Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
EVALUASI PERANAN LEASING SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN MODAL PADA PT JOKOTOLE TRANSPORT SURABAYA Nurhamida Simatupang
[email protected]
Sapari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT In this research there are two types of sources of capital goods financing which can be used by the company to gain their fixed assets that is through leasing and bank credit. The problem in this research is which alternative is more profitable between leasing and bank credit. The type of research which is used by the researcher to solve the problem is descriptive research which is carried out by using case study and qualitative approach. The data collection technique has been carried out by performing observation, documentation, interview, and by conducting financing comparative analysis between leasing and bank credit. The result of the research shows that leasing with option rights (financial lease) is the financing alternative which is more profitable than bank credit alternative, since the tax savings which has been gained by the company through leasing alternative is bigger than bank credit alternative, and from the service aspect, through leasing, the company is easier to gain fixed asset without undergoing complicated procedure. In the end, this research can give the result as the original purpose of this research. Therefore, the result of this research can be used as the reference for the company in making decision. Keywords: Capital Savings, Leasing with Option Rights, Bank Credit. ABSTRAK Dalam penelitian ini terdapat dua jenis sumber pembiayaan barang modal yang dapat digunakan perusahaan untuk memperoleh aktiva tetap perusahaan yaitu melalui sewa guna usaha (leasing) dan kredit bank. Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah alternatif mana yang lebih menguntungkan antara leasing dan kredit bank. Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memecahkan permasalahan ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan studi kasus.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, dokumentasi, wawancara dan melakukan analisa perbandingan pembiayaan antara leasing dan kredit bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leasing dengan hak opsi (financial lease) merupakan alternatif pembiayaan yang lebih menguntungkan dari pada alternatif kredit bank , karena penghematan pajak yang diperoleh perusahaan melalui alternatif leasing lebih besar dibandingkan alternatif kredit bank, dan dari segi pelayanan, melalui leasing perusahaan lebih mudah memperoleh aktiva tetap tanpa melalui prosedur yang rumit. Pada akhirnya penelitian ini bisa memberikan hasil seperti tujuan awal dilakukannya penelitian ini , sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan. Kata kunci: Penghematan modal, leasing dengan hak opsi, kredit bank
PENDAHULUAN Pada prinsipnya setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam menjalankan kegiatan operasional usahanya. Oleh karena itu banyak perusahaan-perusahan yang di tuntun agar dapat memperoleh sumber pembiayaan terhadap barang modal yang dapat diperoleh melalui pasar modal. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan seringkali mengalami banyak hambatan-hambatan yang dipengaruhi oleh kondisi dalam negeri yang tidak kondusif, seperti tingkat inflasi yang tinggi dan perubahan kurs yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
2
tidak menentu. Oleh sebab itulah diperlukan alternatif pembiayaan modal yang dapat menyesuaikan antara kebutuhan akan aktiva tetap perusahaan dengan keadaan keuangan perusahaan. Penambahan aktiva tetap dalam hal ini sangatlah berpengaruh dalam meningkatkan dan mengefektivitaskan kegiatan operasional jangka panjang perusahaan. Khususnya pada PT. Jokotole Transport yang merupakan salah satu perusahaan jasa angkutan yang sewaktuwaktu membutuhkan alat transportasi seperti Armada Truck yang akan digunakan sebagai alat transportasi dalam kegiatan operasionalnya, seperti pengiriman barang antar Kota dan antar Provinsi. Oleh karena itu dapat disebut bahwa penambahan aktiva tetap dalam konteks ini sangatlah berperan dalam meningkatkan mobilitas serta efektivitas operasional perusahaan. Namun, dalam rangka penambahan aktiva tetap ini, perusahaan terkadang mengalami kesulitan untuk memperoleh dana/modal yang cukup besar untuk membeli barang tersebut, sehingga perusahaan harus mencari alternatif sumber pembiayaan yang paling menguntungkan dan lebih fleksibel yaitu sumber pembiayaan modal yang dapat menyesuaikan antara pengeluaran pembiayaan dengan keadaan atau kondisi keuangan perusahaan. Salah satunya dengan menggunakan Sewa Guna Usaha (Leasing). Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa angkutan. Untuk meningkatkan efektivitas dan tingkat pendapatan operasional usahanya, maka PT. Jokotole Transport menambah aktiva tetapnya berupa kendaraan Armada Truck melalui sumber pembiayaan sewa guna usaha (Leasing). Namun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peranan sewa guna usaha (leasing) sebagai salah satu alternatif pembiayaan barang modal pada PT. Jokotole Transport Surabaya dan apakah dengan menggunakan sumber pembiayaan melalui sewa guna usaha (Leasing) merupakan keputusan yang tetap dan menguntungkan bagi perusahaan dibandingkan dengan alternatif pembiayaan lain yaitu kredit bank? Sesuai dengan Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan sewa guna usaha (leasing) dalam rangka menambah aktiva tetap perusahaan dan Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan sumber pembiayaan melalui sewa guna usaha (leasing) lebih menguntungkan dan merupakan keputusan yang tepat bagi perusahaan dalam memilih sumber pembiayaan barang modal dibandingkan sumber pembiayaan melalui kredit bank. TINJAUAN TEORETIS Pengertian Aktiva Tetap Menurut Kusnadi et al. (1998:342) dalam bukunya mengatakan bahwa aktiva tetap adalah semua benda yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki nilai guna ekonomis serta mempunyai umur (masa) manfaat lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun) dan diakui serta diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum. Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing) Usaha Leasing diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan Dan Mentri Perindustrian No. Kep. 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/74 dan Nomor 30/Kpb/1/74 Tanggal 7 Februari 1974 tentang perjanjian usaha leasing yang isinya menyebutkan bahwa kegiatan perusahaan pembiayaan barang modal yang digunakan oleh perusahaan penyewa dalam suatu waktu tertentu berdasarkan pembayaran berkala disertai hak opsi yakni hak untuk membeli barang modal tersebut atau memperpanjang sewa. Singkatnya, leasing dalam pasal 1 SKB Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Menteri
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
3
perindustrian hanya menyatakan satu jenis sewa guna usaha yaitu sewa guna usaha pembiayaan (finance lease). Pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa guna usaha (Anwari, 1987:10) terdiri dari: (1) Lessor yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari beberapa perusahaan. Disebut juga investor, equity holder, owner participants atau truster owner, (2) Lessee yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor dengan membayar biaya sewa dan mempunyai hak opsi untuk membeli barang tersebut, (3) Kreditur yaitu pihak yang terkait dalam perjanjian leasing yang pada umumnya terdiri dari Bank, perusahaan asuransi, trust dan yayasan, (4) Supplier yaitu perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Jenis-Jenis Sewa Guna Usaha (Leasing) Secara umum sewa guna usaha terbagi menjadi empat jenis antara lain: (1) Finance Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan) artinya dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan, atas nama perusahaan sewa guna usaha sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi obyek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha, penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value) jika ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha. Ciri-ciri dari finance lease ini antara lain:Jangka waktu berlakunya leasing relatif panjang, besarnya harga sewa dan hak opsi harus menutupi harga barang dan keuntungan yang diharapkan oleh lessor, diberikan hak opsi untuk lessee untuk membeli barang modal di akhir masa sewa, harga sewa yang dibayar secara berkala oleh lessee dapat dengan jumlah yang tetap, maupun dengan cara berubah-ubah sesuai dengan suku bunga pinjaman, biasanya lessee yang menanggung biaya pemeliharaan kerusakan, pajak dan asuransi, kontrak leasing tidak dapat dibatalkan sepihak. (2) Operating Lease (Sewa-Menyewa Biasa) yaitu dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya disewagunausahakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan karena perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan, atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya. Dalam sewa guna usaha jenis ini dibutuhkan keahlian khusus dari perusahaan sewa guna usaha untuk memelihara dan memasarkan kembali barang modal yang disewagunausahakan, berbeda dengan finance lease, perusahaan sewa guna usaha dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biaya-biaya pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan barang modal yang bersangkutan. Operating Lease memiliki ciri-ciri sebagai antara lain : jangka waktu berlakunya leasing relatif lebih singkat dari umur ekonomis barang yang di lease, besarnya harga sewa lebih kecil dibandingkan harga barang ditambah keuntungan yang diharapkan oleh lessor, tidak ada hak opsi bagi lessee untuk membeli barang pada akhir masa leasing, biaya sewa secara berkala dibayar dengan jumlah yang tetap, biasanya lessorlah yang menanggung biaya pemeliharaan, kerusakan, pajak dan asuransi, kontrak leasing dapat dibatalkan sepihak oleh lessee dengan mengembalikan barang yang bersangkutan kepada lessor. (3) Sale-Type Lease
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
4
(Sewa Guna Usaha Penjualan) dimana sewa guna usaha jenis ini merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha secara langsung (direct finance lease) dimana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa guna usaha. Sewa guna usaha jenis ini seringkali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan tertentu. (4) Leveraged Lease dimana transaksi sewa guna usaha jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak, yakni penyewa guna usaha (lessee), prusahaan sewa guna usaha (lessor) dan kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi sewa guna usaha (leasing). Perlakuan Akuntansi Leasing oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee) Perlakuan akuntansi pada Capital Lease antara lain : (1) Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar oleh lessee pada akhir masa sewa. Selama masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa guna usaha. (2) Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha adalah tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan sewa guna usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal masa sewa guna usaha. (3) Aktiva yang disewagunausahakan harus diamortisasi dalam jumlah yang wajar berdasarkan taksiran masa manfaatnya. (4) Jika aktiva yang disewagunausahakan dibeli sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan. (5) Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha. (6) Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sale and lease back) maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan biaya amortisasi aktiva yang disewagunausaha apabila lease back merupakan capital lease atau secara proporsional dengan biaya sewa apabila lease merupakan operating lease. Perlakuan akuntansi pada Sewa Menyewa Biasa (Operating lease) yaitu pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode. Manfaat Sewa Guna Usaha (Leasing) Pembiayaan melalui leasing memberikan beberapa keuntungan antara lain: (1) Menghemat modal/pembiayaan, untuk memulai usaha, lessee tidak perlu menyediakan dana dalam jumlah besar untuk memperoleh barang-barang modal, dana yang tersedia dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih urgent; (2) Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan, adanya sumber pembiayaan selain dari Bank akan memberikan keleluasaan dan alternatif untuk membiayai usahanya tanpa khawatir adanya kebijaksanaan pengetatan ekspansi kredit perbankan yang akan membahayakan kelanjutan usahanya; (3) Persyaratan yang kurang ketat dan lebih fleksibel, dipandang dari sisi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena dapat dengan lebih mudah menyesuaikan dengan keadaan keuangan lessee; (4) Biaya lebih murah, penggunaan suatu barang atau peralatan melalui metode leasing jauh lebih
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
5
murah dibandingkan dengan kredit bank berdasarkan perhitungan nilai sekarang (present value); (5) Di luar neraca (off-balance sheet), tidak adanya ketentuan yang mengharuskan untuk mencantumkan transaksi leasing dalam neraca perushaan, memberi daya tarik tersendiri bagi lessee yang berarti prosedur pembelian kativa tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena masih dalam batas kewenangan direksi; (6) Menguntungkan arus kas, keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti bagi pendapatan lessee; (7) Proteksi inflasi, leasing dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi dimana dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan khususnya apabila leasing berdasarkan suku bunga tetap maka lessee membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan dimasa lalu; (8) Perlindungan akibat kemajuan teknologi, dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model atau system yang disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi; (9) Sumber pelunasan kewajiban, pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing karena pelunasan atau pembayaran sewa hampir selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya aktiva yang disewa; (10) Kapitalisasi biaya, adanya biayabiaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, intalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan, dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya masa leasing; (11) Risiko keusangan, dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan. Sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi; (12) Kemudahan penyusunan anggaran, adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee; (13) Pembiayaan proyek skala besar, adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek yang sering kali menjadi masalah diantara pemberi dana biasanya. Prosedur Mekanisme Sewa Guna Usaha (Leasing) Prosedur mekanisme leasing menurut Anwari (1986:49) secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Lessee bebas memilih dan menentukan barang yang dibutuhkan, mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier barang yang dimaksud; (b) Setelah lessee mengisi formulir permohonan lease, mengirimkan kepada lessor disertai dokumen pelengkap; (c) Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lease (lama kontrak pembayaran lease), maka kontrak lease dapat ditandatangani; (d) Pada saat yang sama, lessee dapat menandatangi kontrak asuransi untuk peralatan yang di-lease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum pada kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi terjalin perjanjian kontrak utama; (e) Kontrak pembelian barang akan ditandatangani lessor dengan supplier barang tersebut; (f) Supplier dapat mengirim barang yang di lease ke lokasi lessee. Untuk mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani perjanjian pelayanan purna jual; (g) Lessee menandatangani tanda terima barang dan menyerahkan kepada supplier; (h) Supplier surat tanda terima (yang diterima dari lessee), bukti pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada lessor. (i) Lessor membayar harga barang yang di lease kepada supplier; (j) Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah ditentukan dalam kontrak lease.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
6
Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah dibaca oleh penulis diantaranya : Penelitian yang dilakukan oleh Nanik Trihastuti, SH. Tahun 1998, dengan judul “Tinjauan Yuridis Mengenai Leasing Sebagai Alternatif Lembaga Pembiayaan Penyediaan Barang Modal”. Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peranan leasing sebagai alternatif lembaga pembiayaan penyediaan barang modal?”. Dan hasil yang ditemukan dalam penelitian ini sangat signifikan dengan kebutuhan modal perusahaan-perusahaan kecil dan menengah di indonesia saat ini, salah satu manfaat leasing bagi dunia usaha adalah financial leasing di Indonesia yang dapat memberikan jalan keluar kepada para pengusaha yang ingin mendirikan suatu perusahaan (pabrik) baru dengan mesin-mesin dan alat-alat yang modern, tanpa perlu memiliki dana yang cukup untuk membeli mesin-mesin dan peralatan tersebut. Iwan Setiawan tahun 2001, melakukan penelitian dengan judul “Analisis Alternatif Pembiayaan Dalam Penambahan Aktiva Tetap Pada Perusahaan Otobis Gembira Ria”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Alternatif manakah yang paling menguntungkan dalam pengadaan aktiva tetap antara kredit bank dan leasing?”. Maka untuk mengujinya peneliti menggunakan perhitungan present value of cash out flow alternatif leasing memberikan present value sebesar Rp.250.080.469,20. secara kuantitatif lebih menguntungkan karena ada penghematan dari pada alternatif kredit bank yang memberikan present value sebesar Rp.254.338.290,42. dari segi kualitatif alternatif leasing memiliki keunggulan dalam segi efisiensi dalam administrasi, segi jaminan dan keusangan aktiva. Sementara hutang bank meskipun lebih unggul dalam hal kepemilikan aktiva akan tetapi memiliki resiko keusangan aktiva yang lebih besar. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan studi kasus. Dimana penulis akan menganalisa antara pembiayaan melalui alternatif leasing dan kredit bank dalam rangka memperoleh aktiva tetap perusahaan, kemudian melakukan perbandingan antara kedua alternatif tersebut, sehingga dapat disimpulkan alternatif manakah yang lebih menguntungkan dan memiliki peranan lebih unggul baik dari segi pembiayaan ataupun dari segi penghematan pajak (tax saving) perusahaan. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dengan beberapa pihak yang terkait dengan aktivitas pembelian aktiva perusahaan, dengan mempersiapkan beberapa pertanyaan yang merupakan ketentuan-ketentuan dari masingmasing alternatif seperti biaya perolehan, jangka waktu pembayaran, tingkat suku bunga, metode penyusutan, dan besarnya nilai sisa yang diterima oleh lessee serta data pendukung lainnya. Setelah hasil wawancara dari beberapa pembiayaan aktiva diperoleh, kemudian penulis menentukan data mana yang akan diolah. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : (1) Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
7
langsung kelapangan, dengan tujuan untuk memperoleh imformasi mengenai apa saja yang terjadi dalam perusahaan tersebut khususnya tentang penerapan dan pemanfaatan Leasing bagi perusahaan serta hal-hal lain yang berkaitan dengan topik dalam penelitian ini; (2) Wawancara yaitu tenik pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan Staf perusahaan yang terkait dengan leasing, wawancara ini dapat dilakukan baik secara lansung maupun tidak langsung atau melalui media perantara. Alasan dilakukannya wawancara ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlakuan leasing dalam perusahaan tersebut guna memperoleh Aktiva tetap khususnya Armada Truck, serta imformasi terkait lainnya yang berhubungan dengan leasing; (3) Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan mengumpulkan dokumen-dokumen, surat-surat, dokumen resmi dan sumberlainnya, yang dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian data yang telah diperoleh; (4) Studi Pustaka yaitu teknik yang dilakukan dengan membaca buku-buku, dan artikel – artikel lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Dari studi pustaka ini diharapkan dapat diperoleh kerangka acuan dan landasan teori yang digunakan sebagai dasar dalam pembahasan masalah dalam penelitian ini. Satuan Kajian Satuan kajian (unit of analisys) dalam penelitian ini adalah peranan Leasing serta penerapannya sebagai sumber pembiayaan barang modal guna memperoleh atau menambah Aktiva tetap (armada truck) pada PT. JOKOTOLE TRANSPORT SURABAYA. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dengan cara kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan sebenarnya yang terjadi pada obyek penelitian dengan membandingkan kenyataan dengan teori-teori yang ada. Setelah memperoleh gambaran yang cukup, kemudian penulis melakukan analisa dari data yang diperoleh dari perusahaan, analisa ini digunakan untuk menilai apakah pembiayaan melalui leasing dapat menguntungkan perusahaan dengan peranan – peranan yang terkandung didalamnya. Langkah – langkah yang dilakukan dalam menganalisa data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data – data yang diperlukan 2. Mengolah data yang dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan 3. Menganalisis data yang telah diolah Setelah data yang akan dibahas telah diperoleh, tahap berikutnya yang akan dilakukan oleh penulis adalah menganalisa data tersebut guna memperoleh kesimpulan yang akurat dan jelas berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh penulis yaitu : a) Menghitung Present Value Interest Factor Annuity (PVIFA) kemudian menentukan lease fee (angsuran pembayaran) perbulan Rumus : PVIFA,i,n = 1- (1 + i)-n i a = PV PVIFA, i,n Keterangan : i = bunga tiap periode n = jumlah periode pembayaran angsuran a = jumlah pembayaran angsuran b) Menghitung arus kas keluar bersih c) Mengitung NPV (Net Present Value) d) Menghitung Penghematan Pajak masing-masing alternatif
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
8
4. Menarik kesimpulan atas data yang telah di analisis. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Penelitian Rincian pembiayaan aktiva tetap perusahaan: Lessee : PT. Jokotole Transport Jenis Lease : Financial Lease Nilai investasi : Rp.790.000.000 Umur Aktiva : 8 tahun Nilai sisa : Rp.79.000.000 (10 % dari Nilai investasi) Masa Sewa : 3 tahun ( 36 bulan) Metode penyusutan : Garis Lurus (Straight Line Method) Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa PT.Joktotole Transport membutuhkan dana sebesar Rp.790.000.000 untuk investasi pembiayaan aktiva tetap (Truck) yang dibutuhkan perusahaan. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan alternatif leasing memiliki peranan yang lebih unggul atau menguntungkan dari segi pembiayaan perusahaan dibandingkan melalui alternatif lain dalam konteks ini adalah alternatif kredit bank, maka penulis terlebih dahulu akan melakukan analisa perhitungan antara dua alternatif tersebut dengan membandingkan jumlah pembayaran angsuran (lease payment) perbulan, Arus Kas Keluar Bersih, Net Present Value (NPV) dan Penghematan pajak per alternatif. 1.Alternatif Kredit Bank Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam sumber pendanaan melalui kredit Bank sebagai berikut: a. Suku bunga yang berlaku untuk pinjaman ke bank selama 3 tahun pada bank sebesar 12 % pertahun atau 1% perbulan. Dalam hal ini suku bunga tersebut diasumsikan tetap selama masa kredit atau suku bunga fixed rate. Pendekatan suku bunga tetap dipilih dengan dua pertimbangan yaitu untuk mempermudah perhitungan dan menghindari kesulitan dalam menghitung spread sesuai suku bunga yang berlaku di pasar modal. b. Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan perbulan, berarti terdapat 36 kali frekuensi pembayaran selama 3 tahun. c. Pembayaran angsuran pinjaman perbulan dilakukan dengan metode anuitas dimana pembayaran tetap (sama) setiap periode, kecuali pada pembayaran terakhir disesuaikan dengan saldo yang tersisa akibat adanya pembulatan dalam perhitungan. d. Bunga hanya digunakan pada saldo pinjaman, sehingga pembayaran angsuran pinjaman didalamnya meliputi bunga dan pokok pinjaman. e. Biaya yang terkait dengan kredit bank selain bunga, seperti biaya administrasi, provisi, dan lain-lain dibayar di depan dengan cara memotong jumlah kredit, sehingga kredit sebesar Rp.790.000.000,- sudah final dan sudah termasuk biaya dalam proses peminjaman bank. f. Penghematan pajak diperoleh dari jumlah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu biaya bunga dan biaya penyusutan, kemudian dikalikan dengan tarif pajak lapisan tertinggi yaitu 25%. Dalam hal ini diasumsikan peraturan perpajakan tidak berubah atau tetap.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
9
Untuk menghitung pembayaran angsuran perbulan, maka dapat dilakukan perhitungan Present Value Interest Factor Annuity (PVIFA) sebagai berikut: PVIFA,i,n
= 1- (1 + i)-n i PVIFA,1 % ; 36 = 1 – ( 1 + 1 % )-36 1% = 30,1076 Maka pembayaran angsuran perbulan adalah : a= PV PVIFA, i,n a = 790.000.000 PVIFA, 1 %; 36 a = 790.000.000 30,1076 a = Rp. 26.239.222 Dari perhitungan diatas dapat ditentukan bahwa pembayaran angsuran setiap bulannya adalah sebesar Rp. 26.239.222.besarnya angsuran yang harus dibayar perusahaan selama 36 periode (3 tahun) angsuran dapat dilihat pada tabel 1 skedul pembayaran angsuran kredit bank di bawah ini.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
10
Periode
Tabel 1 Skedul Pembayaran Angsuran Kredit Bank Angsuran Bunga Pokok
Saldo
18.339.222
790.000.000 771.660.778
26.239.222
7.900.000 7.716.608
18.522.614
753.138.164
26.239.222
7.531.382
18.707.840
734.430.323
4
26.239.222
7.344.303
18.894.919
715.535.405
5 6
26.239.222
19.083.868
696.451.537
26.239.222
7.155.354 6.964.515
19.274.707
677.176.830
7
26.239.222
6.771.768
19.467.454
657.709.376
8
26.239.222
6.577.094
19.662.128
638.047.248
9
26.239.222
6.380.472
19.858.750
618.188.499
10
26.239.222
598.131.162
26.239.222
6.181.885 5.981.312
20.057.337
11
20.257.910
577.873.251
12
26.239.222
5.778.733
20.460.489
557.412.762
13
26.239.222
5.574.128
20.665.094
536.747.667
14
26.239.222
5.367.477
20.871.745
515.875.922
15
26.239.222
5.158.759
21.080.463
494.795.459
16
26.239.222
4.947.955
21.291.267
473.504.192
17
26.239.222
4.735.042
21.504.180
452.000.012
18
26.239.222
4.520.000
21.719.222
430.280.790
19
26.239.222
4.302.808
21.936.414
408.344.376
20
26.239.222
4.083.444
22.155.778
386.188.598
21
26.239.222
3.861.886
22.377.336
363.811.261
22
26.239.222
3.638.113
22.601.109
341.210.152
23
26.239.222
3.412.102
22.827.120
318.383.032
24
26.239.222
3.183.830
23.055.392
295.327.640
25
26.239.222
2.953.276
23.285.946
272.041.694
26
26.239.222
2.720.417
23.518.805
248.522.889
27
26.239.222
2.485.229
23.753.993
224.768.896
28
26.239.222
2.247.689
23.991.533
200.777.363
29
26.239.222
2.007.774
24.231.448
176.545.915
30
26.239.222
1.765.459
24.473.763
152.072.152
31
26.239.222
1.520.722
24.718.500
127.353.651
32
26.239.222
1.273.537
24.965.685
102.387.966
33
26.239.222
1.023.880
25.215.342
77.172.624
34
26.239.222
771.726
25.467.496
51.705.128
35
26.239.222
517.726
25.722.171
25.982.957
36
26.239.222
259.830
25.982.957
0
1
26.239.222
2 3
Sumber: Internal Perusahaan, Telah diolah Kembali
Sedangkan untuk biaya penyusutan pertahun dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini, dimana umur ekonomis aktiva tetap adalah 8 (delapan) tahun, karena metode penyusutan yang di pakai adalah metode garis lurus,maka tarif penyusutan pertahun adalah sebesar 12,5 %.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
11 Tabel 2 Penyusutan Fiskal Aktiva Tetap (Truck) Tarif Penyusutan
Tahun
Nilai Sisa Buku
Harga Perolehan
790.000.000
1
12,5 %
98.750.000
691.250.000
2
12,5 %
98.750.000
592.500.000
3
12,5 %
98.750.000
493.750.000
4
12,5 %
98.750.000
395.000.000
5
12,5 %
98.750.000
296.250.000
6
12,5 %
98.750.000
197.500.000
7
12,5 %
98.750.000
98.750.000
8
12,5 %
98.750.000
0
Sumber: Internal Perusahaan, Telah diolah Kembali
Untuk mengevaluasi apakah leasing merupakan alternatif yang lebih menguntungkan bagi pembiayaan perusahaan, maka perlu melakukan perhitungan dengan cara membandingkan atau menganalisa investasi antara dua alternatif yang di gunakan oleh perusahaan yaitu leasing dan kredit bank. Salah satunya adalah dengan menghitung penghematan pajak yang terjadi dari biaya bunga dan penyusutan. Besarnya biaya bunga setiap tahun pada alternatif kredit bank dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini: Tabel 3 Biaya Bunga Alternatif Kredit Bank Tahun
Jumlah
1
82.283.426
2
52.785.542
3
19.546.589
Total
154.615.557
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Setelah diketahui besarnya biaya bunga pertahun seperti terlihat pada tabel 3 diatas, maka besarnya efisiensi penghematan pajak atas biaya bunga dan penyusutan alternatif bank dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini: Tahun
Tabel 4 Penghematan Pajak atas Biaya Bunga dan Penyusutan Alternatif Kredit Bank Biaya bunga Penyusutan Jumlah Penghematan Pajak (Jumlah x 25%)
1
82.283.426
98.750.000
181.033.426
45.258.375
2
52.785.542
98.750.000
151.535.542
37.883.886
3
19.546.589
98.750.000
118.296.589
29.574.147
Total
154615557
296250000
450.865.557
112.716.389
Sumber: Internal Perusahaan, Telah diolah Kembali
Setelah menghitung besarnya penghematan pajak pertahun, maka dapat dihitung besarnya kas keluar bersih pertahun, untuk lebih jelasnya akan disajikan pada tabel 5
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
12
Tahun
Tabel 5 Arus Kas setelah Pajak Alternatif Kredit Bank Angsuran Kredit Pengematan Pajak
Arus Kas bersih
1
314.870.664
45.258.357
269.612.307
2
314.870.664
37.883.886
276.986.778
3
314.870.664
29.574.147
285.296.517
Total
831.895.602
Sumber: Internal Perusahaan, Telah diolah Kembali
Untuk menentukan nilai arus kas sekarang setelah penghematan pajak, perlu diketahui tingkat diskonto, karena dalam menghitung penghematan pajak menggunakan tarif pajak tertinggi yaitu 25% sehingga tingkat dikonto dapat ditentukan dengan cara : tarif bunga kredit bank x (1 - tarif pajak tertinggi yaitu 25% ) = 9 % diperoleh dari (12% x (1-25%). Tingkat diskonto merupakan biaya modal setelah pajak yang digunakan untuk mendiskonto arus kas setelah pajak baik untuk alternatif kredit di bank dan leasing. Tahun 1
Tabel 6 Present Value Alternatif Kredit Bank Setelah Pajak Arus Kas Bersih Discount Faktor PV Factor Present Value (Arus Kas x PV 1/(1+DF) t Faktor) 269.612.307 0,09 0,92 248.043.322
2
276.986.778
0,09
0,84
232.668.894
3
285.296.602
0,09
0,77
219.678.384
Total
700.390.600
Sumber: Internal Perusahaan, Telah diolah Kembali
Tabel 6 menunjukkan bahwa arus kas bersih yang harus dikeluarkan Perusahaan pada periode angsuran kredit bank tahun pertama adalah sebesar 26.9612.307 dengan Present Value (PV) Senilai 248.043.322, tahun kedua arus kas bersih sebesar 276.986.778 dengan Present Value (PV) senilai 232.668.894 dan pada tahun ke tiga besarnya arus kas bersih yang harus dikeluarkan perusahaan adalah 285.296.602 dengan Present Value (PV) senilai 219.678.384. maka total keseluruhan Present Value dari pengeluaran kas bersih atas alternatif kredit bank adalah sebesar 700.390.600. 2. Alternatif Leasing (Sewa Guna Usaha) Leasing adalah kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak opsi bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Dalam kasus ini leasing yang digunakan perusahaan adalah Financial Lease dengan hak opsi, dimana pada akhir masa sewa lessee memiliki hak untuk membeli aktiva yang di leasing sebesar nilai sisanya. Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam alternatif leasing : a. Nilai aktiva yang di-leasing sebesar sebesar Rp.790.000.000 b. Suku bunga leasing yang disepakati 14% pertahun c. Lama kontrak leasing 3 tahun dengan pembayaran angsurang perbulan, maka terdapat 36 kali frekuensi pembayaran selama 3 tahun. d. Nilai sisa yang ditetapkan 10% dari harga perolehan yaitu sebesar Rp.79.000.000.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
13
e. Security Deposit ditentukan sebesar nilai sisa aktiva dan dapat dipakai untuk menggunakan hak opsi. f. Jumlah Pembayaran Sewa ditentukan setiap periode dengan cara anuitas (kecuali pembayaran terakhir disesuaikan sisa saldo dan bunga pinjaman) dan bunga leasing dikenakan dari sisa leasing. g. Penghematan pajak diperoleh dari biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu pembayaran sewa, kemudian dikalikan dengan tarif pajak lapisan tertinggi 25% (tarif flat, PPh Badan yang berlaku tahun 2010). Dalam hal ini diasumsikan peraturan perpajakan tidak berubah atau tetap. h. Besarnya Pinjaman Rp.790.000.000 – Rp.79.000.000 = Rp.711.000.000 Untuk menghitung pembayaran angsuran (lease payment) perbulan, maka dapat dilakukan perhitungan Present Value Interest Factor Annuity (PVIFA) sebagai berikut: PVIFA,i,n = 1- (1 + i)-n i PVIFA1,1666 % ; 36 = 1 – ( 1 + 1,1666 % )-36 1,1666 % = 29,2645 Maka pembayaran angsuran perbulan adalah : a = PV PVIFA, i,n a = 711.000.000 PVIFA 1,1666 %; 36 a = 711.000.000 29,2645 a = Rp. 24.295.648 Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukkan besarnya pembayaran sewa perbulan adalah Rp.24.925.648, maka skedul pembayarannya disajikan pada tabel 7 dibawah ini.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
14 Tabel 7 Skedul Pembayaran Angsuran Leasing Bunga Pokok
Periode
Angsuran
Saldo
1
24.295.648
8.294.526
16.001.122
711.000.000 694.998.878
2
24.295.648
8.107.857
16.187.791
678.811.087
3
24.295.648
7.919.010
16.376.638
662.434.449
4
24.295.648
7.727.960
16.567.688
645.866.761
5 6
24.295.648
7.534.682
16.760.966
629.105.795
24.295.648
7.339.148
16.956.500
612.149.295
7
24.295.648
7.141.334
17.154.314
594.994.981
8
24.295.648
6.941.211
17.354.437
577.640.544
9
24.295.648
6.738.755
17.556.893
560.083.651
10
24.295.648
6.533.936
17.761.712
542.321.939
11
24.295.648
6.326.728
17.968.920
524.353.018
12
24.295.648
6.117.102
18.178.546
506.174.473
13
24.295.648
5.905.031
18.390.617
487.783.856
14
24.295.648
5.690.486
18.605.162
469.178.695
15
24.295.648
5.473.439
18.822.209
450.356.485
16
24.295.648
5.253.859
19.041.789
431.314.696
17
24.295.648
5.031.717
19.263.931
412.050.765
18
24.295.648
4.806.984
19.488.664
392.562.102
19
24.295.648
4.579.629
19.716.019
372.846.083
20
24.295.648
4.349.622
19.946.026
342.900.057
21
24.295.648
4.116.932
20.178.716
332.721.342
22
24.295.648
3.881.527
20.414.121
312.307.221
23
24.295.648
3.643.376
20.652.272
291.654.949
24
24.295.648
3.402.447
20.893.201
270.761.747
25
24.295.648
3.158.707
21.136.941
249.624.806
26
24.295.648
228.241.281
24.295.648
21.632.985
206.608.296
28
24.295.648
2.912.123 2.662.633 .663 2.410.292
21.383.525
27
21.885.356
184.722.940
29
24.295.648
2.154.978
22.140.670
162.582.270
30
24.295.648
1.896.685
22.398.963
140.183.307
31
24.295.648
1.635.378
22.660.270
117.523.037
32
24.295.648
1.371.024
22.924.624
94.598.413
33
24.295.648
1.103.585
23.192.063
71.406.350
34
24.295.648
883.026
23.462.622
47.943.728
35
24.295.648
559.312
23.736.336
24.207.392
36
24.295.648
282.403
24.207.392
0
Sumber: Internal Perusahaan, Telah diolah Kembali
Setelah diketahui besarnya angsuran pembayaran leasing selama 3 tahun (36 kali periode pembayaran) seperti yang sudah terrinci pada tabel diatas, maka dapat dihitung besarnya arus kas keluar pertahun. Untuk menghitung besarnya arus kas keluar (cash out flow) dalam alternatif leasing maka peneliti terlebih dahulu menentukan besarnya penghematan pajak pertahun. Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991, pembayaran sewa guna usaha, kecuali pembebanan tanah, merupakan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
15
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sepanjang transaksi leasing. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar penghematan pajak yang dapat diperoleh pada setiap pembayaran sewa guna aktiva tersebut, dengan perhitungan sebagai berikut : Tahun
Tabel 8 Arus Kas setelah Pajak Alternatif Leasing Pembayaran Sewa Penghematan Pajak
Arus Kas bersih
1
291.547.776
72.886.944
218.660.832
2
291.547.776
72.886.944
218.660.832
3
291.547.776
72.886.944
218.660.832
Total
655.982.496
Sumber: Internal Perusahaan, Telah diolah Kembali
Pada tabel 8 menunjukkan bahwa besarnya arus kas bersih yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pertahun adalah sama yaitu Rp.141.613.342, sama halnya dengan penghematan pajak yang diperoleh perusahaan pertahun adalah sama yaitu sebesar Rp.72.886.944. setelah diketahui dengan jelas arus kas yang keluar bersih setelah pajak, maka selanjutnya dilakukan perhitungan PV (Present Value). Dimana tingkat diskontonya adalah 10,5 % diperoleh dari 14%(1-25%). Tahun 1
Tabel 9 Present Value Alternatif Leasing setelah Pajak Arus Kas Bersih Discount Faktor PV Factor Present Value (Arus Kas x PV 1/(1+DF) t Faktor) 218.660.832 0,105 0,905 197.888.053
2
218.660.832
0,105
0,819
179.083.221
3
218.660.832
0,105
0,741
162.027.677
Total
538.998.951
Sumber: Internal Perusahaan, Telah diolah Kembali
Berdasarkan perhitungan pada tabel 9 menunjukkan bahwa besarnya Present Value dari arus kas bersih atas alternatif leasing adalah Rp.538.998.951. 2. Perbandingan Alternatif Kredit Bank dan Leasing Setelah dilakukan beberapa perhitungan pembiayaan perusahaan atas alternatif kredit bank dan leasing, maka perlu dibuat perbandingan antara kedua alternatif tersebut untuk mengevaluasi atau menilai mana yang lebih menguntungkan antara alternatifalternatif tersebut baik dari segi pembayaran angsuran (lease payment) pertahun, arus kas keluar bersih pertahun, present value atas arus kas keluar, dan perbandingan penghematan pajak dari masing-masing alternatif.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
16
Tahun
Tabel 10 Perbandingan Pembayaran Angsuran Alternatif Pembiayaan Leasing Kredit Bank
Selisih
1
314.870.664
291.547.776
23.322.888
2
314.870.664
291.547.776
23.322.888
3
314.870.664
291.547.776
23.322.888
Total
944.611.992
874.643.328
69.968.664
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari tabel 10 diatas ditunjukkan bahwa besarnya pembiayaan melalui leasing lebih rendah dibandingkan dengan kredit bank dengan selisih Rp.69.968.664. Tabel 11 Perbandingan Arus Kas Bersih Alternatif Pembiayaan Alternatif Kredit Bank Alternatif Leasing
Tahun
Selisih
1
269.612.307
218.660.832
50.951.475
2
276.986.778
218.660.832
58.325.946
3
285.296.517
218.660.832
66.635.685
Total
831.895.602
655.982.496
175.913.106
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Pada tabel 11 dapat dilihat perbandingan arus kas pada kedua alternatif tersebut, dengan menggunakan alternatif leasing dengan hak opsi dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi cash flow PT. Jokotole Transport Surabaya, dimana leasing hanya mengeluarkan cash flow sebesar Rp. 655.982.496 sedangkan melalui kredit bank perusahaan harus mengeluarkan cash flow sebesar Rp. 831.895.602. dengan demikian dapat diketahui bahwa leasing dengan hak opsi dapat memberikan keuntungan cash out flow sebesar Rp. 175.913.106. Tahun
Tabel 12 Perbandingan Present Value Arus Kas Bersih Leasing Kredit Bank
Selisih
1
248.043.322
197.888.053
50.155.269
2
232.668.894
179.083.221
53.585.673
3
219.678.384
162.027.677
57.650.707
Total
700.390.600
538.998.951
161.391.649
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan perhitungan tabel 12 diatas dapat diketahui present value arus kas keluar setelah pajak antara alternatif leasing dan kredit bank, yang memiliki nilai present value lebih besar adalah kredit bank sebesar Rp. 700.390.600 sedangkan leasing Rp. 538.998.951. terdapat selisih Rp. 161.391.649.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
17
Tahun
Tabel 13 Perbandingan Penghematan Pajak Leasing Kredit Bank
Selisih
1
45.258.375
72.886.944
-27.628.569
2
37.883.886
72.886.944
-35.003.058
3
29.574.147
72.886.944
-43.312.797
Total
112.716.389
218.660.832
-105.944.443
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Selain mampu menghasilkan keuntungan terkait masalah cash out flow dari penggunaan alternatif leasing, perusahaan juga akan memperoleh keuntungan dari segi penghematan pajaknya. Dari tabel 13 yang disajikan diatas terlihat bahwa dengan menggunakan alternatif berbasis leasing dengan hak opsi akan mendatangkan penghematan pajak bagi PT. Jokotole Transport bila dibandingkan dengan alternatif kredit bank. Dimana leasing dengan hak opsi memberikan penghematan pajak sebesar Rp. 218.660.832 sedangkan dengan kredit bank memperoleh penghematan pajak sebesar Rp. 112.716.389.dengan jelas dapat dilihat perbandingan yang lebih mengefesiensikan penghematan pajak sebesar Rp. 105.944.443 diperoleh dari pembiayaan leasing. Hal ini menunjukkan bahwa leasing lebih menguntungkan dari pada kredit bank jika dilihat dari segi penghematan pajak perusahaan. Tabel 14 Rekapitulasi Perbandingan Alternatif Pembiayaan Antara Kredit Bank dan Leasing Leasing Objek Perbandingan Kredit Bank Selisih Jumlah Pembayaran Angsuran
944.611.992
874.643.328
69.968.664
Arus Kas Keluar Besih
831.895.602
655.982.496
175.913.106
Net Present Value
700.390.600
538.998.951
161.391.649
Penghematan Pajak
112.716.389
218.660.832
-105.944.443
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dalam pengadaan aktiva tetap perusahaan, banyak hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam memilih sumber pembiayaan, bukan hanya dari segi pembiayaannya, tetapi keuntungan-keuntungan lain juga perlu diketahui oleh perusahaan jika menggunakan alternatif tersebut. Dibawah ini terdapat keuntungan – keuntungan dari alternatif pembiayaan melalui leasing di luar dari segi pembiayaannya antara lain: (1) Kontrak leasing dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan sehingga besarnya pembayaran atau periode sewa guna usaha dapat diatur sesuai kondisi keuangan perusahaan; (2) Prosedur perolehan aktiva tetap melalui leasing lebih cepat karena pembiayaan leasing tidak mensyaratkan adanya agunan atau persyaratan yang rumit; (3) Resiko keusangan/penurunan aktiva akibat perubahan teknologi dapat terhindarkan karena perusahaan lessor masih berstatus sebagai pemilik aktiva sebelum berakhirnya masa kontrak leasing; (4)Posisi laporan keuangan khususnya neraca menjadi lebih baik, karena perjanjian leasing tidak dicantumkan dalam neraca sehingga tidak berpengaruh terhadap unsur hutang yang dimiliki perusahaan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Ditinjau dari segi pembiayaan aktiva tetap perusahaan melalui alternatif leasing dan kredit bank,dapat disimpulkan bahwa pembiayaan melalui leasing lebih menguntungkan. berdasarkan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
18
perhitungan Present Value Cash Out Flow, alternatif kredit bank memberikan present value sebesar Rp.700.390.600 sedangkan melalui leasing hanya memberikan present value sebesar Rp.538.998.951. dimana terdapat selisih present value sebesar Rp.161.391.649 yang menjadi sumber penghematan bagi perusahaan yang diperoleh dari alternatif kredit bank; (2)
Besarnya penghematan pajak melalui leasing dengan tarif flat 25 % adalah sebesar Rp.218.660.832 sedangkan penghematan pajak melalui kredit bank dengan tarif flat 25 % adalah sebesar Rp.112.716.389. dimana leasing dapat memberikan penghematan pajak bagi perusahaan sebesar Rp.105.944.443; (3) Pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran perusahaan. Prosedur perolehan aktiva tetap melalui leasing lebih cepat karena pembiayaan melalui leasing tidak mensyaratkan adanya agunan atau persyaratan yang rumit. Dari segi kualitatif alternatif leasing memiliki keunggulan pada segi efisiensi dalam administrasi, segi jaminan, keusangan aktiva dan kemudahan pelayanan.Sementara hutang bank, meskipun unggul dalam segi kepemilikan namun tidak terhindarkan dari resiko keusangan. Saran Keterbatasan dana yang dimiliki perusahaan untuk menambah aktiva tetap perusahaan merupakan salah satu dorongan bagi perusahaan untuk mencari alternatif sumber pembiayaan dalam rangka menambah aktiva tetap perusahaan, sehingga perusahaan dapat meningkatkan efektivitas kegiatan operasional usahanya, salah satunya dengan menggunakan sewa guna usaha (lesaing). Berdasarkan hasil analisa yang telah diteliti, sebaiknya perusahaan menggunakan alternatif leasing dalam membiayai aktiva tetapnya, karena penggunaan alternatif leasing dalam hal ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan kredit bank. DAFTAR PUSTAKA Anwari, A. 1986. Leasing di Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta. Gitman, L. J. 2003. Principle of Managerial Finance. (tenth edition). Pearson. Boston. Giri, E. F. 1997. Akuntansi Keuangan Menengah. Jilid 2. Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1215/KMK.001/1988 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha Pembiayaan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha. Kieso, D. E., J. J. Weygandt, dan T. D. Warfield. 2002 . Akuntansi Intermediate. tenth edition. Erlangga. Jakarta. Martani, D., S.Veronica, R. Wardhani, A. Farahmita, dan E. Tunajaya. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku 1.Salemba Empat.Jakarta. Smith, J. M., K. F. Skousen. dan N. Widjajanto. 1989. Akuntansi Intermediate Volume Komprehensif. Jilid 2. Erlangga. Jakarta. Sunjaya, R. S. dan I. Berlian. 2002. Manajemen Keuangan. Prenhallindo. Jakarta. Suandy, E. 2006. Perencanaan Pajak. Salemba Empat. Jakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014)
19
Widjaja, A. dan D. Arif. 1994 . Akuntansi Leasing (Sewa Guna Usaha). Rineke Cipta. Jakarta.
●●●