FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GANGGUAN AKIBAT KURANG YODIUM (GAKY) DI DAERAH PEGUNUNGAN KAPUR WONOGIRI JAWA TENGAH Delima Citra Dewi
PENDAHULUAN Gangguan akibat
kurang
yodium
diare dan infeksi saluran pernafasan akut
(GAKY) adalah sekumpulan gejala yang
(ISPA).
timbul karena tubuh seseorang kekurangan
Kodyat (1996) mengatakan bahwa
unsur yodium secara terus-menerus dalam
pada umumnya masalah ini lebih banyak
jangka waktu yang cukup lama. GAKY dapat
terjadi di daerah pegunungan dimana makanan
diidentifikasikan
adanya
yang dikonsumsinya sangat tergantung dari
tingginya
angka
produksi makanan yang berasal dari tanaman
menurunnya
tingkat
setempat yang tumbuh pada kondisi tanah
dengan
gondok/goiter,
kretin,
kematian
dan
kecerdasan
bayi (IQ).
Dalam
tubuh
manusia
dengan kadar yodium rendah.
Menurut
Yodium diperlukan untuk membentuk hormon
Djokomoeldjanto (1994), GAKY sangat erat
tiroksin yang diperlukan oleh tubuh untuk
hubungannya dengan letak geografis suatu
mengatur pertumbuhan dan perkembangan
daerah. Pada umumnya masalah ini sering
mulai dari janin sampai dewasa. Yodium
dijumpai
adalah sejenis mineral yang terdapat dialam,
pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di
baik ditanah, di tumbuhan maupun diair
Indonesia
merupakan zat gizi mikro yang diperlukan
pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera
untuk pertumbuhan dan perkembangan mahluk
dan pegunungan Kapur Selatan di Pulau Jawa.
hidup. Orang yang mengalami kekurangan
Sedangkan Wonogiri termasuk dalam kawasan
yodium dalam tubuhnya dikatakan menderita
pegunungan kapur selatan.
GAKY, GAKY dapat dialami oleh semua
biasanya mendapat suplai
golongan umur mulai dari janin hingga dewasa
daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti
yang digolongkan sebagai kelompok rentan.
daerah
di
daerah
GAKY
pegunungan
pegunungan
sering
seperti
dijumpai
di
Daerah yang makanannya dari
yang
notabenenya
Penyebab dari GAKY sendiri selain
merupakan daerah yang miskin kadar iodium
dari kurangnya asupan yodium baik dari
dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu
makanan dan minuman juga dapat disebabkan
yang lama namun pasti daerah tersebut akan
oleh kurangnya asupan protein, tingginya zat
mengalami defisiensi yodium atau daerah
goitrogenik (zat yang menghambat penyerapan
endemik.
yodium) yang dikonsumsi, , adanya blocking
Masalah
Gangguan
agent, polutan, staus gizi kurang atau buruk
Kekurangan
serta penyakit infeksi yang diderita seperti
masalah yang serius mengingat dampaknya
1
Yodium (GAKY)
Akibat merupakan
secara langsung mempengaruhi kelangsungan
GAKY, oleh karena itu peneliti tertarik untuk
hidup
mengadakan
dan
masyarakat
kulitas yang
manusia.
sangat
Kelompok
rawan
penelitian
mengenai
faktor-
terhadap
faktor apa saja yang berhubungan dengan
masalah dampak defisiensi yodium adalah
GAKY pada anak-anak usia sekolah di daerah
wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil ; anak
pegunungan kapur yang terletak di kecamatan
balita dan anak usia sekolah (Jalal, 1998).
Kismantoro,
Untuk itu sebaiknya dilakukan upaya
Penelitian
Wonogiri, ini
Jawa
dilaksanakan
Tengah. di
daerah
pencegahan terhadap timbulnya GAKY di
pegunungan kapur yang terletak di wonogiri
masyarakat, karena mencegah lebih baik
tepatnya di Kecamatan Kismantoro, karena
daripada mengobati karena akan membutuhkan
merupakan salah satu daerah endemik GAKY,
banyak tenaga, biaya, dan waktu. Dalam upaya
menurut Dinas Kesehatan Wonogiri (2006),
mencegah timbulnya kejadian GAKY ini maka
Wonogiri
perlu lebih dahulu dilihat faktor-faktor apa saja
sebesar 21,1% (Endemis Sedang) .
yang
secara
nyata
berhubungan
mempunyai
prevalensi
GAKY
dengan
BAHAN DAN CARA PENELITIAN Jenis
penelitian
observasional Observasional
ini
analitik. analitik
adalah
goitrogenik, dan status gizi dengan variabel
Penelitian
terikat adalah gangguan akibat kurang yodium
dipilih
untuk
(GAKY).
menjelaskan satu atau beberapa keadaan, dan atau
menjelaskan
hubungan
antara
Cara pengumpulan data dilakukan
satu
dengan
beberapa
cara,
status
GAKY
keadaan dengan keadaan lainnya dari suatu
ditentukan dengan ekskresi yodium urin
peristiwa yang terjadi, bukan sebagai hasil
(EYU).
perbuatan peneliti. Rancangan penelitian yang
pembesaran dilakukan dengan metode palpasi
digunakan adalah studi cross-sectional atau
oleh palpator yang sudah teruji. Status anemia
penelitian survey. Studi Cross-Sectional dapat
data diperoleh dari hasil pengukuran kadar
mengkaji satu atau beberapa variable sekaligus
hemoglobin
pada waktu yang sama. Asosiasi dan hubungan
menggunakan metode hemoque. Pengambilan
antarvariabel dapat dengan mudah dievaluasi
sampel darah dan pengukuran dilakukan oleh
dalam studi ini. (Timmreck,2004).
tenaga yang terlatih. Pengambilan sampel
Penelitian
ini
dilaksanakan
Penentuan
darah
ada
atau
responden
tidaknya
dengan
pada
tanah dan air menggunakan tempat sampel,
bulan Juli sampai dengan Desember 2007 yang
recall 24 jam selama 3 hari berturut – turut
bertempat di Sekolah Dasar wilayah kerja
untuk mengetahui asupan protein, yodium, dan
Kismantoro, Kabupaten Wonogiri. Populasi
zat goitrogenik.
dalam penelitian ini adalah anak SD usia 9-12
melalui wawancara terstruktur menggunakan
tahun sebanyak 69 anak di wilayah kerja
quisioner langsung kepada anak sekolah dasar
Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri,
yang bersedia menjadi responden. Status gizi
Jawa Tengah. Variabel bebas dalam penelitian
diperoleh dengan antropometri BB dan TB.
ini adalah kandungan yodium dalam tanah dan
Data disajikan secara deskriptif dan analitik.
air, anemia, asupan protein, yodium, zat
2
Status
infeksi diperoleh
signifikan Data
diuji
secara
terhadap
variable
terikat,
statistik
menggunakan uji F - test. Sedangkan untuk
menggunakan menggunakan model regresi
mengetahui apakah variable bebas secara
yaitu untuk menjelaskan variable terikat
parsial berpengaruh terhadap variable terikat
2
ditunjukkan dari koefisien determinasi (R ).
digunakan uji t – test. Penyelesaian analisis ini
Untuk mengetahui apakah variable bebas
menggunakan
secara
program SPSS 15.
bersama-sama
berpengaruh
secara
perangkat
lunak
dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kismantoro
adalah
sebuah
Batas
teknik belum ada, persawahan semuanya tadah
wilayah sebelah timur Kecamatan kecamatan
hujan. Sarana transport terutama yang menuju
di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah dengan
ke kelurahan sangat jelek, sehingga kelurahan
2
luas wilayah 69,86 km . Jumlah penduduk di
yang terdapat jauh di perbukitan praktis
Kecamatan Kismantoro berjumlah 37.809
terisolir. Air minum penduduk sebagian besar
jiwa. Kepadatan penduduknya 541 jiwa per
diambil dari sendang/belik, sebagian kecil
2
km . Kecamatan Kismantoro mempunyai 10
sumur, dan jarang mengambil air minum dari
Desa/kelurahan yaitu Bugelan, Gambiranom,
sungai. Hanya 5 keluarga dari tempat terpencil
Gedawung, Gesing, Kismantoro, Lemahbang,
yang dalam musim hujan menampung air
Miri, Ngroto, Plosorejo, dan Pucung. Daerah
hujan untuk minumnya. Seluruh penduduk
Kismantoro merupakan daerah yang berbukit -
menggantungkan
bukit, dengan dengan ketinggian rata-rata 500
minumnya hanya dari sumber-sumber air
m di atas permukaan air laut. Tanahnya terdiri
setempat. Pada tahun 1977 diadakan survey
dari tanah kapur dan lempung. Banyak daerah
oleh Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
yang gundul; reboisasi yang ada masih tingkat
Maret pada 7 kelurahan Di Kecamatan
awal.
Karenanya
mengalami
erosi
tanah dan
tersebut
mudah
Kismantoro,
pencucian
akibat
gondok sebesar 21,7%.
derasnya air hujan. Pengairan sawah secara 1. Kandungan
Pada
dan
kebutuhan
air
diketemukan
untuk
penderita
Sedangkan kretin
endemiknya diketemukan sebesar 0,27%.
Yodium Dalam Tanah
penelitian
dilakukan
bahwa kandungan yodium dalam tanah di
pengukuran sampel tanah di laboratorium dan
daerah penelitian termasuk ketegori rendah
dianalisis
Lokasi
menurut Fuge (2005), karena normalnya kadar
pengambilan sampel tanah yaitu di desa
yodium dalam tanah 100 – 150.000 ppm. Rata
Pucung,
Analisis
– rata kandungan yodium dalam tanah di
laboratorium dilakukan menggunakan ICP-MS
daerah penelitian yaitu 2,59 ppm, hal itu sesuai
analysis. ICP – MS atau Inductive Coupled
dengan teori Fuge (2005), bahwa pada daerah
Plasma-Mass Spectrometry adalah alat yg
dataran
digunakan untuk mengetahui data kandungan
yodium dalam tanah rendah karena terjadi
yodium secara tepat. Hasil dari analisis
proses pencucian yodium pada daerah tinggi
kandungan yodium sampel tanah menunjukkan
(pegunungan)
kandungan
Miri,dan
ini
yodiumnya.
Gedawung.
3
tinggi
(pegunungan)
sehingga
kandungan
menyebabkan
rendahnya suplai yodium pada daerah tadah
pada daerah tadah hujan di daerah pegunungan
hujan di bawahnya. Hal ini akan menjadi
tinggi seperti Pegunungan Himalaya dan
sangat jelas penyebab kekurangan yodium
Pegunungan Alpen.
2. Kandungan Yodium Dalam Air Penentuan kandungan yodium dalam air yang digunakan sebagai air
menggunakan botol sampel khusus untuk air.
minum
Rata-rata kandungan yodium dalam sampel air
Kismantoro,
tanah yang diambil adalah 2,7 ppb. Sampel air
Wonogiri, Jawa Tengah dilakukan dengan
tanah diambil di Desa Gambiranom dan Desa
analisa laboratorium menggunakan ICP-MS
Pucung, letak pengambilan sampel diambil
analysis. ICP – MS atau Inductive Coupled
berdasarkan
Plasma-Mass Spectrometry adalah alat yg
diambil di daerah dataran yang tinggi yang
digunakan untuk mengetahui data iodine
satu diambil di daerah yang lebih datar, hal itu
secara tepat Hasil yang didapat dinyatakan
bertujuan untuk dapat lebih menggambarkan
dalam kandungan atau dalam konsentrasi ion
perbedaan kandungan yodium dalam air tanah.
yodium (I). Satuan dari nilai ion yodium yang
Dilihat
dihasilkan dalam penelitian ini menggunakan
kandungan yodium dalam air tanah di Desa
part per billion (ppb). Ambang batas yodium
Gambiranom lebih banyak dibandingkan di
dalam air adalah antara 0,02 – 2 ppm (lin
Desa Pucung hal itu sudah sesuai dengan teori
dkk,2004).
bahwa air tanah pada dataran tinggi memiliki
Pada penelitian ini diambil sampel sebanyak
kandungan yodium lebih sedikit daripada air
dua air tanah dari dua sumber yang biasanya
tanah di dataran yang lebih rendah.
penduduk
di
Kecamatan
dari
ketinggian
hasil
wilayahnya,
analisis
satu
laboratorium,
digunakan oleh penduduk sebagai air minum. Dari kedua sampel air tersebut diambil
B.
Gambaran Umum Responden Sampel pada penelitian ini diambil dari
Pada saat penelitian berlangsung sampai
3 SD yang ada di Kecamatan Kismantoro,
pengambilan data selesai dilakukan, tidak ada
Wonogiri, Jawa Tengah yaitu SD Miri, Pucung
perubahan sampel jumlahnya tetap sama yaitu
1 dan Pucung 2
69 orang.
. Siswa SD yang diambil
berkisar antara kelas III sampai VI yang berumur
– 12 tahun.
harus
asal sekolah adalah 33 orang (47,83%) berasal
Tinggal
dari SD Pucung 1, dan 32 orang (46,38%)
selama 6 bulan di Kecamatan Kismantoro,
berasal dari SD Pucung 2 serta 4 orang
sampel berumur 9-12 tahun dan jika sampel
(5,80%) berasal dari SD Miri.
memenuhi
9
kriteria
inklusi
Sampel
Distribusi subjek penelitian berdasarkan
yaitu
adalah anak perempuan, maka diambil yang
Jumlah subjek laki-laki sebanyak 32
belum menstruasi. Besar sampel sebanyak 69
orang (46,38%) dan perempuan sebanyak 37
orang yang memenuhi kriteria inklusi.
orang (53,62%). Umur subjek penelitian berkisar antara 9 – 12 tahun.
4
1. Status Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) Pada penelitian ini dilakukan dua cara
normal karena rata-rata kadar EYU responden
pengukuran untuk mengetahui status GAKY.
sebesar 138,51 μg/L . Hal itu di duga dari
Cara pertama adalah dengan mengambil
konsumsi bahan makanan sumber yodium baik
sampel urin responden untuk melihat nilai
dan konsumsi garam beryodium baik, sehingga
Ekskresi Yodium Urin (EYU) melalui uji
dapat memenuhi kecukupan yodium dalam
laboratorium dan yang kedua dengan palpasi
tubuh. Sedangkan konsumsi zat goitrogenik
yaitu melihat secara fisik pada kelenjar gondok
yang rendah dapat juga berpengaruh pada nilai
responden. Nilai EYU dibagi menjadi 6
EYU tinggi menjadi normal, karena zat
kategori yaitu IDD berat (<20 μg/L), IDD
goitrogenik bersifat menghambat penyerapan
sedang ( 20-49,9 μg/L), IDD ringan (50 – 99,9
yodium (Wilson dan Foster cit Thaha,2000).
μg/L), normal (100 – 199,9), resiko IIH (200 –
Hasil analisis menunjukkan status
299,9), dan IHH (>300 μg/L). Hasil analisis
GAKY
EYU diketahui bahwa responden dengan IDD
metode palpasi. Untuk menentukan status
berat tidak ada (0%), IDD sedang 6 orang
GAKY dengan melihat pembesaran kelenjar
(8,7%), IDD ringan 13 orang (18,8%) , normal
gondoknya digunakan metode palpasi ini
27 orang (39,1%), resiko IIH 17 orang
dibagi menjadi 3 kategori yaitu grade 0 (tidak
(24,6%), dan IIH 6 orang (8,7%). Pengukuran
ada pembesaran, grade 1 (teraba tapi tak
status GAKY untuk populasi suatu kelompok
tampak pembesarannya), dan grade 2 (teraba
biasanya digunakan EYU sebagai indikator.
dan tampak dalam keadaan normal).
Menurut
dan
analisis palpasi diperoleh bahwa sebanyak 48
Djokomoeljanto (2002), bahwa kandungan
orang (69,6%) masuk dalam grade 0 (tidak ada
yodium urine sama dengan level intake
pembesaran), dan 21 orang (30,4%) masuk
yodium
untuk
dalam grade 1 (teraba tetapi tak tampak adanya
memperkirakan konsumsi yodium. Status EYU
pembesaran), sedangkan tidak ada responden
responden secara umum dapat dikatakan
yang masuk grade 2.
Aritonang
dan
dapat
(2003)
digunakan
responden
dengan
menggunakan
Hasil
2. Anemia Pengukuran digunakan
untuk
kadar
hemoglobin
menentukan
responden yaitu 11,39g%. Kadar Hb responden
apakah
yang rendah disebabkan karena kurangnya
responden menderita anemia atau tidak (Status
asupan zat besi dan protein, karena dua zat gizi
Anemia). Pengukuran kadar Hb menggunakan
tersebut sangat berperan dalam pembentukan
metode Hemoque. Hasil pengukuran kadar Hb
hemoglobin.
dari seluruh responden menunjukkan bahwa
kurang suka dan jarang mengkonsumsi sayuran
dari 69 sampel, 52 (75,4%) anak tidak
hijau dan protein hewani, hal ini membuat kadar
menderita anemia, sedangkan 17 (24,6%) anak
Hb darah sebagian responden menjadi rendah.
menderita anemia. Secara umum kadar Hb responden dikatakan baik, karena rata-rata kadar Hb
5
Sebagian
responden
memang
3. Asupan Protein kurang karena pada anak usia 7 – 9 tahun ada 16
Data asupan protein diperoleh dari wawancara
dengan
(94,1%) anak yang asupan proteinnya < AKG,
menggunakan metode food recall 24 jam selama
dan 1 (5,5%) anak asupan proteinnya ≥ AKG ,
3
Angka
sedangkan pada anak yang berusia 10-12 tahun
Kecukupan Gizi /AKG (2004), protein untuk
ada 48 (92,3%) anak yang asupan proteinnya
responden yang berumur 7 – 9 tahun yaitu 45
kurang atau dibawah AKG (50 gram/hari)
gram/hari sedangkan untuk responden yang
sedangkan 4 (7,7%) anak asupan proteinnya ≥
berumur 10 -12 tahun AKG proteinnya adalah
AKG . Asupan protein responden secara umum
50 gram/hari.
dikatakan rendah, karena rata-rata asupan
hari
pada
responden
berturut-turut.
responden
Menurut
Hasil analis asupan protein
menunjukkan
bahwa
angka
protein lebih rendah daripada AKG yaitu 28,1
kecukupan gizi sampel akan protein sangat
gram/hari.
4. Asupan Yodium μg/hari, sehingga diduga menjadi faktor yang
Data asupan yodium dalam makanan diperoleh melalui wawancara dengan responden
mempengaruhi
menggunakan metode food recall 24 jam selama
dengan teori Hermawan dkk (1981), bahwa
3 hari berturut – turut, seperti yang dilakukan
kekurangan
untuk mendapatkan data mengenai asupan
gangguan akibat kekurangan yodium yang
protein. Menurut Angka Kecukupan Gizi / AKG
sering disebut GAKY yang salah satunya dapat
(2004) kebutuhan yodium perhari untuk anak
menyebabkan gondok dan kretin.
umur 9 – 12 tahun yaitu 120 μg/hari. Hasil
penelitian ini tidak dilakukan pengukuran
analisis
kandungan
asupan
yodium
pada
responden
menunjukkan bahwa 65 (94,2%) anak asupan
timbulnya
yodium,
yodium
GAKY.
dapat
dalam
Sesuai
menyebabkan
garam
Pada
yang
dikonsumsi oleh responden dirumah.
yodium dalam makanannya < AKG, sedangkan 4
(5,8%)
anak
asupan
yodium
dalam
makananya ≥ AKG. Secara umum dapat disimpulkan bahwa asupan yodium responden rendah (< AKG ) dengan rata-rata asupan 71,90
5. Status Gizi Status gizi pada penelitian ini dinilai
2 kategori yaitu stunted dan normal. Digunakan
dengan menggunakan indikator tinggi badan
menggunakan CDC 2000, bila nilai persentil >
terhadap umur (TB/U) dan dihitung berdasarkan
5 sample disebut normal, sedangkan bila nilai
nilai persentil, kemudian dikategorikan menjadi
persentil ≤ 5 sample disebut stunted. Tinggi
6
badan diukur menggunakan mikrotoise dengan
Sedangkan 42 (60,87%) anak status
ketepatan 0,1 cm. Hasil dari analisis status gizi
gizinya
normal.
Pengukuran
status
gizi
responden menunjukkan bahwa terdapat 27
menggukan antropometri dengan mengukur
(39,13%) anak stunted atau dengan gizi masa
tinggi badan kemudian dibandingkan menurut
lalu yang buruk, sehingga dia stunted.
umur, sehingga dapat diketahui status gizi masa lalunya.
6. Status Infeksi Status infeksi responden diperoleh
mengalami infeksi, sedangkan 11 (15,9%) anak
melalui wawancara menggunakan kuesioner
tidak mengalami infeksi. Penyakit infeksi disini
yang telah divalidasi sebelumnya, kemudian
adalah diare dan pneumonia yang diderita
disebarkan pada responden. Hasil analisis
responden sejak kecil hingga anak-anak. Hal
menunjukkan
tersebut berhubungan dengan kejadian GAKY.
bahwa
58
(84,1%)
anak
7. Zat Goitrogenik Dalam penelitian ini yang akan diukur
goitrogenik tinggi. Secara umum asupan zat
kandungan
goitrogenik
adalah
zat
goitrogenik
pada
pada
responden
rendah
(<10
makanan yang dikonsumsi responden, zat
mg/hari), karena rata-rata asupan yaitu 4,29
goitrogenik
tiosianat,
mg/hari. Hasil analisa diatas dapat disimpulkan
dilakukan dengan menggunakan metode Food
bahwa tingkat konsumsi zat goitrogenik pada
Recall 24 Jam, selama 3 hari berturut-turut yang
responden masih tergolong rendah. Hal itu tidak
bertujuan
sejalan dengan penelitian Hermawan dkk (1981)
yang
untuk
diukur
adalah
mengelompokkan
tingkat
konsumsi tiosianat berdasarkan ambang batas
bahwa
konsumsi yaitu 10 mg/hari (FAO,1994). Dibuat
makanannya adalah tiwul, yang berasal dari
2 kelompok yaitu bila asupan rendah (<10
singkong. Padahal singkong adalah termasuk
mg/hari) dan asupan tinggi (≥ 10 mg/hari).
makanan yang goitrogenik, sehingga diduga
Responden yang memiliki pola konsumsi zat
akan memperhebat defisiensi yodium dengan
goitrogenik dengan kategori rendah sebanyak
mengurangi uptake yodium dalam
64 orang (92,75%), dan 4 orang (7,25%)
tiroid dan meningkatkan pembebasan yodida
responden
dari kelenjar tiroid.
dengan
pola
konsumsi
zat
karena
C. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian GAKY Untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap
timbulnya
GAKY
menggunakan analisis regresi. Hasil analisis regresi dapat dilihat seperti pada table dibawah ini.
7
sebagian
besar
penduduk
kelenjar
Tabel 1. Hasil analisis faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya GAKY Variabel
Koefisien
t
Sig
Keterangan
EYU (Y)
-27.320
-.452
.653
Tidak Signifikan
Anemia (X1)
15.920
3.354
.001
Signifikan
Yodium (X2)
-.759
-.831
.409
Tidak signifikan
Protein (X3)
-.044
-.143
.887
Tidak signifikan
Goitrogenik (X4)
2.389
1.107
.272
Tidak signifikan
Status Gizi (D1)
58.148
3.333
.001
Signifikan
Status Infeksi (D2)
-31.528
-1.614
.112
Tidak signifikan
R2
0.483 .000
Berpengaruh
F – test
Secara keseluruhan hubungan antara faktor-faktor
yang
diduga
menyebabkan
timbulnya Gangguan Akibat Kurang Yodium
Sedangkan
sisanya
yaitu
51,7%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak masuk dalam
model.
(GAKY) seperti anemia, asupan yodium dan protein dari makanan, zat goitrogenik, status gizi, dan status infeksi, secara umum (R) sebesar 0,695 . Sedangkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,483 , yang artinya 48,3% variable terikat (Y) disini adalah GAKY dapat dijelaskan oleh anemia (X1), yodium (X2), protein (X3), goitrogenik (X4), status gizi (D1), dan status infeksi (D2).
1. Hubungan antara variabel bebas dengan terikat secara bersama – sama Untuk
mengetahui apakah
(anemia,asupan
yodium
variable
dan
protein,
bebas
bersama-sama berpengaruh secara signifikan
zat
terhadap variable terikat (Ganggauan Akibat
goitrogenik,status gizi dan status infeks) secara
Kurang Yodium / GAKY), dilakukan Uji F -
secara bersama-sama mempengaruhi secara
test.
signifikan.
Hasil dari F – test p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
timbulnya
GAKY
ternyata
2. Hubungan antara variable bebas dengan terikat secara parsial Untuk mengetahui apakah variable bebas secara
gizi, sedangkan faktor-faktor lain seperti asupan
parsial berpengaruh terhadap variable terikat
yodium, asupan protein, zat goitrogenik, dan
dilakukan uji t – test. Dilihat dari hasil bahwa
status infeksi yang diduga kuat mempengaruhi
yang
kejadian GAKY tidak menunjukkan hasil yang
paling
signifikan
mempengaruhi
timbulnya GAKY adalah kadar Hb dan status
signifikan.
3. Hubungan antara Anemia dengan kejadian GAKY Ada hubungan yang signifikan antara anemia
thyroperoxidase dan tergantung dengan zat besi
dengan timbulnya GAKY (p<0,05), anemia
, sehingga pada anak yang anemia hormone
terjadi karena kekurangan zat besi menurut teori
tiroid tidak dapat tersintesis.
bahwa
kadar
menyebabkan
Hb
yang
Menurut Adam (2008), kemungkinan
hemoglobin dibentuk oleh protein dan zat besi,
terjadinya hipotiroid secara klinis berhubungan
jika salah satu rendah maka akan mudah
dengan rendahnya kadar hemoglobin dalam
anemia. Sedangkan protein dan zat besi
darah. Menurut Toruan (2007), hormon tiroid
sangatlah berperan penting dalam metabolisme
mengatur kecepatan metabolisme dan berperan
yodium, maka itu kadar Hb yang rendah adalah
penting pada pembentukan kalori, sementara
salah satu faktor penyebab timbulnya GAKY
hemoglobin di dalam darah berfungsi membawa
pada responden. Menurut Zimmermann (2000),
oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan
defisiensi zat besi mempunyai dampak negative
tubuh.
metabolisme
menurunkan
plasma
GAKY,
dapat karena
pada
timbulnya
rendah
yodium
karena
hemoglobin
darah
mengakibatkan metabolisme energi didalam
triiodothyronine (T3), mengurangi perubahan
otot terganggu, Di daerah endemik gangguan
T4 menjadi T3 dan meningkatkan konsentrasi
akibat kekurangan yodium (GAKY), menurut
dari thyrotropin serta dapat merusak atau
Widagdo
melemahkan terapi pemberian kapsul yodium.
anemia lebih tinggi dari pada daerah non
Sintesis
endemik GAKY, karena masyarakat yang
tyroid
(T4)
Menurunnya
dan
hormone
thyroxine
dapat
dikatalis
oleh
9
(2003)
kemungkinan
prevalensi
tinggal di daerah ini cenderung defisiensi yodium. Dimana yodium adalah merupakan salah satu zat gizi yang berperan dalam metabolisme pembentukan Hb.
4. Hubungan antara status gizi dengan kejadian GAKY Ada hubungan yang signifikan antara status gizi
bergizi baik, resiko pada anak laki-laki gizi
dengan
kurang lebih besar dari perempuan.
timbulnya
GAKY
di
daaerah
pegunungan kapur (p< 0,05). Hal itu sesuai
Penelitian yang dilakukan Dwi,dkk
dengan teori bahwa status gizi yang buruk dapat
(2000) yang berjudul Efek Ibu Hipertiroid
menyebabkan responden terkena GAKY. Status
dengan TSH, UIE dan Tumbuh Kembang Anak
gizi pada responden diukur berdasarkan tinggi
Di Daerah Endemik GAKY, dapat disimpulkan
badan menurut umur. Status gizi yang diukur
bahwa pemeriksaan palpasi kelenjar tiroid dan
disini
lalu
kadar UIE ibu hamil, pemeriksaan TSH baik
responden, status gizi yang buruk disini
pada ibu hamil maupun neonatus sangat penting
mungkin
mengalami
untuk dipertimbangkan, mengingat risikonya
defisiensi kalori dan protein dalam jangka
terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak,
waktu yang lama, sehingga status gizinya buruk.
karena nantinya akan berpengaruh pada status
Status gizi buruk menurut Koutras dkk (1973)
gizinya. Status gizi yang buruk baik secara
merupakan
langsung maupun tidak langsung mempunyai
menggambarkan
karena
gizi
responden
patogenesis
dari
masa
IDD
(iodine
deficiency disease).
kontribusi yang besar terhadap status GAKY di
Pada responden yang status gizinya
daerah pegunungan kapur, sehingga status gizi
buruk berhubungan dengan kejadian GAKY,
dapat
karena pada responden yang kurang gizi maka
berhubungan dengan kejadian GAKY.
akan mengalami defisiensi yodium, protein, selenium dan zat- zat gizi lainnya. Jika tubuh kekurangan salah satu dari zat gizi tersebut, maka kemungkinan terjadinya GAKY pada responden menjadi sangat besar (Soeida,2002). Pada penelitian Prihatini (2002), bahwa anak dengan status gizi kurang mempunyai resiko kekurangan yodium lebih besar dari anak
10
menjadi
salah
satu
faktor
yang
5. Hubungan antara asupan protein dengan kejadian GAKY Tidak ada hubungan yang bermakna antara
dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang
asupan protein sebagai faktor yang berhubungan
dilakukan Andriani,dkk (2002), diperoleh hasil
dengan kejadian GAKY di daerah pegunungan
asupan protein yang rendah pada seluruh sample
kapur (p>0,05). Secara deskriptif asupan protein
penelitian di daerah endemik GAKY, tetapi
responden sangat kurang tidak sesuai dengan
setelah diuji secara statistik diperoleh hasil
angka kecukupan gizi, tetapi jika dianalisis
bahwa asupan protein tidak mempengaruhi
secara statistik maka tidak ada hubungan yang
kejadian GAKY.
bermakna
antara
asupan
protein
dengan
timbulnya GAKY.
Walaupun demikian masih perlu di kaji kemungkinan asupan protein dapat menjadi
Pada penelitian Asmika (2000), tidak
faktor timbulnya GAKY, karena secara teoritis
ada hubungan yang bermakna antara asupan
protein merupakan salah satu faktor yang
protein
hanya
berperan dalam transportasi hormone tiroid. Jika
menggunakan metode food recall 24 jam, tanpa
asupan protein rendah maka dimungkinkan
menggunakan
dengan
GAKY,
food
menggambarkan
karena
frekuensi jenis
jadi
kurang
dapat menghambat transportasi hormone tiroid
makanan
yang
yang dibutuhkan untuk merangsang produksi
mengandung protein.
TSH (Djokomoeljanto,1994) dan dibutuhkan dalam pembentukan triglobulin, jadi jikaprotein tidak terpenuhi makahormon tiroid tidak akan
Pada penelitian Ismanto(2006) yang dilakukan
di
Kecamantan
Cangkringan
mampu
membentuk
triglobulin
(Greenspan,1994)
Kabupaten Sleman, bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan Status EYU (t= 0,492). Penelitian yang sejalan
6. Hubungan antara asupan yodium dengan kejadian GAKY Tidak ada hubungan yang bermakna antara
sample EYU dilakukan hanya sekali sehingga
asupan yodium dalam makanan dengan kejadian
kurang menggambarkan status GAKY pada
GAKI di daerah pegunungan kapur (p>0,05),
populasi sample, hal itu yang menyebabkan
jika dianalisis secara diskriptif asupan yodium
asupan
responden sangat rendah, tetapi jika dianalisis
mempengaruhi GAKY.
yodium
tidak
signifikan
dalam
secara statistic maka hasilnya tidak nyata dan
Tidak ada hubungan antara konsumsi
asupan yodium bukan menjadi faktor timbulnya
yodium dengan timbulnya GAKY dapat juga
GAKY di daerah pegunungan kapur. Status
disebabkan dari pengukuran konsumsi yodium.
GAKY
Pengukuran konsumsi yodium
diperoleh
dari
hasil
laboratorium
ekskresi yodium urin (EYU). Pengambilan
menggunakan
metode food recall 24 jam. Menurut penelitian
Basuki (2004) metode
food recall 24 jam
antara wilayah endemik maupun non endemik
mempunyai kelemahan yaitu lebih sering terjadi
GAKY.
flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden
kurus
untuk
melaporkan
lebih
banyak dan responden yang gemuk melaporkan
Menurut Ritato (2003), Kandungan
lebih sedikit, sehingga dapat menimbulkan bias
yodium dalam makanan sangat kecil dan
kurang menggambarkan asupan yodium yang
frekuensi konsumsi makanan sumber yodium
sebenarnya.
tidak menentu, diperberat dengan penggunaan
Pada penelitian Ismanto (2006), di
garam dengan kandungan yodium < 15 ppm,
Kecamatan cangkringan KAbupaten Sleman
sehingga konsumsi makanan kaya yodium saja
Yogyakarta, dengan sample anak SD kelas
tidak dapat mencukupi kebutuhan yodium
III,IV, V, dan VI diperoleh hasil bahwa tidak
dalam tubuh.
ada perbedaan yang bermakna antara konsumsi
ini adalah tidak menghitung konsumsi garam
yodium dengan Status EYU (t=0,775). Pada
beryodium pada responden sehingga tidak dapat
penelitian Djunaldi, Razak (1997), di Gugus
menjelaskan apakah penggunaan garam sudah
Pulau Seram Barat dan utara, didapatkan bahwa
sesuai
dengan
Kelemahan pada penelitian
kebutuhan
atau
belum.
tidak ada perbedaan konsumsi yodium baik
8. Hubungan antara asupan zat goitrogenik dengan kejadian GAKY Tidak ada hubungan yang bermakna
Menurut Aritonang (2004), tidak ada hubungan
antara asupan zat goitrogenik dengan timbulnya
antara asupan zat goitrogenik dengan timbulnya
GAKY (p>0,05), Hal ini tidak sesuai dengan
GAKY karena referensi mengenai sumber-
pendapat Williams (1974) dari hasil risetnya
sumber thiosianat pada makanan sangat terbatas
mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam
dan mungkin bias saat melakukan recall 24 jam
bahan makanan yang dimakan setiap hari akan
serta food frecuency.
menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna,
Hasil penelitian ini sesuai dengan
karena zat goiterogenik tersebut
penelitian
Patricia
(2005)
di
kecamatan
merintangi absorbsi dan metabolisme mineral
Ngemplak, Sleman dengan sample atau subjek
iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Pada
penelitian sama dengan penelitian ini yaitu pada
penelitian Sitohang (2007), tidak ada pengaruh
anak SD, didapatkan hasil tidak ada hubungan
yang bermakna antara asupan thiosianat dengan
yang bermakna antara asupan senyawa tiosianat
ekskresi
dengan kejadian pembesaran kelenjar tiroid.
yodium
urin
(EYU)
karena
pengambilan sample EYU hanya dilakukan
Konsumsi
makanan
sumber
sekali sehingga kurang dapat menggambarkan
goitrogenik dapat terkait oleh berbagai macam
apakah EYU menjadi salah satu faktor yang
faktor seperti ketersediaan pangan, kebiasaan
diduga
makan,
mempengaruhi
timbulnya
GAKY.
12
social-budaya,
kesukaan,
dan
pengetahuan
mengenai
pemilihan
bahan
makanan.
9. Hubungan antara status infeksi dengan kejadian GAKY Tidak ada hubungan yang bermakna antara
Orang yang mengalami gizi kurang
status infeksi dengan kejadian GAKY (p>0,05).
daya tahan tubuh terhadap penyakit menjadi
Status infeksi diketahui berdasarkan kuesioner
rendah sehingga
yang telah divalidasi. Dari status infeksi ini
penyakit infeksi dah infeksi dapat memperparah
dapat diketahui apakah responden pernah
GAKY.
mengalami
penyakit
infeksi
dari
mudah terkena
serangan
sejak
responden masih kecil. Penelitian ini akan melihat apakah status infeksi menjadi salah satu faktor timbulnya GAKY di daerah penelitian, tetapi
analisis
secara
statistic
tidak
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal
tersebut
diduga
akibat
dari
pertanyaan yang ada dalam kuesioner kurang mendalam sewaktu menggali informasi. Menurut Riskanafia (2008) bahwa Infeksi dapat menimbulkan GAKY malalui berbagai mekanisme. Antara GAKY dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan diatas makan dapat ditarik kesimpulan
Diperlukan penanganan lebih lanjut
sebagai berikut Kandungan yodium dalam tanah
untuk pemecahan masalah gangguan akibat
rata – rata 2,59 ppm, sedangkan kandungan
kurang yodium (GAKY) pada anak usia sekolah
yodium dalam air minum rata-rata 2,7 ppb.Hasil
di Kecamatan Kismantoro Wonogiri Jawa
analisis regresi dari F test menunjukkan variabel
Tengah.
anemia, pola konsumsi zat goitrogenik, protein,
GAKY,
yodium, status gizi dan status infeksi secara
penanggulangannya.
Pertanyaan
bersama-sama
kuesioner
lebih
GAKY
(p
berhubungan dengan kejadian <0,05)
dengan
R
2
Pemberian penyebab,
sebaiknya
penyuluhan
mengenai
dampak,
dan dalam
mengena
ke
0,483.
responden sehingga tidak ada bias dalam
Berdasarkan uji t-test hanya status gizi dan
pengolahan data. Perlu ada kesamaan presepsi
anemia
dan standar pada konversi bahan makanan untuk
yang berberhubungan terhadap
GAKY(p<0,05).
13
menghindari adanya bias dalam analisa asupan makan, sebaiknya digunakan food model
DAFTAR PUSTAKA Andrews NC.2004. Iron deficiency and related
Selinus, Aloway, Centeno, Finkelman,
disorders. In: Greer J, Rodgers G,
Fuge, Lindh, and Smedley, Elsevier
Frixos P, et al. Wintrobe’s Clinical
Inc., China, p. 373-415.
Hematology. 11th ed.
Golden MHN. Specific deficiency versus growth
Philadelphia:Lipincott Williams &
failure: Type I and type II nutritients.
Wilkins, 2004 .p.960-1002
SCN News 1992;No. 12:10-14.
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Goldstein BD and HM Kipen. (1994).
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Hematologic Disorder. In Levy and
Djayusmantoko.2004. Konsumsi Zat Yodium
Wegman (eds) : Occupational Health
dan Zat Goitrogenik Sebagai Faktor
Recognizing and Preveting Work-
Resiko GAKY Pada Anak Sekolah
Realted Diseases. 3 rd ed, United
Dasar Di Kecamatan Tabir Tulu,
Stated of America : Little Brown and
Kabupaten Merangin, Propinsi Jambi.
Company.
Tesis. Tidak Dipublikasikan. Minat
Greenspan, F. S. John D. Baxter. 2000.
Utama Gizi Kesehatan, IKM. UGM.
Endokrinologi Dasar dan Klinik. Edisi 4.
Yogyakarta.
Alih Bahasa : Caroline Wijaya, R. F.
Djokomoeldjanto,
R.
1993.
Hipotiroid
di
Maulany, Sonny Samsudin. Jakarta :
Daerah Defisiensi Iodium. Kumpulan
EGC
Naskah Simposium GAKI. Hal. 35-46. Badan
Penerbit
Guyton, AC. 1987. Fisiologi Manusia dan
Universitas
Mekanisme Penyakit Edisi III. Jakarta :
Diponegoro, Semarang.
EGC.
Djokomoeldjanto, R. 2002. Evaluasi Masalah
Hermawan,dkk . 1981. Problema Yodisasi
GAKY di Indonesia. Jurnal GAKY
Garam
Indonesia vol. 3 no 1 Desember
Kismantoro,
Entjang,Indan,Dr.
2000.
Ilmu
Kesehatan
Yodium
Di
Kecamatan
Wonogiri.
Universitas
Sebelas Maret : Solo
Masyarakat. Penerbit PT Citra Aditya
Kreutler P.A., Varbanov V.,Goodman W.,
Bakti. Bandung-Indonesia.
Olaya G., and Stanbury F.B., Interactions of protein deficiency,
Fuge,
Ron.,
2005,
“Soils
and
Iodine
cyanide, and thiocyanate on thyroid
Deficiency”, ”Essentials of Medical
function in
Geology: Impacts of the Natural Environment on Public Health”, Ed.
14
neonatal and adult rats. The American
Picauly, Intje . 2002. YODIUM DAN
Journal of Clinical Nutrition 31:
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN
February, pp. 282-289.
YODIUM (Suatu tinjauan Ontologi dan
Lameshow, S., David W Hosmer. Jr. Janelle Klar.
Stephen
K
Lwanga.
Aksiologi Iodium dalam Tubuh serta
1990.
Gambaran GAKI dari Masyarakat di
Adequacy of Sample Size in Health
Wilayah Endemik GAKI Pesisir Pantai
Studies. England : John Wiley and Sons
Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi
Ltd.
Maluku). Tesis. Tidak dipublikasikan.
Lin, N.F., Tang J., and Bian J.M., 2004, “Geochemical Health
Environment
Problem
in
and
Pyle,Gerald
China”,
“Environment
Geochemistry
Health
Kluwer
26”,
Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.
and
Division
Academic
Nutrition
and
Applied
Medical
of
Scripta
Technica,Inc.,
Publishers. Washington,D.C. Riyadi,Slamet.1984. Pencemaran Air : Dasar-
Mahan, K. L., Stump Sylvia Escott. 2004. Food
1979.
Geography. V.H. Winston and Sons, a
Publishers, Netherlands, p. 81-88.
Krause`s
F.
Dasar
Diet
dan
Pokok-Pokok
Penanggulangannya. Penerbit Karya
Therapy. Philadelphia : Elsevier.
Anda.Surabaya-Indonesia.
May S.,May W.A., Bourdoux P., Pino
Samodra,H.,2000.
Geologi
Kawasan
Karst
S.,Sullivan K.M., and Maberly G.F.1997.
Gunung Sewu, Pegunungan Selatan,
Validation of a simple, manual urinary
Makalah Lokakarya Nasional Karst,
iodine method for estimating the
Universitas Atmajaya,Yogyakarta.
prevalence of iodine-deficiency
Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi.
disorders, and interlaboratory
Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
comparison with other. Am J Clin Nutr
Thaha, Razak; Dachlan, Djunaidi M; Jafar,
1997:65:1441-5. American Society for
Nurhaedar, Jafar. 2001.Analisis faktor
Clinical Nutrition
resiko “coastal goiter” dalam
Nelson, Waldo. E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak
Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah
Nelson, Vol II, Edisi 15. Alih Bahasa : A.
Nasional Gangguan Akibat Kurang
Samik Wahab. Jakarta : EGC
Yodium (GAKY) 2001 editor Djokomoeljanto, dkk. Semarang, Badan penerbit Universitas Diponegoro.
15
Thilly, C.H., Delange F., and Errnans
supplementation in goitrous, iron-
A.M.,1972. Further investigations of
deficient children improves their
iodine deficiency in the etiology of
response to oral iodized oil. Eur J
endemic goiter. The America,, Journal
Endocrinol 2000; 142(3):217-223
of Clinical Nutrition 25: pp. 30-40.
Zimmermann M.,Adou P.,Torresani T., Zeder
Thompson B. 2004. Nitrates And Nitrites
C., and Hurrell R., 2000. Persistence of
Dietary Exposure and Risk Assessment.
goiter despite oral iodine
Institute of Environmental Science &
supplementation in goitrous children
Research Limited. Christchurch
with iron deficiency anemia in Côte
Science Centre. New Zealand. 2004.
d’Ivoire. Am J Clin Nutr 2000;71:88–
Available from: www.esr.cri.nz.
93.
Access on: November 22, 2006. Timmreck,Thomas. 2004. An Introduction to Epidemiology.
Penerbit
Buku
Kedokteran (EGC). Jakarta-Indones Underwood, JCE. 2000. Patologi, Umum dan Sistemik, Vol II, Edisi 2. Jakarta : EGC. WHO.2000.
Bahaya
Bahan
Kimia
pada
Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Jakarta-Indonesia Zimmermann M, et al. 2000. Iron
16