FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Gizi
Oleh: AJI NUR SALIM NIM : G2B212022
PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2014
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO
Disusun Oleh : AJI NUR SALIM G2B212022
Telah disetujui oleh : Pembimbing I
DR. Ali Rosidi, SKM, M.Si
tanggal 23 April 2014
Pembimbing II
Muh Hidayat, S.Ked. M.Kes
tanggal 23 April 2014
Mengetahui Ketua Program Studi S-1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
( Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes )
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO Disusun Oleh : AJI NUR SALIM G2B212022
Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang pada hari Sabtu tanggal 29 April 2014
Dewan Penguji : Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Penguji I
DR. Ali Rosidi, SKM, M.Si NIK. 28.6.1026.021
................................
Penguji II
M. Hidayat S, S.Ked. MKes NIK. 28.6.1026.146
...............................
Penguji III
Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes NIK. 28.6.1026.015
................................
Mengetahui, Ketua Program Studi S-1 Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
(Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes) PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: AJI NUR SALIM
NIM
: G2B212022
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO
Adalah benar-benar karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya, tertulis dalam skripsi tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari gelar tersebut.
Semarang, Februari 2014 Yang membuat pernyataan
Aji Nur Salim
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, atas terselesaikannya skripsi ini yang berjudul ” Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas Pada Karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo”. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari peran banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak antara lain: 1. Prof. Dr. Jamaludin Darwis, MA, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang. 2. Ibu Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Gizi dan Penguji III. 3. Bapak DR. Ali Rosidi, SKM, M.Si, selaku pembimbing I. 4. Bapak M. Hidayat S, S.Ked, M.Kes selaku pembimbing II 5. Bapak Bupati Wonosobo beserta Kepala Bagian dan Karyawan Karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo. 6. Seluruh pengajar dan staf Program Studi Ilmu gizi yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan masukan kepada peneliti. 7. Keluarga dan rekan satu angkatan S1 Ilmu Gizi Lintas Jalur tahun 2012 8. Rekan-rekan yang membantu pengumpulan dan pengolahan data 9. Seluruh pihak yang telah membantu penyusunan proposal ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangannya. Harapan penulis semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, Februari 2014
Penulis ABSTRAK
AJI
NUR
SALIM,
NIM
:
G2B212022.
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO. Pembimbing I : Ali Rosidi, Pembimbing II : M. Hidayat S, Program Studi Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang.
Pendahuluan : Obesitas dianggap sebagai awal munculnya penyakit-penyakit degeneratif. Berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan bulan Maret 2014 pada karyawati di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo, sebesar 50% orang karyawati mengalami obesitas. Metode Penelitian : Desain penelitian
adalah Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah 55 karyawati. Sampel diambil dengan metode purposive sampling didapatkan sejumlah 42 sampel. Hasil Penelitian : Prevalensi obesitas (IMT ≥ 25) pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo sebesar 50 %. Hasil uji chi square didapatkan hasil ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan obesitas, tidak ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan obesitas, ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan obesitas, ada hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan obesitas, ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas, ada hubungan antara keturunan obesitas dengan obesitas, tidak ada hubungan antara lama tidur dengan status obesitas. Ada hubungan antara alat kontrasepsi dengan obesitas. Hasil analisis dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan tingkat kecukupan lemak kejadian obesitas diikuti dengan aktivitas fisik.
Kata Kunci : Obesitas, Faktor Risiko
paling berhubungan dengan
ABSTRACT
AJI NUR SALIM, NIM: G2B212022. FACTORS RELATED TO THE INCIDENCE OF OBESITY IN FEMALE EMPLOYEES OF THE SECRETARIAT THE WONOSOBO REGENCY. Supervisor I : Ali Rosidi Supervisor II : M. Hidayat S Nutritional Science Programe University Of Muhammadiyah Semarang.
Introduction : Obesity is considered the beginning of the emergence of degenerative diseases. Based on the results of the preliminary examination in March 2014 on female employees at the environmental secretariat of The Wonosobo Regency, 50% of obese female employees. Methods : The design of research is cross sectional study. The population in this research is 55 female employees. The samples were taken with purposive sampling method was obtained by a number of 42 samples. Research results: the prevalence of obesity (IMT ≥ 25) on female employees at the Regional Secretariat of The Wonosobo Regency by 50%. The chi square test obtained results there is a relationship between the level of adequacy of energy with obesity, there is no relationship between the level of adequacy of proteins with obesity, there is a relationship between the level of adequacy of fats with obesity, there is a relationship between the level of adequacy in carbohydrates with obesity, there is a relationship between physical activity and obesity, there is a relationship between the descendants of obese with obesity, there is no relationship between sleep duracy with obesity status. There is a relationship between contraception and obesity. Results of the analysis with multiple logistic regression test shows the level of adequacy of fat is most associated with the occurrence of obesity followed by physical activity.
Keywords: Obesity, Risk Factors
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iv KATA PENGANTAR.......................................................................................... v ABSTRAK .......................................................................................................... vi ABSTRACT........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR TABEL................................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6 A. Telaah Pustaka.......................................................................................... 6 1. Obesitas ............................................................................................... 6 a. Pengertian Obesitas ....................................................................... 6 b. Faktor Penyebab Obesitas ............................................................. 6 1) Faktor Psikologis ...................................................................... 6 2) Lingkungan............................................................................... 7 3) Faktor Nutrisi............................................................................ 8 4) Faktor-faktor Lain..................................................................... 8 2. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Obesitas ............................ 8 a. Asupan Makan............................................................................... 8 1) Asupan Energi........................................................................... 8 2) Asupan Protein.......................................................................... 9 3) Asupan Lemak .......................................................................... 9 4) Asupan Karbohidrat.................................................................. 11 b. Aktivitas Fisik ............................................................................... 14 1) Pengertian Aktivitas Fisik........................................................ 14 2) Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas............................. 14 c. Keturunan ...................................................................................... 16 d. Lama Tidur .................................................................................... 16 1) Pengertian Tidur ....................................................................... 16 2) Hubungan Lama Tidur dengan Obesitas .................................. 17 e. Kontrasepsi.................................................................................... 18
1) Pengertian Kontrasepsi ............................................................. 18 2) Macam Alat Kontrasepsi yang Mempengaruhi Hormonal ....... 18 3) Hubungan antara Kontrasepsi dengan Obesitas........................ 20 3. Metode Pengukuran Konsumsi Makan ............................................... 20 4. Pengukuran Obesitas........................................................................... 23 B. Kerangka Teori ......................................................................................... 25 C. Kerangka Konsep ..................................................................................... 26 D. Hipotesis................................................................................................... 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 27 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................... 27 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 27 C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 27 D. Varibel dan Definisi Operasional ............................................................. 28 E. Bahan dan Alat.......................................................................................... 30 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 30 G. Pengolahan dan Analisa Data ................................................................... 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 39 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 39 B. Gambaran Umum Sampel ........................................................................ 40 C. Analisis Univariat ..................................................................................... 41 1. Status Obesitas .................................................................................... 41 2. Tingkat Kecukupan Energi.................................................................. 41 3. Tingkat Kecukupan Protein................................................................. 42 4. Tingkat Kecukupan Lemak ................................................................. 43 5. Tingkat Kecukupan Karbohidrat ......................................................... 44 6. Aktivitas Fisik ..................................................................................... 45 7. Keturunan Obesitas ............................................................................. 45 8. Lama Tidur .......................................................................................... 46 9. Penggunaan Alat Kontrasepsi ............................................................. 46 D. Analisis Bivariat ....................................................................................... 47 1. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Obesitas..................... 47 2. Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Obesitas.................... 48 3. Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Obesitas .................... 49 4. Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Obesitas ............ 51 5. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas ........................................ 53 6. Hubungan Keturunan Obesitas dengan Obesitas ................................ 55 7. Hubungan Lama Tidur dengan Obesitas ............................................. 56 8. Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Obesitas ................ 57 E. Analisis Multivariat .................................................................................. 58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 60 A. Kesimpulan .............................................................................................. 60 B. Saran ......................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori..........................................................................................25 Gambar 2. Kerangka Konsep ......................................................................................26
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat untuk karyawati ......................................................................................................12 Tabel 2. Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia ...............................................................22 Tabel 3. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT ....................................................24 Tabel 4. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT untuk Orang Asia.......................24 Tabel 5. Penggolongan nilai IMT ................................................................................32 Tabel 6. Kategori tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat .............33 Tabel 7. Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL ..............................................34 Tabel 8. Data Kepegawaian Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013..40 Tabel 9. Karakteristik sampel menurut umur, berat badan dan tinggi badan ..............40 Tabel 10. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Status Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo..........................................................................41 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Energi Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ........................................................42 Tabel 12. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Protein Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ........................................................42 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Lemak Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ........................................................43 Tabel 14. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Karbohidrat Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................44 Tabel 15. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Aktivitas Fisik ...................................45 Tabel 16. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Keturunan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ........................................................46 Tabel 17. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Lama Tidur Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...................................................................................46 Tabel 18. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ........................................................47 Tabel 19. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Energi dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................47 Tabel 20. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Protein dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................48 Tabel 21. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Lemak dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................50 Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ................................51 Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Aktivitas Fisik dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ........................................................53 Tabel 23. Distribusi Sampel Antara Keturunan Obesitas dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ........................................................55
Tabel 24. Distribusi Sampel Antara Lama Tidur Karbohidrat dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ........................................................56 Tabel 25. Distribusi Sampel Antara Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................57 Tabel 25. Hasil uji regresi logistik ganda ......................................................................58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Pernyataan Kesediaan Sebagai Sampel penelitian Lampiran 2. Formulir Pengambilan Data Lampiran 3. Formulir Food Recall Lampiran 4. Formulir Recall Aktivitas Fisik Lampiran 5. Formulir Rata-Rata Aktivitas Fisik Lampiran 6. Formulir Status Gizi Sampel Lampiran 7. Tabel Physical Activity Ratio (PAR) berbagai Aktivitas Fisik. Lampiran 8. Master tabel Lampiran 9. Hasil Uji Statistik Lampiran 10. Surat Rekomendasi untuk Melaksanakan Penelitian Lampiran 11. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak dijumpai pada golongan masyarakat dengan sosial ekonomi menengah ke atas. Makhluk hidup akan mencapai keseimbangan jika energi yang masuk sama dengan energi yang dikeluarkan (Waspadji dkk, 2010). Menurut WHO (2000), seseorang dikatakan obesitas jika nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) diatas 30,0 kg/m2. Sedangkan IMT antara 25 – 29,9 kg/m2 disebut pre obesitas. Untuk orang Asia, IMT diatas 25 kg/m2 termasuk obesitas. Indonesia saat ini mengalami permasalahan gizi ganda, ketika permasalahan gizi kurang belum terselesaikan, muncul permasalahan gizi lebih. Gizi lebih atau obesitas dianggap sebagai sinyal awal, munculnya penyakit-penyakit degeneratif yang saat ini merambah seluruh pelosok Indonesia. Tingginya prevalensi obesitas, hipertensi, dislipidemi dan penyakit degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka kejadian penyakit dan angka kematian di Indonesia. (Waspadji dkk, 2010) Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi nasional obesitas umum pada laki-laki umur ≥ 18 tahun adalah 6,2%, sedangkan pada perempuan umur ≥ 18 tahun adalah 12,7% (Depkes RI, 2010). Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita kelebihan berat badan atau bahkan kegemukan yaitu faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup yang kurang tepat, kebiasaan makan yang salah, kurang
melakukan aktivitas fisik, dan faktor pemicu lainnya. Kebiasaan makan yang salah diantaranya makan berlebihan, makan terburu-buru, menghindari makan pagi, waktu makan tidak teratur serta kebiasaan mengemil makanan ringan.
Sedangkan faktor pemicu
yang lain misalnya kecepatan
metabolisme basal, enzim, hormon, serta penggunaan obat-obatan (Purwati, 2005) Faktor keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan. Penelitian gizi di Amerika Serikat melaporkan bahwa anak-anak dari orang tua dengan berat badan normal mempunyai peluang 10% menjadi gemuk. Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan, maka peluang itu akan meningkat menjadi 40-50%. Bila kedua orang tuanya menderita kegemukan, peluang faktor keturunan meningkat menjadi 70-80% (Purwati, 2005). Kebiasaan makan telah bergeser dari pola tradisional yang banyak mengandung karbohidrat kompleks dan serat menjadi pola makan dengan kandungan protein, lemak, karbohidrat sederhana, dan garam yang tinggi namun rendah serat (Muchtadi, 2001). Perubahan pola makan ini meninggalkan konsep makanan seimbang sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan. Kebiasaan makan yang tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat menyebabkan masalah kegemukan, gizi lebih, serta meningkatkan radikal bebas yang memicu munculnya berbagai penyakit degeneratif (Khomsan, dkk, 2004). Penyebab utama terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (Almastier, 2001). Lemak menghasilkan lebih banyak energi dibandingkan karbohidrat atau protein. Karena diet tinggi lemak biasanya padat energi dan memberikan rasa yang lezat, maka diet dengan mengonsumsi makanan yang relatif banyak mengandung lemak biasanya akan menimbulkan peningkatan asupan energi (Hartono, 2009).
Bila
energi yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan
aktivitas fisik yang seimbang akan memudahkan seseorang menjadi gemuk. Aktivitas fisik diperlukan untuk proses pembakaran energi tubuh. Gaya hidup dengan aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Salah satu yang mempengaruhi gaya hidup seseorang adalah pekerjaan sehari-sehari. (Purwati, 2005). Gaya hidup seseorang berpngaruh terhadap pola tidurnya. Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan atas kemauan serta kesadaran dan secara utuh atau sebagian fungsi tubuh yang akan dihambat atau dikurangi. Penelitian oleh ahli-ahli faal di Amerika mengemukakan bahwa siswa umur 16 tahun perlu tidur 10 sampai 11 jam, mahasiswa perlu 8 jam sedangkan yang lebih tua dapat melakukan adaptasi dan kekurangan tidurnya dapat dialihkan atau dilakukan pada keesokan harinya. Kebutuhan tidur orang tua makin berkurang, pada umur 45-60 tahun, kira-kira 7 jam (Atmadja, 2002). Selain itu pemakaian kontrasepsi juga dapat meningkatkan berat badan
disebabkan oleh hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan
progesteron. Esterogen menyebabkan pengeluaran natriun dan air berkurang sehingga terjadi penimbunan cairan (Wiknjosastro dkk, 2005) sedangkan progesteron akan mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, merangsang nafsu makan serta menurunkan aktivitas fisik sehingga terjadi peningkatan berat badan (Depkes RI, 1994). Berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan bulan Maret 2014 pada karyawati di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo, sebesar 50% orang karyawati yang diukur berat badan dan tinggi badannya mengalami obesitas. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi obesitas di Jawa Tengah berdasarkan data Riskesdas 2013 yaitu 30 %. Tingginya angka prevalensi di Institusi tersebut
kemungkinan
berhubungan dengan faktor penyebab obesitas diantaranya oleh pola hidup yang kurang tepat yaitu makan berlebihan dan kurang melakukan aktivitas
fisik. Karena itu perlu dilakukan penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.
B.
Perumusan Masalah Apakah ada hubungan antara faktor-faktor tingkat kecukupan makan, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo?
C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara faktor-faktor tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.
2.
Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo. b.
Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan energi.
c.
Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan protein.
d.
Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan lemak.
e.
Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan karbohidrat.
f.
Mendeskripsikan faktor aktivitas fisik.
g.
Mendeskripsikan faktor lama tidur.
h.
Mendeskripsikan faktor keturunan.
i.
Mendeskripsikan faktor penggunaan alat kontrasepsi.
j.
Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan energi dengan kejadian obesitas.
k.
Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan protein dengan kejadian obesitas.
l.
Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan lemak dengan kejadian obesitas.
m. Menganalisis
hubungan
antara
faktor
tingkat
kecukupan
karbohidrat dengan kejadian obesitas. n.
Menganalisis hubungan antara faktor aktivitas fisik dengan kejadian obestitas.
o.
Menganalisis hubungan antara faktor lama tidur dengan kejadian obesitas.
p.
Menganalisis hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian obesitas.
q.
Menganalisis hubungan antara faktor penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian obesitas.
r.
Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian obesitas.
D.
Manfaat Penelitian 1.
Memberikan informasi penyebab kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.
2.
Sebagai bahan kajian dalam upaya peningkatan kualitas pegawai Pemerintah Daerah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka 1.
Obesitas a. Pengertian obesitas Obesitas merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Dari sudut ilmu gizi, defenisi obesitas yang baik adalah bila tercakup
pengertian
terjadinya
penimbunan
trigliserida
yang
berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh (Moehji S, 2003). Obesitas dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin. Juvenil obesity, misalnya adalah obesitas yang terjadi pada usia muda (anak-anak). Orang yang menderita kegemukan pada usia muda memiliki resiko lebih tinggi menderita obesitas pada saat dewasa dibandingkan orang yang memiliki berat tubuh normal. Sementara itu, wanita pada pasca menopause memiliki risiko mengalami obesitas tiga kali lebih besar daripada pria (Faiz, 2004) b. Faktor penyebab obesitas Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar dan merupakan akumulasi simpanan energy yang berubah menjadi lemak (Pritasari, 2006). Dengan meningkatnya usia kecepatan metabolism juga mulai menurun mulai usia 30 tahun, bila aktivitas fisik juga berkurang maka timbunan lemak menjadi kegemukan. Penyebab lain obesitas menurut Syarif (2002) adalah multifaktorial, genetik dan lingkungan yang berinteraksi terus menerus.
1) Faktor Psikologis Kondisi psikologis dan keyakinan seseorang berpengaruh terhadap asupan makanan. Faktor stabilitas emosi berkaitan dengan obesitas. Keadaan obesitas merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang dalam, dan ini merupakan suatu pelindung bagi yang bersangkutan. Dalam kedaan semacam ini menghilangkan obesitas tanpa menyediakan pemecahan masalah yang tepat, justru akan memperberat masalah (Misnadiarly, 2007). Seseorang yang sedang mengalami keadaan yang tidak menyenangkan akan nampak lebih emosional baik sikap maupun perilakunya. Jika keadaan tersebut berlangsung dalam waktu lama maka dapat menyebabkan suatu keadaan yang disebut stres, bahkan depresi. Faktor tersebut berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu makan. Hal ini disebabkan karena sejumlah hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi yang dipecah dan digunakan untuk melakukan aktivitas, namun jika seseorang yang mengalami stres tidak melakukan aktivitas fisik yang mampu membakar energi maka kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai lemak. Proses ini akan menyebabkan glukosa darah menurun sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang sedang mengalami tekanan psikologis (Purwati, 2005) 2) Lingkungan Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Gen merupakan faktor yang penting dalam obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku atau pola gaya hidup misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta kelebihan energi akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi. Seseorang tentu saja tidak
dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya (Almatsier, 2003).
3) Faktor Nutrisi Peranan nutrisi dimulai sejak dalam kandungan yaitu jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat badan ibu. Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energy yang keluar dan merupakan akumulasi simpanan energy yang berubah menjadi lemak (Pritasari, 2006). Dengan meningkatnya usia kecepatan metabolism juga mulai menurun mulai usia 30 tahun, bila aktivitas fisik juga berkurang maka timbunan lemak menjadi kegemukan. 4) Faktor-faktor lain a) Enzim tubuh Menurut Purwati (2005), faktor-faktor penyebab obesitas lainnya antara lain enzim, hormon, metabolisme basal dan pengaruh obat-obatan. 2. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Obesitas a) Asupan makan Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang dapat digunakan secara efisien (Almatsier, 2003). Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas muncul pada usia remaja cenderung berlanjut ke dewasa, dan lansia (Arisman, 2004). 1) Asupan Energi Energi diperoleh dari proses pembakaran karbohidrat, Lemak, dan Protein makanan. Kebutuhan energi manusia di dalam tubuh akan tercukupi bila kebutuhan akan zat-zat makanan tercukupi pula (Almatsier, 2002). Dalam kehidupan sehari- hari tubuh memerlukan makanan yang memberikan cukup energi yang sesuai kebutuhan untuk
menjaga kesehatan sehingga diperlukan adanya keseimbangan antara makanan sumber energi yang dimakan dengan energi yang dikeluarkan terutama bergerak dan beraktifitas, maka makin banyak pula energi yang diperlukan. Kebutuhan energi ditentukan oleh metabolisme basal, umur, aktifitas fisik, specific dynamic action ( SDA ). Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal ( Almatsier, 2002 ). 2) Asupan Protein Protein selain untuk membangun struktur tubuh ( pembentukan berbagai jaringan ) juga akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat sehingga pertumbuhan atau kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar (Kartasapoetra & Marsetyo,2003). Protein sebagai pembentuk energi tergantung macam dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Protein memang sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi terlalu banyak mengonsumsi protein juga akan menimbulkan masalah. Kelebihan protein akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak sehingga akan menjadi semakin gemuk. Selain itu kelebihan asupan protein akan memperberat kerja hati dan ginjal untuk membuang nitrogen pada metabolisme asam amino (deaminasi), produksi urin berlebihan dapat mengganggu penampilan, mineral-mineral penting seperti potasium, kalium, magnesium akan terbuang melalui urin sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, protein bukan energi yang siap pakai, proses metabolisme memerlukan waktu yang lama, protein merupakan sumber energi yang kurang efesien karena SDA (Spesific Dynamic Action) atau energi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme cukup besar yaitu 30-40% padahal SDA karbohidrat hanya 6-7% dan SDA lemak 4-14% ( Almatsier, 2002).
3) Asupan Lemak Trigliserida merupakan lipid utama dalam makanan. Fungsi utamanya adalah sebagai zat energi. Simpanan lemak dalam tubuh terutama dilakukan di dalam sel lemak dalam jaringan adiposa. Sel-sel adipose mempunyai enzim khusus pada permukaannya, yaitu lipoprotein lipase (LPL) yang dapat melepas trigliserida dan lipoprotein, menghidrolisnya dan meneruskan hasil hidrolisis ke dalam sel. Di dalam sel terdapat enzim lain yang merakit kembali bahan-bahan hasil hidrolisis ke dalam sel. Di dalam sel terdapat enzim lain yang merakit kembali bahan-bahan hasil hidrolisis menjadi trigliserida untuk disimpan sebagai cadangan energi. Selsel adipose menyimpan lemak setelah makan bilamana kilomikron dan VLDL yang mengandung lemak melewati sel-sel tersebut (Almatsier, 2002). Bila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel adipose menghidrolisis simpanan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Di sel-sel yang membutuhkan, komponen-komponen ini kemudian dibakar dan menghasilkan energi, CO2 dan H2O. Pada tahap akhir hidrolisis, setiap pecahan berasal dari lemak mengikat pecahan berasal dari glukosa sebelum akhirnya dioksidasi secara lengkap menjadi CO2 dan H2O. Lemak tubuh tidak dapat dihidrolisis secara sempurna tanpa kehadiran karbohidrat. Tanpa karbohidrat akan diperoleh hasil antara pembakaran lemak berupa bahan-bahan keton yang dapat menimbulkan ketosis (Almatsier, 2002). Tubuh
mempunyai
kapasitas
tak
terhingga
untuk
menyimpan lemak. Namun, lemak tidak sepenuhnya dapat menggantikan karbohidrat sebagai sumber energi. Otak, sistem saraf dan sel darah merah membutuhkan glukosa sebagai sumber energi.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak memicu terjadinya obesitas. Lemak merupakan sumber yang padat kalori, membuat rasa masakan menjadi lezat dan sering tidak diperhatikan atau tersembunyi dalam makanan. Kelebihan konsumsi lemak akan tersimpan dalam jaringan adiposa sebagai energi potensial. Apabila simpanan lemak terjadi sampai melebihi 20% dari berat badan normal maka ada kecenderungan kegemukan atau obesitas (Darmoutomo, 2007). Kontribusi energi dari lemak untuk orang dewasa sebaiknya sekitar 30% pada usia 19-29 tahun dan 25% pada usia 30-64 tahun (Hardinsyah dkk, 2012). 4) Asupan Karbohidrat Fungsi karbohidrat memang penting untuk tubuh kita karena karbohidrat berguna untuk member makan pada otak kita dan sebagai sumber energi utama. Asupan karbohidrat yang berlebih, tidak akan langsung digunakan oleh tubuh sehingga disimpan dalam bentuk glikogen (satu rangkaian panjang molekulmolekul glukosa yang dihubungkan menjadi satu). Hati dan otot merupakan tempat penyimpanan glikogen. Glikogen yang dapat diakses otak yaitu glikogen yang disimpan dalam hati. Tetapi, kapasitas hati untuk menyimpan karbohidrat mudah habis dalam waktu sepuluh hingga 12 jam. Sehingga untuk mempertahankan cadangan glikogen dalam hati, kita membutuhkan asupan sumber karbohidrat (Almatsier, 2002). Bila asupan karbohidrat berlebih sedangkan kapasitas hati dan otot dalam menyimpan glikogen terbatas, maka karbohidrat akan disimpan dalam bentuk lemak dan akan disimpan dalam jaringan lemak. Sehingga kelebihan karbohidrat berarti kelebihan lemak. Asupan karbohidrat yang tinggi akan memicu peningkatan glukosa darah. Untuk menyesuaikan kondisi ini, pancreas
mengeluarkan hormone insulin ke dalam aliran darah untuk menurunkan kadar glukosa darah. Yang menjadi masalah adalah insulin merupakan hormone penyimpan yang memiliki fungsi menyimpan kelebihan karbohidrat dalam bentuk lemak untuk membuat cadangan energi. Oleh karena itu, insulin yang dirangsang oleh karbohidrat akan mendorong akumulasi lemak tubuh. Selain mendorong akumulasi lemak tubuh, insulin juga berfungsi untuk tidak mengeluarkan lemak yang tersimpan. Kondisi seperti ini tentu akan membuat seseorang dengan asupan tinggi karbohidrat akan mengalami peningkatan berat badan dan sulit untuk menurunkan berat badan (Darmoutomo, 2007). Kontribusi energi dari karbohidrat untuk orang dewasa sebaiknya sekitar 55% pada usia 19-29 tahun dan 60% pada usia 30-64 tahun (Hardinsyah dkk, 2012). 5) Kecukupan Gizi Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi (Hardinsyah dan Tampubolon 2004). Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim dan adaptasi. Angka kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat untuk usia karyawati yang digunakan dalam penelitian ini seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat untuk karyawati. Usia (tahun) 19-29
Energi (kkal/hari) 2250
Protein (gram/hari) 56
Lemak (gram/hari) 75
Karbohidrat (gram/hari) 309
30-49 2150 50-64 1900 Sumber : Depkes RI, 2013
57 57
60 53
323 285
Untuk menilai kecukupan konsumsi pangan maka didekati dengan menghitung tingkat kecukupan gizinya atau besarnya persentase angka kecukupan gizi. Pada penelitian ini tingkat kecukupan
konsumsi
zat
gizi
dinyatakan
sebagai
tingkat
kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Angka kecukupan gizi berguna sebagai nilai rujukan yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi ataupun kelebihan asupan zat gizi (IOM 2002 dalam Muhilal & Hardinsyah 2004). Tingkat kecukupan energi dinyatakan sebagai hasil perbandingan antara konsumsi energi aktual (Susenas) dengan kecukupan energi yang direkomendasikan oleh WNPG tahun 2004, dan dinyatakan dalam persen. Demikian pula untuk menghitung tingkat kecukupan protein, dinyatakan sebagai perbandingan antara konsumsi protein aktual dengan kecukupan protein yang direkomendasikan WNPG. Perhitungan tingkat kecukupan gizi dirumuskan sebagai berikut : TKE = [(Konsumsi aktual)/(Angka kecukupan)] x 100% Selanjutnya dari perhitungan tersebut tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat diklasifikasikan menurut Departemen
Kesehatan
sebagaimana
dikutip
oleh
Badan
Ketahanan Pangan (2006) yaitu: (1) TKE: < 70% adalah defisit berat, (2) TKE: 70 - 79% adalah defisit sedang, (3) TKE: 80 – 89% adalah defisit ringan, (4) TKE: 90 -119% adalah normal, dan (5) TKE > 120% adalah kelebihan.
a) Aktivitas fisik 1) Pengertian aktivitas fisik Aktivitas adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada beberapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier, 2003) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan subyek dan lama waktu melakukan aktivitas dalam sehari. WHO/FAO (2003) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variable utama setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energi. Berdasarkan WHO/FAO (2003), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Nilai Physical Avtivity Rate (PAR) untuk berbagai jenis aktivitas dan tingkat aktivitas fisik menurut WHO/FAO (2004). PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan : PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) PARi : Physical avtivity rate dari masing-masing aktivitas yang dilakukan untuk tiap jenis aktivitas per jam)
Wi
: Alokasi waktu tiap aktivitas Perhitungan di atas dapat dijelaskan dengan contoh kasus
sebagai berikut: Seorang wanita memiliki 8 jam waktu tidur (8 x 1,0=8), 4 jam waktu melakukan pekerjaan rumah tangga (4 x 1,7=6,8), 4 jam waktu menonton televisi (4 x 1,4=5.6), dan waktu bekerja (8 x 1,5=12). Total PAL selama 24 jam diperoleh dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian waktu (jam) dan PAR sehingga diperoleh nilai PAL selama 24 jam adalah 32,4 kkal. Rata-rata nilai PAL selama 24 jam adalah 1,40 kkal/jam. Hal ini berarti wanita tersebut memiliki tingkat aktivitas fisik ringan. Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL: a) Ringan (sedentary lifestyle) 1.40-1.69 b) Sedang (active or moderately active lifestyle) 1.70-1.99 c) Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2.00-2.40 2) Hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas Sekarang ini kemajuan teknologi yang banyak menciptakan alat-alat yang mampu menghemat pengeluaran energi dari dalam tubuh misalnya blender, mesin cuci, mesin penyedot debu, dan sebagainya. Di berbagai gedung, terdapat sarana yang mampu mengurangi aktifitas fisik seseorang seperti eskalator, lift, dan sebagainya. Sarana transportasi, seperti bus, mobil, dan motor akan memudahkan orang agar tidak berjalan kaki atau bersepeda ke suatu tempat. Selain itu, kesibukan rutinitas kerja yang semakin meningkat juga menyebabkan seseorang tidak mampu mempunyai waktu untuk berolah raga (Purwati, 2005) Jenis
pekerjaan
yang
dilakukan
sehari-hari
dapat
mempengaruhi gaya hidup seseorang. Bentuk tubuh orang yang jenis pekerjaannya tidak banyak mengeluarkan energi akan berbeda dengan orang yang pekerjaan selalu menggunakan otot atau banyak melakukan aktivitas fisik. Seperti diketahui, aktivitas
fisik akan membakar energi dari dalam tubuh. Dengan demikian, jika asupan energi ke dalam tubuh berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang tentu akan menyebabkan tubuh mengalami kegemukan (Purwati, 2005). b) Keturunan Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan lemak tubuh. Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung membangun lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain. Bawaan sifat metabolisme ini menunjukan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim ini memiliki suatu peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan karena enzim ini bertugas mengontrol kecepatan trigliserida dalam darah yang dipecah-pecah menjadi asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh untuk disimpan sehingga lama kelamaan menyebabkan penambahan berat badan (Purwati, 2005) Ada penelitian yang mengungkapkan adanya gen obesitas, yang diekspresikan pada sel-sel lemak dan kode-kode untuk protein leptin. Leptin bekerja sebagai hormon, terutama ditingkat hipotalamus. Leptin
berfungsi
menekan
nafsu
makan
dan
meningkatkan
penggunaan energi. Perubahan penggunaan energi berpengaruh terhadap perubahan basal metabolisme, selain itu juga berpengaruh terhadap perubahan pola aktivitas fisik. Sangat sedikit orang obesitas yang mempunyai kadar leptin rendah. Pada kenyataannya, kadar leptin pada darah biasanya berhubungan dengan lemak tubuh, semakin banyak lemak tubuh maka kadar leptin semakin tinggi. Orang yang obesitas pada umumnya mempunyai kadar leptin yang tinggi (Whitney, 2002). c) Lama tidur 1) Pengertian Tidur Tidur merupakan kebutuhan dasar mutlak yang harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan tidur yang cukup, tubuh baru
dapat berfungsi secara optimal. Tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu (Mubarak, 2007). Tidur adalah keadaan dimana tidak sadarkan diri yang relatif bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi,
terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2008). Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Tabel berikut ini merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia. Tabel 2. Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia Umur
Tingkat perkembangan
0 – 1 bulan 1 – 18 bulan 18 bulan – 3 tahun 3 – 6 tahun 6 – 12 tahun 12 – 18 tahun 18 – 40 tahun 40 – 60 tahun 60 tahun keatas (Hidayat, 2008)
Bayi baru lahir Masa bayi Masa anak Masa prasekolah Masa sekolah Masa remaja Masa dewasa Masa muda paruh baya Masa dewasa tua
Jumlah kebutuhan tidur 14 -18 jam/hari 12 -14 jam/hari 11 -12 jam/hari 11 jam/hari 10 jam/hari 8,5 jam/hari 7 – 8 jam/hari 7 jam/hari 6 jam/hari
2) Hubungan lama tidur dengan obesitas Obesitas sangat erat kaitannya dengan sekresi hormon ghrelin dan leptin yang ada dalam sirkulasi darah. Hormon ghrelin dan leptin merupakan dua hormon pencernaan yang memberikan signal ke hipotalamus untuk mengatur nafsu makan yang bekerja sebagai sistem penyeimbang yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Ghrelin dihasilkan oleh saluran pencernaan yang mempunyai peran dalam meningkatkan nafsu makan, sedangkan leptin diproduksi dalam sel-sel lemak dan bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal ke otak ketika kenyang. Ketika orang tidak mendapat tidur yang cukup, kadar leptin akan turun
yang artinya kita tidak merasa kenyang setelah makan. Kurang tidur juga mendorong kadar ghrelin naik, yang artinya rasa lapar akan terus terangsang
dan
meningkatkan
nafsu
makan.
Sebuah
penelitian
menunjukkan bahwa orang yang tidur kurang dari 7 jam sehari memiliki risiko mendapatkan IMT lebih besar daripada orang yang tidur dengan jam lebih banyak (Hamidin, 2010). d) Kontrasepsi 1) Pengertian Konrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang telah matang dengan sel sperma (Depkes RI, 1994) 2) Macam-macam alat kontrasepsi yang mempengaruhi obesitas a) Pil KB Pil KB terdiri dari tiga macam yaitu minipil, pil kombinasi, dan pil pascasenggama. Dari ketiga macam pil KB tersebut yang umum digunakan adalah pil kombinasi antara estrogen dan progesteron. Pengaruh progesteron dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk mencegah ovulasi, sehingga dalam 95 – 98% tidak terjadi ovulasi. Selanjutnya, estrogen dalam dosis tinggi dapat pula mempercepat perjalanan ovum dan menyulitkan terjadinya implementasi dalam endometrium dari ovum yang sudah dibuahi.
Estrogen bisa menyebabkan retensi cairan dan garam yang bisa memicu pertambahan berat badan sedangkan progesteron bisa meningkatkan nafsu makan. Tetapi dengan dosis rendah pil KB modern efek ini jarang terjadi. Kenaikan berat badan terjadi karena pasien merasa aman yaitu terlindungi dari kehamilan sehingga pola makan berubah (nafsu makan meningkat) ataupun oleh karena faktor keturunan. (Wiknjosastro dkk, 2005) b) Suntikan KB
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hanya hormon progesterone disuntikan ke dalam tubuh wanita secara periodik. Kontrasepsi suntikan KB ada dua macam yaitu golongan
progestin
seperti
Depo
Provera
(Depo
Medroksi
Progesteron Asetat), Depo Noristerat (Depo Noretisteron Enantat) dan golongan progestin dengan campuran estrogen propionate seperti Cyclo Provera. Keuntungan dari KB suntik DMPA adalah penggunaanya sangat efektif, dapat mencegah kehamilan dalam jangka yang panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, sedangkan kerugian dari KB suntik DMPA yaitu perdarahan tidak teratur atau amenore, keterlambatan subur sampai 1 tahun, berat badan meningkat, dapat berkaitan dengan osteoporosis pada pemakaian jangka panjang (Saifuddin dkk, 2003)
c) Susuk KB Alat kontrasepsi bawah kulit atau implant adalah kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit. Preparat yang terdapat saat ini adalah implant dengan nama dagang norplant maupun implanon. Susuk KB ini berisi levonorgestrel, Dengan disusupkannya 6 kapsul atau 1 kapsul silastik implant di bawah kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah leveonorgestrel ke dalam darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik. Besar kecilnya levonogestrel
yang
dilepas
tergantung
besar
kecilnya
permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari dinding kapsul tersebut. Satu set Implant yang terdiri dari 6 kapsul dapat bekerja secara efektif selama 5 tahun. Sedang Implanon yang terdiri dari 1 kapsul dapat bekerja secara efektif selama 3 tahun. Dan salah satu efek samping dari susuk KB adalah perubahan berat badan (Depkes RI, 1994) 3) Hubungan antara kontrasepsi dengan obesitas
Peningkatan
berat
badan
pada
pemakaian
kontrasepsi
disebabkan hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron. Esterogen menyebabkan pengeluaran natriun dan air berkurang sehingga terjadi penimbunan cairan (Wiknjosastro dkk, 2005) sedangkan progesteron akan mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, merangsang nafsu makan serta menurunkan aktivitas fisik sehingga terjadi peningkatan berat badan (Depkes RI, 1994)
3. Metode pengukuran asupan makan Menurut Supariasa dkk (2001), untuk mengukur asupan makanan individu digunakan metode : a.
Metode Food Recall 24 jam Dilakukan dengan cara petugas menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama 24 jam yang lalu. Selain makanan utama, makanan kecil atau jajan juga dicatat, termasuk makanan yang dimakan diluar rumah. Kelebihan : 1) mudah dilaksanakan, tidak terlalu membebani responden. 2) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara. 3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden. 4) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf. 5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung asupan zat gizi sehari. Kekurangan : 1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari , bila hanya dilakukan recall 1 hari. 2) Ketepatannya tergantung pada daya ingat responden. 3) Butuh tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT.
b. Metode Estimated Food Records
Dilakukan
dengan
cara
responden
mencatat
makanan
yang
dikonsumsi dalam URT. Responden juga diminta untuk mencatat semua yang dimakan atau diminum setiap kali sebelum makan. Kelebihan : 1) Metode ini relatif murah dan cepat 2) Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar 3) Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari 4) Hasilnya relatif lebih akurat Kekurangan : 1) metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan responden merubah kebisaan makannnya 2) tidak cocok untuk responden yang buta huruf 3) sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi. c.
Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing) Petugas atau responden menimbang dan mencatat bahan makanan yang dikonsumsi dalam gram, termasuk sisa makanan juga ditimbang untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi. Kelebihan : Data yang diperoleh lebih akurat atau teliti. Kekurangan : 1) Memerlukan waktu dan cukup mahal. 2) Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka. 3) Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil. 4) Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.
d. Metode Dietary History Metode ini bersifat kualitatif
karena memberikan gambaran pola
konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Hal yang perlu mendapat perhatian dalam mengumpulkan data adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-
hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut harus dikumpulkan. Kelebihan : 1) Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara kualitatif dan kuantitatif. 2) Biaya relatif murah. 3) Dapat digunakan di gizi klinik untuk membantu mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien. Kekurangan : 1) Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden. 2) Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih, tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar. 3) Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif. 4) Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus, sedangkan variasi makanan sehari-hari tidak diketahui. e.
Metode Frekuensi Makanan (Food Frekuency) Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemologi gizi. Kelebihan : 1) Relatif murah dan sederhana. 2) Dapat dilakukan sendiri oleh responden. 3) Tidak membutuhkan latihan khusus. 4) Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan makan. Kekurangan :
1) Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari. 2) Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data. 3) Cukup menjemukan bagi pewawancara. 4) Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner. 5) Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi. 4. Pengukuran obesitas Tingkat kegemukan atau obesitas dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh (body mass index). Indeks massa tubuh (IMT) dihitung dengan cara membagi berat tubuh (kg) dengan kuadrat tinggi tubuh (m).
Keterangan : IMT
: Indeks Massa Tubuh
BB
: Berat Badan (kg)
TB
: Tinggi Badan (m)
(Supariasa dkk, 2002) Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT menurut WHO (World Health Organization) 2000 adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT Kategori Kurus (Underweight) Normal (ideal) Berat Badan Lebih Pre Obesitas Obesitas Tingkat I Obesitas Tingkat II Obesitas Tingkat III (WHO, 2000)
IMT (kg/m2) < 18,5 18,5 – 24,9 25,0 – 29,9 30,0 – 34,9 35,0 – 39,9 ≥ 40,0
Sedangkan klasifikasi obesitas berdasarkan IMT untuk orang Asia menurut WHO sebagai berikut :
Tabel 4. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT Untuk Orang Asia Kategori Kurus (Underweight) Normal (ideal) Berat Badan Lebih Resiko Obesitas Obesitas Tingkat I Obesitas Tingkat II (WHO, 2000)
IMT (kg/m2) < 18,5 18,5 – 22,9 23,0 – 24,9 25,0 – 29,9 ≥ 30,0
B. Kerangka Teori
Keturunan
Gaya
Lingkungan
Hidup
Asupan Makan
Obat-obatan Obesitas
Metabolis me basal
Kontraseps i
Lama tidur
(Purwati, 2005) Gambar 1. Kerangka Teori
Aktivitas fisik
Hormon
C. Kerangka Konsep Tingkat kecukupan gizi Aktivitas fisik keturunan
Obesitas
Lama tidur
Penggunaan alat kontrasepsi
Gambar 2. Kerangka Konsep D. Hipotesis 1. Ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kejadian obesitas 2. Ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kejadian obesitas 3. Ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kejadian obesitas 4. Ada hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan kejadian obesitas 5. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas 6. Ada hubungan antara lama tidur dengan kejadian obesitas 7. Ada hubungan antara keturunan dengan kejadian obesitas 8. Ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian obesitas 9. Ada hubungan antara faktor-faktor tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian obesitas
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini bersifat cross sectional, yaitu menggambarkan dan menganalisis hubungan antara beberapa faktor dengan kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo dengan pertimbangan bahwa kejadian obesitas di instansi tersebut sebesar 50%. 2. Waktu penelitian Penelitian diawali dengan penyusunan proposal penelitian pada bulan Februari 2014. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2014 dilanjutkan dengan pengolahan dan penyusunan skripsi bulan April 2014. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo sebanyak 55 orang yang terdaftar sebagai pegawai tetap di Pemerintah Daerah kabupaten Wonosobo 2. Sampel Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Sampel diambil dengan kriteria sebagai berikut : a. Kriteria Eksklusi 1) Karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo 2) Bersedia menjadi sampel
3) Dapat ditemui dalam jangka waktu pengambilan data
b. Kriteria Inklusi 1) Tidak sedang hamil Berdasarkan kriteria di atas, didapatkan sampel sebanyak 44 orang berdasarkan kriteria ekslusi. Setelah dikonfirmasi terdapat 2 orang yang sedang hamil sehingga jumlah sampel menjadi 42 orang. D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel a. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status obesitas b. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat kecukupan
karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan
penggunaan alat kontrasepsi 2. Definisi Operasional N
Nama
Definisi Operasional
Instrume
Hasil
Skal
o
Variabel
n
Ukur
a
1
Status
Keadaan
Timbang a. Obesitas
No
.
Obesitas
ketidakseimbangan
an injak, b. Tidak
min
antara pemasukan dan
microtois
al
pengeluaran energi yang
e,
ditentukan
formulir
tubuh
akibat
berdasarkan
pengukuran BB dan TB
Berat
yang ditunjukan dengan
Badan
nilai IMT
Tinggi
Obesitas
Badan 2
Tingkat
Rata-rata asupan energi yang
Formulir
a. Lebih
.
Kecuku
diperoleh dari recall 2x24
food
b. Normal
Ordinal
pan
jam yang dinyatakan dalam
recall
Energi
kkal
2x24 jam
perhari
dan
c. Defisit
dibandingkan dengan Angka Kecukupan
Gizi
(AKG)
asupan
protein
2013 3
Tingkat
Rata-rata
Formulir
d. Lebih
.
Kecuku
yang diperoleh dari recall
food
e. Normal
pan
2x24 jam yang dinyatakan
recall
f. Defisit
Protein
dalam
2x24 jam
gram
perhari
dan
Ordinal
dibandingkan dengan Angka Kecukupan
Gizi
(AKG)
2013 4
Tingkat
Rata-rata asupan lemak yang
Formulir
g. Lebih
.
Kecuku
diperoleh dari recall 2x24
food
h. Normal
pan
jam yang dinyatakan dalam
recall
i. Defisit
Lemak
gram
2x24 jam
perhari
dan
Ordinal
dibandingkan dengan Angka Kecukupan
Gizi
(AKG)
2013 5
Tingkat
Rata-rata asupan karbohidrat
Formulir
j. Lebih
.
Kecuku
yang diperoleh dari recall
food
k. Normal
pan
2x24 jam yang dinyatakan
recall
l. Defisit
Karbohi
dalam
2x24 jam
drat
dibandingkan dengan Angka
gram
Kecukupan
perhari
Gizi
dan
Ordinal
(AKG)
2013 6
Aktivita
Rata-rata
.
s fisik
aktivitas
besarnya fisik
yang
dilakukan selama 24 jam
Formulir
a. Ringan
Ordi
aktivitas
b. Sedang
nal
fisik,
c. Berat
dinyatakan dalam tingkat
tabel
aktivitas fisik (Phisycal
aktivitas
Activity
fisik,
Level)
dalam
satuan kkal/jam 7
Lama
Waktu yang dihabiskan
Formulir
.
tidur
seseorang
aktivitas
untuk
beristirahat dalam 24 jam
fisik
a. Berisiko b. Tidak berisiko
Ordi
a.Ada b.Tidak ada
No
nal
yang dinyatakan berisiko dan tidak berisiko 8
Keturun
Ada tidaknya kejadian
Kuesione
.
an
obesitas
r
obesitas
dari orang tua atau kakek
yang
berasal
min al
dan nenek kandung 9
Penggun
Pernyataan
seseorang
.
aan alat
menggunakan atau tidak
kontrase
menggunakan
psi
kontrasepsi
Kuesione
a.Pengguna
No
r
b.Tidak
min
alat
pengguna
al
yang
mempengaruhi hormonal (suntik KB, pil KB dan susuk KB)
E. Bahan dan Alat Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Formulir kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data identitas sampel, karakteristik sampel, antropometri, asupan makan, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan penggunaan alat kontrasepsi 2. Timbangan injak, dengan kapasitas 120 kg dan ketelitian 0,1 kg 3. Microtoice, dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0,1 cm 4. Daftar Bahan Makanan Penukar II 5. Tabel kebutuhan energi untuk berbagai aktivitas di luar metabolisme basal 6. Software Nutrisurvey 2007
7. Soft ware SPSS versi 21,0 8. Microsoft Excel 2010 F. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer a.
Identitas sampel Data identitas sampel diperoleh dengan metode wawancara langsung kepada sampel menggunakan kuesioner yang meliputi data nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan alamat.
b.
Antropometri Data antropometri yang dikumpulkan adalah data berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur menggunakan timbangan injak digital dengan kapasitas 120 kg dan ketelitian 0,1 kg. Sedangkan tinggi badan diukur menggunakan microtoice dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0,1 cm.
c.
Data asupan makan Data asupan makan meliputi asupan energi, asupan protein, asupan lemak dan asupan karbohidrat diperoleh dengan menggunakan metode food recall.
d.
Data aktivitas fisik diperoleh dengan cara sampel mengisi kuesioner aktivitas fisik yang dilakukan selama 2 x 24 jam.
e.
Data lama tidur diperoleh dengan metode angket menggunakan lembar kuesioner pengambilan data selama 2 hari.
f.
Data tentang keturunan obesitas dilihat berdasarkan riwayat obesitas pada keluarganya;
g.
Data penggunaan alat kontrasepsi diperoleh melalui wawancara langsung dengan sampel menggunakan lembar kuesioner.
2. Data sekunder
Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian yaitu tentang alamat dan data kepegawaian yang meliputi jumlah keseluruhan pegawai dan jumlah pegawai menurut masing-masing bagian. Data ini diperoleh dengan cara observasi ke lokasi penelitian dan wawancara dengan bagian kepegawaian. G. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data a.
Editing Pengolahan data dengan cara editing bertujuan untuk mengoreksi dan meneliti kembali data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran sesuai variabel yang diteliti meliputi kelengkapan dan kesesuaian pengisian jawaban dengan pertanyaan.
b. Data antropometri Untuk mendapatkan nilai IMT diperoleh dengan cara : 1) Menimbang berat badan dalam ukuran kilogram (Kg) 2) Mengukur tinggi badan dalam satuan meter (cm) 3) Menghitung IMT menggunakan rumus
(Supariasa, 2002)
c.
Data status obesitas Setelah hasil IMT diketahui kemudian digolongkan menjadi dua kategori yaitu : Tabel 5. Penggolongan nilai IMT No. Nilai IMT 1. < 25 kg/m2 2. ≥ 25 kg/m2 Sumber : WHO, 2002
Kategori Tidak obesitas Obesitas
d. Data tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat Data tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat diperoleh dengan metode recall 2x24 jam dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Melakukan wawancara kepada responden menggunakan kuesioner satu kali 24 jam recall . 2) Setelah data konsumsi diperoleh, maka tahap pertama pengolahan
data adalah konversi dari Ukuran Rumah Tangga ke dalam Ukuran Berat (gram) atau dari satuan harga ke satuan berat. Hardinsyah dan Briawan (2001) menyebutkan bahwa dalam melakukan konversi tersebut diperlukan berbagai daftar antara lain Daftar Konversi Berat Mentah Masak (DKBMM), Daftar Konversi Penyerapan Minyak (DKPM), Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan Jajanan (DKGJ) dan Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT) 3) Menghitung jumlah kalori untuk asupan energi dan gram untuk asupan protein, lemak dan karbohidrat menggunakan aplikasi Nutrisurvey 2007.
4) Membandingkan jumlah asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) sesuai dengan kelompok umur masing-masing. 5) Setelah prosentase tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat diketahui kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu : Tabel 6. Kategori tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. No. 1. 2. 3. e.
% Kecukupan ≥ 120 90 – 119 ≤ 89,9
Kategori Lebih Normal Defisit
Data aktivitas fisik Aktivitas fisik diperoleh dari recall aktivitas 2x24 jam kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Melakukan wawancara kepada responden menggunakan kuesioner satu kali 24 jam recall aktivitas fisik.
2) Menghitung total kalori yang dikeluarkan responden dalam melakukan aktivitas fisik berdasarkan tabel nilai Physical Activity Ratio (PAR) kemudian dimasukkan dalam rumus Physical Activity Level (PAL) sebagai berikut :
Keterangan : PAL
: Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PARi
: Physical avtivity rate dari masing-masing aktivitas
yang dilakukan untuk tiap jenis aktivitas per jam) Wi
: Alokasi waktu tiap aktivitas
(WHO/FAO, 2003). 3) Setelah nilai PAL diketahui kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu : Tabel 7. Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL No. Nilai PAL 1. 1,40 – 1,69 2. 1,70 – 1,99 3. 2,00 – 2,40 Sumber : WHO/FAO, 2003 f.
Kategori Ringan Sedang Berat
Data Lama Tidur Lama tidur masing-masing sampel diperoleh menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dalam satuan waktu yaitu menit dikategorikan menjadi : 1) Tidak beresiko obesitas 2) Beresiko obesitas
: 7- 8 jam per hari
: < 7 jam per hari atau > 8 jam per hari
(Hidayat, 2008) g.
Data Keturunan Data keturunan atau riwayat obesitas masing-masing sampel yang dikategorikan menjadi:
1) Tidak ada riwayat obesitas 2) Ada riwayat obesitas
h. Data alat Kontrasepsi Dari hasil kuisioner diperoleh data alat kontrasepsi masingmasing sampel yang kemudian dikategorikan menjadi : 1) Tidak Berisiko obesitas : Bukan pengguna alat kontrasepsi yang tidak mempengaruhi hormonal yaitu selain suntik KB, pil KB dan susuk KB 2) Berisiko obesitas : Pengguna alat kontrasepsi yang mempengaruhi hormonal seperti suntik KB, pil KB dan susuk KB i.
Koding Memberikan kode pada variabel status obesitas, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan, dan penggunaan alat kontrasepsi yaitu dengan cara sebagai berikut : 1) Obesitas Obesitas
=0
Tidak Obesitas
=1
2) Tingkat Kecukupan Energi Lebih
=0
Normal
=1
Defisit
=2
3) Tingkat Kecukupan Protein Lebih
=0
Normal
=1
Defisit
=2
4) Tingkat Kecukupan Lemak
Lebih
=0
Normal
=1
Defisit
=2
5) Tingkat Kecukupan Karbohidrat Lebih
=0
Normal
=1
Defisit
=2
6) Aktivitas Fisik Ringan
=0
Sedang
=1
Berat
=2
7) Lama Tidur Berisiko
=0
Tidak berisiko
=1
8) Keturunan Ada
=0
Tidak Ada
=1
9) Penggunaan alat kontrasepsi Pengguna
=0
Tidak Pengguna
=1
2. Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan variabel status obesitas, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat kecukupan karbohidrat aktivitas fisik, keturunan obesitas, lama tidur, dan penggunaan alat kontrasepsi yang diteliti, kemudian diwujudkan dalam tabel distribusi
frekuensi dan nilai rata – rata minimal, nilai maksimal dan standar deviasi. b. Analisis bivariat Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antar variabel. Uji Chi square dengan derajat kepercayaan 95% digunakan untuk menganalisis hubungan antara masing-masing variabel dengan obesitas kejadian. Jika jumlah sel yang mengandung nilai expected value < 5 lebih dari 20% maka uji statistik menggunakan uji Fisher Exact (Hasan, 2005). Kemudian uji dilanjutkan dengan pencarian nilai Odds Ratio (OR) untuk mengetahui faktor risiko dengan rumus sebagai berikut :
OR ( Odds Rasio ) = AD/BC Confidence interval ( CI ) sebesar 95%, Interpretasi nilai OR adalah - Bila OR lebih dari 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan faktor risiko. - Bila OR = 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko. - Bila OR < 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan faktor protektif. c. Analisis multivariat Analisis multivariat menggunakan uji regresi ganda logistik linier yaitu untuk menganalisa hubungan antara sebuah paparan dan penyakit dan serentak mengontrol sejumlah faktor perancu potensial.
Varibel yang diuji adalah hubungan antara asupan makan, tingkat aktivitas fisik dan lama tidur dengan kejadian obesitas. Tujuan analisis multivariat adalah : 1) Menentukan model yang paling sesuai, paling irit, sekaligus masuk akal secara biologis dan dapat untuk menggambarkan hubungan antaran variabel terikat dan beberapa
variable bebas dalam populasi, 2) Meramalkan terjadinya variabel terikat pada individu berdasarkan nilai-nilai variabel bebas yang diukur, 3) Mengukur hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas setelah mengontrol pengaruh kovariat lainnya. Beberapa keuntungan menggunakan analisis regresi ganda logistik: 1) Mampu mengkonversikan koefisien regresi menjadi odds rasio (OR), 2) Mampu pemperkirakan probabilitas individu untuk sakit atau meninggal berdasarkan nilai-nilai beberapa variabel bebas yang diukur.
Prediksi analisis regresi ganda logistik dirumuskan sebagai berikut: 1 P= (a+b1x1+b2x2+b3x3 ......bkxk)
1+e
Keterangan: P : Peluang untuk mengalami sakit / efek a : Konstanta atau intesep b1,b2,b3...bk : Variabel bebas yang pengaruhnya akan diteliti e : Bilangan logaritma natural ( 2,71828 ) Langkah analisis regresi ganda logistik adalah sebagai berikut: 1. Melakukan uji univariat variabel-variabel bebas dan bila hasil analisis menunjukkan nilai P < 0,25 dan memiliki kemaknaan biologik, maka variabel bebas tersebut dapat dimasukkan ke dalam model multivariate. 2. Semua variabel kandidat dimasukkan bersama-sama untuk dipertimbangakan menjadi model, apalagi hasil analisis menunjukkan nilai P yang signifikan yaitu P < 0,05. Variabel yang terpilih dimasukkan kedalam model dan nilai P yang tidak signifikan dikeluarkan dari model.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo, terletak di Jalan Sindoro No. 1 Wonosobo. Kabupaten Wonosobo berjarak 120 km dari ibukota Jawa Tengah (Semarang) dan 520 km dari Ibu Kota Negara (Jakarta), berada pada rentang 250 dpl – 2.250 dpl dengan dominasi pada rentang 500 dpl – 1.000 dpl sebesar 50% (persen) dari seluruh areal, menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wilayah Kabupaten Wonosobo dengan posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau Jawa dan berada diantara jalur pantai utara dan jalur pantai selatan. Batas-batas wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo : Sebelah Utara
: Kabupaten Banjarnegara, Kendal dan Batang
Sebelah Timur
: Kabupaten Temanggung dan Magelang
Sebelah Selatan
: Kabupaten Purworejo dan Kebumen
Sebelah Barat
: Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen
Dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Wonosobo bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu, daerah dengan ketinggian 250–500 m dpl seluas 33,33% dari seluruh wilayah. Daerah dengan ketinggian 500–1.000 m dpl seluas 50,00% dari seluruh areal dan daerah dengan ketinggian > 1.000 m dpl seluas 16,67% dari seluruh wilayah, sehingga menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wajah Kabupaten Wonosobo.
Tabel 8. Data Kepegawaian Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013 Jumlah Pegawai Bagian – Bagian Setda Kabupaten No Wonosobo Laki-laki Perempuan 1 Bagian Organisasi 3 5 2 Bagian Keuangan 13 5 3 Bagian Hukum 5 5 4 Bagian Administrasi dan Pembangunan 8 3 5 Bagian Tata Pemerintahan 7 4 6 Bagian PP dan PA 7 4 7 Bagian Humas 7 5 8 Bagian Umum 43 13 9 Bagian Perekonomian 3 5 10 Bagian Kesra 8 6 Total 104 55
B. Gambaran Umum Sampel Sampel dalam penelitian ini berjumlah 42 orang karyawati. Karakteristik sampel dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik sampel menurut umur, berat badan dan tinggi badan. Variabel Umur 19 – 29 (th) 30 – 49 (th) 50 – 64 (th) Berat Badan Tinggi Badan
mean 42,6
59,6 153,69
SD 8,435
10,6 5,9
min 23
43,5 142
max 56
n
%
3 28 11
7,14 66,67 26,19
80,2 165
Sampel berkisar antara 23 sampai dengan 49 tahun. Rata – rata umur sampel adalah 42,6 ± 8,435. Umur sampel termuda adalah 23 tahun dan umur sampel tertua adalah 56 tahun. Sebagian besar sampel 66,6% berumur pada kisaran 30 – 49 tahun.
Rata-rata berat badan sampel adalah 59,6 ± 10,64 kg. Berat badan tertinggi adalah 80,2 kg dan berat badan terendah adalah 43,5 kg. Rata-rata tinggi badan sampel adalah 153,69 ± 5,9 cm. Tinggi badan tertinggi adalah 165,0 cm dan tinggi badan terendah adalah 142,0 cm. C. Analisis Univariat 1. Status Obesitas Hasil skrining didapatkan angka prevalensi obesitas (IMT ≥ 25,0) pada karyawati di instansi tersebut sebesar 50%. Angka tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan data Riskesdas secara nasional tahun 2013 yang mencapai 32,9% maupun Riskesdas Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 30 %.. Nilai rata-rata IMT sampel adalah 25,2 (±SD 4,01), nilai IMT tertinggi adalah 32,18 dan nilai terendah 18,34. Distribusi frekuensi sampel menurut indeks massa tubuh dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut : Tabel 10. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Status obesitas,Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Jumlah IMT Status obesitas n % Obesitas < 25 21 50 Tidak Obesitas ≥ 25 21 50 Total 42 100
2. Tingkat Kecukupan Energi Energi diperoleh dari proses pembakaran karbohidrat, lemak, dan protein makanan. Kebutuhan energi manusia di dalam tubuh akan tercukupi bila kebutuhan akan zat-zat makanan tercukupi pula (Almatsier, 2002). Rata-rata asupan energi pada sampel adalah 1.932,07 ± 307,55 kkal/hari. Asupan energi tertinggi adalah 2.805 kkal/hari dan terendah adalah 1.530 kkal/hari.
Jika dibandingkan dengan AKG 2013, rata-rata tingkat kecukupan energi pada sampel
92,28 ±15,87%. Tingkat asupan
energi tertinggi adalah 121% dan terendah adalah 71%. Distribusi frekuensi sampel menurut tingkat kecukupan energi dapat dilihat pada Tabel 11di bawah ini. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat Kecukupan Energi Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Jumlah Kategori Tingkat % Kecukupan Energi n % Lebih ≥ 120 4 9,5 Normal 90 – 119 16 38,1 Defisit < 90 22 52,4 Total 42 100
3. Tingkat Kecukupan Protein Protein sebagai pembentuk energi tergantung macam dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Rata-rata asupan protein sampel adalah 60,9 ± 4,89 gram/hari. Asupan protein tertinggi adalah 68 gram/hari dan terendah adalah 43 gram/hari. Jika dibandingkan dengan AKG 2013 berdasarkan golongan umur masing-masing, rata-rata tingkat kecukupan protein pada sampel 107,02 ± 8,77. Tingkat kecukupan protein tertinggi adalah 132% dan terendah adalah 62%. Distribusi frekuensi sampel menurut tingkat kecukupan protein dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat Kecukupan Protein Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Jumlah Kategori Tingkat % Kecukupan Protein n % Lebih ≥ 120 2 4,8 Normal 90 – 119 38 90,5 Defisit < 90 2 4,8 Total 42 100 Sebagian besar sampel ternyata memiliki tingkat kecukupan protein yang normal yaitu 90,5 %. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena rendahnya asupan protein hewani. Mengkonsumsi protein hewani dianggap mampu meningkatkan kadar kolesterol dan memicu kegemukan. Mayoritas sampel mengkonsumsi sumber protein hewani 1 kali perhari. 4. Tingkat Kecukupan Lemak Trigliserida merupakan lipid (lemak) utama dalam makanan. Fungsi utamanya adalah sebagai zat energi. Rata-rata asupan lemak sampel adalah 53,64 ± 11,42 gram/hari. Asupan lemak tertinggi adalah 74 gram/hari dan terendah adalah 41 gram/hari. Jika dibandingkan dengan AKG 2013 berdasarkan golongan umur masing-masing, rata-rata tingkat kecukupan lemak pada sampel 91,19 ± 19,95%. Tingkat kecukupan lemak tertinggi adalah 132% dan terendah adalah 62%. Distribusi frekuensi sampel menurut tingkat kecukupan lemak dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat Kecukupan Lemak Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Jumlah Kategori Tingkat % Kecukupan Lemak n % Lebih ≥ 120 8 19 Normal 90 – 119 10 23,8 Defisit < 90 24 57,1 Total 42 100 Sebagian besar sampel memiliki kategori tingkat kecukupan lemak defisit, yaitu 57,1 %. Tingkat kecukupan lemak normal 23,8 % dan lebih 19 %. Walaupun sebagian besar tingkat kecukupan lemak adalah defisit, namun tingkat kecukupan lemak tertinggi mencapai angka 132 % AKG. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena kebiasaan makan gorengan. Gorengan dikonsumsi sebagai camilan sehingga tanpa terasa asupan yang dikonsumsi cukup banyak. Adanya peralihan konsumsi protein dari hewani ke nabati juga memicu meningkatnya
asupan
lemak
karena
cara
pengolahan
atau
pemasakannya. Pengolahan sumber protein nabati umumnya dengan digoreng atau dengan ditambahkan santan.
5. Tingkat Kecukupan Karbohidrat Rata-rata asupan karbohidrat sampel adalah 301,5 ± 56,49 gram/hari. Asupan karbohidrat tertinggi adalah 423 gram/hari dan terendah adalah 223 gram/hari. Jika dibandingkan dengan AKG 2013 berdasarkan golongan umur masing-masing, rata-rata tingkat kecukupan karbohidrat pada sampel 95,59 ± 20,7. Jika dibandingkan dengan AKG 2013, tingkat kecukupan karbohidrat tertinggi adalah 140 % dan terendah adalah 47 %.
Distribusi
frekuensi
sampel
menurut
tingkat
kecukupan
karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat Kecukupan Karbohidrat Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Jumlah Kategori Tingkat % Kecukupan Karbohidrat n % Lebih ≥ 120 9 21,4 Normal 90 – 119 14 33,3 Defisit < 90 19 45,2 Total 42 100 Sebagian besar sampel termasuk kategori tingkat kecukupan karbohidrat defisit, yaitu 45,2 %. Tingkat kecukupan karbohidrat normal 33,3 % dan lebih 21,4 %. Walaupun sebagian besar tingkat kecukupan karbohidrat adalah defisit, namun tingkat kecukupan karbohidrat tertinggi mencapai angka 140 % AKG. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena kebiasaan mengkonsumsi teh manis dan camilan yang berbahan dasar ubi, tepung beras dan serealia lainnya. Jam kerja yang panjang yaitu dari pukul 07.30 – 04.00 menyebabkan sebagian besar sampel menambah konsumsi teh manis dari 2 – 3 gelas selama bekerja. Selain teh, gula juga ditambahkan sehingga kalori meningkat tanpa disadari. Camilan seperti opak,
ceriping, combro yang berbahan dasar ubi, rengginang yang berbahan dasar beras ketan dan kentang goreng menyumbang kalori yang cukup besar. 6. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas. Aktivitas fisik yang kurang akan mengakibatkan seseorang dengan mudah memiliki status gizi obesitas. Rata-rata tingkat aktivitas fisik (PAL) adalah 1,66 ± 0,8. Nilai PAL tertinggi adalah 1,82 dan terendah 1,53. Distribusi sampel menurut tingkat aktivitas fisik dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Distribusi Sampel Menurut Aktivitas fisik Jumlah Nilai PAL Kategori Aktivitas n % Ringan 1,40 – 1,69 20 47,6 Sedang 1,70 – 1,99 22 52,4 Berat 2,0 – 2,40 0 0 Total 42 100 Tidak ada sampel yang termasuk kategori aktivitas fisik berat. Pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan jam kerja yang panjang (8,5 jam) menyebabkan aktivitas pada hari kerja didominasi kegiatan duduk bekerja. Hasil recall aktivitas fisik pada hari libur tidak memperlihatkan perbedaan yang cukup berarti. Walaupun beberapa sampel mengisi hari libur dengan berolahraga, tetapi kenaikan nilai PAL tidak begitu besar. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena aktivitas tidur atau aktivitas santai (nonton televisi atau berbincang) juga meningkat. 7. Keturunan Obesitas Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan lemak tubuh. Seseorang mempunyai faktor keturunan obesitas cenderung membangun lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain. Distribusi frekuensi sampel menurut keturunan obesitas terdapat pada Tabel 16.
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Keturunan Obesitas pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Jumlah Riwayat Obesitas n % Tidak Ada 21 50 Ada 21 50 Total 42 100 Tabel 16 menunjukan bahwa 50% sampel memiliki riwayat obesitas. 8. Lama Tidur Tidur merupakan kebutuhan dasar mutlak yang harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan tidur yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Rata-rata lama tidur sampel adalah 7,03 ± 0,66 jam per hari. Lama tidur tertinggi sampel adalah 8,12 jam dan terendah adalah 5,92 jam per hari. Distribusi frekuensi sampel menurut lama tidur terdapat pada Tabel 17. Tabel 17. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Lama Tidur pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Kategori Jumlah Lama Tidur (jam per hari) Lama tidur n % Beresiko <7 atau > 8 21 50 Tidak beresiko 7-8 21 50 Total 42 100
Tabel 17 menjelaskan bahwa pada sampel dengan lama tidur antara 7-8 jam (tidak beresiko) yaitu 50%. 9. Penggunaan Alat Kontrasepsi Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi disebabkan hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron. Distribusi
frekuensi penggunaan alat kontrasepsi pada sampel terdapat pada Tabel 18.
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Jumlah Penggunaan Alat kontrasepsi n % Tidak pengguna 23 45,2 Pengguna 19 54,8 Total 42 100 Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa sampel yang tergolong tidak menggunakan alat kontrasepsi yang mempengaruhi ada 23 sampel (45,2%) sedangkan sampel yang menggunakan alat kontrasepsi yang dapat mempengaruhi obesitas seperti pil KB, suntik KB dan susuk KB sebesar 54,8% atau 19 orang.
D. Analisis Bivariat 1.
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Obesitas Energi diperoleh dari proses pembakaran karbohidrat, lemak, dan protein makanan. Kebutuhan energi manusia di dalam tubuh akan tercukupi bila kebutuhan akan zat-zat makanan tercukupi pula (Almatsier, 2002). Untuk kepentingan uji statistik maka kategori tingkat kecukupan energi lebih dan normal digabung. Tabel 19. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Energi Dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Kategori Tingkat Obesitas Tidak Obesitas Jumlah Kecukupan Energi n % n % n % Lebih dan Normal 16 76,2 4 19 20 47,6 Defisit 5 23,8 17 81 22 52,4 Jumlah 21 100 21 100 42 100 Pada penelitian ini, sampel yang obesitas 76,2 % diantaranya memiliki tingkat kecukupan energi yang lebih. Pada sampel yang tidak obesitas 81% diantaranya defisit tingkat kecukupan energi.
Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan obesitas. Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan energi dengan obesitas sebesar 13,6. Hal ini berarti bahwa sampel dengan tingkat
kecukupan
energi
normal
dan
lebih
mempunyai
kecenderungan terhadap obesitas sebesar 13,6 kali dibandingkan dengan sampel dengan defisit tingkat kecukupan energi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Austin dkk (2011) bahwa implikasi peningkatan asupan energi terhadap obesitas sangat besar. Menurut Arisman (2004) ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar dalam jangka waktu yang lama. Banyaknya konsumsi energi dari makanan yang dicerna melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak dan jaringan lemak sehingga dapat berakibat pertambahan berat badan (WHO, 2006). 2.
Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Obesitas Protein
selain
untuk
membangun
struktur
tubuh
(pembentukan berbagai jaringan) juga akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat sehingga pertumbuhan atau kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar (Kartasapoetra & Marsetyo,2003). Protein sebagai pembentuk energi tergantung macam dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Untuk kepentingan uji statistik maka kategori tingkat kecukupan protein lebih dan normal digabung. Tabel 20. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Protein Dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Kategori Tingkat Obesitas Tidak Obesitas Jumlah
Kecukupan Protein Lebih dan Normal Defisit Jumlah
n 19 2 21
% 90,5 9,5 100
n 21 0 21
% 100 0 100
n 40 2 42
% 95,2 4,8 100
Pada penelitian ini, sampel yang obesitas 90,5% diantaranya memiliki tingkat kecukupan protein yang lebih dan normal. Pada sampel yang tidak obesitas semuanya (100 %) memiliki tingkat kecukupan protein yang normal. Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan bahwa p = 0,147, dalam hal ini p > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan obesitas. Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan karbohidrat dengan obesitas sebesar 0. Hal ini berarti bahwa tingkat kecukupan protein merupakan faktor protektif. Walaupun protein juga sebagai sumber energi, protein bukan energi yang siap pakai, proses metabolisme memerlukan waktu yang lama, protein merupakan sumber energi yang kurang efesien karena SDA (Spesific Dynamic Action) atau energi yang dibutuhkan untuk proses metabolisme cukup besar yaitu 30-40% padahal SDA karbohidrat hanya 6-7% dan SDA lemak 4-14% ( Almatsier, 2002). Adanya pemahaman sampel bahwa mengkonsumsi sumber protein hewani menyebabkan obesitas menyebabkan sebagian besar sampel menjaga asupan protein sehari-hari. Sumbangan kalori terbesar pada sampel berasal dari lemak dan karbohidrat. 3.
Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Obesitas Trigliserida merupakan lipid utama dalam makanan. Fungsi utamanya adalah sebagai zat energi. Simpanan lemak dalam tubuh terutama dilakukan di dalam sel lemak dalam jaringan adiposa. Untuk kepentingan uji statistik maka kategori tingkat kecukupan lemak lebih dan normal digabung. Pada penelitian ini, sampel yang obesitas 71,4 % diantaranya memiliki tingkat kecukupan lemak yang lebih dan
normal. Pada sampel yang tidak obesitas 85,7% diantaranya defisit tingkat kecukupan lemak. Tabel 21. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Lemak Dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Kategori Tingkat Obesitas Tidak Obesitas Jumlah Kecukupan Lemak n % n % n % Lebih dan Normal 15 71,4 3 14,3 23 54,8 Defisit 6 28,6 18 85,7 19 45,2 Jumlah 21 100 21 100 42 100 Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan obesitas. Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan lemak dengan obesitas sebesar 15,0. Hal ini berarti bahwa sampel dengan tingkat
kecukupan
lemak
normal
dan
lebih
mempunyai
kecenderungan terhadap obesitas sebesar 15,0 kali dibandingkan dengan sampel dengan defisit tingkat kecukupan lemak. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak memicu terjadinya obesitas. Lemak merupakan sumber yang padat kalori, membuat rasa masakan menjadi lezat dan sering tidak diperhatikan
atau
tersembunyi
dalam
makanan.
Kebiasaan
mengkonsumsi gorengan dan santan dalam pengolahan sumber protein hewani menyebabkan asupan lemak meningkat. Sebagian besar sampel beranggapan bahwa dengan tidak mengkonsumsi sumber protein hewani maka asupan lemak tidak akan tinggi. Hal ini mengakibatkan sumber lemak dari minyak dan santan tidak terkendali. Tubuh mempunyai kapasitas tak terhingga untuk menyimpan lemak. Kelebihan konsumsi lemak akan tersimpan dalam jaringan adiposa sebagai energi potensial. Apabila simpanan lemak terjadi
sampai melebihi 20% dari berat badan normal maka ada kecenderungan kegemukan atau obesitas (Darmoutomo, 2007).
4.
Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Obesitas Fungsi karbohidrat memang penting untuk tubuh kita karena karbohidrat berguna untuk member makan pada otak kita dan sebagai sumber energi utama. Untuk kepentingan uji statistik maka kategori tingkat kecukupan karbohidrat lebih dan normal digabung. Pada penelitian ini, sampel yang obesitas 76,2% diantaranya memiliki tingkat kecukupan karbohidrat yang normal dan lebih. Pada sampel yang tidak obesitas 66,7% diantaranya defisit tingkat kecukupan karbohidrat. Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Wonosobo Kategori Tingkat Obesitas Tidak Obesitas Kecukupan Lemak n % n % Lebih dan Normal 16 76,2 7 33,3 Defisit 5 23,8 14 66,7 Jumlah 21 100 21 100
Karbohidrat Kabupaten Jumlah n 23 19 42
% 54,8 45,2 100
Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan bahwa p = 0,005, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan obesitas. Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan karbohidrat dengan obesitas sebesar 6,4. Hal ini berarti bahwa sampel dengan tingkat kecukupan karbohidrat normal dan lebih mempunyai kecenderungan terhadap obesitas sebesar 6,4 kali dibandingkan dengan sampel dengan defisit tingkat kecukupan karbohidrat. Selain karbohidrat kompleks, sumbangan karbohidrat yang tinggi adalah dari konsumsi teh manis dan camilan yang berbahan dasar ubi, tepung beras, kentang dan serealia lainnya. Beberapa
sampel mengaku selalu menambah teh manis yang disajikan. Penambahan teh selalu diikuti dengan penambahan gula. Tanpa terasa, sumbangan kalori dari gula sederhana cukup berarti. Sebagian besar sampel mengaku selalu menyempatkan diri mengkonsumsi camilan. Beberapa diantaranya bahkan menempatkan toples berisi camilan di meja kerja. Camilan yang dikonsumsi bervariasi tetapi sebagian besar berbahan dasar ubi, tepung beras, kentang dan serealia lainnya yang merupakan bahan makanan sumber karbohidrat. Asupan karbohidrat yang berlebih, tidak akan langsung digunakan oleh tubuh sehingga disimpan dalam bentuk glikogen (satu rangkaian panjang molekul-molekul glukosa yang dihubungkan menjadi satu). Hati dan otot merupakan tempat penyimpanan glikogen. Glikogen yang dapat diakses otak yaitu glikogen yang disimpan dalam hati. Tetapi, kapasitas hati untuk menyimpan karbohidrat mudah habis dalam waktu sepuluh hingga 12 jam. Sehingga untuk mempertahankan cadangan glikogen dalam hati, kita membutuhkan asupan sumber karbohidrat (Almatsier, 2002). Bila asupan karbohidrat berlebih sedangkan kapasitas hati dan otot dalam menyimpan glikogen terbatas, maka karbohidrat akan disimpan dalam bentuk lemak dan akan disimpan dalam jaringan lemak. Sehingga kelebihan karbohidrat berarti kelebihan lemak. Asupan karbohidrat yang tinggi juga memicu peningkatan glukosa
darah.
Untuk
menyesuaikan
kondisi
ini,
pancreas
mengeluarkan hormone insulin ke dalam aliran darah untuk menurunkan kadar glukosa darah. Yang menjadi masalah adalah insulin merupakan hormone penyimpan yang memiliki fungsi menyimpan kelebihan karbohidrat dalam bentuk lemak untuk membuat cadangan energi. Oleh karena itu, insulin yang dirangsang oleh karbohidrat akan mendorong akumulasi lemak tubuh. Selain mendorong akumulasi lemak tubuh, insulin juga berfungsi untuk tidak mengeluarkan lemak yang tersimpan. Kondisi seperti ini tentu akan
membuat
seseorang dengan
asupan
tinggi
karbohidrat
akan
mengalami peningkatan berat badan dan sulit untuk menurunkan berat badan (Darmoutomo, 2007).
5.
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas. Dalam penelitian ini pada tingkat aktivitas fisik yang tergolong ringan pada sampel obesitas sebesar 76,2%. Pada sampel tidak obesitas, 81% diantaranya memiliki tingkat aktivitas fisik sedang. Kurang aktivitas dapat menjadikan massa otot berkurang, sehingga fungsi mesin pembakar lemak melemah, akibatnya lemak semakin menumpuk dalam tubuh dan mengakibatkan obesitas. Tabel 23 menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada sampel. Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Aktivitas Dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Kategori Tingkat Obesitas Tidak Obesitas Jumlah Aktivitas Fisik n % n % n % Ringan 16 76,2 4 19 20 47,6 Sedang 5 23,8 17 81 22 52,4 Jumlah 21 100 21 100 42 100 Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan obesitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sutera (2010) bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Tulus (2012) yang menyatakan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Ekelund dkk (2005) yang menyatakan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan massa lemak wanita. Hal ini kemungkinan karena sampel yang diteliti oleh Ekelund adalah remaja.
Nilai Odd Ratio untuk hubungan aktivitas fisik dengan obesitas sebesar 13,6. Hal ini berarti bahwa sampel dengan aktivitas fisik ringan mempunyai kecenderungan terhadap obesitas sebesar 13,6 kali dibandingkan dengan sampel dengan aktivitas fisik berat. Pada sampel yang obesitas, aktivitas sehari-hari didominasi kegiatan duduk bekerja pada hari kerja dan aktivitas santai seperti menontov televisi pada hari libur. Kebiasaan olahraga hanya pada hari jum’at. Sedikit sekali sampel yang mengisi hari libur dengan berolahraga. Jam kerja yang panjang membuat aktivitas olahraga hanya mungkin dilakukan pada hari jum’at dan akhir pekan. Semakin sedikit penggunaan energi untuk beraktivitas, dapat memicu terjadinya kegemukan dan obesitas. Jika pengeluaran energi lebih rendah daripada asupan energi, maka akan terdapat kelebihan energi yang disimpan dalam jaringan lemak. Gaya hidup yang kurang menggunakan energi yang berlarut-larut akan mengakibatkan obesitas. Kemajuan teknologi banyak menciptakan alat-alat yang mampu menghemat pengeluaran energi dari dalam tubuh. Di lingkungan rumah tangga, misalnya ada blender, mesin cuci, mesin penyedot debu, dan sebagainya. Sarana transportasi, seperti bus, mobil, dan motor akan memudahkan orang agar tidak berjalan kaki atau bersepeda ke suatu tempat. Selain itu, kesibukan rutinitas kerja yang semakin meningkat juga menyebabkan seseorang tidak mempunyai waktu untuk berolahraga (Purwati, 2005). Jenis
pekerjaan
yang
dilakukan
sehari-hari
dapat
mempengaruhi gaya hidup seseorang. Bentuk tubuh orang yang jenis pekerjaannya tidak banyak mengeluarkan energi akan berbeda dengan orang yang pekerjaan selalu menggunakan otot atau banyak melakukan aktivitas fisik (Purwati, 2005). Menurut Jakicic dan Otto (2005) aktivitas fisik berperan penting dalam pengelolaan berat badan, yaitu dengan meningkatkan pengeluaran energi total.
Keseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi akan mencegah kenaikan berat badan.
6. Hubungan Keturunan Obesitas dengan Obesitas Faktor keturunan obesitas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas. Pada penelitian ini, sampel obesitas 76,2% diantaranya ada riwayat obesitas. Pada sampel yang tidak obesitas, 81% tidak ada riwayat obesitas. Tabel 23 menunjukkan hubungan antara keturunan obesitas dengan obesitas pada sampel. Tabel 23. Distribusi Sampel Antara Faktor Keturunan Dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Kategori Faktor Obesitas Tidak Obesitas Jumlah Keturunan n % n % n % Ada 16 76,2 4 19 20 47,6 Tidak ada 5 23,8 17 81 22 52,4 Jumlah 21 100 21 100 42 100 Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara faktor keturunan dengan obesitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tulus (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara keturunan obesitas dengan obesitas pada karyawati Setda Kabupaten Tegal. Nilai Odd Ratio untuk hubungan keturunan dengan obesitas sebesar 13,6. Hal ini berarti bahwa sampel dengan riwayat keturunan obesitas mempunyai kecenderungan terhadap obesitas sebesar 13,6 kali dibandingkan dengan sampel yang tidak memiliki riwayat obesitas. Seseorang yang mempunyai faktor keturunan maka dalam tubuh cenderung akan menghasilkan lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain yang tidak mempunyai faktor keturunan. Bawaan sifat metabolisme ini menunjukan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim
lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim ini memiliki suatu peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan karena enzim ini bertugas mengontrol kecepatan trigliserida dalam darah yang dipecah-pecah menjadi asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh untuk disimpan sehingga lama kelamaan menyebabkan penambahan berat badan (Purwati, 2005) 7. Hubungan Lama Tidur dengan Obesitas Lama tidur merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas. Lama tidur dikategorikan menjadi lama tidur yang tidak berisiko dan berisiko. Pada penelitian ini, sampel obesitas 61,9% diantaranya termasuk kategori beresiko. Pada sampel yang tidak obesitas, 61,9% tidak beresiko. Tabel 24 menunjukkan hubungan antara keturunan obesitas dengan obesitas pada sampel. Tabel 24. Distribusi Sampel Antara Lama Tidur Dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Kategori Lama Obesitas Tidak Obesitas Jumlah Tidur n % n % n % Beresiko 13 61,9 8 38,1 21 50 Tidak Beresiko 8 38,1 13 61,9 21 50 Jumlah 21 100 21 100 42 100 Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan bahwa p = 0,123, dalam hal ini p > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara lama tidur dengan obesitas. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara lama tidur dengan obesitas, artinya bahwa lama tidur seseorang tidak berkaitan dengan kejadian obesitas. Nilai Odd Ratio untuk hubungan lama tidur dengan obesitas sebesar 2,641. Hal ini berarti bahwa sampel dengan lama tidur yang beresiko mempunyai kecenderungan terhadap obesitas sebesar 2,641 kali dibandingkan dengan sampel dengan lama tidur yang tidak beresiko. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Hamidin (2010), yang mengemukakan bahwa dari segi endokrinologi ternyata
obesitas sangat erat kaitannya dengan sekresi hormon ghrelin dan leptin yang ada dalam sirkulasi darah. Hormon ghrelin dan leptin merupakan dua hormon pencernaan yang memberikan signal ke hipotalamus untuk mengatur nafsu makan yang bekerja sebagai sistem penyeimbang yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Ghrelin dihasilkan oleh saluran pencernaan mempunyai peran dalam meningkatkan nafsu makan, sedangkan leptin diproduksi dalam sel-sel lemak dan bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal ke otak ketika kenyang. Ketika orang tidak mendapat tidur cukup, kadar leptin akan turun yang artinya tidak merasa kenyang setelah makan. Kurang tidur juga mendorong kadar ghrelin naik, yang artinya rasa lapar akan terus terangsang dan meningkatkan nafsu makan. Jenis pekerjaan yang sama dan iklim daerah Kabupaten Wonosobo menyebabkan lama tidur karyawati di Setda kurang bervariasi sehingga tidak ada perbedaan lama tidur pada karyawati yang obesitas dengan tidak obesitas.
8. Hubungan Antara Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Obesitas Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi disebabkan hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron. Sebagian besar
sampel yaitu sebanyak 23 sampel (54,8%) tidak menggunakan alat kontrasepsi yang mempengaruhi obesitas seperti pil KB, suntik KB, susuk KB. Tabel 25 menunjukkan hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dengan obesitas pada sampel. Tabel 24. Distribusi Sampel Antara Penggunaan Alat Kontrasepsi Dengan Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo Kategori Penggunaan Obesitas Tidak Obesitas Jumlah Alat Kontrasepsi n % n % n % Pengguna 13 61,9 6 28,6 19 45,2 Tidak Pengguna 8 38,1 15 71,4 23 54,8 Jumlah 21 100 21 100 42 100 Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan bahwa p = 0,030, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara alat kontrasepsi dengan obesitas. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Tulus (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan antara alat kontrasepsi dengan obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Tegal. Hasil ini
sesuai dengan pendapat Purwati (2002) yang menyatakan bahwa kontrasepsi dapat menyebabkan kenaikan berat badan secara perlahanlahan pada wanita yang menggunakannya. Nilai Odd Ratio untuk hubungan penggunaan alat kontrasepsi dengan obesitas sebesar 4,063. Hal ini berarti bahwa sampel yang menggunakan alat kontrasepsi mempunyai kecenderungan terhadap obesitas sebesar 4,063 kali dibandingkan dengan sampel yang tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi disebabkan hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron. Esterogen menyebabkan pengeluaran natriun dan air berkurang sehingga terjadi penimbunan cairan (Wiknjosastro dkk, 2005) sedangkan progesteron akan mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, merangsang nafsu makan serta menurunkan aktivitas fisik sehingga terjadi peningkatan berat badan (Depkes RI, 1994)
E. Analisis Multivariat Analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda untuk melihat hubungan antara variabel kategori tingkat kecukupan energi, kategori tingkat kecukupan protein, kategori tingkat kecukupan lemak, kategori tingkat kecukupan karbohidrat, kategori tingkat aktivitas fisik, kategori lama tidur, keturunan dan kategori penggunaan alat kontrasepsi. Semua variabel yang diteliti diuji kembali dengan uji regresi logistik ganda. Hasil uji regresi logistik dapat dilihat pada tabel 25 berikut. Tabel 25. Hasil uji regresi logistik ganda Variabel Kategori penggunaan alat kontrasepsi Keturunan Kategori lama tidur Kategori aktivitas fisik Kategori Tingkat Kecukupan Karbohidrat Kategori Tingkat Kecukupan Lemak Kategori Tingkat Kecukupan Protein Kategori Tingkat Kecukupan Energi Constant
+ + + + -
Nilai B 0,17 2,551 4,63 3,594 19,583 4,789 20,715 17,200 4,547
Nilai sig. 0,989 0,72 0,692 0,013 0,999 0,034 0,999 0,999 0,011
Berdasarkan hasil di atas didapatkan persamaan garis obesitas sebagai berikut. Ln P/1-P = - 4,547 - 0,17 Kategori penggunaan alat kontrasepsi + 2,551 Keturunan – 0,463 Kategori lama tidur + 3,594 Kategori aktivitas fisik – 19,583 Kategori tingkat kecukupan karbohidrat + 4,789 Kategori tingkat kecukupan lemak - 20,715 Kategori tingkat kecukupan protein + 17,200 Kategori tingkat kecukupan energi.
Karena variabel Kategori penggunaan alat kontrasepsi, Keturunan, Kategori lama tidur, Kategori tingkat kecukupan karbohidrat, Kategori tingkat kecukupan protein, Kategori tingkat kecukupan energi secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan yaitu nilai signifikan > 0,05, maka yang dimodelkan dan interpretasikan hanya variabel nilai Kategori aktivitas fisik dan Kategori tingkat kecukupan lemak saja. Variabel Kategori penggunaan alat kontrasepsi, Keturunan, Kategori lama tidur, Kategori tingkat kecukupan karbohidrat,Kategori tingkat kecukupan protein, Kategori tingkat kecukupan energi dikatakan tidak signifikan secara statistik, bukan berarti pengaruhnya tidak ada (nol rasio), melainkan ada pengaruhnya, hanya saja sangat kecil. Sehingga model penelitian :
Ln P/1-P=-4,547+3,594 Kategori aktivitas fisik + 4,789 Kategori tingkat kecukupan lemak Dari model tersebut dapat disimpulkan. Variabel aktivitas fisik dan tingkat kecukupan lemak paling berhubungan dengan obesitas. Faktor risiko tertinggi adalah tingkat kecukupan lemak dengan nilai Exp (B) atau koefisien korelasi 120,149.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Prevalensi obesitas (IMT ≥ 25) pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo sebesar 50 %. 2. Tingkat kecukupan energi sampel sebagaian besar (52,4%) defisit. 3. Tingkat kecukupan protein sampel sebagian besar (90,5%) normal 4. Tingkat kecukupan lemak sampel sebagian besar (57,1%) defisit. 5. Tingkat kecukupan karbohidrat sampel sebagian besar (45,2%) defisit. 6. Aktivitas fisik sampel sebagian besar tergolong sedang yaitu sebesar 52,4%. 7. Sampel yang memiliki keturunan obesitas yaitu sebesar 50%. 8. Lama tidur sebagian sampel yang tergolong berisiko (<7 jam atau >8 jam per hari) yaitu sebesar 50%. 9. Sampel yang tidak menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebesar 54,8% 10. Ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan obesitas 11. Tidak Ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan obesitas 12. Ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan obesitas 13. Ada hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan obesitas 14. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas 15. Ada hubungan antara keturunan obesitas dengan obesitas 16. Tidak ada hubungan antara lama tidur dengan status obesitas . 17. Ada hubungan antara alat kontrasepsi dengan obesitas 18. Tingkat kecukupan lemak paling berpengaruh dengan kejadian obesitas diikuti dengan aktivitas fisik. B. Saran 1. Perlu peningkatan aktivitas fisik dengan berolahraga secara rutin dan mengurangi asupan lemak terutama dari gorengan dan santan. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel yang berbeda untuk
mengetahui faktor-faktor lain yang menyebabkan obesitas.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC Atmadja, Beny. 2002. “Fisiologi Tidur”. Jurnal Kedokteran Maranatha. Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung, Vol. 1, No. 2 Austin, U dkk. 2011. Trends in carbohydrate, fat and protein intakes and association with energy intake in normal-weight, overweight and obese individual. The American Journal of Clinical Nutrition. Di download dari www.ajcn.nutrition.org pada 5 Maret 2014 Darmoutomo, Endang. Mencegah Penyakit Akibat Kegemukan dengan Asupan Nutrisi. http://www.obesitas.web.id/news.html Depkes RI. 1994. Buku Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Kelurga. Depkes RI. 2013. Permenkes No.75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Jakarta : Depkes RI Ekelund, U dkk. 2005. Associations between phyical activity and fat mass in adolescent : The Stockholm Weight Development Study. The American Journal of Clinical Nutrition. Di download dari www.ajcn.nutrition.org pada 5 Maret 2014 Fadilla, Rizqi. 2011. Hubungan Antara Kebiasaan Makan, Aktivitas fisik dan Lama tidur dengan Obesitas pada Ibu Rumah Tangga di Wilayah RW 09 Palebon Semarang. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi. Faiz, Zulkifli. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta : Penebar Swadaya, 2004 Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gibson, Rosalid S. 2005. Principles Of Nutritional Assesment. New York : Oxford University Oress
Gredian, Dita. 2011. Hubungan Kebiasaan Makan dan Status Obesitas dengan Tekanan Darah pada Ibu-Ibu Penderita Obesitas di Wilayah RW XIV Mlinjon Kelurahan Tonggalan Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi Hamidin, A.S. 2011. Kebaikan Air Putih. Yogyakarta : Media Pressindo. Hardinsyah &, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor : Fakultas Pertanian, IPB Hardinsyah, Tampubolon V. 2004. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Serat Makanan. Jakarta :Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Hartono, Andry. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Hasan, Iqbal. 2005. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta : PT Bumi Aksara Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Inoue ,S, Zimmet P, and Caterson L. 2000. The Asia-Pacific Perspective : Redefining Obesity and its treatment. Australia : Healt Communications Australian Pty Limited Jakicic, J dan Otto, A. 2005. Physical activity considerations for the treatment and prevention of obesity. The American Journal of Clinical Nutrition. Di download dari www.ajcn.nutrition.org pada 5 Maret 2014 Khomsan A, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya, Khumaidi, M. 1994. Bahan Pengajaran Gizi Masyarakat. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia Meutia, Nuraiza. Peran Hormon Ghrelin dalam Meningkatkan Nafsu Makan. Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara : http://www.library.usu.ac.id Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Bhrata Mubarak, W. & Nurul Chayatin. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
Muchtadi D. 2001. Pencegahan Gizi Lebih dan Penyakit Kronis Melalui Perbaikan Pola Konsumsi Pangan. Bogor : Sagung Seto Pritasari. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta : Primadia Pustaka IKAPI Purwati, Susi. 2005. Perencanaan Menu Untuk Penderita Kegemukan. Jakarta : Penebar Swadaya Saifuddin, dkk. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sugiarti, Elya, dkk. Faktor Risiko Obesitas Sentral. Gizi Indon 2009, 3(2) : 105116 Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC, 2002 Sutera, Diana. 2010. Hubungan Antara Kebiasaan Makan dan Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Guru dan Pegawai SMP Negeri 1 Pati. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi. Sutoyo. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Obesitas pada Ibu-ibu di Atas Usia 30 tahun di Asrama Ex Brigif V Banyumanik Semarang. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi. Syarif, D.R. 2002. Evaluasi dan Tatalaksana Obesitas pada Anak. Prosiding Simposium Temu Ilmiah Akbar 2002. Pusat Informasi dan Penelitian, Bag IPD, FKUI : Jakarta. pp 23-28. Waspadji, dkk. 2010. Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi dan Penelitian di Rumah Sakit. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Whitney EN, Rofles SR. 2002. Understanding Nutrition. Belmont : CA Wadsworth/Thomson Learning WHO West Pacific Religion. 2000. The Asia- Pacific Prespective: Redevining Obesity and its treatmen. Australia : Healt Communications Australian Pty Limited World Health Organization. Global database on body mass index [Internet]. [cited 2012 July 21]. Available from: http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html.
Winkjosastro, H dkk. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wirahkusumah, Emma. 2001. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
INSTRUMEN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SETDA KABUPATEN WONOSOBO
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2014
Lampiran 1 FORMULIR PERNYATAAN KESEDIAAN SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN Yang bertanda tangan : Nama
:
Umur
:
Pendidikan: Alamat
:
Bersedia berpartisipasi sebagai sampel dalam penelitian yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS
PADA
KARYAWATI
SEKRETARIAT
DAERAH
KABUPATEN WONOSOBO”. Yang dilakukan oleh : Nama
: Aji Nur Salim
Alamat : Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan Dengan syarat
:
1. Peneliti menjaga kerahasiaan data dan hanya digunakan untuk kegiatan penelitian di Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan 2. Sampel dapat meminta keterangan lebih lanjut kepada Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Wonosobo,.................................... 2014
(............................................................................) Lampiran 2
FORMULIR PENGAMBILAN DATA
A. Identitas Sampel 1. Kode Sampel
:
2. Tanggal Pengambilan Data
:
3. Nama Sampel
:
4. Tanggal Lahir
:
5. Umur
:
6. Pendidikan
:
7. Jabatan
:
8. Alamat
:
B. Hasil Pemeriksaan Sampel 1. Berat Badan
:
cm
2. Tinggi Badan
:
kg
3. IMT
:
kg/m2
4. Apakah ada orang tua atau kakek dan nenek kandung yang mengalami kelebihan berat badan? a. Ada b. Tidak ada 5. Apakah ibu menggunakan alat kontrasepsi? a. Ya b. Tidak 6. Jika “Ya” apa jenisnya? ...............................
Lampiran 3
Formulir Recall Recall 2X24 jam Recall ke
:
Tanggal
:
No
Waktu
Nama Hidangan
Nama Bahan Makanan
Berat Bahan Mentah Urt
1
Pagi
2.
Snack pagi
3,
Makan siang
4.
Snack siang
5.
Makan malam
Gram
Lampiran 4
FORMULIR RECALL AKTIVITAS FISIK
Tanggal
: ………………………
Hari ke
: ……………………… Lama kegiatan
No
Waktu
Jenis Kegiatan
berlangsung (menit)
Keterangan
Lampiran 5
FORMULIR RATA-RATA AKTIVITAS FISIK
Total energi Energi yang N
Dikeluarkan (Kal)
o
yang dikeluarkan selama 2 hari (Kal)
Hari 1
Hari 2
Rata-rata energi yang dikeluarkan / hari (Kal)
Lampiran 6
FORM STATUS GIZI SAMPEL
N o
Nama
Um
B
T
ur
B
B
I
(ta
(
(
M
hu
K
m
T
n)
g)
)
Status Gizi
Lampiran 7 TABEL PHYSICAL ACTIVITY RATIO (PAR) BERBAGAI AKTIVITAS FISIK
Aktivitas Tidur Berkendaraan dalam bus/mobil Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) Makan Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) Mengendarai mobil/berjalan Memasak Berdiri, membawa barang yang ringan Mandi dan berpakaian Menyapu, mencuci baju dan piring tanpa mesin Mengerjakan pekerjaan rumah tangga Berjalan Berkebun Olahraga ringan (jalan kaki) Kegiatan yang dilakukan dengan duduk Transportasi dengan bus Kegiatan ringan
Physical Activity Ratio/satuan waktu 1.0 1.2 1.4 1.5 1.5 2.0 2.1 2.2 2.3 2.3 2.8 3.2 4.1 4.2 1.5 1.2 1.4
HASIL UJI STATISTIK Frequencies Statistics
umur N
Valid
Berat
Tinggi
Badan
Badan
42
42
42
0
0
0
Mean
42.69
59.6690
153.6976
Std. Deviation
8.435
10.64114
5.90124
Minimum
23
43.50
142.00
Maximum
56
80.20
165.00
Missing
Statistics
N
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Asupan
Asupan
Asupan
Asupan
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Valid
42
42
42
42
0
0
0
0
Mean
1932.0714
60.9048
53.6429
301.5238
Std. Deviation
307.54793
4.89803
11.42488
56.49012
Minimum
1530.00
43.00
41.00
223.00
Maximum
2580.00
68.00
74.00
423.00
Missing
Statistics Ra tarat
IMT N
Va lid
42
Tingka
Tingkat
a
Tingkat
Tingkat
t
Kecuku
nil
Rata
Kecuku
Kecuku
Kecuk
pan
ai
-rata
pan
pan
upan
Karbohi
PA
lama
Energi
Protein
Lemak
drat
L
tidur
42
42
42
42
42
42
Mi ssi
0
0
0
0
107.023
91.19
8
05
0
0
0
ng Mean
25.2
92.2857
083 Std. Deviation
Minimum
4.01
15.8795
167
6
18.3
71.00
76.00
121.00
120.00
4 Maximum
32.1 8
8.76659
1.6 95.5952
9
19.95
20.5664
145
4
62.00
47.00
132.0 0
64
.08 03 9 1.5 3 1.8
140.00
2
Frequency Table Status Obesitas
Val id
Frequen
Perce
Valid
Cumulative
cy
nt
Percent
Percent
obesitas tidak obesitas Total
21
50.0
50.0
50.0
21
50.0
50.0
100.0
42
100.0
100.0
Keturunan obesitas
Val id
ada tidak ada Total
Frequen
Perce
Valid
Cumulative
cy
nt
Percent
Percent
20
47.6
47.6
47.6
22
52.4
52.4
100.0
42
100.0
100.0
Kategori penggunaan KB
7.03 02
.656 22
5.92
8.12
Val id
pengguna tidak pengguna Total
Frequen
Perce
Valid
Cumulative
cy
nt
Percent
Percent
19
45.2
45.2
45.2
23
54.8
54.8
100.0
42
100.0
100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Energi
Val id
Frequen
Perce
Valid
Cumulative
cy
nt
Percent
Percent
lebih norm al defis it Total
4
9.5
9.5
9.5
16
38.1
38.1
47.6
22
52.4
52.4
100.0
42
100.0
100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Protein
Val id
Frequen
Perce
Valid
Cumulative
cy
nt
Percent
Percent
lebih norm al defis it Total
2
4.8
4.8
4.8
38
90.5
90.5
95.2
2
4.8
4.8
100.0
42
100.0
100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Lemak
Val id
lebih norm al
Frequen
Perce
Valid
Cumulative
cy
nt
Percent
Percent
8
19.0
19.0
19.0
10
23.8
23.8
42.9
defis it Total
24
57.1
57.1
42
100.0
100.0
100.0
Kategori Tingkat Kecukupan KH
Val id
Frequen
Perce
Valid
Cumulative
cy
nt
Percent
Percent
lebih norm al defis it Total
9
21.4
21.4
21.4
14
33.3
33.3
54.8
19
45.2
45.2
100.0
42
100.0
100.0
Kategori aktivitas fisik
Val
ringa
id
n seda ng Total
Frequen
Perce
Valid
Cumulative
cy
nt
Percent
Percent
20
47.6
47.6
47.6
22
52.4
52.4
100.0
42
100.0
100.0
Kategori Lama Tidur
Val id
berisiko tidak berisiko Total
Frequen
Perce
Valid
Cumulative
cy
nt
Percent
Percent
21
50.0
50.0
50.0
21
50.0
50.0
100.0
42
100.0
100.0
Kategori penggunaan KB * Status Obesitas
Crosstab Status Obesitas
Kategori
pengguna
obesit
tidak
as
obesitas
Count
penggunaan
%
KB
within
Status
Obesitas % of Total tidak
13
6
19
61.9%
28.6%
45.2%
31.0%
14.3%
45.2%
8
15
23
38.1%
71.4%
54.8%
19.0%
35.7%
54.8%
21
21
42
Count
pengguna
%
within
Status
Obesitas % of Total Total
Count %
within
Status
100.0
Obesitas
%
% of Total
Total
50.0%
100.0%
50.0%
100.0 % 100.0 %
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
.030
3.460
1
.063
4.805
1
.028
4.709 b
df
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear
4.597
Association N of Valid Cases
.062
b
1
.032
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50. b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
.031
Estimate
4.063
ln(Estimate)
1.402
Std. Error of ln(Estimate)
.660
Asymp. Sig. (2-sided)
.034
Asymp.
95%
Common Odds Ratio
Confidence Interval ln(Common
Odds
Ratio)
Lower Bound
1.115
Upper Bound
14.804
Lower Bound
.109
Upper Bound
2.695
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Keturunan obesitas * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas
Keturunan
ada
obesitas
Count %
within
Status
Obesitas % of Total tidak ada
Count %
within
Obesitas
Status
obesit
tidak
as
obesitas
Total
16
4
20
76.2%
19.0%
47.6%
38.1%
9.5%
47.6%
5
17
22
23.8%
81.0%
52.4%
% of Total Total
11.9%
40.5%
52.4%
21
21
42
Count %
within
Status
100.0
Obesitas
%
% of Total
100.0
100.0%
50.0%
% 100.0
50.0%
%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
Continuity Correction
13.745
b
Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
.000
11.550
1
.001
14.626
1
.000
Fisher's Exact Test
.001
Linear-by-Linear
13.418
Association N of Valid Cases
b
1
.000
.000
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00. b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
13.600
ln(Estimate)
2.610
Std. Error of ln(Estimate)
.756
Asymp. Sig. (2-sided)
.001
Asymp.
95%
Common Odds Ratio
Confidence Interval ln(Common
Odds
Lower Bound
3.091
Upper Bound
59.831
Lower Bound
1.129
Ratio)
Upper Bound
4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori Lama Tidur * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas
Kategori
Lama
berisiko
Count
Tidur
%
within
Status
Obesitas % of Total tidak
Count
berisiko
%
within
Status
Obesitas % of Total Total
Count %
within
Status
Obesitas
obesit
tidak
as
obesitas
13
8
21
61.9%
38.1%
50.0%
31.0%
19.0%
50.0%
8
13
21
38.1%
61.9%
50.0%
19.0%
31.0%
50.0%
21
21
42
100.0 %
% of Total
Total
50.0%
100.0%
50.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
2.381
a
df 1
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
.123
100.0 % 100.0 %
Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
1.524
1
.217
2.404
1
.121
Fisher's Exact Test
.217
Linear-by-Linear
2.324
Association N of Valid Cases
b
1
.108
.127
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50. b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
2.641
ln(Estimate)
.971
Std. Error of ln(Estimate)
.635
Asymp. Sig. (2-sided)
.127
Asymp.
95%
Common Odds Ratio
Confidence Interval ln(Common
Odds
Ratio)
Lower Bound
.760
Upper Bound
9.176
Lower Bound
-.275
Upper Bound
2.217
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori aktivitas fisik * Status Obesitas Crosstab
Status Obesitas
Kategori
aktivitas
ringa
fisik
obesit
tidak
as
obesitas
Count
n
%
within
Status
Obesitas % of Total seda
16
4
20
76.2%
19.0%
47.6%
38.1%
9.5%
47.6%
5
17
22
23.8%
81.0%
52.4%
11.9%
40.5%
52.4%
21
21
42
Count
ng
%
within
Status
Obesitas % of Total Total
Count %
within
Status
100.0
Obesitas
100.0%
%
% of Total
Total
50.0%
50.0%
100.0 % 100.0 %
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
Continuity Correction Likelihood Ratio
13.745
b
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
.000
11.550
1
.001
14.626
1
.000
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear
13.418
Association N of Valid Cases
.001
b
1
.000
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00. b. Computed only for a 2x2 table
.000
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
13.600
ln(Estimate)
2.610
Std. Error of ln(Estimate)
.756
Asymp. Sig. (2-sided)
.001
Asymp.
95%
Common Odds Ratio
Confidence Interval ln(Common
Odds
Ratio)
Lower Bound
3.091
Upper Bound
59.831
Lower Bound
1.129
Upper Bound
4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori Tingkat KH 1 * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas
Kategori
normal&l
Tingkat KH 1
ebih
defisit
Total
Count
obesita
tidak
s
obesitas
Total
16
7
23
% within Status Obesitas
76.2%
33.3%
54.8%
% of Total
38.1%
16.7%
54.8%
5
14
19
% within Status Obesitas
23.8%
66.7%
45.2%
% of Total
11.9%
33.3%
45.2%
21
21
42
Count
Count % within Status Obesitas
100.0 %
% of Total
50.0%
100.0%
50.0%
100.0 % 100.0 %
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
.005
6.151
1
.013
8.057
1
.005
7.785 b
df
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test
.012
Linear-by-Linear
7.600
Association N of Valid Cases
b
1
.006
.006
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50. b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
6.400
ln(Estimate)
1.856
Std. Error of ln(Estimate)
.690
Asymp. Sig. (2-sided)
.007
Asymp.
95%
Common Odds Ratio
Confidence Interval ln(Common Ratio)
Odds
Lower Bound
1.654
Upper Bound
24.770
Lower Bound
.503
Upper Bound
3.210
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Lemak * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas
Kategori
TK
normal&lebi
Lemak
Count
h
defisit
tidak
s
obesitas
Total
15
3
18
% within Status Obesitas
71.4%
14.3%
42.9%
% of Total
35.7%
7.1%
42.9%
6
18
24
% within Status Obesitas
28.6%
85.7%
57.1%
% of Total
14.3%
42.9%
57.1%
21
21
42
Count
Total
obesita
Count % within Status Obesitas
100.0 %
% of Total
100.0
100.0%
50.0%
% 100.0
50.0%
%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
14.000
b
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
.000
11.764
1
.001
15.012
1
.000 .000
.000
Linear-by-Linear
13.667
Association b
N of Valid Cases
1
.000
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00. b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
15.000
ln(Estimate)
2.708
Std. Error of ln(Estimate)
.789
Asymp. Sig. (2-sided)
.001
Asymp.
95%
Common Odds Ratio
Confidence Interval ln(Common
Odds
Ratio)
Lower Bound
3.196
Upper Bound
70.393
Lower Bound
1.162
Upper Bound
4.254
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Protein * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas
Kategori Protein
TK
normal&lebi h
Count % within Status Obesitas
obesita
tidak
s
obesitas
Total
19
21
40
90.5%
100.0%
95.2%
% of Total defisit
45.2%
50.0%
95.2%
2
0
2
% within Status Obesitas
9.5%
.0%
4.8%
% of Total
4.8%
.0%
4.8%
21
21
42
Count
Total
Count % within Status Obesitas
100.0 %
% of Total
100.0
100.0%
50.0%
% 100.0
50.0%
%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
.147
.525
1
.469
2.873
1
.090
2.100 b
df
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test
.488
Linear-by-Linear
2.050
Association N of Valid Cases
b
1
.244
.152
42
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00. b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
.000
ln(Estimate)
.
Std. Error of ln(Estimate)
.
Asymp. Sig. (2-sided)
.
Asymp.
95%
Common Odds Ratio
Confidence Interval ln(Common
Odds
Ratio)
Lower Bound
.
Upper Bound
.
Lower Bound
.
Upper Bound
.
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Energi 1 * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas
Kategori TK Energi
normal&l
1
ebih
Count %
within
Status
Obesitas % of Total defisit
Count %
within
Status
Obesitas % of Total Total
Count %
within
Obesitas % of Total
Status
obesita
tidak
s
obesitas
Total
16
4
20
76.2%
19.0%
47.6%
38.1%
9.5%
47.6%
5
17
22
23.8%
81.0%
52.4%
11.9%
40.5%
52.4%
21
21
42
100.0 % 50.0%
100.0%
50.0%
100.0 % 100.0 %
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
Continuity Correction
13.745
b
Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
.000
11.550
1
.001
14.626
1
.000
Fisher's Exact Test
.001
Linear-by-Linear
13.418
Association N of Valid Cases
b
1
.000
.000
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00. b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
13.600
ln(Estimate)
2.610
Std. Error of ln(Estimate)
.756
Asymp. Sig. (2-sided)
.001
Asymp.
95%
Common Odds Ratio
Confidence Interval ln(Common Ratio)
Odds
Lower Bound
3.091
Upper Bound
59.831
Lower Bound
1.129
Upper Bound
4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 42
100.0
0
.0
42
100.0
0
.0
42
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
Step Bloc k Mod el
df
Sig.
35.727
8
.000
35.727
8
.000
35.727
8
.000
Model Summary Ste p 1
-2 Log
Cox & Snell R
Nagelkerke R
likelihood
Square
Square
22.497
a
.573
.764
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Hosmer and Lemeshow Test Ste p
Chi-square
1
22.527
df
Sig. 7
.002
Variables in the Equation B Step
Constan
0
t
S.E.
.000
.309
Wald
df
.000
Sig. 1
1.000
Variables not in the Equation Score Step
Variable
0
s
Keturunan
df
Sig.
13.745
1
.000
4.709
1
.030
13.745
1
.000
Kat_lama_tidur
2.381
1
.123
Kat_TKEnergi1
13.745
1
.000
Kat_TKProtein1
2.100
1
.147
Kat_TKLemak1
14.000
1
.000
7.785
1
.005
26.274
8
.001
Kat_penggunaan_KB Kat_aktivitasfisik
Kat_TKKarbohidrat1 Overall Statistics
Exp(B) 1.000
HASIL UJI STATISTIK Frequencies Statistics umur N
Valid
Berat Badan
Tinggi Badan
42
42
42
0
0
0
Mean
42.69
59.6690
153.6976
Std. Deviation
8.435
10.64114
5.90124
Minimum
23
43.50
142.00
Maximum
56
80.20
165.00
Missing
Statistics Rata-rata
N
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Asupan
Asupan Energi
Asupan Protein
Asupan Lemak
Karbohidrat
Valid
42
42
42
42
0
0
0
0
Mean
1932.0714
60.9048
53.6429
301.5238
Std. Deviation
307.54793
4.89803
11.42488
56.49012
Minimum
1530.00
43.00
41.00
223.00
Maximum
2580.00
68.00
74.00
423.00
Missing
Statistics RataTingkat
Tingkat
Kecukupan IMT N
Valid
Energi
Tingkat
Tingkat
Kecukupan Kecukupan Kecukupan Protein
Lemak
Karbohidrat
rata
Rata-rata
nilai
lama
PAL
tidur
42
42
42
42
42
42
42
0
0
0
0
0
0
0
Mean
25.2083
92.2857
107.0238
91.1905
95.5952 1.6649
7.0302
Std. Deviation
4.01167
15.87956
8.76659
19.95145
20.56644 .08039
.65622
Minimum
18.34
71.00
76.00
62.00
47.00
1.53
5.92
Maximum
32.18
121.00
120.00
132.00
140.00
1.82
8.12
Missing
Frequency Table Status Obesitas Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
obesitas
21
50.0
50.0
50.0
tidak obesitas
21
50.0
50.0
100.0
Total
42
100.0
100.0
Keturunan obesitas Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ada
20
47.6
47.6
47.6
tidak ada
22
52.4
52.4
100.0
Total
42
100.0
100.0
Kategori penggunaan KB Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
pengguna
19
45.2
45.2
45.2
tidak pengguna
23
54.8
54.8
100.0
Total
42
100.0
100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Energi Cumulative Frequency Valid
lebih
Percent
Valid Percent
Percent
4
9.5
9.5
9.5
normal
16
38.1
38.1
47.6
defisit
22
52.4
52.4
100.0
Total
42
100.0
100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Protein Cumulative Frequency Valid
lebih
Percent
Valid Percent
Percent
2
4.8
4.8
4.8
normal
38
90.5
90.5
95.2
defisit
2
4.8
4.8
100.0
Total
42
100.0
100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Lemak Cumulative Frequency Valid
lebih
Percent
Valid Percent
Percent
8
19.0
19.0
19.0
normal
10
23.8
23.8
42.9
defisit
24
57.1
57.1
100.0
Total
42
100.0
100.0
Kategori Tingkat Kecukupan KH Cumulative Frequency Valid
lebih
Percent
Valid Percent
Percent
9
21.4
21.4
21.4
normal
14
33.3
33.3
54.8
defisit
19
45.2
45.2
100.0
Total
42
100.0
100.0
Kategori aktivitas fisik Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ringan
20
47.6
47.6
47.6
sedang
22
52.4
52.4
100.0
Total
42
100.0
100.0
Kategori Lama Tidur
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
berisiko
21
50.0
50.0
50.0
tidak berisiko
21
50.0
50.0
100.0
Total
42
100.0
100.0
Kategori penggunaan KB * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas obesitas Kategori
pengguna
Count
penggunaan KB
tidak pengguna
Total
tidak obesitas
Total
13
6
19
% within Status Obesitas
61.9%
28.6%
45.2%
% of Total
31.0%
14.3%
45.2%
8
15
23
% within Status Obesitas
38.1%
71.4%
54.8%
% of Total
19.0%
35.7%
54.8%
21
21
42
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count % within Status Obesitas % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.030
3.460
1
.063
4.805
1
.028
4.709 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.062 4.597
1
.032
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.
.031
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.030
3.460
1
.063
4.805
1
.028
4.709 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.062
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
4.597
b
1
.031
.032
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50. b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
4.063
ln(Estimate)
1.402
Std. Error of ln(Estimate)
.660
Asymp. Sig. (2-sided)
.034
Asymp. 95% Confidence
Common Odds Ratio
Interval ln(Common Odds Ratio)
Lower Bound
1.115
Upper Bound
14.804
Lower Bound
.109
Upper Bound
2.695
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Keturunan obesitas * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas obesitas Keturunan obesitas
ada
tidak ada
Total
Count
tidak obesitas
Total
16
4
20
% within Status Obesitas
76.2%
19.0%
47.6%
% of Total
38.1%
9.5%
47.6%
5
17
22
% within Status Obesitas
23.8%
81.0%
52.4%
% of Total
11.9%
40.5%
52.4%
21
21
42
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count % within Status Obesitas % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.000
11.550
1
.001
14.626
1
.000
13.745 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.001 13.418
1
.000
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00. b. Computed only for a 2x2 table
.000
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
13.600
ln(Estimate)
2.610
Std. Error of ln(Estimate)
.756
Asymp. Sig. (2-sided)
.001
Asymp. 95% Confidence
Common Odds Ratio
Interval ln(Common Odds Ratio)
Lower Bound
3.091
Upper Bound
59.831
Lower Bound
1.129
Upper Bound
4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori Lama Tidur * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas obesitas Kategori Lama Tidur
berisiko
tidak berisiko
Total
Count
tidak obesitas
Total
13
8
21
% within Status Obesitas
61.9%
38.1%
50.0%
% of Total
31.0%
19.0%
50.0%
8
13
21
% within Status Obesitas
38.1%
61.9%
50.0%
% of Total
19.0%
31.0%
50.0%
21
21
42
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count % within Status Obesitas % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.123
1.524
1
.217
2.404
1
.121
2.381 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.217
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
2.324
b
1
.108
.127
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50. b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
2.641
ln(Estimate)
.971
Std. Error of ln(Estimate)
.635
Asymp. Sig. (2-sided)
.127
Asymp. 95% Confidence
Common Odds Ratio
Interval ln(Common Odds Ratio)
Lower Bound
.760
Upper Bound
9.176
Lower Bound
-.275
Upper Bound
2.217
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori aktivitas fisik * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas obesitas Kategori aktivitas fisik
ringan
sedang
Total
Count
tidak obesitas
Total
16
4
20
% within Status Obesitas
76.2%
19.0%
47.6%
% of Total
38.1%
9.5%
47.6%
5
17
22
% within Status Obesitas
23.8%
81.0%
52.4%
% of Total
11.9%
40.5%
52.4%
21
21
42
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count % within Status Obesitas % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.000
11.550
1
.001
14.626
1
.000
13.745 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.001 13.418
1
.000
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00. b. Computed only for a 2x2 table
.000
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
13.600
ln(Estimate)
2.610
Std. Error of ln(Estimate)
.756
Asymp. Sig. (2-sided)
.001
Asymp. 95% Confidence
Common Odds Ratio
Interval ln(Common Odds Ratio)
Lower Bound
3.091
Upper Bound
59.831
Lower Bound
1.129
Upper Bound
4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori Tingkat KH 1 * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas obesitas Kategori Tingkat
normal&lebih
KH 1
defisit
Total
Count
tidak obesitas
Total
16
7
23
% within Status Obesitas
76.2%
33.3%
54.8%
% of Total
38.1%
16.7%
54.8%
5
14
19
% within Status Obesitas
23.8%
66.7%
45.2%
% of Total
11.9%
33.3%
45.2%
21
21
42
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count % within Status Obesitas % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.005
6.151
1
.013
8.057
1
.005
7.785 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.012
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
7.600
b
1
.006
.006
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50. b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
6.400
ln(Estimate)
1.856
Std. Error of ln(Estimate)
.690
Asymp. Sig. (2-sided)
.007
Asymp. 95% Confidence
Common Odds Ratio
Interval ln(Common Odds Ratio)
Lower Bound
1.654
Upper Bound
24.770
Lower Bound
.503
Upper Bound
3.210
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Lemak * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas obesitas Kategori TK Lemak
normal&lebih
defisit
Count
Total
15
3
18
% within Status Obesitas
71.4%
14.3%
42.9%
% of Total
35.7%
7.1%
42.9%
6
18
24
% within Status Obesitas
28.6%
85.7%
57.1%
% of Total
14.3%
42.9%
57.1%
21
21
42
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Count
Total
tidak obesitas
Count % within Status Obesitas % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df a
1
.000
11.764
1
.001
15.012
1
.000
14.000 b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.000 13.667
1
.000
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00. b. Computed only for a 2x2 table
.000
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
15.000
ln(Estimate)
2.708
Std. Error of ln(Estimate)
.789
Asymp. Sig. (2-sided)
.001
Asymp. 95% Confidence
Common Odds Ratio
Interval ln(Common Odds Ratio)
Lower Bound
3.196
Upper Bound
70.393
Lower Bound
1.162
Upper Bound
4.254
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Protein * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas obesitas Kategori TK Protein
normal&lebih
defisit
Total
Count
tidak obesitas
Total
19
21
40
% within Status Obesitas
90.5%
100.0%
95.2%
% of Total
45.2%
50.0%
95.2%
2
0
2
% within Status Obesitas
9.5%
.0%
4.8%
% of Total
4.8%
.0%
4.8%
21
21
42
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Count % within Status Obesitas % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.147
.525
1
.469
2.873
1
.090
2.100 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.488
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
2.050
b
1
.244
.152
42
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00. b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
.000
ln(Estimate)
.
Std. Error of ln(Estimate)
.
Asymp. Sig. (2-sided)
.
Asymp. 95% Confidence
Common Odds Ratio
Interval ln(Common Odds Ratio)
Lower Bound
.
Upper Bound
.
Lower Bound
.
Upper Bound
.
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Energi 1 * Status Obesitas Crosstab Status Obesitas obesitas Kategori TK Energi 1
normal&lebih Count
defisit
Total
16
4
20
% within Status Obesitas
76.2%
19.0%
47.6%
% of Total
38.1%
9.5%
47.6%
5
17
22
% within Status Obesitas
23.8%
81.0%
52.4%
% of Total
11.9%
40.5%
52.4%
21
21
42
100.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
Count
Total
tidak obesitas
Count % within Status Obesitas % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.000
11.550
1
.001
14.626
1
.000
13.745 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.001 13.418
1
.000
42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00. b. Computed only for a 2x2 table
.000
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate
13.600
ln(Estimate)
2.610
Std. Error of ln(Estimate)
.756
Asymp. Sig. (2-sided)
.001
Asymp. 95% Confidence
Common Odds Ratio
Interval ln(Common Odds Ratio)
Lower Bound
3.091
Upper Bound
59.831
Lower Bound
1.129
Upper Bound
4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 42
100.0
0
.0
42
100.0
0
.0
42
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
35.727
8
.000
Block
35.727
8
.000
Model
35.727
8
.000
Model Summary
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood
1
22.497
a
.573
.764
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square
df
22.527
Sig. 7
.002
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. .000
.309
Wald
df
.000
Sig. 1
Exp(B)
1.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
Keturunan
df
Sig.
13.745
1
.000
4.709
1
.030
13.745
1
.000
Kat_lama_tidur
2.381
1
.123
Kat_TKEnergi1
13.745
1
.000
Kat_TKProtein1
2.100
1
.147
Kat_TKLemak1
14.000
1
.000
7.785
1
.005
26.274
8
.001
Kat_penggunaan_KB Kat_aktivitasfisik
Kat_TKKarbohidrat1 Overall Statistics
1.000
INSTRUMEN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SETDA KABUPATEN WONOSOBO
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2014
Lampiran 1 FORMULIR PERNYATAAN KESEDIAAN SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN Yang bertanda tangan : Nama
:
Umur
:
Pendidikan
:
Alamat
:
Bersedia berpartisipasi sebagai sampel dalam penelitian yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KEJADIAN
OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO”. Yang dilakukan oleh : Nama
: Aji Nur Salim
Alamat : Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan Dengan syarat : 1. Peneliti menjaga kerahasiaan data dan hanya digunakan untuk kegiatan penelitian di Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan 2. Sampel dapat meminta keterangan lebih lanjut kepada Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Wonosobo,.................................... 2014
(............................................................................)
Lampiran 2
FORMULIR PENGAMBILAN DATA
A. Identitas Sampel 1. Kode Sampel
:
2. Tanggal Pengambilan Data
:
3. Nama Sampel
:
4. Tanggal Lahir
:
5. Umur
:
6. Pendidikan
:
7. Jabatan
:
8. Alamat
:
B. Hasil Pemeriksaan Sampel 1. Berat Badan
:
cm
2. Tinggi Badan
:
kg
3. IMT
:
kg/m2
4. Apakah ada orang tua atau kakek dan nenek kandung yang mengalami kelebihan berat badan? a. Ada b. Tidak ada 5. Apakah ibu menggunakan alat kontrasepsi? a. Ya b. Tidak 6. Jika “Ya” apa jenisnya? ...............................
Lampiran 3
Formulir Recall Recall 2X24 jam Recall ke
:
Tanggal
:
No
Waktu
1
Pagi
2.
Snack pagi
3,
Makan siang
4.
Snack siang
5.
Makan malam
Nama Hidangan
Nama Bahan Makanan
Berat Bahan Mentah Urt
Gram
Lampiran 4
FORMULIR RECALL AKTIVITAS FISIK
Tanggal
: ………………………
Hari ke
: ………………………
No
Waktu
Jenis Kegiatan
Lama kegiatan berlangsung (menit)
Keterangan
Lampiran 5
FORMULIR RATA-RATA AKTIVITAS FISIK
Energi yang No
Dikeluarkan (Kal) Hari 1
Hari 2
Total energi yang
Rata-rata energi
dikeluarkan selama
yang dikeluarkan /
2 hari (Kal)
hari (Kal)
Lampiran 6
FORM STATUS GIZI SAMPEL
No
Nama
Umur
BB
TB
(tahun)
(Kg)
(m)
IMT
Status Gizi
Lampiran 7 TABEL PHYSICAL ACTIVITY RATIO (PAR) BERBAGAI AKTIVITAS FISIK
Aktivitas Tidur Berkendaraan dalam bus/mobil Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) Makan Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) Mengendarai mobil/berjalan Memasak Berdiri, membawa barang yang ringan Mandi dan berpakaian Menyapu, mencuci baju dan piring tanpa mesin Mengerjakan pekerjaan rumah tangga Berjalan Berkebun Olahraga ringan (jalan kaki) Kegiatan yang dilakukan dengan duduk Transportasi dengan bus Kegiatan ringan
Physical Activity Ratio/satuan waktu 1.0 1.2 1.4 1.5 1.5 2.0 2.1 2.2 2.3 2.3 2.8 3.2 4.1 4.2 1.5 1.2 1.4