TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
FAKTOR DETERMINAN MUTU KINERJA SEKOLAH Oleh: RASTO
Abstrak Banyak faktor yang dapat mempengaruhi mutu kinerja sekolah, tergantung pada perspektif yang digunakan. Telaah kali ini memaparkan faktor determinan mutu kinerja sekolah ditinjau dari persektif sistem manajemen mutu. Pemaparan diakhiri dengan penjelasan mengenai proposisi faktor-faktor tersebut terhadap mutu kinerja sekolah. 1. Pengertian Kinerja Sekolah Secara etimologis kinerja merupakan terjemahan dari performance (Inggris). Selain bermakna kinerja, beragam.
Sedarmayanti
(2001:50)
performance juga diterjemahkan secara mengemukakan
performance
dapat
diterjemahkan menjadi “kinerja, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan kerja”. Berdasarkan maknanya, kinerja memiliki dua perspektif, yaitu kinerja dalam perspektif penampilan atau aksi, dan dalam perspektif bentuk hasil (output) yang dicapai. Pengertian kinerja dalam perspektif hasil antara lain dikemukakan oleh para ahli berikut. Gibson et.al. (1996:118) mengatakan, kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bernardin dan Russel (dalam Muhammad, (2008:14) memberikan definisi kinerja organisasi sebagai catatan tentang hasil akhir atas suatu kegiatan atau tugas yang diselenggarakan pada kurun waktu tertentu. Sedangkan pengertian kinerja dalam perspektif penampilan atau aksi antara lain dikemukakan oleh Gronlund (1992:86) yang mendefinisikan kinerja sebagai RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
1
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
penampilan perilaku kerja yang ditandai oleh keluwesan gerak, ritual, dan urutan kerja yang sesuai prosedur sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan, dan jumlah Terkait dengan ruang lingkupnya, kinerja juga memiliki dua perspektif yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Asumsinya adalah kinerja organisasi merupakan akumulasi dari kinerja individu. Moeljono (2003:66) menegaskan kinerja organisasi sangat ditentukan oleh kinerja individu. Pengertian kinerja dalam perspektif kinerja individu antara lain tercermin dari pendapat para ahli berikut. Mangkunegara (2000:67) berpendapat “prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Hasibuan (2001:94) yang menyebut kinerja sebagai prestasi kerja mengungkapkan “prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang disandarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”. Samsudin (2005:159) mendefinisikan kinerja sebagai “tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan”. Rivai (2004:14) mengemukakan kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
Pengertian kinerja dalam perspektif kinerja organisasi antara lain tercermin
dari
pendapat
para
ahli
berikut.
Yuwono,
dkk.
(2002:23)
mengemukakan kinerja organisasi berhubungan dengan berbagai aktivitas dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada organisasi. Kinerja organisasi didefinisikan
Bastian
(2001:329)
sebagai
gambaran
tingkat
pencapaian
pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut. Senada dengan pendapat tersebut Tangkilisan (2007:178) mendefinisikan kinerja organisasi sebagai suatu keadaan yang berkaitan dengan keberhasilan organisasi dalam menjalankan misi yang dimilikinya. Merujuk kepada konsep organisasi, sekolah dapat disebut sebagai organisasi. Oleh karena itu pengertian kinerja organisasi dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan pengertian kinerja sekolah. Berdasarkan hal tersebut kinerja sekolah dapat didefinisikan sebagai kualitas proses dan hasil kerja yang telah dilakukan oleh sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah. 2. Faktor Determinan Mutu Kinerja Sekolah Banyak faktor yang mempengaruhi mutu kinerja sekolah. Kajian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu kinerja sekolah didasarkan kepada kerangka teori (grand theory) Manajemen Mutu. Menurut perspektif Manajemen Mutu, mutu organisasi dapat dicapai melalui interelasi kompleks dari berbagai komponen, yang membentuk Sistem Manajemen Mutu. Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System-QMS) menurut Gaspersz (2008:268) merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
3
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan persyaratan tertentu yang ditentukan oleh pelanggan dan organisasi. Sistem manajemen mutu biasanya terdiri dari sebuah kerangka kerja yang memiliki nilainilai inti dan prinsip-prinsip keunggulan. Prinsip-prinsip ini merupakan landasan untuk membangun kerangka kerja, yang terdiri dari sejumlah penilaian kriteria dan item. Sistem manajemen mutu formal ada yang berlaku secara nasional (di suatu negara), regional, dan internasional. Sistem manajemen mutu formal yang berlaku secara nasional menurut Miguel (2005:36) mula-mula dikembangkan di Australia, Kanada, Jepang, dan
Amerika Serikat, masing-masing berupa, Australian
Business Excellence Award (ABEA), Canadian Quality Award (CQA), Deming Prize (DP), dan Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA). Sistem manajemen mutu formal, yang berlaku secara regional adalah Asia Pasifik Quality Award (APQA), Iberoamerican Quality Award (IQA), dan European Quality Award (EQA). Sedangkan sistem manajemen mutu yang diakui secara internasional menurut Gaspersz (2008:264) adalah ISO. Menurut Australian Business Excellence Framework, (disarikan dari http://www.excellencemodels.org; dan Purnama, 2006:107-108)
mutu kinerja
organisasi dapat tercapai apabila terjadi interelasi yang sinergis dari komponenkomponen leadership, strategy and planning, information and knowledge, people, customer and market focus, process management, improvement and innovation, dan success and sustainability. Canadian Framework for Business Excellence, RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
4
TINJAUAN PUSTAKA
(disarikan dari
13 Des 2012
www.nqi.ca; Moran, JW., et.al., 2003:58-60; dan Purnama,
2006:106-107) mengembangkan enam kategori keunggulan untuk mengukur mutu kinerja organisasi, yaitu Leadership,
People focus, Planning, Process
Management, Customer focus, dan Supplier/partner focus. Bagi Deming Prize (disarikan dari Purnama, 2006:105; Nasution, 2005:331-344; Sallis, 2006:141142; dan www.juse.or.jp) mutu kinerja organisasi ditentukan oleh: (1) kebijakan dan tujuan; (2) organisasi dan operasinya; (3) pendidikan dan penyebarannya; (4) penggabungan informasi, penyebaran, dan pemanfaatannya; (5) analisis; (6) standarisasi; (7) pengawasan dan pengendalian; (8) jaminan kualitas; (9) dampak; dan (10) rencana masa yang akan datang. Menurut Baldrige (disarikan dari http://baldrige.nist.gov; Gaspersz, 2008:274-282; Nasution, 2005:322-331; Purnama, 2006:145-148; Sallis, 2006:141-142; dan Moran, JW., et.al., 2003:56-58) terdapat tujuh kriteria performansi terbaik dalam bidang pendidikan, yaitu: (1) Leadership; (2) Strategic Planning; (3) Student, Stakeholder, and Market Focus; (4) Measurement, Analysis, and Knowledge, Management; (5) Workforce Focus; (6) Process Management; dan (7) Results. The International Asia Pacific Quality Award/IAPQA (disarikan dari http://www.apqo.org) memandang, mutu kinerja organisasi dapat dicapai dari interelasi faktor-faktor leadership, strategic planning, customer and market focus, measurement, analysis and knowledge management, human resource focus, process management, dan business results. Bagi The Ibero-American Excellence Model/IEM
(disarikan
dari
http://www.excellencemodels.org
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
dan
5
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
http://www.fundibeq.org), mutu kinerja organisasi ditentukan oleh sembilan faktor yaitu leadership and style of management, policy and strategy, people development, resources and associates, customers, customer results, people development results, society results, dan global results. Menurut The European Foundation for Quality Management/EFQM (disarikan dari http://ww1.efqm.org; Moran, JW., et.al., 2003:60-61; Purnama, 2006:105-106; Sallis, 2006:149-151; dan Nasution, 2005:337-341), terdapat sembilan faktor penentu mutu kinerja organisasi, yaitu leadership, policy and strategy, people, partnerships & resources, processes, customer result, people result, society results, dan key performance result. Menurut perspektif ISO 9001:2000 sebagaimana dikemukakan Gaspersz (2008:285), mutu kinerja organisasi dapat diperoleh melalui empat komponen utama, yaitu tanggung jawab manajemen (management responsibility, manajemen sumber daya (resource management), realisasi produk (product realization), dan pengukuran, analisis, dan peningkatan (measurement analysis improvement). Hasil penelitian yang telah dilakukan Miguel (2005:41) mengenai konsep dan nilai inti pemberian penghargaan kualitas di 24 negara, yang merefleksikan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu kinerja organisasi, tampak pada Tabel 1.
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
6
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
Tabel 1. Konsep dan Nilai Inti Penghargaan Kualitas
Sumber: Miguel (2005:41) Hasil studi tersebut menunjukkan beberapa hal berikut. Pertama, terdapat 29 konsep dan nilai inti (faktor) yang dijadikan dasar pemberian penghargaan terhadap mutu kinerja organisasi di 24 negara yang diteliti. Kedua, terdapat empat faktor dominan yang berlaku di 24 negara, yaitu: (1) fokus pada pelanggan; (2) kepemimpinan; (3) sumber daya manusia; dan (4) tanggung jawab sosial perusahaan. Studi yang dilakukan Metri (2005:63) menemukan 15 faktor kunci sukses yang berpengaruh terhadap mutu kinerja organisasi berdasarkan 14 Framework TQM yang dikemukakan para ahli, seperti tampak pada Tabel 2.
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
7
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
Tabel 1. Faktor-faktor Kunci yang Berpengaruh terhadap Mutu Kinerja Organisasi
Sumber: Sumber: Metri (2005: 63) Keterangan: 1-Top management commitment; 2–Strategic quality management; 3-Process quality management; 4–Design quality management; 5-Education and Training; 6-Supplier quality management; 7-Customer satisfaction; 8-Employee empowerment and involvement; 9Business results; 10-Information and Analysis; 11-Benchmarking; 12Resources; 13-Impact on society and environment; 14- Statistical process control; 15-Quality Culture. Hasil studi tersebut menunjukkan terdapat empat faktor dominan sebagai kunci sukses untuk memperoleh mutu kinerja organisasi yang tinggi, yaitu: (1) supplier quality management; (2) process quality management; (3) design quality management; dan (4) customer satisfaction. Penelitian Deshpandé, et.al (1997) di lima negara, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, dan Jepang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi diperoleh kesimpulan faktor budaya dan iklim organisasi, orientasi pelanggan, serta inovasi memiliki pengaruh terhadap kinerja organisasi. Yuwono, dkk. (2002:23) mengemukakan kinerja organisasi dipengaruhi oleh upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
8
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki organisasi, dan kepemimpinan yang efektif.
Ruky (2001:7) mengidentifikasi
enam faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi, sebagai berikut. a.
b. c. d. e. f.
Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut; Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi; Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan; Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan; Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi; Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi, dan lain-lainnya.
Soesilo (dalam Tangkilisan, 2007:181) mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi, yaitu: a. b. c. d. e.
Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi; Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi; Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk bekerja dan berkarya secara optimal; Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan database untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi; Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap aktivitas organisasi.
Menurut Edmonds (dalam Koesoema, dkk., 2007:300) kinerja sekolah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut. a. b. c. d.
Kepemimpinan sekolah yang kuat (strong principal leadership) Suasana sekolah (climate) Lingkungan yang tertata dengan rapi (orderly environment) Harapan tinggi di kalangan siswa untuk berprestasi (highly expectation for student achievement)
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
9
TINJAUAN PUSTAKA
e. f.
13 Des 2012
Penekanan pendidikan pada keterampilan dasar (emphasis on basic skills) Sistem evaluasi yang sistematis dan berkesinambungan (frequent and systematic evaluation of students)
Atmosoeprapto
(2001:11-19)
mengelompokkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kinerja organisasi ke dalam faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi politik, ekonomi, dan sosial, sedangkan faktor internal meliputi tujuan organisasi, struktur organisasi, sumber daya manusia, dan budaya organisasi. Lusthaus, et.al. (1999:45) mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi ke dalam tiga kelompok utama, seperti tampak pada Gambar 1.
Gambar 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi Menurut Lusthaus et. al. Sumber: Lusthaus, et.al. (1999:45) Faktor pertama yang mempengaruhi kinerja organisasi adalah external environment. Lusthaus, et.al. (1999:52) menjelaskan organisasi beroperasi dalam konteks hukum dan budaya. Ini dan variabel lingkungan eksternal lainnya akan mempengaruhi
operasi
organisasi.
Dimensi
lingkungan
eksternal RASTO
PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
yang
10
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
mempengaruhi kinerja organisasi adalah administrasi, hukum, politik, sosio kultural, ekonomi, teknologi, dan stakeholders. Faktor kedua adalah organizational motivation. Lusthaus, et.al. (1999:57) menjelaskan organisasi seperti manusia, memiliki kepribadian yang berbeda. Masing-masing memiliki tujuan dan misi yang berbeda. Beberapa organisasi bermotivasi tinggi oleh kesempatan "untuk berbuat baik," sedangkan yang lainnya digerakkan oleh kekuatan-kekuatan lainnya, termasuk dari ambisi-ambisi orangorang kunci yang ada dalam organisasi. Terdapat empat dimensi yang dominan mempengaruhi kinerja organisasi yaitu sejarah, misi, budaya, dan insentif atau imbalan. Faktor ketiga adalah organizational capacity. Lusthaus, et.al. (1999:61) menjelaskan kemampuan organisasi dibentuk oleh tujuh area utama yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan dasar bagi pembentukan kinerja organisasi. Ketujuh area tersebut adalah kepemimpinan strategis, sumber daya manusia, manajemen keuangan, infrastruktur, manajemen program, proses manajemen, dan hubungan antar institusi. Berdasarkan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mutu kinerja organisasi, dan merujuk kepada karakteristik Sekolah Menengah Kejuruan,
maka
kajian
ini
difokuskan
pada
faktor-faktor
berikut:
(1) kompetensi kepala sekolah; (2) manajemen informasi; (3) fokus pada pelanggan; (4) perencanaan stratejik; (5) pengembangan sumber daya manusia; (6) kemitraan sekolah dengan dunia usaha dan industri; dan (7) budaya mutu.
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
11
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
Faktor-faktor ini diduga merupakan faktor dominan yang secara relatif dapat mempengaruhi mutu kinerja Sekolah Menengah Kejuruan. Faktor-faktor tersebut dikelompokan ke dalam tiga kategori yaitu, faktor driver, process, dan output. Faktor driver adalah kompetensi kepala sekolah. Faktor process terdiri atas manajemen informasi, fokus pada pelanggan, perencanaan stratejik, pengembangan sumber daya manusia, dan kemitraan sekolah dengan dunia usaha dan industri. Faktor output adalah budaya mutu. Model hubungan fungsional faktor-faktor tersebut tampak pada Gambar 2. Manajemen Informasi
Perencanaan Stratejik
Kompetensi Kepala Sekolah
Pengembangan SDM
Budaya Mutu Mutu Kinerja Akademik
Mutu Kinerja Sekolah
Mutu Kinerja Manajerial
Kemitran sekolah dengan DUDI
Fokus pada Pelanggan
DRIVER
PROCESS
OUTPUT
OUTCOME
Feedback
Gambar 1. Hubungan fungsional faktor Determinan Mutu Kinerja Sekolah
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
12
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
Berdasarkan Gambar 2. dapat diformulasikan bentuk persamaan sebagai berikut.
MKS
=
f (FD, FP, FO)
BM (FO)
=
f(FD,FP)
FP
=
f(FD)
Keterangan: MKS
= Mutu Kinerja Sekolah
FD
= Faktor Driver (Kompetensi Kepala Sekolah)
FP
= Faktor Process (manajemen informasi, fokus pada pelanggan, perencanaan stratejik, pengembangan sumber daya manusia, dan kemitraan sekolah dengan dunia usaha dan industri)
FO
= Faktor Output (Budaya Mutu/BM) Paradigma sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 2. mengandung
beberapa proposisi yang dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Proposisi faktor driver dengan faktor process. a. Keterkaitan antara Kompetensi Kepala Sekolah dengan Manajemen Informasi ditegaskan oleh Richard, AV (1992:18), yang mengemukakan bahwa peran strategis kepala sekolah dalam manajemen informasi berkaitan dengan domain strategic activities dalam pengembangan sistem informasi. b. Keterkaitan antara Kompetensi Kepala Sekolah dengan Fokus pada Pelanggan antara lain merujuk kepada pendapat Haris (2005:63-64) yang RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
13
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
menegaskan kegagalan pimpinan dalam menjamin fokus pada pelanggan akan mengakibatkan karyawan lebih berfokus pada kepentingan internal. Kondisi ini akan meningkatkan arogansi, sedangkan perhatian pada pelanggan akan berkurang.
Ditegaskan pula oleh Supranto (2007:11)
bahwa keterlibatan pimpinan sangat penting terutama pada saat membuat keputusan dalam rangka memecahkan masalah keluhan pelanggan. c. Keterkaitan antara Kompetensi Kepala Sekolah dengan Perencanaan Stratejik antara lain mengacu pada pendapat Bryson (1999:157) yang mengatakan bahwa penyusunan perencanaan stratejik yang baik menuntut adanya kompetensi manajerial serta komitmen yang tinggi dari pemimpin dan keterlibatan anggota organisasi dalam seluruh proses perencanaan stratejik. d. Keterkaitan antara Kompetensi Kepala Sekolah dengan Pengembangan SDM antara lain mengacu pada pernyataan Spencer dan Spencer (1993:50) bahwa pemimpin organisasi hendaknya mampu mengembangkan orang lain, membimbing, memberi dukungan, mengarahkan, menggerakkan, mengelola konflik, dan mengembangkan budaya mutu. e. Keterkaitan antara Kompetensi Kepala Sekolah dengan Kemitraan Sekolah dengan Dunia Usaha dan Industri antara lain merujuk kepada pendapat Spencer dan Spencer (1993:50) yang mengemukakan bahwa kompetensi untuk membangun hubungan kerja (relationship building), yang dapat diartikan sebagai membina dan mempertahankan hubungan atau jaringan yang hangat, bersahabat, dan saling menguntungkan dengan pihak lain
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
14
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
yang, atau yang akan, memberikan kontribusi tertentu terhadap berbagai tujuan yang berkaitan dengan kerja sama dan kemitraan.
b. Proposisi faktor driver dan process dengan faktor output. Keterkaitan antara Kompetensi Kepala Sekolah, Manajemen Informasi, Fokus pada Pelanggan, Perencanaan Stratejik, Pengembangan SDM, dan Kemitraan Sekolah dengan Dunia Usaha dan Industri, dengan Budaya Mutu merujuk kepada pendapat Forehand (dalam Gibson et.al., 1996:317). Menurut Forehand terdapat sejumlah atribut yang
menentukan totalitas budaya
organisasi. Atribut-atribut yang dimaksud, meliputi: (1) size and structure; (2) leadership pattern; (3) system complexity; (4) goal direction; dan (5) communication networks. Pada lingkungan sekolah, jelas bahwa pola kepemimpinan yang tercermin dari kompetensi yang dimiliki kepala sekolah sebagai komponen driver turut menentukan terbentuknya budaya organisasi. Kompleksitas sistem di lingkungan sekolah tampak pada perencanaan stratejik dan manajemen informasi yang disediakan di sekolah untuk mendukung kegiatan operasional dan pengambilan keputusan oleh kepala sekolah. Ukuran dan struktur organisasi tercermin dalam keseluruhan struktur organisasi sekolah dengan guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran yang pengembangan SDM-nya perlu terus dikelola berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan maupun pengembangan karirnya.
Pelaksanaan jaringan
komunikasi tercermin dalam kemitraan dengan dunia usaha dan industri dalam
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
15
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
bentuk Pendidikan Sistem Ganda. Tidak kalah pentingnya adalah arah tujuan yang tercermin dari upaya sekolah dalam fokus pada pelanggan, yaitu pihak internal (pendidik dan tenaga kependidikan) dan eksternal (siswa, orang tua, dan masyarakat) sekolah, terutama pihak eksternal sekolah, dengan memperhatikan kebutuhan, hubungan baik, dan kepuasan pelanggan. Semua atribut tersebut dalam hal ini jelas menentukan budaya mutu. c. Proposisi faktor driver, process dan output dengan outcome. a. Keterkaitan antara Kompetensi Kepala Sekolah dengan Mutu Kinerja Sekolah antara lain mengacu kepada pendapat Fretwell (2002:5) yang menyatakan bahwa kompetensi atau kinerja organisasi itu berakar pada empat penyebab, yaitu (1) people; (2) resources; (3) environment; dan (4) processes. Model ini disebut Model PREP. Dengan menggunakan model sebab dan akibat (cause and effect model),
Fretwell
menggambarkan suatu model Kompetensi Organisasi yang berakar dari masalah-masalah kompetensi. b. Keterkaitan antara Manajemen Informasi dengan Mutu Kinerja Sekolah antara lain mengacu kepada pendapat Gaol (2008:374) bahwa dari perspektif bisnis sistem informasi menjadi bagian dari satu rangkaian aktivitas penambahan nilai untuk memperoleh, menginformasikan, dan membagi-bagikan informasi yang dapat digunakan manajer untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan, meningkatkan kinerja organisasi, dan akhirnya meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Di
lingkungan sekolah, sistem manajemen informasi sekolah yang tertata
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
16
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
dengan baik dapat mendukung proses pengambilan keputusan yang dibuat kepala sekolah dan dapat memperlancar kegiatan operasional sekolah yang mencerminkan mutu kinerja sekolah yang tinggi. c. Keterkaitan antara Fokus pada Pelanggan dengan Mutu Kinerja Sekolah antara lain mengacu kepada pendapat Sallis (2006:81). Berdasarkan struktur organisasi piramida terbalik dengan siswa sebagai fokus utama, tercermin bahwa mutu kinerja sekolah yang tinggi dapat terwujud dengan memberikan pelayanan prima terhadap siswa sebagai pelanggan utama. d. Keterkaitan antara Perencanaan Stratejik dengan Mutu Kinerja Sekolah antara lain mengacu kepada pendapat Greenberg dan Baron (2003:586) yang menyatakan bahwa organisasi dapat menghadapi dan mengelola perubahan dalam rangka mencapai kinerja yang tinggi dengan dua pendekatan, yaitu perencanaan stratejik dan pengembangan organisasi. e. Keterkaitan antara Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Mutu Kinerja Sekolah antara lain mengacu kepada pendapat Sentana (2008:90) yang menyatakan bahwa pelatihan dan pengembangan SDM merupakan alat manajemen yang stratejik dalam rangka peningkatan kinerja perusahaan. f. Keterkaitan antara Kemitraan Sekolah dengan Dunia Usaha dan Industri dengan Mutu Kinerja Sekolah antara lain merujuk kepada pendapat Vermeer (2006:1) yang secara tegas menyatakan bahwa kemitraan yang terjalin secara konsisten dalam jangka waktu yang cukup lama antara
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
17
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
sekolah dengan dunia usaha dan industri dapat mewujudkan kinerja yang diharapkan. g. Keterkaitan antara Budaya Mutu dengan Mutu Kinerja Sekolah antara lain mengacu kepada pendapat Moeljono (2003) dan penelitian Kotter dan Heskett (1992) yang menyatakan bahwa budaya organisasi mempunyai dampak yang kuat dan semakin besar dampaknya terhadap prestasi kerja organisasi.
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
18
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
DAFTAR PUSTAKA
Asia Pacific Quality Organization. IAPQA Award. [Online]. Tersedia: http://www.apqo.org/iapqa_profile_cycle2009.htm. Atmosoeprapto, K. (2001). Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan. Jakarta: Gramedia. Bastian, Indra. (2001). Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE. Bryson, John M. (1999). Strategic Management in Public and Voluntary Service: A Reader. New York: Elsevier, Pergamon Press. Deshpandé, Rohit. et.al. (1997). Factors Affecting Organizational Performance: A Five-country Comparison. Marketing Science Institute. p 97-108. [Online] Tersedia: http://www.msi.org/publications/publication.cfm?pub=456 [29 April 2009]. EFQM. The EFQM Excellence Model. [Online]. Tersedia: http://ww1.efqm.org/en/Home/aboutEFQM/Ourmodels/TheEFQMExcelle nceModel/tabid/170/Default.aspx. Fretwell, Barbara J. (2002) Promoting Organizational Competency: A Solution to Increasing Employee Morale and Customer Satisfaction. CERES Innovation. Gaol, Chr. Jimmy L. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Grasindo. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id. Gaspersz, V. (2008). Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gibson, James L., John M. Ivancevich dan James H. Donnelly, Jr. (1996). Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. (Alih Bahasa Nunuk Adiarni), Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta. Global Excellence Model Council. Excellence Models. [Online]. Tersedia: http://www.excellencemodels.org/ExcellenceModels/tabid/53/Default.aspx Global Excellence Model Council. Excellence Models. [Online]. Tersedia: http://www.excellencemodels.org/ExcellenceModels/tabid/53/Default.aspx
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
19
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
Greenberg, Jerald & Baron, Robert. A., (2003). Behavior in Organizations, Eight Edition, Pearson Education Inc. New Jersey, USA. Haris, Abdul. (2005). 7 Pilar Perusahaan Unggul: Implementasi Kriteria Baldrige untuk Meningkatkan Kinerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id. Hasibuan, Malayu SP. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Koesoema., dkk. (2007). Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo. Jakarta: Erlangga. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id. Kotter, John P., James L. Heskett, (1992), Corporate Culture and Performance, The Free Press, New York. Lusthaus, Charles. et. al. (1999). Enhancing Organizational Performance: A Toolbox for Self-assessment. Canada: International Development Research Cenre. Mangkunegara, Anwar Prabu. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Rosdakarya. Metri, B.A. (2005). TQM Critical Succes Factors for Construction Firms, Management. 10(2):61-72. Miguel, P.A.C. (2005). A Comparison of Quality and Business Excellence Programs in the World. Revista De Ciência & Tecnologia. 13 (25/26). 35-46. Moeljono, Djokosantoso. (2003) Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id. Moeljono, Djokosantoso. (2003) Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id. Moran, JW., et.al. (2003). The Executive Guide to Improvement and Change. USA: ASQ Quality Press. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id. Muhammad, Fadel. (2008). Reinventing Local Government: Pengalaman dari Daerah. Jakarta: Elex Media Komputindo. Nasution, MN. (2005). Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Jakarta: Ghalia Indonesia.
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
20
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
National Institute of Standards and Technology. Education Criteria for Performance Excellence. [Online]. Tersedia: http://baldrige.nist.gov/Education_Criteria.htm. National Quality Institute Canadian. Framework for Business Excellence. [Online]. Tersedia: http://www.nqi.ca/nqistore/Product_details.aspx? ID=61. Purnama, Nursya’bani. (2006). Manajemen Kualitas Perspektif Global. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Richard AV, Diener,. (1992). Strategic, Analytic and Operational Domains of Information Management. American Society for Information Science. Bulletin of the American Society for Information Science, 19(1), 18. Retrieved October 18, 2009, from Academic Research Library. (Document ID: 192132). Rivai, Veithzal, (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Ruky, S. Achmad. (2001). Sistem Manajemen Kinerja: Panduan Praktis untuk Merancang dan Meraih Kinerja Prima. Jakarta: Gramedia. Sallis, Edward. (2006). Total Quality in Education. Edisi Terjemahan. Alih Bahasa oleh Ahmad Ali Riyadi. Jogjakarta: IRCiSoD. Samsudin, Sadili. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia. Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju. Sentana, A. (2006). Excellent Service & Customer Satisfaction. Edisi Terjemahan. Jakarta: Elex Media Komputindo. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id. Spencer Lyle. M., and Spencer Signe M., (1993). Competence at Work. New York USA: John Wiley & Sons Inc. Supranto. J. (2007) Statistik untuk Pemimpin Berwawasan Global (ed. 2). Jakarta: Salemba Empat. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id. Tangkilisan, Hessel Nogi S. (2007). Manajemen Publik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Union of Japanese Scientists and Engineers (JUSE). The Deming Prize. [Online]. Tersedia: http://www.juse.or.jp/e/deming. RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
21
TINJAUAN PUSTAKA
13 Des 2012
Vermeer, D.M.M. (2006). Partnering and Performance in Building Schools for the Future. [Online]. Tersedia: http://books.google.co.id http://daanvermeer.nl/home_files/061103%20Executive%20Summary%20 D.Vermeer.pdf. Yuwono, Sony, dkk. (2002). Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard: Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi. Jakarta: Gramedia.
RASTO PRODI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN||FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS||UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
22