“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA PREMENOPAUSE DI KOMPLEK KARTIKA SEJAHTERA BLOK J RW 06 SASAK PANJANG, BOGOR 2012” “Factors Associated With Behavioral Prevention of Osteoporosis in Women Premenopausal at Kartika Residence Block J RW 06 Sasak Panjang, Bogor 2012”
OLEH: YUNITA ASTRIANI HARDAYATI
ARTIKEL ILMIAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint Carolus, JAKARTA MARET, 2013
1
ABSTRAK Osteoporosis adalah penyakit demineralisasi tulang yang menyebabkan menurunnya massa tulang dan sering mengakibatkan patah tulang. Saat ini ada kecenderungan angka kejadian osteoporosis semakin meningkat. Wanita yang memasuki usia menopause paling beresiko terkena osteoporosis, sehingga diperlukan pencegahan osteoporosis sejak dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Analisis statistik menggunakan uji chi square. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia 35-50 tahun yang tinggal di Blok J RW 06 Komplek Kartika dengan sample berjumlah 46 orang yang diambil secara simple random sampling (acak sederhana, dimana semua responden memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih). Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia, pendidikan, dan pendapatan dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Sedangkan pada variabel pengetahuan menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan osteoporosis (p value = 0,039). Saran untuk pengurus RW agar memberdayakan kader-kader kesehatan, membuat kelompok senam osteoporosis, meningkatkan program-program olahraga, untuk warga RW 06 diharapkan dapat memanfaatkan sarana olahraga yang tersedia sebagai salah satu pencegahan osteoporosis, untuk perawat diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan terkait osteoporosis. Kata kunci : Perilaku Pencegahan Osteoporosis pada Premenopause
ABSTRACT Osteoporosis is a disease that causes bone demineralization where decreased bone mass and fractures often result. Currently there is a trend the incidence of osteoporosis increasing. Women entering menopause are most at risk of osteoporosis, prevention of osteoporosis necessitating early. The purpose of this study was to determine the factors associated with osteoporosis prevention behaviors in premenopausal women. The method use descriptive correlative study with cross-sectional approach. Statistical analysis using chi square test. The population in this study were women aged 35-50 years, living in Block J RW 06 Kartika Residence, the sample totaled 46 people were taken by simple random sampling (simple random, where all respondents have an equal chance to be selected). The research instrument used was a questionnaire. The results showed no significant relationship between age, education, and income with osteoporosis preventive behavior. While the knowledge variables showed significant relationship with osteoporosis prevention behavior (p value 0.039). Suggestions for RW administrator in order to empower health cadres, making group osteoporosis gymnastics, improve sports programs. For RW 06 resident is expected to utilize the available sports facilities as one of the prevention of osteoporosis and for nurses is expected to provide health education related to osteoporosis. Key words: Behavioral Prevention of Osteoporosis, Premenopausal
2
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Osteoporosis adalah penyakit metabolik dimana terjadi demineralisasi tulang yang menyebabkan menurunnya densitas (massa tulang) dan sering mengakibatkan patah tulang (Donna, 2007). Osteoporosis sering disebut sebagai Silent desease karena penyakit ini sering tanpa gejala selama bertahun-tahun dan indikasi pertama osteoporosis pada sebagian besar orang diikuti oleh kejadian fraktur (patah tulang). Menurut data statistik Itali tahun 2004 yang terdapat dalam http://digilib.unimus.ac.id, lebih dari 44 juta orang Amerika mengalami osteopenia dan osteoporosis. 30% dari jumlah wanita yang berusia ≥ 50 tahun menderita osteoporosis, dan 37-54% menderita osteopenia dan 54% beresiko fraktur osteoporotik. 1 dari 5 orang Indonesia beresiko terkena osteoporosis. (Furqonita, 2007). Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bogor yang melakukan penelitian dari tahun 1999 – 2002 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima perempuan mengalami osteoporosis pada usia memasuki 50 tahun, dan pada laki-laki umur 55 tahun. Kejadian osteoporosis lebih tinggi pada wanita (21,74 %) dibandingkan dengan laki-laki (14,8 %). Purwoastuti (2009) dalam bukunya yang berjudul waspada osteoporosis menyebutkan prevalensi osteoporosis di Indonesia untuk umur kurang dari 70 tahun pada wanita sebanyak 18-30%. Satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria terkena osteoporosis. Jumlah osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir Depkes, yang menetapkan angka 19,7 dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Osteoporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai. Kejadian osteoporosis primer pada wanita tidak hanya dipengaruhi oleh penurunan hormon estrogen, tetapi juga dipengaruhi oleh aktivitas, paparan ultraviolet atau sinar matahari, gaya hidup (merokok dan alkohol), serta obat-obatan yang bisa menurunkan massa tulang. Asupan kalsium juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian osteoporosis (Purwoastuti, 2009). Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kota Bogor sementara adalah 949.066 orang, dimana jumlah penduduk perempuan mencapai 464.418 orang. Komposisi penduduk perempuan menurut usia terbanyak yaitu usia 21-24 tahun
3
dengan jumlah 52.149 orang, urutan kedua yaitu perempuan dengan usia 24-29 tahun 44.712 orang. http://www.bps.go.id/ hasilSP2010/jabar/3271.pdf Dari data diatas menunjukkan bahwa tingginya jumlah penduduk Kabupaten Bogor yang berjenis kelamin perempuan dan paling banyak berada pada usia produktif. Seperti yang kita ketahui pengaruh hormon, massa tulang dan aktivitas membuat perempuan lebih beresiko terkena osteoporosis dibandingkan laki-laki. Gangguan pada tulang dapat menurunkan produktivitas kerja dan secara tidak langsung mempengaruhi penghasilan seseorang. Osteoporosis dapat mengakibatkan patah tulang meskipun dengan trauma yang minimal. Selain itu dampak dari osteoporosis juga menimbulkan tubuh seseorang menjadi lebih pendek dan bungkuk, hal ini dapat mempengaruhi konsep diri dan harga diri seseorang. Bensley (2008) menyatakan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam melakukan pencegahan penyakit diantaranya usia, pengetahuan, pendidikan, pendapatan. Teori ini didukung oleh hasil penelitian Antari (2009) yang menyatakan terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan tentang osteoporosis dengan motivasi pencegahan resiko osteoporosis. Sedangkan Regina (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia, pengetahuan, pendidikan, pendapatan dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Di wilayah Komplek Kartika Sejahtera Blok J, RW 06 Sasak Panjang, Bogor, dari hasil survey sederhana yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2012 terhadap 20 orang perempuan dewasa dengan wawancara didapatkan hanya 10,3% yang rutin berolahraga minimal 1 kali seminggu, 30,2% yang rutin mengkonsumsi susu tinggi kalsium. Dari hasil survey tersebut dapat dilihat rendahnya usaha wanita diwilayah tersebut dalam mencegah osteoporosis, meskipun sebenarnya pencegahan osteoporosis dapat dilakukan dengan mudah dan sederhana. Hal tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat terutama di Blok J, RW 06 Komplek Kartika Sejahtera dalam upaya pencegahan osteoporosis dan mengidentifikasi lebih dalam mengenai hubungan usia, pengetahuan, pendidikan, pendapatan
dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause di
Komplek Kartika Sejahtera Blok J, RW 06 Kelurahan Sasak Panjang, Bogor.
4
2. Masalah Penelitian Berdasarkan fenomena diatas bahwa sampai saat ini ada kecenderungan angka kejadian osteoporosis semakin meningkat. Bahkan data dari Puslitbang Gizi prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) mencapai 41,7%. Osteoporosis sering tanpa gejala namun orang yang mengalami osteoporosis ini dapat mengalami patah tulang meskipun dengan trauma yang minimal. Apabila situasi ini tidak dicarikan solusinya akan berdampak semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengalami osteoporosis dini, dan akibat lebih lanjut dapat mengalami patah tulang atau kecacatan. Karena itu perlu upaya pencegahan osteoporosis sejak dini. Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause di Komplek Kartika Sejahtera Blok J, RW 06, Kelurahan Sasak Panjang, Bogor. 3. Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause di Komplek Kartika Sejahtera Blok J RW 06 Kelurahan Sasak Panjang, Bogor. Tujuan Khusus : a. Diidentifikasi gambaran karakteristik (usia, tingkat pendidikan, pendapatan) wanita premenopause yang melakukan tindakan pencegahan osteoporosis. b. Diidentifikasi gambaran pengetahuan wanita premenopause dalam pencegahan osteoporosis. c. Diidentifikasi
gambaran
perilaku
wanita
premenopause
dalam
pencegahan
osteoporosis. d. Diidentifikasi hubungan antara usia dengan perilaku pencegahan osteoporosis. e. Diidentifikasi hubungan antara tingkat pendidikan wanita premenopause dengan perilaku pencegahan osteoporosis. f. Diidentifikasi hubungan antara pendapatan wanita premenopause dengan perilaku pencegahan osteoporosis. g. Diidentifikasi hubungan antara pengetahuan wanita premenopause dengan perilaku pencegahan osteoporosis.
5
METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. (Nursalam,2004,p.89 dalam Wilhelmus, 2012). Populasi penelitian ini adalah keseluruhan wanita premenopause usia 35-50 tahun di Komplek Kartika Sejahtera Blok J RW 06, Sasak Panjang, Bogor yang berjumlah 120 orang dengan sample penelitian berjumlah 46 orang yang diambil melalui rumus pengambilan sample. Penelitian dilakukan di Komplek Kartika Sejahtera Blok J RW 06 Sasak Panjang, Tajur Halang, Bogor pada hari dan jam kerja awal bulan September 2012 sampai awal bulan Januari 2013. Tahap pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari : tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Alat pengumpul data dalam penelitian adalah kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti yang telah diuji validitas dan reliabilitas, dengan rincian sebagai berikut : Bagian A berisi data demografi, Bagian B berisi pertanyaan tentang pengetahuan warga tentang osteoporosis. Sedangkan analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Variabel Univariat No
Variabel
Jumlah
Presentase
1
Perilaku
46
100,0
Baik
29
63,0
Kurang baik
17
37,0
Pengetahuan
46
100,0
Baik
24
52,2
Kurang baik
22
47,8
Usia
46
100,0
35-40 tahun
31
67,4
>40 tahun
15
32,6
Pendidikan
46
100,0
SLTP
13
28,3
SMA
27
58,7
Pendidikan Tinggi
6
13,0
2
3
4
6
5
Pendapatan
46
100,0
< 1 juta/ bulan
9
19,6
1-2 juta/ bulan
23
50,0
>2 juta/ bulan
14
30,4
Dari tabel
dapat dilihat bahwa responden yang memiliki perilaku baik untuk
melakukan pencegahan osteoporosis sebesar 63,0 %. Asumsi peneliti hal ini dikarenakan mayoritas responden adalah ibu rumah tangga, sesuai dengan hasil penelitian yang didapat, bahwa sebagian besar responden melakukan aktivitas jalan kaki dipagi hari, dalam pekerjaannya sehari-hari sering terpapar sinar matahari, dan selalu mengkonsumsi makanan tinggi kalsium. Selain itu dari hasil penelitian dalam kuesioner pengetahuan sebagian besar responden 52,2% menjawab benar pertanyaan mengenai pencegahan, dan faktor resiko terjadinya osteoporosis, sehingga hal ini yang membuat sebagian besar responden memiliki perilaku pencegahan osteoporosis yang baik. Responden yang pengetahuan baik dengan yang kurang baik relatif sama besar, dengan perbedaan presentasi hanya 4,4%. Asumsi peneliti hal ini dikarenakan, media informasi yang semakin berkembang membuat informasi mudah didapat, responden yang mayoritas ibu rumah tangga bisa mendapatkan pengetahuan osteoporosis melalui iklan produk susu tinggi kalsium yang banyak ditayangkan di televisi, selain itu tingkat pendidikan yang sebagian besar SMA membuat informasi yang disampaikan mudah diterima. Sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebesar 58,7%. Asumsi peneliti hal ini dikarenakan sebagian besar responden adalah istri pegawai negeri sipil, dimana hampir 25% dari responden yang berpendidikan SMA merupakan istri pejabat, selain itu dari hasil penelitian didapat sebagian besar berusia 35-40 tahun, menurut Hurlock (2004) usia ini terdapat dalam kategori dewasa muda, Asumsi peneliti responden yang sebagian besar berusia dewasa muda sudah sadar akan pentingnya pendidikan. Responden penelitian sebagian besar berusia 35-40 tahun yaitu sebanyak 67,4%. Asumsi peneliti hal ini dikarenakan sebagian besar responden merupakan keluarga dengan anak sekolah dan menurut data statistik kependudukan blok J, sebagian besar wanita yang tinggal diwilayah tersebut berusia 30-40 tahun.
7
Sebagian besar responden memiliki pendapatan sedang yaitu 1-2 juta per bulan, dengan jumlah responden sebanyak 50,0%. Asumsi peneliti hal ini dikarenakan UMK (Upah Mininum Kabupaten) Bogor Tahun 2012 adalah sebesar Rp. 1.269.320,- dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten (UMSK) sebesar Rp. 1.332.786,-. Selain itu sebagian besar suami responden bekerja di DKI Jakarta sebagai pegawai negeri sipil dan beberapa orang lainnya menjadi karyawan swasta. Asumsi peneliti hal ini yang membuat sebagian besar responden memiliki pendapatan 1-2 juta perbulan. Tabel 2. Variabel Bivariat Tabel 2.1 Hubungan tingkat pengetahuan responden dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Perilaku Pencegahan Pengetahuan Baik
Jumlah
P Value
Kurang Baik
N
%
n
%
n
%
Baik
19
79,2
5
20,8
24
100,0
Kurang Baik
10
45,5
12
54,5
23
100,0
29
63,0
17
37,0
46
100,0
0,039
Dari tabel 2.1 menunjukkan distribusi perilaku pencegahan osteoporosis menurut tingkat pengetahuan. Berdasarkan uji chi square diperoleh p value 0,039 pada alpha 0,05 artinya Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Hal ini sesuai dengan teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010) yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi perilaku seseorang, termasuk perilaku seseorang dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan. Berbeda dengan hasil penelitian Regina (2008) yang mengatakan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan seseorang dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Asumsi peneliti perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda dalam pelaksanaan penelitian. Perbedaan pertama adalah besar sample yang digunakan masing-masing peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan besar sample sebanyak 46 orang yang didapatkan berdasarkan perhitungan besar sample dengan jumlah
8
populasi yang diketahui, sedangkan Regina (2008) dalam penelitiannya menggunakan 114 responden, sedangkan Mahasari (2009) menggunakan 88 responden sebagai sample. Perbedaan yang kedua yaitu tempat dan sasaran penelitian, meskipun sasaran dalam kedua penelitian sama yaitu wanita premenopause, namun Regina dalam penelitiannya menjadikan karyawan PK.Sint Carolus sebagai sample. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Snehandu B.Karr dalam buku promosi kesehatan Notoatmojo (2010) yang mengidentifikasi determinan perilaku kesehatan salah satu diantaranya adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan. Perbedaan tingkat kesibukan, dan kebiasaan sehari-hari mempengaruhi usaha responden dalam melakukan pencegahan osteoporosis. Sehingga menurut peneliti hal tersebut yang membuat hasil penelitian menjadi berbeda. Sedangkan Mahasari (2009) menjadikan lansia yang berusia diatas 60 tahun sebagai responden, dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar lansia merupakan lulusan SD/Sederajat sebesar 42%, dengan tingkat pengetahuan baik sebesar 95,5%, dan pencegahan kurang baik sebesar 51,1%. Perbedaan hasil penelitian kemungkinan dikarenakan pengetahuan yang dimiliki oleh responden tersebut hanya ada dalam tingkatan tahu belum sampai kepada memahami dan aplikasi sesuai dengan teori 6 tingkat pengetahuan yang dikemukakan Bloom buku promosi kesehatan Notoatmojo (2010). . Tabel 2.2 Hubungan usia dengan perilaku pencegahan osteoporosis Usia
Perilaku Pencegahan Baik
Jumlah
P Value
Kurang Baik
N
%
n
%
N
%
35-40 tahun
18
58,1
13
41,9
31
100,0
>40 tahun
11
73,3
4
26,7
15
100,0
Jumlah
29
63,0
17
37,0
46
100,0
0,497
Dari tabel 2.2 menunjukkan distribusi perilaku pencegahan osteoporosis menurut usia responden. Berdasarkan uji chi square diperoleh p value 0,497 Pada alpha 0,05 artinya Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara usia dengan perilaku pencegahan osteoporosis.
9
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Regina (2008) yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Siagian (2001) yang mengatakan semakin tua usia seseorang, maka diharapkan semakin mampu menunjukan kematangan jiwanya. Usia yang semakin tua dapat menimbulkan kemampuan seseorang mengambil keputusan, semakin mampu berpikir secara rasional, semakin mampu mengendalikan emosi sehingga dapat memotivasi dalam melakukan tindakan. Hal ini dikarenakan usia seseorang belum tentu mempengaruhi orang tersebut dalam membuat keputusan dalam melakukan perilaku kesehatan, sesuai dengan teori perilaku Lawrence Green, bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pendukung, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Meskipun pemikiran individu sudah matang, tetapi jika tidak memiliki pengetahuan dan niat yang kuat untuk berperilaku sehat maka individu tersebut tidak akan melakukan perilaku pencegahan osteoporosis dengan baik. Tabel 2.3 Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan osteoporosis Pendidikan
Perilaku Pencegahan Baik
Jumlah
P (Value)
Kurang Baik
N
%
n
%
n
%
SLTP
6
46,2
7
53,8
13
100,0
SMA
18
66,7
9
33,3
27
100,0
Perg. Tinggi
5
83,3
1
16,7
6
100,0
Jumlah
29
63,0
17
37,0
46
100,0
0,246
Dari tabel 2.3 menunjukkan distribusi perilaku pencegahan osteoporosis menurut pendidikan responden. Berdasarkan uji chi square didapatkan p value 0,246 pada alpha 0,05 artinya Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Bensley (2008) yang menyatakan bahwa kebutuhan yang dirasakan untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh variabel-variabel yang mempengaruhi persepsi seseorang, dan akibatnya secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kesehatannya. Salah satu variabel tersebut adalah tingkat pendidikan, namun pendidikan tidak berdiri sendiri untuk mempengaruhi perilaku seseorang
10
karena terdapat variabel lain yang juga mempengaruhi perilaku diantaranya usia, status ekonomi, perbedaan kebudayaan, pengalaman pribadi. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Depkes RI, (1999) dalam Imanda (2009) yang menyatakan tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan wanita mempengaruhi derajat kesehatan. Asumsi peneliti meskipun seseorang memiliki pendidikan tinggi dan memahami dengan baik pengetahuan terkait osteoporosis namun jika tidak ada niat dari dalam diri dan dukungan dari lingkungan sekitar untuk melakukan pencegahan sejak dini, maka seseorang tidak akan melakukannya pencegahan osteoporosis dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori Karr yang mengidentifikasi 5 determinan perilaku dalam buku promosi kesehatan Notoatmojo, 2010. Karr menjelaskan bahwa niat seseorang, social support, terjangkaunya informasi, kebebasan pribadi, serta kondisi dan situasi yang memungkinkan merupakan faktor terbentuknya perilaku seseorang. Tabel 2.4 Hubungan tingkat pendapatan dengan perilaku pencegahan osteoporosis Pendidikan
Perilaku Pencegahan Baik
Jumlah
P Value
Kurang Baik
N
%
N
%
n
%
<1 juta/bln
5
55,6
4
44,4
9
100,0
1-2 juta/bln
17
73,9
6
26,1
23
100,0
>2 juta/bln
7
50,0
7
50,0
14
100,0
Jumlah
29
63,0
17
37,0
46
100,0
0,300
Dari tabel 2.4 menunjukkan distribusi perilaku pencegahan osteoporosis menurut pendapatan responden. Berdasarkan uji chi square didapatkan p value 0,300 pada alpha 0,05 artinya Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendapatan dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Penelitian ini didukung oleh hasil dari penelitian Ayu (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pendapatan dengan perilaku masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan hasil penelitian Regina (2008) yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendapatan dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Hal ini sesuai dengan teori Health Belief Model yang mengatakan bahwa seseorang akan melakukan perilaku kesehatan apabila memandang bahwa diri mereka rentan terhadap suatu 11
masalah kesehatan, jadi meskipun seseorang tersebut memiliki pendapatan yang tinggi, namun tidak merasa rentan dan menganggap osteoporosis bukan merupakan penyakit yang serius maka orang tersebut cenderung untuk tidak melakukan pencegahan osteoporosis sejak dini. Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Imanda (2009) yang menyatakan ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Menurut Imanda responden yang belum dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan hidup daripada pengobatan atau pencegahan penyakit. Penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Faturrahman dan Mollo (1995) yang menyatakan tingkat pendapatan berkaitan dengan kemiskinan yang akan berpengaruh pada status kesehatan masyarakat. Morbiditas seringkali dikaitkan dengan pendapatan seseorang, asumsi peneliti pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yang mudah, murah, dan efektif. Dalam hal ini pengetahuan seseorang menjadi penting. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik terkait osteoporosis, akan cenderung melakukan pencegahan osteoporosis dengan baik, jika orang tersebut tidak memiliki pendapatan yang cukup tinggi untuk membeli susu, maka dia bisa melakukan olahraga jalan kaki minimal 10 menit, rutin terpapar sinar matahari pagi, dan mengkonsumsi makanan dan sayur ataupun ikan olahan sendiri, makanan yang sehat tidak harus mahal, sekali lagi pengetahuan seseorang menjadi faktor penting dalam hal ini. Sehingga untuk hidup sehat tidak harus mahal dan mempunyai pendapatan yang tinggi, seseorang dengan pendapatan tinggi, tetapi tidak merasa rentan dan tidak menganggap osteoporosis sebagai penyakit yang serius, orang tersebut tetap tidak akan melakukan pencegahan osteoporosis dengan baik.
12
SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan a. Univariat Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berperilaku baik (63%), memiliki pengetahuan baik (52,2%), usia 35-40 tahun (67,4%), tingkat pendidikan SMA (58,7%), pendapatan 1-2 juta per bulan (50%).
b. Bivariat Dari hasil penelitian pada variabel bivariat menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia, tingkat pendidikan, pendapatan dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause di Blok J Komplek Kartika. Sedangkan pada variabel pengetahuan menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan osteoporosis dengan p value = 0,039 pada alpha 5%. 2. Saran a. Ketua dan Pengurus RW 06 Diharapkan agar memberdayakan kader-kader kesehatan dan membentuk kelompok senam osteoporosis maupun memberikan pengetahuan tentang osteoporosis kepada warga RW 06 dengan mengadakan penyuluhan. b. Bagi Warga RW 06 Diharapkan agar warga RW 06 meningkatkan perilaku pencegahan osteoporosis salah satunya dengan memanfaatkan fasilitas atau sarana olahraga yang tersedia dilingkungan RW 06. c. Bagi Perawat Kesehatan Masyarakat Diharapkan dapat memberikan pengetahuan terutama faktor resiko dan cara pencegahan osteoporosis yang mudah, murah, dan efektif kepada masyarakat melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan. d. Bagi Peneliti lain Diharapkan dapat meneliti variabel lain yang belum sempat diteliti, misalnya keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi atau sosial budaya yang mungkin berhubungan dengan perilaku pencegahan osteoporosis.
13
DAFTAR PUSTAKA Alexander, Ivy M. (2006). 100 question & answer about osteoporosis and osteopenia. USA: Jones and Barlett Publisher. Amalia, Imanda. (2009). Hubungan Antara Pendidikan, Pendapatan Dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (HIK) Di Pasar Kliwon
Dan
Jebres
Kota
Surakarta.
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta.,
http://www.scribd.com/doc/73321424/skripsi-kesmas. Diperoleh 20 Oktober 2012. Anggun,
Niken.
(2010).
Ini
Caranya
Menjaga
Kesehatan
Pria.
http://health.okezone.com/read/2012/08/13/485/676770/ini-caranya-menjaga-kesehatanpria. Astawan,
Made.
(2010,
Februari).
9
golongan
beresiko
tinggi
osteoporosis.
,http://health.kompas.com/read/2010/02/15/08414287/9.Golongan.Berisiko.Tinggi.Osteo porosis Diperoleh 25 Mei 2012. Badan Pusat Statistik Kota Bogor. (2010, Agustus). Hasil sensus penduduk 2010.,http://www. bps.go.id/hasilSP2010/jabar/3271.pdf Diperoleh 27 Mei 2012. Balai Pustaka. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Bapeda dan BPS Kota Bogor. (2007, November). Indeks pembangunan manusia kota bogor tahun 2006., http://bogorkota.bps.go.id/Publikasi/IPM/IPM2006.pdf Diperoleh 27 Mei 2012. Bensley, Robert J.(2008). Community Health Education Methods: A Practical Guide, 2nd Ed., Alih Bahasa oleh Apriningsih & Indah, Nova.S. (2008). Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Jakarta: EGC. Bunga, A & Tarigan, E. (2010). Panduan Riset Keperawatan program S1 Keperawatan. Jakarta: STIK Sint Carolus. (Tidak Dipublikasikan) Depkes RI. (2009). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Barat Tahun 2007. Jakarta: Depkes RI
14
Dilapanga,Alfira.(2010).http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Alfira%20Dilapanga.df Fatimah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga Furqonita, Deswaty. (2007). Seri IPA Biologi 2. Jakarta: Yudistira Hary, Wilhelmus Susilo. (2012). Statistika & Aplikasi Untuk Penelitian Ilmu Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media Hidayat, A.Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba medika Hurlock, Elisabeth.B. (2004). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Terjemahan Edisi 5. Jogjakarta: Erlangga. Ignatavicius D, Donna & Workman, Linda. (2007). Medical Surgical Nursing Critical Thingking for Collaborative Care Fifth Edition. St.Louise: Elsevier Saunders. Kompas.
(2012,
April).
Menopause
Dini
Dua
Kali
Beresiko
Osteoporosis.,
file:///C:/Users/user/Downloads/menopasue-dini-dua-kali-berisiko-osteoporosis.html Diperoleh 25 Juli 2012. Maswins.
(2011,
Maret).
Pengertian
Pendidikan
Menurut
UU
dan
Para
Ahli.,http://www.maswins.com/2011/03/pengertian-pendidikan-menurut-uu-dan.html Diperoleh 29 Mei 2012 Maulana, Heri D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC Nasir. (2008, Oktober). Dua dari lima orang indonesia beresiko osteoporosis., http://dokternasir.web.id/2008/10/dua-dari-lima-orangindonesiaberisikoosteoporosis.html Diperoleh 25 Mei 2012 Notoatmodjo,
Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan teori dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta Nursalam. M.Nurs. (2007). Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika
15
Price, Sylvia.A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC Purnamningrum, Ayu. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata. Universitas Diponegoro Semarang. eprints.undip.ac.id/23137/1/Ayu_P.pdf. Diperoleh 26 januari 2013 Purwoastuti, Endang.(2009). Waspada Osteoporosis. Yogyakarta: Kanisius Rachman, A.Ichramsjah& Setiyohadi, Bambang. (2010, Juni). Penyakit osteoporosis., http://www.medicastore.com/osteoporosis/artikel_utama/1/Penyakit_Osteoporosis.html. Diperoleh 25 Mei 2012 Regina. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Osteoporosis Pada Wanita Premenopause Di RS.Sint Carolus Jakarta Tahun 2007. STIK Sint Carolus Redaktor.
(2011,
Mei).
Jangan
http://lifestyle.okezone.com/read/
biarkan
kepadatan
tulang
berkurang.,
2011/05/09/195/454776/jangan-biarkan-kepadatan-
tulang-berkurang Diperoleh 25 Mei 2012 Riduwan. (2003). Skala Pengukuran Variabel – Variabel Penelitian. CV Bandung: Alfabeta. Sanjaya.
(2012,
April).
Pengertian Pendidikan
Menurut
Para
Ahli.,http://bio-
sanjaya.blogspot.com /2012/04/pendidikan-pengertian-pendidikan.html Diperoleh 29 Mei 2012 Sari, Maha Karolina. (2009). Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan Osteroporosis yang Dilakukan Lansia di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2009. Universitas Sumatra Utara., http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14298/1/09E02386.pdf Diperoleh 17 Maret 2012 Sekretariat Kadin Kabupaten Bogor. (2011, Desember). Upah Minimum Kabupaten (UMK)
Bogor
Tahun
2012
sebesar
Rp.
1.269.320,-
.,http://kadinbogor.blogspot.com/2011/12/upah-minimum-kabupatenumkkabupaten.html Diperoleh 23 Juni 2012
16
Siagian.(2010). Usia menurut siagian. dalam www.library.upnvj.ac.id/pdf/ Diperoleh 01 Januari 2013 Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC Spencer, Rebecca. (2007). Simple Guides Osteoporosis. Jakarta: Erlangga Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Suryananto, Galih. (2011, April). Pengertian pendapatan.,http://www.scribd.com/doc /50711633/14/ Pengertian-Pendapatan Diperoleh 30 Mei 2012 Syamrilaode. (2011, Mei). Pengertian Pendapatan.,http://id.shvoong.com/writing-andspeaking/presenting/ 2061554-pengertian pendapatan/#ixzz1wJZ0pqJG Diperoleh 30 Mei 2012 Victorio. (2012). Osteoporosis “Si Pencuri Tulang”. Majalah Patriot Edisi No 85. 58-59 Wirakusumah, Emma.S. (2003). Tip dan Diet Untuk Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia di Masa Menopause. Jakarta: Gramedia Yuni, Ni Wayan Antari. (2009, Agustus). Hubungan Pengetahuan Tentang Osteoporosis Dengan Motivasi Pencegahan resiko Osteoporosis pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
FIKES
UPN
Veteran
Jakarta.,http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/
2s1keperawatan/205312035/abstrak.pdf Diperoleh 20 Juni 2012
17
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Saya, yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Yunita Astriani Hardayati
Nim
: 2011-12-056
Program studi : S1 Keperawatan Menyatakan bahwa penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang lain. Apabila pada masa yang akan datang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensinya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Febuari, 2013
(Yunita Astriani Hardayati)
18