Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
FAKTOR DOMINAN PENENTU PELAKSANAAN PROYEK PLTU SKALA KECIL Nugroho Artursuwignyo 1) *), Christiono Utomo 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jalan Cokroaminoto 12, Surabaya, Indonesia e-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dalam pekerjaan desain, fabrikasi dan konstruksi komponen pembangkit uap proyek PLTU skala kecil. Klasifikasi skala kecil adalah bagi PLTU dengan daya keluaran hingga 25 MW. PLTU tipe ini termasuk dalam pengembangan infrastruktur listrik di Indonesia, yaitu Proyek 10.000 MW tahap pertama. Proyek PLTU skala kecil ini merupakan pembangkit listrik komersil pertama yang didesain dan dikembangkan oleh perusahaan PMDN untuk komponen pembangkit uap dan pendukungnya, yang di Indonesia baru pertama kali mulai dilakukan pada tahun 2006. Oleh karena itu, guna mendukung keberhasilan pengembangannya, penelitian perlu dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung kesuksesan pekerjaan proyek ini. Penelitian ini berupaya mengukur kinerja bidang manajemen proyek secara makro pada tahap desain, fabrikasi dan konstruksi proyek. Keluaran dari penelitian ini adalah faktor dominan dari pekerjaan proyek PLTU skala kecil. Kata kunci: faktor dominan, PLTU skala kecil
PENDAHULUAN Belassi dan Tukel (1996) berusaha menghasilkan kerangka kerja baru yang mengelompokkan faktor-faktor keberhasilan kritis dan mengidentifikasi dampak yang mungkin terjadi pada kinerja proyek. Dalam penelitiannya, mereka mengelompokkan faktor ke empat bidang: faktor terkait proyek, faktor terkait manajer proyek dan anggota tim, faktor terkait organisasi, serta faktor terkait lingkungan eksternal. Penelitian mereka mendapati faktor-faktor keberhasilan yang paling penting untuk setiap industri cukup berbeda. Dukungan manajemen puncak masih yang paling penting diikuti dengan koordinasi dan kompetensi. Faktor yang paling penting untuk proyek-proyek konstruksi adalah terkait anggota tim proyek, seperti latar belakang teknis dan komitmen. Faktor lingkungan, teknologi, ekonomi dan klien juga memiliki hubungan statistik yang signifikan. Penelitian ini hanya melakukan survei terhadap manajer proyek. Bryde dan Robinson (2005) melaporkan perbandingan ukuran keberhasilan yang dianggap penting oleh klien dan kontraktor, serta sejauh mana perbedaan penekanan dari keduanya dalam praktik manajemen proyek. Penelitian ini mendapati bahwa kontraktor lebih menekankan pada meminimalkan biaya dan durasi proyek, sementara klien lebih menekankan pada memuaskan kebutuhan para stakeholder lainnya. Namun, dalam praktek manajemen proyek mereka, dibanding dengan kontraktor, klien tidak menunjukkan fokus yang kuat pada pemenuhan kebutuhan stakeholder. Penelitian ini membandingkan nilai rata-rata untuk 5 kriteria keberhasilan proyek dari tiga kelompok responden: perusahaan konstruksi, asosiasi perumahan dan perusahaan dari berbagai sektor usaha (kelompok kontrol), tidak spesifik menjelaskan kriteria keberhasilan proyek dari satu jenis proyek tertentu. ISBN : 978-602-97491-5-1 B-12-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
Lim dan Mohamed (1999) melakukan eksplorasi isu perspektif yang berbeda dari pihak terkait dalam melihat proyek. Dua kriteria untuk menentukan keberhasilan proyek dari sudut pandang makro adalah penyelesaian dan kepuasan. Sedangkan kriteria penyelesaian saja sudah cukup untuk menentukan keberhasilan proyek dari sudut pandang mikro. Tahap konstruksi diambil sebagai sudut pandang mikro dalam penelitian ini. Penelitian terhadap perspektif masing-masing pihak terkait proyek yang terlibat sekaligus dalam beberapa tahap dari keseluruhan komponen yang terdapat di dalam proyek secara makro belum dilakukan. Zhao (2009) melakukan penelitian tentang faktor yang memiliki kontribusi pada kesuksesan pembangunan pembangkit listrik termal dan pembangkit listrik tenaga angin di Cina. Kedua tipe pembangkit tersebut telah dibangun dengan pendekatan BOT dan memiliki tingkat sukses yang bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tingkat signifikansi faktor sukses dari proyek BOT pembangkit listrik termal dan pembangkit listrik tenaga angin. Penelitian ini menyediakan referensi bernilai bagi semua pihak yang terlibat maupun yang tertarik dalam mengembangkan proyek pembangkit listrik secara BOT di Cina. Winarno (2011) menganalisa faktor sukses proyek migas di Gresik dengan menggunakan sembilan faktor yang dianggap merupakan faktor penting. Faktor tersebut adalah faktor terkait organisasi, manajer proyek, anggota tim, biaya, vendor, sub kontraktor, klien, dan lingkungan. Faktor-faktor ini dapat digunakan dalam studi mengenai faktor dominan pada pekerjaan proyek karena mencakup banyak aspek secara umum dalam pekerjaan proyek. Populasi penelitian adalah semua orang yang terlibat di dalam pengerjaan proyek. Pertumbuhan rata-rata kebutuhan tenaga listrik di Indonesia hingga tahun 2030 diproyeksikan sebesar 7,7 % per tahun (Boedoyo, 2005), sementara Balai Pusat Statistik melaporkan pertumbuhan kapasitas terpasang PLN pada tahun 2000-2009 hanya sebesar 2.45 % per tahun. Untuk memenuhi pertumbuhan permintaan listrik yang semakin tinggi, upaya utama yang dilakukan adalah menambah jumlah pembangkit listrik. Pada wilayah di luar pulau besar seperti Jawa dan Sumatra, PLTU batubara skala kecil merupakan pilihan utama penyediaan sumber daya listrik (Boedoyo, 2005). PLTU yang termasuk dalam kategori skala kecil adalah PLTU dengan daya terpasang hingga 25 MW. Pada tahun 2006, pemerintah melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2006 tanggal 5 Juli 2006 yang telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Surat Keputusan No 59 tanggal 23 Desember 2009 tentang percepatan pembangunan pembangkit listrik di Indonesia memberikan mandat kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk membangun pembangkit listrik tenaga batubara (PLTU) di 42 lokasi di Indonesia. Proyek ini dikenal dengan nama Proyek 10.000 MW tahap pertama. Peraturan Menteri Perindustrian No/48/2010 lebih lanjut menentukan tingkat minimum kandungan komponen dalam negeri (TKDN) untuk pembangkit di bawah 8 MW sebesar 68%, 8 MW-25 MW sebesar 50%, 25 MW-100 MW sebesar 45% dan di atas 100 MW sebesar 40%. Peraturan mengenai TKDN menuntut dilakukannya pengembangan desain PLTU oleh perusahaan PMDN. PLTU sendiri merupakan teknologi yang mulai dikembangkan secara komersil pada tahun 1866 (Stultz dan Kitto, 1992). Sementara PLTU di Indonesia dengan pengembangan mulai dari tahap desain hingga tahap konstruksi oleh perusahaan PMDN baru mulai dilakukan sejak terbitnya Peraturan Presiden tentang percepatan pembangunan pembangkit listrik pada tahun 2006. Oleh karena itu, guna mendukung keberhasilan pengembangannya, penelitian perlu dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung kesuksesan pekerjaan pengembangan desain PLTU yang baru dilakukan di Indonesia, dalam hal ini PLTU skala kecil yang memiliki TKDN cukup tinggi.
ISBN : 978-602-97491-5-1 B-12-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
Perusahaan PMDN telah menangani lingkup pekerjaan desain, fabrikasi dan konstruksi komponen utama boiler dan komponen pendukungnya pada proyek PLTU Tanjung Balai Karimun dan PLTU Ende dengan TKDN total plant sebesar 70 % sebagai PLTU skala kecil komersil pertama yang dikerjakan oleh perusahaan PMDN di Indonesia. Pembangkit ini dirancang untuk menghasilkan daya sebesar 14 MW dari dua unit pembangkit yang masingmasing menghasilkan daya 7 MW. Untuk dapat mengetahui faktor dominan pada tahapan pekerjaan yang dilakukan dalam proyek ini diperlukan pendekatan yang sistematis. Mengetahui faktor dominan dalam pekerjaan proyek PLTU skala kecil dapat menambah keilmuan dan wawasan pada bidang ketenagalistrikan khususnya di Indonesia. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh faktor dominan yang berperan penting dalam pelaksanaan proyek PLTU skala kecil pada tahap desain, fabrikasi dan konstruksi. Langkah pertama adalah studi literatur pada peneletian terkait analisis kesuksesan pengerjaan proyek. Dari studi literatur, diperoleh faktor-faktor umum yang diajukan dalam penelitian sebagai faktor penting pada pelaksanaan pekerjaan proyek PLTU skala kecil. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis deskriptif terhadap faktor dominan yang memiliki peran penting dalam pekerjaan proyek tersebut. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah karyawan perusahaan PMDN sub kontraktor pelaksana desain, fabrikasi dan konstruksi komponen pembangkit uap dan pendukungnya pada PLTU skala kecil. Jumlah karyawan perusahaan adalah 100 orang tenaga tetap meliputi tenaga marketing, desain, prokurmen, fabrikasi, finance, dan manajer proyek. Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposif, yaitu 30 karyawan yang terlibat secara langsung dalam pekerjaan PLTU skala kecil. Data yang diambil merupakan data primer yang diperoleh secara langsung dari responden menggunakan kuesioner. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji beda mean dan uji beda standar deviasi dari data variabel yang diperoleh dalam survei penelitian menghasilkan nilai signifikansi keduanya (mean dan standar deviasi) sebesar < 0.05 yang berarti ada beda mean dan ada beda standar deviasi. Analisa deskriptif kemudian tidak dilakukan berdasarkan pada salah satu dari data mean atau data standar deviasi saja, melainkan menggunakan keduanya secara simultan. Alat yang digunakan adalah grafik yang masing-masing sumbunya merupakan nilai mean (sumbu X) dan nilai standar deviasi (sumbu Y) dari data hasil survei. Grafik tersebut dibagi menjai empat kuadran menggunakan nilai rata-rata dari mean dan nilai rata-rata dari standar deviasi. Gambar 1 menunjukkan hasil analisa deskriptif dari survei faktor dominan penentu pelaksanaan proyek PLTU skala kecil.
ISBN : 978-602-97491-5-1 B-12-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
Analisa Deskriptif 1.4
K. III
K. II
1.3 1.2 1.1
0
Mea n
1.0 1
2
3
0.9 4
5
0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3
K. IV
K. I
0.2 0.1 0.0
StDe
V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10 V11 V12 V13 V14 V15 V16 V17 V18 V19 V20 V21 V22 V23 V24 V25 V26 V27
Gambar 1. Hasil Analisa Deskriptif Survei Faktor Dominan Penentu Pelaksanaan Proyek PLTU Skala Kecil
Kelompok variabel yang dominan pada kuadran I termasuk dalam faktor pelaksanaan, manajer proyek, dan vendor. Kelompok variabel yang dominan pada kuadran II termasuk dalam faktor pernecanaan, pembiayaan, dan kemampuan kontraktor utama. Kelompok variabel yang dominan pada kuadran III termasuk dalam faktor lingkungan serta pengendalian oleh kontraktor utama dan owner. Sementara kelompok variabel yang dominan pada kuadran IV termasuk dalam faktor organisasi, teknis, dan kinerja pembangkit. Belassi dan Tukel (1996) menyatakan bahwa faktor yang peling penting untuk proyekproyek konstruksi adalah terkait anggota tim proyek, seperti latar belakang teknis dan komitmen. Namun pada penelitian ini didapati bahwa latar belakang yang relevan dari anggota tim termasuk di kuadran IV. Bryde dan Robinson (2005) mendapati bahwa kontraktor lebih menekankan pada meminimalkan biaya dan durasi proyek. Namun pada penelitian ini didapati bahwa aktualisasi yang sesuai dari pengeluaran biaya proyek termasuk di dalam kuadran II, sementara durasi pengiriman dan instalasi termasuk di dalam kuadran I. Lim dan Mohammed (1999) telah melakukan eksplorasi dan mendapati bahwa criteria untuk menentukan keberhasilan proyek dari sudut pandang makro adalah penyelesaian dan kepuasan. Pada penelitian PLTU skala kecil ini penyelesaian pekerjaan instalasi termasuk di dalam kuadran I, sementara kepuasan stakeholder termasuk di kuadran III. Winarno (2011) menempatkan faktor manajer proyek pada peringkat paling atas dalam penelitiannya terhadap faktor sukses proyek migas di Gresik. Pada penelitian ini penulis mendapati dominasi serupa pada kuadran I dari peran manajer proyek terhadap kesuksesan ISBN : 978-602-97491-5-1 B-12-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012
pekerjaan PLTU skala kecil. Kemampuan manajer proyek membawa tim proyek dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan merupakan faktor yang paling dominan dalam pekerjaan proyek PLTU skala kecil. Sedangkan faktor perencanaan pekerjaan proyek berada pada kuadran dengan peringkat di bawahnya. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi pekerjaan proyek PLTU skala kecil terdapat 4 kelompok faktor dengan 47 variabel yang mempengaruhinya. Kemampuan manajer proyek membawa tim proyek dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan merupakan faktor yang paling dominan dalam pekerjaan proyek PLTU skala kecil. Sedangkan faktor perencanaan pekerjaan proyek dan aktualisasi yang sesuai dari pengeluaran biaya proyek berada pada kuadran dengan peringkat di bawahnya. Penelitian dengan jumlah sampel lebih besar dapat dilakukan terhadap perusahaan owner, kontraktor utama, sub kontraktor lainnya, dan departemen pemerintahan terkait agar dapat memberikan persepsi yang menyeluruh dari organisasi yang memiliki keterlibatan dalam pekerjaan proyek PLTU Skala Kecil. DAFTAR PUSTAKA Belassi, W. dan Tukel O. I. (1996). A New Framwork for Determining Critical Success/ Failure Factors in Project. International Journal of Project Management Vol. 14, No. 3 , 141-151. Boedoyo, M. S. (2005). Pengaruh Penerapan PLTU Batubara Skala Kecil Terhadap Strategi Kelistrikan Di Wilayah Timur Indonesia. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Bryde, D. J. dan Robinson, L. (2005). Client Versus Contractor Perspective on Project Success Criteria. International Journal of Project Management 23 , 622-629. Lim, C. S. dan Mohamed, M. Z. (1999). Criteria of Project Success: An Exploratory Reexamination. International Journal of Project Management Vol. 17 , 243-248. Peraturan Menteri Perindustrian No/48/2010. (2010). Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Stultz, S.C. dan Kitto, J.B. (1992). Steam: Its Generation and Use. Ohio: The Babcock & Wilcox Company. Surat Keputusan Nomor 59 Tahun 2009. (2009, Desember 23). Peraturan Presiden Republik Indonesia . Surat Keputusan Nomor 71 Tahun 2006. (2006, Juli 5). Peraturan Presiden Republik Indonesia . Winarno, B. (2011). Analisia Success Factors untuk Proyek Migas di Lokasi Ujung Pangkah Manyar - Gresik. Surabaya: Tesis MMT ITS. Zhao, Zhen-Yu, dkk. (2010). Critical success factors for BOT electric power projects in China: Thermal power versus wind power. International Journal of Renewable Energy 35, 1283–1291.
ISBN : 978-602-97491-5-1 B-12-5