Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Disusun Oleh : Eliya Saidah H0402035 II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Menurut Schramm (1977) dalam Mardikanto (2003) proses komunikasi diartikan sebagai proses pengunaan pesan oleh dua orang atau lebih dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesan, sampai ada saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua pihak. Komunikasi merupakan suatu kegiatan sosial. Dalam kegiatan ini dikirim dan diterima lambang-lambang yang mengandung arti. Pemberian arti ini perlu sama agar supaya pengirim lambang (komunikator) dan penerima lambang (komunikan) mengerti satu sama lain dan kegiatan komunikasi dapat berlangsung lebih lanjut (Susanto, 1980). Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Bidang komunikasi antar manusia, salah satunya adalah publik (terbuka), yaitu komunikasi dari pembicara kepada khalayak. Dengan tujuan memberi informasi, meyakinkan dan menghibur (Joseph, 1997). Menurut Sing K.N. (1981) dalam Suhardiyono (1990), komunikasi dinyatakan sebagai suatu proses dimana suatu gagasan, inovasi atau pesan disampaikan dari sumbernya kepada penerima untuk menyesuaikan pola sikapnya didalam melakukan kegiatan yang diinginkan.
Wilson (1996) dalam Ida Kusuma (2002), menyatakan bahwa komunikasi itu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang dipergunakan oleh manusia untuk saling bertukar informasi, pikiran dan perilaku, dalam artian bahwa dengan berkomunikasi itu manusia saling menerima dan memberi sesuatu. Lebih jauh, hal ini menekankan bahwa komunikasi itu adalah pengiriman informasi dan pemahaman dari seseorang kepada orang lain. Definisi ini menunjukkan bahwa di dalam berkomunikasi itu terdapat sebuah cara untuk sampai kepada orang lain berkaitan dengan pikiran, fakta, pandangan, perasaan dan nilai-nilai yang disampaikan. Dalam penyuluhan pertanian kita mengadakan komunikasi, yang paling 6 sedikitnya menyangkut dua orang. Misalnya A (penghubung, sumber atau komunikator) memberikan isyarat yang diarahkan kepada orang kedua, yaitu B (sasaran, penerima atau komunikati). Isyarat ini dapat berbentuk omongan, isyarat tangan, kerlingan mata, gerak anggota badan dan lainnya, tulisan, gambar (Wiriaatmadja, 1973). Hawkins et all (1982) mengutip beberapa pendapat bahwa proses komunikasi adalah seperti berikut ini: “The process of communication takes place when some one says something in some way to some one else for a purpose”, by Haldey Read. “Communication means that information is passed from one place to another”, by Gorge Miller. “Communication means the process by which an individual “transmits” stimuli (usually verbal symbols to modify) the behaviour of other individuals” by Carl Hovland ( “proses komunikasi terjadi bila seseorang mengatakan sesuatu dengan cara tertentu pada orang lain untuk satu tujuan”. Sedangkan menurut George Miller “komunikasi adalah informasi yang mengalir dari satu tempat ke tempat lain”. Menurut Carl Hovland “komunikasi adalah proses dimana individu ‘memberikan’ stimulus (dalam symbol verbal yang perlu dimodifikasi lagi atau perilaku pada individu lain)”. Di dalam kegiatan penyuluhan pertanian, proses komunikasi antara penyuluh dan sasarannya juga tidak hanya terhenti jika sasaran telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan tentang inovasi yang disampaikan penyuluhnya, tetapi seringkali (dan seharusnya memang
begitu) komunikasi baru terhenti jika sasaran telah memberikan tanggapan seperti yang dikehendaki oleh penyuluhnya yaitu berupa penerimaan dan penerapan inovasi tersebut di dalam praktek berusahatani, baik yang ditunjukkan dalam perubahan pengetahuan, sikap atau ketrampilannya (Mardikanto, 1992). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu gagasan, inovasi atau pesan dari sumbernya (pengirim) kepada penerima pesan sehingga terjadi saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua pihak. Komunikasi dapat berlangsung bila terdapat unsur-unsur komunikasi seperti: sumber, pesan, saluran dan penerima. 2. Unsur-unsur Komunikasi Kejelasan komunikasi sangat tergantung pada keempat unsur komunikasi pertanian, yaitu: a. Unsur pesan Persyaratan utama agar pesan dapat diterima dengan jelas oleh sasaran, haruslah diupayakan agar pesan tersebut berisi hal-hal yang dengan mudah dipahami oleh sasaran. Baik isi materi, bahasa yang digunakan dan disampaikan pada waktu dan tempat yang sesuai. b. Unsur media atau saluran komunikasi Agar pesan dapat diterima dengan jelas, maka saluran yang digunakan harus terbebas dari gangguan. Baik gangguan teknis (jika menggunakan media massa) ataupun gangguan sosial budaya (jika menggunakan media antar pribadi). c. Unsur penyuluhan dan sasarannya Penyuluh sangat dituntut untuk selalu berusaha : 1) meningkatkan kemampuan berkomunikasi, 2) menyampaikan pesan dengan cara/bahasa yang mudah dipahami, 3) untuk bersikap baik (meskipun tahu bahwa dia tidak disukai), 4) memahami, mengikuti atau setidak-tidaknya tidak menyinggung nilai-nilai sosial budaya sasaran menyukainya) (Mardikanto, 1992).
(meskipun dia sendiri benar-benar tidak
3. Komunikasi Pembangunan Komunikasi pembangunan haruslah dilihat sebagai suatu proses menyeluruh, termasuk pemahaman terhadap khalayak serta kebutuhankebutuhannya, perencanaan komunikasi di sekitar strategi-strategi yang terpilih, pembuatan pesan-pesan, penyebaran, penerimaan (dan boleh jadi juga diskusi tatap muka dengan teman-teman), umpan balik terhadap pesan-pesan itu dan bukan hanya kegiatan langsung satu arah dari komunikator kepada penerima yang pasif (Rogers, 1976). Komunikasi pembangunan adalah proses penyebaran pesan-pesan mengenai pembangunan kepada khalayak. Komunikasi pembangunan memang merupakan salah satu bidang dari lingkupan komunikasi, tetapi karena merupakan suatu Gestalt, maka aspek-aspek, faset-faset dan faktor-faktor yang dicakup oleh komunikasi tidak bisa lepas dari bidang yang dinamakan komunikasi pembangunan itu (Onong, 1986). Komunikasi pembangunan merupakan suatu proses komunikasi yang memiliki karakteristik: a. Menyampaikan atau menginformasikan kepada masyarakat tentang adanya kegiatan pembangunan yang sedang diupayakan oleh pemerintah. b. Menumbuhkan
kesadaran
masyarakat
tentang
pentingnya
kegiatan
pembangunan bagi perbaikan mutu hidup atau peningkatan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. c. Menumbuhkan berpartisipasi
kesadaran
dan
mengefektifkan
dalam proses pembangunan
masyarakat
untuk
yang sedang diupayakan
pemerintah. d. Mengajak dan mendidik warga masyarakat untuk berperilaku dan menerapkan ide-ide serta teknologi yang sudah terpilih guna tercapainya tujuan-tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. e. Memelihara partisipasi masyarakat tersebut secara berkelanjutan dalam perbaikan mutu hidup yang lebih baik di masa-masa mendatang (Mardikanto, 1988).
Dalam komunikasi pembangunan yang diutamakan adalah kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat, bukannya memberi laporan yang tidak realistik dari fakta-fakta atau sekedar penonjolan diri. Tujuan komunikasi pembangunan adalah untuk menanamkan gagasan-gagasan sikap mental dan mengajarkan ketrampilan yang dibutuhkan oleh suatu negara berkembang. Secara pragmatis, kata Quebral, dapatlah dirumuskan bahwa komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara (Nasution, 2004). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi pembangunan adalah proses penyebaran pesan-pesan mengenai pembangunan kepada masyarakat untuk melaksanakan rencana pembangunan sehingga dapat dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat. 4. Komunikasi Pertanian Komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia, yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun secara berkelompok, yang sifatnya umumnya dengan menggunakan lambanglambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan. Dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa komunikasi pertanian yang berisikan informasi pertanian sudah dianggap suatu “komoditi” yang diperlukan oleh masyarakat, karena komunikasi (komunikan) berkeinginan untuk mendapatkan informasi (Soekartawi, 1988). “Komunikator” adalah orang yang atau petugas yang tugasnya menyampaikan pesan, apakah itu pesan pembangunan dalam artian yang lebih umum atau pesan pembangunan pertanian, kepada komunikan agar pesan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh komunikan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Dalam komunikasi pertanian, komunikan biasanya adalah petani. Kemudian karena ragamnya sistem sosial yang ada di masyarakat kita, maka komunikan ini juga beragam tergantung dari sistem sosial yang ada di sekelilingnya. Komunikan memang beragam sekali baik dilihat status sosialnya, macam pekerjaan utama yang mereka lakukan,
tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilannya, atau dari beragamnya status ekonomi yang mereka miliki. Pesan dalam komunikasi pertanian adalah semua informasi yang berkaitan dengan bidang pertanian, karena dalam komunikasi pertanian dikenal istilah “pesan” yang harus disampaikan oleh komunikator ke komunikan, maka isi pesan adalah berkaitan dengan informasi di bidang pertanian. Oleh karena itu, isi pesan dalam komunikasi pertanian dapat berupa informasi tentang :
a. Bagaimana meningkatkan produksi pertanian b. Bagaimana memelihara lahan agar kondisi lahan tetap subur dan terhindar dari bahaya erosi c. Bagaimana perlakuan paska panen yang baik d. Bagaimana adopsi teknologi baru yang harus dilakukan e. Bagaimana melaksanakan kerjasama kelompok f. Bagaimana meningkatkan pendapatan rumahtangga petani g. Bagaimana berpartisipasi dalam kegiatan pedesaan, dan sebagainya Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa pesan yang harus disampaikan oleh komunikator adalah agak spesifik dan mempunyai tujuan yang jelas (Soekartawi, 1988). Komunikasi pertanian dengan siaran pedesaan sebagai salah satu bentuknya merupakan salah satu kegiatan yang multisektoral terintegrasi. Apabila kegiatan pembangunan sendiri meliputi berbagai bidang, maka dengan sendirinya pula komunikasi pembangunan tidak dapat menghindarinya. Dengan makin meningkatnya tuntutan akan penikmatan hasil pembangunan, maka kegiatan komunikasi pembangunan perlu diperluas sesuai dengan pertambahan bidang pembangunan, dan ditingkatkan volume dan mutu komunikasinya (Nasution, 2004). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi pertanian adalah penyampaian informasi pertanian yang dibutuhkan oleh masyarakat dari komunikator kepada komunikan yang biasanya adalah petani dan salah satu bentuk komunikasi pertanian adalah siaran pedesaan. 5. Program Siaran Pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) a. Radio siaran Fungsi radio dalam masa mendatang tidak akan berkurang, bahkan bertambah. Hingga kini, fungsi radio terlalu banyak ditinjau dari kemampuannya mempengaruhi masyarakat secara langsung, karena sifat teknik yang bersifat audio (Susanto, 1982). Pada dekade 1950-an, pemerintah di negara-negara berkembang memanfaatkan radio siaran untuk menyebarkan pesan-pesan pembangunan,
terutama bidang pertanian, yang ditujukan kepada masyarakat pedesaan. Komunikasi pembangunan melalui radio siaran itu, oleh para ahli komunikasi dinilai efektif terutama setelah berkembangnya Radio Fram Forum yang kemudian di Indonesia dikenal sebagai Kelompok Pendengar (Onong, 1986). Radio siaran (radio broadcast) adalah suatu aspek dari komunikasi. Karena itu proses radio siaran dipelajari dan diteliti oleh ilmu komunikasi. Keuntungan radio siaran, bagi komunikan ialah sifatnya yang santai. Orang bisa menikmati acara siaran sambil makan, sambil tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil. Tidak demikian dengan media massa lainnya. Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan bahasa lisan (Onong, 1990). Development of the battery powered transistor radio has had considerable impact on extension services all over the world. Farmers in industrial countries now are more likely to have a radio with them when they work, and farmers in developing countries are more likely to own a radio in the first place. As radio relies on aural channel people can do other things while they listen (perkembangan radio transistor bertenaga baterei turut mempengaruhi system komunikasi di seluruh dunia. Para petani di negara industri selalu membawa radio saat bekerja, para petani di negara berkembang lebih mengutamakan membeli radio. Para pendengar radio bisa melakukan apapun sesuai yang mereka dengar) (Hawkins et all, 1982). Radio forums combine the speed, accuracy and wide cover of radio with the advantages of group discussion, particularly in drawing on local knowledge and experience, and in strengthening the probability of behaviour change (forum radio mengkombinasikan kecepatan, akurasi dan manfaat radio dalam diskusi kelompok, terutama dalam penggambaran ilmu pengetahuan dan pengalaman serta memperbesar kemungkinan perubahan perilaku) (Hawkins et all, 1982). Perangkat
elektronik
seperti
radio,
memiliki
gelombang
(Amplitudo Modulasi) dan FM (Frekuensi Modulasi). Menurut
AM Seely
(1956) penjelasan mengenai kedua gelombang tersebut adalah sebagai berikut:
1). Amplitude Modulation Characteristics of Amplitude Modulation. As indicated, amplitude modulation is produced by varying the magnitude of the carrier in accordance with the amplitude and frequency of the modulating source (karakteristik modulasi amplitudo. Sebagaimana pernah disebutkan, modulasi amplitudo terjadi karena adanya variasi besarnya pembawa sinyal dengan sumber modulasi amplitudo dan frekuensi). 2). Frequency Modulation Frequency modulation is produced by varying the instan taneous frequency of a carrier by an amount that is propotional to the amplitude of the modulating signal and at a rate given by the frequency of the modulating source (modulasi frekuensi terjadi bila ada variasi frekuensi pengirim sinyal dalam jumlah yang sebanding dengan sinyal modulasi dan frekuensi sumber modulasi). Dapat disimpulkan bahwa radio siaran merupakan pemanfaatan radio untuk menyiarkan atau menyebarkan pesan-pesan pembangunan terutama bidang pertanian yang ditujukan kepada masyarakat. Radio siaran memiliki keuntungan bagi komunikan karena sifatnya yang santai. Masyarakat bisa menikmati acara siaran sambil melakukan aktivitas. b. Program Siaran pedesaan RRI Siaran pedesaan merupakan suatu cara untuk mengajar para petani. Forum radio atau kelompok pendengar merupakan suatu kelompok diskusi yang terdiri dari 10 hingga 20 orang petani yang mendengar siaran pedesaan tersebut secara terorganisasi, dan menggunakan sebagai bahan diskusi. Siaran pedesaan yang ditujukan kepada kelompok pendengar berlangsung kurang lebih 30 sampai 45 menit. Isi siaran umumnya adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikirimkan oleh kelompen, berita-berita kegiatan kelompen, laporan dari berbagai proyek nyata yang telah dilaksanakan, lalu sebuah sajian dengan topik tertentu. Sajian ini bisa berbentuk drama, wawancara, percakapan, atau tukar pikiran antara petani dengan seorang ahli. Umumnya topik sajian adalah sesuatu masalah yang dihadapi para petani,
berikut cara pemecahannya. Pemecahan masalah tersebut diupayakan agar sesuai dengan kemampuan daya serap masyarakat petani (Nasution, 2004). Siaran pedesaan melalui radio ialah siaran khusus yang ditujukan bagi petani dan keluarganya dengan maksud menyebarkan secara cepat informasiinformasi dan pengetahuan baru di bidang pertanian seluas-luasnya. Untuk menyelenggarakan siaran pedesaan bagi petani, maka diperlukan aturan sebagai berikut : 1) Melakukan kerjasama dengan stasiun radio 2) Jam siaran disesuaikan dengan kebiasaan dan waktu senggang para pendengar 3) Waktu untuk melakukan siaran tidaklah perlu terlalu lama 4) Isi siaran bersifat mudah dimengerti 5) Bahasa dalam siaran sederhana dan gampang diterima oleh masyarakat, itulah sebabnya untuk beberapa daerah dianjurkan untuk menggunakan bahasa daerah 6) Materi yang diberikan harus berisi pemecahan masalah, bersifat hangat, aktual serta terjamin nilai kebenarannya (Sastraatmadja, 1993). Efektifitas siaran pedesaan ternyata adalah dalam bidang yang mempunyai pengaruh langsung terhadap peningkatan produksi. Adalah sukar untuk menentukan seberapa jauh pengaruh siaran pedesaan dapat mengubah cara hidup dan perilaku, apalagi nilai penduduk setempat. Namun kenyataan menunjukkan bahwa radio atau siaran pedesaan banyak disebut sebagai sumber informasi, memperlihatkan bahwa sumbangannya dalam bidang komunikasi pembangunan tidak dapat diremehkan walaupun tidak dapat ditentukan bahwa siaran pedesaan adalah satu-satunya atau sumber pertama tentang suatu informasi (Susanto, 1982). Tak dapat disangkal bahwa RRI mempunyai jaringan yang kuat dan luas. Berdasarkan Direktorat Radio Departemen Penerangan RI pada tahun 1989 tercatat 1 stasiun nasional yang berkedudukan di Jakarta sebagi pusat pemerintahan, 5 stasiun regional yang secara geografis mempunyai
kedudukan strategis, masing-masing di Yogyakarta, Medan, Banjarmasin, Ujung pandang dan Irian jaya, 26 stasiun regional II di ibukota kabupatenkabupaten, kesemuanya meliputi 326 pemancar di berbagai kapasitas yang beroperasi menjangkau seluruh pelosok nusantara (Onong, 1990). Siaran pedesaan di Indonesia dikelola bersama-sama oleh Departemen Pertanian, Dalam Negeri dan Penerangan. Ketiga departemen ini diwakili oleh Dewan Pembina Siaran Pedesaan pada tingkat daerah dan propinsi yang bertanggung-jawabnya meliputi : 1) Menentukan kebijaksanaan, lingkup serta isi dari acara 2) Perencanaan dan evaluasi acara 3) Menunjuk team-team siaran pedesaan untuk menyusun acara siaran 4) Membentuk dan mengatur kelompok-kelompok pendengar 5) Memberi alat-alat peraga tambahan dan selebaran-selebaran kepada para penyuluh dan kelompok pendengar (Eduard dan Colin, 1995). Setelah selesai mendengarkan siaran pedesaan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Keputusan diskusi biasanya tentang tindakan apa yang akan dilakukan bersama atau dapat pula sekedar mencatat pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan ke stasiun siaran guna memperoleh jawaban dalam siaran berikutnya. Dengan demikian terbina suatu hubungan timbal balik antara para perencana pembangunan dengan masyarakat petani di pedesaan. Gunanya diskusi sesudah
mengikuti siaran
pedesaan adalah untuk
menanamkan pengertian kepada khalayak pendengar mengenai informasi yang disiarkan, menjauhkan kekhawatiran dan keraguan yang selama ini, dan membawa anggota kelompok pendengar ke tahap putusan inovasi atau proses pembuatan keputusan. Jika ada masalah yang tak terpecahkan melalui diskusi, lalu disampaikan ke stasiun radio yang menyiarkan, guna mendapatkan advis dari para ahli, lalu jawabannya disiarkan dalam waktu dua minggu kemudian (Nasution, 2004). Siaran pedesaan itu dirancang begitu rupa agar benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh para petani dalam meningkatkan pertanian
mereka. Berbagai informasi dan pengetahuan baru dikemas dalam bermacam bentuk seperti drama, percakapan, ataupun uraian biasa dan diolah semenarik mungkin agar petani tertarik untuk mengikuti siaran tersebut. Penyampaian siaran pedesaan tersebut disusun dengan pertimbangan bahasa yang sederhana dan tingkat pemahaman para petani. Selain itu materi yang disampaikan melalui siaran pedesaan harus selaras dengan bahan penyuluhan yang disuluhkan oleh para penyuluh pertanian yang merupakan pembimbing para petani di lapangan. Kegiatan mengikuti siaran pedesaan ini disebut sebagai kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa (kelompencapir) (Nasution, 2004). Program planning involves the development of shorts, madium and long range plans to permit the station to attain its programming and financial objectives. Since programming is the essential ingredients in attracting audiences are sought more than others by advertisers, planning usually is done by the program manager in consultation with the head of the sales department and the general manager (perencanaan program mencakup perkembangan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang memungkinkan stasiun radio untuk mencapai pembuatan program dan keuangan. Sejak pembuatan program siaran yang mana komposisi dalam menarik sasaran pendengar dan sejak beberapa pendengar dicari lebih dari lainnya oleh para pihak pemasang iklan. Perencanaan program biasanya dilakukan oleh manajer program yang juga melakukan perundingan dengan kepala divisi marketing dan general manajer (GM)) (Pringle et all, 1999). Dapat disimpulkan bahwa program siaran pedesaan RRI adalah siaran khusus RRI yang ditujukan bagi petani dan keluarganya dengan maksud menyebarkan secara cepat informasi dan pengetahuan baru di bidang pertanian seluas-luasnya. Program siaran pedesaan RRI menyajikan informasi dan pengetahuan dalam bentuk drama, wawancara, percakapan, atau tukar pikiran antara petani (pendengar) dengan seorang ahli (nara sumber). c. Mutu siaran pedesaan RRI Mutu dari program siaran pedesaan RRI antara lain:
1) Pengantar bahasa siaran adalah bahasa Indonesia yang baik 2) Untuk mata acara kesenian daerah dapat digunakan bahasa daerah yang baik sebagai pengantar 3) Penggunaan bahasa asing atau bahasa campuran sebagai pengantar siaran tidak dibenarkan 4) Untuk mata acara pelajaran bahasa asing dapat digunakan bahasa asing yang diajarkan sebagai pengantar siaran 5) Menggunakan bahasa sederhana Dari seorang penyiar para pendengar mengharapkan informasi yang jelas. Harapan mereka ini dapat dipenuhi oleh penyiar apabila ia menggunakan kata-kata, kalimat-kalimat dan rangkaian kalimat yang sederhana. Yang dimaksudkan dengan kata-kata sederhana ialah yang umum dan lazim terdapat di kalangan masyarakat. Kata-kata yang pelik ilmiah, yang kurang atau tidak dimengerti oleh para pendengar akan mengganggu berlangsungnya komunikasi antara penyiar dan pendengar (Onong, 1990). Dapat disimpulkan bahwa mutu atau kualitas dari program siaran pedesaan RRI adalah dalam pelaksanaannya penyiar memberikan informasi yang jelas dengan kalimat atau kata-kata yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh para pendengar. Sedangkan menurut Masduki (2001) isi dari suatu berita, hendaknya menaati kaidah jurnalistik sebagai berikut : 1) Aktualitas/timelines Radio dianggap sebagai media paling unggul dalam kecepatan waktu penayangan berita. Oleh karena itu, aktualitas menjadi nilai berita utama yang harus dijaga. 2) Kedekatan/proximity Kedekatan secara emosional dan fisik akan membuat sebuah cerita menarik perhatian pendengar. Berita kecil di lokasi yang terdekat dengan pendengar, lebih berarti daripada berita besar yang lokasinya sangat jauh dengan mereka.
3) Tokoh publik/prominence Peristiwa di seputar tokoh idola, panutan dan pemimpin masyarakat selalu menarik didengar, karena dengan ketokohannya mereka telah menjadi milik publik. 4) Kemanusiaan/human interest Berita-berita yang menyentuh rasa kemanusiaan seperti masalah pengungsi dan kelaparan, sangat bernilai untuk semua orang. Selain dapat menggugah empati, juga membangun sikap simpatik pendengar. 5) Sensasional/unique Keanehan, keganjilan dan hal-hal yang spektakuler dalam kehidupan manusia, selain memiliki unsur hiburan, juga dapat memberikan dorongan prestasi sekaligus penyadaran terhadap dinamika kehidupan pendengar. 6) Besaran kasus/magnitude Jumlah korban jiwa atau kerugian yang besar dalam sebuah peristiwa selalu menjadi perhatian masyarakat. Apalagi jika peristiwa tersebut berhubungan dengan masalah ekonomi. Misalnya, tindak korupsi milyaran rupiah, kenaikan harga-harga sembako dan tarif angkutan yang melambung tinggi. d. Waktu siaran terbagi dalam 4 bagian, yakni : pagi, siang, petang dan malam. Waktu siaran yang 4 bagian ini penting sekali untuk dijadikan pemikiran oleh penata acara siaran, karena pendengar pada waktu-waktu tersebut, berlainan dalam kebiasaannya dalam kehidupannya sehari-hari. Karena itu bahan siaran harus disesuaikan dengan kebiasaan pendengar, baik bahan dalam bentuk berita, ceramah, pendidikan atau penerangan, penyajian hiburan dan sebagainya (Onong, 1990). Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan peranan radio dalam pembangunan pedesaan, salah satunya adalah waktu siaran. Pemilihan waktu siaran hendaknya sesuai dengan waktu luang
(Jahi, 1988).
Dapat disimpulkan bahwa bahan siaran program siaran pedesaan RRI harus disesuaikan dengan kegiatan petani dan waktu siaran hendaknya sesuai dengan waktu luang petani.
e. Fungsi dan tujuan pemberitaan Sesuai dengan falsafah penerangan di Indonesia, RRI menentukan fungsi dan tujuan pemberitaan sebagai berikut : 1) Fungsi. Fungsi dari pemberitaan, antara lain: untuk menerangkan (to enlighten) secara faktual dan jujur objektif, mendidik dan mengajak serta memberi uluran tangan, membimbing dan sekaligus mengarahkan 2) Tujuan Tujuan dari pemberitaan, yaitu; a) memberikan gambaran yang lebih lengkap, lebih mendalam, lebih langsung dan dari tangan pertama (premiur) terhadap peristiwa-peristiwa yang bernilai berita (news worthly), b) membimbing masyarakat ke arah terbentuknya pendapat umum yang sehat, kritis dan membangun, c) menjadikan masyarakat well informed sehingga dapat mengikuti segala kebijaksanaan politik pemerintah (Onong, 1990). f. Kejelasan (clarity) Naskah radio harus jernih atau jelas dalam kata-kata dan ide-ide. Pergunakanlah: 1) Kalimat yang singkat dan sederhana 2) Kata-kata yang umum 3) Susunan ide yang memacu 4) Pengeluaran fakta atau ide-ide yang penting 5) Contoh-contoh dan ilustrasi-ilustrasi 6) Bahan-bahan yang betul-betul dikuasai 7) Fakta atau ide yang jumlahnya tidak terlalu banyak 8) Janganlah menggunakan kata-kata yang muluk-muluk dan kata-kata yang seolah-olah tiruan dari orang lain (Onong, 1990). Dapat disimpulkan bahwa kejelasan dari program siaran pedesaan RRI yaitu naskah radio yang jernih atau jelas dengan menggunakan kalimat yang singkat dan sederhana serta mengandung ide-ide baru. g. Sifat radio siaran
1) Auditori Sifat radio siaran adalah auditori, untuk didengar, karena hanya untuk didengar, maka isi siaran yang sampai di telinga pendengar hanya sepintas lalu saja. 2) Mengandung gangguan Gangguan yang berupa kerotokan atau timbul tenggelam (fading) yang disebabkan oleh alam mungkin sekali akan menjadi gangguan bagi pendengar dalam menangkap isi siaran. Gangguan teknis dapat berupa “interferensi”, yakni dua atau lebih gelombang yang berdempetan, sehingga membuat isi siaran sukar dimengerti. Selain itu juga gangguan “bersuit” yang disebabkan pesawat radio tetangga (biasanya pesawat radio sederhana atau murah) sering menjadi gangguan yang menjengkelkan (Onong, 1990). h. Kualitas suara dan bahasa Secara teknis, kualitas rekaman harus baik, sehingga ketika disisipkan dalam berita, kualitas suara pembaca narasi berita dan kualitas rekaman tidak jauh berbeda. Gelombang (channel) adalah jalur sinyal yang terdapat di mixer, yang dapat dikontrol dengan menggunakan tombol. Mixer memiliki jalur sinyal hingga 64 buah. Bahasa atau kata yang diungkapkan secara komunikasi auditif melalui media radio memiliki unsur dinamis, disesuaikan dengan segmen pendengar yang ditujukan. Diistilahkan dengan pola bahasa tutur atau bahasa informal. Bahasa tutur adalah bahasa oral yang dalam prakteknya bersifat singkat, lokal (mengutamakan gaya bahasa lokal), padat, sederhana, lugas dan menarik. Karena bersifat singkat, maka yang ditulis adalah substansinya saja, bukan rincian masalah (Masduki, 2001). i. Kelayakan isi berita Penilaian layak atau tidaknya suatu peristiwa menjadi berita dilakukan pada saat perencanaan. Liputan berdasarkan data awal yang tersedia kadang kala keputusan diambil pada saat reporter sudah berada di lapangan, setelah mereka mengamati peristiwa yang sedang berlangsung. Proses ini disebut dengan news adjustment.
Menurut Soekartawi (1988), ditinjau dari aspek segmentasi (sasaran pendengar), kelayakan berita harus mengacu pada faktor geografis, sosiografis dan psikografis seperti berikut ini: 1) Geografis Kedekatan lokasi radio dengan pendengar, pembagian wilayah pendengar menurut kota, desa dan kawasan transisi (untuk kaum penglaju (commuter) atau mereka yang memiliki mobilitas tinggi), akan menentukan jenis dan gaya penyampaian berita. Reporter harus jelas membedakan karakter perilaku antara pendengar pedesaan dan perkotaan. 2) Sosiografis Berdasarkan status sosialnya, masyarakat bisa dibedakan menurut kelas ekonomi, pendidikan, kelompok mayoritas yang berkuasa di suatu wilayah, dan mereka yang menjadi rakyat biasa. Kebutuhan dan kelayakan informasi pada masing-masing kelompok atau kelas sosial tersebut jelas berbeda. 3) Psikografis Budaya dengar dan baca akan berpengaruh terhadap rutinitas mendengar jenis informasi tertentu. Masyarakat tradisional, kurang menyukai hal baru. Sebaliknya, masyarakat modern sangat menyukai tantangan. Agak sulit mengukur frekuensi sampel dalam mendengarkan siaran pedesaan. Oleh karena itu, frekuensi ini di ukur selama setahun terakhir. Dengan demikian diasumsikan bahwa makin banyak frekuensi mendengarkan radio, makin “tinggi” pengetahuan untuk bertani. j. Manfaat siaran pedesaan RRI Siaran pedesaan pengoperasiannya dilakukan dengan teknik penyuluhan, yaitu meningkatkan pengetahuan di luar sekolah di kalangan masyarakat desa dan masyarakat tani dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan mengubah pola usaha masyarakat desa dengan tujuan hidup layak. Dengan demikian, penyuluhan itu harus dapat memberikan bantuan kepada masyarakat pedesaan, sehingga mereka dapat menolong dirinya sendiri. Tujuan
penyuluhan kepada masyarakat pedesaan dan masyarakat tani dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat desa/tani, misalnya tentang pengetahuan kultur teknis modern, nilai gizi makanan, cara berorganisasi dan sebagainya. 2) Meningkatkan ketrampilan, misalnya dalam kegiatan panca usahatani, peternakan, perikanan dan sebagainya. 3) Memotivasi mengubah
masyarakat nasibnya,
desa/tani
untuk
hasrat untuk
menimbulkan
membangun
keinginan
daerahnya,
ingin
berpartisipasi dalam pelaksanaan dan lain-lain. 4) Mengubah sikap masyarakat desa/tani yang masih apatis, yang menolak modernisasi atau yang merintangi usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan pemerintah (Onong, 1990). Dapat disimpulkan bahwa manfaat program siaran pedesaan RRI yaitu meningkatkan
pengetahuan
dan
ketrampilan
petani
serta
mengubah
masyarakat menjadi lebih maju. 6. Evaluasi dan karakteristik petani yang berhubungan dengan evaluasi a. Definisi evaluasi Evaluasi dapat disebut juga dengan penilaian adalah suatu proses feedback,
dimana
hasil
yang
telah
diperoleh
diperbandingkan dengan rencana dan keadaan semula
selama
pelaksanaan
(Wiriaatmadja,
1973). Penilaian (appraisal) adalah sinonim untuk evaluasi yang menunjukkan bukan hanya pengukuran tentang keberadaan atau taraf hidup manusia tetapi juga termasuk pandangan atau pendapat mengenai sikap, sifat dan kekuatan yang diinginkan untuk utilitas
(Sukardi dan Sumiati, 1990).
Kata “evaluasi”, dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai padanan istilah dari “penilaian”, yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai sesuatu objek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati Mardikanto (1993).
(Hornby dan Parnwell, 1972) dalam
Istilah “evaluasi” merujuk kepada dua pengertian, yakni pengukuran dan interpretasi yang keduanya sangat diperlukan untuk melakukan penilaian atau pengambilan keputusan. Pengukuran berarti kita berhadapan pada kegiatan untuk membandingkan sesuatu keadaan dengan keadaan yang lain yang menjadi ukurannya; sedangkan interpretasi mengarahkan hati dan pikiran kita untuk mengartikan data atau fakta yang dihasilkan dari pengukuran tersebut (Matthew, 1973) dalam Mardikanto (1993). Evaluation is partly a matter of getting more information about the new practice. Evaluation is also partly a matter of making a mental trial of the innovation. Without actually commiting land, labor, or money to the innovation yet, the farmer tries it out “in imagination”. Or he may observe carefully what happens when other farmer tries the innovation (evaluasi adalah usaha mendapatkan banyak informasi tentang hal-hal baru. Evaluasi bisa juga diartikan sebagai uji coba inovasi. Para petani hanya bisa ‘berimajinasi’ bila mereka tidak punya lahan, tenaga atau uang untuk berinovasi. Mereka hanya bisa melihat rekan sesama petani yang tengah berinovasi) (Mosher, 1978). Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan sesistematis dan seobjektif mungkin. Data ini digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti dalam perencanaan program, pengambilan keputusan dan pelaksanaan program untuk mencapai kebijaksanaan penyuluhan yang lebih efektif
(Van den Ban dan Hawkins, 1999)
Evaluasi program, adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft atau usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu dilaksanakan. Kegiatan evaluasi seperti ini, selain bertujuan untuk mengkaji kembali keterandalan program untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan pedoman atau patokan-patokan yang diberikan. Juga dimaksudkan agar semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut merasa ikut bertanggungjawab terhadap keberhasilan program yang
mereka rumuskan itu, jika program tersebut kelak akan dilaksanakan (Mardikanto, 1993). Dapat disimpulkan bahwa secara umum evaluasi dapat disebut juga dengan penilaian adalah pengukuran dengan membandingkan suatu kegiatan atau keadaan untuk memperbaiki kegiatan atau keadaan sekarang dan yang akan datang seperti dalam perencanaan program, pengambilan keputusan dan pelaksanaan program. 1) Evaluasi hasil Evaluasi hasil, yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif (Mardikanto, 1993). Evaluation of results. Where an adequate analysis has been made of a situation before an extension program it is possible to asses the effects of the program, using the earlier studies as a base line against which changes resulting from the program might be inferred (evaluasi hasil. Bila analisa
situasi
telah
dilakukan
secara
tepat
sebelum
program
pengembangan, maka efek program dapat dinilai sesuai studi awal yang menyebutkan kalau perubahan sebagai hasil program bisa saja tercipta) (Hawkins et all, 1982). 2) Evaluasi metode Evaluation of methods. Differences between audiences, between the skill of extension sources and between the objectives of extension programs make mehods evaluation difficult. For example, the statement that “more people become aware of a new practice from adio than from newspapers” would have to be treated cautiously. The effects would depend on the extension objective, the district studied, the extension sources on radio, and the availability of newspapers in the district (evaluasi metode. Perbedaan antar pemirsa, antar kemampuan dan tujuan program pengembangan makin mempersulit evaluasi metode. Sebagai contoh, pernyataan bahwa “ lebih banyak orang yang memahami media
audio ketimbang surat kabar” perlu diperhatikan. Efeknya tergantung tujuan, area yang diteliti dan ketersediaan surat kabar area tersebut) (Hawkins et all, 1982). 3) Evaluasi sarana prasarana We are objective and unbiased in our evaluation and our customers learn our methodology and techniques so they will be well versed for the next equipment purchase. If uncertainty arises in assessing equipment capabilities ITM can provide Benchmark testing (kita perlu melakukan evaluasi objektif dan terperinci. Konsumen harus bisa mempelajari metodologi dan teknik kita sehingga di kemudian hari mereka lebih berhati-hati saat membeli barang-barang. Bila ada keraguan dalam meprakirakan kapabilitas ITM, sebaiknya lakukan testing Benchmark) (Http://www. itm consulting. org, 2008). b. Petani Petani sebagai orang yang menjalankan usahatani mempunyai peran yang jamak (multiple roles) yaitu sebagai manajer, sebagai juru tani dan sebagai kepala keluarga (Mosher, 1981). Petani adalah orang yang mengusahakan atau terlibat secara langsung atau tidak langsung, atau sewaktu-waktu dalam kegiatan usahatani dan kesibukan lain yang berhubungan dengan kehidupan dan penghidupan keluarga pedesaan (Mardikanto, 1992). Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian dalam artian yang luas meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan) dan pemungutan hasil laut (Surahman et all, 1999). Farmers vary enormously as persons. Farmers are not all like, any more than those of us now in this room are. They have different aptitudes. Some are physically stronger than others. Some plan for the future; some live more in present. Some are sociable, outgoing, friendly; others are, more quiet, shy, inward-looking (petani adalah manusia. Semua petani tidaklah sama, mereka semua ada di sini. Penampilan mereka berbeda. Secara fisik, mereka lebih
kuat dari kita. Beberapa dari mereka punya rencana masa depan, ada juga yang hanya memikirkan kehidupan saat ini. Beberapa di antaranya bisa bersosialisasi dengan pihak lain dan bersahabat; sedangkan lainnya lebih pemalu, lebih tenang dan tertutup) (Mosher, 1978). Dapat disimpulkan bahwa petani adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usahatani (pertanian, peternakan, perikanan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memiliki peran jamak, yaitu sebagai manajer, sebagai juru tani dan sebagai kepala keluarga. c. Karakteristik petani yang berhubungan dengan evaluasi Menurut Tichenor (1970) dalam Jahi (1988) populasi dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung untuk memperoleh informasi yang lebih cepat daripada segmen populasi yang sosial ekonominya lebih rendah. Kelompok-kelompok yang berstatus sosial ekonomi tinggi memiliki akses yang lebih baik pada sumber informasi. Menurut Rogers (1983) dalam Jahi (1988) beberapa karakteristik dimiliki bersama oleh orang-orang yang mengadopsi suatu inovasi pada tahap lebih awal dalam proses difusi, mereka cenderung lebih berpendidikan, mengelola unit pertanian yang lebih luas (seperti usahatani yang lebih luas). Sedangkan
menurut
Dixon
(1982)
dalam
Mardikanto
(1996)
menambahkan sifat individu yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi adalah kosmopolitnes, yaitu tingkat hubungannya dengan dunia luar di luar sistem sosialnya. Kosmopolitnes dicirikan oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan serta pemanfaatan media massa. Menurut Nurudin (2003), pesan yang diterima komunikan tidak langsung mengenai individu tetapi disaring, difikirkan dan dipertimbangkan apakah mau menerima pesan media massa atau tidak. Ada dua faktor utama, yaitu: 1) Faktor individu Faktor individu yang ikut berpengaruh dalam proses penerimaan pesan lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran psikologi antara lain
selective attention, motivasi dan pengetahuan, kepercayaan, pendapat, nilai dan kebutuhan, pembujukan, kepribadian dan penyesuaian diri. 2) Faktor sosial Faktor sosial yang ikut mempengaruhi proses penerimaan pesan antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, agama dan tempat tinggal. Dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi sehingga petani dapat melakukan evaluasi dipengaruhi oleh karakteristik petani antara lain; status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan kekosmopolitan. d. Sumber informasi Sumber informasi juga sangat berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi. Sumber informasi dapat berasal dari media massa, tetangga, teman, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau dari informan yang lain (Soekartawi, 1988). Menurut Susanto (1982), seleksi atau pilihan sumber informasi tentang pembangunan, ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : 1) Pendidikan formal 2) Status ekonomi 3) Umur (dengan kaitannya tidak terlepas dari pendidikan formal yang telah dinikmati) 4) Jenis kelamin (dipengaruhi pula oleh pendidikan formal dan nilai sosial budaya setempat) 5) Jenis pekerjaan akan menentukan media mana yang dipergunakan sebagai sumber informasi pertama. Besar kecilnya informasi yang diterima oleh petani dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain faktor waktu, luas lahan pertanian yang dimiliki, tujuan mengusahakan tanaman dan “faktor pendorong” yang meliputi; partisipasi dalam siaran pedesaan, partisipasi dalam kegiatan penyuluhan,
tingkat pendidikan petani, baik pendidikan formal maupun non formal dan umur petani
(Soekartawi, 1988).
Dapat disimpulkan bahwa pilihan terhadap sumber informasi dan besar kecilnya informasi yang diterima oleh petani dapat dipengaruhi oleh luas lahan, partisipasi dalam siaran pedesaan, partisipasi dalam
kegiatan
penyuluhan, status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan petani (formal dan non formal). 7. Forum Dengan semakin bertambahnya jumlah sukarelawan yang menganut konsep pembangunan sebagai gerakan rakyat untuk mendukung upaya perbaikan kesejahteraan manusia secara adil, berkelanjutan dan inklusif, diperlukan adanya sebuah forum sebagai tempat bertukar pengalaman dan pengertian yang interpretif agar bisa mempertahankan kesadaran akan perspektif dan arahnya (pembangunan) (David, 1993). Dapat disimpulkan bahwa forum radio adalah majelis tempat bertukar informasi, pengalaman dan pengetahuan antara penyiar, nara sumber dan pendengar agar diperoleh kesamaan tujuan melalui media radio. B. Kerangka Berpikir Evaluasi adalah suatu proses untuk mengetahui atau memahami dan memberikan penilaian terhadap sesuatu keadaan tertentu. Evaluasi dapat dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan program, khususnya program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta. Letak RRI Surakarta, memungkinkan petani di wilayah ini untuk dapat mendengarkan berbagai program terutama program siaran pedesaan RRI. Sehingga karakteristik petani mempengaruhi mereka dalam mengevaluasi program siaran pedesaan RRI. Karakteristik petani tersebut meliputi: pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, luas usahatani dan kekosmopolitan. Sedangkan proses evaluasi yang akan dilakukan terhadap program siaran pedesaan RRI, antara lain: (1) evaluasi metode, yaitu terhadap waktu siaran, materi siaran dan cara penyampaian pesan atau berita. (2) Evaluasi sarana prasarana, yaitu evaluasi terhadap pemancar (saluran)
radio. Dan (3) Evaluasi hasil, terhadap pengetahuan dan manfaat dari program siaran pedesaan RRI. Semakin tinggi pendidikan formal petani, biasanya akan lebih cepat dalam berbartisipasi untuk ikut didalam kegiatan yang diadakan, sehingga petani lebih cepat berpartisipasi dalam program siaran pedesaan RRI. Pendidikan non formal petani akan membuat petani lebih banyak menerima informasi secara langsung, yang dapat mendukung ketrampilan mereka dan memudahkan mereka untuk memahami isi materi dari siaran pedesaan RRI. Status sosial ekonomi yang lebih tinggi, atau dapat dikatakan, petani dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi cenderung untuk memperoleh informasi yang lebih cepat daripada petani yang status sosial ekonominya lebih rendah atau pendapatannya lebih rendah. Sehingga petani dengan pendapatan lebih tinggi cenderung lebih cepat dalam mengakses informasi dari siaran pedesaan RRI. Petani dengan luas penguasaan lahan yang sempit, lemah dalam permodalan, lemah dalam pengetahuan dan ketrampilan dan juga kerap kali lemah didalam semangat dan keinginannya untuk maju. Dalam hal ini, petani yang mempunyai luas lahan sempit akan sulit menerapkan setiap teknologi baru yang dianjurkan oleh penyuluh dalam memperbaiki usahataninya (Mardikanto, 1991). Tingkat kekosmopolitan yang tinggi menyebabkan petani lebih cepat untuk berburu informasi-informasi yang baru. Hal ini dapat mempengaruhi evaluasi mereka terhadap program siaran pedesaan RRI, karena semakin kosmopolit, petani cenderung lebih banyak menerima informasi-informasi baru di bidang pertanian dari penyuluh atau media massa lain seperti koran dan televisi, tidak hanya melalui radio. Perbedaan karakteristik petani menunjukkan bagaimana evaluasi mereka terhadap program siaran pedesaan RRI. Sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana siaran pedesaan RRI memberikan manfaat sebagai sumber informasi pertanian bagi para petani di Kota Surakarta. Secara sistematis kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut: Siaran Pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI)
Karakteristik petani sebagai pendengar radio :
Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan RRI :
1. 2. 3. 4.
1.
Pendidikan formal Pendidikan non formal Pendapatan Luas usahatani
Evaluasi metode: a. Waktu siaran b. Materi siaran c. Cara penyampaian
Sangat baik
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Evaluasi Petani Terhadap Program Siaran Pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) Sebagai Sumber Informasi Pertanian di Kota Surakarta.
C. Hipotesis Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik petani dengan evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di Kota Surakarta. D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional a. Pendidikan formal merupakan jenjang pendidikan di bangku sekolah yang pernah ditempuh atau diikuti oleh responden dan diukur dengan kriteria: tidak sekolah, tamat SD hingga SLTP dan tamat SMU atau SMK. b. Pendidikan non formal merupakan pengetahuan atau pendidikan yang ditempuh oleh responden diluar bangku sekolah secara formal. Terdiri dari frekuensi responden dalam mengikuti kegiatan pertemuan atau penyuluhan pertanian dalam satu musim tanam terakhir dan frekuensi responden dalam mengikuti kegiatan kursus-kursus atau pelatihan pertanian dalam 1 musim tanam terakhir. Diukur menggunakan skala ordinal. c. Pendapatan adalah pendapatan dari kegiatan usahatani dan non usahatani dinyatakan dengan kemampuan mencukupi kebutuhan keluarga per bulan, diukur menggunakan skala ordinal.
d. Luas usahatani adalah luas lahan sawah yang diusahakan petani untuk kegiatan usahatani dinyatakan dalam satuan patok (2800 m2) dan diukur menggunakan skala ordinal. e. Kekosmopolitan yaitu frekuensi responden pergi ke desa lain atau ke luar Kabupaten dalam rangka mencari kebutuhan yang berhubungan dengan usahataninya dalam satu bulan dan penggunaan media massa seperti radio, televisi dan majalah atau koran untuk mencari informasi pertanian dalam satu minggu, yang diukur menggunakan skala ordinal. f. Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan RRI adalah suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai program siaran pedesaan RRI diukur menggunakan skala ordinal, meliputi: 1) Evaluasi metode, yaitu evaluasi terhadap cara-cara yang digunakan untuk melaksanakan program siaran pedesaan RRI, meliputi: waktu siaran, materi siaran dan cara penyampaian pesan atau berita. Waktu siaran diukur dari sesuai atau tidaknya dengan waktu luang petani dan kondisi petani. Materi siaran diukur dari keaktualannya, yaitu materi siaran merupakan informasi terkini. Cara penyampaian pesan atau
beritanya
menggunakan kalimat-kalimat dan rangkaian kalimat yang sederhana serta memberikan informasi yang jelas sehingga mudah dipahami. 2) Evaluasi sarana prasarana, yaitu evaluasi terhadap alat atau sarana yang digunakan dalam pelaksanaan program siaran pedesaan RRI, meliputi pemancar (saluran) radio. Saluran haruslah terbebas dari gangguan, terutama gangguan teknis. 3) Evaluasi hasil, yaitu evaluasi yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan dari program telah dapat dicapai, meliputi: seberapa jauh pengetahuan dan manfaat telah diperoleh petani dari program siaran pedesaan RRI. Manfaat siaran pedesaan, yaitu kegunaan siaran pedesaan sebagai sumber informasi pertanian. Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan RRI diukur dengan kriteria sebagai berikut: a) Sangat baik, jika responden setuju dengan pernyataan yang diajukan.
b) Cukup baik, jika responden kurang setuju dengan pernyataan yang diajukan. c) Kurang baik, jika responden tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan.