EVALUASI STRATEGI THORBURN UNTUK MEMASUKI PASAR EXPANSION JOINT DI INDONESIA
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Perkembangan Sektor Energi Di Indonesia Energi listrik merupakan suatu kebutuhan vital dalam sektor komunikasi, transportasi, proses produksi, kesehatan, entertainment dan berbagai aktivitas lainnya. Kebutuhan ini semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, hal ini juga terjadi di Indonesia sebagai salah satu negera berkembang dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pemicu lainnya adalah semakin meningkatnya taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu investor kelistrikan menilai bahwa keberadaan pembangkit listrik masih dibutuhkan untuk memenuhi daya listrik di Indonesia Beberapa perusahaan besar melihat peluang bisnis di sektor energi ini masih sangat potensial di Indonesia hingga beberapa tahun ke depan., seperti Siemens yang telah memegang pengoperasian dan perawatan dua pembangkit, yaitu PLTU Paiton 2 dan PLTU Muara Tawar. Peluang memanfaatkan pertumbuhan kebutuhan listrik juga disampaikan produsen pembangkit listrik asal Austria, General Electric. Direktur Penjualan dan Jasa GE, Jenbacher Eugen Laner mengatakan bahwa Indonesia punya pasar yang potensial bagi produsen mesin pembangkit bertenaga gas. Di Indonesia ada 40 pembangkit yang memakai mesin produksi GE. "Kami melihat tingginya permintaan di kawasan Asia, terutama Indonesia," katanya. Masalahnya adalah bahwa saat ini Indonesia sedang memprioritaskan pembangkit tenaga listrik berbahan bakar batu
1
bara, dalam hal ini perusahaan China adalah salah satu produsen terbaik di dunia untuk mesin-mesin pembangkit berbahan bakar batu bara. Yang terjadi saat ini adalah adanya ketidakseimbangan antara jumlah pasokan dan kebutuhan listrik, sehingga sering kita mendengar adanya pemadaman secara bergiliran sebagai dampak kurangnya pasokan listrik. Langkah yang dilakukan oleh pemerintah adalah menambah pasokan listrik dengan cara memperbaiki manajemen perawatan serta meng-“up grade” pembangkit listrik yang tidak berfungsi secara optimal. Langkah lain yang ditempuh pemerintah adalah dengan membangun pembangkit listrik baru skala kecil dan menengah dengan target program percepatan kelistrikan 10.000 MW yang tersebar di beberapa tempat di Indonesia melalui kerjasama dengan China sebagai salah satu spesialis pembangkit batu bara, beberapa lokasi rencana pembangunan pembangkit listrik program 10.000 MW ditunjukkan pada gambar 1.1. Gambar 1.1 Lokasi Pembangunan PLTU Batu Bara Program 10.000 MW
Sumber : Departermen Perindustrian (2007)
2
Namun demikian Indonesia masih akan dihadapkan masalah lain berupa kelangkaan batu bara untuk beberapa tahun ke depan dan masalah lingkungan sebagai akibat pembuangan emisi karbon hasil pembakaran batu bara. Alternatif lain untuk mengatasi masalah lingkungan dengan biaya operasi rendah adalah PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), permasalahnnya hanya pada saat kemarau debit air tidak dapat kontinyu karena turunnya kapasitas air dalam waduk. Potensi lain yang belum tergarap secara optimal adalah PLTP (panas bumi) yang merupakan potensi energi listrik besar dan relatif murah di Indonesia, salah satu contoh adalah Propinsi Sulut (Sulawesi Utara). Potensi di Sulut memiliki energi yang tersimpan di perut bumi Minahasa dan Bolmong sesuai hasil survey ± 600 MW (data Pertamina). Selain itu pembangkit potensial yang hingga saat ini namun masih kontroversi adalah PLTN (Nuklir) yang diperkirakan akan segera dibangun di Indonesia. Masih terkait dengan sektor energi, isu yang berkembang di Indonesia saat ini adalah semakin tingginya kebutuhan bahan bakar untuk memenuhi permintaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan ini terjadi pada semua bentuk bahan bakar, dalam bentuk cair seperti solar dan premium sangat erat kaitannya dengan peningkatan pertumbuhan transportasi, sedangkan minyak tanah, walaupun sudah ada program konversi ke LPG, tidak dapat begitu saja ditinggalkan oleh masyarakat dan dunia industri. Dalam bentuk gas LPG, Indonesia terikat kontrak suplai LPG ke China yang masih harus dipenuhi hingga beberapa tahun ke depan, selain itu program dalam negeri untuk menggantikan minyak tanah dengan LPG secara otomatis akan meningkakan permintaan sumber daya energi dalam bentuk gas ini. Demikian juga dengan kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam Program Kelistrikan 10.000 MW yang menggunakan bahan bakar batu bara akan memicu tingginya kebutuhan batu bara sebagai salah satu bahan bakar berbentuk padat. Sebagaimana bisnis kelistrikan maka saat ini kita melihat begitu banyaknya perusahaan lokal maupun asing yang ikut andil dalam mengeksplorasi sumber daya energi yang tersebar di seluruh Indonesia. Berawal dari kondisi inilah maka berbagai
3
industri yang memproduksi peralatan pendukung pembangkit listrik dan pengolahan bahan bakar masih memiliki prospek yang cukup baik hingga beberapa tahun mendatang. Salah satu peralatan pendukung ini adalah “expansion joint”, yang digunakan untuk menghubungkan pipa atau “ducting” yang dialiri oleh panas agar tidak mengalami keretakan karena pemuaian dan penyusutan sebagai akibat proses panas/dingin saat beroperasi dan saat dimatikan, walaupun terlihat diam namun pada dasarnya expansion joint bergerak saat dipakai, oleh karena itu peralatan ini secara normal akan rusak dan harus diganti dalam waktu tertentu.
1.1.2. Expansion Joint Thorburn Dan PT. Kajian Logam Persada Sebagaimana kami jelaskan di atas bahwa Expansion Joint adalah suatu peralatan pendukung sistim perpipaan dalam industri yang melibatkan proses panas dengan disertai adanya aliran media baik cair, gas maupun debu. Fungsi dari Expansion joint adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan pada pipa dan peralatan lainnya sebagai akibat adanya pemuaian / penyusutan, vibrasi dan pergeseran posisi (missalignment). Saat ini penulis bekerja sama dengan salah satu produsen expansion joint Merk THORBURN dari Perusahaan Thorburn Equipment Incorporated - Canada yang mencoba mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Dari sisi produk, Thorburn memiliki keunggulan teknologi dibandingkan beberapa produk lain sejenis. Thorburn memiliki prestasi sangat baik khususnya dalam menangani PLTP yang memiliki karakteristik tekanan vacuum tinggi dan PLTN yang menuntut tidak adanya kebocoran (zero lekage), demikian juga pada industri pengolahan migas, semakin tinggi kesadaran akan pentingnya kualitas untuk minimalisasi resiko kegagalan maka semakin baik prospek yang dimiliki oleh produk Thorburn. Cara yang ditempuh oleh Thorburn untuk memasuki pasar Indonesia adalah dengan menggandeng perusahaan lokal yaitu PT. Kajian Logam Persada di Jakarta sebagai “Exclusive Sole Agent” di Indonesia. Bagi PT. Kajian Logam Persada
4
expansion joint merupakan produk yang sama sekali berbeda dengan bisnis utama mereka selama ini meskipun cenderung memiliki pasar yang sama; pembangkit listrik dan pabrik semen. Bisnis yang dijalankan oleh PT. Kajian Logam Persada adalah rekondisi komponen metal yang mengalami keausan sebagai akibat gesekan dengan bahan baku dalam proses pengolahan bahan tambang batu bara atau batu kapur pada pembangkit listrik dan pabrik semen. Proses pertemuan antara PT. Kajian Logam Persada dengan Thorburn adalah melalui perantara kedutaan Canada di Jakarta. PT. Kajian Logam Persada adalah perusahaan yang memiliki hubungan sangat luas dengan beberapa pembangkit listrik di Indonesia terutama BUMN dan memiliki latar belakang pengalaman bidang pemeliharaan peralatan yang digunakan dalam industri perminyakan dan semen. Dengan demikian, seharusnya perpaduan antara keunggulan teknologi oleh Thorburn dengan penguasaan market oleh PT. Kajian Logam Persada, ditambah dengan dukungan penulis dalam Tim Surabaya yang memiliki pengalaman selama delapan tahun menangani Expansion Joint seharusnya menjadi suatu kekuatan yang saling melengkapi. Kenyataannya bahwa Produk Thorburn kurang kompetitif dalam tender dan yang lebih parah adalah hubungan antara Thorburn dengan PT. Kajian Logam Persada nampaknya akan berakhir dalam kondisi tidak baik.
1.1.3. Alur Penulisan Secara
prinsip
penelitian
ini
bertujuan
menganalisis
penyebab
ketidakmampuan Produk Thorburn untuk bersaing di Indonesia dengan mengevaluasi model kerjasama antara Thorburn sebagai Principal dan PT. Kajian Logam Persada sebagai Exclusive Sole Agent di Indoensia, sehingga diharapkan dapat memperoleh gambaran strategi yang lebih sesuai dalam menghadapi persaingan. Untuk dapat memahami kondisi yang ada, penulis menggunakan pendekatan teori tentang visi, misi dan strategi persaingan serta proses pembelian dalam teori
5
pasar organisasi. Pendekatan struktur pasar dibahas dalam teori pasar Oligopoly, pendekatan teori keagenan digunakan untuk dapat memahami kondisi internal, juga dibahas beberapa strategi yang dilakukan perusahaan dalam ekspansi memasuki pasar global. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dalam terapan bisnis untuk menggambarkan kejadian yang masih berlangsung dan interaksi dari berbagai faktor yang terkait, pendekatan yang dipakai adalah studi kasus mengenai ketidakmampuan produk Thorburn untuk bersaing dan gejala ketidak harmonisan hubungan antara Thorburn dengan PT. Kajian Logam Persada. Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara teori dan faktn untuk dapat menggambarkan situasi yang terjadi. Berdasarkan perbandingan tersebut diharapkan dapat memunculkan suatu pilihan strategi yang dianalisis dengan Metode Analisis SWOT, Matrik BCG dan Matrik SPACE. Untuk menguji pilihan strategi digunakan Analisis IFAS & EFAS. Sebagai penutup, kesimpulan dari tesis ini merupakan suatu usulan yang akan disampaikan kepada Thorburn mengenai alternatif strategi bisnis yang dapat dicoba penerapannya di Indonesia. Secara umum keberhasilan dari strategi ini diharapakan sedikit banyak mampu membantu percepatan transfer teknologi khususnya dalam bidang expansion joint di Indonesia.
1.2.
PERUMUSAN MASALAH Sebagaimana dijelaskan bahwa Produk Thorburn memiliki berbagai
keunggulan teknik dibandingkan produk lain sejenis, sedangkan PT. Kajian Logam Persada memiliki hubungan baik dengan pelanggan utama terlebih lagi didukung oleh Tim Surabaya yang memilki pengalaman selama 8 tahun menangani expansion joint, namun ada beberapa masalah yang perlu dicermati dalam kerjasama diantara ketiga pihak tersebut.
6
1. Produk Thorburn sulit berkompetisi di Indonesia, baik dengan sesama produk import maupun produk lokal. Sedangkan di luar Indonesia produk Thorburn cukup kompetitif. Ada beberapa hal yang menjadi sebab kekalahan Thorburn dalam tender : -
Harga lebih tinggi dari kompetitor
-
Delivery time yang terlalu lama
2. Seringkali terjadi komunikasi yang tidak harmonis antara Thorburn dengan PT. Kajian Logam Persada selaku Exclusive Sole Agent diantaranya : a. Pada awal Juli 2009; menyangkut sisitim pembayaran antara PT. Kajian Logam Persada dengan Thorburn serta biaya tenaga supervisi di Indonesia untuk order yang pertama dari perusahaan pembangkit listrik milik negara; PT. PJB Gresik. b. Pada pertengahan Juli 2009; permasalahan menyangkut penawaran langsung dari Thorburn ke PT. Alstom Power Energy Sistem Indonesia untuk proyek di Australia, PT. Kajian Logam Persada menilai bahwa Thorburn seharusnya menawarkan barang melalui PT. Kajian Logam Persada sebagai exclusive sole agent, sedangkan Thorburn berpendapat bahwa agar harga lebih kompetitif
maka
harus
memasukkan
penawaran
langsung,
terlebih
menyangkut perluasan pasar di luar negeri. c. Pada akhir tahun 2009; timbul masalah terkait dengan pengujian kualitas barang untuk Order dari PT. Pertamina UP VI Balongan, masalah antara kesepakatan dan realisasi pembayaran serta proses pengembalian barang yang ditolak oleh pelanggan. 3. Akibat masalah yang terjadi pada akhir tahun 2009, penulis melihat bahwa kerja sama antara kedua perusahaan ini nampaknya akan berakhir dalam kondisi tidak ada “trust” (saling kepercayaan) sebagai landasan setiap kerjasama secara umum antara Thorburn dan PT. Kajian Logam Persada.
7
Berdasarkan teori dan observasi, selanjutnya dilakukan komparasi terhadap berbagai alternatif yang ada untuk mendapatkan strategi ayng lebih baik.
1.3.
TUJUAN PENELITIAN Secara prinsip penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui penyebab ketidakmampuan Produk Thorburn untuk bersaing di Indonesia. 2. Mengevaluasi model kerjasama antara Thorburn dengan PT. Kajian Logam Persada sebagai Exclusive Sole Agent di Indoensia. 3. Memperoleh gambaran strategi yang bisa diterapkan agar Produk Thorburn lebih mampu bersaing.
1.4.
SISTIMATIKA PENULISAN Agar lebih mudah dipahami, tesis ini kami susun dengan sistimatika sebagai
berikut : Bab I;
Pendahuluan menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, sistimatika serta tujuan penulisan tesis.
Bab II; Landasan Teori memberikan pendekatan teoritis terhadap kondisi riil sebagai landasan analisis yang akan dilakukan. Bab III; Metodologi penelitian menjelaskan prosedur penelitian, sekilas tentang produk expansion joint dan perusahaan Thorburn serta hasil pendekatan teori untuk dianalisis lebih lanjut. Bab IV; Analisis yang digunakan dalam penelitian yaitu Analisis SWOT, Matrik BCG, Matrik SPACE dan Analisis IFAS. Bab V; Penutup berisi kesimpulan dan saran
8