EXECUTIVE SUMMARY
UJI MODEL PERENCANAAN SOSIAL-EKONOMI PENGGUNAAN AIR IRIGASI SECARA HEMAT
TAHUN ANGGARAN 2011
1
1.
Pendahuluan. Belajar dari pengalaman era Pelita, negara Indonesia yang mendatangkan beras dari luar negri terbukti dapat menjadi negara berswadaya beras, ini disebabkan oleh penyuluhan teknologi pertanian dan dukungan prasarana
pengairan
sehingga petani melakukan budidaya padi intensif menggunakan pupuk kimia, obat hama tanaman untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Ketergantungan dan penggunaan pupuk kimia, pembasmi hama kimia terus meningkat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan, berkurangnya pendapatan petani karena harga pupuk kimia semakin mahal. Sejak Henry tahun 1999 memperkenalkan SRI ke Indonesia dan adanya program Pola Tanam Terpadu dengan bercocok tanam padi dengan pemberian air berselang, bibit muda dan pemupukan sesuai kebutuhan tanaman, membuahkan harapan karena memberikan hasil gabah yang lebih tinggi serta penggunaan air irigasi yang lebih hemat. SRI maupun PTT, dianggap dapat menjawab permasalahan kebutuhan beras , ramah lingkungan, mensikapi semakin langkanya air sehingga harus digunakan secara efektif, menyerap tenaga kerja di pedesaan. Pengaruh iklim dapat mempengaruhi produksi pangan, tetapi bukan hanya faktor alam tetapi juga dari diri petani sendiri yang tidak mudah untuk menerima hal yang baru (inovasi SRI ) dengan beralih dari budidaya padi konvensional yang melekat padi diri petani sejak lama, termasuk perubahan peraturan yang berdampak menurunnya pembinaan masyarakat tani dalam pengelolaan irigasi. Permasalahannya adalah petani belum mengetahui atau percaya bahwa pola pemberian air (inovasi SRI atau PTT) dengan berpengairan macak-macak dapat meningkatkan jumlah anakan dan produksi dibandingkan dengan konvensional, Rendahnya aktifitas sosialisasi, pelatihan dan pendidikan untuk merubah pola pikir,prilaku petani, kegiatan dilakukan tanpa pedoman yang jelas dibandingkan priode Pelita yang cepat merobah prilaku petani tradional.
1
Ketersediaan lumbung beras Nasional dan pelestarian alam menjadi kebijakan pemerintah, sehingga presiden mencanangkan penanaman
SRI, selanjutnya
Mente yang terkait membuat gerakan sesuai dengan kewenangannya, kementerian Pekerjaan Umum mempersiapkan jaringan irigasi dan kementerian Pertanian mempersiapkan budidaya tanaman padi. Kementerian PU selain melakukan peningkatan jaringan juga melakukan pelatihan “efisiensi air irigasi dengan metode SRI”, kerjasama dengan LSM mengajarkan budidaya padi SRI organik, selanjutnya petani secara mandiri (sendiri-sendiri) melaksanakan di lahannya masing-masing. Hasil
penelitian
sosial-ekonomi
mendapatkan
bahwa
petani
tidak
bisa
menerapkan SRI di sawah karena kendala pengaturan air tingkat tersier, pembuangan yang buruk, petandur belum berpengalaman menanam bibit berumur 7 – 10 hari (tanam muda). Ini memerlukan perubahan sosial atau sosial enginnering, sasarannya adalah pemilik tanah, penggarap, dan pemangku kepentingan lainnya. “Rekayasa sosial” sebuah kiat dan strategi mengubah masyarakat sekitar, apabila ingin melakukan perubahan sosial kita harus mengkampanyekan kpribadian inovatif secara besar-besar di mediamasa atau pendidikan sehingga muncul kepribadian yang memberikan keterbukaan dan kreativitas.1 Produk yang dihasilkan oleh kementerian PU maupun Pertanian dapat dibagi atas barang pisik, jasa dan gagasan, produk tersebut menurut Prof.Theodore dari Harvard dibedakan sebagai konsep menjual dan pemasaran. Konsep menjual memusatkan perhatian kepada kebutuhan penjual dengan jumlah teknologi di lapangan, sedangkan konsep pemasaran pada kebutuhan pembeli
menghasilkan
peningkatan produksi, peran
masyarakat,
sosial,
2
ekonomi,lingkungan. Ini mungkin yang harus dipahami bahwa pemerintah tidak hanya mentargetkan banyak produksi yang telah dikaryakan(dibuat), tetapi 1 2
Rakhmad,Jalaluddin, Rekayasa Sosial. Kotler,Management Pemasaran,hal.18.1997.
2
banyaknya masyarakat terpenuhi kebutuhannya untuk meningkatkan ekonomi / pendapatannya. Dimasyarakat sendiri masih timbul ungkapan bahwa kegiatan pemerintah adalah kegiatan sebuah proyek ( keuntungan pada pemerintah/pelaksana), bukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Agar supaya jasa, pisik,gagasan dari pemerintah dapat diterima oleh masyarakat perlu pendekatan pemasaran sosial (social marketing), salah satunya untuk rekayasa sosial-ekonomi penggunaan air irigasi secara hemat. Pemasaran berarti sebuah proses sosial dan managerial yang didalamnya individu dan kelompok pelaksanaan, apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produksi yang bernilai dengan pihaklain.3 Pedoman rekayasa sosial-ekonomi penggunaan air irigasi secara hemat yang akan dipergunakan disusun berdasarkan hasil penelitian irigasi hemat air dan metode SRI di Jawa Barat, Jambi, Sulawesi Selatan, walaupun telah dibahas di Sub Pantek Sumber Daya Air masih perlu untuk dilakukan ujicoba, untuk penyempurnaan sebelum dipergunakan.
2.
Metodologi. Uji model perencanaan sosial-ekonomi penggunaan air irigasi secara hemat dilakukan di desa Pucangsimo kecamatan Bandar Kedung Mulyo kabupaten Jombang Jawa Timur dan di desa Tamiyang kecamatan Kroya Kab.Indramayu Jawa Barat. Kegiatan uji model didasarkan kepada tahapan penelitian: Persiapan Koordinasi SosialisasiPemetaan SosialPengumpulan DataPendampingan Analisis.
3
S.Berti Istiyanto,M.Si, Social Marketing.
3
Selanjutnya
menggunakan
tahapan
pedoman
rekayasa
sosial-ekonomi
penggunaan air irigasi secara hemat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, lebih banyak melakukan interaktif dengan fakta yang akan ditelliti, peneliti bersikap sebagai instrument yang akan menyesuaikan dengan lingkungan penelitian, dapat menangkap fenomena dan keakuratan informasi, data dan mementingkan kepada wawancara dan observasi.4.
Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Rural Appraisal
(PRA) dipergunakan dalam penelitian ini, alasan menggunakan RRA karena ingin mendapatkan informasi yang cepat dalam permasalahan dan PRA dipergunakaan karena adanya keterlibatan dari masyarakat sejak awal serta kebersamaannya dengan peneliti dalam kegiatan penelitian.5 Sumber data berasal dari instansi pengairan, instansi pertanian, kantor desa dan kelompok tani di lokasi penelitian dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi,kuestioner dan dokumen. Analisis menggunakan SWOT, dimana adanya faktor eksternal dan internal dari pelaksanaan uji coba tersebut. Penilaian ujicoba dilakukan dengan pengujian Reabilitas,Aplikabilitas, kemudahan penerapan, efisiensi dan efektifitas.
3.
Hasil Penelitian 1) Desa Pucangsimo dan Desa Tamiyang Desa Pucangsimo kabupaten Jombang belum lama dibangunkan prasarana jaringan irigasi yang airnya berasal dari sistim daerah irigasi Mrican Kanan, masyarakat sudah dapat menanam padi dari satu kali menjadi 2 kali per tahun, desa ini merupakan desa pertanian karena sebagian besar petani
4 5
Wahyu, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis, hal.9. Muhamad, Metodologi Penelitian (Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam, hal.28.
4
menggantungkan hidup sektor pertanian, luas potensial sawah sekitar 200 ha, yang baru terairi sekitar 24 ha. Program peningkatan ekonomi masyarakat yang ada peternakan sapi, bantuan pendidikan untuk anak kurang mampu, rumah kompos yang semuanya dapat berjalan dengan baik. Jaringan irigasi tingkat tersier belum sempurna pengelolaannya, sehingga menimbulkan konflik antar petani atau dengan 2 kelompok petani yang mengelola 2 pintu sadap desa Pucangsimo. Ujicoba model perencanaan sosial-ekonomi
di
desa
ini
dilakukan
dengan
kesepakatan
akan
melaksanakan irigasi hemat air dan tanaman padi SRI. Kegiatan ujicoba dilakukan dengan mengikuti tahapan pedoman mulai koordinasi, sosialidasi, penelusuran jaringan,perencanaan partisipatif dan tahap pemantapan jaringan. Pemantapan jaringan dengan penerapan sarana irigasi hemat air berupa 1 (satu) bangunan ukur CTFdan 10 (sepuluh) pintu fiber semen yang digerakkan secara mekanis, pembelajaran fero semen dan penerapannya untuk bangunan bagi dan linning saluran. Desa Tamiyang merupakan tempat demplot irigasi tetes, desa ini merupakan desa pertanian, dimana petani menanam lahan garapannya dengan bercocok tanam sayuran,cabe dan padi. Dengan kondisi lahan yang kering, dan petani bertanam komoditas dengan nilai ekonomi tinggi sehingga menjadi pilihan lokasi demplot irigasi tetes. Jaringan irigasi tetes dibangun pada bulan Juli untuk luasan sekitar 1,4 ha yang terletak di tanah milik desa ( di sewa Rp.5 juta/bau (7.000 m2) per tahun) dan digarap oleh 7 petani. Semula sumber air untuk jaringan irigasi tetes dari sumur dangkal, rumah pompa sumur dalam sejak bulan September telah dapat dioperasikan dengan debit 7 l/detik beserta jaringan irigasi air tanah dengan panjang pipa 700 m. Dalam
masa
demplot,
petani
cabe
mendapatkan
pendampingan
mengoperasikan jaringan irigasi tetes dari Balai Irigasi, tetapi untuk budidaya
5
cabe diserahkan kepada kemandirian petani, pada saat penanaman mendapatkan kendala hama tikus, penyakit ( rontok daun). Dengan kondisi tersebut maka petani melakukan penyiraman total (nyilep), pohon cabe bertunas kembali, tetapi selanjutnya setelah berbuah mengalami kematian. Hasil cabe di jaringan irigasi tetes jauh berkurang dibandingkan dengan penyiraman konvensional. Petani menyatakan bahwa perakaran tanaman dengan pemberian air secara tetes tidak menyebar seperti perakaran penyiraman yang biasa dilakukan oleh petani. Dengan adanya jaringan air tanah,petani disekitar rumah pompa telah dapat memanfaatkan air dengan biaya Rp.25.000/jam, dan kebutuhan untuk mengolah tanah (bajak dan siap tanam) dengan luas 1(satu) bau atau 7.000 m2 sebanyak14 jam kerja pompa.
Untuk tanaman sayuran (pare)
dibutuhkan air sekitar 4 jam kerja pompa saat membutuhkan air. 2)
Pengembangan irigasi hemat air oleh instansi pengairan dan pertanian. Instansi Balai Wilayah Sungai di Jawa Barat maupun Jawa Timur telah melakukan sosialisasi irigasi hemat air. Balai Besar Wilajah Sungai Citarum melakukan pelatihan bagi petugas pompa air tanah, petugas desa dan aparat lapangan untuk mengenal budidaya tananam SRI, pelatihan dilakukan di kelas dan praktek menanam bibit muda, selanjutnya peserta menerapkan secara mandiri budidaya SRI dan pembuatan pupuk organik, obat hama organik. Balai Besar Wilayah Sungai Solo melakukan pelatihan dengan pelatihan kelas,materi
tidak
hanya
materi
SRI
tetapi
materi
pemberdayaan,
pengelolaan jaringan irigasi, dan masalah sosial-ekonomi. Dinas Pertanian
Jawa Timur telah melakukan pembinaan aparat dan
kelembagaan masyarakat tani untuk pengelolaan jaringan irigasi sesuai dengan tupoksi yang diatur dalam PP,No.38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kab/kota. 4.
Analisis.
6
1)
Pengelolaan irigasi, peran pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Instansi bidang sumber daya air dan pertanian telah menjalankan kebijakan sesuai dengan tugas dan fungsinya, upaya meningkatkan kinerja jaringan irigasi permukaan maupun jaringan irigasi air tanah (JIAT) dilakukan program efisiensi penggunaan air irigasi, walaupun dalam pelatihan hanya terbatas pada tingkat pembelajaran kelas, tetapi diharapkan para peserta dapat melakukan pengembangan diri secara mandiri untuk melakukan budidaya padi SRI yang lebih hemat air. Sosialisasi irigasi hemat air yang dilakukan oleh BBWS bersifat menjual sebuah produk inovasi, peserta tidak secara
langsung dapat mempra
ktekkan, mengamati, mempelajari kelebihan dan kekurangan dari inovasi. Penjualan ini telah berhasil karena target angkatan dan jumlah peserta yang telah menerima produk, tetapi dari
perserta yang ikut tersebut tidak
semuanya atau hanya sebagian kecil yang dapat melaksanakan SRI secara mandiri atau menyebarkan pengetahuan tersebut kepada petani lain. Prinsip sosial marketing (pendekatan prilaku kepada petani) dipergunakan dalam menerapkan irigasi hemat air di Pucangsimo, antara lain dengan memberikan rasa kepercayaan keterjaminan pengaturan air tanpa konflik, petani dapat menanam padi SRI yang lebih hemat air, dan rasa memiliki. Sedangkan irigasi tetes adalah sebuah inovasi yang diperkenalkan kepada petani, pemasaran produk tidak berhasil jika petani tidak memanfatkan pada priode tanam pada musim berikutnya, dan hanya sebagai produk yang menguntungkan bagi penelitian.
2)
Penilaian uji model. Dalam tahapan pedoman dilakukan uji model di lapangan, dari hasil rekapitulasi dalam tabel.1,
diketahui bahwa kegiatan rekayasa sosial-
ekonomi praktek lapangan mempunyai nilai bobot yang cukup tinggi, berarti
7
bahwa kegiatan ini sangat penting dalam perencanaan sosial-ekonomi penggunaan air irigasi secara hemat. Sebelum penerapaan penggunaan air irigasi secara hemat harus dilakukan perencanaan partisipatif terlebih dahulu. Kecilnya peran pemangku kepentingan berarti bahwa kegiatan ini dapat dilakukan secara partial oleh instansi terkait, tetapi masih diperlukan koordinasi pada tingkat persiapan kegiatan.
Tabel.1.. Rekapitulasi Bobot Penilaian Uji Model.
Aktifitas Model 1 Kerangka Dasar 2 Persyaratan RSPAISH 3 Pemangku kepentingan IHA 4 Potensi Permasalah Sos-Ek 5 Tahapan Reksos 6 Tahapan Persiapan 7 Pemetaan Sos-Ek 8 Prinsip pembiayaan kegiatan 9 Reksos utk aparat,stakeholder 10 Musyawarah/rembuk 11 Keberadaan Petani 12 Pendekataan Reksos Sosialisasi tk.Petani 13 Pendekataan Reksos pelatihan petani 14 Reksos praktek lapangan dan demplot 15 Reksos pemantapan jargasi tersier 16 Penelusuran jaringan 17 Perencanaan partisipatif 18 Reksos penerapaan penggunaan Air ISH 19 Monitoring dan Evaluasi
3)
R
A 1 0.5 0 1 1 1 1 0 1.3 1.3 1 2 2 2 1 1 2 2 1
KP Efi Efe 0 1 1 1 1 1 1 0,5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
Total 2 2.5 1 2 2 2 2 2 3.3 2.3 3 4 4 5 4 4 5 5 2
Analisa SWOT. Analisa SWOT dilakukan untuk mendapatkan strategi agar kegiatan penggunaan air irigasi secara hemat dan pengembangan budidaya padi / tanaman yang lebih hemat air.
8
Pengaruh luar yang didapat dari EFAS ternyata lebih besar dari IFAS, ini berarti bahwa yang sangat mempengaruhi penerapan irigasi hemat air bukan dari instansi terkait. Dari hasil strategi SO, WO, ST dan WT diketahui
strategi yang akan
dilakukan hal hal sebagai berikut; 1)
Meningkatkan sosialisasi ketingkat usaha tani
2)
Memperkuat hubungan dan kerjasama denga pihak swasta untuk mengembangkan SRI.
3)
Memperbaiki jaringan secara partisipatif untuk irigasi hemat air.
4)
Melakukan pelatihan kepada aparat dinas
5)
Desiminasi peraturan irigasi
6)
Melakukan koordinasi dan workshop pedoman SRI
7)
Perlu dilakukan penyuluhan terpadu
8)
Mengikutsertakan petani dalam setiap kegiatan pengelolaan irigasi dan usaha tani.
9)
Menetapkan kebijakan dengan berdasarkan peraturan yang berlaku.
10) Mensosialisasikan peratuan 11) Lebih banyak melakukan demplot dengan peserta dari petani, pemilik lahan dan penggarap.
9
Tabel .2. Matrik SWOT Uji Model Penggunaan Air Irigasi Secara Hemat. IFAS
EFAS
0PPORTUNIES /PELUANG (O) - Kebutuhan pangan meningkat - Alih fungsi lahan - Urbanisasi tinggi - Sumber air terbatas - Peran LSM budidaya bertambah - Peran swasta bertambah - Lumbung pangan keluarga petani TREATH/ANCAMAN(T) - Kebijakan pemerintahyg sering berubah - Keuntungan padi menurun - Sikap dan prilaku pemilik lahan - Masih bernuansa proyek - Lemahnya kelembagaan - Petani menanam komoditas lahan kering/kebun bernilai ekonomis tinggi - Kurangnya pioneer muda dalam budidaya padi
STRENGTH /KEKUATAN(S) - Struktur pelayanan teknis hingga ketingkat petani - Jaringan primer/sekunder telah tersdia - Kebijakan rebabilitasi jaringan irigasi - Kebijakan pertanian menunjang pangan - Pemberdayaan masyarakat semakin kuat - Perbaikan sarana tk.tersier/usaha tani
WEAKNESSES/KELEMAHAN (W) - Kemampuan SDM masih lemah - Penerapan peraturan irigasi belum sepenuhnya dilaksanakan - Koordinasi program antar dinas,pusat, daerah belum berjalan, atau dalam satu DI - Ego program per sektor masih kuat - Penerapan PP.no.38 belum sepenuhnya - Belum ada petunjuk mengatur air
STRATEGI SO) - Meningkatkan sosialisasi ketingkat usaha tani - Memperkuat hubungan dan kerjasama dengan pihak swasta untuk mengembangkan SRI - Memperbaiki jaringan secara partisipatif untuk irigasi hemat air.
STRATEGI WO - Melakukan pelatihan kepada aparat dinas - Desiminasi peraturan irigasi - Melakukan koordinasi dan workshop pedoman SRI
STRATEGI ST - Perlu dilakukan penyuluhan terpadu - Mengikutsertakan petani dalam setiap kegiatan pengelolaan irigasi dan usaha tani.
STRATEGI WT - Menetapkan kebijakan dengan berdasarkan peraturan yang berlaku. - Mensosialisasikan peratuan - Lebih banyak melakukan demplot dengan peserta dari petani, pemilik lahan dan penggarap
10
5.
Kesimpulan dan Rekomendasi
5.1. Kesimpulan
Uji Model Perencanaan Sosial Penggunaan Air Irigasi dilaksanakan dengan mengikuti tahapan-tahapan pada pedoman rekasaya sosial-ekonomi, namun terdapat kendala–kendala yang ditemui di lapangan antara lain: (i) Koordinasi sulit dilakukan mengingat masing-masing pemangku kepentingan telah mempunyai
program dan
(ii)Pemetaan
Sos-ek-ling
jadwal ideal
(menjalani
dilakukan
agenda
sebelum
masing-masing),
sosialisasi
namun
mengingat efektifitas waktu dan tenaga maka diantara kegiatan pemetaan (belum selesai) dapat dilakukan sosialisasi.
Di JawaTimur,
kelembagaan petani umumnya sudah berdasarkan lokasi
hamparan, sehingga tidak ada perbedaan antara kelompok tani dengan p3a.
Iuran yang terdapat di kelompok tani tidak hanya untuk kebutuhan organisasi, tetapi dapat dipergunakan untuk meningkatkan saluran (linning) secara bertahap.
Petani belum dapat menerapkan irigasi hemat air, mengingat prasarana pengatur pemberian air belum tersedia (meskipun petani sudah mendapatkan sosialisasi, namun belum ada yang mencoba / praktek).
Pertemuan dengan petani pada sore hari (setelah kesibukan petani di sawah selesai kecuali pada hari Jum’at dapat dimajukan antara pukul 14.00 – 15.00) berhasil dilaksanakan dengan indikator kehadiran petani 80%.
5.2. Rekomendasi
Persiapan memegang peran yang sangat penting dalam pelaksanaan reksos, sehingga koordinasi yang ditujukan untuk mensinergikan program-program sebaiknya dilaksanakan sebelum penyusunan anggaran.
Pemetaan sos-ek-ling yang dilaksanakan seiring dengan sosialisasi tingkat instansi dan tokoh masyarakat hendaknya sudah menghasilkan gambaran pemangku kepentingannya (peserta yang diundang)
11
Meskipun tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier berada di petani, namun untuk memancing konstribusi (iuan) yang lebih besar, diperlukan stimulan dari pemangku kepentingan lainnya.
Dengan stimulan yang diberikan, diharapkan kelengkapan pengaturan air dapat terwujud, sehingga
petani dapat melakukan percobaan / praktek
disawahnya. Untuk keberhasilan penerapan irigasi secara hemat maka petani harus didampingi (tidakdilepas sendiri-sendiri) oleh pendamping lapangan (penyuluh).
Dalam kegiatan perencanaan sosial penggunaan air irigasi secara hemat hendaknya tetap memperhatikan waktu yang disepakati oleh petani.
12