Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Factors Analysis Associated with Non Hemorrhagic Stroke Cases in dr.H.Soemarno Sosroatmodjo Hospital Kuala Kapuas Erna Fauziah1, Dyah Yarlitasari2,Muhsinin3
ABSTRACT Background:Stroke is cerebrovascular disease that occurs due to reduced blood flow and oxygen to the brain. The cause of a stroke due to a narrowing or rupture of blood vessels. Data taken from dr. H.Soemarno Sosroatmodjo Hospital Kuala Kapuas stated that the number of stroke patients was increased since 2012 = 321 patients, 2013 = 372 patients, 2014 = 411 patients and in 2015, the patients of stroke until the second quarter = 112 patients.. Objective: Objective of the research was to analyze the factors associated with nonhemorrhagic stroke incidence and analysis of the most dominant factor that caused Non Hemorrhagic Stroke in dr . H.Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas. Method: The type of research of analytic research; the design was a cross sectional study. The population in this study were all patients with a diagnosis of stroke disease went into emergency room, ICU and Neural Clinic in dr . H. Soemarno Sosroatmodjo Hospital Kapuas with total number was 112 patients. Sampling technique in this research was purposive sampling. The number of samples were 87 patients. Instrument used questionnaire using Chi square analysis test and Multiple Regression testing. Results: There was relationship between a history of hypertension (p = 0.006), obesity (0.009), smoking history (0,008), a history of drinking alcohol (0.009), the type of food (0.003) and history of DM (0.003), there was no correlation of sex (0,379) with nonhemorrhagic stroke, the most dominant factor was a factor in the type of food and the history of diabetes. Keywords: Factors related, the incidence of stroke non hemorrhagic
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
54
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR 10YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STROKE NON HEMORAGIK DI RSUD dr. H. SOEMARNO SOSROATMODJO
KUALA KAPUAS Erna Fauziah 1, Dyah Yarlitasari 2,Muhsinin 3
INTISARI Latar Belakang:Stroke penyakit serebrovaskuler yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak, penyebab terjadinya stroke karena penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. Data RSUD dr. H.Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas menunjukkan peningkatan sejak tahun 2012 = 321 orang, 2013 = 372 orang, tahun 2014 = 411 orang dantahun 2015 jumlah penderita stroke sampai dengan triwulan kedua = 112 orang. Tujuan:Tujuan penelitian Menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian Stroke Non Hemoragik dan Analisis faktor paling dominan penyebab kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H.Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas. Metode:Jenis penelitian analitik, dengan desain penelitian Cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diagnosa penyakit Stroke yang masuk ke Ruang IGD, Ruang ICUdan Poli Syaraf RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kabupaten Kapuas berjumlah 112 orang.Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling, jumlah sampel 87 orang.Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan menggunakan uji analisis Chi-squaredan uji Regresi Ganda Hasil:ada hubungan antara riwayat hipertensi (p=0,006), obesitas (0,009), riwayat merokok (0,008), riwayat minum alkohol (0,009), jenis makanan (0,003) dan riwayat DM (0,003), tidak ada hubungan jenis kelamin (0,379) dengan kejadian stroke nonhemorhagik. Faktor yang paling dominan adalah faktor jenis makanan dan riwayat DM Kata Kunci:Faktor – Faktor Yang Berhubungan, Kejadian Stroke Hemoragik.
1
Akper Depkes Kapuas Rumah Sakit Pusat Pertamina 3 Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
PENDAHULUAN
2
Pendahuluan
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
55
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
PENDAHULUAN Kesehatan memang bukanlah segalagalanya dalam hidup ini, tetapi menjalani hidup tanpa kesehatan akan membuat segalanya kurang berarti atau bermakna. Setiap orang dalam hidup ini mendambakan hidup sehat. Bagi sebagian orang kesehatan terkadang menjadi hal yang penting dan utama dalam hidupnya. Gaya hidup modern yang multikompleks menuntut siapa saja untuk mengikuti polapola aktivitas dan konsumsi produk modern. Life style masyarakat berubah, terlebih pola makan dan minum. Produk makanan modern dipengaruhi oleh bahan makan dengan kadar lemak dan garam yang tinggi. Berbagai produk makanan yang ditawarkan mengundang selera namun beresiko. Hal ini akan memicu kemunculan penyakit kardiovaskuler, salah satunya adalah stroke (Sutanto, 2010). Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksegen ke otak, penyebab terjadinya stroke karena penyempitan atau pecahnya pembuluh darah (Pudiastuti, 2011), sedangkan menurut Ahmad (2010) stroke adalah serangan otak hampir selalu tiba-tiba dengan gejala yang beragam akibat dari gangguan peredaran darah otak. Badan Kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (American Heart Association, 2010). Penyakit stroke merupakan urutan kedua penyakit paling mematikan di seluruh dunia setelah penyakit jantung. Angka kejadian stroke didunia kira-kira 200 per 100.000 penduduk dalam setahun. Pada saat ini terjadi pergeseran bahwa stroke bukan hanya menyerang usia tua tetapi juga menyerang usia muda yang masih produktif. Stroke juga tidak lagi diderita
masyarakat kota yang berkecukupan tetapi juga mengenai pada masyarakat dengan sosial ekonomi yang rendah. Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke dan sekitar 25 % atau 125.000 orang meninggal, sedangkan sisanya mengalami cacat ringan bahkan menjadi cacat berat yang menetap. Bahkan menurut data penyakit stroke menempati urutan pertama penyebab kematian di rumah sakit seluruh Indonesia setiap tahunnya (Pudiastuti, 2011). Berdasarkan prosesnya maka stroke terbagi 2 yaitu stroke hemoragik yaitu pecahnya pembuluh darah, sehingga aliran darah menjadi tidak normal. Darah yang keluar akan merembes masuk kedalam suatu daerah diotak dan merusaknya. Sebagian besar kasus stroke jenis ini terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (complete stroke),sedangkan stroke non hemoragik adalah tersumbatnya/terhentinya aliran darah ke otak akibat penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis) atau bekuan darah yang menyumbatsuatu pembuluh darah ke otak. Hampir 83 % kasus stroke terjadi pada jenis ini (Sutanto, 2010). Stroke dapat menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal tersebut berbahaya karena ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak meluas. Kelainan neurologis yang akibat serangan stroke lebih berat atau lebih luas berhubungan dengan koma atau stupor yang sifatnya menetap. Dampak dari stroke sangat luas, disamping berakibat pada kelangsungan hidup juga menimbulkan gejala sisa yaitu kelumpuhan fisik misalnya tidak mampu bergerak,
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
56
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
mengalami gangguan bicara, kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari secara normal serta gangguan mental seperti depresi.Dampak lain yaitu berkurangnya atau tidak berfungsinya seseorang akibat cacat yang menetap. Penyebab stroke berkaitan erat dengan gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi karena adanya gangguan aliran darah ke bagian otak. Bila ada bagian otak yang kekurangan suplai darah secara tiba-tiba, penderita akan mengalami gangguan persyarafan sesuai bagian otak yang terserang. Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah stroke disebut sebagai faktor resiko stroke (Sutanto, 2010), sedangkan menurut Suiraoka (2012) faktor resiko stroke terbagi 2 yaitu faktor resiko yang dapat dikendalikan dan faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan. Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama dari kejadian stroke yaitu sekitar 40%. Hipertensi merupakan suatu peningkatan darah dalam arteri. Hipertensi terjadi akibat mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah yang terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata pada bagian otak, dimana dari vasomotor ini mulai syaraf simpatik berlanjut kebawah korda spinalis (Widyanto & Triwibowo, 2013). Mekanisme terjadinya stroke menurut Sutanto (2010) yaitu disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat memicu pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga mengganggu aliran darah serebral. Hasil penelitian Dani (2013) yang berjudul Pengaruh Riwayat Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi di IGD RSU Purwakarta, mendapatkan ada pengaruh yang kuat antara riwayat penyakit hipertensi dengan terjadinya stroke, dengan nilai p = 0,000, hal ini menunjukan bahwa kejadian stroke dipengaruhi oleh riwayat
hipertensi, terutama hipertensi yang tidak terkontrol. Resiko stroke juga dialami oleh pasien dengan obesitas. Obesitas yaitu seseorang yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih dari 30 kg/m2. Seseorang yang mengalami obesitas akan cenderung mengalami hiperlipidemia dan hipertensi. Makanan yang banyak mengandung kolesterol akan tertimbun dalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis yang menjadi pemicu stroke. Penyebab obesitas menurut Sutanto (2010) yaitu faktor genetik, lingkungan, psikis, kesehatan, obat-obatan, perkembangan dan aktifitas fisik. Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya kasus obesitas. Pada umumnya semua orang menyukai makanan cepat saji, sementara makanan cepat saji mengandung lemak dan gula yang tinggi yang memicu kasus obesitas. Faktor resiko lain yaitu perilaku merokok, mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan. Peluang untuk terjadinya stroke pada seseorang yang merokok adalah lebih 50% daripada yang tidak merokok. Kandungan nikotin menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin diserap pembuluh darah kecil dalam paru dan diedarkan oleh pembuluh darah sampai ke otak. Otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efineprin (adrenalin) yang akan menyempitkan pembuluh darah dan bila terjadi pada otak akan memungkinkan terjadi stroke (Ramayulis, 2010). Hasil penelitian Indaryanti (2014) mendapatkan bahwa resiko stroke terjadi 8,7 kali terjadi pada penderita yang merokok secara aktif dan meningkat 0,97 kali pada keluarga penderita stroke yang ada dalam keluarga yang merokok, hal ini dimungkinkan oleh penderita menjadi perokok pasif.
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
57
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Faktor resiko penyebab stroke yang tidak dapat dikendalikan yaitu umur. Umur adalah lamanya seseorang hidup dari tahun kelahiran sampai sekarang yang diukur dengan tahun. Menurut Budianto dan Anggaini (2002) mengatakan bahwa pada hakikatnya suatu penyakit dapat menyerang setiap orang pada semua golongan umur, tetapi ada penyakitpenyakit tertentu yang lebih banyak menyerang golongan umur tertentu. Penyakit-penyakit kronis mempunyai kecendrungan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Resiko stroke meningkat sering pertambahan usia. Setelah umur 55 tahun ke atas resiko stroke meningkat 2 kali lipat setiap kurun waktu 10 tahun. Jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor resiko terjadinya stroke, dimana jenis kelamin laki-laki memiliki resiko lebih besar daripada wanita. Menurut Suiraoka (2012) resiko laki-laki lebih 20% resiko terjadi stroke dibanding wanita. Namun pada wanita setelah menginjak usia 55 tahun saat kadar estrogen menurun karena menopause resiko justru meningkat dibanding laki-laki. Hasil penelitian Ekasari (2015) yang berjudul Hubungan Karakteristik Individu dan Pola makan dengan Resiko Stroke pada Lanjut Usia di Desa Loksado, mendapatkan ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian stroke dengan nilai p= 0,001. Faktor lain yang menjadi resiko terjadinya stroke adalah penderita Diabetes Melitus (DM), yaitu kadar gula (gula sederhana) dalam darah tinggi yaitu kadar gula darah puas > 126 mg/dl dan pada tes sewaktu > 200 mg/dl. Penderita DM menpunyai resiko 2 kali lebih besar mengalami stroke disbanding yang tidak mengalami penyakit DM, hal ini disebabkan oleh gangguan metabilisme pada para penderita diabetes.
WHO mencatat hampir 200 juta orang menderita DM pada tahun 2003 dan diperkirakan tahun 2025 jumlah penderita 330 juta jiwa, sedangkan di Indonesia jumlah penderita mencapai 13 juta dan diperkirakan meningkat menjadi 20 juta di tahun 2030. Faktor yang tidak kalah penting adalah konsumsi atau jenis makanan yang biasa di konsumsi oleh seseorang. Menurut Sudartinah (2012) jenis makanan adalah pemilihan makanan yang biasa dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang dalam periode tertentu, jenis makanan salah satunya dipengaruhi oleh budaya. Secara tradisional jenis makanan yang biasa dikonsumi orang dayak adalah makanan yang mengandung natrium yang tinggi, seperti ikan asin, kulit cempedak yang direndam dengan garam dan lainlain.Pundang adalah sebutan untuk ikan asin dalam bahasa Dayak Ngaju. Mengawetkan makanan dengan mengasinkannya sudah diketahui orang sejak lama, termasuk oleh Suku Dayak Ngaju di daerah Kalimantan Tengah. Yang diawetkan juga adalah ikan-ikan yang banyak terdapat di daerah tersebut. Ikan lais salah satunya. Ikan dengan bentuk tubuh tipis langsing ini memang hidup di sungai-sungai seluruh Kalimantan.Ikan ini termasuk yang menjadi primadona di pasar ikan asin, khususnya Kalimantan Tengah. Harganya yang umumnya lebih tinggi dari ikan asin jenis lain, tidak menyurutkan pembeli untuk tetap membelinya (http://www.anatoemon.com/2012/01/pund ang-lais.html). Seseorang yang terserang stroke, penderita terancam kehilangan waktu produktifnya. Tingginya angka kejadiann stroke menimbulkan dampak sosial ekonomi yang sangat besar dan luas. Dampak lain yaitu hilangnya masa hidup penduduk dunia. Menurut perhitungan Bank dunia dan WHO tahun 1994, ada 1.094.000 tahun hidup yang hilang karena stroke yang
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
58
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
dialami penduduk Indonesia. Kalau tahun tidak produktif juga diperhitungkan jumlahnya mencapai 1.364.000 tahun. Kerugian waktu produktif akibat stroke lebih banyak dialami kaum pria dibanding kaum wanita. Dampak sosial ekonomi sangat besar dan luas, pasalnya selain membutuhkan biaya tinggi untuk pengobatan dan rehab medik, stroke cenderung menyerang orang dewasa diusia produktif, bahkan pencari nafkah utama dalam keluarga. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2014 jumlah penderita stroke di Kalimantan Tengah berjumlah 1.231 orang pada tahun 2012, meningkat pada tahun 2013 menjadi 1.943 orang dan pada tahun 2014 meningkat lagi menjadi 1.996 orang. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas jumlah semua penyakit stroke masuk 5 besar penyakit dengan kejadian terbanyak dimana tahun 2012 jumlah penderita 556 orang, meningkat ditahun 2013 yaitu 614 orang dan meningkat lagi ditahun 2014 berjumlah 702 orang, sedangkan data dari RSUD dr. H.Soemarno Sosroatmodjo Kapuas jumlah penderita stroke yang dirawat inap dan rawat jalan berjumlah 321 orang, sedangkan pada tahun 2013 menjadi 372 orang dan pada tahun menjadi 411 orang serta data terakhir sampai triwulan kedua jumlah pasien stroke yang menjalani rawat inap dan rawat jalan adalah 112 orang. Melihat data di atas dengan melihat jumlah kejadian stroke semakin meningkat maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor penyebab atau faktor resiko, dengan mengetahui penyebab atau faktor resiko diharapkan dapat menekan angka kejadian stroke non hemoragik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke non hemoragik di RSUD dr H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik, Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross sectional yang berarti penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor- faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmojo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu 87 orangpasien yang didiagnosa penyakit Stroke yang masuk ke Ruang IGD, Ruang ICUdan Poli Syaraf RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kabupaten Kapuas. Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan, yaitu pada tanggal tanggal 2 Desember – 30 Desember 2015. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup berupa check list (√)Kuesioner A berisi Data Demografi yaitu identitas responden meliputi :Identitas pasien (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan),kuesioner II kuesioner B digunakan untuk mengetahui adanya data riwayat hipertensi, obesitas, riwayat merokok, riwayat minum alkohol atau obat-obatan, jenis makanan, jenis kelamin dan riwayat DM. Uji validitas dilakukan pada 20 responden pada rumah sakit Pulang Pisau. Kemudian selanjutnya peneliti melakukan validitas dan reliabilitas. Analisis data dilakukan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
59
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
(proporsi dan tendensi sentral) dilakukan pada karakteristik responden yang terdiri dari, umur, pendidikan,pekerjaan dan status perkawinan, faktor-faktor yang meliputi : riwayat hipertensiobesitas, riwayat merokok, riwayat alkohol, jenis makanan, jenis kelamindan riwayat DM.. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan faktor-faktordengan kejadian stroke non hemoragik, dianggap ada hubungan bila nilai p<α= 0,05). Analisis multivariat untuk melihat factor yang paling dominan. Prinsip etika penelitian tetap dilakukan untuk melindungi subjek penelitian. HASIL Analisa univariat dalam penelitian ini untuk memberikan gambaran umum tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas yang meliputi : Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat hipertensi pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015. No Faktor Riwayat Hipertensi 1 Ada riwayat Hipertensi 2 Tidak ada riwayat hipertensi Jumlah
f 74 13 87
% 85,1 14,9 100
Berdasarkan tabel di atas didapatkan riwayat hipertensi pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas terbanyak adalah kategori ada riwayat hipertensi sebanyak 74 0rang (85,1 %). Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan obesitas pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015. No Faktor Obesitas 1 Obesitas
f 64
% 73,6
2
Tidak obesitas Jumlah
23 87
26,4 100
Berdasarkan tabel di atas didapatkan obesitas pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas terbanyak adalah kategori obesitas sebanyak 64 orang (73,6 %). Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat merokok pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015. No Faktor Riwayat Merokok 1 Ada riwayat merokok 2 Tidak ada riwayat merokok Jumlah
f 54 33 87
% 62,1 37,9 100
Berdasarkan tabel di atas didapatkan riwayat merokok pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas terbanyak adalah kategori ada riwayat merokok sebanyak 54 orang (62,1%). Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat alkohol pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015. No Faktor Riwayat Alkohol 1 Ada riwayat alkohol 2 Tidak ada riwayat alkohol Jumlah
f 33 54 87
% 37,9 62,1 100
Berdasarkan tabel di atas didapatkan riwayat alkohol pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas terbanyak adalah kategori tidak ada riwayat minum alkohol sebanyak 54 orang (62,1%). Tabel 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis makanan pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015.
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
60
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
No 1 2
Faktor Jenis Makanan Mendukung Tidak mendukung Jumlah
f 68 19 87
% 78,2 21,8 100
Berdasarkan tabel di atas didapatkan faktor jenis makan pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas terbanyak adalah kategori mendukung sebanyak 68 orang (78,2%). Tabel 6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015. No 1 2
Faktor Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
f 35 52 87
% 40,2 59,8 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan faktor jenis kelamin pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas terbanyak adalah kategori jenis kelamin perempuan sebanyak 52 orang (59,8%). Tabel 7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat DM pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015. No 1 2
Faktor Riwayat DM Ada riwayat DM Tidak ada riwayat DM Jumlah
f 37 50 87
% 42,5 57,5 100
Berdasarkan table diatas didapatkan riwayat DM pada pasien stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas terbanyak adalah kategori tidak ada riwayat sebanyak 50 orang (57,5%).
Tabel 8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015. No Faktor Riwayat DM f % 1 Terjadi Stroke Nonhemorhagik 60 69,0 2 Tidak terjadi Stroke 27 31,0 Nonhemorhagik Jumlah 87 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas terbanyak adalah kategori terjadi stroke nonohemorhagik sebanyak 60 orang (69,0%). Tabel 9 Tabulasi silang hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015 Kejadian stroke nonhemorhagik Tidak terjadi terjadi f % f % Tidak ada 2 15,4 11 84, riwayat 6 Ada riwayat 25 33,8 49 66, 2 Jumlah 27 31,0 60 69, 0 Chi-Squarep = 0,006 α = 0,05 p< α
Jumlah
Riwayat hipertensi
f
%
13
10 0 10 0 10 0
74 87
Berdasarkan tabel di atas pada tabulasi silanghubungan riwayat hipertensi dengan kejadian stroke nonhemorhagik, didapatkan kategori ada riwayat hipertensi dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 49 orang (66,2%). Didapatkan nilai p = 0,006 dengan α = 0,05, maka nilai p< α, hal ini menunjukkan Ho ditolak maka ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian stroke nonhemorhagik.
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
61
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Tabel 10 Tabulasi silang hubungan obesitas dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr.H.Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015 Kejadian stroke Jumlah nonhemorhagik Tidak terjadi terjadi f % f % f % Tidak 4 17,4 19 82, 23 100 obesitas 6 Obesitas 23 35,9 41 64, 64 100 1 Jumlah 27 31,0 60 69, 87 100 0 Chi-Squarep = 0,009 α = 0,05 p< α Obesitas
Berdasarkan tabel di atas pada tabulasi silanghubungan obesitas dengan kejadian stroke nonhemorhagik, didapatkan kategori ada obesitas dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 41 orang (64,1 %), kategori ada obesitas dan kategori tidak terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 23 orang (35,9%). Didapatkan nilai p = 0,009 dengan α = 0,05, maka nilai p< α, hal ini menunjukkan Ho ditolak maka ada hubungan antara obesitas dengan kejadian stroke nonhemorhagik. Tabel 11 Tabulasi silang hubungan riwayat merokok dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015. Kejadian stroke Jumlah nonhemorhagik Tidak terjadi terjadi f % f % f % Tidak ada 10 30,3 23 69,7 33 100 riwayat Ada 17 31,5 37 68,5 54 100 riwayat Jumlah 27 31,0 60 69,0 87 100 Chi-Squarep = 0,008 α = 0,05 p< α Riwayat merokok
62
Berdasarkan tabel diatas pada tabulasi silang hubungan riwayat merokok dengan kejadian stroke nonhemorhagik, didapatkan kategori ada riwayat merokok dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 37 orang (68,5%), kategori ada riwayat merokok dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 23 orang (69,7%). Didapatkan nilai p = 0,008 dengan α = 0,05, maka nilai p< α, hal ini menunjukkan Ho ditolak maka ada hubungan antara riwayat merokok dengan kejadian stroke nonhemorhagik. Tabel 12 Tabulasi silang hubungan riwayat alkohol dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015 Kejadian stroke Jumlah nonhemorhagik Riwayat alkohol Tidak terjadi terjadi f % F % f % Tidak ada riwayat 19 35,2 35 69,7 54 100 Ada riwayat 8 24,2 25 75,8 33 100 Jumlah 27 31,0 60 69,0 87 100 Chi-Squarep = 0,009 α = 0,05 p< α
Berdasarkan tabel di atas pada tabulasi silanghubungan riwayat alkohol dengan kejadian stroke nonhemorhagik, didapatkan kategori ada tidak ada riwayat alkohol dan kategori terjadi stroke non hemorhagik didapatkan 35 orang (69,7%), kategori ada riwayat alkohol dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 25 orang (75,8%). Didapatkan nilai p = 0,009 dengan α = 0,05, maka nilai p< α, hal ini menunjukkan Ho ditolak maka ada hubungan antara riwayat alkohol dengan kejadian stroke nonhemorhagik. Tabel 13 Tabulasi silang hubungan jenis makanan dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015.
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
63
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Jenis makanan Tidak mendukung Mendukung Jumlah
Kejadian stroke Jumlah nonhemorhagik Tidak terjadi terjadi % f % f % f 4 21,1 15 78,9 19 100 23
33,8
45
66,2 68
100
27
31,0
60
69,0 87
100
Chi-Squarep = 0,003 α = 0,05p< α
Berdasarkan tabel diatas pada tabulasi silang hubungan jenis makanan dengan kejadian stroke nonhemorhagik, didapatkan kategori jenis makanan mendukung dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 45 orang (66,2%), kategori jenis makanan mendukung dan kategori tidak terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 23 orang (33,8%). Didapatkan nilai p = 0,003 dengan α = 0,05, maka nilai p< α, hal ini menunjukkan Ho ditolak maka ada hubungan antara jenis makanan dengan kejadian stroke nonhemorhagik. Tabel 14 Tabulasi silang hubungan jenis kelamin dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015 Kejadian stroke Jumlah nonhemorhagik Tidak terjadi f % terjadi f % f % Laki-laki 9 25,7 26 74,3 35 100 Perempuan 18 34,6 34 66,2 52 100 Jumlah 27 31,0 60 69,0 87 100 Chi-Squarep = 0,379 α = 0,05p> α Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel di atas pada tabulasi silanghubungan jeniskelamin dengan kejadian stroke, didapatkan kategori jenis kelamin perempuan dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 34 orang (66,2%), kategori jenis kelamin laki-laki dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 26 orang
(74,3%). Didapatkan nilai p = 0,379 dengan α = 0,05, maka nilai p> α, hal ini menunjukkan Ho diterima maka tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian stroke nonhemorhagik. Tabel 15 Tabulasi silang hubungan riwayat DM dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015. Kejadian stroke nonhemorhagik Riwayat DM
Tidak terjadi f % 19 38,0
Jumlah
terjadi f % 31 62,0
f Tidak ada 50 riwayat Ada 8 21,6 29 78,4 37 riwayat Jumlah 27 31,0 60 69,0 87 Chi-Squarep = 0,003 α = 0,05p< α
% 100 100 100
Berdasarkan diatas pada tabulasi silanghubungan riwayat DM dengan kejadian stroke nonhemorhagik, didapatkan kategori ada tidak ada riwayat DM dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 31 orang (62,0%), kategori ada riwayat DM dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 29 orang (78,4%). Didapatkan nilai p = 0,003 dengan α = 0,05, maka nilai p< α, hal ini menunjukkan Ho ditolak maka ada hubungan antara riwayat DM dengan kejadian stroke nonhemorhagik. Analisa Multivariat Analisis multivariate dilakukan untuk melihat hubungan secara bersama- sama antara variable bebas (indevenden) yaitu faktor dengan variable terikat (dependen) yaitu kejadian stroke nonhemorhagik. Analisis yang digunakan adalah analisis mutivariat regresi logistic ganda.
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Tabel 16 Hasil analisis multivariate variable independen dan variable dependen NO 1 2 3 4 5 6 7
Variabel Faktor riwayat hipertensi Faktor obesitas Faktor riwayat merokok Faktor riwayat minum alkohol Faktor jenis makanan Faktor jenis kelamin Faktor riwayat DM
P 0,006
Keterangan +
0,009 0,008 0,009
+ + +
0,003 0,379 0,003
+ +
Tabel 17 Hasil analisis multivariat regresi logistic ganda antara 2 subvariabel terpilih terhadap kejadian stroke nonhemorhagik diRSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, tahun 2015. No
Variabel
1 2
Jenis makanan Riwayat DM
Exp (B)
P
9.667 0,003 6.826 0,003
95,0%CI 2,697 – 34,655 1,043 – 7,652
Hasil uji statistic, dari tabel di atas diketahui bahwa subvariabel-subvariabel yang merupakan hasil akhir analisis multivariat regresi memiliki 2 (dua) variabel terpilih yang faktor paling dominan terhadap kejadian stroke nonhemorhagik diRSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas dengan nilai ρ < 0,05. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa nilai exp B faktor jenis makanan = 9,667 artinya bahwa jenis makanan yang mendukung mempunyai pengaruh 9 kali lebih besar dibandingkan dengan jenis makanan yang tidak mendukung kejadianstroke nonhemorhagik, dan nilai exp B faktor riwayat DM = 6,826 artinya bahwa ada riwayat DM mempunyai pengaruh 6 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak punya riwayat DM pada kejadianstroke nonhemorhagik.
PEMBAHASAN Ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, dengan nilai α = 0,05dan nilai p = 0,006. Kejadian stroke nonhemorhagik berkaitan erat dengan dengan riwayat hipertensi. Mekanisme terjadinya stroke menurut Sutanto (2010) yaitu disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat memicu pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga mengganggu aliran darah serebral. Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar tekanan yang diderita oleh dinding pembuluh darah. Jika tekanan sedemikian tingginya, misalnya di atas 200/140 mmHg, maka pembuluh darah dapat pecah, terutama pembuluh darah kecil yang berdinding lebih tipis. Tekanan darah yang tinggi pada hipertensi akan memicu pecahnya pembuluh darah otak. Pada gilirannya, jaringan otak akan rusak dan timbul gejala-gejala stroke. Stroke akibat hipertensi termasuk ke dalam stroke hemoragik, atau stroke perdarahan.Perlu diingat, bahwa hipertensi hanyalah salah satu penyebab stroke, diantara berbagai macam penyebab stroke lainnya. Hasil penelitian dari 87 orang yang terkena stroke sebagian besar terjadi stroke nonhemorhagik mempunyai riwayat hipertensi. Riwayat hipertensi mempunyai hubungan yang erat dengan kejadian stroke, karena berawal dari tekanan darah yang tinggi menyebabkan seseorang mengalami stroke, terutama stroke nonhemorhagik, apalagi penderita sudah lama terdiagnosa hipertensi dan lebih beresiko tinggi pada yang tidak terkontrol. Hal ini disebabkan pada hipertensi terjadi
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
64
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
perubahan patologik pada pembuluh darah otak. Tekanan darah yang tinggi dan berlangsung terus menerus akan menyebabkan gangguan fungsi otak dan merusak struktur otak manusia melalui mekanisme gangguan pada saluran, kematian anatomi otak dan menyebabkan sumbatan pada aliran darah. Di samping itu tekanan darah yang tinggi dapat melepaskan plaque pada pembuluh darah berupa kolesterol dan lemah yang pada akhirnya terbawa aliran darah ke otak dan menyebabkan penyumbatan yang mengakibatkan stroke nonhemorhagik. Hasil penelitian Rizkiyani Astuti (2015) mendapatkan setiap kenaikan tekanan sistolik 20 mmHg beresiko terjadi stroke meningkat 2,23-3,18 kali dan hasil penelitian ini juga mendapatkan riwayat hipertensi beresiko mengalami stroke berulang. Hubungan Hubungan Obesitas dengan Kejadian Stroke Nonhemorhagik Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, dengan nilai α = 0,05 dan nilai p = 0,009. Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke sampai 2 kali lipat. Demikian pula obesitas dikaitkan dengan hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, osteoarthritis, dan depresi. Obesitas juga seringkali dikaitkan dengan berbagai masalah psikososial. Penelitian menunjukkan bahwa masalah psikologis (kecemasan dan depresi) seringkali dijumpai pada pasien dengan obesitas. Gangguan psikologis pada obesitas dapat muncul karena 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Hasil penelitian mendapatkan 41 orang yang mengalami obesitas juga terjadi stroke nonhemorhagik. Hubungan stroke
dengan obesitas berkaitan erat dengan faktor lain yaitu pada pasien yang mengalami obesitas relatif mempunyai kadar kolesterol dalam darah yang tinggi, mengalami obesitas dan tekanan darah yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasi penelitian Katty Septianty (2015) yaitu didapatkan bahwa resiko stroke dapat dicegah sampai 80% terhadap faktor resiko yang dapat dicegah termasuk obesitas. Hubungan Riwayat Merokok dengan Kejadian Stroke Nonhemorhagik Ada hubungan antara riwayat merokok dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, dengan nilai α = 0,05 dan nilai p = 0,008 Hubungan merokok dengan stroke terlihat pada plak aterotrombotik yang terbentuk tidak hanya disebabkan oleh deposit lemak, plak aterotrombotik juga dapat terbentuk akibat efek dari rokok, atau lebih tepatnya efek dari asap rokok dimana di dalam asap tersebut terkandung lebih dari 4 juta bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Asap rokok tersebut bersifat aterogenik yang meningkatkan resiko iskemik pembuluh darah seperti infark miokard akut (IMA) dan stroke. Pajanan asap rokok dapat berimbas kepada sawar darah otak (BBB). Pendapat ahli dikemukakan oleh Suiraoka (2012) sawar darah otak ini berperan penting dalam mempertahankan homeostasis otak terhadap zat-zat yang memasuki otak. Setiap gangguan yang mempengaruhi fungsi sawar darah otak mungkin memiliki efek sekunder terhadap aliran darah otak (ADO), tonus vascular, dan mempengaruhi transportasi di mikrovaskular endothelium. Data terbaru menunjukkan bahwa perokok kronis memiliki insidensi yang lebih tinggi terhadap terjadinya iskemik pembuluh
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
65
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
darah kecil, suatu kondisi patologis yang ditandai dengan kebocoran pembuluh darah kecil dan hilangnya integritas sawar darah otak. Terjadinya kondisi patologis ini disebabkan adanya efek prokoagulan dan aterogenik pada asap rokok. Asap tembakau dapat menginduksi cedera oksidatif pada sistem serebrovaskular. Hasil penelitian ini mendapatkan hampir sebagian mempunyai riwayat merokok mengalami kejadian stroke nonhemorhagik. Merokok merupakan salah satu bentuk perilaku, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Merokok akan menghisap nikotin yang dapat menggangu sirkulasi terutama pembuluh darah ke otak, nikotin dapat memicu terbentuknya plak aterotrobotik yang dapat menimbulkan kurangnya suplay oksigen ke otak. Perilaku dengan riwayat merokok dapat menimbulkan trombisis, terutama pembuluh darah ke otak, dimana terjadi penurunan elastistas dan tonus dari pembuluh darah dan asap rokok pada sawar otak dapat menyebabkan peningkatan kemampuan meyerap zat-zat, sehingga cairan otak mengalami gangguan. Hasi penelitian penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herli (2010) terdapat hubungan antara merokok (p = 0,000) dengan kejadiaan stroke. Hubungan Riwayat Alkohol dengan Kejadian Stroke Nonhemorhagik Berdasarkan tabel 10 pada tabulasi silanghubungan riwayat alkohol dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, didapatkan kategori ada tidak ada riwayat alkohol dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 35 orang (69,7%), kategori ada riwayat alkohol dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 25 orang (75,8%). Didapatkan nilai p = 0,009 dengan α = 0,05, maka nilai p< α, hal ini menunjukkan Ho ditolak
maka ada hubungan antara riwayat alkohol dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas. Beberapa survey menunjukan 10% mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banya menimbulkan hipertensi yang berakibat pada stroke. Orang yang minum alkohol terlalu sering memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada yang tidak mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi alkohol 2-3 gelas atau lebih dalam jangka panjang maka akan merusak jantung dan organ-organ lain dalam tubuh. Orang yang minum alkohol menurut Shanty (2011) yang mengatakan seseorang yang terlalu sering memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada yang tidak mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi alkohol 2-3 gelas atau lebih dalam jangka panjang maka akan merusak jantung dan organ-organ lain dalam tubuh. Kriteria waktu berat ringannya seseorang berdasarkan lama penggunaan alkohol menurut Shanty (2011) yaitu : Peminum ringan < 1 bulan, peminum sedang1-3 bulan dan Peminum berat > 6 bulan. Hasil penelitian ini mendapatkan hampir setengah menggunakan alkohol. Penggunaan alkohol padaSuku dayak merupakan salah satu suku yang menggunakan alkohol sebagai sarana dalam setia acara adat, dimana minuman yang mengandung alcohol sangat mudah didapatkan. Para peneliti menghitung risiko dan manfaat dari konsumsi alkohol setelah disesuaikan untuk usia dan beberapa faktor risiko lainnya, termasuk merokok, berat, indeks massa tubuh, adanya tekanan darah tinggi atau diabetes, kebiasaan olahraga, stres, pendidikan dan diet. Pria yang melaporkan minum banyak (setidaknya 46 gram alkohol per hari, setara dengan empat
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
66
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
atau lebih minuman beralkohol standar) pada saat survei memiliki risiko 19 persen lebih rendah dari kematian akibat penyakit jantung koroner daripada pria nondrinking.Berbeda sekali, wanita yang minum yang banyak empat kali lipat risiko kematian penyakit jantung atas bahwa perempuan nondrinking. Minum Light (kurang dari 23 gram alkohol per hari, sekitar dua gelas sehari) melaporkan survei dikaitkan dengan risiko lebih rendah dari kematian penyakit jantung pada wanita sebesar 17 persen, sedangkan asupan antara 23 dan 46 gram per hari dikaitkan dengan peningkatan risiko 45 persen. Pada pria, penggunaan alkohol yang berat dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dari semua jenis stroke sebesar 48 persen. Risiko hemorhagik stroke (disebabkan oleh pembuluh darah meledak di otak) meningkat 67 persen. Risiko stroke iskemik (disebabkan oleh pembuluh darah di otak tersumbat atau menuju ke sana) lebih tinggi sebesar 35 persen sedangkan pada wanita, penggunaan alkohol yang berat dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi stroke sebesar 92 persen. Hemorrhagic stroke risiko kematian meningkat sebesar 61 persen. Risiko kematian stroke iskemik meningkat 2,43 kali. Hubungan Jenis Makanan Kejadian Stroke Nonhemorhagik
dengan
Berdasarkan tabel 13 pada tabulasi silanghubungan jenis makanan dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, didapatkan kategori jenis makanan mendukung dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 45 orang (66,2%), kategori jenis makanan mendukung dan kategori tidak terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 23 orang (33,8 %). Didapatkan nilai p = 0,003
dengan α = 0,05, maka nilai p< α, hal ini menunjukkan Ho ditolak maka ada hubungan antara jenis makanan dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas. Makanan atau kebiasaan makan merupakan produk budaya yang berhubungan dengan prilaku/tindakan yang terpola (sistem sosial) dari komunitas tertentu. Menurut Anggraeni (2008) beberapa perilaku yang berkaitan dengan jenis dan frekuensi makanan yang tidak seimbang seperti mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang sayur dan buah. Pendapat Shep (2005) yang mengatakan konsumsi lemak yang berlebihan akan meningkatkan kolesterol dalam darah, konsumsi lemak tidak boleh dari 15% ketuhan energy, disamping itu kebutuhan garam yang berlebih meningkatkan sodium yang dapat menimbulkan retensi cairan dan terjadi peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian ini mendapatkan sebagian besar jenis makanan yang mendukung terjadi stroke nonhemorhagik, makanan dengan tinggi garam, lemak dan rendah serat (sayur dan buah) menjadi faktor utama didalam konsumsi yang memicu terjadinya stroke. Hasil penelitianini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Punjung Purwaningtiyas (2014) yang mendapatkan ada hubungan yang bermakna antara jenis konsumsi dengan kejadian stroke usia dewasa muda adalah konsumsi makanan tinggi lemak (p=0,000; OR=6,655; 95% CI=2,925-15,139), Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Stroke Nonhemorhagik Berdasarkan tabel 5.18 pada tabulasi silanghubungan jeniskelamin dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, didapatkan kategori jenis kelamin perempuan dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 34 orang
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
67
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
(66,2%), kategori jenis kelamin laki-laki dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 26 orang (74,3%). Didapatkan nilai p = 0,379 dengan α = 0,05, maka nilai p> α, hal ini menunjukkan Ho diterima maka tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas. Pendapat Budiato & Anggraeni (2002) secara umum, setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara lakilaki dan perempuan, hal ini disebabkan antara lain perbedaan pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisioligis. Hasil penelitian ini mendapatkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian stroke nonhemorhagik, hal ini disebabkan olehjenis kelamin terbanyak dalam penelitian ini adalah jenis kelamin wanita dan umur terbanyak adalah umur 51-60 tahun dimana jenis kelamin wanita setelah menginjak usia 55 tahun saat kadar estrogen menurun karena menopause resiko justru meningkat dibanding lakilaki, meskipun beberapa teori yang mengatakan bahwa jenis kelamin salah satu faktor resiko terjadinya stroke, dimana jenis kelamin laki-laki memiliki resiko lebih besar daripada wanita, dimana menurut Suiraoka (2012) resiko laki-laki lebih 20% resiko terjadi stroke dibanding wanita. Hubungan Riwayat DM dengan Kejadian Stroke Nonhemorhagik Berdasarkan tabel 14 pada tabulasi silanghubungan riwayat DM dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas, didapatkan kategori ada tidak ada riwayat DM dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik didapatkan 31 orang (62,0%), kategori ada riwayat DM dan kategori terjadi stroke nonhemorhagik
didapatkan 29 orang (78,4%). Didapatkan nilai p = 0,003 dengan α = 0,05, maka nilai p< α, hal ini menunjukkan Ho ditolak maka ada hubungan antara riwayat DM dengan kejadian stroke nonhemorhagik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas. Berdasarkan data dari daftar resiko untuk stroke, maka penderita diabetes mellitus menempati urutan kedua di bawah hipertensi yang menempati urutan pertama.Dengan makin banyaknya orang yang menderita diabetes, maka sudah pasti angka kejadian untuk stroke juga akan meningkat. Pasien stroke yang disertai peningkatan kadar gula darah, apapun sebabnya ,berpeluang lebih besar untuk mengalami perburukan dari strokenya dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes. Diabetes Mellitus dan beberapa penyakit lain seperti hipertensi, dislipidemia (LDLcholesterol), merokok, obesitas, pola hidup yang kurang aktivitas, adanya radang kronik, dan sebagainya, memicu terbentuknya radikal bebas yang mendorong/mempercepat proses atherosklerosis. Pasien dengan diabetes umumnya juga mengidap hipertensi, dislipidemia dan faktor risiko lainnya.Terkumpulnya beberapa faktor risiko ini menciptakan kondisi yang subur untuk terjadinya artherosklerosis. Kagansky (2012) mengatakan bahwa diabetes sendiri terkait dengan kemungkinan stroke dan penyakit jantung koroner yang lebih besar. Bahkan stress hyperglycemia pada pasien bukan diabet juga berprognosa lebih buruk pada infark. Pada semua jenis stroke, kadar glukosa darah yang tinggi saat masuk rumah sakit terbukti memperburuk keadaan. Hubungan DM dengan stroke (Price dan Wilson, 2006) terlihat saat makroangiopati mempunyai gambaran histopatologi berupa
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
68
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
arterosklerosis.Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh defisiensi insulin tidakdapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransiglukosa setelah makan karbohidrat. Sehingga terjadilah hiperglikemia berat dan apabila melebihi ambang batas reabsorbsi oleh ginjal maka timbullah glikosuria.Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang (polifagia) mungkin akan timbul dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan cairan elektrolit. Ketika tubuh kehilangan cairan maka darah mengalami kepekatan yang membuat darah menggumpal atau dengan kata lain mengalami trombosis. Trombosis adalah proses kompleks yang berhubungandengan proses terjadinya aterosklerosis yang selanjutnya dapat menghasilkan penyempitan pembuluh darah yang mengarah ke otak. Hasil penelitian ini mendapatkan hampir setengah penderita dengan riwayat DM akan mengalami kejadian stroke nonhemorhagik dan sebagian besar dialami oleh jenis kelamin perempuan dan mengalami obesitas, seseorang yang mengalami riwayat DM dan tidak terkotrol cenderung atau beresiko lebih besar untuk mengalami kejaian stroke. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramadany Amaday Farra(2012) mendapatkan terdapat hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian stroke iskemik, presentasi terjadinya stroke iskemik meningkat dengan adanya diabetes melitus. Dari analisis chi square (x²) didapatkan x² = 13,516 dan p< 0,000 dengan nilai OR = 3,8 dan IK = 1,841-7,869, orang dengan diabetes melitusberisiko 3,8 kali menjadi
stroke iskemik dari pada orang tanpa diabetes melitus. Analisa Multivariat Hasil uji statistic, dari tabel diatas diketahui bahwa variable- variabel yang merupakan hasil akhir analisis multivariate regresi memiliki 2 (dua) variable terpilih yang factor paling dominan terhadap kejadian stroke nonhemorhagik diRSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas dengan nilai ρ < 0,05. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa nilai exp B faktor jenis makanan = 9,667, artinya bahwa jenis makanan mempunyai pengaruh 9 kali lebih besar dibandingkan dengan jenis makanan yang tidak mendukung terhadap kejadianstroke nonhemorhagik, dan nilai exp B faktor riwayat DM = 6,826 artinya bahwa ada riwayat DM mempunyai pengaruh 6 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak punya riwayat pada kejadianstroke nonhemorhagik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis makanan merupakan faktor yang paling dominan dalam menetukan kejadian stroke. Asupan makanan banyak mengandung lemak dannatrium tingi serta rendah serat dapat mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh, sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi, yang pada akhirnya menyebabkan stroke. Pendapat Ernitasari (2009) mengatakan asupan natrium yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan natrium dalam daran, tingginya natrium dalam darah dapat merangsang sekresi renin dan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah, teruta pembuluh darah dalam otak yang menyebakan stroke. Hasil penelitian lain yang mendukung dikemukakan Riko Januar Sitorus (2008) yang mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara jenis dan pola makan dengan kejadian stroke pada usia dewasa muda dimana p = 0,002. Penelitian ini juga mendapatkan bahwa riwayat DM merupakan faktor yang paling
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
69
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
dominan kedua, dimana gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh defisiensi insulin tidakdapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransiglukosa setelah makan karbohidrat. Sehingga terjadilah hiperglikemia berat dan apabila melebihi ambang batas reabsorbsi oleh ginjal maka timbullah glikosuria. Teori lain dikemukakan oleh Price dan Wilson(2006) yang mengatakan glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang (polifagia) mungkin akan timbul dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan cairan elektrolit. Ketika tubuh kehilangan cairan maka darah mengalami kepekatan yang membuat darah menggumpal atau dengan kata lain mengalami trombosis. Trombosis adalah proses kompleks yang berhubungandengan proses terjadinya aterosklerosis yang selanjutnya dapat menghasilkan penyempitan pembuluh darah yang mengarah ke otak sehingga menimbulkan stroke. Teori lain dikemukakan oleh Suherman (2007) yang mengatakan bahwa pada penderita DM yang tidak teratasi akan menimbulkan gangguan mikrovaskuler dan makrovaskuler. Hiperglisemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa darah tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adiposa atau hepar dan metabolismenya juga terganggu sehingga menyebabkan gangguan seluruh metabolisme dalam tubuh. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Getler dkk, 2009 menyatakan bahwa 70% penderita stroke yang mereka selidiki menderita DM yang nyata atau tersembunyi.
Hasil korelasi Chi-square didapatkan ada hubungan antara riwayat hipertensi (p=0,006), obesitas (0,009), riwayat merokok (0,008), riwayat minum alcohol (0,009), jenis makanan (0,003) dan riwayat DM (0,003), tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian stroke nonhemorhagik, faktor yang paling dominan adalahfaktor jenis makanan dan riwayat DM. 2. Saran Hasil penelitianini menjadi masukkan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan bahan masukkan bagi pembuatan asuhan keperawatan pasien stroke nonhemorhagik serta menjadi masukkan dalam pembuatan PROTAP, seperti PROTAP pembuatan asuhan keperawatan pada pasien stroke. Bagi Pasien : hasil penelitianini menjadi masukkan bagi pasien untuk lebih mengetahui penyebab stroke nonhemorhagik sehingga lebih berhatihati serta dan pasien rajin kontrol serta membuat mematuhi jadwal kontrol yang sudah diberikan oleh pihak rumah sakit. Bagi Perawat hasil penelitianini menjadi masukkan agar perawat mengetahui faktor-faktor resiko stroke nonhemorhagik dan dapat memberikan pendidikan kesehatan, misalnya pemberian leaflet, brosur kepada pasien dan keluarganya. Bagi Institusi Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukkan bahan pustaka dan menambah buku-buku tentang stroke serta menambahpengetahuan bagi mahasiswa lain ingin meneliti tentang strokenonhemorhagik dan bagi peneliti selanjutnya :bagi peneliti lain untuk meneliti pengaruh pola hidup dengan kejadian stroke nonhemorhagik atau pengaruh karakteristik individu dengan kejadian stroke nonhemorhagik.
1. Kesimpulan Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
70
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Daftar Rujukan American Heart Association (2010), Stroke Risk Factor (http://www.strokeassociatiom.or g/presenter.jhtml?identifier). Diakses tanggal 4 nopember 2015
Notoadmodjo, Soekidjo (2010). Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakrta Rheneka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakrta Rheneka Cipta.
Armilawati (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kajian Epidemiologi. Makassar : FKM UNHAS.
Nursalam (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Arikunto. S (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rhineka Cipta.
Pudiastuti, R,D (2011). Penyakit Pemicu Stroke.Yogyakarta : Nuha Medika.
Budiarto, E dan Anggraeni, D (2010). Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC.Brunner And Suddarth (2002). Medical Surgical Nursing, Edisi 2. Jakarta : EGC Dani (2013). Pengaruh Riwayat Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi di IGD RSU Purwakarta. Skripsi.
Price, Sylvia dan Laraine M. Wilson (2006). Patofisiologi Buku I, Edisi 4. Jakarta : EGC
Hastono, Sutanto (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta : Uneversitas Indonesia. Ekasari (2015). Hubungan Karakteristik Individu dan Pola makan dengan Resiko Stroke pada Lanjut Usia di Desa Loksado. Skripsi. (2013). Buku Panduan Tesis Program Studi Magister Keperawatan. Banjarmasin : P4M STIKES Muhammadiyah Banjarmasin. Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Jakarta : Salemba Medika. Mulyatsih, E dan Ahmad,A (2010). Stroke Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke Di Rumah. Jakarta : FK UI.
RISKEDAS (2014). Laporan Reset Kesehatan Dasar Tahun 2014. Jakarta : Badan penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI. Smeltzer, S (2002). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2, edisi 8. Jakarta : EGC. Sugiyono (2012). Metodologi Penelitian Kuantitif Kualitatif R &D .bandung Alfabeta. Suiraoka, IP. (2012). Penyekit Degeneratif. Yogyakarta : Nuha Medika Sutanto (2010). Cekal Penyakit Modern, Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol dan Diabetes. Yogyakarta : CV Andi Offset. Sutomo (2009). Menu Sehat Penakluk Hipertensi. Jakarta : Dimendia. Syanty, M (2012). Penyakit Diam-Diam mematikan. Yogyakarta : Javalitera.
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
71
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Widiyanto, F.C Triwibowo. Trend Disease” Trend Penyakit Saat ini”. Jakarta : CV Trans Info Media. Makanan Khas Kalimantan, Pundang Lais(http://www.anatoemon.com/ 2012/01/ pundang-lais.html). Diakses tanggal 24 Nopember 2015. Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118. (2012). Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support Program untuk Perawat Edisi Kelima. Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118: Jakarta Vardiansyah, Dani. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Hal.3: Jakarta Victorian Department of Human Services. (2001). Consistency of triage in Victoria’s emergency departments. Victoria, Australia: Author. Wibisono, Gunawan. (2013). Angka Kecelakaan 52 Kasus (Internet) Termuat dalam:
(Diakses tanggal 29 Nopember 2015)
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke Non Hemoragik di RSUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
72