Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015
ISSN. 1829-9377
FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI IRNA UTAMA RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2013 Oleh : Illustri, S.Psi., M.Kes. Email :
[email protected]
Abstrak Kinerja tenaga kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan pembangunan kesehatan. Kajian mengenai kinerja memberikan kejelasan tentang faktor yang berhubungan dengan kinerja personal. Jika dilihat dari rutinitas yang di lakukan perawat maka peneliti melihat adanya hubungan antara faktor psikologis dengan kinerja perawat. Dimana perawat adalah sebagai orang yang memberikan pelayanan keperawatan langsung terhadap pasien. Pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra Rumah Sakit. Maka baik buruknya mutu pelayanan dan citra rumah sakit dilihat dari kinerja perawatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor psikologis dengan kinerja perawat di IRNA Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menyebar kuesioner sebanyak 100 responden. Analisis yang digunakan yaitu uji validitas, uji reliabilitas, dan uji hipotesis, dengan bantuan komputer program SPSS versi 17 menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil nilai korelasi antara variabel dependen (kinerja perawat) dengan variabel independen persepsi (X 1), sikap (X2), kepribadian (X3), pelatihan (X4), motivasi (X5) yaitu nilai r = 0,866 dengan nilai F = 56.409 dan p = 0,000 dimana p<0,01. Ini berarti bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun nilai koefisien determinasinya (R2) adalah 0,750 artinya bahwa ada 75% dari variasi kinerja perawat bisa dijelakan oleh variabel persepsi (X1), sikap (X2), kepribadian (X3), pelatihan (X4), dan motivasi (X5) sedangkan sisanya (100% - 75% = 25%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Kata kunci : Kinerja, Persepsi, Sikap, Kepribadian, Pelatihan, dan Motivasi. Abstract Performance of health workers is a very important issue in order to maintain and improve the health development. The study of the performance give explanation on the factors in related to personal performance. If viewed from the routine of nurses, the writer look at the correlation between psychological factors with the performance of nurses. Where a nurse is a person who provides direct nursing care to patients. Nursing services is a determining factor for both poor quality and image of the hospital. Then either the poor quality of hospital care and the image that see from the performance of nurses. The purpose of this study was to determine the correlation between psychological factors in related to the nurse performance in IRNA at dr. Mohammad Hoesin hospital Palembang in 2012. Hypothesis testing was done by spreading the questionnaires of 100 respondents. The analysis used the validity test, reliability test, and hypothesis test, with SPSS version 17 computer program by using multiple linear regression analysis. Results obtained that there was a correlation between the dependent variable (nurse performance) with the independent variable perception (X1), attitude (X2), personality (X3), training (X4), motivation (X5) were the value of r = 0.866 with a value of F = 56,409 and p = 0.000 where p <0.01. This result meant that there was a significant correlation between the dependent variable and independent variables. The determinant coefficient (R2) was 0.75 showed that there was 75% of the variation in nurse performance could explain by perception variables (X1), attitude (X2), personality (X3), training (X4), and motivation (X5) while the rest ( 100% - 75% = 25%) was explained by other factors. Keywords: performance, perceptions, attitudes, personality, training, and motivation.
1. 1.1
Pendahuluan Latar belakang Kinerja tenaga kesehatan merupakan masalah yang sangat penting untuk dikaji dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan pembangunan kesehatan. Kajian mengenai kinerja memberikan kejelasan tentang faktor yang berhubungan dengan kinerja personal. Jika dilihat dari rutinitas yang di lakukan perawat maka peneliti melihat adanya hubungan antara faktor psikologis dengan kinerja perawat. Dimana perawat adalah sebagai orang yang memberikan pelayanan keperawatan langsung terhadap pasien. Pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra Rumah Sakit. Maka baik buruknya mutu
pelayanan dan citra rumah sakti dilihat dari kinerja perawatnya. Fenomena yang terjadi di Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang adalah masih ada pelayanan yang kurang memuaskan atau kurang maksimal, serta respon time yang diberikan perawat terhadap pasien masih lambat dan terkesan pilih kasih antara pelayanan pasien yang menggunakan jaminan kesehatan dengan pasien yang menggunakan uang pribadi pada kelas atau paviliun yang sama. Hal ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap pasien di beberapa ruangan paviliun IRNA Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Faktor-faktor Psikologis Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Page 1
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, bahwa masih ada perawat yang kurang cepat tanggap dalam menangani pasien, seperti pada saat keluarga pasien meminta pertolongan perawat, yaitu pada saat penggantian infus. Serta dalam memberikan informasi terhadap keluarga pasien atau pasien masih kurang memuaskan. Terkadang perawat dalam menyampaikan informasi terhadap pasien secara verbal kurang komunikatif dan secara non-verbal penyampainnya kurang ramah, bahkan sikap yang ditunjukkan seperti acuh tak acuh. Hal ini terlihat pada saat perawat memberikan obat kepada pasien atau keluarga pasien. Dari fenomena diatas, bahwa faktor psikologis juga sangat mempengaruhi kinerja seseorang. Dimana perawat disini adalah sebagai orang yang memberikan pelayanan keperawatan langsung terhadap pasien. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dari Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 bahwa tingkat kepuasan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang triwulan III tahun 2012 masih belum mencapai standar, dimana standar SPM yang ditetapkan yaitu ≥90%. Sedangkan tingkat kepuasan pelanggan/pasien rawat inap hanya 77,02%, sehingga masih perlu dilakukan antara lain meningkatkan kesopanan dan keramahan petugas. Oleh karena itu, berdasarkan uraian permasalahan diatas maka peneliti ingin mengetahui “faktor-faktor psikologis yang berhubungan dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013”. 1.2
Rumusan Masalah Belum diketahuinya Faktor-faktor Psikologis apa saja yang berhubungan dengan Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor psikologis yang berhubungan dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Utama Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Diketahui hubungan antara persepsi dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. b. Diketahui hubungan antara sikap dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. c. Diketahui hubungan antara kepribadian dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. d. Diketahui hubungan antara pelatihan dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. e. Diketahui hubungan antara motivasi dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
ISSN. 1829-9377
f. Diketahui hubungan antara persepsi, sikap, kepribadian, pelatihan, dan motivasi secara bersama-sama dengan kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang..
2. 2.1
Metodelogi Penelitian Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan survei yang bersifat deskriptif analitik yang bercirikan kegiatan mengumpulkan, menggambarkan dan menafsirkan data tentang situasi yang dialami, hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang ditunjukkan, atau tentang kecenderungan yang tampak dalam proses yang sedang berlangsung. 2.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat di IRNA Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Berdasarkan data yang didapat dari Instalasi Rawat Inap Utama Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang, bahwa jumlah seluruh subjek penelitian adalah 110 orang. Pengambilan Sample berdasarkan pendapat Arikunto, S., (2006:112), Apabila populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-55% atau lebih. Penelitian ini menggunakan 90% sampel dari jumlah populasi yaitu, 110 mahasiswa dari anggota populasi. Jadi jumlah sampel pada penelitian ini ada sebanyak 100 orang responden. 2.3
Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yaitu di Instalasi Rawat Inap Utama Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Waktu Pelaksanaan penelitian yaitu selama satu minggu mulai tanggal 18 sampai dengan 27 November 2013. 2.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data 2.4.1 Pengumpulan Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Data primer dalam penelitian ini adalah aitem-aitem pertanyaan yang diperoleh melalui kuesioner mengenai persepsi, sikap, kepribadian, pelatihan dan motivasi terhadap kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Berupa jawaban atas pertanyaan yang terkait dengan variabel kinerja perawat dan variabel psikologis. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu oleh pihak lain atau sudah disajikan dalam bentuk laporan. Data sekunder dalam penelitian ini adalah berbagai sumber informasi yang diperoleh melalui literatur-literatur dalam bentuk buku teks, jurnal, tesis, artikel mengenai faktor-faktor psikologis terhadap kinerja perawat.
Faktor-faktor Psikologis Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Page 2
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015
2.4.2 Pengolahan Data Pengolahan data penelitian dilaksanakan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package For Social Science) for windows dengan langkah-langkah sebagai berikut ; a. Editing, yaitu melihat apakah isi jawaban / data yang mau diolah tersebut sudah tersedia lengkap, apakah sudah relevan dengan tujuan penelitian dan konsisten datanya. b. Coding, yaitu memberikan kode pada setiap jawaban yang telah dibuat pada lembar yang tersedia. c. Entry data yaitu memasukkan data yang sudah dilakukan editing dan koding tersebut ke dalam komputer. 2.5 Analisa Data 2.5.1 Univariat Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan persentase dari tiap variabel bebas (Persepsi tentang pekerjaan, sikap terhadap pekerjaan, kepribadian, Pelatihan, dan motivasi) dengan variabel terikat (kinerja perawat). 2.5.2 Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependent dan independent (Persepsi tentang pekerjaan, sikap, kepribadian, Pelatihan, dan motivasi) dengan variabel terikat (kinerja perawat). Dalam perumusan statistik, rumus yang digunakan dalam analisis bivariat yakni koefisien korelasi parsial. 2.5.3 Multivariat Analisis multivariat yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Dimana variable yang memiliki hubungan bermakna pada analisis bivariat dijadikan variable kandidat yang akan diuji dalam analisis regresi linier berganda, yang kemudian menetukan variable mana yang memiliki hubungan yang paling dominan diantara variabel yang lain. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian 3.1.1 Univariat Hasil analisis univariat berisi deskripsi atau gambaran umum mengenai data penelitian. Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian, maka dapat dilihat distribusi frekuensi responden berdasarkan skor mean kategori masing-masing variabel dependen maupun independen. Distribusi frekuensi responden dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :
ISSN. 1829-9377
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Variabel Dependen dan Independen
Variabel
Persepsi (X1) Sikap (X2) Kepribadian (X3) Pelatihan (X4)
Motivasi (X5)
Kinerja (Y)
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
Baik Tidak baik Positif Negatif Extrovert Introvert Mengikuti Pelatihan Tidak Mengikuti Pelatihan Motivasi Tinggi Motivasi Rendah Baik Tidak baik
53 47 39 61 41 59 52
53% 47% 39% 61% 41% 59% 52%
48
48%
47
47%
53
53%
64 36
64% 36%
Sumber : Olahan Data Penelitian (Illustri, 2013)
Arikunto (2006:112), membagi kategori subjek menjadi dua bagian yaitu baik dan tidak baik dilihat dari nilai tengah tiap variabel atau nilai mean. Dikatakan baik suatu variabel jika X>Mean, dikatakan kategori tidak baik jika X≤Mean. a. Kategori Variabel Persepsi Berdasarkan tabel 3.1 tentang distribusi frekuensi responden, menyatakan bahwa persepsi baik yaitu ada sebanyak 53 orang atau 53% sedangkan responden yang menyatakan persepsi tidak baik yaitu ada sebanyak 47 orang atau 47%. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawat berpersepsi baik. Dengan adanya persepsi baik terhadap pekerjaan, maka diharapkan perawat dapat melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan peran, fungsi dan tugas sebagai seorang perawat. b. Kategori Variabel Sikap Berdasarkan hasil tabel 3.1 diatas, responden menyatakan bahwa kategori sikap negatif yaitu ada sebanyak 61 orang (61%) sedangkan responden yang menyatakan sikap positif yaitu ada sebanyak 39 orang (39%). Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden lebih banyak menujukkan sikap negatif. Hal inilah yang mungkin menjadi penyebab salah satu faktor psikologis yang dapat menentukan baik buruknya mutu pelayanan dan citra rumah sakit dilihat dari kinerja perawatnya. c. Kategori Variabel Kepribadian Berdasarkan hasil tabel 3.1 diatas, responden memiliki kepribadian Introvert yaitu ada sebanyak 59 orang (59%) sedangkan responden yang memiliki kepribadian Extrovert yaitu ada sebanyak 41 orang (41%). Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki kepribadian Introvert. Kepribadian dibangun dari hasil bagaimana seseorang belajar dari kandungan sampai dewasa, kepribadian Introvert adalah kepribadian yang lebih mengarahkan perhatiannya pada dirinya sendiri. Orang yang tergolong Introvert ini kurang pandai melakukan interaksi terhadap lingkungannya, pendiam, suka
Faktor-faktor Psikologis Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Page 3
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015
menyendiri, hal inilah yang dapat menjadi masalah bagi seorang perawat yang seharusnya perawat adalah sebagai orang yang memberikan pelayanan keperawatan langsung terhadap pasien. Jika kepribadian perawat Introvert maka akan mempengaruhi baik buruknya pelayanan dan citra rumah sakit terhadap pasien. d. Kategori Variabel Pelatihan Berdasarkan hasil tabel 3.1 diatas, responden yang mengikuti pelatihan yaitu ada sebanyak 52 orang (52%) sedangkan responden yang tidak mengikuti pelatihan yaitu ada sebanyak 48 orang (48%). Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mengikuti pelatihan. Pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk meningkatkan keterampilan, dalam waktu yang singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Seorang perawat yang telah mengikuti pelatihan, maka tugas-tugas yang dilaksanakan akan menghasilkan tampilan kerja yang baik juga. Sehingga dengan mengikuti pelatihan maka perawat akan semakin terampil dan kinerja yang ditampilkan akan maksimal sesuai dengan peran, fungsi dan tugas. e. Kategori Variabel Motivasi Berdasarkan hasil tabel 3.1 diatas, responden yang memiliki motivasi tinggi yaitu ada sebanyak 47 orang (47%) sedangkan responden yang memiliki motivasi rendah yaitu ada sebanyak 53 orang (53%). Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi rendah. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Apabila motivasi seorang perawat rendah maka, kinerja yang ditampilkan akan buruk. Karena perawat adalah orang yang langsung memberikan pelayanan kepada pasien sehingga akan berdampak pada kinerja pelayanan yang buruk dan akan mempengaruhi mutu pelayanan dan citra rumah sakit. f. Kategori Variabel Kinerja Perawat Berdasarkan hasil tabel 3.1 diatas, ada sebanyak 64 orang (64%) menyatakan kinerja perawat baik sedangkan ada sebanyak 36 orang (36%) menyatakan kinerja perawat tidak baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa kinerja perawat di IRNA Utama RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang sudah baik. Kinerja dapat berupa penampilan individu maupun kelompok kerja personal, dimana tampilan kerja seseorang dapat menentukan baik buruknya citra suatu organisasi. Perawat yang memiliki kinerja yang baik maka dapat mempengaruhi mutu pelayanan dan citra rumah sakit. Jadi dapat disimpulkan bahwa baik buruknya suatu pelayanan dapat dilihat dari kinerjanya. 3.1.2 Bivariat a. Hubungan Persepsi dengan Kinerja Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui besarnya nilai uji t hitung yang diperoleh yaitu sebesar 2,062 dan jika nilai t tabel sebesar 1,993 dengan kaidah keputusan jika nilai t hitung > nilai t tabel
ISSN. 1829-9377
maka berhubungan secara signifikan. Yang berarti hipotesis nol (Ho) ditolak, Ha diterima ini berarti bahwa persepsi berhubungan dengan kinerja dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara persepsi dengan kinerja perawat. Dari hipotesis diatas dapat diartikan bahwa persepsi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja, sehingga semakin baik persepsi kerja seseorang maka akan semakin baik pula kinerjanya. Nilai koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,042. Hal ini menunjukkan bahwa variabel persepsi mempengaruhi variabel kinerja sebesar 4,2%. b. Hubungan Sikap dengan Kinerja Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui besarnya nilai uji t hitung yang diperoleh yaitu sebesar 2,467 dan jika nilai t tabel sebesar 1,993 dengan kaidah keputusan jika nilai t hitung > nilai t tabel maka berhubungan secara signifikan. Yang berarti hipotesis nol (Ho) ditolak, Ha diterima, ini berarti bahwa sikap berhubungan dengan kinerja dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kinerja perawat. Dari hipotesis diatas dapat diartikan bahwa sikap mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja, sehingga semakin positif sikap seseorang maka akan semakin baik pula kinerjanya. Nilai koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,059. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sikap mempengaruhi variabel kinerja sebesar 5,9%. c. Hubungan Kepribadian dengan Kinerja Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui besarnya nilai uji t hitung yang diperoleh yaitu sebesar 2,510 dan jika nilai t tabel sebesar 1,993 dengan kaidah keputusan jika nilai t hitung > nilai t tabel maka berhubungan secara signifikan. Yang berarti hipotesis nol (Ho) ditolak, Ha diterima, ini berarti bahwa kepribadian berhubungan dengan kinerja dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kepribadian dengan kinerja perawat. Dari hipotesis diatas dapat diartikan bahwa kepribadian mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja, sehingga perawat yang memiliki kepribadian extrovert maka kinerjanya yang ditampilkan akan baik. Nilai koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,061. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepribadian mempengaruhi variabel kinerja sebesar 6,1%. d. Hubungan Pelatihan dengan Kinerja Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui besarnya nilai uji t hitung yang diperoleh yaitu sebesar 2,663 dan jika nilai t tabel sebesar 1,993 dengan kaidah keputusan jika nilai t hitung > nilai t tabel maka berhubungan secara signifikan. Yang berarti hipotesis nol (Ho) ditolak, Ha diterima, ini berarti bahwa pelatihan berhubungan dengan kinerja dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pelatihan dengan kinerja perawat. Dari hipotesis diatas dapat diartikan bahwa pelatihan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja, sehingga seorang perawat yang telah
Faktor-faktor Psikologis Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Page 4
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015
mengikuti pelatihan maka akan semakin baik pula kinerjanya. Nilai koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,068. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pelatihan mempengaruhi variabel kinerja sebesar 6,8%. e. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Berdasarkan hasil analisis diketahui besarnya nilai uji t hitung yang diperoleh yaitu sebesar 2,448 dan jika nilai t tabel sebesar 1,993 dengan kaidah keputusan jika nilai t hitung > nilai t tabel maka berhubungan secara signifikan. Yang berarti hipotesis nol (Ho) ditolak, Ha diterima, ini berarti bahwa motivasi berhubungan dengan kinerja dan menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan kinerja perawat. Dari hipotesis diatas dapat diartikan bahwa motivasi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja, sehingga semakin tinggi motivasi kerja seseorang maka akan semakin baik pula kinerjanya. Nilai koefisien determinasinya (R2) sebesar 0,055. Hal ini menunjukkan bahwa variabel motivasi mempengaruhi variabel kinerja sebesar 5,5%.
3.1.3 Multivariat Persamaan analisis regresi linier beganda adalah sebagai berikut : Y = 7.014 + 0,900 X1 + 0,907 X2 + 0,984X3 + 1.034X4 + 0,925X5 Nilai konstanta pada persamaan diatas sebesar 7.014 dan nilai koefisien regresi X1 sebesar 0,900; koefisien regresi X2 sebesar 0,907; koefisien regresi X3 sebesar 0,984; koefisien regresi X4 sebesar 1.034; koefisien regresi X5 sebesar 0,925. Dari persamaan regresi linier berganda diatas, faktor yang paling berhubungan diantara kelima faktor tersebut. Ternyata faktor yang paling dominan adalah pelatihan. Diperoleh hasil nilai korelasi antara variabel dependen (kinerja perawat) dengan variabel independen Persepsi (X1), sikap (X2), kepribadian (X3), pelatihan (X4), dan motivasi (X5) yaitu nilai r = 0,866 dengan nilai F=56.409 dan p = 0,000 dimana p<0,01. Ini berarti bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen. Nilai koefisien determinasinya (R2) adalah 0,750, artinya bahwa ada 75% dari variasi kinerja perawat bisa dijelakan oleh variabel Persepsi (X1), sikap (X2), kepribadian (X3), pelatihan (X4), dan motivasi (X5) sedangkan sisanya (100% - 75% = 25%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain. 3.2 Pembahasan 3.2.1 Hubungan Persepsi dengan Kinerja Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa persepsi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja perawat sebesar 0,042 atau variabel persepsi mempengaruhi variabel kinerja sebesar 4,2%. Hal ini berarti bahwa semakin baik persepsi kerja seseorang maka akan semakin baik pula kinerjanya. Sebaliknya apabila persepsi kerja seseorang tidak baik, maka kinerjanya pun akan mengalami penurunan
ISSN. 1829-9377
sehingga persepsi kerja seseorang memberikan pengaruh terhadap baik buruknya kinerja seseorang. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumiyati, A. (2006), tentang “Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kepala Ruangan Rawat Inap di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang Tahun 2006”. Hasil analisis ini menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kepemimpinan, persepsi sistem kompensasi, persepsi supervisi, dan motivasi karu dengan kinerja karu. Hal ini sesuai dengan teori persepsi yang didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan impresi sensorinya supaya dapat memberikan arti kepada lingkungan sekitarnya. Persepsi diri dalam bekerja mempengaruhi sejauh mana pekerjaan tersebut memberikan tingkat kepuasaan dalam dirinya (Nirman dalam Sopiah, 2008). Persepsi kerja yang baik dapat memberikan pengaruh yang baik pula terhadap tampilan kinerjanya. Dimana perawat harus memiliki persepsi yang baik dulu terhadap pekerjaannya. Mengapa karena persepsi merupakan proses kognitif yang komplek yang dapat memberikan gambaran yang unik tentang dunia yang sangat berbeda dengan realitasnya. Faktor penting yang menentukan pandangan seseorang terhadap dunia adalah relevansinya dengan kebutuhan-kebutuhan dirinya, ini berarti bahwa dunia itu tergantung bagaimana kita melihatnya sesuai dengan kaca mata dan sudut pandang masing-masing. Hal inilah yang menjadikan adanya pengaruh perbedaan persepsi pada setiap orang. Sedangkan menurut Gitosudarmo (Sopiah, 2008), menyebutkan bahwa persepsi sebagai suatu proses memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan. Dalam mempelajari perilaku individu maupun organisasi, satu hal penting yang harus dipahami terlebih dahulu adalah segala sesuatu yang terkait dengan persepsi, yang merupakan penyebab munculnya perilaku seseorang. Persepsi (Gibson, 1997) adalah sebuah proses di mana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Berdasarkan pengertian menurut beberapa ahli diatas bahwa dapat disimpulkan bahwa pesepsi adalah sebuah proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka dan memberikan makna terhadap lingkungannya. Dimana setiap orang memiliki kaca mata dan sudut pandang yang berbeda-beda terhadap suatu hal, pengaruh inilah yang membedakan persepsi pada setiap orang, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi dengan kinerja perawat di IRNA Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. 3.2.2 Hubungan Sikap dengan Kinerja Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sikap mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja perawat sebesar 0,059 atau variabel sikap
Faktor-faktor Psikologis Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Page 5
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015
mempengaruhi variabel kinerja sebesar 5,9%. Hal ini berarti bahwa semakin positif sikap seseorang maka akan semakin baik kinerjanya. Sebaliknya apabila sikap kerja seorang perawat negatif, maka kinerjanya pun akan mengalami penurunan sehingga sikap kerjanya akan memberikan pengaruh negatif terhadap pekerjaannya. Dalam hal ini perawat adalah orang yang memberikan pelayanan langsung terhadap pasien sehingga baik buruknya mutu pelayanan keperawatan terhadap pasien tergantung dari sikap yang ditunjukkan perawat terhadap pasien. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasmoko, E.V., (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna/signifikan antara sikap dengan kinerja klinis perawat berdasarkan penerapan SPMKK. Pada sikap positif, proporsi kinerja klinis baik (68,3%) lebih besar dibanding dengan kinerja klinis kurang baik (12,1%). Dimana nilai p 0,000 (p<0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap dan kinerja klinis perawat. Hal ini sesuai dengan teori sikap, dimana sikap merupakan itikat dalam diri seseorang untuk tidak melakukan atau melakukan pekerjaan tersebut sebagai bagian dari aktivitas yang menyenangkan. Sikap yang baik adalah sikap dimana dia mau mengerjakan pekerjaan tersebut tanpa terbebani oleh sesuatu hal yang menjadi konflik internal. Perilaku bekerja seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap dalam bekerja. Sedangkan sikap seseorang dalam memberikan respon terhadap masalah dipengaruhi oleh kepribadian seseorang. Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap obyek. Peneliti berpendapat berdasarkan teori diatas bila dikaitkan dengan hasil penelitian ini bahwa sikap merupakan salah satu faktor penting yang harus dipahami agar kita dapat memahami perilaku orang lain (Sopiah, 2008:21). Dalam hubungannya dengan bekerja dan bagaimana seseorang berpenampilan diri terhadap lingkungan, maka seseorang berperilaku. Perilaku ini dapat dirubah dengan meningkatkan pengetahuan dan memahami sikap yang positif dalam bekerja. Fornell (2007:55) mengemukakan bahwa Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kinerja perawat di IRNA Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. 3.2.3 Hubungan Kepribadian dengan Kinerja Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kepribadian mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja perawat sebesar 0,061 atau variabel kepribadian mempengaruhi variabel kinerja sebesar 6,1%. Hal ini berarti bahwa kepribadian mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja, sehingga perawat yang memiliki kepribadian extrovert maka kinerjanya yang ditampilkan akan baik. Hal ini sesuai dengan teori sebelumnya, bahwa kepribadian dibangun dari hasil bagaimana seseorang
ISSN. 1829-9377
belajar dari kandungan sampai dewasa, kepribadian Introvert adalah kepribadian yang lebih mengarahkan perhatiannya pada dirinya sendiri. Orang yang tergolong Introvert kurang pandai melakukan interaksi terhadap lingkungannya, pendiam, dan lebih suka menyendiri. Hal inilah yang dapat menjadi kendala bagi seorang perawat yang memiliki kepribadian Introvert, yang mana seharusnya perawat adalah sebagai orang yang memberikan pelayanan keperawatan langsung terhadap pasien. Jika perawat memiliki kepribadian Introvert maka akan mempengaruhi baik buruknya pelayanan dan citra rumah sakit terhadap pasien. Berbeda dengan perawat yang memiliki kepribadian extrovert, dimana orangorang yang memiliki kepribadian extrovert adalah orang-orang yang memiliki perhatian lebih yang diarahkan keluar dirinya, yaitu kepada orang lain dan kepada masyarakat sekitar. Orang yang memiliki kepribadian extrovert biasanya lebih terbuka, mudah bergaul dalam lingkungannya, ramah, penggembira, mudah mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Kepribadian extrovert ini harus dimiliki oleh seorang perawat, mengapa karena perawat merupakan orang pertama yang memberikan pelayanan langsung terhadap pasien. Sehingga baik buruknya mutu pelayanan terhadap pasien bergantung pada pelayanan yang diberikan perawat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepribadian dengan kinerja perawat di IRNA Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
3.2.4 Hubungan Pelatihan dengan Kinerja Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pelatihan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja perawat sebesar 0,068 atau variabel pelatihan mempengaruhi variabel kinerja sebesar 6,8%. Hal ini berarti bahwa seorang perawat yang telah mengikuti pelatihan maka akan semakin baik kinerjanya. Sebaliknya seorang perawat yang tidak mengikuti pelatihan, maka tampilan kinerjanya tidak akan sebaik penampilan kinerja yang ditunjukkan oleh perawat yang telah mengikuti pelatihan. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dermawan (2007) dalam penelitiannya, menyatakan motivasi dan pelatihan secara bersama-sama berhubungan dengan kinerja guru SMP Al Washliyah di Kota Barandan. Hubungan motivasi dan pelatihan secara signifikan berhubungan dengan kinerja pegawai terutama permasalahan gaji dan jenjang karir. Hal ini serupa dengan teori yang dikemukakan oleh Suwarto (2009:30), bahwa pelatihan adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan seseorang termasuk perawat agar seseorang mempunyai kecerdasan tertentu. Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumber daya manusia, yang di
Faktor-faktor Psikologis Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Page 6
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015
dalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Moekijat (2002:23) juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori. Nitisemito, A.S. (Sopiah, 2008:30), mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai usaha untuk memperbaiki dan mengembangakan sikap, tingkah laku dan pengetahuan, berdasarkan keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih luas, dan tidak terbatas semata-mata hanya untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja. Pelatihan diberikan dengan harapan individu dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik biasanya akan memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada individu yang tidak mengikuti pelatihan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan kinerja perawat di IRNA Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. 3.2.5 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa motivasi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja perawat sebesar 0,055 atau variabel motivasi mempengaruhi variabel kinerja sebesar 5,5%. Hal ini berarti bahwa motivasi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kinerja, sehingga semakin tinggi motivasi kerja seseorang maka akan semakin baik pula kinerjanya. Sebaliknya seorang perawat yang memiliki motivasi rendah, maka kinerjanya akan mengalami penurunan juga. Sehingga pelayanan keperawatan yang diberikan terhadap pasien tidak maksimal atau terjadinya ketidakpuasan yang dirasakan oleh pasien. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasmoko, E.V., (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna/signifikan antara motivasi dengan kinerja klinis perawat berdasarkan penerapan SPMKK. Hasil penelitian motivasi berpengaruh terhadap kinerja dimana p value 0,042 (≤ 0,25). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa responden dengan motivasi tinggi ternyata lebih besar kecenderungan menunjukan kinerja tinggi. Hal ini juga serupa dengan hasil analisis Sari, E.P., (2012) yaitu “pengaruh motivasi dan disiplin kerja terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2012”. Hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perawat dengan nilai t-hitung sebesar 12,421 (lebih besar dari t-tabel sebesar 1,993). Hasil penelitian ini sangat relevan dengan teori-teori ataupun pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Motivasi adalah keadaan kejiwaan
ISSN. 1829-9377
dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan, atau menggerakkan dan menyalurkan perilaku kearah pencapaian kebutuhan yang memberi kepuasan (Siswanto, 2003:78). Motivasi pegawai (employee motivation) adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan pengorganisasian, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu tertentu (Robbin, dkk, 1999:50 dalam Winardi 2007:2). Motivasi (Mangkunegara, 2009:61), merupakan suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku (Mustikasari, 2008:30). Motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. dimana didalam diri seseorang terdapat kebutuhan atau keinginan terhadap objek diluar seseorang tersebut, kemudian bagaimana seseorang tersebut menghubungkan antara kebutuhan dengan situasi diluar dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Oleh karena itu motivasi adalah suatu alasan (reasoning) seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. (Notoatmodjo, 2007:219). Peneliti berpendapat berdasarkan teori teori diatas bila dikaitkan dengan hasil penelitian ini bahwa motivasi merupakan sesuatu kemampuan untuk mencapai kinerja yang prima dengan tidak melupakan hak dan kewajiban pegawai yang wajar diperolehnya (reward), disamping ada faktor lainnya seperti tantangan, faktor tanggung jawab terhadap pekerjaan, keterlibatannya didalam proses kerja, disamping peluang untuk jenjang karir dimasa yang akan datang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja di IRNA Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. 3.2.6 Hubungan Antara Persepsi, Sikap, Kepribadian, Pelatihan dan Motivasi Secara Bersama-sama Dengan Kinerja Perawat Berdasarkan hasil analisis bahwa hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi, sikap, kepribadian, pelatihan, dan motivasi secara bersama-sama dengan kinerja perawat diperoleh nilai sebesar 75%, hal ini menujukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen. Sedangkan sisanya 25% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang ada diluar dari faktor psikologis, seperti faktor individu dan faktor organisasi. Dari hasil analisis persamaan regresi linier berganda, faktor yang paling berhubungan diantara kelima faktor atau faktor yang paling dominan adalah pelatihan. Secara teoritis, karena variabel kinerja perawat dan pelatihan lebih besar, maka variabel pelatihan lebih berpengaruh terhadap variabel kinerja perawat.
Faktor-faktor Psikologis Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Page 7
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015
Hal ini sama dengan hasil penelitian dari Sudirman (2002), dalam penelitiannya menyatakan “pelatihan dan kemampuan manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan dengan kinerja karyawan PT. Telkom Divre I Sumatera”. Dengan koefisien korelasi sebesar 0,626 dan koefisien determinasi 33,60%. Penelitian ini menjelaskan pelatihan mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan pelatihan proses kerja cepat dan tepat diselesaikan dengan tingkat error yang lebih kecil. Secara umum pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan sumber daya manusia, yang didalamnya terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan agar sumber daya manusia dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi. Moekijat (2002:23) juga menyatakan bahwa “pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Nitisemito, A.S. (Sopiah, 2008:30) mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan pengetahuan, sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih luas, dan tidak terbatas semata-mata hanya untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja. Pelatihan diberikan dengan harapan individu dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Seseorang yang telah mengikuti pelatihan dengan baik biasanya akan memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada individu yang tidak mengikuti pelatihan. Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill), pengalaman, dan sikap peserta pelatihan tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Simamora, H (1995:287) yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu atau kelompok dalam menjalankan tugas tertentu. Tingkat signifikasi koefisien korelasi menghasilkan angka 0,003. Karena probabilitas jauh di bawah 0,05 maka korelasi diantara variabel kinerja perawat dengan pelatihan sangat nyata. Maksudnya disini adalah antara kinerja perawat dengan pelatihan, memiliki pengaruh yang sangat jelas. Dimana seorang perawat yang telah mengikuti pelatihan, akan berusaha memberikan tampilan kerja yang lebih baik dari sebelum ia mengikuti pelatihan. Mengapa, karena
ISSN. 1829-9377
pelatihan adalah proses belajar untuk meningkatkan keterampilan, dalam waktu yang singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori. Dengan adanya pelatihan diharapkan seorang perawat dapat memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap pasien. Karena perawat adalah orang yang memberikan pelayanan keperawatan langsung terhadap pasien. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang menyatakan faktorfaktor psikologis yang berhubungan secara bersamasama dengan kinerja perawat di IRNA Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang terbukti secara empiris, atau dapat dikatakan hipotesis diterima. 4. 4.1
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada kelima hipotesis dalam bab terdahulu, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hubungan persepsi terhadap kinerja perawat lemah, jika persepsi mempengaruhi kinerja sebesar 4,2%. Hal ini berarti bahwa semakin baik persepsi kerja seseorang maka akan semakin baik pula kinerjanya. 2. Hubungan sikap terhadap kinerja perawat lemah, jika sikap mempengaruhi kinerja sebesar 5,9%. Hal ini berarti bahwa semakin positif sikap seseorang maka akan semakin baik kinerjanya. 3. Hubungan kepribadian terhadap kinerja perawat lemah, jika kepribadian mempengaruhi kinerja sebesar 6,1%. Hal ini berarti bahwa kepribadian mempunyai hubungan yang nyata dengan kinerja, sehingga perawat yang memiliki kepribadian extrovert maka tampilan kinerjanya akan baik. 4. Hubungan pelatihan terhadap kinerja perawat lemah, jika pelatihan mempengaruhi kinerja sebesar 6,8%. Hal ini berarti bahwa seorang perawat yang telah mengikuti pelatihan maka akan semakin baik kinerjanya, sebaliknya perawat yang mengikuti pelatihan maka tampilan kerjanya akan buruk. 5. Hubungan motivasi terhadap kinerja perawat lemah, jika motivasi mempengaruhi kinerja sebesar 5,5%. Hal ini berarti bahwa motivasi mempunyai hubungan yang nyata terhadap kinerja, sehingga semakin tinggi motivasi kerja seseorang maka akan semakin baik kinerjanya, dan sebaliknya jika motivasi kerjanya rendah maka kinerjanya akan jelek. 6. Hubungan antara persepsi, sikap, kepribadian, pelatihan, dan motivasi secara bersama-sama terhadap kinerja perawat sebesar 75%. Hal ini menujukkan bahwa, ada hubungan yang nyata antara persepsi, sikap, kepribadian, pelatihan, dan motivasi terhadap kinerja. Sedangkan sisanya 25% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang ada diluar dari faktor psikologis, seperti faktor individu dan faktor organisasi. Dapat disimpulkan, dinamika faktor psikologis
Faktor-faktor Psikologis Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Page 8
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015
sangat tinggi dalam menentukan performa kinerja seorang perawat. 4.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan kinerja juga dapat ditingkatkan dengan memberikan pelatihan terhadap semua perawat, serta dengan adanya pelatihan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang ada. 2. Untuk meningkatkan kinerja perawat pihak manajemen RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang perlu memikirkan kesejahteraan para pegawai baik berbentuk peningkatan tunjangan kepada pegawai dan diberikan penghargaaan kepada perawat yang berprestasi berupa promosi jabatan, insentif dan bentuk lainnya. Sehingga mereka dapat bekerja lebih giat lagi, dengan adanya reward pegawai dapat lebih termotivasi dalam melakukan tugasnya. 3. Sebaiknya diadakan tes psikologi secara berkala untuk mengukur kinerja perawat, sehingga dapat memberikan bimbingan konseling kepada perawat yang ada masalah.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., 2006. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Bina Aksara. Azwar, S., 2009. Realibitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. _______., 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. _______., 2005. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. _______., 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Baihaqi, dkk., 2007. Psikiatri Konsep dasar dan Gangguan-gangguan. Bandung : Refika Aditama. Departemen Kesehatan RI., 1999. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Perawat Di Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Fornell., 2007. Exploration in Quality Assesment and Monitoring Health Administration Press. Ann Asbo : Michigan State University. Gartinah, T.M.N., 2003 Manajemen Asuhan Keperawatan. Jakarta Gibson, J.L.,et al., 1997. Manajemen (terjemahan). Jakarta : Erlangga. Hadi, S., 2004. Metodologi Research jilid 1. Yogyakarta : Andi Offset. _______., 2004. Metodologi Research jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset. _______., 2002. Statistika. Yogyakarta : Andi Offset. Hasmoko, E.V., 2008. Analisis Faktor faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Klinis Perawat Berdasarkan Penerapan Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (SPMKK) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
ISSN. 1829-9377
Panti Wilasa Citarum Semarang. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang : Tidak Dipublikasikan. Ilyas, Y., 2002. Kinerja (Teori, Penilaian dan Penelitian). Jakarta : FKM Universitas Indonesia. _______., 2001. Perencanaan Sumber Daya manusia Rumah Sakit. Jakarta : FKM Universitas Indonesia. IRNA Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang., 2012. Laporan Triwulan III Instalasi Rawat Inap Utama RSUP Dr. Mohammad Hoesin. Palembang : Tidak Dipublikasikan. Mangkunegara, A.P., 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung : Refika Aditama. ., 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia perusahaan. Jakarta : Remaja Rosda Karya. Mangkuprawira, S., 2007. Manajemen Sumber daya Manusia Strategik. Jakarta : Ghalia Indonesia. Notoatmodjo, S., 2007. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta. ., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam., 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba medika. ., 2007 Manajemen Praaktik Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik keperawatan professional. Jakarta : Salemba medika. Sari, E.P., 2012. Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Tesis, Program Pasca Sarjana STIK Bina Husada Palembang : Tidak Dipublikasikan. Sarwono, S.W., 2009. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : Rajawali Pers. Siagian, S., 1995. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Cipta. ., 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Simamora, H., 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : STIE YKPN. Sobur, A., 2010. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. Sopiah., 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta : Andi Offset. Sudjana., 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. Sumiyati, A., 2006. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Kepala Ruang Rawat INAP Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang. Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang : Tidak Dipublikasikan. Suwarto, FX., 2009. Perilaku Keorganisasian Buku Panduan Mahasiswa. Yogyakarta : Andi Offset. Swansburg, R.C., 2001. Management and Leadership for Nurse Managers. 2nd ed, London : Jones and Bartlett Publishers.
Faktor-faktor Psikologis Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Page 9
Jurnal Kesehatan Bina Husada Vol.10 No.4 Januari 2015
Siswanto, S., 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
ISSN. 1829-9377
Sugiyono., 2007. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. ________., 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Winardi, J., 2007. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen.. Jakarta : Raja Gravindo Persada.
Faktor-faktor Psikologis Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Page 10