UNIVERSITAS INDONESIA
EVALUASI PROGRAM TELEVISI KOMPETISI STAND UP COMEDY INDONESIA KOMPAS TV SEASON 3 Periode 7 April 2013 hingga 5 Mei 2013
TUGAS KARYA AKHIR
TOMY RADO P. SINAGA 0906492152
PROGRAM SARJANA REGULER DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JUNI 2013
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
EVALUASI PROGRAM TELEVISI KOMPETISI STAND UP COMEDY INDONESIA KOMPAS TV SEASON 3 7 April 2013 - 5 Mei 2013
TUGAS KARYA AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Komunikasi
TOMY RADO P. SINAGA 0906492152
PROGRAM SARJANA REGULER DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JUNI 2013 i
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
BBiryrf..:
i,*.ryY5F:a,f,.i. , .r:3iff1.. r.r-,€xT.:'r::1r,i'iry
:
-
5tj.:%fl I L
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tugas Karya Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun diruiuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Tomy Rado P. Sinaga
Nama
:
NPM
:0906492152
Tanda Tangan
:
ill ij
lli
illr
Tempat
fri,
langgal
:
3 Juli 2013
;:t.l
itl::,, .:1:..:
ll
:j|,:
t.
Iit:lt:
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Karya Akhir
ini diajukan oleh
:
Nama
Tomy Rado P. Sinaga
NPM
0906492152
Program Studi
Komunikasi Media S1 Reguler
Judul Tugas Karya Akhir
Evaluasi Program Televisi Kompetisi Stand up Comedy Indonesia Kompas TV Season 3
Telah berhasil dipertahankan
di
hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Reguler Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Potitik, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Pembimbing
Dr. Donna Asteria, M.Hum
Penguji
Dr. Pinckey Triputra, M.Sc
Ketua Sidang
Dra. Ken Reciana Sanjoto,
Ditetapkan di
Depok
Tanggal
3 Juli 2013
MA
vh"4^ rttu,oar
(........................)
t
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia dan kasih sayang yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Tugas Karya Akhir ini hingga lembar dan titik terakhir. Sudah hampir delapan semester saya menimba ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan selama berkuliah di sini. Penulisan Tugas Karya Akhir ini merupakan salah satu wujud pengaplikasian ilmu yang saya dapatkan selama berkuliah. Saya memilih topik mengenai evaluasi terhadap program stand up comedy sebagai bentuk tanggung jawab sebagai mahasiswa komunikasi media untuk mendukung terciptanya tayangan televisi yang berkualitas bagi masyarakat televisi indonesia serta sebagai wujud dukungan saya terhadap hiburan komedi cerdas, stand up comedy yang dapat membangun sekaligus mencerdaskan masyarakat Indonesia. Saya berharap Tugas Karya Akhir ini dapat bermanfaat bagi kalangan akademis maupun masyarakat luas. Saya menghaturkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan dengan kerendahan hati, saya pun bersedia menerima berbagai kritik dan masukan yang konstruktif bagi diri saya sendiri maupun demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Depok, Juni 2013
Tomy Rado P. Sinaga
iv
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Tidak dapat dipungkiri bahwa Tugas Karya Akhir ini merupakan salah satu pengalaman berarti bagi saya untuk yang membantu saya untuk lebih mengenal dan memacu kemampuan diri saya untuk menjadi lebih baik lagi. Bagai sebuah perjalanan, Tugas Karya Akhir ini sendiri tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang memberi saya dukungan baik secara moril dan materiil. Memberi saya semangat serta dukungan data untuk dapat menyelesaikan Tugas karya akhir ini. Doa dan terimakasih adalah hal yang dengan rendah hati dapat saya berikan kepada berbagai pihak, yaitu ;
1.
Untuk kesabaran dalam membimbing, kebaikan dalam memberi pengetahuan baru, serta dorongan semangat serta pelajaran dan pengalaman yang diberikan, saya berterima kasih kepada Dr. Donna Asteria, S.Sos, M. Hum. Terimakasih sudah dengan sabar membimbing saya, Mbak. Semoga Tuhan melimpahkan berkah untuk jasa yang terkira dari Mbak Donna.
2.
Untuk Program S1 Reguler, Departemen Ilmu Komunikasi, serta dosendosen yang ada didalamnya, terutama dosen Komunikasi Media, terimakasih atas pendidikan selama 4 tahun yang telah diberikan kepada saya, serta tak lupa kepada seluruh staf mulai Departemen Ilmu Komunikasi, sekretarit yang juga telah membantu saya selama perkuliahan serta berbagai berkas dukungan untuk menyelesaikan penelitian ini.
3.
Kepada pihak Kompas TV, Dossy C. Irani sebagai perwakilan melalui divisi creative program Stand up Comedy Indonesia, serta Mas Afgiansya terimakasih telah membantu dan mengijinkan saya untuk menggunakan data video kompetisi Stand up Comedy Indonesia Season 3.
4.
Untuk Mamak, Ibu Tio Lince Siahaan dan Bapak, Sarmunthe Sinaga orang tua saya yang telah selalu mencintai dan mendukung saya selama perkuliahan dan selama pembuatan Tugas Karya Akhir ini melalui obrolan rindu dan doa.
v
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
5.
Untuk kedua adik, Amri Vannutury dan Sabrina Sinaga yang bagaimanapun akan selalu saya cinta dan sayangi. Terima kasih sudah mengajari saya menjadi abang yang sabar dan dewasa.
6.
Untuk seluruh Komedian 2009, terutama Nicky Stephani, Aulia Dwi Nastiti, Paulus Tommy Pamungkas, Patricia Andika, Michael Enrico, Muhammad Rezky, Melin Panjaitan, David Tinambunan, dan Edwin Chandra terimakasih telah menjadi teman-teman yang baik dan bisa mengatasi segala kegilaan drama saya. Terimakasih untuk semua momen yang sudah kita bagi bersama.
7.
Untuk seluruh kisah, baik drama, tawa, tangis, dari salah satu keluarga kesayangan saya, Komunikasi UI 2009 serta orang – orang di dalamnya, baik yang ngambil jalur skripsi/TKA maupun yang tidak. Terimakasih sudah memberi saya salah satu pengalaman paling berwana dalam hidup saya. Untuk Ketua Agkatana Edwin Chandra yang selalu tidak diperdulikan tapi selalu dicintai.
8.
Untuk Team Dance Dance Revolution aka DDR, Annisa Yuliharza, Dennie Atika Heywa Kusuma Harianti dan Hadesy Praneta. Tiga teman paling tidak penting selama perkuliahan yang paling sering jadi tempat berpulang ketika kebosanan dan perkara melanda terimakasih untuk segala kekonyolannya, serta Hutama Epkamarsa untuk menjadi salah satu sobat paling sabar dan suka membantu saya, yuk buruan lulus Tam.
9.
Kepada MicroAd Indonesia yang yang telah memberi pengalaman baru, terimakasih untuk dukungan dan cerita yang juga diberikan selama saya mengerjakan Tugas Karya Akhir.
10. Kepada yang tersayang Lamb of God. Kak Selfrida Marienta, Nicho Chandra Siregar, Martuah Saragih, Hapny Masnur Hutagalung, Lia Lestari Siahaan, dan Yopita Karo Sekali. Terimakasih telah menjadi salah satu bagian hidup terbaik saya, meski sudah jarang bersua. Kalian masih selalu ada di dalam doa. 11. Kepada Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memberikan berkatnya kepada saya meski saya begitu nakal dan keras kepalanya saya dalam hidup. Selalu sabar mendengar doa-doa saya ketika saya butuh tempat bersandar.
vi
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN/LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Tomy Rado P. Sinaga
NPM
0906492152
Program Studi Komunikasi Media Departemen
Ilmu Komunikasi
Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis Karya
Tugas Karya
Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, rnenyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia
Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive
Royalty- Free Right) atas karya ihniah saya yang herjudul:
''EVALUASI PROGRAM TELEVISI KOMPETISI STAND INDONESIA KOMPAS
TV
SEASON
3"
IIP COMEDY
beserta perangkat yang ada (iika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia
berhak menyimpan, mengalihmediakan/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan menublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di: Depok Pada
tanggal
:3 Juli 2013
Yang menyatakan
(Tomy vil
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
RINGKASAN EKSEKUTIF
Nama
: Tomy Rado P. Sinaga
NPM
: 0906492152
Program Studi : Ilmu Komunikasi Judul
:Evaluasi Program Televisi, Kompetisi Stand up Comedy Indonesia Kompas TV Season 3
Tugas Karya Akhir ini membahas evaluasi tayangan pada program televisi yang ditayangkan oleh Kompas TV yaitu program Kompetisi Stand up Comedy Indonesia (SUCI) Season 3. Penelitian ini menggunakan metode analisis konten melalui proses penghitungan kuantitas kemunculan elemen evaluasi siaran serta respon penonton terhadap konten program tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konten program SUCI Season 3 masih memunculkan SARA, pornografi dan stereotype. Realita budaya yang terdapat dalam materi komika dapat dianggap sebagai stereotype, namun penonton SUCI merupakan penonton yang cukup terbuka pada pembahasan materi mengenai suku, agama, ras, antar golongan, pornografi serta berharap materi komika dapat semakin berkembang dan bervariasi.
Kata kunci Evaluasi, Program Televisi, Stand up Comedy, Analisis Konten, Respon Penonton
viii
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
EXECUTIVE SUMMARY
Name
: Tomy Rado P. Sinaga
Student Number
: 0906492152
Program Studi
: Communication Science
Judul
: Evaluation of Kompas’s TV Television Program Stand up Comedy Indonesia Competition Season 3
This final project discuss about evaluation of Stand up Comedy Indonesia Competition (SUCI) Season 3 in Kompas TV. This research is using content analysis method by calculating quantities appearance of the evaluation elements along with the audience response toward program contents.
The result indicates that content of SUCI 3 still gave rise to things like tribal, ethnicity, religion, race, pornography and stereotypes. The audience responds show the cultural reality that appears in comic’s material can be considered as stereotypes, but they are pretty open with the discussion of that material and hope the comics could be more thrive and varied.
Keywords: Evaluation, Television Program, Stand up Comedy, Content Analysis, Audience Responds
ix
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………. ii LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. iii KATA PENGANTAR……………………………………………………. iv UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………………… v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………… vii RINGKASAN EKSEKUTIF.………………………………………………viii DAFTAR ISI……………………………………………………………… x DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………. xi BAB I ANALISIS SITUASI 1.1. Latar Belakang ………………………………………………………1 1.2. Pernyataan Masalah …………………………………………………6 Tujuan Penelitian ……………………………………………………8 1.3. BAB II LANDASAN REKOMENDASI 2.1. Evaluasi Program …………………………………………………...9 2.2. Tujuan Evaluasi …………………………………………………....9 Tipe Evaluasi ….…………………………………………………...10 2.3. 2.4. Metode Evaluasi …………………………………………………...10 2.5. Batasan Penelitia …………………………………………………...13 2.6. Kriteria Kualitas Penelitian…….…………………………………...14
BAB III GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN 3.1. Stand up Comedy Indonesia Kompas TV ………………………...15 3.2. Stand up Comedy Indonesia Kompas TV Season 3 ……………...17 BAB IV TEMUAN PENELTIAN 4.1. Temuan Pada Program Stand up Comedy Indonesia Kompas TV…19 4.2. Temuan Pada Respon Audiens ……………………………………..21 4.3. Deskripsi Informan …………………………………………………29 BAB IV TEMUAN PENELTIAN 5.1. Interpretasi Hasil Penelitian………………………………………. 36 5.2. Kesimpulan………………….. ……………………………………..46 5.3. Rekomendasi…….. …………………………………………………47 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.2.1. Grafik demografis pendidikan responden……………………..…. 21 Grafik 4.2.2. Grafik demografis domisili responden………………………….... 22 Grafik 4.2.3. Grafik intentistas menonton responden……………………………22 Grafik 4.2.4. Grafik waktu menonton responden………………………………..23 Grafik 4.2.5. Grafik waktu menggunakan internet responden…………………..23 Grafik 4.2.6. Grafik jumlah jejaring sosial yang digunakan responden…….…..24 Grafik 4.2.7. Grafik penggunaan jejaring sosial responden……………………..24 Grafik 4.2.8. Grafik pengikutan informasi responden…………………………...24 Grafik 4.2.9. Keterbukaan responden terhadap isu……………………………...25 Grafik 4.2.10. Kerisihan responden terhadap isu………………………………..26 Grafik 4.2.11. Pemahaman audiens terhadap materi komika……………………27 Grafik 4.2.12. Pendapat penonton terhadap program SUCI……………………..27 Grafik 4.2.13. Grafik respon audiens terhadap SUCI sebagai hiburan alternatif..28
xi
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
BAB 1 ANALISIS SITUASI
1.1.
Latar Belakang
1.1.1. Program Komedi di Televisi Indonesia Program komedi telah lama menjadi primadona dalam pertelevisian Indonesia. Srimulat yang dahulu populer di TVRI dan kini Opera Van Java yang ditayangkan di stasiun televisi Trans 7 dan Pesbukers yang tayang di ANTV adalah beberapa contoh nama yang melekat dalam pikiran penonton ketika menyebut program komedi. Populernya tayangan ini mungkin disebabkan budaya Indonesia yang juga menggemari humor, sebut saja seperti kesenian ludruk, MOP Papua, dan sebagainya. Namun meski begitu, program komedi ini sendiri tidak luput dari evaluasi masyarakat, sebut saja Opera van Java yang mendapat pengaduan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI, 2013) atau program komedi Pesbukers yang mendapatkan sanksi pemberhentian tayang dari KPI (KPI, 2012). Berdasarkan laporan refleksi akhir tahun Komisi Penyiaran Indonesia program komedi sendiri berada di nomor urut lima sebagai jenis acara yang paling banyak diadukan oleh publik (KPI, 2012). Pengaduan yang diterima cukup beragam, seperti pelanggaran terhadap norma kesopanan dan kesusilaan, materi seks, pelecehan individu atau kelompok masyaratakat tertentu serta kekerasan. Sikap penonton Indonesia yang terlihat semakin kritis dalam menyeleksi tayangan yang muncul di televisi, tampak dari pengaduan masyarakat ke KPI yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berikut adalah para tahun-tahun sebelumnya mengenai jumlah pengaduan tentang isi siaran, 1.355 (2007), 3.588 (2008) 7634 (2009) 26.489 (2010) 3.856 (2011) dan 43.470 pengaduan pada Desember 2012. Hal ini dapat dipandang sebagai tanda bahwa penonton Indonesia menginginkan program televisi yang 1
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
2
lebih baik, serta program komedi yang lebih tidak mengedepankan kontak fisik (komedi slapstick). 1.1.2. Sejarah Singkat Stand up Comedy Stand up Comedy saat ini telah menjadi salah satu hiburan komedi yang sangat populer diseluruh dunia, khususnya wilayah Inggris dan Amerika. Hal ini bisa dilihat dari suksesnya tur dunia Stand up Comedy oleh Chris Rock, yaitu tur “Kill The Messenger” yang sukses mencapai 4 benua, 8 negara, 141 shows, dan ditonton total sebanyak 554,781 penonton (Pragiwaksono, 2012). Bahkan sama seperti berbagai ajang pencarian bakat dalam budaya populer media, Stand up Comedy pun punya program pencarian bakat yang cukup populer yaitu The Last Komika Standing yang ditayangan di stastiun televisi NBC di Amerika dari tahun 2003 hingga 2010. Tidak ada definisi spesifik mengenai apa sebenarnya Stand up Comedy. Namun secara sederhana, Stand up Comedy dapat diartikan sebagai sebuah pertunjukan komedi dimana penampil melontarkan lelucon didepan penonton. Pelaku stand up biasa dikenal dengan sebutan stand-up comedian atau biasa disingkat komika
(Kurniawan, 2012). Mintz
menyebutkan bahwa Stand up Comedy dapat disebut sebagai bentuk paling tua, universal, mendasar dan mendalam yang dapat menunjukkan ekspresi humor (Mintz, 1985). Stand up Comedy merupakan bentuk komunikasi murni seorang komika. Sementara Pragiwaksoni menyebutkan bahwa Stand up Comedy, berangkat dari observasi, memotret fenomena sosial, menganalisa
dan
membahasnya
secara
monolog
yang
lucu
(Pragiwaksono, 2012). Secara historis, akar dari Stand up Comedy berasal dari daerah Inggris (Siregar & Manuputty, 2013) yang kemudian menyebar dan berkembang ke wilayah Amerika pada abad ke-18. Pada awalnya muncul di vaudeville, sebuah genre teater populer di Amerika, burlesque, genre penampilan musikal yang memang bertendensi untuk membuat orang tertawa lewat
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
3
olok-olok hingga akhirnya tampil menjadi variasi hiburan pertunjukan di berbagai klub malam dan resor hiburan dan muncul menjadi sebuah penampilan khusus Stand up Comedy pada akhir tahun 1950-an (Nachman, 2003) . Istilah Stand up Comedy sendiri mulai digunakan sejak tahun 1966 (Wilson, 2011). Sejalan dengan lahirnya saluran televisi berlangganan khusus komedi di awal tahun 1970-an hingga pertengahan tahun 1990-an menjadi salah satu penyokong Stand up Comedy muncul sebagai salah satu jenis hiburan yang menonjol dalam lanskap dunia hiburan populer. Berbagai program lain, seperti talkshow pun mulai dipandu oleh para pelaku Stand up Comedy (Wilson, 2011). 1.1.3. Stand up Comedy dan Perkembangannya di Indonesia Stand up Comedy sebenarnya dekat dengan budaya Indonesia dan telah lama menjadi tradisi tersendiri, hanya dikemas secara berbeda (Pramesti, 2012). Dagelan Mataram, pertunjukan ketoprak, kesenian ludruk, wayang dan MOP papua adalah bagian dari produk budaya Indonesia yang merupakan bagian dari tradisi Stand up Comedy. Namun kedekatan dengan budaya Indonesia tersebut tidak serta merta membuat Stand up Comedy dapat diterima dengan mudah dalam budaya populer pertelevisian Indonesia. Ramon Papana adalah salah satu nama yang cukup dikenal sebagai pelopor Stand up Comedy di Indonesia. Ramon Papana yang pernah terlibat dalam penggarapan lawak tradisional Betawi “ Lenong Bocah” pada tahun 1993 akhirnya menggelar lomba Stand up Comedy di Indonesia. Pada lomba tersebut, nama Stand up Comedy belum resmi digunakan dan diganti dengan “Lomba Pidato Humor”. Pada tahun 1997, Ramon Papana mencoba menawarkan konsep acara Stand up Comedy ke stasiun televisi RCTI dan TPI namun ditolak dengan alasan tidak cocok dengan tema program lawak yang sedang populer kala itu, yaitu ketoprak humor, ludruk dan srimulat. (Siregar & Manuputty, 2013) Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
4
Stand up Comedy lalu pertama kali dimunculkan dilayar kaca oleh Iwel pada acara Bincang Bintang tahun 2005, namun sayangnya sinarnya pun langsung meredup (Pragiwaksono, 2012). Hal ini sendiri mungkin terjadi karena masyarakat masih gemar pada physical comedy (Pramesti, 2012). Pada tahun 2006, salah satu eksekutif produser MetroTV Agus Mulyadi menyebutkan tentang munculnya wacana membuat Stand up Comedy sebagai sebuah program televisi. Hal tersebut masih menjadi wacana dan belum sampai taraf teknis karena adanya kendala dimana pengetahuan tentang Stand up Comedy dan talent masih sangat minim jumlahnya. Ide tersebut mengendap hingga Agus Mulyadi diundang menghadiri Twivate Concert Panji Pragiwaksono
(MetroTV, 2012) . Pada pertunjukan
tersebut, Panji dengan keresahannya yang turut ingin mengembangkan Stand up Comedy di Indonesia pun menampilkan Stand up Comedy rutin selama 30 menit (Pragiwaksono, 2012) . Penampilan Panji menguatkan wacana untuk menjadikan Stand up Comedy menjadi sebuah program televisi, namun sekali lagi, karena tidak adanya momentum kuat dan jumlah komika yang dikenal masih minim, kala itu hanya ada dua nama terdengar yaitu Iwel dan Panji, ide tersebut berakhir menjadi wacana (MetroTV, 2012). Pada Juli 2011 nama Stand up Comedy mulai menggaung, didukung dengan teknologi social media khususnya twitter @StandUpIndo dimulai dari ide membuat stand up nite di Comedy Café, penampilan tersebut kemudian direkam dan diunggah ke YouTube. Hal tersebut ternyata terkait dengan rencana Kompas TV membuat sebuah program kompetisi pencarian bakat stand up comedian
(Pragiwaksono, 2012), yang lalu
dikenal dengan kompetisi Stand up Comedy Indonesia. Antusiasme yang besar pada acara di Komika Café tersebutlah yang kemudian memantapkan Kompas TV untuk membesarkan genre Stand up Comedy ke permukaan. Selanjutnya, intensitas kemunculan Stand up Comedy semakin meningkat seiring dua stasiun televisi besar seperti Kompas TV dan Metro TV mulai menjadikan Stand up Comedy sebagai salah satu program televisi yang Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
5
tayang rutin. Seperti Kompas TV memiliki program Stand Up Nite, Stand up Comedy Indonesia, Komika Action, Ala Ryan dan sebagainya, sementara Metro TV mantap melalui program Stand up Comedy Show, Open Mic, dan Stand up Comedy Battle of Comic. Selanjutnya, tidak dapat dipungkiri lagi fenomena Stand up Comedy semakin menjamur hingga ke daerah-daerah. Karena sifatnya yang memang cenderung kontekstual dan spesifik, berbagai komunitas Stand up Comedy di berbagai daerah pun menampilkan respon positif. Semakin banyak komika-komika yang mulai belajar menjajal dunia Stand up Comedy, dimulai dari komunitas-komunitas ini. Seiring dengan pertumbuhan positif tersebut, berbagai event tentang Stand up Comedy pun bermunculan seperti street comedy, dikalangan universitas para mahasiswa pun mulai memasukkannya dalam kompetisi seni dan puncak dari menjamurnya fenomena ini adalah Stand up Comedy festival yang menampilkan ratusan komika dalam satu panggung. Hal ini menjadi bukti kuat bahwa Stand up Comedy mulai banyak diterima oleh masyarakat sebagai hiburan komedi. Di dunia maya sendiri, tak sedikit pujian dituai oleh Stand up Comedy sebagai salah satu alternatif hiburan komedi baru. Dengan sifatnya yang lebih sering mengedepankan observasi akan fenomena sosial, para penonton merasa komedi ini sangat kritis dan cerdas sekaligus mengundang tawa, karena komika tersebut dapat memberikan kesadaran baru akan hal tertentu dan menjadikan komedi ini dirasa dapat menjadi alternatif tontonan komedi baru.
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
6
Gambar 1.1. Komentar postif mengenai stand up comedy sebagai alternatif hiburan baru Sumber: www.hiburan.kompasiana.com dan www.ceritasiperihutan.blogspot.com
1.2.
Pernyataan Masalah Meski memiliki kedekatan dengan budaya Indonesia (Pramesti, 2012) dan sempat dimunculkan oleh kelompok komedi seperti Warkop DKI, kajian mengenai Stand up Comedy di Indonesia sangatlah minim. Sebagai sebuah program alternatif baru, meski mendapat banyak pujian, tentu sebagai sebuah program, Stand up Comedy tidak terlepas dari beberapa sudut pandang lain. Semakin banyaknya penonton yang kritis dalam memandang program televisi berikut konten di dalamnya menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan sebagai evaluasi untuk meningkatkan kinerja program televisi dan menjadi landasan referensi untuk mengembangkan program menjadi semakin baik lagi, dan bermanfaat kepada penonton serta menguntungkan dari segi industri. Salah satu tantangan yang harus dijalani adalah materi yang tidak boleh konstan dan selalu berulang, hal tersebut dapat menjadi salah satu hal yang memicu kebosanan penonton (Irani, 2013). Dalam Stand up Comedy materi memegang peranan penting. Materi yang menarik akan mengundang tawa penonton. Dan penting bagi seorang komika untuk menulis materi baru setiap minggunya untuk mendorong dirinya menemukan materi baru. Materi komika akan turun daya tarik Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
7
tawanya apabila selalu direpetisi, karena komika sudah pernah dan tahu punch line dari materi yang disampaikan komika tersebut (Irani, 2013).
Gambar 1.2. Komentar dan respon penonton terhadap stand up comedy di dunia maya Sumber: (1) www.hiburan.kompasiana.com (2). www.twitter.com
Salah satu satu yang juga patut dihadapi oleh Stand up Comedy adalah sifat liberal dalam materi humornya. Sebagai salah satu seni yang akarnya berasal dari barat, Stand up Comedy juga mengikuti tradisi liberal barat tersebut, oleh karena itu tak jarang materi humornya bersifat sangat ofensiv, jorok, bahkan sampai menyerang komunitas atau ideologi tertentu (Siregar & Manuputty, 2013). Hal ini lah yang menjadi salah satu tantangan ketika bertemu dengan budaya timur Indonesia, salah satu respon yang sering muncul dari audiens yang pertama kali menonton Stand up Comedy adalah adalah sinisme akan materi humor yang terkadang ovensif dan terlalu mengolok-olok. Ramon Papana
menyebutkan
bahwa
para
komika
Indonesia
sebaiknya
menghindari tema-tema terkait suku, agama, ras, antar-golongan, dan pornografi (Papana, 2012). Program kompetisi Stand up Comedy Indonesia (SUCI) Season 3 Kompas TV setiap hari minggu pada pukul 20:00 WIB. Sebagai ajang pencarian bakat komika, program SUCI menjadi menarik untuk diamati karena Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
8
sifatnya yang mencoba menjaring komika junior yang memiliki bakat komika, dan bagaimana SUCI sebagai sebuah program Stand up Comedy mencoba memberikan hiburan baru dengan tidak menimbulkan respon negatif dari penontonnya. Oleh karena itu penting dilakukan evaluasi terhadap program tersebut. 1.3.
Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini berusaha untuk memberikan gambaran umum dan penilaian program Stand up Comedy Indonesi Kompas TV Season 3. Lebih khusus, penelitian ini ini sendiri bertujuan untuk : 1. Memberikan evaluasi melalui analisis isi materi yang dibawakan oleh para komika dalam program Stand up Comedy Indonesia KompasTV 2. Membaca proyeksi peluang Stand up Comedy Indonesia KompasTV sebagai ajang pencarian bakat untuk kembali ditayangkan kompetisi di musim berikutnya 3. Memberikan rekomendasi inovasi yang dibutuhkan oleh peluang kompetisi Stand up Comedy Indonesia KompasTV sebagai ajang pencarian bakat agar tidak ditinggalkan penontonnya.
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
BAB II LANDASAN REKOMENDASI
2.1.
Evaluasi Program Evaluasi merupakan salah satu elemen penting dalam memandang media. Evaluasi dapat menjadi sebuah tahapan yang dapat digunakan untuk meningkatkan performa media, sehingga semakin bermanfaat bagi pemirsanya dan tetap menguntungkan media sebagai sebuah kelompok usaha. Kajian terhadap televisi sebagai media secara garis besar dapat dilakukan melalui dua cara yaitu, riset rating dan riset non-rating
(Wimmer &
Dominick, 2003). Riset rating merupakan kajian yang paling visibel dan mudah dipahami oleh televisi sebagai sebuah kelompok usaha karena dapat menyajikan komposisi dan estimasi jumlah penonton sebuah program. Namun riset non rating juga menjadi penting, karena dapat memberikan data mengenai kondisi demografis dan gaya hidup dari penontonnya serta apa yang sebenarnya disukai dan tidak disukai oleh penonton. Riset program televisi adalah salah satu bagian dari riset non rating (Wimmer & Dominick, 2003). Pada penelitian ini, peneliti melakukan evaluasi riset non rating. Evaluasi riset non rating dilandaskan atas tanggung jawab akademis peneliti untuk memberikan kontribusi positif pada tayangan yang ditonton masyarakat, seperti minimnya tingkat kekerasan pada hiburan komedi yang ditunjukkan. Riset non rating juga dipilih untuk menjaga independensi peneliti dalam melakukan evaluasi agar bebas dari sudut pandang ekonomi program televisi. 2.2.
Tujuan Evaluasi Adapun evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menjadi landasan rekomendasi yang akan diberikan kepada program 9
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
10
kompetisi Stand up Comedy Indonesia Kompas TV di season 4, sehingga secara konten dapat dinikmati oleh berbagai lapisan usia penonton televisi dan mampu mendongkrak popularitas Stand up Comedy sebagai alternatif hiburan utama yang cerdas bagai penonton televisi Indonesia. Sesuai dengan visi dan misi Kompas TV untuk mencerdaskan penontonnya. 2.3.
Tipe evaluasi Secara umum evaluasi memiliki tujuan untuk memberikan umpan balik yang bermanfaat kepada berbagai pihak yang diteliti dalam penelitian tersebut seperti dalam penelitian ini yaitu, khalayak penonton, lembaga pengembangan televisi, dan sebagainya. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dan inovasi dalam program yang diteliti. Terdapat tiga tipe tahap dalam penelitian evaluasi (Glenaffric Ltd, 2007), yaitu proses (input), implementasi (output) dan dampak (impact). Penelitian ini berfokus pada analisis konten dalam tahap implementasi, yaitu analisis output berupa tayangan televisi program SUCI. Tahap ini dilakukan oleh peneliti untuk mengamati bagaimana program SUCI dieksekusi meskipun telah melalui penyaringan oleh berbagai pihak yaitu pihak kreator dan komika dan Stand up Comedy Indonesia Season 3 dan bagaimana respon audiens terhadap implementasi tersebut.
Pada
tahapan implementasi terhadap respon audiens, peneliti berfokus pada level afektif yang diimplementaskan melalui berbagai unit pertanyaan sesuai level, seperti keterbukaan responden terhadap berbagai isu yang diangkat dalam program SUCI, apakahan responden menyukai program SUCI dan sebagainya. 2.4.
Metode Evaluasi Barker menyebutkan bahwa televisi dapat dipahami dalam empat hal yaitu sebagai, teks (program), hubungan antara teks dan penonton (riset penonton), ekonomi politik (organasisai atau industri) dan pola makna
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
11
budaya yang dihasilkan
(Barker, 2003). Sementara menurut Mintz
kebanyakan dari riset humor berfokus pada teks humor dan beberapa kajian yang lebih spesifik juga menjelaskan sebuah fenomena kompleks yang berkembang pada kajian komunikasi dan sosiologi (Ville & Sami, 2012). Pada penelitian ini, penulis mengambil dua hal yaitu mengamati kompetisi Stand up Comedy Indonesia KompasTV sebagai sebuah program (teks) melalui analisis konten dan hubungan antara SUCI dengan penontonnya. Evaluasi juga didasari komparasi dan konfirmasi kepada pihak Kompas TV melalui wawancara mendalam. 2.4.1. Analisis Konten Neumann mendeskripsikan konten analisis sebagai metode pengumpulan dan analisis teks. Konten dalam hal ini berarti kata, makna, gambar, simbol, ide serta berbagai pesan yang dapat dikomunikasikan dan teks media adalah segala sesuatu yang tertulis, ditampilkan, atau diucapkan melalui media komunikasi (Neumann, 1997). Berger juga menyebutkan bahwa dalam konten analisis, analisis dapat dilakukan pada sampel yang dianggap dapat mewakili objek penelitian (Macnamara, 2005). Penelitian ini mengambil sampel episode dari kompetisi Stand up Comedy Indonesia, yaitu dari babak 5 besar tanggal 7 April 2013 hingga Grand Final 5 Mei 2013. Terdapat empat episode yang dijadikan sampel representasi, episode tanggal 28 April tidak dijadikan sampel karena merupakan episode recap yang berisi potongan dari episode Season 3 sebelumnya. Sampel ini dipilih karena memuat komika yang tampil di lima besar. Para komika di lima besar ini menurut peneliti dapat dipandang sebagai komika peserta terbaik dari yang terbaik berdasarkan penilaian profesional para juri. Dengan kondisi tersebut, sudah seharusnya materi yang disampaikan para komika pada episode sampel ini, seharusnya lebih matang dan bersih
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
12
dari materi yang mengandun nilai negatif seperti SARA, pornografi dan stereotype. 2.4.2. Analisis Respon Audiens Mengingat efek media yang sangat besar kepada penontonnya, dalam penelitian tentang program televisi sangat penting untuk melihat bagaimana respon penonton (Barker, 2003). Respon ini menjadi salah satu elemen yang berfungsi sebagai bukti untuk mendukung penulis memberikan evaluasi dan rekomendasi. Dalam analisis respon audiens peneliti melakukan dua
metode
pengumpulan data yaitu, survey dan wawancara mendalam.
Survey dapat didefinisikan sebagai sebuah metode pengumpulan informasi mengenai karakteristik, tindakan dan opini dari sekumpulan orang
(Pinsonneault & Kraemer, 1993). Sejalan
dengan tujuan untuk evaluasi, survey juga dapat digunakan untuk menilai kebutuhan, mengevaluasi permintaan serta menelaah dampak (Salant & Dillman, 1994).
Pada penelitian ini survey
digunakan untuk mengumpulan data opini dan dampak program Stand up Comedy Indonesia KompasTV dari penonton program SUCI. Survey pada penelitian ini, dilakukan dalam rentang waktu satu bulan, melalui online kuesioner, yang disebarkan melalui email. Survey dilakukan pada tiga puluh orang responden. Tiga puluh orang responden adalah penonton program Stand up Comedy melalui siaran televisi. Orientasi survey adalah untuk mendapatkan kondisi demografis penonton, serta respon penonton terhadap berbagai materi yang dimunculkan para komika dalam program Stand up Comedy Kompas TV dan mendapatkan saran yang konstruktif terhadap program SUCI Kompas TV kedepannya.
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
13
Wawancara mendalam juga dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mendapatkan kedalaman informasi dan keberagaman sudut pandang dalam memahami program kompetisi Stand up Comedy KompasTV secara keseluruhan. Wawancara mendalam adalah metode pengumpulan data melalui metode tanya jawab secara mendalam mengenai topik yang spesifik antara pewawancara dan nara sumber (Monique, Inge, & Ajay, 2011). Terdapat tiga pihak yang dijadikan nara sumber dalam wawancara mendalam, yaitu dari pihak KompasTV sebagai industri, Penonton sebagai konsumen program dan Komika peserta SUCI sebagai representasi Stand Up Comedy sendiri. Jumlah narasumber yang diwawancarai pada penelitian ada tiga orang. Untuk sumber informan yang berasal dari kelompok konsumen, kriteria yang diberikan adalah penonton yang telah menonton SUCI Kompas TV sejak Season 1 dengan latar belakang Sarjana dan usia 20 tahun, sesuai dengan targe penonton dari program SUCI.
Studi literatur juga dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi yang dapat membantu dalam menjelaskan dan mendukung konsep penelitian. Data literatur terdiri dari berbagai sumber tertulis seperti buku, jurnal, serta penelitian yang sejalan dengan tema penelitian ini. 2.5.
Batasan Penelitian Untuk menjaga pembahasan penelitian tetap pada ruang lingkup yang ditentukan penulis melakukan pembatasan pada penelitian. Adapun batasan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bersifat deskriptif dimana penulis berusaha melakukan pemaparan mengenai kandungan materi konten objek penelitian secara sistematis
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
14
2. Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan dan mengevaluasi program Stand up Comedy Indonesia Kompas TV Season 3 dari episode 7 April 2013 hingga Grand Final 5 Mei 2013. 3. Objek penelitian ini adalah program Stand up Comedy Indonesia Kompas TV Season 3 episode 5 besar hingga grand final dengan total 4 episode melalui aspek – aspek SARA, pornografi dan stereotype serta respon penonton. 2.6.
Kriteria Kualitas Penelitian Untuk mengukur validitas dari hasil penelitian dan berbagai elemen yang dijadikan unit analisis yang digunakan, peneneliti menggunakan dua interkoder ketika melakukan analisis konten dan membandingkan hasil dari interkoder melalui formula penghitungan KALPHA oleh Kirpendof. Formula Krippendorff digunakan untuk menguji keandalan perkiraan untuk penilaian yang dilakukan pada setiap tingkat pengukuran, sejumlah pengamat, dengan atau tanpa data yang hilang (Hayes & Krippendorff, 2007). Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai validitas dari penelitian adalah 0.856. Hasil pengujian menujukkan bahwa hasil penelitian ini telah memenuhi data ukuran validitas yang dikemukakan oleh Krippendorff yaitu diatas 0.8. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat dinilai sebagai penelitian yang valid.
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
BAB III GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN
3.1.
Stand up Comedy Kompas TV Stand up Comedy Indonesia (SUCI) adalah program pencarian bakat Stand up Comedy yang digagas dan ditayangkan oleh KompasTV. Program ini menampilkan para komika tunggal untuk menunjukkan kemampuannya dalam Stand up Comedy. Pada awal kemunculannya pada season pertama tahun 2011, SUCI menampilkan 13 kontestan komika yaitu Asep, Ryan, Ernest, Daned, Wisben Antoro, Sakdiyah, Zulvan, M.Ali Sidik,Dwianto, Budi Kusumah, Daslan,Insan Nur Akbar dan Fauzy. Posisi MC dipandu oleh Panji Pragiwaksono dan Raditya Dika. Sementara posisi juri diisi oleh Indro Wakrop, Butet Kartaredjasa dan Astrid Tiar. Pemegang posisi juara pertama pada SUCI season 1 adalah Ryan Adriandi Sementara untuk Season 2 tahun 2012, jumlah komika yang menjadi kontestan berjumlah 12 orang, yaitu Jessica, Agung, Yuliani Kasih, Irawan, Imot, Arry Wibowo, Boris Bokir, Isman, Rhandika Djamil Topenk, Kemal Palevi, Gilang Bhaskara.dan Gerfinandi Pamungkas. Posisi MC berubah menjadi Ryan dan Panji Pragiwaksono. Ryan merupakan juara SUCI season 1. Sementara Raditya Dika mengisi posisi juri menggantikan Butet Kartaredjasa bersama Indro Warkop dan satu juri tamu. Kompetisi SUCI Season 2 dimenangkan oleh Ge Pamungkas. Pada season 3 tahun 2013, terdapat 18 orang komika yang menjadi kontestan SUCI. Diantaranya yaitu, Liongki, Alison, Ferry, Bene, Muslin, Chandra Maretha, Rizki Firdaus, Gianluigi, Yoga (Babeh), Fico, Dimas, Pulung, Renato, Rizki, Alfi, Ilham Fauzan, Pian, Satriadin (Ari Kriting). Posisi MC dari Ryan diganti menjadi Ge Pamungkas dan Panji Pragiwaksono dan formasi juri masih sama seperti SUCI season 2. Pada Season 3 Yoga, yang lebih dikenal dengan nama panggung Babeh keluar menjadi pemenang pertama. 15 Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
16
Kompetisi Stand up Comedy Indonesia sendiri terbukti semakin banyak diminati khalayak. Johanna Dewi Kartika, Produser Eksekutif Suci 3, menyebutkan jumlah peserta audisi SUCI 3 yang mencapai jumlah 665 peserta, dimana jumalh tersebut dua kali lebih besar daripada jumlah partisipan SUCI 2. Pada Season 2 audisi dilakukan di empat rayon, yaitu Jakarta yang diikuti 250 peserta, Bandung (180), Surabaya (120), dan Yogyakarta (115) (KOMPAS.com, 2013). Kompetisi Stand up Comedy Indonesia (SUCI) pertama kali digagas untuk memberi hiburan komedi alternatif bagi pemirsa televisi Indonesia. Hal ini muncul karena kegelisahan terhadap program Opera Van Java yang ditayangkan oleh Trans 7, dimana OVJ muncul sebagai hiburan komedi yang lagi-lagi mengedepankan komedi slapstik. OVJ sendiri ditayangkan pada jam utama yaitu 19:00 WIB. Pada program ini, meski menggunakan properti yang aman, banyak memunculkan adegan kekerasan yang mengedepankan kontak fisik. (Irani, 2013) Kompas TV, sebagai sebuah perusahaan media yang menyajikan konten tayangan televisi inspiratif dan menghibur untuk keluarga Indonesia pun berusaha untuk menjawab keresahan tersebut. Sesuai dengan misi Kompas TV, yaitu memberi insipirasi dan mencerdaskan masyarakat Indonesia melalui tayangan yang informatif, mendidik dan menghibur, Stand up Comedy dianggap sebagai salah satu bentuk komedi cerdas yang sejalan dengan visi dan misi Kompas TV. Stand up Comedy dianggap sebagai komedi cerdas karena setiap materi yang dibawakan oleh komika melalui tahap pemikiran yang panjang, riset, survey atau observasi (Irani, 2013). Selain menjadi alternatif hiburan komedi, kompetisi Stand up Comedy Indonesia (SUCI) yang digagas oleh KompasTV pun menjadi alternatif ajang pencarian bakat di Indonesia yang didominasi oleh program menyanyi dan menari yang sering sekali memiliki konsep yang konstan tanpa ada perubahan. Kompetisi SUCI Kompas TV berusaha mendobrak batasan tersebut. Sebagai sebuah program Stand up Comedy, ajang pencarian bakat dari stasiun televisi Amerika NBC, The Last Komika Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
17
Standing menjadi program yang dijadikan model mentah untuk membuat kompetisi SUCI, tentu dengan berbagai modifikasi agar sesuai dengan kultur penonton televisi Indonesia dan visi misi Kompas TV sebagai stasiun televisi (Irani, 2013). 3.2.
Stand up Comedy Indonesia Kompas TV Season 3 Stand up Comedy Indonesia Kompas TV Season 3 merupakan musim lanjutan dari program pencarian bakat Stand up Comedy Indonesia Kompas TV. Kompetisi SUCI musim ketiga sangat menunjukkan variasi dari latar belakang masing-masing peserta. Terdapat 18 peserta dengan latar belakang budaya, daerah dan profesi yang cukup variatif (Irani, 2013), beberapa diantaranya misalnya, Ari "Keriting" Satriaddin dari Wakatobi yang kuliah di ITN, Malang. Muslim perawat dari Madura, Bene Dion Rajaguguk dari Tebing Tinggi (Sumut) yang sedang berkuliah di Universitas Gadjah Mada, Alison Victoria yang menyebut diri sebagai Bule Bandung adalah ekspatriat, direktur prasekolah di Bandung (KOMPAS.com, 2013). Berbeda dengan peserta kompetisi SUCI musim pertama yang masih sulit membedakan komedi tunggal, atau melawak gaya badutan, dan bercerita (story telling). Hampir 90 persen dari peserta musim ketiga telah paham dengan apa yang dimaksud dengan Stand up Comedy. Tumbuhnya berbagai komunitas Stand up Comedy di berbagai deerah dapat dijadikan alasan, mengapa kompetisi SUCI musim ketiga menarik lebih banyak peserta yang sudah siap baik secara materi dan mental (KOMPAS.com, 2013). Perdebaan selanjutnya dari musim ketiga SUCI adalah waktu penampilan dari
masing-masing
komika.
Berbeda
pada
musim
sebelumnya,
penampilan peserta pada musim ini dibatasi antara 3 menit, 4, menit, hingga yang paling lama 8 menit. Salah satu hal dasar yang juga mengalami perubahan yang cukup signifikan adalah mengenai tema, apabila sebelumnya tema hanya berkutat pada tema cinta, pada musik
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
18
ketiga ini, para komika diberikan tantangan tema yang lebih beragam dan tak jarang sangat spesifik, beberapa diantaranya yaitu film, liburan, juara, keluarga, fenomena jejaring sosial, hingga Kartini dan Warkop DKI. Sama seperti musim sebelumnya, pada musim ketiga pun selama masa karantina para peserta diberikan pelatihan oleh mentor agar mereka lebih siap secara mental dan kaya dalam pengembangan materi. Dari segi pengembangan program, variasi juga dilakukan dimana ada segmen battle dan medley antara para peserta SUCI musim ketiga. Segmen battle adalah variasi pertunjukan yang melibatkan dua comic atau lebih yang saling beradu menyampaikan materi humor melalui satu topik yang diberikan. Segmen medley adalah segmen yang melibatkan seluruh komika peserta pada satu episode untuk menyampaikan materi dengan secara estafet tanpa jeda dalam satu rentang waktu tertentu.
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
BAB IV TEMUAN PENELITIAN
Setelah melalui proses pengumpulan data primer dan sekunder, analisis konten program, survery respon penonton dan wawancara informan, peneliti mendapat hasil temuan yang relevan untuk digunakan untuk menjawab berbagai penelitian untuk melakukan evaluasi program. Peneliti akan menguraikan temuan analisis konten pada Program Stand up Comedy Indonesia Kompas TV, variable analisis konten diambil berdasarkan nilai konseptual Stand up Comedy dan kajian budaya. Temuan pada survey respon penonton dimana terdapat 30 responden pada survey yang dilakukan peneliti. Pada survey respon audiens, terdapat 14 penonton pria dan 16 penonton perempuan dengan rentang usia dari usia 11 tahun hingga 31 tahun dengan latar demografi beragam. Peneliti juga menguraikan temuan melalui wawancara mendalam dengan tiga informan dari tiga pihak berbeda yaitu, pihak Kompas TV sebagai representasi produsen program, komika peserta Stand up Comedy dalam memandang program yang diikuti, serta representasi penonton untuk menyeimbangkan analisis dalam melakukan evaluasi program. 4.1. Temuan Pada Program Stand up Comedy Indonesia Kompas TV 4.1.1. Temuan Pada Isi Materi Komika Secara khusus dalam tayangan SUCI Kompas TV Season 3 terdapat proporsi sebesar 21.9% dari isi materi komika memuat nilai keagamaan serta proporsi sebesar 15.6% memuat nilai politik. Sebesar 28.1% dari isi materi komika memuat nilai tentang suku dan etnis dan ama sekali tidak terdapat proporsi dari isi materi komika memuat nilai tentang Lesbian, Gay, Biseksual dan Transeksual (LGBT). Terdapat proporsi sebesar 28.1% dari isi materi komika memuat nilai tentang horor dan muatan proporsi sebesar 40.6% mengenai hal-hal yang terkait dengan jejaring sosial. Terdapat proporsi sebesar 96.9% dari isi materi komika memuat nilai tentang fenomena sosial serta proporsi 19
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
20
sebesar 62.5% untuk materi diluar dari agama, politik, LGBT, etnis, horor, jejaring sosial dan fenomena sosial. 4.1.2. Temuan Pada Isu Materi Komika Secara khusus dalam tayangan SUCI Kompas TV Season 3 terdapat proporsi sebesar 96.9% dari isu yang diambil oleh komika adalah kejadian sehari – hari dan proporsi sebesar 56.3% dari informasi tren di media lama seperti televisi serta terdapat proporsi sebesar 40.6% berisi isu yang sedang menjadi tren di media baru seperti internet dan jejaring sosial. 4.1.3. Temuan Pada Cara penyampaian Materi Komika Secara khusus dalam tayangan SUCI Kompas TV Season 3 terdapat proporsi sebesar 75.0% dari komika menyampaikan materi melalui stereotype, proporsi sebesar 12.5% dengan menggunakan bahasa vulgar serta proporsi sebesar 37.5% dengan menggunakan bahasa yang kasar. Secara khusus dalam tayangan SUCI Kompas TV Season 3 terdapat proporsi sebesar 93.8% dari komika menyampaikan materi dengan menggunakan eskpresi yang sopan dan proporsi sebesar 96.9% dari penyampaian materi menggunakan gerak tubuh yang sopan. 4.1.4. Temuan Pada Pilihan Contoh dalam Materi Komika Secara khusus dalam tayangan SUCI Kompas TV Season 3 terdapat proporsi sebesar 84.4% dari komika menggunakan contoh kejadian sehari-hari sebagai contoh dalam materinya dan terdapat proporsi sebesar 81.3% dari komika menggunakan contoh imajinasi sebagai contoh dalam materinya. 4.1.5. Temuan Pada Kandungan Materi Komika Secara khusus dalam tayangan SUCI Kompas TV Season 3 terdapat proporsi sebesar 43.8% dari isi materi komika mengandung pesan moral dan kandungan nilai pluralisme sebesar 21.9%. Terdapat proporsi sebesar 34.4% yang mengandung nilai motivasi positif serta kandungan motivasi negatif sebesar 15.6%. Proporsi sebesar 15.6% dari isi materi komika mengandung nilai edukatif. Secara khusus terdapat proporsi sebesar 9.4% yang Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
21
mengandung tone positif serta proporsi sebesar 50.0% dari isi materi mengandung tone negatif.
4.1.5. Temuan Pada Kandungan Komentar Juri Secara khusus dalam tayangan SUCI Kompas TV Season 3 terdapat proporsi sebesar 78.1% dari komentar juri mengandung saran yang membangun serta kandungan istilah yang tidak membumi seperti neraka, kompor gas atau kulkas sebesar 71.9%. 4.1.5. Laugh Per Minute Laugh per minute adalah salah satu metode menghitung standar kelucuan seorang comic. Nilai rata-rata untuk standard lucu adalah 4 tawa dari penonton per menit. Secara khusus dalam tayangan SUCI Kompas TV Season 3 terdapat nilai rata-tara 4, 3 tawa per menit. Dimana dalam hal ini berarti, materi yang disampaikan oleh para komika termasuk dalam kategori lucu, karena standard laugh per minute pada Stand up Comedy adalah 4 tawa dalam satu menit.
4.2. Temuan Pada Respon Audiens Grafik 4.2.1. Grafik demografis pendidikan responden
Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
22
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh peneliti,maka peneliti menemukan bahwa berdasarkan dari segi demografis pendidikan, sebanyak 53.3% (16 responden ) memiliki latar belakang pendidikan Sarjana, 40% (12 responden) berlatar belakang pendidikan SMA, serta sebanyak 3,3%(1 responden) memiliki latar belakang master dan SD. Grafik 4.2.2. Grafik domisili responden
Serta berdasarkan domisili, sebanyak 46.7% (14 responden) berdomisili di Jakarta, sebanyak 23.3% (7 responden) berdomisili di Depok, 16.7% (5 responden) berdomisili di Bogor, 10% (3 responden) berdomisili di Tangerang dan 3.3% (1 responden) berdomisili di Bekasi. Grafik 4.2.3. Grafik intentistas menonton responden
Berdasarkan hasil survey, sebanyak 66.7% (20 responden) menonton tayangan Kompas TV tidak melalui layanan TV berlanggan dan 33.3% (10 responden) menonton tayangan televisi berlanggan dan 56.7% (17 responden) masih sering menonton televisi, sementara 43.3% ( 13 Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
23
responden) sudah tidak sering menonton televisi. Grafik 4.2.4. Grafik waktu menonton responden
Untuk waktu menonton, berdasarkan survey yang telah dilakukan, sebanyak 60% (18 responden) memiliki rata-rata waktu menonton televisi lebih kecil dari 3 jam, sementara 40% (12 responden) memiliki rata-rata waktu menonton lebih dari 3 jam. Sebanyak 100% (30 responden) merupakan pengguna media baru seperti internet dan jejaring sosial. Dan merupakan pengguna jejaring sosial.
Grafik 4.2.5. Grafik waktu menggunakan internet responden
Berdasarkan survey yang telah dilakukan terkait waktu penggunaan internet, sebanyak 50% (15 responden) menggunakan internet lebih sedikit atau sama dengan 7 jam. Sebanyak 23.3% (7 responden) menggunakan internet dengan rentang waktu 6 hingga 12 Jam. Dan sebanyak 26.7 (8 responden) menggunakan internet dengan rentang waktu lebih dari 12 Jam. Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
24
Grafik 4.2.6. Grafik jumlah jejaring sosial yang digunakan responden
Terkait jumlah jejaring sosial yang digunakan, sebanyak 70% (21 responden) memiliki 2 hingga 4 akun jejaring sosial, 16.7% (5 responden) memiliki lebih dari 4 jejaring sosial dan 13.3% (4 responden) memiliki kurang dari 2 jejaring sosial. Grafik 4.2.7. Grafik penggunaan jejaring sosial responden
Untuk penggunaan waktu jejaring sosial, sebanyak 43.3% (13 responden) masing-masing adalah heavy user (> 26% waktu internet digunakan untuk jejaring sosial) dan medium user (4% - 25% waktu internet digunakan untuk jejaring sosial. Sementara hanya 13.3% (4 responden) yang merupakan light user (< 4% waktu internet digunakan untuk jejaring sosial). Grafik 4.2.8. Grafik pengikutan informasi responden
Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
25
Berdasarkan survey yang dilakukan peneliti, sebanyak 63.3% (19 responden) mengikuti perkembangan informasi dan tren di televisi dan 100% (30 responden) mengikuti perkembangan informasi dan tren bahasa di jejaring sosial. Serta sebanyak 53.3% (16 responden) mengetahui informasi tentang SUCI dari internet dan jejaring sosial. Terdapat 46.7% (14) responden mendapatkan informasinya dari televisi. Sebanyak 86.7% (26 responden) merasa bahwa materi yang dibawakan komika sering seiring dengan informasi yang ada di televisi dan sosial media dan sebanyak 66.7% (20 responden) merasa bahwa hal tersebut membantu mereka dan memahami materi yang dibawakan oleh komika. Grafik 4.2.9. Keterbukaan responden terhadap isu
Berdasarkan survey yang dilakukan, sebanyak 100% (30 responden) terbuka dengan pemikiran agama dan suku lain. Sebanyak 66.70% penonton SUCI termasuk orang yang tidak memiliki pandangan politik tertentu dan tidak menganggap pembicaraan tentang seks sebagai sesuatu hal yang tabu. Sebanyak 53.3% (16 responden) penonton SUCI terbuka dengan orang yang memiliki orientasi seksual Gay, Lesbian, Biseksual (LGBT).
Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
26
Grafik 4.2.10. Kerisihan responden terhadap isu
Berdasarkan survey yang dilakukan, terdapat 20% (6 responden) yang merasa risih apabila agama dan politik dijadikan materi dalam Stand up Comedy. 10% (3 responden) penonton merasa risih apabila suku atau etnis dijadikan materi dalam Stand up Comedy. Sebanyak 63.3% (19 responden) penonton kompetisi SUCI termasuk orang yang tidak menganggap pembicaraan tentang seks sebagai sesuatu hal yang tabu dan namun sebanyak 23.3% (7 responden) penonton merasa risih apabila seks dijadikan materi dalam Stand up. Serta terdapat 6.7% (2 responden) penonton yang merasa risih apabila kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transeksual (LGBT) dijadikan materi dalam Stand up Comedy. Dari survey yang dilakukan, dari 30 responden terdapat 40% (12 responden) penonton yang tetap menggemari komedi slapstick seperti program OVJ. 100% (seluruh responden) penonton kompetisi SUCI suka dengan program SUCI dan berpedapat bahwa acara Stand up Comedy Indonesia Kompas TV merupakan program yang menghibur dan lucu.
Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
27
Sebanyak 46.7% (14 responden) telah menonton kompetisi SUCI dari season 1, 30% (9 responden) telah menonton sejak season 2 dan terdapat 23.3% (7 responden) yang menonton kompetisi baru dari season 3.
Grafik 4.2.11. Pemahaman audiens terhadap materi komika
Sebanyak 76.7% (23 responden) memahami secara materi yang dibawakan komika secara menyeluruh namun terdapat 23.3% (7 responden) penonton yang hanya memahami sebagian materi dan 26.7% (8 resonden) tidak memahami istilah yang diberikan juri seperti kompor gas, neraka, dan sebagainya. Grafik 4.2.12. Pendapat penonton terhadap program SUCI
Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
28
Seluruh responden penonton kompetisi SUCI berpendapat bahwa materi humor komika dapat menangkan realita budaya yang ada di dalam masyarakat dan sebanyak 63.3% (19 responden) penonton berpendapat bahwa realita budaya seperti mengenai suku tertentu dapat dianggap sebagai stereotype namun Sebanyak 93.3% (28 responden) penonton kompetisi SUCI berpendapat bahwa materi komika mengenai realita budaya dapat menambah pengetahuan dan mencerahkan pikiran Grafik 4.2.13. Grafik respon audiens terhadap SUCI sebagai hiburan alternatif
100% (seluruh responden) berpendapat bahwa program Stand up Comedy dapat menjadi program alternatif hiburan komedi dan berharap program SUCI dapat kembali ditayangkan untuk musim berikutnya.
Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
29
4.3. Deskripsi Informan 4.3.1. Informan 1 (DC) Informan 1 merupakan creative program dari program Stand up Comedy Indonesia dari musim pertama hingga yang ketiga. Informan merupakan lulusan dari jurusan Ilmu Komunkasi Universitas Brawijaya. Sebagai seorang creative program, informan bersama timnya bertugas untuk memikirkan konten dari keseluruhan program SUCI, mulai dari tema, gimmick battle, pemilihan diksi, screening bit, serta menjadi salah satu pihak yang melakukan filter materi yang dibawakan oleh komika agar tidak berbenturan dengan batasan SARA di Indonesia. Informan juga bertindak sebagai rekan dari para komika peserta SUCI sehingga hubungan dari informan dengan para komika peserta terbilang cukup dekat. “..iya ke babak final, trus habis itu, kirim konsep setiap show termasuk penentuan tema, e... gimmick battle.. trus habis itu screaning bit. Jadi sebelum masuk ke show itu, anak-anak itu akan ceritain materinya sama kita. Nah berdasarkan pengalaman dan mungkin pertimbangan visual…” (Informan 1)
Sebagai seorang produsen yang juga salah satu penonton program televisi di Indonesia, Informan sendiri merasakan keresahan sebagai penonton, dimana program komedi di Indonesia identik dengan kekerasan. Hal tersebutlah yang juga menjadi salah satu latar Stand up Comedy diangkat menjadi salah satu program televisi, yakni untuk memberi hiburan komedi alternative bagi penonton televisi Indonesia. “…basicly, kita pengen ngasi alternatif komedi sih. Jadi pada saat itu, komedi-komedi yang lagi in itu OVJ, komedi-komedi slapstick penuh dengan kekerasan. Gitu. Maksudnya ada kegelisahan bahwa "kenapa sih komedi itu harus kayak gitu?..." (Informan 1)
Informan juga merupakan penggemar Stand up Comedy. Meskipun informan menganggap Stand up Comedy sebagai salah satu alternatif hiburan komedi yang menarik. Namun masih terdapat keresahan mengenai sinisme terhadap Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
30
kultur Stand up Comedy yang liberal, dimana terdapat kebebasan yang sangat besar dari segi materi, dan tak jarang mengolok-olok. Informan sebagai produsen sekaligus penonton televisi yang juga paham kultur Indonesia, berusaha melakukan penyesuaian dari segi materi agar tepat dengan karakter Kompas Tv sebagai stasiun televisi yang memberikan inspirasi bagi penontonnya “…ih yuk kita bikin Stand up Comedy yang bersih atau clean ya". Istilahnya itu clean. Bisa nggak, gitu. "Lo nggak usah ngomongin selangkangan, nggak usah ngomongin agama, nggak usah hina-hina orang tapi lo bisa bikin ketawa…" (Informan 1)
Informan sebagai seorang yang juga turut berperan dalam mengembangkan Stand up Comedy melalui program televisi di Indonesia, juga memandang Stand up Comedy seharusnya menjadi sesuatu yang jujur. Misalnya dalam mengamati fenomena sosial, pun dalam merefleksikan diri sendiri. Oleh karena itu pada akhirnya setelah penonton menonton Stand up Comedy, selain terhibur melalui tawa, penonton juga mendapatkan perenungan baru. “…Basicnya harus tetap keresahan sama observasi tentang keresahan itu. Nggak boleh bohong. Stand up tuh nggak boleh bohong…” (Informan 1)
Sebagai salah satu alternatif program hiburan di televisi Indonesia, yang sebelumnya telah melekat dengan jenis komedi slapstik. Menurut Informan, salah satu tantangan terberat dari Stand up Comedy adalah mengubah pola pikir penonton Indonesia, untuk menggemari tipe komedi cerdas yang tidak mengedepankan kontak fisik, namun selain cerdas juga bersih sehingga dapat dinikmati oleh penonton yang berasal dari berbagai lapisan sosial yang berbeda. “…tantangannya sih merubah mindset ya. Kayak pertanyaan kamu tadi misinya kompas tv apa. Maksudnya come on, lo harus dapat sesuatu gitu. Apa yang lo dapet kalo liat Sule lempar Parto pake
Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
31
stereofom? Nothing. Tapi ketika lo ketawa banget waktu dengar Babe, 'lo kalo di Medan itu', Eh bukan-bukan. Ketika lo ketika banget waktu liat Bene, "lo tau kalo ternyata orang Batak itu mati, harus kek gituu broo.." beneran lo. Aku pribadi baru tau. Aku pikir itu orang cina doang. Aku sampe bilang sama bene. Trus Bene bilang, "nggak, itu beneran, oppungku habisin 25 juta". Jadinya lo dapat 1 ilmu lagi kan?...” (Informan 1)
Namun,
informan sendiri berpendapat, bahwa untuk mengubah mindset
masyarakat itu memang lumayan sulit, dalam perspektif informan masyarakat masih tetap suka dengan komedi slapstik, oleh karena itu sebagai pihak kreatif dari kompetisi SUCI, unsur slapstik masih ada sedikit, namun hanya di video preview perkenalan peserta. Hal yang sedikit tersebut dirasa informan dan timnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan komedi slapstik penonton televisi. 4.3.2. Informan 2 (BD) Informan 2 merupakan salah satu komika yang juga merupakan peserta Stand up Comedy Indonesia musim kedua. Informan merupakan orang Batak yang berasal dari Tebing Tinggi dan sedang berkuliah di Universitas Gadjah Mada. Sebagai seorang komika informan dikenal sebagai komika dengan persona batak dengan aksen batak yang kental dan terkesan ceplas-ceplos. Sebagai seorang yang memiliki darah batak, dalam melakukan Stand up Comedy informan 2 memang memilih menampilkan persona Batak. Melalui persona Batak tersebut, informan 2 sendiri juga berusaha menyebarkan informasi mengenai budaya batak agar semakin banyak penonton yang mengetahui budaya Batak. “…materi banyak soal batak, logat jga batak, sudut pandang pas bikin materi juga batak… karena aku batak bro. lebih natural dan gampang jadinya” (Informan 2)
Sebagai seorang komika, informan sendiri sudah tergabung lama dengan komunitas Stand up Comedy di Jogja dan Universitas Gadjah Mada. Hingga sekarang, informan sendiri termasuk orang yang terbuka dengan berbagai Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
32
jenis hiburan komedi, termasuk komedi slapstik seperti program Opera Van Java, dan masih gemar menontonnya. Informan pertama kali mengenal Stand up Comedy dari jejaring sosial twitter karena informan mem-follow Raditya Dika, yang juga merupakan salah satu orang yang turut berpartisipasi dalam mengemabangkan Stand up Comedy di Indonesia. Informan pun mulai menonton beberapa pertunjukan SUCI musim pertama dari YouTube dan mulai rutin menonton program Stand up Comedy IndonesiaKompas TV sejak musim kedua. Alasan dari informan untuk bergabung menjadi peserta kompetisi SUCI adalah untuk melatih kemampuannya, dan opininya bahwa Stand up Comedy dapat menjadi program hiburan komedi alternatif. “…aku kan udah berkecimpung di stand up komedi 1,5 tahun pada saat itu. trus kayaknya udah betah dan suka, jadi pengen menggeluti dengan serius. ikut suci salah satu caraku mendalami stand up komedi. krn di suci ada mentoring dan kelas yg bakal menambah ilmu komedi. selain itu bisa jadi batu loncatan buat karir ku di dunia stand up komedi lah. kurang lebih sih gitu…” (Informan 2)
Sebagai seorang yang tertarik dengan Stand up Comedy, informan dua memiliki pandangan terhadap Stand up Comedy. Terkait sinisme terhadap Stand up Comedy yang disebut terlalu bersifat mengolok-olok, informan dua tak ragu menyebutkan bahwa hal tersebut seharusnya dapat dimaklumi selama hal yang disampaikan tersebut jujur. “…ini kan komedi jujur bro, selama yg disampaikan benar dan tidak mengada-ada, trus bisa dipertanggung jawabkan, ya harus diterima dong. Stand up Comedy kan emang bentuk protes, tapi secara komedi, ya namanya protes pasti ada yg ga suka. selama yg diprotes benar, pasti banyak yang dukung kok…” (Informan 2)
Sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam program Stand up Comedy Indonesia, informan dua sebagai seorang komika, memandang bahwa program SUCI sendiri sudah cukup baik, namun tantangan yang harus dihadapi sebagai peserta adalah idealisme yang terkadang harus berbenturan Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
33
dengan batasan fakta bahwa program SUCI merupakan program televisi yang ditayangkan secara luas dengan karakter masyarakat yang beragam. Oleh karena itu tidak jarang informan harus lebih selektif dalam memilih materi, namun komika sendiri lebih sering berfokus pada pembahasan keluarga, kehidupan dan budaya batak ama kehidupan anak kos. “…secara kemasan dan menyasar pasar, kompas tv udah bagus dan keren sih. tapi untuk mengakomodasi idealisme komika, kompas masih terlalu keras. sering kali materi disensor, dipotong yg sebenarnya bagus tapi terlalu offensive…” (Informan 2)
Menurut sudut pandang informan sebagai seorang komika, usaha untuk menarik perhatian masyarakat agar dapat menikmati Stand up Comedy adalah dengan membuat satu referensi yang sama antara komika dan penonton. Oleh karena itu seorang komika harus mampu memberi informasi agar penonton dapat memahami materi dan menikmati penampilan humor yang diberikan oleh komika. 4.3.3. Informan 3 (MP) Informan tiga merupakan salah satu penonton kompetisi SUCI dari musim pertama. Sebelumnya, informan tidak megetahui tentang Stand up Comedy dan menonton SUCI tanpa sengaja. Momen tersebut kemudian membuat informan tertarik menonton kelanjutan dari program SUCI, hingga akhirnya menjadi penonton setia sampai musim ketiga. Bagi informan sendiri kelucuan program tersebut karena materi yang dibawakan oleh komika. Informan merasa kelucuan yang diberikan dalam Stand up Comedy Indonesia merupakan sesuatu yang menghibur sekaligus mencerahkan karena memberikan perenungan baru, tentang hal-hal yang mungkin luput atau tidak sebelumnya terpikirkan oleh informan. “…lucunya itu, pertama dari materi yang dibawain sih. banyak halhal yang sebenarnya nggak kepikiran sama sekali dan biasanya terjadi dalam kehidupan kita sendiri, ketika diangkat oleh comic jadi
Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
34
sesuatu yang bikin "oh iya ya, kok nggak kepikiran selama ini…" (Informan 3)
Sebagai seorang penonton yang telah cukup lama menonton, informan sendiri menjadi cukup terbukan pemikirannya, terlebih dalam memandang anggapan yang muncul pada Stand up Comedy, dimana stand up dekat sekali dengan anggapan sebagai salah satu tipe komedi yang cukup keras dalam mengkritisi sesuatu dan menjadikannya bahan olok-olok. Khususnya dalam masalah SARA misalnya, informan sendiri pada awalnya merasa hal tersebut sedikit menggangu, namun perlahan informan merasa hal tersebut sebenarnya lebih kearah keresahan dari komika sendiri, karena materi yang dibawakan komika merupakan hasil pengamatan terhadap apa yang dilihat dari komika ke luar dan ke dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu misalnya, apabila komika membawa tema tentang suku, umumnya komika pun mengamati sukunya sendiri, misalnya Ernest Prakasa yang sering membawa materi tentang kultur cina dan Bene dengan kultur batak. Dan informan berpendapat bahwa stereotype merupakan satu penilaian yang sifatnya berasalah dari luar, bukan dari dalam diri sendiri. "…iihh kok SARA sih?" tapi aku ngeliatnya sih lebih ke, ya emang masyarakat kita memiliki stigma seperti itu. Dan biasanya misalnya topik kesukuan dibawakan oleh si empunya ras/suku. contohnya Ernest sering bawain topik tentang China, Bene dengan kebtakannya, Kemal dengan kearab-annya. ya kayak gitu... dan satu hal sih. om Indro pernah bilang, itu nggak akan jadi SARA ketika topik yang lo bawain adalah tentang diri lo sendiri. orang China ngangkat materi tentang China, itu bukan SARA…” (Informan 3)
Terkait materi yang dibawakan komika, informan yang merupakan orang Batak tidak jarang merasakan adanya kedekatan dengan materi yang dibawakan oleh komika yang berasalah dari Batak seperti Bene dari musim ketiga dan Boris dari musim kedua. Kedekatan materi dan daerah asal menurut informan dapat secara otomatis memunculkan ikatan antara penonton dan komika. Adanya kesamaan referensi tersebut pun membantu
Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
35
informan tiga sebagai penoton dalam memahami materi sehingga dapat menikmati humor yang dibawakan. “…Bene sering banget bawain materi tentang suku batak. dan Bene berhasil banget bikin aku terpaksa mengingat kampung halaman dan kenangan masa kecil..jiaaah. tapi emang bener banget, tiap kali bene stand up tuh, kayak langsung pengen teriak "KITA SAMAAAA!!!". yaah namanya juga sama-sama batak dan sama-sama dari SUMUT…” (Informan 3)
Sebagai salah satu dari bagian penonton yang pernah menggemari hiburan komedi slapstick seperti OVJ, informan merasa bahwa sebenarnya terdapat kemungkinan besar bagi hiburan Stand up Comedy untuk menjadi sebuah hiburan komedi alternatif, sementar untuk menjadi hiburan komedia utama, menurut Informan meski memiliki kesempatan, tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah mengubah pola pikir masyarakat yang sudah sangat melekat dengan hiburan komedi slapstik. Oleh karena itu, informan sendiri emandang bahwa tambahan unsur slasptik pada video preview peserta merupakan satu hal yang dapat dimaklumi dan merupakan usaha untuk memberikan perubahan perlahan untuk menarik penonton yang lebih luas, meskipun informan sendiri sudah tidak pernah lagi menonton progam komedi slapstick seperti OVJ. “…iya sih ada slapsticknya. tapi dibandingin sama komedi lain kan itu cuma sedikit kan ya? dan kalo dipikir2, itu dilakuin bisa aja supaya masyarakat yg udah terbiasa dengan slapstick masih bisa tetap menikmati Stand up Comedy. jadi diselipin slapstick supaya tidak terjadi perubahan yang terlalu jauh dari bentuk komedi yang udah ada…” (Informan 3).
Sebagai salah satu penonton setia program SUCI, informan berharap semoga selipan komedi slapstick dalam video preview peserta dapat semakin diminimalisir karena informan berpendapat masyarakat saat ini sudah cukup cerdas dan kritis dalam menonton siaran televisi. Serta informan berharap agar SUCI dapat menjadi sebuah program yang dapat dinikmati oleh semua Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
36
lapisan masyarakat dan tidak hanya terbatas pada kelompok masyarakat tertentu. Sehingga anggapan komedi cerdas yang melekat pada Stand up Comedy dapat sekaligus mencerdaskan penonton Indonesia, khususnya dalam menonton hiburan komedi. “…toh sekarang masyarakat kita udah mulai cerdas kok dalam memilih tayangan televisi. hehehe.... Terus, mungkin lebih ngejangkau masyarakat luas. segmentasinya mungkin bisa diperlebar lagi. jangan kelas2 tertentu yang jadi sasarannya gimana caranya gitu bisa ngerangkul lapisan bawah dalam proses pencerdasan bangsa haduuh bahasanya hahaha…” (Informan 3)
Dari temuan penelitian dapat ditemukan adanya proses komunikasi yang terjadi antara Kompas TV dan komika sebagai produsen pesan dan bagaimana penonton menerima pesan yang ingin disampaikan tersebut. Program SUCI dan produser memiliki pesan utama untuk memberikan kontribusi positif bagi industri komedi di Indonesia, yaitu hiburan yang bersih dari unsur kekerasan namun tetap menhibur serta bebas dari nilai negatif yang sering muncul dalam Stand up Comedy yaitu, bebas dari materi pornografi dan stereotype. Pesan tersebut kemudian dilanjutkan kepada komika melalui materi humor yang disampaikan. Secara garis besar, respon penonton mampu menerima dengan baik pesan positif tersebut. Meskipun demikian masih terdapat beberapa nilai negatif dalam Stand up Comedy yang muncul pada materi yang ditemukan dalam proses komunikasi tersebut, yaitu nilai stereotype terhadap kelompok tertentu. Evaluasi yang lebih mendalam mengenai nilai positif dan negatif yang terdapat dalam program SUCI 3 akan dipaparkan pada bab selanjutnya.
Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
BAB V PENUTUP
5.1. Interpretasi Hasil Penelitian Dalam riset ini, peneliti menemukan bahwa terdapat tiga aktor komunikasi yang menarik untuk diperhatikan dalam melakukan evaluasi terhadap program Stand up Comedy Indonesia Kompas TV yaitu, program SUCI, komika dan penonton. Dalam konteks komunikasi, peneliti mengamati bagaiman interaksi komunikasi antara masing-masing subjek dalam melakukan proses penyampaian dan penerimaan pesan. Interaksi dan respon dari ketiga pihak tersebut menunjukkan bahwa Stand up Comedy berhasil menjadi sebuah tontonan komedi alternatif karena adanya kebutuhan dan keresahan yang sama akan program komedi yang mendominasi televisi. Sebagai produsen, Kompas TV dengan visinya sebagai stasiun televisi yang memberikan inspirasi dan mencerdaskan penontonnya menjawab keresahan tersebut dengan membuat program Stand up Comedy yang lebih minim kekerasan. Sementara penonton memandang Stand up Comedy Indonesia sebagai jawaban atas kebosanan komedi yang mengedepankan kekerasan fisik dan komedi “rame-rame” yang ada di televisi. Bagan 6.1. Proses interaksi antara penonton, komika dan SUCI Program Stand up Comedy Indonesia
Komika
Penonton
36 Universitas Indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
37
5.1.1. Program Stand up Comedy Indonesia dan Penonton Dalam tataran komunikasi, hubungan antara program Stand up Comedy Indonesia dan penonton dapat dipandang sebagai proses penyampaian dan penerimaan pesan. Dalam konteks program SUCI,
pesan yang ingin
disampaikan adalah bahwa SUCI adalah program hiburan yang minim kekerasan dan bersih dari stereotype Stand up Comedy. Pesan tersebut diimplementasikan dari penampilan komika dan performa program secara keseluruhan. Secara garis besar pesan utama SUCI sebagai hiburan alternatif yang bersih dari kekerasan diterima secara baik oleh penonton. Meski pada faktanya program SUCI tidak sepenuhnya berhasil dalam memberi hiburan yang bersih dari kekerasan, tampak dari video preview peserta SUCI yang masih terdapat unsur slapstick. Serta materi komika mengandung stereotype Stand up Comedy. Menurut sudut pandang pihak SUCI, dimasukkannya sedikit unsur slapstick pada bagian video preview adalah untuk menarik minat para penonton awam yang belum begitu akrab dengan Stand up Comedy. Unsur slapstick itu sendiri masih dapat diterima oleh penonton, meski penonton tetap berharap hal tersebut dapat diminimalisir. Secara aktif, penonton melakukan penyaringan informasi bahwa hal tersebut mungkin dilakukan untuk sedikit memberi cita rasa hiburan komedi yang melekat di Indonesia, sehingga tidak langsung memberi perubahan tontonan komedi yang radikal. Sebanyak 40% dari penonton SUCI sendiri masih suka menonton hiburan komedi slapstik seperti OVJ meski tidak intens. Sebagai sebuah program hiburan komedi, program kompetisi Stand up Comedy Indonesia telah berhasil menjadi salah satu pilihan alternatif bagi penonton televisi untuk menonton hiburan komedi. Meski banyak penonton yang masih menonton program komedi slapstik, namun program SUCI berhasil menjawab kebutuhan penonton yang membutuhkan komedi yang
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
38
sifatnya lebih cerdas. Oleh karena itu banyak penonton yang memang memilih menonton program SUCI kandungannya yang lebih berbobot. Aktivitas yang terjadi antara penonton dan program kompetisi SUCI ini dapat memperkuat teori yang dikembangkan oleh Katz, Gurevitch dan Hass, Uses and Gratification, mengenai bagaimana penonton secara aktif memilih media untuk memenuhi
kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan bagi dirinya
sebagai penonton (West & Turner, 2007). Tindakan Kompas TV membuat program kompetisi SUCI untuk mencoba memberi alternatif hiburan komedi baru bagi penontonnya, memenuhi salah satu asumsi yang dikemukakan oleh McQuail bahwa media massa akan bersaing dengan berbagai sumber lain untuk memenuhi kepuasan penontonnya (McQuail, 2005). Sikap penonton program kompetisi SUCI sendiri yang merupakan konsumen aktif dalam memilih SUCI sebagai pilihan hiburan merupakan implementasi nyata dari asumsi utama Uses and Gratification, bahwa penonton merupakan khalayak aktif yang memilih media yang akan dinikmati untuk mendapatkan kepuasanan (West & Turner, 2007). Kepuasan yang ingin dicapai dalam hal ini hiburan komedi jenis baru yang berbeda dari hhiburan komedi slapstick. Program SUCI sendiri muncul dengan misi Stand up Comedy yang lebih bersih dari nilai-nilai seperti yang disebutkan oleh Ramon Pappanan dalam bukunya, yaitu suku, agama, ras, antargolongan dan pornografi. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh peneliti, meski telah melalui proses penyaringan melalui editing video dan pembatasan materi yang dilakukan oleh pihak creative program Kompas TV, beberapa hal tersebut masih dapat ditemukan, meski tidak
dengan kuantitas yang besar, rata- rata berada
dibawah nilai 30%. Hal ini menunjukkan bahwa eksekusi penyampaian pesan yang dilakukan oleh Kompas TV sendiri masih belum terlalu sempurna. Menariknya survey yang dilakukan pada para penonton program SUCI, lebih dari 50% penonton program kompetisi SUCI merupakan orang yang cukup terbuka terhadap hal-hal yang disebutkan diatas, dan tidak risih dengan kemunculan hal tersebut di dalam materi komika.
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
39
Hal yang cukup penting untuk diperhatikan adalah pada kompetisi SUCI musim ketiga, materi komika yang sarat dengan nilai kesukuan secara dapat memberi dua dampak. Di satu sisi, 63.3% penonton menganggap bahwa materi mengenai realita budaya suku tertentu yang ditampilkan oleh komika sebagai sebuah strereotype, namun 93.3% penonton juga berpendapat bahwa materi tentang realita budaya tersebut dapat menambah pengetahuan penonton. Fakta yang ditemukan dalam riset ini menunjukkan bahwa penonton televisi bukan merupakan satu individu ajeg yang sifatnya dapat di generalisasi. Hal ini dapat memperluas konteks dari konsep Cultivation Analysis Theory yang dijelaskan oleh Gerbner yaitu mengenai televisi sebagai agen sosialisasi yang mampu memberikan dampak kepada penonton melalui isi tayangannya (West & Turner, 2007). Apabila televisi dihadapkan pada segmen audiens aktif, nilai stereotype yang terkandung dapat terminimalisir karena penonton secara aktif memproses pesan negatif tersebut sebagai sebuah hal yang menambah pengetahuan dan mencerahkan pemikiran audiens. 5.1.2. Program Stand up Comedy Indonesia dan Komika Berkembang dari dua musim sebelumnya, seluruh peserta Stand up Comedy Indonesia Kompas TV musim dari ranah komunitas. Hal ini menunjukkan bahwa peserta SUCI musim tiga telah lebih matang dan siap secara mental dan pengalaman serta yang paling penting adalah pada audisi SUCI 3 di berbagai daerah hampir seluruh peserta telah paham dengan apa yang dimaksud dengan Stand up Comedy sangat berbeda dengan peserta audisi SUCI musim sebelumnya. Dalam konteks komunikasi, posisi komika dapat dipandang sebagai representasi yang tampil sebagai corong atau penyampai pesan visi SUCI Kompas sebagai program hiburan komedi jenis baru. Sebagai representasi SUCI, tentu terdapat proses penyaringan ketika komika mengolah materi humor yang akan disampaikan kepada penonton, yaitu melalui penentuan
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
40
tema, screening bit, pemilihan diksi, pemotongan materi hingga editing video. Proses ini dapat dilihat sebagai “sekolah” bagi para komika, program SUCI secara profesional memberikan pelatihan kepada para komika untuk semakin mematangkan visi awal program kompetisi SUCI untuk menjadi program Stand up Comedy yang bersih sehingga program SUCI sendiri dapat lebih dinikmati oleh berbagai lapisan usia. Bagi komika sendiri, hal ini merupakan sebuah hal positif. Tantangan terhadap idealisme adalah satu hal yang harus dihadapi komika ketika berada dalam proses tersebut, dimana misalnya komika memiliki materi yang sebenarnya sangat lucu namun karena dipandang terlalu riskan untuk ditayangkan, sehingga terpaksa dihilangkan. Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa meski telah melalui proses penyaringan melalui editing video dan pembatasan materi yang dilakukan oleh pihak creative program Kompas TV, kandungan materi suku, agama, ras, antargolongan dan pornografi masih dapat ditemukan dalam materi komika dengan nilai rata-rata berada dibawah nilai 30%. Materi suku menjadi kandungan materi yang paling sering muncul dalam hal ini yaitu 28.1%. dengan kandungan unsur stereotype sebesar 75.0%. Materi mengenai suku ini sendiri sedikit banyak muncul karena pengaruh latar suku dan daerah asal komika. Menurut komika, hal tersebut memberi pengaruh cukup banyak membantu komika dalam membangun perspektif ketika membuat materi. Komika sendiri secara spesifik, menampilkan self mocking yang tentu tidak dapat dipandang sebagai upaya untuk menjelek-jelekkan, namun lebih kepada upaya pencerahan. Di luar kandungan materi, para komika menyampaikan materi dengan menggunakan eskpresi dan bahasa tubuh yang sopan. Penggunaan bahasa yang kasar dan vulgar oleh komika diminimalisir melalui penyensoran suara ketika kata-kata disebutkan. Hal ini dapat dipandang sebagai upaya positif SUCI untuk menjaga SUCI tetap bersih, namun tidak
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
41
menghilangkan unsur alami Stand up Comedy bagi komika dan penonton yang menonton SUCI secara langsung di studio. Sebagai sebuah program, SUCI Kompas TV telah berhasil memberikan pengalaman komedi baru bagi penonton melalui penampilan para komikanya, yang pada akhirnya tidak hanya berhenti pada titik memberikan hiburan, namun secara simultan memberi perkembangan akan munculnya komunitaskomunitas baru yang menikmati sekaligus menarik masyarakat awam yang mencoba menjadi komika. Hal ini merupakan dampak positif yang muncul tanpa diduga sebelumnya. Kemunculan berbagai komunitas ini dapat dipandang sebagai salah satu difusi inovasi yang penting bagi perkembangan dunia komedi di Indonesia. Meski tidak dikomunikasikan secara khusus, program kompetisi SUCI secara tidak langsung telah turut membantu mengembangkan gagasan Stand up Comedy sebagai salah satu hiburan komedi yang menarik untuk ditonton dan dapat dilatih oleh semua orang, sesuai visi Kompas TV yaitu memberi tayangan yang menginspirasi bagi penontonnya. Dalam teori difusi inovasi yang dikembangkan oleh Rogers, disebutkan bahwa sebuah inovasi sebagai gagasan baru terukur secara subjektif (Rogers, 1995). Tentu sebagai sebuah genre hiburan komedi, Stand up Comedy sendiri telah berkembang dengan pesat di luar Indonesia, namun bagi penonton televisi Indonesia hal tersebut termasuk baru, karena kemunculannya yang sangat minim sebelumnya oleh karena itu program SUCI merupakan salah satu tayangan inovatif bila dilihat dari sudut pandang peneliti. Terlebih karena SUCI sendiri secara tidak langsung melahirkan komika-komika baru yang awalnya berasal dari penonton awam yang dalam difusi inovasi dapat dikategorikan sebagai para adopter. Untuk menjaga hype dari progam SUCI sendiri, karena akan terdapat jeda setelah satu musim kompetisi selesai, Kompas TV membuat variasi program baru yang masih melibatkan komika dan Stand up Comedy, seperti misalnya program Ala Ryan, tayangan bergenre komedi yang dipandu Ryan Andriandhy, pemenang
Stand up Comedy Indonesia Season 1, atau program Kelakar yang dipandu
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
42
oleh Akbar, Grand Finalis Stand up Comedy Indonesia Season 1. Peneliti memandang hal ini sebagai salah satu sikap yang sangat positif dari pihak Kompas TV sebagai industri, karena jelas hal tersebut akan menampilkan kesan positif dari SUCI dan menunjukkan bahwa ada peluang profesi baru yaitu menjadi komika. 5.1.3. Komika dan Penonton Sebagai representasi dari program SUCI Kompas TV, tidak jarang penonton mengasosikan komika sebagai program SUCI sendiri. Hal tersebut terjadi ketika penonton telah menyukai penampilan seorang atau lebih komika, sehingga penonton terkadang menonton SUCI hanya karena ingin menonton penampilan komika favoritnya. Dalam tataran komunikasi peneliti memandang interaksi antara komika dan penonton sebagai proses komika membuat penonton tertawa dan bagaimana penonton dapat menyukai penampilan seorang komika. Bagi komika, mendapatkan tawa penonton adalah elemen penting untuk menilai kualitas humor yang dibuatnya. Untuk mendapatkan tawa tersebut, komika menyadari bahwa tawa penonton dapat diperoleh apabila penonton dan komika memiliki referensi yang sama pada materi humor yang dibangun. Oleh karena itu penting bagi komika untuk mengambil referensi yang sifatnya sudah lebih universal, misalnya pengalaman masa kecil. Namun apabila komika merasa materi tersebut dirasa tidak universal, maka komika akan memberikan informasi pembuka terlebih dahulu. Meski para komika umumnya tidak membatas diri pada pembahasan akan materi tertentu, namun komika juga memiliki preferensi tertentu dalam isi materinya, seperti Bene misalnya, komika Batak yang berasal dari Sumatera Utara namun sedang berkuliah di Yogya umumnya memiliki preferensi materi tentang keluarga, kehidupan dan budaya Batak serta kehidupan kos. Latar belakang preferensi isi materi ini terbentuk karena pengalaman serta latar budaya dari komika dimana komika juga memiliki motif untuk
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
43
melakukan transfer nilai budaya yang dimilikinya kepada penonton. Bagi penonton SUCI yang memang memiliki pemikiran terbuka, motif ini tidak menjadi penghalang dalam menikmati materi komika dan justru memberi pengetahuan baru bagi penonton. 93.3% (28 responden) penonton kompetisi SUCI berpendapat bahwa materi komika mengenai hal tersebut dapat menambah pengetahuan dan mencerahkan pikiran. Dalam membuat materi, tidak jarang komika mengambil inspirasi dari informasi apa yang sedang terjadi di media, untuk mempermudah proses penyamaan referensi antara penonton dan komika. Hal tersebut terjadi karena menurut komika, hampir semua orang mengkonsumsi media yaitu televisi dan jejaring sosial. Hal ini peneliti anggap sebagai salah satu langkah yang benar, terlebih bila dihubungkan dengan demografis penonton SUCI menunjukkan bahwa penonton mengikuti perkembangan dan tren informasi yang ada dikedua media tersebut. sebanyak 63.3% (19 responden) mengikuti perkembangan informasi dan tren di televisi dan 100% (30 responden) mengikuti perkembangan informasi dan tren bahasa di jejaring sosial. Sebagai audiens yang aktif, penonton SUCI juga menyadari bahwa proses penyamaan melalui referensi dari informasi media membantu penonton dalam memahami materi yang dibawakan komika. Dari hasil temuan tersebut, peneliti menilai bahwa komika SUCI 3 Kompas TV berhasil menyampaikan materi pesan dengan baik dan dapat diterima oleh penonton. Menariknya, dalam menonton SUCI penonton tidak melulu menyukai SUCI karena isi materi komika. Terdapat faktor lain yaitu persona komika. Persona menjadi salah satu elemen yang menciptakan ikatan antara penonton dengan komika. Persona yang ditampilkan oleh komika SUCI 3 sendiri umumnya dekat dengan latar belakang sosial mereka, seperti etnis dan dearah asal. Persona yang ditampilkan oleh komika ini sebenarnya ditampilkan karena komika merasa nyaman dapat menampilkan secara lebih alami dan tidak dibuat-buat. Persona tersebut semakin kuat dengan materi yang konsisten dan sesuai dengan persona yang ditampilkan.
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
44
Bagi penonton, persona etnis dan kedaerahan sendiri berhasil menciptakan ikatan
dengan
komik
karena
penonton
secara
langsung
dapat
mengidentifikasi kesamaan antar diri penonton sebagai individu dengan komika, seperti misalnya daerah asal. Persona ini juga membantu penonton dalam memahami materi yang dibawakan oleh komika karena adanya field of experience yang sama. Ketika penonton tidak memahami materi, penonton menempatkan diri pada sudut pandang persona yang ditampilkan oleh komika, sehingga terjadi proses pemakluman terhadap materi komika. Hal ini ditemukan pada komika Fico yang sering membawa materi yang absurd dan tidak mudah dipahami, namun karena persona yang ditampilkan oleh Fico memang aneh, maka penonton dapat tertawa pada humor yang disampaikan oleh Fico. Penonton juga menyukai persona yang ditampilkan komika melalui kalimat trademark komika seperti Ari yang identik dengan kata tackling, Babe dengan “Ah Sudahlah”, Fico dengan salam assalamwulaikum, dan sebagainya. Menurut penonton kalimat ini sendiri dapat menjadi lucu karena dibawakan dengan persona komika. Persona ini tidak hanya ditampilkan oleh komika ketika tampil dipanggung saja tapi turut juga ditampilkan melalui jejaring sosial ketika penonton dan komika melakukan interaksi. Berdasarkan hasil temuan interaksi penonton dan komika, peneliti menemukan bahwa proses penyampaian pesan oleh komika, melalui pemilihan materi dan persona yang ditampilkan, untuk memperoleh tawa penonton telah tereksekusi dengan baik. 5.1.4. Dukungan Media Baru Dukungan media baru tidak dapat dilepaskan dalam memandang program Stand up Comedy Indonesia sebagai sebuah kesatuan terlebih karena penonton SUCI yang seluruhnya merupakan pengguna media baru dan jejaring sosial, pemanfaatan media baru dapat menajadi elemen pendukung yang berfungsi sebagai alat maintaining fans SUCI serta pendukung untuk mendapatkan penonton baru.
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
45
Pemanfaatan media baru sendiri dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti akun jejaring sosial, unggah video ke jejaring YouTube serta dari segi internal misalnya adalah materi komika yang up to date dengan tren di jejaring sosial. Melalui jejaring sosial penonton pun bisa melakukan interaksi dengan komika dan menyampaikan opininya kepada program SUCI. Hal ini tentu memperluas konteks komunikasi media lama yang dulunya lebih bersifat satu arah tanpa adanya interaksi dengan penonton. Media baru yang juga dapat digunakan untuk memperluas cakupan penonton SUCI adalah melalui jejaring sosial. Pemanfaatan jejaring sosial oleh program SUCI sendiri menurut peneliti sebenarnya sudah cukup baik. Sejauh ini, progam SUCI memiliki akun twitter @StandupKompasTV dengan jumlah follower 95.484 dan facebook fanpage di Stand up Comedy Indonesia dengan jumlah fans 154.479 per Juni 2013. Masing-masing jejaring sosial sendiri terbilang cukup aktif dalam memberikan informasi terbaru tentang program SUCI berikut para komika yang terlibat di dalamnya. Hal ini dapat membantu menjaga hype program SUCI. Dari segi materi komika, dukungan media baru sebagai penyama referensi antara komika dan penonton dalam menyampaikan humor terbilang cukup membantu, dalam data persen isi materi komika dalam program SUCI yang memuat isu di sosial media adalah 40.6%. Materi yang berisi isu sosial media tersebut juga memudahkan penonton dalam memahami materi komika, karena sebanyak 100% atau seluruh responden yang menonton program SUCI mengikuti perkembangan informasi dan tren bahasa di jejaring sosial. Sebagai sebuah program Stand up Comedy, menurut peneliti SUCI merupakan salah satu tayangan yang inovatif dari segi dukungan media baru dimana SUCI adalah program televisi pertama yang pertama kali memanfaatkan teknologi jaringan google+ dimana penonton dapat menonton tayangan perjalanan menuju dan tayangan Grand Final live melalui jejaring google+.
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
46
Meski tidak banyak mengunggah video kompetisi ke jejaring YouTube secara resmi, namun keberadaan video program SUCI terbilang banyak dan mudah ditemukan di YouTube. Hal ini karena banyak fans yang mengunggah video-video tersebut, meski tanpa seijin Kompas TV, namun Kompas TV sendiri tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut, karena merupakan salah satu hal yang juga positif sehingga penonton yang tidak sempat menonton tayangannya di televisi dapat menikmatinya melalui layanan media baru. Dari keseluruhan hasil temuan peneliti menggambar interaksi masing-masing aktor komunikasi dapat digambarkan pada tabel berikut: Tabel 6.1. Hasil interaksi yang muncul atas interaksi ketiga pihak dan dukungan media baru Interaksi
Program SUCI & Program SUCI & Komika
Hasil Positif
Media
Penonton
Komika
Penonton
baru
- Pesan visi
- Progam SUCI
- Referensi
- Interaksi dua arah
tersampaikan
berhasil
dengan baik
melakukan kan
- Audiens aktif Negatif
& Dukungan
- Masih terdapat unsur slapstick - Hanya dapat dinikmati oleh segemented
materi - Persona
difusi inovasi - Eksekusi
- Benturan idealisme komika
menggunakan media baru
pesan - Bias
belum sempurna
- Aktif
- Kemungkinan
penonton
opini negatif
menikmati
dapat muncul
performa
secara cepat &
komika
masif
audience
5.2. Kesimpulan Dari analisis terhadap hasil temuan penelitian serta interpretasi yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti merumuskan beberapa kesimpulan, yaitu:
Proses penyampaian pesan antara pihak SUCI dan komika kepada penonton belum tereksekusi secara sempurna. Masih terdapat kandungan suku, agama, ras, antar budaya, pornografi dan stereotype
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
47
pada materi komika. Namun dengan karakter penonton yang secara aktif melakukan penyaringan informasi atas materi komika pesan visi Stand up Comedy sebagai hiburan yang bersih dari komedi slapstik dan stereotype tersebut dapat diterima baik oleh penonton. Hal ini dikarenakan penonton secara aktif melakukan filter terhadap informasi dan mengolahnya menjadi sebuah informasi yang mencerahkan
Stand up Comedy memiliki basis penonton yang secara psikografis memiliki pemikiran terbuka terhadap komedi jenis baru berikut materi di dalamnya. Dengan basis penonton tersebut, baik bagi SUCI untuk melakukan maintaining terhadap program SUCI karena sudah memiliki
penggemar
tetap.
Proses
maintaining
juga
dapat
dimaksimalkan melalui pemanfaatan media baru.
5.3. Rekomendasi 5.3.1. Rekomendasi Akademis Temuan penelitian berfokus pada evaluasi kompetisi SUCI sebagai sebuah program melalui analisis konten serta respon audien sebagai penonton SUCI dalam menonton tayangannya secara keseluruhan. Namun dengan berbagai tema yang sangat spesifik dan materi komika yang sangat kaya dan beragam,seperti perempuan, keluarga atau jejaring sosial. Berdasarkan hasil temuan tersebut, penelitian merekomendasikan penelitian yang berfokus pada pengamatan satu episode secara keseluruhan, dan mengamati bagaimana proses humor antara komika dan penonton secara spesifik dapat tercipta. 5.3.2. Rekomendasi Praktis 1. Para penonton yang dijadikan responden dalam penelitian ini berharap semoga SUCI sebagai sebuah program dapat semakin bervariasi dari segi pertunjukan komika. Bila di musim ketiga ada variasi Battle dan Medley, penonton berharap di musim berikutnya para komika dapat diadu dalam kompetisi one lining.
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
48
2. Penonton juga berharap agar cakupan audisi dari program SUCI dapat lebih luas sehingga semakin variatif dari segi komika yang ditampilkan. Variasi pada pemilihan juri tamu yang ikut menilai para komika diharapkan tidak asal pilih, namun penonton berharap para juri tamu juga merupakan seorang yang paham Stand up Comedy
atau minimal
memahami komedi ini secara luas. 3. Sebagai sebuah program televisi yang ditonton luas oleh penonton, terdapt meteri-materi yang sensitif yang membuat calon penonton resisten terhadap program SUCI ketika menontonnya pertama kali. Misalnya, ras dan etnis, untuk materi mengenai ras dan etnis, pihak Kompas TV dan komika sebagaiknay melalukan penyaringan ketat agar materi tersebut tidak menyinggung ras atau etnis tertentu karena adanya penonton yang resisten ketika ada hal tersebut. Semoga hal tersebut dapat diminimalisir.
Universitas Indonesia Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Buku: Barker, C. (2003). Cultural Studies Theory and Practice Second Edition. London: SAGE Publication Inc. Glenaffric Ltd (2007). Six Steps to Effective Evaluation: A handbook for programme and project managers. McQuail, D. (2005). McQuail's Mass Communication Theory. London: Sage Publications Ltd. Mintz, L. E. (1985). Stand up Comedy as Social and Cultural Mediation. American Quarterly, 37, 71-80. Monique, H., Inge, H., & Ajay, B. (2011). Qualitative Research Methods. London: SAGE Publication Ltd. Nachman, G. (2003). Seriously Funny: The Rebel Comedians of the 1950’s and 1960’s. New York: Pantheon. Neumann, W. (1997). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon. Papana, R. (2012). KITAB SUCI : Kiat Tahap Awal Belajar Stand up Comedy Indonesia. Jakarta: MediaKita. Pragiwaksono, P. (2012). Merdeka Dalam Bercanda. Jakarta: Bentang Pustaka. Rogers, E. M. (1995). Diffusions of Innovations. New York: Tree Press. Salant, P., & Dillman, D. A. (1994). How to Conduct Your Own Survey. New York: John Wiley and Sons. West, R., & Turner, L. H. (2007). Introducing Communication Theory Analysis and Application. Singapore: McGraw-Hill. Ville, J., & Sami, M. (2012). ”OH MY GOD, THAT NIGGER SAID GUN!” : Use of ethnic humor in modern Stand up Comedy. Finland: University of Jyväskylä Department of Languages. Wimmer, R. D., & Dominick, J. R. (2003). Mass Media Research An Introduction Seventh Edition. Belmon, USA: Wadsworth/Thomson Learning.
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
Jurnal: Hayes, A. F., & Krippendorff, K. (2007). Answering the call for a standard reliability measure for coding data. Communication Methods and Measures, 1, 7789. Macnamara, J. (2005). Media Content Analysis: Its uses; benefits and Best Practise Methodology. Asia Pacific Public Relation Journal, 6(1), 1-34. Pinsonneault, A., & Kraemer, K. L. (1993). Survey research methodology in management information system: An assesment. Journal of Management Information System. 10., 75-105. Wilson, N. A. (2011). Divisive Comedy: A Critical Examination of Audience Power. Journal of Audience and Reception studies, Volume 8 issue 2, 276 291.
Artikel Internet: KOMPAS.com. (2013, Februari 17). http://www.kompas.com/about-us. Retrieved May 26, 2013, from http://www.kompas.com: http://entertainment.kompas.com/read/2013/02/17/13565326/Stand.Up.Co medy.Indonesia.Negeri.Ini.Lucu KPI. (2012). Dinamika Penyiaran 2012 Refleksi Akhir Tahun KPI Pusat. Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia. KPI. (2013, Mei 24). http://www.kpi.go.id/. Retrieved May 28, 2013, from http://www.kpi.go.id/: http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/40topik-pilihan-2/31395-ovj-trans-7-kena-teguran-kedua Kurniawan, A. (2012, Maret 7). http://the-marketeers.com/. Retrieved May 23, 2013, from http://the-marketeers.com/: http://themarketeers.com/archives/standup-comedy-menghibur-dengan-cerdas-part1.html MetroTV. (2012). http://suc.metrotvnews.com/article/kolom/22. Retrieved May 24, 2013, from http://suc.metrotvnews.com/article/kolom/22 Pramesti, O. L. (2012, June 19). National Geographic Indonesia. Retrieved November 30, 2012, from http://nationalgeographic.co.id:http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/ 06/stand-up-comedy-sudah-berakar-lama-di-budaya-indonesia
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
Siregar, B., & Manuputty, C. R. (2013, January 7). http://www.gatra.com/tentangkami.html. Retrieved May 20, 2013, from http://www.gatra.com: http://www.gatra.com/fokus-berita/22817-ramon-pratomo-era-baru-standup-comedy.html Wawancara: Irani, D. C. (2013, May 14). Creative Program SUCI Kompas TV. (Tomy Rado, Interviewer)
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xii
LAMPIRAN
Narasumber
: Dossy C. Irani
Tempat
: Kompas TV, Palmerah
Tanggal
: 14 Mei 2013 19:30 WIB – 20: 30 WIB
Interviewer (A): Tomy Rado P. Sinaga, Interviewee (B): Dossy C Irani B : Jadi kreatif itu kerjaannya adalah ee... memikirkan konten, konten dari keseluruhan show. Nah di stand up comedy ini pekerjaanku sebagai kreatif adalah yang pertama itu, bersama tim ya. Berarti dari executive producer, producer, dan semua elemen menentukan siapa yang akan masuk ke dalam babak final. A
:oke
B
: kamu shownya doang kan ya?
A
: iya.
B : iya ke babak final, trus habis itu, kirim konsep setiap show termasuk penentuan tema, e... gimmick battle.. trus habis itu screaning bit. Jadi sebelum masuk ke show itu, anak-anak itu akan ceritain materinya sama kita. Nah berdasarkan pengalaman dan mungkin pertimbangan visual. (pembicaraan sempat terhenti karena interviewee berbicara dengan rekan kerjanya). Eee.. terus habis itu eee apa itu namanya? Sampai mana tadi? A
: screaning bit.
B : o, screaning bit. Jadi bit mereka aman apa nggak. Eee... bisa masuk televisi apa nggak. Karena di Kompas tuh ada standarnya, nggak boleh ngomongin SARA. Ya ada beberapa bit yang ngomongin SARA, atau yang menuju kesana, itu aman apa nggak, gitu. Temasuk pemilihan diksi-diksi apalagi ada beberapa comic dari daerah, dia biasanya masih pakai bahasa daerahnya, kalau dia pake itu, orang nggak akan ketawa kan? Orang nggak akan ngerti artinya. Jadi kita kasih suggestionnya, comedy body. Istilah comedy body itu adalah orang yang diajak comic untuk mendengarkan bitnya dan ee orang itu akan kasih penilaian secara orang awam. A
: oke.
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xiii
B : “gini gini, lucu nggak?” “Gak lucu, kemarin lucu banget, ini nggak lucu”. sampe seperti itu. Comedy body, terusss... aku juga arrange schedule mereka mau ngapain, ee... yang mana itu juga masuk dalam show dan proses karantina, eee... terus habis itu, pembuatan rundown dan script pada saat show, briefing bintang tamu. Semua yang berhubungan dengan konten satu show dikerjain sama kreatif. Yang merancang kreatiif bersama dengan tim. Aku, kreatif aja itu ada beberapa orang. A
: oh gitu, jadi satu tim gitu? Ooo...
B : Satu tim. Termasuk aku bikin schedule mereka, bangunin mereka, berangkatin mereka ke lokasi syuting, pulangin mereka, abis ini mereka ngapain, mereka apa,,, A
: kayak produser dong?
B : eeem kalo produser, tapi aku nggak pegang budget. Jadi aku joined sama PA ya. Itu Producer Assistant, itu bagian teknisnya untuk, “aku mau syuting nih, anak-anak mau syutingnya di kolam renang terus mereka lucu-lucuan. Aku butuh apa?”. Gitu. Jadi kayak gitu. Kalo produser harus sama budgetingnya, jadi “ini satu hari aku kasih ni 5 juta, gini gini gini”. Aku nggak sampe kesitunya. Seperti itu jobdesknya. Kamu urutin sendiri aja ya.. A 3?
:oke. Eee... kalo dari mbak sendiri, gabung dari season 1 atau dari season
B
: Season 1, 2011.
A : oh berarti pertanyaanku cocok sih. Apa sih alasan pertama kali program ini dibuat? Kompetisi SUCI ini. A : eee basicly, kita pengen ngasi alternatif komedi sih. Eee jadi pada saat itu, komedi-komedi yang lagi in itu OVJ, komedi-komedi slapstick penuh dengan kekerasan. Gitu. Maksudnya ada kegelisahan bahwa "kenapa sih komedi itu harus kayak gitu?" gitu. Kenapa harus yang kayak gitu yang bikin ketawa dan kenapa gede banget OVJ itu waktu itu ratingnya ya? Terus saat itu eee.. kita liat nih. Biasanya orang tivi gitu, cari ide, referensi. Oh ada nih namanya stand up comedy, orang berdiri dan lucu banget. Kayak gitu. Dan ternyata di Indonesia ada, salah satunya di comedy cafe. Nah pertama kita kesitu dulu. Kita nonton sebagai orang awam, akhirnya kita pake kamera, dari situ kita ajuin ke BOD. Jadi ini form komedi baru, namanya eeehh bukan komedi, eh komedi baru ya, form stand up comedy yang mungkin bisa kita naikin kayak gini gini gini, rencananya mau kita bikin show, bentuknya kan seperti ini, kompetisi, dan blablabla. Nah dari situ di acc oleh booth of directornya yang mana itu adalah mas Indra Yudistira. Jadi sebenarnya sebelum kita ajuin itu, mas Indra itu udah tahu stand up comedy kan..
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xiv
"oh iya ya, yuk bikin yuk". Dan sebenarnya kenapa stand up up comedy dibuat kompetisi segala macam, otaknya mas Indra. Eee,,, basicly kita pengen ngasi alternatif baru dalam komedi masyarakat Indonesia. (terdengar suara orang lain tertawa). A : kan kebetulan waktu itu kan, sempat lagi naik daun kan? Waktu ini bukannya… Kalo aku sih ngeliat, waktu pertama kali liat stand up comedy, apa sih - apa sih stand up, pasti langsung nge-search kan, oo ada comedy café. Trus ngeliat Radit sih, Pandji. Kan dari situ orang pada, di sosial media itu kayak langsung," oooh lo nonton stand up, aah ini nggak lucu nih, eeh lucu banget lucu banget". Kayak gitu kan? B : actually nggak. Jadi hype Stand up comedy itu hadir setelah kompas tv. Sebelumnya, orang tuh nggak tahu stand up comedy apa. stand up comedy itu kayak komunitas terbatas. Kayak komunitas capoeira, komunitas DJ. Ya udah yang tahu itu cuma itu itu doang. Yang tau cuma segelintir orang. Yang tau cuma orang yang datang ke comedy café itu. Aaa,,, sebenarnya dari situ kita naikin jadi tren baru di Indonesia. Itulah kenapa akhirnya Radit stand up, Pandji stand up. Pandji nggak pernah stand up yang purely dia stand up. Dia biasanya stand up pada saat dia nge-MC, akhirnya ada video yang dia ngeMC sama Tompi. Di Sino. Eh bukan dia ngeMC, manggil-manggil Tompi, Nah di Sino Café itu dia stand up. Sebenarnya di ngeMC. Trus dia bilang, “disini siapa yang pacaran? Nih ya kalo lo orang pacaran itu, jangan pernah lo bawa ke Dufan, coba kalo di Dufan itu blalaaa” udah jadi satu bit. A
:oooohh oke…
B : Karena mas Pandjinya udah tahu stand up kan? Nah gitu. Dari situ, yuk kita bikin satu show yang, ya udah satu show yang benar-benar stand up comedy tapi Indonesia. That’s why namanya stand up comedy Indonesia. A
: berarti ternyata hype-nya itu muncul setelah ada di tivi ya?
B : Buktinya apa? eee.. itu ada setelah di Kompas TV, tahap awal kita bangun stand up comedy itu, saat kita datang ke kota-kota bahkan di Jakarta, itu orang tuh nggak ada yang tau stand up comedy. Jadi sempat kita mengalami em,,, apa ya, tantangan sih sebenarnya, masuk ke komunitas-komunitas yang sebenarnya salah target. Kita masuk ke komunitas teater yang apeee, monolog sama stand up comedy itu beda jauh ternyata. Gitu. Jadi eee,,, kek gitu-gitunya. Trus akhirnya kita tau gimana cara. Tapi semangatnya adalah kita mau bikin tren baru yang mana itu adalah orang nggak tau jadi nge-tren. A : oke eee karena ini yang pertama, pertama banget, kan kalo di Idol tuh kita tau acuan mereka tuh pasti American Idol, Pop Idol, kalo SUCI ini sendiri ada
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xv
nggak sih mbak acuan program yang entah dari mana mungkin yang dijadiin pijakan untuk bikin ini eee... acara suci ini. B
: ada yang pertama itu adalah eee... The Last Comic Standing itu di Fox.
A
: tau.
B : ya The Last Comic Standing eee bentuk kompetisinya sebenarnya kita liat dari situ. Tapi, kita niat juga comedy show. eee stand up-nya HBO waktu itu, trus waktu itu ada beberapa stand up special yang dibikin sama comic-comic luar negeri kayak Chris Rock Cedrick, The Entertainer eee trus ada Jim Carrey. Kayak gitu. Jadi apa ya, Kita liat formnya, oooh ada orang, satu, performance kayak gini nih. Orang bisa ngomong sampe 15 menit ya ternyata. Oh oke satu, kalo orang kayak gini nih kita apain nih, kita bikini kompetisi yuk. Kompetisinya kayak apa, oh ternyata di America ada yang namanya Last Comic Standing, gitu. seperti itu. Sistem eliminasinya hampir mirip sih. Cuma kita coba combine sama Indonesian Idol waktu itu karena salah satu produser aaa... program pertama itu Yohana Deka dan Arga Laras itu dulu pernah di RCTI . jadi kita combine apa yang kita tau, kita bikin format baru termasuk istilah open mic. Eh bukan, istilah open mic itu udah ada. Close mic di stand up comedy itu sebenarnya nggak ada, A
:oooh, baru ada di ada di kompetisi ini.
B : iya… istilah close mic di stand up comedy itu di Kompas TV. Di generally pengetahuannya si stand up comedy itu; open mic. Open mic itu adalah tempat orang nge tes materi kan, sebelum dia stand up gitu. A : oke, tau. Jelas. Eee... kalo dari pihak SUCI sendiri target audiencenya sebenarnya dari usia berapa sih, dari berapa ke berapa? B : sebenarnya awalnya kita mau bidik usia dewasa, sebenarnya remaja menuju dewasa sih, 17 tahun ke atas dengan SES A-B sebenarnya. Karena candaannya sebenarnya berkelas banget. Tukang becak dengerin stand up nggak ketawa dia itu, jadi (interviewee tiba2 memanggil rekan kerjanya). Jadi itu yang kita tembak sebenarnya, ee... jadi dulu tuh, orang yang udah kerja, gitu. Trus mereka emang suka ngulik2 dari youtube. Kalo di comedy café kan gitu. Jarang banget mahasiswa. Trus akhirnya, eeh nggak deng pertamanya tuh, kalo mau dibilang pertama ya , pertama tuh mungkin 25 ke atas kali ya. Karena di stand up comedy itu kan ngomongin seks, A
: yang sevulgar itu mungkin
B : eemm… iya. Trus ngomongin politik gitu lho. Nah trus akhirnya, "ih yuk kita bikin stand up comedy yang bersih atau clean ya". Istilahnya itu clean. Bisa nggak, gitu. "Lo nggak usah ngomongin selangkangan, nggak usah ngomongin
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xvi
agama, nggak usah hina-hina orang tapi lo bisa bikin ketawa". Itu. kayak gitu. Akhirnya melebar akhirnya sampe sekarang malah SMA. Gitu. Kalo boleh secara patokan ini ininya 17 tahun ke atas. Itu diambil dari persyaratan audisi. Haa... dari situ aja. Jadi ketika dia SMA, udah mau lulus, dan udah punya KTP, nah itu bidikan kita. A : saya sih ya, yang ngerti A dan B. trus kalo SUCI, program SUCI ini sendiri, apakah dia, di pihak SUCI ya, sejalan dengan visi Kompas TV? B : oh banget.banget. kenapa banget? Aku bilang ee...Kompas TV itu misinya adalah mencerdaskan Indonesia. Bukan cuma mencerdaskan , memberikan inspirasi bagi Indonesia. Nah itulah kenapa, tayangannya harus cerdas dan kita melahirkan komedi yang cerdas itu di stand up comedy, Kompas TV. Kenapa sih namanya komedi cerdas, mbak? Cerdas karena setiap materi, setiap bit yang mereka tulis itu melalui proses pemikiran yang panjang, mereka riset, mereka ee apa? A
: observasi,
B :observasi, mereka survey dan mereka apa ya... mereka mengumpulkan data-data supaya materi itu tuh berkualitas gitu. Contohnya, contoh kasat matanya ya, bitnya Pandji aja. Pandji pernah bawain bit bahwa kecoa itu nggak akan pernah lepas dari manusia. Karena emang kecoa itu, e... apa, panas suhu tubuh manusia itu menjadi daya tarik tersendiri sama manusia. Pernah nggak liat bit yang itu? A
: nggak.
B : jadi dia sebenarnya itu act out memeragakan bitnya. Act out jadi kalo ada kecoa gitu, ditendang, trus dia balik lagi, ditendang balik lagi, habis itu kecoa itu ee ternyata kalo kepalanya putus dia bisa hidup berapa jam gitu. Itu disebutin ama Pandji. Jadi lo masalahin nggak ada kecoa kepalanya putus, masih bisa ini, pas misalkan lagi makan "uwaaaa kepala gue nggak ada. Uwaaa…" nggak kan? Kamu tahu kecoa itu suka sama suhu tubuh manusia, trus kecoa itu ini. Itu bukan proses komedi biasa yang cuma lemparin stereofom, gitu loh. Bahkan Ernest Prakasa tuh pernah bilang, orang I.donesia itu makanannya kalo dibahasa Inggris-in tuh keren banget. Padahal artinya ini, dari Wikipedia, dia sebutin itu, ada yang namanya apa ee boiled rice with melted sugar, itu klepon. (interviewer tertawa). Kayak gitugitu. Iya kan? Habis itu ada yang namanya ee apa.. plain water with ee with lime, itu kobokan bro. plain water.. kayak gitu-gitu. Dengan proses dia liat ke Wikipedia, apa segala macam,itu. Dia ngelahirin komedi, komedi tapi berdasarkan proses riset dan nulis komedi itu nggak gampang sama sekali. Kayak gitu. Itulah. Nah kenapa akhirnya, eh kok sejalan dengan visi dari Kompas TV? Kita bisa kasih tahu ke masyarakat kalo kecoa itu kek gini gini tapi dengan
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xvii
tayangan komedi gitu loh. Dan yang diomongin sama comic itu benar semua, gitu. Kayak misalnya waktu Gilang Baskara ya, lo nonton kan? Kebijakan Indonesia eee apa ketika MRT baru bisa 2016, 2014 mobil akan stuck di Jakarta. Trus 2 tahunnya kita mau ngapain? Itu real nggak? Jadi ibaratnya kita ngasi tahu masyarakat, eh bangun, bangun tapi dengan cara yang halus banget. Bikin kita, oh iya ya, oh iya ya.. that’s true. Makanya aku bilang tadi, the field of experience itu bener banget. Itu yang dipake sama comic untuk, karena mereka bikin bit itu kayak gini nih, "kalo lo bilang i love you sama pacar lo, pacar lo bilang apa? Paling I love you balik, gitu kan?" "Kalo lo pacar lo dibilang i love you, paling "apaan sih kamu?". Jadi gitu. Jadi dia nyari kedekatan. Karena itu proximitynya. Proximity. Jadi orang Surabaya ngomongin Surabaya, orang akan ngomong "aha ahahhaa... orang Surabaya ngomong, oooh orang itu udah berantakan ketawatawa" A : iya.. terus kalo misalnya dari mbak sendiri nih. Kan aku cuma baca bukunya Pandji ya, yang Beda stand up comedy dulu dan sekarang kan. Sebenarnya kita susah menemukannya kan, karena dulu, ya sesusah itulah diterima oleh masyarakat. kalo dari mbak Dosi sendiri ada nggak sih beda dari stand comedy yang dulu sama yang sekarang? B : ada beberapa aspek. Yang pertama, stand up comedy itu harus up to date. Semakin up to date, semakin itu dekat dengan jaman sekarang, itu akan semakin menghasilkan LPM. LPM itu laugh per minute, hitungan dari stand up comedy. Ibaratnya hitungannya satu menit lo bisa dapat empat ketawa. Empat ketawa hitungannya gini, "itu ini ini ya hahhaaa, ini ini hahaaa, terus kalo gini hahaha, makanya gue gini gini hahaaa" dalam satu menit. Kek gitu. Itu namanya LPM. Jadi setiap punch line itu harus ada ketawanya. Bukan half punch eee Half punch itu menuju lucu tapi sebenarnya belom disitu. Eee materinya harus up to date. Dulu mungkin materinya masih berbau yang dulu, gitu loh. Generasi yang di warkop yang kalo orang ngomong jack, mack, orang ketawa. Sekarang, ada kan orang-orang, Chandra contohnya saat dia bahasa alay, alay itu jaman sekarang atau saat orang ngomongin facebook, atau twitter. Ya itu tuh jaman sekarang banget. Yang kedua eeh style. Jadi sekarang masyarakat udah tahu banget mana yang stand up mana yang bukan. Dulu warkop bisa mencampurkan story telling eeh story telling dicampur sama stand up comedy. Gitu . kalo sekarang orang akan nyari, nungguin punch line itu. Ketika dia kecewa beberapa kali, dia akan pergi. Kalo dulu mungkin orang akan nungguin dengan setia. Itu bedanya ya, truus apa lagi ya, teknik. Eeee stand up comedy itu punya teknik ya. Sekarang orang bisa maduin stand up sama apapun. Gilang bisa maduin stand up sama rap, Ge bisa maduin stand up pake lagu, gitu. Kalo di Last Stand itu ada yang namanya Mike Caplein , itu dia maduin stand up pake musik. Jadi dia mainnya pake gitar, tapi dia stand up tentang ceweknya yang bawel banget tapi punya penyakit kulit. Kayak gitu gitu. Ada stand up yang digabung sama sulap, aduh aku lupa siapa namanya.
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xviii
Di kita juga ada, iya si Akhmed, Akhmed terorist itu terus habis itu. Itu lucu parah tuh. "Silence!!" Trus habis itu, teknik udah beda sekarang. Sekarang udah divarisiin sama yang sekarang. Beda bangetlah. Basicnya harus tetap keresahan sama observasi tentang keresahan itu. Nggak boleh bohong. Stand up tuh nggak boleh bohong. Contohnya kayak gini, "gue tuh jadian yah sama cewek. Dia tuh bawel banget gitu". Mungkin sebenarnya lo nggak pernah jadian ama cewek. Tapi teman lo mungkin pernah jadian sama cewek dan bawel banget. Dia cerita ke lo. Jadi stand up comedy beneran kejadian. Stand up tuh minim banget dari rekayasa. Kadang kita harus mengganti kata ganti. Itu supaya kena. Kalo materi stand up sekarang itu orang tuh butuh, lo yang ngerasain biar lo mampus. Orang tuh gini, gue pacaran kaya gini gini. Orang akan mikir gila nih pacaran kayak gitu, taik banget. Daripada kita ngomong, "ada teman gue pacaran", itu bentuk ketiganya udah beda. Karena orang ke 1, 2, 3 itu berpengaruh banget. Tapi semua kejadian ituu real. Duluuu mungkin masih bisa direkayasa. Trus apalagi yaa. Eh sama, kalo dulu tuh komedinya masih seputaran komedi Jawa, ketoprak, trus ada MOP itu dari Papua. Sekarang ada komedi ala Batak, ada komedi ala Jember, ada komedi ala Madura, variatif. Yang sekarang lebih variatif. Kalau sekarang perkembangannya udah jauh banget. A : kalo dari teknik sendiri sih, teknik dari comic-comic yang itu emang SUCI yang bantu nge-coach atau mereka emang udah punya teknik sendiri? B :ee yang sekarang? Mereka kan emang udah comic profesional. Jadi mereka mungkin dapat masukan dari komunitas, trus mereka emang udah punya panggung sendiri-sendiri. Mereka datang sudah datang dengan kemampuan act out. Si SUCI ada masa karantina, di masa karantina itu mereka ada mentor. Contohnya ada mentor tentang bengkel materi. Lo punya materi nih, gue dengerin. Mana yang nggak lucu gue benerin. Itu namanya bengkel. Itu ada Ge, Gilang, Ryan sama Ernes. Kalo Ge akan bilang, ini akan act out nih. Soalnya dia master of act out, Ryan juga gitu, trus kalo Gilang akan kasih materi yang cermat. Ernest kan identik dengan materi yang cepat. Satu!, dua!, tiga!, kayak gitu. Ibaratnya mereka udah datang dengan kemampuan mereka, disempurnakan dengan mentor dari kita, A
: ada deh. Emang di videonya ada juga.
B : actually itu yang ngebedain kita sama Metro. Kalo di Metro, datang diperas, disuruh lucu, trus pulang. Tapi di kita, orang yang dari nggak lucu, jadi lucu, jadi bintang. Di kita. A : trus, eee ini sih paling. Kayak kita tahu kan, ini hypenya udah tinggi banget. Mau dibikin season 4. Kalo aku tanya teman aku sih ratingnya lumayanlah, kalo dia bisa dipertahankan ya penontonnya banyak. Kalo Kompas sendiri menemukan itu nggak, respon dari masyarakat untuk program SUCI ini?
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xix
B : ee gimana cara kita dapatin respon masyarakat ya? Ee yang pertama itu kita tes dari twitter. salah satunya lagi munculnya komunitas-komunitas di berbagai daerah, bahkan daerah-daerah kecil. Dengan munculnya komunitas kan berarti banyak oarang yang suka akan satu hal dan mereka ingin berbuat sesuatu sama hal itu kan? Itu awalnya mereka bikin komunitas. Berarti ini orang serius banget berarti di stand up. Terus, bertambahnya followers di setiap comic, berarti ada fans. Ada yang suka, dan orang ngerti. Orang nggak mungkin suka kalo nggak ngerti. Berarti ada orang yang mengidolakan stand up. Itu jadi respon tersendiri. Eee respon kedua, yang lain yang keliatan banget adalah ketika bikin kita audisi, pesertanya eee.. nambah. Bahkan ketika kita audisi di season 3 ini kita nyentuh 1000. Kamu percaya nggak, dulu aku bikin audisi di Medan yang datang berapa orang? 13. Yang datang tuh tukang sulap, badut, itu nggak ada stand up–stand upnya. Di jakarta aja nih ya, kita punya 300, ya. Dan itu kita cuma audisi 1 hari. Kalo kita berhari-hari kayak Indonesian Idol, mungkin bisa ribuan. A : kemarin aku pengen ikut sih mbak, tapi aku belom siap. Di Al Azhar kan audisinya? B
: ih ikut aja. Kamu tuh mirip Bene deh sebenarnya.
A
: Bene teman aku sih mbak.
B
: oh ya? Benedian? Aku bilang nih sama dia. Ben!!!
A : pertama aku nanya dia sih sebenarnya videonya. Trus dia bilang, lo minta aja sama Kompas TV. B
: kita emang nggak ngasi ke comic videonya
A
: aku kira itu dikasih kan buat semacam evaluasi.
B
: iya. Kalo itu ada. Tapi aku ambil lagi.
A : nggak tau sih. Aku cuma nanya ini aja. Kan tadi mbak bilang season 3 sampe 1000. Bisa tau nggak data season 1 sama season 2 pesertanya ada berapa? Sebagai bukti pertambahannya aja, by email aja kali ya? Kalo perbedaan standar antara season 1, 2 dan 3 tuh apa mbak? B : errrr... perbedaan standar?pertanyaannya nggak asik. Banyak perbedaannya. Yang pertama comicnya. Comic season 3 adalah yang paling variatif, datang dari berbagai kalangan, suku dan ras. Itu belum pernah. Kompas belom ngerasin hal itu. Yang kedua adalah masalah timing. Mereka harus stand up 3 menit, 4, menit, sampe yang paling lama 8 menit. Yaaa itu dulu timing nggak ada. Trus abis itu eee tantangannya lebih berat, lebih spesifik, ee tantangannya lebih berat. Dulu season 1, 2 temanya cinta. Aaakk, Gampang banget temanya.
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xx
Temanya perempuan. Gampang banget. Sekarang temanya,, kemarin temanya Warkop. Bayangin. Berarti lingkupnya lebih kecil. Mampus nggak tuh. A : terus kalo misalnya ini sih mungkin untuk pertanyaann selanjutnya, berkaca dari beberapa pencarian bakat sebelumnya. Stand up comedy ini bisa dikatakan pencarian bakat kan? B: emang ini pencarian bakat, talent search. A : kayak Idol, AFI, kan awalnya kan waaah keren banget. Tapi untuk season kedua, ketiga, keempat dan selanjutnya ada kayak jenuh gitu. Oke nyanyi, oke menang, bahkan pemenangnya ngeluarin single udah nggak terkenal, itu siapa sih. Ada nggak ketakutan-ketakutan seperti itu di SUCI ini sendiri. Ketakutan akan kejenuhan terhadap si comic itu nanti. B
: ada.
A
: ooo emang ada. Oke, jenuh
B : eh sorry ya. Gue nggak bisa multitasking. (pembicaraan sempat terhenti sekitar dua puluh detik). Lo kerja dimana bro? A
: di agency iklan. Namanya Micro Ad. Masih baru sih. Dari Jepang
B : ooh. Itu bukan ketakutan ya. Itu emang udah kita prediksi. Orang akan bosan. Karena, eee apa, karena orang yang nanganin kompas eh stand up comedy emang udah pernah nanganin Indonesian Idol, pernah nanganin eee the master, emang pola-pola talent search emang kayak gitu. Nah terus siasatnya apa dong? Yang pertama, eeh sebenarnya bukan bosan,. A
:mencegah kejenuhan itu.
B : hype itu harus dijaga. Dijaganya pake program yang variatif. Itu kenapa jeda antara season pertama kedua ketiga kita ngeluarin program stand eee talkshow stand up pertama, itu Kelakar. Emang hadiah pemenang selain dapetin uang apa segala macam, emang kita kasih program. Akbar dapat talkshow stand up pertama. Bedanya apa mbak sama standup –stand up yang lain? Semua tuh bentuknya punch line. Contohnya nih ya, waktu di Kelakar, aku juga kreatifnya Kelakar. Aku emang tipe yang nggak bisa move on ya, soalnya di Kompas dapetnya tuh stand up- stand up. Jadi dulu, Eh mas Akbar, eee contoh ya eee pertama dia tuh nanya. Pertanyaannya normal,, dia nanyanya ke Randy Nidji."Eh, planning Nidji apa aja nih ke depan?" "oh planning Nidji in ini ini. Buat album judulnya Liberty ini ini ini". Punch linenya apa? "Jadi kira-kira Nidji ini kapan ya bubar?" Itu! Polanya akan selalu seperti itu. Jadi kalo di talkshow biasa ada gesture yang nggak ngebayang orang ini akan balik lagi.ini eee Kalo di stand up
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxi
ada topik tapi orang nggak akan kebayang akan berubah 180 derajat, yang sama sekali nggak kepikiran. Contohnya pernah temanya disc jokey, para penghuni beneran gitu, yang kita undang adalah joki beneran. Waktu itu kita ngomongin pesawat, itu ee delay pesawat yang bayar 200-300ribu, yang kita omongin dokter pesawat. Dan ternyata yang diundang adalah dokter pesawat radio. Trus abis itu kita pernah ngomongin indigo gitu-gitu, yang kita omongin malah permak jeans. Jin karena formatnya gitu-gitu. Yang kedua kita buat Ala Ryan setelah itu stand up battle, itu battle stand up pertama di Indonesia, trus kita buat comic action, itu variety comedy eeh variety comic ya. Habis itu ada stand up, kalo kamu pernah nonton program luar negeri judulnya Who’s Line is It, Anyway? Jadi pro comedy. Caranya kayak gitu-gitu. Pasti orang kangen stand up comedy cuma ya tapi bosan kan? "Kita tambahin ini yuk, tambahin itu yuk, baru kita masuk ke season kedua". Yang kedua, dari kedua ketiga, kita buat sitkom namanya Indonesia Harus Bercanda. Itu juga bentuknya punch line.itu juga bentuknya cepat kan. Satu dua tiga kampret, satu dua tiga kampret. Trus kita buat stand up night. Stand up night itu kita gabungin stand up dengan musik, jadi orang yang, itu dari situ, kita nge grab banyak mahasiswa. Waktu itu Hivi juga baru naik, kita juga pake comiccomic yang udah terkenal kayak Kemal, Ge jadinya kayaknya. Trus kita kasih tantangan. Tau nggak sih kenapa AFI ngebosenin. Itu AFI 1 nanyi, AFI 2 nyanyi, AFI 3 nyanyi, ya nyanyi-nyanyi. Kita tuh, season 1 sama season 3 tuh harus ada bedanya. Kita kasi bedanya, ada waktunya. Sama aja kayak Master Chef, "5 menit lagi, 5 menit lagi, aduh gimana dong". Kayak gitu kan. 3 menit lagi, apa dong? Ada temanya juga, kayak Warkop, itu jadi kita nambah ibaratnya kalo di TV itu namanya gimmick. Yang itu menarik, orang tuh nunggu A :bener juga sih. Soalnya sebenarnya aku juga bertanya juga sih sebenarnya. Mungkin mereka akan di-emploide sama stasiun tv-nya. Trus... B :eh ada juri. Kan kalo di season 1, 2, 3 ya sama aja. Ya kamu bagus, makanya di seasonn 3 kita juga buat jurinya comedy. Itulah kenapa kita hadirkan Tora sama Jono. A : trus, aku tanya ke mostly audiens mereka senang sama Tora gitu. Karena juri tamu ya, B
: bukannya Jono ya?
A : bukan. Tora. Kalo aku sih dari yang dua itu mungkin karena target audiensnya lebih suka sama Tora kali ya? Mungkin ada yang suka sama Jono, nggak aku tanya. Itu sih paling. Teruuus, tadi kan kayak yang mbak bilang kalo Stand up comedy lahir atas kegerahan eh sebagai alternatif dari comedy yang sarat dengan slapstick kayak OVJ. Kalo dari SUCI ini tantangan apa sih yang dihadapi dengan budaya masyarakat Indonesia yang emang eemm... mostly lebih suka sama komedi slapstick.
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxii
B : tantangannya sih merubah mindset ya. Kayak pertanyaan kamu tadi misinya kompas tv apa. Maksudnya come on, lo harus dapat sesuatu gitu. Apa yang lo dapet kalo liat Sule lempar Parto pake stereofom? Nothing. Tapi ketika lo ketawa banget waktu dengar Babe, 'lo kalo di Medan itu', Eh bukan-bukan. Ketika lo ketika banget waktu liat Bene, "lo tau kalo ternyata orang Batak itu mati, harus kek gituu broo.." beneran lo. Aku pribadi baru tau. Aku pikir itu orang cina doang. Aku sampe bilang sama bene. Trus Bene bilang, "nggak, itu beneran, oppungku habisin 25 juta". Jadinya lo dpaat 1 ilmu lagi kan? Tantangannya lagi gimana lo ngerubah orang yang tadinya nonton OVJ jadi nonton stand up. Itu. Eee apaa. Mungkin kepentingan TV, "ya udah gue cuma pengen obrak-abrik ratingnya OVJ aja. Gua mau ambil penonton lo". Nah gimana caranya ambil penonton si OVJ. Ya itu kita masukin slapsticknya. Dimana kita ngeletakin slapsticknya? Di VT profile yang selalu ada sebelum mereka tampil. Jadi kita bikin VT pake set up-set up punch line. Itu kenapa di VT profile ada yang kampret. Tapi menurut aku yang master piece tuh waktu tema iklan ya. Belom liat ya, ntar kamu liat deh. Itu sketsa banget. Itu biar dekat dengan masyarakat. iya itu tantangan banget ya. Mungkin kamu tanya sama orang-orang itu ya. Dia dulu nonton OVJ nggak? Dia suka yang mana. Eh aku sih nilai dari orang2 paling dekat aku, mereka yang tadinya nonton OVJ trus akhirnya nonton stand up nggak ketawa nonton OVJ. Trus kakaknya pacar aku sama orang tuanya, mereka yang tadinya suka itu apa sih yang suka lucu-lucuan itu loh, yang Parto A
:oh pas mantab?
B
:pas mantab. Mereka tuh nggak ketawa lagi setelah nonton stand up.
A :Kalo dari comic sendiri, mereka ada obstacle nggak. Mereka yang ngembangin sendiri? B : pertama nulis materi. Ini serius. Kamu tanya sama Bene. Stand up mengpush mereka untuk nulis materi sendiri. Kalo kata Russel Pieters, comic itu seperti rockstar. Kayak panji yang nulis materi tentang kecoa. Dia ngomongin kecoa di Jakarta, Jogja, Surabaya, itu semua orang ketawa. Tantangannya adalah gimana lo nulis materi baru setiap minggu. Materinya nggak boleh sembarangan. Itu comic harus bisa ngepushh dirinya sendiri. Ngomongin apa nih, mau apa nih gitu. Kita kan pernah ngangkat tema tentang family. Obstacle pertama adalah penulisan materi. Eeeh jeda mereka dari satu show ke show cuma beberapa hari. Sistemnya kayak gini. Senin mereka datang ke Jakarta, kita karantina, dapat mentor, syuting VT, apa segala macam. Selasa mereka open mic. Jadi mereka datang udah bawa materi, mereka dicoba untuk open mic. Kalo belom punya materi, ditulis di hari Senin. Materi di open mic yang harus dibawakan di open mic. Hari Rabu, kita syuting. Jadi mereka bawain bit-bit yang udah jadi. Habis itu hari Kamis mereka pulang, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu, Senin balik lagi. Keputusan tema minggu
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxiii
depan itu, di Kamis malam. Jadi Kamis setelah mereka pulang aku ngasi tahu “guys minggu teman temanya kayak gini-gini, jurinya ini ini ini”. karena mereka harus tahu, biar jadi bahan. Mereka waktunya hanya ada 4 hari. Ini temanya cinta, mau ngomongin apa nih si kampret, gitu. Obstacle pertama itu. (terdengar suara orang tertawa kuat-kuat saat interviwee berbicara) A :terus, oh iya ini udah dijawab sih. Yang nenetuin tema tiap minggunya pihak sucinya sendiri. Eeemmmmm kenapa sih sistem eliminasinya diserahkan kepada juri. Kan bisa aja juri favoritnya ini, mungkin nggak, maksudnya secara general orang bisa menilai ya? Kayaknya disengaja deh nuat naikin rating. Gitu. Kenapa sih dikasi ke juri? Untuk mengatasi komen-komen yang “ harusnya ini nih, jurinya salah nih” B : oke. Pertama, kalo dari season 1 karena orang belom tahu stand up comedy. Percuma. Buat apa orang sms, kalo nggak tahu stand up comedy. Season pertama basic dulu, orang tau ini loh yang namanya stand up comedy. Di season 2 , kita udah punya massa. Orang pengen dukung Boris, Ge. Tapi menurut kita sistem sms tuh nggak fair, ketika lahir dari komunitas mungkin Bandung, Surabaya, teman-temannya bisa sms. Coba nggak datang dari komunitas, contohnya Daslan. Dia tuh cuma TNI yang nggak punya komunitas. Jadi sebenaranya sistem sms yang dianggap fair oleh masyarakat, it’s not fair at all. Bahkan tuh kadang TV menghalakan segala cara untuk mendapatkan sms. Bisa aja mereka bikin fiktif. Dan jangan dikira yang by sms, purely ditentukan by sms. No! Semua kembali ke tv. Contohnya Fatin. "Kalo lo keluarin Fatin bro, nggak ada yang nonton". Karena rating AC Nielsen, ada per menit, persecond. Dan giliran fatin muncul, bum... dan giliran fatin nggak ada sms, "teman2 Fatin pada kemana nih, ya udahlah jangan dikeluarin. Toh nggak ada juga yang tau". Langkah2 yang ditulis kan kita nggak tau. Tapi kita jujur. Contoh Muslim. Dia keluar saat best performance. Eee Raditya Dika suka sama siapa? Dia suka sama Chandra secara personal. Tapi dia keluar di babak ketiga. Jadi nggak ada. SUCI itu sebenarnya actually by score. A : iya kemarin tuh ada yang sampe detail banget ngeliat. "Itu, itu formnya..." sampe diliatin hahaha B : ini aku kasih tahu cuma sama lo. Lo kasi tahu untuk kalangan akademis aja. Juri tiap minggu kita kasih range. 10 sampe 100. Penilaianya Radit masalah materi, Mas Indro masalah penampilan, tadinya si juri tamu ini masalah penguasaan panggung, tapi jadi nggak fair yang kita undang adalah artis yang nggak ngerti penguasaan panggung, public speaking. Akhirnya kita ubah, juri nilai dari segala aspek. Fico mungkin lucu parah, tapi materi cintanya cuma dikit, nggak kayak Arie. Arie berhak mendapat nilai yang lebih besar. Dan yang bikin lebih fair adalah ketika dia lewat 7 menit 3 detik, dia dikurangi 3 poin. 6:30 itu
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxiv
batas aman. Ketika dia kurang dari 6:30, dikurangin nilainya. Penilaiannya gitu. Itu bukan curang. Di stand up ada yang namanya applaus break. Lo nggak mungkin 7 menit stand up semuanya. Makanya 6:30 masih aman. Itu fair. Itu kenapa Arie keluar. Dia stand up Cuma 5 menit dan waktu yang dikasi 7 menit. Dan Arie lucu mampus ya waktu itu. Misalnya skornya dari ketiga juri 90, 90, 90, totalnya berapa? 270. Kurangnya 2 menit. Itu berapa? Kurangnya 120. Itu saklek. Itu fair. Itu kenapa comic dengan legowo pulang. Waktu Bene pulang, dia bilang “aku udah nggak kuat nulis materi mbak. Ini bukan materi terbaikku, aku siap pulang malam ini”. dan benar keliatan di atas panggung. Bukan terbaik dari Bene, nilainya rendah. Kebetulan aku sendiri yang ngitung. Menurut aku ini paling fair dibanding sistem sms. Dan sebenarnya keputusan pulang itu tidak hanya dari juri, tapi tim. Kita bukan menciptakan bintang. Kita mencari seseorang profesional. Kita juga nilai dari attitude. Ketika ada comic, eee tapi bukan berarti ketika ada comic yang nilainya gede tapi aaah nih comic kampret, ya udah kurangin nilainya 20”. Nggak gitu. Ketika lo diminta stand up 7 menit, lo cuma stand up 5 menit, itu namanya nggak profesional dong. Kamu nggak tau kan mereka dibayar berapa di luaran? 5 menit, 5 juta. Bahkan Mas Akbar pernah stand up 10 menit, 25 juta. Kalo lo stand up 8 menit dari 10 menit, berarti orang bisa dong nuntut. Lo disuruh 15 menit, ya bayar dengar dengan 15 menit. Kita itu kita dapat dari mana? Dari Pandji, dari Radit. Jadi di luar negeri itu kayak gitu. Gak bisa seenak-enaknya sendiri. Trus gak bisa juga yang, aah lo ngasi gue waktu 10 menit, sini gue stand up 30 menit. Soalnya setiap ada acara, di belakangnya ada acara lain kan? A : terus, paling kalo nanya sih. Iklan nggak lepas dari acara tv. Selain promosi program Kompas TV, iklan apa sih yang ada di suci? B :yang paling gampang, sebenarnya adalah sama sih, consumer goods. Itu kenapa 2 season ada liang teh Cap Panda, kopi. Tapi di season 3 ini ada iklan otomotif. Yamaha sama Vespa. Sempat Mazda juga. Mie gelas. Eh sorry food and beverages ya. A :kalo misalnya produk yang dilarang KPI, kan misalnya iklan rokok yang suci nggak nutup kemungkinan ada anak kecil yang nonton juga. Itu ada nggak? B
:iklan rokok masuk suci?
A
:iya
B :nggg nggak mau. Karena gak ada. Dan kita emang tahu bahkan jam 10 pun, banyak anak kecil yang nonton SUCI juga. Coba aku Fico aku masukin di segmen 7, dia tungguin. Makanya bayangin ketika itu ada rokok. Yah itu sejalan dengan visinya Kompas TV. Yang dikasi rokok tuh program Teroka. Itu anakanak Mapala yang pasti merokok. Yaudahlah kasih ajaaa.. makanya ada djarum, misalnya kayak gitu.
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxv
A : sebenarnya ini pertanyaanku sama orang awam. Orang-orang yang suka nonton stand up komedy. Apa yang lo bingung dari stand up comedy? Gue tuh suka bingung dengan istilah kompor gas. Om I.dro tuh sering kan, kompor gas. Atau Jono, kereta api. Nggak tau sih, tapi buat aku sendiri, itu bisa jadi obstacle yang bikin penonton apa sih artinya, kayak gitu. Sebenarnya istilah itu dari mana sih? Apa dari kalangan stand up atau apa gitu? B : iya. Karena, it’s the part of the show. Kita tuh butuh legitimasi, ketika ada orang yang ngomong "eaaak eaaak" kamu tahu itu apa? Empat mata. "Kembali lagi di show show show", itu cuma Dorce Show. Legimitmasi itu kan dipelajari kan di ilmu komunikasi. Kita harus bikin itu. Segitunya orang TV kerja. Kita harus bikin sesuatu yang bikin orang yang saaaap... ingat itu. Itu namanya hyperneedle. Sama kayak bikin iklan "nyamuk sini Cuma takut sama.." ya. "Nggak ada noda nggak ada,..?" ya kayak gitu. Kita harus bikin sesuatu yang SUCI banget. Yang pertama tuh close mic, trus kompor gas. Itu sebenarnya pertamanya lahir dari Mas Butet sama Pakde Indro waktu mereka jadi juri stand up pertama. Kompor gas itu kan panas. Jadi mereka bisa memanaskan panggung. Itu berarti udah bagus banget. Di bawah kompor gas ada termos. Ya hangatlah, panggung bisa hangat tapi ya gitu-gitu aja. Trus ada lagi kulkas. Itu gak lucu sama sekali. "Ya udah lah lo dingin banget. Apa sih, kriuk banget lo!!" Nah di season 3 ada istilah kebakaran, berarti diatasnya kompos gas. Itu lahirnya di season 3. "Kebakaran Babe, kebakaran Fico". Trus kita ada neraka, itu standing ovation dari studio, ya pokoknya taik bangetlah ya. Tapi waktu itu kita pernah dikecam di twitter, terutama secara personal Pakde Indro ya, adalah ya beberapa yang taulah yaaaa... yang bilang neraka itu hanya milik Tuhan. Ya udah kita nggak lagi pake neraka, cukup sampe di kebakaran. Yang tadinya kebakaran, yang paling tinggi itu jadinya standing ovation. Nah si Jono datang dengan kekampretan dia. "Kenapa kompor gas? Ya karena kompor panas". "Mesin bajaj juga panas". "Oh ya boleh-boleh". Mesin bajaj bro, korek api bro... kayak gitu-gitu. Itu ibaratnya emang bawaan komedinya si Jono. Actually emang nggak semua istilah tingkatan itu keluar ya. Kulkas nggak pernah keluar kan? Kompor gas aja kan? A : oh iya iya. Berarti nanti aku ngeliat lagi ya tanggapan secara garis besar terhadap ini. kalo ini paling data pelengkap sih, kalo X-Factor kan ada android sebagai sarana mendekatkan diri kepada audiens, kalo SUCI sendiri ada proyek semacam itu nggak untuk mendekatkan diri sama penontonnya. B : oke. Itu juga sebenarnya yang membedakan season 1, 2, dan 3. Jadi kita make sosial media dan dunia maya. Kita adalah program televisi pertama yang main di google+. Kita udah nggak main di apps store dan android itu. Karena itu isinya nggak ada. Coba deh kamu buka aja, isinya gak ada sama sekali. Mungkin ini ngefek sama yang pake sistem sms kali ya. Di kita kan nggak. Kita masuk google+, karena orang-orang yang nggak nonton suci larinya ke google. Kita nge-
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxvi
grab Malam Minggu Miko yang nonton melalui youtube. Kita adalah program tivi pertama yang masuk di google+, tepatnya H-1 syuting grand final dari tanggal 2 mei. Sekarang masih bisa diakses kok. Trus kita juga buat kuis di twitter, kalo kamu tau. Kayak gitu. Trus kita bikin kompetisi one line. Itu yang nggak bisa dibuat sama X- Factor sama The Voice. Itu gila banget, lo bisa one liner di Kompas TV. Itu kayaknya bisa jadi ide baru sih di season 4, naikin respon masyarakat. A : sejauh ini sih itu cukup. Sebenarnya tadi aku mau nanya maintain media sosial tapi tadi udah dijelasin. Ya paling ngajak nonton. B : iya. Kompetisi one liner tadi. Hadiah kita gokil-gokil sebenarnya loh. Ada HP, kaos. Kaos itu orang kompas aja nggak punya. Kaos merah itu, cuma masyarakat dan comic yang punya. Aku aja yang jadi creatif stand up, nggak punya lho. Trus meet and greet. Ternyata comic itu bisa kayak idol di masyarakat. bisa kayak "kemaaaalll!!!!" Pernah ya waktu kita di Surabaya, kaca tuh hampir pecah karena penggemar nyorakin Kemal dari panggung sampe ke bandara. "Duh kak, plis dong kak, ,mau ketemu kak kemal”. Gila nih orang, Kemal pula. Kita surprise sih sebenarnya. Hal lain yang mungkin pengen lo tanya? Makanya lo ikut season 4 dong. A
:ah nggak. Aku nonton aja. Paling kalo ada pertanyaan di email aja.
B : Boleh. Biasanya kalo udah ketemu dosen bakalan dibilang kenapa ngak nanya ini, nanya ini. email aja di
[email protected]. Eh kuesioner nanti aku liat ya..
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxvii
Transkrip wawancara Informan 2 : Bene Dionysius Rajagukguk Media : line chat [LINE] Chat with Bene Saved time:2013/06/12 20:16
2013/06/07(Friday) 7:56
Tora
Pagi ben. Ini aku tora yg kmaren nanya via fb.
7:56
Tora
hehe wawancara pake line gpp ya ben
7:57
Tora
Btw apasi alasan pertama kau ikut audisi suci?
10:01
Bene
gpp bro
10:04
Bene
aku kan udah berkecimpung di stand up komedi 1,5 tahun pada
saat itu. Terus kayaknya udah betah dan suka, jadi pengen menggeluti dengan serius. ikut suci salah satu caraku mendalami stand up komedi. krn di suci ada mentoring dan kelas yg bakal menambah ilmu komedi. selain itu bisa jadi batu loncatan buat karir ku di dunia stand up komedi lah. kurang lebih sih gitu. 11:51
Tora
sebelum masuk suci, kau berkecimpung di komunitas gt ben?
11:53
Bene
iya bro. semua finalis suci 3 itu dari komunitas.
11:55
Tora
sebelumnya kau udah nonton SUCI jg? dr season berapa?
11:56
Bene
aku ngikutin suci 2 terus
11:56
Bene
suci 1 beberapa episode doang. itu juga kebanyakan di
Tora
Oh.. jadi dirimu sendiri sbg peserta, menurutmu apa perbedaan
youtube. 11:58
suci 2 dgn season 3 pas kau ikuti? 12:00
Bene
suci 2 lebih kompetitif, pesertanya lebih siap, lebih berskill,
lebih unik2. setiap seasonnya gitu sih, lebih bagus dr sebelum2nya. 12:13
Tora
pertama kali tahu stand up dari mana ben?
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxviii
12:18
Bene
aku follow raditya dika, trus dia ngetwit link youtubenya, aku
nonton, suka, trus kutonton semua video yg ada di youtube. akhirnya pengen nyoba, trus ikutan komunitas di Jogja. 12:20
Tora
menurutmu stand up bs jadi alternatif hiburan komedi utk
penonton indonesia nggak? 12:21
Bene
jelas dong bro. makanya aku tertarik masuk ke dalam nya.
menurutku masa depan stand up comedy itu cerah. 12:23
Tora
gmana pendapatmu dgn tanggapan sinis org ttg stand up yg
dibilang terlalu ofensiv dan sering terlalu mengolok-olok? 12:25
Bene
ini kan komedi jujur bro, selama yg disampaikan benar dan
tidak mengada-ada, trus bisa dipertanggung jawabkan, ya harus diterima dong. stand up comedy kan emang bentuk protes, tapi secara komedi, ya namanya protes pasti ada yg ga suka. selama yg diprotes benar, pasti banyak ug dukung kok. 12:33
Tora
menurutmu materi stand up yg gmana yg pas utk penonton tv
indonesia, khususnua yg masih awam sama stand up comedy? 12:35
Bene
kalo utk tv, memang harus selektif. untuk tv sebaiknya
membahas kebiasaan sehari2 aja di sekitar, jgn terlalu banyak membahas figur. takut memicu masalah, apalagi org yg punya kekuasaan yg biasanya takut diusik. tp kl off air, bebas tanpa batasan. 12:37
Tora
kalo utk tv sendiri, apakah di SUCI sbg program udah lumayan
sukses dalam mengeksekusi hal yg kau sebutkan tadi ben? 12:39
Bene
secara kemasan dan menyasar pasar, kompas tv udah bagus
dan keren sih. tp untuk mengakomodasi idealisme komika, kompas masih terlalu keras. sering kali materi disensor, dipotong yg sebenarnya bagus tp terlalu offensive. 12:44
Tora
Selain idealisme, Apakah ada obstacle lain dari sudut
pandangmu sbg komika? 12:45
Bene
yg paling penting sih itu. yg lainnya relatif baik sih.
12:47
Tora
nah utk eliminasi, dari sudut pandang komik.setuju ga dgn
eliminasi berdasarkan juri? karena ga jarang kita liat komen di youtube, penonton ga setuju dgn komika yg di eliminasi para juri
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxix
12:48
Tora
sama kayak pemenang jg, pas season 1 misalnya. Penonton dan
pengamat merasa akbar yg layak menang dr segi materi yg dibawa. Tapi juri lebih setuju ryan jd pemenang 12:48
Bene
ya memang selalu ada pro dan kontra. tp aku sebagai peserta
melihat semuanya fair kok. memang keputusan berdasarkan apa yg terjadi malam itu. 12:49
Bene
itu yg aku alami di suci 3
12:50
Bene
kalo soal suci 1, mas butet udah menjawab kan di kompasiana
kenapa ryan yg juara. 12:51
Tora
iya sih.. cuma mau dapat sudut pandang dari komikanya
Tora
dari sudut pandangmu sebagai komika, mungkinkah nanto
hohoho 12:52
program suci ini nanti akan mengalami kejenuhan sama kayak indonesian idol atau afi? 12:56
Bene
tergantung gimana kompas mengemasnya sih. kita liat
indonesian idol masih mampu bertahan. setiap tahun masih ada. kalo kompas pintar mengemas dan membuat semakin baik, sepertinya umurnya masih bisa lama. seperti yg kita liat tiap season progresnya jga bagus kan. 12:58
Tora
selain medley atau battle menurutmu variasi apa yg bs
dilakukan di stand up comedy? 13:00
Bene
apa yaa. sementara belom ada ide aku.
13:03
Tora
oke.. selanjutnya, menurutmu apa batasan yg perlu dilakukan
comic terkait materi yg menyinggung suku/etnis/budaya tertentu? 13:03
Tora
karna kan penonton tv indonesia itu kan sangat beragam baik
dr segi suku dan usia 13:06
Bene
kalo aku sih selama benar dan ga mengada2, ya harus diterima.
selama bukan mengejek, mengolok tanpa dasar, ya sah. tp penonton tv indonesia memanh banyak yg belom siap, jadi sementara yg terlalu menyerang, diminimalisasi dulu. 13:07
Tora
menurutmu sendiri itu.bs dianggap sbg stereotype suku tertentu
nggak ben?
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxx
13:09
Bene
ya memang stereotype itu. selalu soal itu. tp org menganggap
stereotype itu buruk, padahal orang indonesia dibilang dunia ramah juga stereotype kan. gimana sudut pandang nya aja. batak itu ngomong keras bisa dibilang stereotype kan, belum tentu semua setuju. 13:10
Tora
hahaha... bagus juga sudut pandangnya
13:12
Tora
kalo kau sendiri gmana cara maintain fans atau fanbase di
13:12
Bene
haha
13:14
Bene
wah aku sih ga maintain fanbase, maintain fans juga enggak
twitter?
sih. cuma ya ngetwit aja, ada yg perlu dibalas ya dibalas. ga ada cara tersendiri, gimana yg enaknya aja gitu. 13:15
Tora
hmm.. dari suci berarti totally maintain dr akun
standupkompastv doang ya? 13:16
Bene
akun itu sih menurutku media promo lewat twitter aja, ga
memaintain fans juga. cuma ngetwit tentang program2 suci di kompas. 13:17
Tora
oh... padahal mungkin bs jg kan pendekatannya lewat persona
gt. Utk memperluas jangkauan pasar penontonnya 13:18
Tora
oh iya ben, kalo dr kau sendiri gmana sih biasanya proses bikin
materi stand upnya? 13:20
Bene
ya itu strategi kompas sih. belo. terlalu paham juga aku.
13:20
Bene
aku bikin materinya ya menyisihkan waktu sekian jam, mikir
dan menulis bro. biasanya concern di tema tertentu utk dibahas. 13:24
Tora
kalo dr kau sendiri atau comic lain sering nge relate dgn
fenomena informasi yg ada di media ga? 13:25
Tora
sebutlah contohnya ttg galau di sosmed atau ttg eyang subur yg
pernah rame di media 13:25
Bene
setiap komika sih caranya berbeda2. ga bisa disamakan. tapi
rata2 sih kayak gitu. inspirasinya dr yg diberitakan media2. 13:26
Tora
menurutmu kenapa kek gt?
13:29
Bene
kan untuk bisa lucu, referensi komika dan penonton harus
sama. kalo ga sama, komika harus memberikan informasi dulu biar referensi jadi sama. kalo bahas hal2 yg dibahas di media2, komika ga perlu repot2 menyamakan
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxxi
referensi lagi, karena hampir semua orang mengkonsumsi media2 itu. bisa dipastikan referensi jadi sama 13:32
Tora
kalo dari kau sendiri personal sbg komik, apa topik2 yg kau
jadikan batasan di materimu ben? 13:34
Bene
kalo aku sih ga pernah membatasi diri mau bahas apa. cuma
aku concern di pembahasan keluarga, kehidupan dan budaya batak ama kehidupan anak kos. cuma aku juga ha menutup kemungkinan untuk bahas hal2 di luar itu. 13:35
Tora
oh sip okedeh ben. Saat ini itu aja dulu. Nanti kalo ada yg perlu
kutanya lagi gapapa ya ku line kau? hehehe 13:35
Bene
hehe santai. gpp bro.
13:36
Tora
oia ben bs minta data dirimu kah? kayak tempat tanggal lahir,
kuliah jurusan apa? aktivitas saat ini. 13:36
Bene
tgl lahir 2 maret 1990
13:37
Bene
jurusan teknik industri ugm
13:37
Bene
aktivitas menikmati usia muda :p
13:37
Tora
hadeuhh maksudku macam aktivitas stand up bennn -,-
13:39
Bene
ya berkomunitas di standupindojgj ama standupUGM. sesekali
manggung kalo ada tawaran. dalam waktu dekat akan tour ke beberapa kota ama tim suci 3 kompas tv 13:39
Tora
okedeh thanks benn
13:39
Tora
[Sticker]
13:40
Bene
sips
2013/06/12(Wednesday) 18:50
Tora
ben kau seberapa besar pengaruh kebatakanmu dalam berstand
up comedy 18:51
Bene
besar kali bro
18:52
Bene
materi banyak soal batak, logat jga batak, sudut pandang pas
bikin materi juga batak. 18:54
Tora
itu memang pilihanmu sendiri ya?
18:54
Bene
iya bro
18:54
Tora
kenapa kau memilih persona batak ben?
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxxii
18:55
Bene
ya karena aku batak bro. lebih natural dan gampang jadinya.
19:21
Tora
oohh.. oke ben. Tapi dari kau sendiri ada intensi utk melalukan
transfer budaya batak ke penonton ga ben? 19:54
Bene
biar makin banyak yg ngerti batak
19:54
Bene
ya itu tujuan lain jga bro
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxxiii
Narasumber
: Melin Panjaitan
Tempat
: Kober, Depok
Waktu
: 20 Mei 2013, 19.00 – 20:00
Interviewer (A)
: Tomy Rado P. Sinaga
Interviewiee (B)
: Melin Panjaitan
A
:bisa kita mulai wawancaranya ya mbak?
B
:oke. kita mulai aja.
A
:mbak melin udah berapa lama nonton SUCI mbak?
B
:SUCI yang di kompas TV kan ya? eemmm sejak season pertama. sekitar
tahun 2011-an kalo nggak salah. berarti udah 2 tahunan lah ya. A
:ohh.. iya. Apa sih alasan pertama kali mbak melin nonton SUCI?
B
:apa yaa?? pertama kali nonton stand up itu sebenarnya nggak sengaja.
bingung lebih tepatnya. waktu liat di tv, itu kayak "eh ini apa ya? eh kok lucu?" dan malah keterusan buat nonton. Dan bentuk komedi yang kayak gini itu baru saya tahu/ temukan. di tv kan udah banyak komedi2, tapi yang ini beda dari yang lain A
:oh... kalo dari mbak melin sendiri melihat stand up sebagai sesuatu yang
lucu itu darimana mbak? B
:eeemmm... apa ya? lucunya itu, pertama dari materi yang dibawain sih.
banyak hal-hal yang sebenarnya nggak kepikiran sama sekali dan biasanya terjadi dalam kehidupan kita sendiri, ketika diangkat oleh comic jadi sesuatu yang bikin "oh iya ya, kok nggak kepikiran selama ini?", kayak gitu. yang kedua, biasanya dari aksi panggung si comic itu sendiri. ya contohnya Kemal dan Fico dengan keabsurd-an masing2, itu yang bikin ngakak. A
:wahahahah... iya bener tuh mbak
A
:tapi kita kan sering dengar tuh pandangan sinis masyarakat tentang stand
up yang katanyanya terlalu sarkaslah, mengolok-olok, menurut mbak melin sendiri gimana?
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxxiv
B
:iya sih banyak yang bilang kayak gitu. dan honestly, awalnya sempat
kepikiran yang kayak gitu juga. kok omongannya gitu sih? tapi lama2 jadi terpikir,bahwa sebenarnya masyarakat kita belom mampu untuk menertawakan diri sendiri. soalnya kan topik yang dibawain itu nggak jauh2 dari kehidupan kita sehari-hari. ada yang bilang kalo, "iihh kok SARA sih?" tapi aku ngeliatnya sih lebih ke, ya emang masyarakat kita memiliki stigma seperti itu. dan biasanya misalnya topik kesukuan dibawakan oleh si empunya ras/suku. contohnya Ernest sering bawain topik tentang China, Bene dengan kebtakannya, Kemal dengan kearab-annya. ya kayak gitu... dan satu hal sih. om Indro pernah bilang, itu nggak akan jadi SARA ketika topik yang lo bawain adalah tentang diri lo sendiri. orang China ngangkat materi tentang China, itu bukan SARA. A
:hmmm..jadi lebih ke arah yang self mocking gitu ya mbak.
B
:ya semacam itu sih menurut aku.
dan coba pikiriin. kenapa masyarakat kita harus lebih menerima OVJ yang jelas2 mengandung kekerasan, dibanding stand up comedy yang sebenarnya bisa buka mata dan pikiran kita? maaf ya, jadi agak melebar kemana-mana ini jawabannya. A
:wahaha...gapapa mbak, malah manambah perspektif baru tapi kalo mbak
sendiri pernah suka nonton OVJ nggak? B
:hahahaha... pengakuan dosa nih. aku nonton ovj itu juga udah bertahun-
tahun. sejak SMA. udah lama banget kan? dan awalnya suka banget. saat itu kan belum terpikirkan waaah ini ngajarin kekerasan atau gimana-gimana. yang penting nonton aja tapi setelah lama-lama, eneg juga. apalagi setelah kuliah, agak mendapat pencerahan dalam dunia perkomunikasian (halah). jadi lebih jeli dalam menilai suatu tayangan di tv dan mikir waaahhh ternyata selama ini gue terbodohkan. hahahahaha A
:hahaha... tapi kalo saya boleh tanya nih, munculnya stand up ini
mempengaruhi perpindahan pilihan hiburan mbak melin nggak? misalnya jadi pindah dari OVJ yang kasar ke stand up comedy B
:iya pengaruh banget. nggak cuma OVJ sih. tau sendiri kan, model komedi
di tv kita. semua ngandalin slapstick, dan kita menertawakan hal itu. setelah
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxxv
adanya stand up comedy,aku lebih milih untuk nonton stand up daripada melototin sule dan kawan2 nyiksa lawan main di ovj komedi2 yang di antv, yang ada olga-nya itu juga parah. 11-12 sama OVJ menurut aku. slapstick tingkat dewa banget itu. omongan2 kasar juga banyak. harusnya tayangan kayak gitu jangan live. harus disensor berkali-kali kalo perlu
A
:ngomongin sensor mbak, kan SUCI sendiri kan ga ditayangin live kan?
otomotis pasti ada tayangan yg dipotong meski ga mengurangi esensi materi comic misalnya menurut mbak melin itu gimana?
B
:menurut aku itu bagus banget. soalnya kan, dengan begitu omongan2
yang nggak layak bisa dihilangkan. toh esensinya tetap dapat. apalagi yang aku tau bukan cuma orang dewasa yang nonton suci, anak2 juga banyak banget. jadi anak2 nggak akan kepengaruh dengan kata2 "ajaib" para comic
A
:hahaha benar juga ya... banyak anak-anak yang nonton
kalo dari mbak melin sendiri, misalnya ada materi komik yang menyerempet ke arah seks atau pornografi, mbak melin risih atau nggak?
B
:eeeemmm gimana ya? tergantung sih. ngeliat dari tingkat kepornoan dari
materinya. cuma sejauh ini, aku lebih sering bersikap yang "oohh gitu, aaah ya udah biasa ajalah". tapi kadang mikir "wah parah topiknya gituaan". kayak gitu. tapi menurut aku, gak parah2 banget lah kalo lagi topik seks atau pornografi. masih dalam tahap wajar. tapi kalo yang nonton ada anak kecil, susah juga ngejelasin maksud dari mereka. lagian kan kalo topik tentang seks atau pornografi biasanya dibawain secara implisit, nggak terang2an ngomong " kalo gini, harus gini nih, ini itu" nggak lah. ngerti nggak maksud aku? kalo rada nggak jelas, bilang aja ya. hehehe
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxxvi
A
:hahaha...ngerti kok mbak
oia berhubung aku lagi bahas SUCI 3, mbak melin punya comic favorit nggak di season 3?
B
:punya. punya. banyak malah. aku suka alphi, arie, fico, muslim sama
bene. mereka selalu sukses buat aku ngakak tiap minggunya. sayangnya fico doang yang masuk final
A
:iya fico juga lucu tuh... oh iya aku jadi nemuin ada kesamaan nih, mbak
melin suka bene. Apa karna sama-sama batak ya? hahaha
B
:kayaknya karena kesamaan asal daerah kali ya. Hahhaha jadi merasa
terpanggil untuk mengidolakan, alasan yang terlalu dibuat-buat
A
:hahaha...tapi kalo dari segi materi misalnya, bene kan sering kali
membawa materi batak. Mbak melin sendiri merasa ada proximity gitu ga dengan materi yg dibawa bene?
B
:banget. Bene sering banget bawain materi tentang suku batak. dan Bene
berhasil banget bikin aku terpaksa mengingat kampung halaman dan kenangan masa kecil #jiaaah. tapi emang bener banget, tiap kali bene stand up tuh, kayak langsung pengen teriak "KITA SAMAAAA!!!". yaah namanya juga sama-sama batak dan sama2 dari SUMUT. secara otomatis proximity itu tercipta
A
:wahaha...jadi itu lumayan bisa membantu mbak melin memahami
materinya ya mbak?
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxxvii
tapi menurut mbak, gimana sih pendapat orang yang mungkin bukan dari suku batak misalnya, tentang materi yang sangat spesifik kayak gitu? misalnya orang jawa deh gitu B
:iya. jadi kalo Bene lagi stand up, nggak sulit lah untuk ngerti maksud dia
apa.mungkin kalo untuk orang yang nggak tahu tentang budaya batak, bakalan mikir keras tuh. tapi berhubung aku juga batak ya gampang aja sih.
A
:nah kalo misalnya ada materi tentang suku atau etnis lain, misalnya kayak
ernest tuh kah pasti materinya sering tentang etnis china tuh. Mbak melin ada kesulitan ga memahaminya?
B
:iya. kadang-kadang ada tuh, materi yang bikin aku cengok. misalnya
ernest ngomong blablablaaa... dalam hati tuh bilang "trus kenapaaa??". kayak harus ada penjelasan lebih lanjut lagi. kadang juga kalo ada teman nonton SUCI, aku nanya sama teman "maksudnya apa ya?". resiko kalo comic bawa bahan kedaerahan ya gitu. tapi biasanya comic kasih penjelasan sih maksud dia apa dengan materi itu,
A
:iya ..ya. Tapi kalo dari mbak melin sendiri, materi yang bersifat
kedaerahan gitu bisa dikategorikan sebagai streotype suku nggak?
B
:kayak yang aku bilang sebelumnya sih. ketika yang bawain materi China
adalah ernest buat aku itu bukan stereotipe. gitu juga waktu bene dan boris bawain materi ttg batak, itu bukan stereotipe. tapi ketika ernest membawa materi tentang batak, bisa aja itu jadi stereotipe. kan stereotipe itu adalah penilaian dari luar, bukan dari dalam diri sendiri
A
:hmm... benar juga
B
:tapi yang jadi masalah adalah ketika materi kedaerahan dibawakan, akan
ada orang2 yang berpikiran "oooh orang batak gitu toh?" dan pemikiran seperti itu
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxxviii
mendekam di kepalanya. dan saat seperti itu bukan nggak mungkin stereotype terhadap ras/suku tertentu muncul.
A
:menurut mbak melin, gimana ya cara agar, ya kalau nggak bisa menguah,
minimal mengubah sedikit perspektif tersebut?
B
:aduuuhh pertanyaannya berat ini. hhmmm.. apa ya? susah sih ya. kalo
suatu pemikiran udah bercokol di kepala seseorang apalagi di masyarakat luas. kita nggak mungkin juga mengubah masyarakat (yg terstereotype). mungkin yang perlu adalah mengubah pola pikir kita yang lebih sering melihat hal2 negatif dari suatu kelompok. kita lihat nilai2 positifnya aja. jangan melihat orang batak itu kasar atau gimana. bisa aja hatinya lembut, walaupun tampangnya sangar. atau mungkin kita ingat pelajaran sosiologi jaman SMA aja deh. tau istilah multikuturalisme kan? kalo tidak ada budaya yang lebih tinggi. semuanya sama dan tidak dapat dibandingkan. semua budaya sederajat. masing2 punya kelebihan dan kekurangan. jadi kita nggak dengan gampang kasih stempel negatif ke suatu budaya tertentu. aku nggak tau juga ini jawabannya ngebantu apa nggak. hahahahaaa A
:ah mbak melin..pasti bisa dong..hahaha
oh iya mbak, kalo dari mbak melin sendiri menurut mbak acara stand up atau SUCI bisa jadi alternatif hiburan komedi nggak?
B
:kalo untuk jadi alternatif, bisa banget. kan ini acara unik dan lain daripada
yang lain. komedinya nggak harus mukul pake stereofom tapi penonton bisa ketawa.
A
:tapi kalo jadi hiburan komedi utama menurut mbak sendiri bisa nggak?
B
:eeeemmm kalo untuk aku pribadi sih bisa aja. cuma kayaknya bakalan
susah untuk ngerubah pola komedi yang udah nempel di otak masyarakat. masyarakat kita udah terbiasa dengan bentuk komedi yang sarat dengan slapstick.
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xxxix
A
:Eh tapi kan di vt atau video preview para kontestan gitu kan kadang
masih adalah dikit slapstiknya, menuru mbak sendiri sebagai penonton itu nggak apa-apa atau gimana?
B
:mikir panjang dulu nih ya. hahahaaa.. iya sih ada slapsticknya. tapi
dibandingin sama komedi lain kan itu cuma sedikit kan ya? dan kalo dipikir2, itu dilakuin bisa aja supaya masyarakat yg udah terbiasa dengan slapstick masih bisa tetap menikmati stand up comedy. jadi diselipin slapstick supaya tidak terjadi perubahan yang terlalu jauh dari bentuk komedi yang udah ada.
A
:hmmm...iya sih jadi kayak pelan-pelan dulu gitu ya mbak hahaha
B
:iya. jadi nggak radikal gitu perubahan dalam bentuk komedinya.
A
:Menurut mbak melin sendiri, latar belakang mbak melin sebagai orang
yang belajar di kajian media, mempengaruhi kesukaan mbak melin terhadap stand up nggak?
B
:kajian media ngarahin kita supaya menjadi lebih pemilih dalam menonton
tayangan tv. kalo dikaitin dengan kajian media, berpengaruh banget. soalnya di kajian media kan kita diajarin supaya lebih kristis dalam menilai suatu konten. naaah, ketika belajar berbagai teori, mata kita dibukakan bahwa umumnya komedi di Indonesia sama sekali tidak "sehat". trus waktu liat stand up yang mengangkat komedi cerdas, pilihan langsung beralih ke stand up
A
:nah, mumpung bisa disambungin, dari perpektif mbak melin yang
mempelajari kajian media, apa nih mungkin masih bisa dipandang sebagai kelemahan SUCI sebagai program hiburan?
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xl
B
:kekurangan sebagai program hiburan ya? sebenarnya kembali ke masalah
tadi sih. masih ada selipan2 slapstick di beberapa bagian bahkan saat comic berada di atas panggung. walaupun slapstick sebenarnya merupakan bentuk dari humor, tapi kok rasanya nggak sreg aja. stand up juga jadi semacam pembeda "kasta" ya sekarang? katanya kalo stand up buat kasta atas, soalnya digolongkan sebagai komedi cerdas. sedangkan kasta bawah cukup nonton OVJ, pesbukers dan yg sarat slapstick2 itu. harusnya sebagai program hiburan, harus bisa ngejangkau semua kalangan.
A
:jadi menurut mbak sendiri sebagai salah seorang yang sudah nonton
cukup lama, ada saran untuk stand up nggak mbak?
B
:saran untuk stand up sih, untuk ke depannya, kurangi slapstick2 yang
masih terselip di beberapa bagian. yaah walaupun ini bisa aja menjadi strategi dariKompas tv untuk ngegaet penonton. toh sekarang masyarakat kita udah mulai cerdas kok dalam memilih tayangan televisi. hehehe...teruusss, mungkin lebih ngejangkau masyarakat luas. segmentasinya mungkin bisa diperlebar lagi. jangan kelas2 tertentu yang jadi sasarannya gimana caranya gitu bisa ngerangkul lapisan bawah dalam proses pencerdasan bangsa. *haduuh bahasanya* hahaha
A
:hahaha.. oke deh mbak melin, mungkin sampai sini dulu ya mungkin
nanti kalau aku ada pertanyaan lagi aku bisa tanya-tanya ya mbak?
B
:okeee. bisa bisa. ntar kalo ternyata masih ada yang mau ditanyakan, bisa
dilanjut kok sesi ngobrol panjangnya. semangat buat TKA-nya.
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xli
Daftar Pertanyaan Kuesioner 1. Nama Responden 2. Usia Responden 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan Terakhir Responden 5. Domisili 6. Lewat apakah anda menonton tayangan Kompas TV? a. Melalui layanan TV berlangganan b. Tidak melalui layanan TV berlangganan 7. Apakah anda masih sering menonton televisi? a. Ya b. Tidak 8. Berapa lama waktu yang anda habiskan menonton televisi sehari-hari a. < 3 Jam b. > 3 Jam 9. Apakah anda pengguna media baru seperti internet dan sosial media? a. Ya. b. Tidak 10. Berapa lama waktu yang rata-rata anda habiskan untuk aktivitas internet termasuk sosial media 11. Untuk apa sajakah anda menggunakan internet? 12. Apakah anda memiliki sosial media? a. Ya b. Tidak 13. Ada berapa jumlah sosial media yang aktif anda gunakan? a. < 2
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xlii
b. 2-4 c. .4 14. Untuk sosial media apakah anda termasuk dalam heavy user, medium user atau light user? 15. Apakah anda mengikuti perkembangan informasi dan program televisi? a. Ya b. Tidak 16. Apakah anda mengikuti trend informasi dan bahasa di sosial media Cth: fenomenan galau, gombal, dsb a. Ya b. Tidak 17. Dari media apakah anda paling banyak mengikuti informasi? a. Televisi b. Internet dan Sosial Media 18. Dari media apakah anda mengetahui program Kompetisi SUCI Kompas TV? a. Televisi b. Internet dan Sosial Media 19. Apakah anda setuju bahwa materi yang dibawakan oleh komika sering sekali seiring dengan wacana informasi yang muncul di media yang anda ikuti? Contoh TV bicara eyang subur, maka hal itu akan dijadikan matei oleh komika a. Ya b. Tidak 20. Apakah hal tersebut (informasi dari media dijadikan materi komika) membuat anda lebih mudah memahami materi stand up yang dibawakan komika? a. Ya b. Tidak
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xliii
21. Apakah anda termasuk orang yang terbuka terhadap pemikiran akan agama lain? a. Ya b. Tidak 22. Apakah anda termasuk orang yang memiliki pandangan politik tertentu a. Ya b. Tidak 23. Apakah anda termasuk orang yang terbuka dengan kebudayaan suku atau etnis lain? a. Ya b. Tidak 24. Apakah anda termasuk orang yang tidak menganggap pembicaraan tentang seks sebagai satu hal yang tabu? a. Ya b. Tidak 25. Apakah anda termasuk orang yang terbuka dengan orang yang memiliki orientasi Gay, Lesbian, Biseksual (LGBT)? a. Ya b. Tidak 26. Apakah anda merasa risih apabila agama dijadikan materi dalam stand up comedy? a. Ya b. Tidak 27. Apakah anda merasa risih apabila politik dijadikan materi dalam stand up comedy? a. Ya b. Tidak 28. Apakah anda merasa risih apabila seks dijadikan materi dalam stand up comedy?
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xliv
a. Ya b. Tidak 29. Apakah anda merasa risih apabila suku atau etnis dijadikan materi dalam stand up comedy? a. Ya b. Tidak 30. Apakah anda merasa risih apabila kelompok tertentu seperti LGBT dijadikan materi dalam stand up comedy? a. Ya b. Tidak 31. Apakah anda suka dengan program komedi slapstik yang mengedapankan kontak fisik (contoh OVJ) a. Ya b. Tidak 32. Apakah anda suka dengan program Stand up Comedy? a. Ya b. Tidak 33. Mengapa anda menonton program Stand up Comedy? 34. Sudah berapa lama anda menonton program SUCI di Kompas TV? a. Sejak Season 1(2011) b. Sejak Season 2 (2012) c. Sejak Season 3 (2013) 35. Menurut anda apakah acara tersebut menghibur dan lucu? a. Ya b. Tidak 36. Apakah anda memahami seluruh materi yang dibawakan oleh komika peserta kompetisi SUCI season 3?
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xlv
a. Ya b. Tidak 37. Apakah anda memhami beberapa istilah yang dibawakan oleh komentator seperti “kompor gas” “neraka” dan sebagainya? a. Ya b. Tidak 38. Menurut anda apakah materi humor komika dapat menangkap realita budaya yang ada dimasyarakat? a. Ya b. Tidak 39. Menurut anda apakah materi mengenai realita budaya (misalnya seperti suku tertentu) dapat dianggap sebagai stereotye suku? a. Ya b. Tidak 40. Bagi anda apakah materi mengenai realita budaya dapat menambah pengetahuan dan mencerahkan pikiran anda? a. Ya b. Tidak 41. Bagi anda, apakah Stand up Comedy dapat menjadi program alternatif hiburan komedi? a. Ya b. Tidak 42. Mengapa anda berpikir bahwa SUCI dapat menjadi program alternatif hiburan komedi? (diisi apabila anda menjawab ya) 43. Sebuatkan nama komika yang anda kenal baik dari program SUCI maupun yang tidak 44. Sepanjang kompetisi SUCI berlangsung, performa mana yang paling anda ingat?
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013
xlvi
45. Dalam perkembangannya, kompetisi SUCI melakukan berbagai variasi show didalamnya seperti battel dan medley. Variasi show apa yang anda suka? 46. Sebagai audiens tema apa yang menurut anda menarik dijadikan materi stand up oleh komika? 47. Apakah anda berharap program kompetisi SUCI akan dilakukan di season berikutnya? 48. Apakah anda memiliki saran untuk program SUCI Kompas TV?
Evaluasi program..., Tomy Rado P. Sinaga, FISIP UI, 2013