik
Dengan
Perilaku
Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63) Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Ya
Alasan Kebutuhan Kosmetik
N
Total
Value
Tidak %
N
P-
%
N
%
Sangat Setuju
2
100
0
0
2
100
Setuju
17
85,0
3
15,0
20
100
Tidak Setuju
32
86,5
5
13,5
37
100
Sangat Tidak Setuju
3
75,0
1
25,0
4
100
Total
54
85,7
9
14,3
63
100
0,723
Dari tabel 6.0 diperoleh hasil analisa hubungan antara motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation Spearman diperoleh Pvalue = 0,723. Karena Pvalue lebih besar dari nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel motivasi ekstrinsik (kebutuhan kosmetik) dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
74
Tabel 6.1 Hubungan Tren Dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63) Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Ya
Alasan Mengikuti Tren N
Total
Value
Tidak %
N
P-
%
N
%
Sangat Setuju
4
100
0
0
4
100
Setuju
20
100
0
0
20
100
Tidak Setuju
26
76,5
8
23,5
34
100
Sangat Tidak Setuju
4
80
1
20,0
5
100
Total
54
85,7
9
14,3
63
100
0,021
Dari tabel 6.1 diperoleh hasil analisa hubungan antara motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation Spearman diperoleh Pvalue = 0,021. Karena Pvalue lebih kecil dari nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motivasi ekstrinsik (Tren) dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
75
Tabel 6.2 Hubungan Pengaruh Teman Dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63) Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Ya
Alasan Pengaruh Teman N
Total
Value
Tidak %
N
P-
%
N
%
Sangat Setuju
1
100
0
0
4
100
Setuju
19
95,0
1
5,0
20
100
Tidak Setuju
28
77,8
8
22,2
34
100
Sangat Tidak Setuju
6
100
0
0
5
100
Total
54
85,7
9
14,3
63
100
0,384
Dari tabel 6.2 diperoleh hasil analisa hubungan antara motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation Spearman diperoleh Pvalue = 0,021. Karena Pvalue lebih besar dari nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel motivasi ekstrinsik (teman) dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
76
Tabel 6.3 Hubungan Kemudahan Penggunaan Dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63) Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Ya
Alasan Kemudahan Penggunaan
N
Total
Value
Tidak %
N
P-
%
N
%
Sangat Setuju
4
100
0
0
4
100
Setuju
39
88,6
5
11,4
44
100
Tidak Setuju
10
71,4
4
28,6
14
100
Sangat Tidak Setuju
1
100
0
0
1
100
Total
54
85,7
9
14,3
63
100
0,105
Dari tabel 6.3 diperoleh hasil analisa hubungan antara motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation Spearman diperoleh Pvalue = 0,105. Karena Pvalue lebih besar dari nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel motivasi instrinsik (kemudahan dalam penggunaan) dengan perilaku penggunaan lensa kontak.
77
Tabel 6.4 Hubungan Kemudahan Memperoleh Lensa Kontak Dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63) Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Ya
Alasan Kemudahan Memperoleh Lensa
N
Total
Value
Tidak %
N
P-
%
N
%
Kontak Sangat Setuju
2
100
0
0
2
100
Setuju
16
100
0
0
16
100
Tidak Setuju
31
79,5
8
20,5
39
100
Sangat Tidak Setuju
5
83,3
1
16,7
6
100
Total
54
85,7
9
14,3
63
100
0,082
Dari tabel 6.4 diperoleh hasil analisa hubungan antara motivasi dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik dengan menggunakan Correlation Spearman diperoleh Pvalue = 0,082. Karena Pvalue lebih kecil dari nilai alpha (α = 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel motivasi ekstrinsik (kemudahan
memperoleh
penggunaan lensa kontak.
lensa
kontak)
dengan
perilaku
78
4. Hubungan Ekonomi (Pendapatan) dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara ekonomi (pendapatan)
dengan
perilaku
penggunaan
lensa
kontak
dengan
menggunakan uji chi-square disajikan pada tabel 6.5 berikut ini : Tabel 6.5 Hubungan Ekonomi (Pendapatan) Dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur (n=63) Perilaku
OR
Penggunaan Lensa
Total
Kontak Ekonomi Ya
(Pendapatan/bulan)
Diatas
UMR
UMR
N
%
N
%
24
82,8
5
17,2
30
N
Value
95%)
0,721
0,640
%
29 100,0
88,2
4
11,8
34 100,0
(0,1552,648)
(<1.290 rb/bln Total
(CI
Tidak
( 1.290 rb/bln) Dibawah
P-
54
85,7
9
14,3
63 100,0
Berdasarkan tabel 6.5, menunjukkan bahwa responden yang menggunakan lensa kontak mayoritas berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah (88,2%) lebih banyak dibandingkan responden yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas (82,8%). Dari hasil uji Chi-Square didapatkan Pvalue = 0,721 dengan α = 0,05. Dengan demikian Pvalue lebih besar dari nilai alpha sehingga Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara ekonomi (pendapatan) dengan perilaku penggunaan
79
lensa kontak. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,640 (95% CI: 0,155-2,648).
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan.
Pembahasan
penelitian
ini
difokuskan
pada
ekonomi
(pendapatan), pengetahuan, hubungan sosial dan motivasi serta hubungannya dengan perilaku penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan. 5.
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Perilaku penggunaan lensa kontak dalam penelitian ini sebagai variabel dependen. Pada hasil penelitian, menunjukkan bahwa perilaku penggunaan lensa kontak pada responden dengan gangguan penglihatan di optik-optik Kecamatan Ciputat Timur cukup tinggi yaitu sebesar 54 responden (85,7%), sedangkan responden yang tidak menggunakan lensa kontak sebesar 9 responden (14,3%), hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ekonomi (pendapatan), pengetahuan, sosial dan motivasi mereka yang menjadi pertimbangan untuk menggunakan lensa kontak dengan selalu memperhatikan dampak negatif dari penggunaan lensa kontak sehingga lensa kontak bisa menjadi pilihan yang tepat bagi seseorang dengan gangguan penglihatan. Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subjek atau responden yang
80
81
berperilaku tersebut. Dengan perkataan lain, perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek (Notoatmodjo, 2010). Bila ditinjau dari definisi perilaku, maka perilaku responden terkait penggunaan lensa kontak merupakan hasil dari beberapa faktor. Makin banyak dan sering diberikan stimulus maka makin memperkaya tanggapan pada responden sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bentuk perilaku khusunya perilaku penggunaan lensa kontak. Optik-optik di Kecamatan Ciputat Timur mayoritas pengunjungnya adalah kalangan pelajar seperti siswa maupun mahasiswa yang lebih banyak menggunakan lensa kontak. Hal tesebut juga didukung oleh letak optik-optik Kecamatan Ciputat Timur yang di kelilingi oleh beberapa sekolah dan universitas salah satunya UIN Syarif Hidayatullah. Mereka yang menggunakan lensa kontak lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan eksternalnya seperti lingkungan teman. 2. Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian diketahui 16 responden (25,4%) memilki pengetahuan pada kategori baik, 44 responden (69,8%) memiliki pengetahuan pada kategori cukup, dan 3 reponden (4,8%) memiliki pengetahuan pada kategori kurang. Pengetahuan mengenai perawatan lensa kontak akan membentuk perilaku seseorang dalam menggunakan dan merawat lensa kontak yang pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan mata.
82
Optik-optik di Kecamatan Ciputat Timur mayoritas pengunjungnya adalah kalangan pelajar seperti siswa maupun mahasiswa yang mayoritas responden sudah mempunyai pengetahuan terkait lensa kontak yang cukup, dikarenakan kemudahan memperoleh informasi terkait lensa kontak hanya dengan mengakses informasi melaui internet yang sudah dikenal oleh pelajar sekarang ini. Hal itu sudah memberikan informasi yang cukup banyak terkait lensa kontak. Hal tesebut juga didukung oleh kesadaran mereka tentang pentingnya perawatan lensa kontak yang baik bagi dirinya sendiri agar terhindar dari dampak-dampak penggunaan lesa kontak seperti iritasi pada mata yang biasa disebut mata merah. Pengetahuan yang dimiliki responden berada pada kategori cukup juga bisa dikarenakan kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga yang dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2003). 3. Pengaruh Sosial Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa responden yang menggunakan lensa kontak mayoritas mendapatkan dukungan dari teman sebesar 33 responden (52,4%) lebih banyak di bandingkan dengan responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga (28,6%) sedangkan 12 responden lagi (19,0%) menggunakan lensa kontak karena faktor lain seperti kebutuhan diri mereka sendiri yang mengharuskan menggunakan lensa kontak. Optik-optik di Kecamatan Ciputat Timur mayoritas yang menggunakan lensa kontak dipengaruhi oleh lingkungan eksternalnya
83
seperti lingkungan teman. Hal tersebut dikarenakan teman dalam satu lingkungan sudah dianggap seperti keluarga karena berperan sebagai pengganti keluarga dirumah. Responden yang memiliki kedekatan dengan teman sebayanya secara tidak langsung memiliki ikatan batin yang cukup kuat sehingga mereka akan mudah dipengaruhi oleh temannya tersebut, seperti halnya dalam penggunaan lensa kontak. 4. Motivasi Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup apa yang menjadi
dorongan
responden
untuk
menggunakan
lensa
kontak
dibandingkan kacamata, yang meliputi motivasi instrinsik (tanpa adanya rangsangan dari luar) dan motivasi ekstrinsik (adanya rangsangan dari luar). Berdasarkan hasil penelitian diketahui 38 responden (60,3%) memilki motivasi intrinsik untuk menggunakan lensa kontak, sedangkan 25 responden (39,7%) memiliki motivasi ekstrinsik untuk menggunakan lensa kontak. Responden di optik-optik Kecamatan Ciputat Timur mayoritas pengunjungnya menggunakan lensa kontak karena kebutuhan koreksi gangguan penglihatan seperti rabun jauh dan karena faktor lensa kontak yang mudah digunakan. Artinya, pengguna lensa kontak di optik-optik Kecamatan
Ciputat
Timur
memiliki
motivasi
instrinsik
untuk
menggunakan lensa kontak. Hal itu bisa dikarenakan bukan hanya faktor motivasi saja yang mempengaruhi perilaku tapi masih ada faktor lainnya seperti persepsi dan emosi responden.
84
5. Ekonomi (Pendapatan) Pada penelitian ini, variabel ekonomi (pendapatan) dikategorikan menjadi 2 berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional). Ekonomi (pendapatan) yang dimaksud yaitu penghasilan yang diperoleh responden selama sebulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang berpenghasilan diatas UMR, yaitu sebesar 29 responden (46%). Sedangkan yang berpenghasilan dibawah UMR sebesar 34 responden (54%). Responden di optik-optik di Kecamatan Ciputat Timur mayoritas yang menggunakan lensa kontak memiliki penghasilan perbulannya di bawah UMR. Hal itu terjadi karena mayoritas adalah kalangan pelajar seperti siswa maupun mahasiswa yang seluruh biaya hidupnya masih menjadi tanggung jawab orang tuanya. Selain itu, mereka menggunakan lensa kontak bukan hanya karena kebutuhan semata namun dapat karena kepuasan seperti mengikuti fashion, ajakan lingkungan sekitar seperti teman atau untuk menunjang pekerjaan.
B. Analisis Bivariat 1. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Pada penelitian ini, variabel pengetahuan dikategorikan menjadi tiga berdasarkan distribusinya. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Correlation Spearman didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara pengetahuan dan perilaku penggunaan lensa kontak dengan Pvalue = 0,133 (>0,05), sehingga hipotesis penelitian untuk kedua
85
variabel diterima. Artinya, tidak ada hubungan antara pegetahuan dengan perilaku penggunaan lensa kontak, mungkin disebabkan karena mayoritas responden adalah pelajar yang usianya masih dalam kategori remaja dimana periode ini adalah periode perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada periode ini banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan pada remaja diantaranya faktor fisik, kognitif, moral dan psikososial. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini tidak sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mendasari terjadinya perilaku kesehatan pada seseorang. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah responden melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dengan demikian, pengetahuan responden terhadap lensa kontak di optik-optik Kecamatan Ciputat Timur diharapkan menjadi dasar dalam menentukan perilaku untuk menggunakan lensa kontak. Hasil penelitian yang sama di tunjukan oleh Winda (2010) yang melakukan penelitian terhadap 57 mahasiswa yang menggunakan lensa kontak. Penelitian itu menyatakan bahwa sebanyak 21 responden (36,9%) yang berpengetahuan baik, 36 responden (63,1%) yang berpengetahuan sedang, dan tidak ada responden (0%) yang berpengetahuan kurang. Dari hasil data tersebut, terdeskripsi bahwa mayoritas tingkat pengetahuan
86
Mahasiswa FK USU pengguna lensa kontak terhadap dampak negatif penggunaannya berada pada kategori sedang. Persamaan hasil penelitian ini dikarenakan pada penelitian Winda, sampel penelitiannya ialah mahasiswa yang menggunakan lensa kontak, sedangkan pada penelitian ini mayoritas responden juga pelajar yang lebih memilih menggunakan lensa kontak dari pada kaca mata untuk koreksi gangguan penglihatannya. Kaitannya dengan hasil penelitian ini, sebagian besar responden mempunyai pegetahuan yang cukup namun dalam penelitian ini juga pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku penggunaan lensa kontak. Hal ini mungkin dikarenakan pengetahuan terkait lensa kontak mudah diperoleh oleh kalangan pelajar melalui kemajuan teknologi sekarang ini seperti internet. Artinya, mayoritas responden yang sebagai seorang pelajar memperoleh pengetahuan bukan hanya dari faktor fasilitas seperti internet, namun ada faktor lain seperti pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, penghasilan, dan sosial budaya. 2. Hubungan Pengaruh Sosial dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Dukungan sosial dalam penelitian ini dapat berasal dari teman ataupun keluarga. Dukungan sosial terutama dukungan teman yang berada dalam satu lingkungan yang sama sangatlah berpengaruh terhadap keseharian responden. Teman dalam satu lingkungan sudah dianggap seperti keluarga karena berperan sebagai pengganti keluarga dirumah. Responden yang memiliki kedekatan dengan teman sebayanya secara tidak
87
langsung memiliki ikatan batin yang cukup kuat sehingga mereka akan tetap butuh dukungan dari temannya tersebut, seperti halnya dalam penggunaan lensa kontak. Lingkungan sekitar seperti teman yang sudah dulu menggunakan lensa kontak mampu menjadi motivasi tambahan bagi responden untuk menggunakan lensa kontak. Pada hubungan sosial (lingkungan, sosial, budaya), manusia adalah makhluk sosial dimana kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Keluarga dan lingkungan teman sekitar yang berinteraksi secara langsung akan lebih besar terpapar informasi. Sehingga lingkungan sekitar mempengaruhi untuk menggunakan lensa kontak. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square Penelitian ini sudah sejalan meskipun dari hasil Pvalue = 1 menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna hal ini dapat di karenakan bukan hanya pengaruh sosial yang mempengaruhi perilaku, namun masih ada faktor lain yang mempengaruhi perilaku seperti sikap, keyakinan dan nilainilai, persepsi, dan emosi yang dianut responden. Faktor izin orang tua yang termasuk dalam faktor nilai-nilai yang dianut juga bisa menjadi pertimbangan responden dalam menggunakan lensa kontak. 3. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan responden tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Notoatmodjo, 2010). Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup apa yang menjadi dorongan responden untuk menggunakan lensa kontak dibandingkan kacamata, yang
88
meliputi motivasi instrinsik (tanpa adanya rangsangan dari luar) dan motivasi ekstrinsik (adanya rangsangan dari luar). Pada penelitian ini, variabel motivasi dikategorikan menjadi dua berdasarkan penyebabnya. Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Correlation Spearman didapatkan hubungan yang bermakna antara motivasi ekstrinsik yaitu alasan mengikuti Tren dan perilaku penggunaan lensa kontak dengan Pvalue = 0,021 (<0,05), sehingga hipotesis penelitian untuk kedua variabel ditolak. Hal itu dikarenakan, mayoritas yang menggunakan lensa kontak di Optik-optik di Kecamatan Ciputat Timur dipengaruhi oleh lingkungan eksternalnya seperti lingkungan teman. Hal itu terlihat responden yang memiliki kedekatan dengan teman sebayanya secara tidak langsung memiliki ikatan batin yang cukup kuat sehingga mereka akan mudah dipengaruhi oleh temannya tersebut, seperti halnya dalam penggunaan lensa kontak. Namun, untuk variabel motivasi yang lainnya tidak ada hubungan yang bermakna dikarenakan nilai Pvalue lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis penelitian untuk kedua variabel diterima. Hal itu bisa dikarenakan bukan hanya faktor motivasi saja yang mempengaruhi perilaku tapi masih ada faktor lainnya seperti persepsi dan emosi responden. Dalam penelitian ini, responden yang menggunakan lensa kontak mayoritas menggunakan lensa kontak disamping untuk kebutuhan koreksi gangguan penglihatan seperti rabun jauh juga karena faktor lensa kontak yang mudah digunakan.
89
4. Hubungan Ekonomi (Pendapatan) dengan Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan baik kebutuhan primer, sekunder ataupun tersier. Semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah tercukupi kebutuhan sekunder atau tersiernya dibanding dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan pada keluarga. Pada penelitian ini, variabel ekonomi (pendapatan) dikategorikan menjadi 2 berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional). Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara ekonomi (pendapatn) dan perilaku penggunaan lensa kontak dengan Pvalue = 0,721 (>0,05), sehingga hipotesis penelitian untuk kedua variabel diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat ekonomi dibawah UMR. Responden yang dimaksud yaitu responden yang memiliki rentang usia produktif (15-49 tahun) dan masih berstatus pelajar yang belum memiliki penghasilan tetap setiap bulan. Artinya masih menjadi tanggung jawab orang tua. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan penggunaan lensa kontak pada kelompok umur (15-49 tahun) tersebut bukan dikarenakan tingkat ekonomi diatas UMR tetapi lebih disebabkan karena faktor sosial, seperti ajakan lingkungan sekitar seperti teman yang mendominasi dalam penelitian ini.
90
C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang dialami peneliti dalam melakukan penelitian ini meliputi : 1.
Tinjauan Pustaka Penelitian Pada penelitian ini tinjauan pustaka cukup lemah dikarena kan literatut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak tidak ditemukan. Penelitian ini mengaitkan teori perilaku kesehatan dari Green dan dari penelitian lain yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi.
2.
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang disusun dan dikembangkan sendiri oleh peneliti dari teori-teori yang berhubungan dengan variabel penelitian dalam bentuk skala Likert dan Guttman, mengingat peneliti masih dalam tahap proses belajar sehingga kemungkinan kuesioner yang dibuat tidak sempurna.
91
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Proporsi penggunaan lensa kontak di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur cukup tinggi yaitu sebesar 85,7%. 2. Sebesar 74,6% responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur termasuk kategori usia produktif, sedangkan 25,4% responden termasuk kategori usia non produktif. 3. Sebesar 71,4% responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur yang berjenis kelamin perempuan, dan hanya 28,6% responden yang berjenis kelamin laki-laki. 4. Responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur yang berstatus sebagai pelajar lebih banyak (55,6 %) dibandingkan dengan yang bekerja (27,0%) dan tidak bekerja (17,5%). 5. Sebesar 54,0% responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur yang memiliki ekonomi (pendapatan) menengah ke bawah, dan hanya 46,0% responden yang memiliki ekonomi (pendapatan) menengah ke atas. 6. Responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur mayoritas berpengetahuan cukup (69,8%), dibandingkan responden yang
92
berpengetahuan
tinggi
(25,4%)
atau
responden
yang
berpengetahuan rendah (4,8%). 7. Responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur mayoritas menggunakan lensa kontak karena pengaruh lingkungan teman (52,4%), dibandingkan responden yang dipengaruhi oleh keluarga (28,6%) atau responden yang dipengaruhi oleh diri sendiri atau selain teman dan keluarga (19,0%). 8. Sebesar 60,3% responden di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur yang memiliki motivasi instrinsik untuk menggunakan lensa kontak, dan hanya 39,7% responden yang memiliki motivasi ekstrinsik untuk menggunakan lensa kontak. 9. Dari semua faktor-faktor yang diteliti seperti ekonomi (pendapatan), pengetahuan, dan hubungan sosial tidak ada yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur. 10. Dari faktor motivasi ekstrinsik (alasan mengikuti Tren) berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan penglihatan di Optik-optik Kecamatan Ciputat Timur.
93
B. Saran 1. Untuk Pendidikan Keperawatan a. Meningkatkan peran perawat khususnya perawat pelayanan sebagai health educator, untuk melakukan pendidikan kesehatan terkait lensa kontak. b. Diharapkan agar pemberian informasi tentang lensa kontak dapat menjadi satu program praktik di pelayanan. 2. Untuk Peneliti Selanjutnya a. Perlu kiranya melakukan penelitian serupa ditempat lain dengan kondisi daerah dan optik yang berbeda, serta sampel yang lebih luas agar penelitian tersebut lebih representatif dan lebih valid. b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dengan melihat variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan penggunaan lensa kontak.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Ophthalmology: Optics, Refraction, and Contact Lenses, Section 3.”Basic and Clinical Science Course”, 2002-2003, page 181-195 dan Kumpulan Naskah Kursus Lensa Kontak Perdami, Jakarta, 2001 American Optometric Association.Diunduh dari http://www.aoa.org/x5080.xml pada tanggal 02 Desember 2011 Amirah Kamaruddin, Fatin.”Gambaran Penggunaan Lensa Kontak Pada Mahasiswa FK USU dan Kemungkinan Terjadinya Keratitis”.Skripsi.Medan.Sumatera Utara.2010 Arikunto, Suharsimi.”Prosedur Penelitian Praktek”.Jakarta:Rineka Cipta.2006
Suatu
Pendekatan
Artini, Widya.”Jangan Sembarangan Pakai Lensa Kontak”.Diunduh dari http://www.tribunnews.com/2010/10/20/jangan-sembarangan-pakai-lensakontak pada tanggal 20 Februari 2012 Aselmahumka.”Demam Berdarah Dengue”.2009. Diunduh dari http://karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com/2009/01/demam-beradarhdengue-dbd-dan-asuhan pada tanggal 25 Agustus 2012 Barr, Joseph. "Contact Lenses 2002: Annual Report." Contact Lens Spectrum Jan. 2003: 24-31 Diunduh dari http://www.contactlenscouncil.com/pconstats.htm pada tanggal 22 Februari 2012 Bausch & Lomb.”Laporan tahunan tentang solusi lensa kontak”. Rochester: Bausch & Lomb Utara Amerika Perawatan Visi. 1994: 2. Anon. Pakai lensa kontak. Diunduh dari http://search.proquest.com/docview/198992585/133490C99D112486695/12 ?accountid=46437 pada tanggal 21 Desember 2011 Brunner & Suddarth. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol 3” . Jakarta : EGC.2001 Chang,ester,dkk.”pathophysiology:applied practice”.Marrickville:Mosby Elsevier.2006
to
nursing
Contact Lens Council, “Statistics on Contact Lens Wear in the U.S.”7 November.2004. Diunduh dari http://www.contactlenscouncil.com/pconstats.htm pada tanggal 22 Februari 2012 Creasoft.”Referensi Kesehatan”.2008. Diunduh dari http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/sikap/ pada tanggal 25 Agustus 2012
80
Denovoidea.”Organisasi”.2009. Diunduh dari http://denovoidea.wordpress.com/2009/02/11/organisasi pada tanggal 25 Agustus 2012 Ernawati, Maftuhah.”MODUL Konsep Dasar Keperawatan”.Jakarta:UIN Jakarta Press.2006 Fadilawati, Nikmatul.”Awas, Lensa Kontak Picu Kebutaan”.2011Diunduh dari http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=800815b9811cd 587b6071a5f542b7218&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c pada tanggal 14 Februari 2012 Griggs, Kim.”Contact Lenses Care”.2009Diunduh dari http://proquest.umi.com/pqdweb?did=1737369621&sid=5&Fmt=3&clientId =45625&RQT=309&VName=PQD pada tanggal 21 Desember 2011 Hastono, S.P. “Modul Analisa Data”. Depok: FKM-UI. 2001. Hidayat, Alimul.”Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data”.Ed 1.Jakarta:Salemba Medika.2007 Ilyas,Sidarta.”Ilmu Perawatan Mata”.Jakarta:Sagung Seto. 2004 Kharuna, A.K.,”Comprehensive Ophthalmology”. 4th ed. New Dehli: New Age International (P) Limited. 2007 Lancet 1988; i: 1437. Glynn RJ, Schein OD, seddon JM, et al. “Kejadian keratitis ulseratif di antara pemakai lensa kontak aphakic di New England”. Arch Ophthalmol 1991; 109: 104407.Diunduh dari http://search.proquest.com/docview/198992585/133490C99D112486695/12 ?accountid=46437 pada tanggal 21 Desember 2011 Mubarok, Wahit Iqbal & Chayatin, Nurul. “Ilmu keperawatan komunitas pengertian dan teori”.Jakarta: Salemba Medika, 2009. Notoatmodjo, Soekidjo.”Ilmu Kesehatan Dasar”.Jakarta:Rineka Cipta.1997
Masyarakat
Prinsip-Prinsip
___________________. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.2002. ___________________. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.2003. ___________________.”Metodologi Cipta.2005
Penelitian
KesehatanI”.Jakarta:Rineka
___________________. Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Rineka Cipta.2005. ___________.”Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku”.Jakarta:Rineka Cipta.2007 ___________.”Ilmu Perilaku Kesehatan”.Jakarta:Rineka Cipta.2010 ___________.”Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi”.Jakarta:Rineka Cipta.2010 Nursalam.”Konsep dan Penerapan Metodologi Keperawatan”.Surabaya:Salemba medika.2008
Penelitian
Ilmu
Oktapriana,R.”Pengetahuan, Sikap, dan Praktek PHBS siswa dan Faktor-faktor Yang Berhubungan di SDN 013 Sunter Agung Jakarta Utara Tahun 2008”.Jakarta:Skripsi.2008 Potter, Perry.”Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep, Proses Dan Praktik”.Ed 4. Jakarta:EGC.2005 Pringgoutomo, Himawan, Tjarta.”Buku 1.Jakarta:Sagung Seto.2002
Ajar
Patologi
I
(Umum)”.Ed
Rakhmat, Jalaluddin.“Psikologi Komunikasi”.Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.1992 Sarwono,Sarlito wirawan.”Pengantar Bintang.2000
Umum
Psikologi”.Jakarta:PT.Bulan
Sastroasmoro, Sudigdo.”Dasar-dasar 3.Jakarta:Sagung Seto.2008
Metodologi
Penelitian
Klinis”.Ed
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. “Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis”. Jakarta: Sagung Seto.2002 Setiadi.”Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan”.Jakarta:Graha Ilmu.2007 Stanley, beare.”Buku Ajar Keperawatan Gerontik”.Ed 2.Jakarta:EGC.2007 Sugiyono.”Metode Penelitian R&D”.Bandung:Alfabeta.2009
Kuantitatif,
Kualitatif
dan
Universitas Kristen Petra.2006.Diunduh dari http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=12&submit.y=20&submit=pr ev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fsi p4%2F2006%2Fjiunkpe-ns-s1-2006-21499109-10559-sehat-chapter2.pdf pada tanggal 15 Februari 2012
Ventocilla, M.,.“Contact Lens Complications”, Michigan Collage of Optometry.2010.Diunduh dari QFjAA&url=http%3A%2F%2Femedicine.medscape.com%2Farticle%2F11 96459-overview&rct=j&q=Contact+Lens+Complications&ei=cunXSapGILGrAeu442PBw&usg=AFQjCNG_71aTtjr3KH8RBxAxsUvxlospUQ. Pada tanggal 15 Februari 2012 Winda, Finera.”Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak Terhadap Dampak Negatif Penggunaannya Pada Mahasiswa FK USU angkatan 20072009”.Skripsi.Medan.Universitas Sumatera Utara.2010 Winkel, W.S. “Psikologi Pendidikan”. Jakarta: Grasindo.1996
INFORMED CONSENT FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN LENSA KONTAK PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN
Assalamu‟alaikum.WR.WB Nama
:Khaerunnisa
NIM
:108104000011
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu keperawatan sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep). Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Untuk itu Saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya Saudara/Saudari bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan jawaban Saudara/Saudari akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti. Kuesioner ini Saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang di pertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik untuk penelitian ini. Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi Saudara/Saudari dalam pengisian kuesioner ini. Apakah Saudara/Saudari bersedia menjadi responden?
YA/TIDAK Tertanda
Responden
Lampiran 2
Kuesioner Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Lensa Kontak Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan
Tanggal Pengisian
:
Kuesioner A Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang tersedia. 1. Berapakah usia Saudara saat ini
:
2. Jenis kelamin
:
Lk
3. Pekerjaan
:
PNS Pegawai swasta Wiraswasta Tidak bekerja Lain-lain, tuliskan …
4. Penghasilan perbulan
: Ekonomi menegah ke atas:>=1.290 rb/kapita/bulan Ekonomi menengah ke bawah <1.290 rb/kapita/bulan
Pr
Kuesioner B Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang tersedia. 1. Apakah Saudara menggunakan lensa kontak Ya Tidak
:
Lampiran 2
Kuesioner C Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan yang tersedia. Di isi oleh No. Pernyataan Benar Salah peneliti (skor) 1. Lensa kontak adalah lensa yang menempel pada selaput bening mata 2. Lensa kontak tidak harus dibersihkan secara teratur 3. Tempat lensa kontak diganti setiap 3 bulan sekali 4. Lensa kontak tidak akan berkabut jika terjadi perubahan suhu 5. Sebelum memakai lensa kontak, saya mencuci tangan terlebih dahulu 6. Lensa kontak hanya dapat digunakan untuk kelainan mata berupa rabun jauh (hipermetropi) 7. Lensa kontak dapat digunakan bergantian dengan orang lain 8. Perawatan lensa sama untuk semua jenis lensa kontak 9. Proses sterilisasi pada lensa kontak dapat membunuh bakteri dan jamur yang melekat pada lensa kontak 10. Untuk membersihkan lensa kontak dapat digunakan air bersih (tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa) 11. Membersihkan lensa kontak tidak dapat menghilangkan kotoran pada lensa kontak 12. Lensa kontak dapat digunakan ketika tidur 13. Lensa kontak boleh diletakkan di atas tempat tidur 14. Perawatan lensa kontak yang tidak tepat dapat berakibat fatal bagi kesehatan mata seperti alergi, infeksi keratitis, tukak kornea hingga menyebabkan kebutaan
Lampiran 2
15. 16. 17.
18.
19.
20.
21. 22.
23. 24.
25.
Lensa kontak dapat mengurangi penyerapan oksigen pada mata Lensa kontak dapat digunakan saat berenang Pengguna boleh menggunakan lensa kontak melebihi waktu yang telah ditentukan Walaupun lensa kontak tidak digunakan, cairan pembersih untuk merendam lensa kontak diganti setiap hari Simpan tempat lensa kontak di lingkungan yang lembab dan terlindung dari sengatan sinar matahari langsung Mata terasa terbakar dan berair bukan komplikasi akibat lensa kontak Kotoran mata normal adalah yang berwarna putih kekuningan Pemakaian lensa kontak dapat mengakibatkan infeksi pada lapisan kornea (keratitis) Mata terasa nyeri salah satu komplikasi akibat lensa kontak Lensa kontak boleh digunakan oleh olahragawan untuk menunjang pekerjaannya Lensa kontak tidak boleh digunakan pada orang yang memilki sindrom mata kering
Lampiran 2
Kuesioner D Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi (situasi) Saudara tentang pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, dengan memberikan tanda checklist (√) pada jawaban yang Saudara pilih. 1.
Siapakah yang paling mempengaruhi Saudara untuk menggunakan lensa kontak: a) Teman b) Keluarga c) Lain-lain, tuliskan… 2. Siapakah yang menemani Saudara membeli lensa kontak: a) Teman b) Keluarga c) Lain-lain, tuliskan…
Kuesioner E Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kondisi (situasi) Saudara tentang pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia. No.
Alternatif Jawaban Pernyataan
1. 2. 3.
4. 5. 6.
Saudara menggunakan lensa kontak karena rabun jauh Saudara menggunakan lensa kontak untuk keperluan kosmetik Saudara menggunakan lensa kontak karena mengikuti Tren atau mode yang sedang berkembang Saudara menggunakan lensa kontak karena faktor ajakan teman di lingkungan sekitar Saudara menggunakan lensa kontak karena mudah digunakan Saudara menggunakan lensa kontak karena terjual bebas di pasaran walaupun tanpa resep dokter (poin baru)
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Tidak Setuju
tidaksetuju
Lampiran 3
ANALISIS UNIVARIAT
1. Ekonomi (pendapatan) Statistics Penghasilan perbulan Valid Missing
N
Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum
63 0 1.54 2.00 2 .502 1 2
Penghasilan perbulan
Frequency
Percent
Valid Percent
29
46.0
46.0
46.0
34
54.0
54.0
100.0
63
100.0
100.0
Valid Diatas UMR >=1.290 rb/bulan Dibawah <1.290 rb/bulan Total
Histogram
60
50
Frequency
40
30
20
10 Mean = 1.54 Std. Dev. = 0.502 N = 63
0 0.5
1
1.5
Penghasilan perbulan
2
2.5
Cumulative Percent
Lampiran 3
2. Pengetahuan Statistics Hasil variabel pengetahhuan N Valid 63 Missing 0 Mean 1.79 Median 2.00 Mode 2 Std. Deviation .513 Minimum 1 Maximum 3 Hasil variabel pengetahhuan Frequenc y Valid Baik:jika skor jawaban 76100% Cukup:jika skor jawaban 5675% Kurang:jika skor jawaban <=55% Total
25.4
25.4
44
69.8
69.8
95.2
3
4.8
4.8
100.0
63
100.0
100.0
Frequency
40
30
20
10
Mean = 1.79 Std. Dev. = 0.513 N = 63 1
1.5
2
2.5
Hasil variabel pengetahhuan
3
3.5
Cumulative Percent
25.4
50
0.5
Valid Percent
16
Histogram
0
Percent
Lampiran 3
3. Pengaruh Sosial Statistics Pengaruh sosial Valid Missing
N
63 0 1.67 1.00 1 .783 1 3
Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum
Pengaruh sosial
Valid Teman Keluarg a Lainlain Total
Frequenc y 33
Percent 52.4
Valid Cumulative Percent Percent 52.4 52.4
18
28.6
28.6
81.0
12
19.0
19.0
100.0
63
100.0
100.0
Histogram
40
Frequency
30
20
10
Mean = 1.67 Std. Dev. = 0.783 N = 63
0 0.5
1
1.5
2
2.5
Pengaruh sosial
3
3.5
Lampiran 3
4. Motivasi Statistics Motivasi Valid Missing
N
63 0 1.40 1.00 1 .493 1 2
Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum
Motivasi Frequenc y Valid Motivasi intrinsik Motivasi ekstrinsik Total
60.3
60.3
60.3
25
39.7
39.7
100.0
63
100.0
100.0
60
50
Frequency
40
30
20
10 Mean = 1.4 Std. Dev. = 0.493 N = 63 0.5
1
1.5
Motivasi
2
2.5
Cumulative Percent
38
Histogram
0
Percent
Valid Percent
Lampiran 4
ANALISIS BIVARIAT
1.
Ekonomi (pendapatan)*Perilaku penggunaan lensa kontak Case Processing Summary Valid N Percent Penghasilan perbulan * Tindakan penggunaan lensa kontak
63
Cases Missing N Percent
100.0%
0
Total N Percent
.0%
63
100.0%
Penghasilan perbulan * Tindakan penggunaan lensa kontak Crosstabulation Tindakan penggunaan lensa kontak Ya Penghasilan Diatas UMR >=1.290 perbulan rb/bulan
Dibawah <1.290 rb/bulan
Total
Count % within Penghasilan perbulan Count
% within Penghasilan perbulan Count % within Penghasilan perbulan
Total
Tidak 24
5
29
82.8%
17.2%
100.0%
30
4
34
88.2%
11.8%
100.0%
54
9
63
85.7%
14.3%
100.0%
Lampiran 4
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2sided)
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Value df Pearson Chi.383(b) 1 .536 Square Continuity .067 1 .796 Correction(a) Likelihood Ratio .382 1 .536 Fisher's Exact .721 .396 Test Linear-by-Linear .377 1 .539 Association N of Valid Cases 63 a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.14. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Penghasilan perbulan (Diatas UMR >=1.290 rb/bulan / Dibawah <1.290 rb/bulan) For cohort Tindakan penggunaan lensa kontak = Ya For cohort Tindakan penggunaan lensa kontak = Tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
.640
.155
2.648
.938
.763
1.153
1.466
.434
4.953
63
Lampiran 4
2.
Pengetahuan*Perilaku penggunaan lensa kontak Correlations Hasil Perilaku variabel penggunaan pengetahhua lensa kontak n Spearman's rho
Perilaku penggunaan lensa kontak
Hasil variabel pengetahhuan
3.
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
-.191
. 63
.133 63
-.191
1.000
.133 63
. 63
Pengaruh Sosial*Perilaku penggunaan lensa kontak Case Processing Summary
Valid N Percent Pengaruh sosial * Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
51
Cases Missing N Percent
100.0%
0
.0%
Total N Percent 51
Pengaruh sosial * Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Crosstabulation Perilaku Penggunaan Lensa Kontak Ya Pengaruh Keluarg sosial a Teman Total
Tidak
Total
17
1
18
30 47
3 4
33 51
100.0%
Lampiran 4
Chi-Square Tests
Value
Df
Asymp. Sig. (2sided)
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
Pearson Chi.201(b) 1 .654 Square Continuity .000 1 1.000 Correction(a) Likelihood Ratio .212 1 .645 Fisher's Exact 1.000 .557 Test Linear-by-Linear .197 1 .657 Association N of Valid Cases 51 a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.41. Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pengaruh sosial (Keluarga / Teman) For cohort Perilaku Penggunaan Lensa Kontak = Ya For cohort Perilaku Penggunaan Lensa Kontak = Tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
1.700
.164
17.649
1.039
.889
1.214
.611
.068
5.455
51
Lampiran 4
4.
Motivasi*Perilaku penggunaan lensa kontak Correlations
Spearman's rho
Motivasi Positif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Perilaku Penggunan Lensa Kontak
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Motivasi Positif 1.000
Perilaku Penggunan Lensa Kontak -.079
.
.540
63
63
-.079
1.000
.540
.
63
63
Correlations Perilaku penggunaan lensa kontak
Motivasi Negatif 2 Spearman's rho
Motivasi Negatif 2
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Perilaku penggunaan lensa kontak
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
.046
.
.723
63
63
.046
1.000
.723
.
63
63
Motivasi Negatif 1.000
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak .291(*)
Correlations
Spearman's rho
Motivasi Negatif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.
.021
63
63
.291(*)
1.000
.021
.
63
63
Lampiran 4
Correlations
Spearman's rho
Motivasi Negatif
Correlation Coefficient
Motivasi Negatif 1.000
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak .112
Sig. (2-tailed) N Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.
.384
63
63
.112
1.000
.384
.
63
63
Correlations Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Motivasi Positif Spearman's rho
Motivasi Positif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
-.206
.
.105
63
63
-.206
1.000
.105
.
63
63
Motivasi negatif 1.000
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak .221
.
.082
63
63
.221
1.000
.082
.
63
63
Correlations
Spearman's rho
Motivasi negatif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Perilaku Penggunaan Lensa Kontak
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N