Evaluasi Penerapan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Banjarmasin Drs. H. Mubin, M.Ag Drs. H. Hilmi Mizani, M.Ag H. Muhniansyah. S.Pd, M.Pd Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari A change in curriculum has commonly done in order to align education with the development of society. However, the changes that have been made in the SBC curriculum into the 2013 curriculum tend to be careless and and not well prepared. Therefore, it is necessary to study the implementation of the 2013 curriculum, especially in the subjects of PAI in the primary schools in Banjarmasin. The formulation of the problem in this study is: how the practice of the 2013 curriculum in the subjects of Islamic education (PAI) in the primary schools throughout Banjarmasin has been run. The study employs the method of field research (field reseach) with joining quantitative and qualitative approach. While,the subjects in the study are the parties involved in the implementation of the 2013 curriculum in the primary schools, including the Head of Education Office and staff, the Ministry of Religious Affairs Office Head in Banjarmasin and staff, the Supervisory of PAI subjects in the primary schools, the principalsand the Islamic education (PAI) Teachersof ten primary schools that have implemented the 2013 curriculum. The result of the study has shown that the practice of the 2013 curriculum in the Islamic education subjects has been run appropriately. However, the results that have been achieved are not yet maximal and the curriculum practice still encounters some obstacles. Keywords : The 2013 Curriculum, Implementation , Evaluation Walaupun perubahan kurikulum merupakan hal yang lumrah demi menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat, tapi perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 dianggap tergesakgesak dan tidak disiapkan dengan matang. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap implementasi kurikulum 2013 khususnya pada Mata Pelajaran PAI di SDN se Kota Banjarmasin. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : bagaimana penerapan kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada SDN di Kota Banjarmasin. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field reseach) dengan pendekatan campuran (kaulitatif dan kuantitatif).Sedangkan subjek dalam penelitian adalah pihakpihak yang terlibat dalam penerapan kurikulum 2013 di SDN se Kota Banjarmasin, meliputi Kepala Kantor Dinas Pendidikan dan jajarannya, Kepala Kantor Kemenag Kota Banjarmasin dan jajarannya, Pengawas PAI SDN, Kepala SDN dan Guru Agama SDN di 10 SDN yang sudah menerapkan kurikulum 2013.Adapun alat pengumpulan data yang diperlukan adalah: angket, observasi, wawancara, serta dokomenter.Hasil penelitian adalah Penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI telah diterapkan dengan baik di seluruh SDN yang menjadi sekolah percontohan yaitu di 10 SDN Negeri se Kota Banjarmasin. Walaupun ada beberapa aspek yang penerapannya masih kurang baik, serta masih terdapat beberapa problema dalam penerapan kurikulum 2013 untuk mata pelajaran PAI Kata Kunci : Kurikulum 2013, Implementasi, Evaluasi
A. Pendahuluan Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
kebudayaan. Bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, dida-lamnya terjadi dan berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan bahwa pendidikan telah ada sepanjang 305
peradaban ummat manusia. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya1. Melalui pendidikan, orang dewasa mentransper kebudayaan dan nilai-nilai yang dimilikinya kepada generasi muda. Untuk itu maka pendidikan dilakukan secara sengaja dan ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu sesuai keinginan masyarakatnya. Karena itulah diperlukan lembaga yang bertugas menyelenggarakan pendidikan sesuai harapan yang diinginkan. Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari pemikiran efisiensi dan efektifitas di dalam pemberian pendidikan kepada warga masyarakat. Lembaga pendidikan formal atau persekolahan, kelahiran dan pertumbuhan dari dan untuk masyarakat bersangkutan. Artinya sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban memberikan pendidikan. Perangkat ini dikelola secara formal, mengikuti haluan yang pasti dan diberlakukan di masyarakat bersangkutan2. Disamping itu terdapat beberapa karekteristik lainnya yang membedakan lembaga pendidikan sekolah dengan lembaga pendidikan lainnya. Wens Tanlain dalam Hasbullah ,mengemukakan karekteristik sekolah sebagai berikut: a. Pendidikan diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan khirarkis b. Usia anak didik di suatu jenjang pendidikan relatif homogen c. Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan. d. Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum
e. Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan manusia yang akan datang.3 Terselenggaranya proses pendidikan dengan karekteristik seperti di atas memerlukan berbagai komponen pokok, seperti guru, murid, sarana pendidikan, kurikulum, dan biaya. Diantara komponen di atas, maka komponen kurikulum menduduki peran yang amat penting, karena kurikulum disamping berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, juga kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.4 Kurikulum memuat tujuan pendidikan, materi pendidikan, organisasi dan strategi, sarana dan evaluasi.5 Oleh karena masyarakat selalu berkembang, maka masyarakat menuntut agar sekolah mengikuti perubahan dan perkembangan masyarakat. Sekolah harus melakukan perubahan agar dapat memenuhi hajat masyarakat akan pendidikan bagi warganya. Karena itulah perubahan dan perkembangan masyarakat merupakan faktor utama terjadinya perubahan kurikulum. Disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat juga menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan kurikulum6 Di Indonesia sudah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum, misalnya kita mengenal kurikulum tahun 1968, kurikulum 1975/1976, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum KBK tahun 2006 dan yang terakhir kurikulum tahun 2013. Tiap-tiap kurikulum tersebut memiliki ciri-ciri 3
4
5
1
2
M. Noor Syam dkk, Pangantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 1980, h. 2 M. Noor Syam dkk, Pangantar..... h. 146
306
6
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta,PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 46-47 M. Ahmad dkk, Pengembangan kurikulum, (Bandung, Pustaka Setia, 1998) h. 97-98 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Se4bagai Substansi Problem Admininstrasi Pendidikan, ( Jakarta, Bina Aksara, 1982) h.26-38 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan .....h.40
Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
masing-masing, sehingga menuntut penyesuaian bagi guru-guru melaksanakannya agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Menurut Permendiknas; 65 TAHUN 2013 kurikulum 2013 memiliki beberapa ciri yang membedakan kurikulum ini dengan kurikulum lainnya dalam hal prinsif pembelajaran adalah: 1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu; 2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumberbelajar; 3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; 4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; 6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebe-narannya multi dimensi; 7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; 8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); 9. Pembelajaranyang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10. Pembelajaran yang menerapkan nilainilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); 11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; 12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan 14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.7 Bila kita cermati rumusan di atas, maka dalam hal pembelajaran saja sudah terdapat perbedaan yang cukup mendasar dari kurikulum sebelumnya. Belum lagi bila kita tinjau dari tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, sistem penilaian, maupun perangkat pembelajaran. Oleh karena itu wajar bila terdapat keluhan para guru ketika kurikulum ini mulai diterapkan di berbagai tingkat pendidikan mulai SD, SMP, dan SMA/SMK pada tahun 2013. Di samping itu menurut pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Jimmy Paat menilai, penerapan kurikulum 2013 tergesa-gesa. “Yang jadi persoalan, perubahan dari kurikulum lama ke kurikulum 2013 begitu cepat. meskipun pemerintah mengklaim sudah melakukan kajian-kajian. Harusnya kurikulum 2013 ini dilaksanakan di 2015 saja,” para guru bisa dipersiapkan lebih dulu. Persiapan kurikulum 2013 ini begitu sempit, terutama pelatihan guru yang masih minim,” 8 Berdasarkan hasil penjajakan pendahuluan diketahui bahwa mulai tahun ajaran 2013/2014 di Kota Banjarmasin terdapat 10 SDN yang ditunjuk untuk menerapkan kurikulum 2013 yang terdiri 2 SDN di Banjarmasin Utara, 3 SDN di Banjarmasin Timur, 2 SDN di Banjarmasin Barat dan 5 SDN di Banjarmasin Tengah.9 Walaupun kurikulum 2013 baru diterapkan
7
8
9
Kementerian Pendidikan Nasional, Permendiknas; 65 Tahun 2013 http://krjogja.com/read/180491/penerapankurikulum-2013-tergesa-gesa/download tgl 5 Maret 2014 Dokumen Kantor Pendidikan Nasional Kota Banjarmasin tahun 2013.
307
1 tahun tetapi evaluasi terhadap implementasinya perlu dilakukan mengingat alasan seperti tersebut di atas, sehingga apabila terdapat permasalahan yang prinsif segera di cari solusinya. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah: bagaimana penerapan kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada SDN di Kota Banjarmasin. Untuk mengungkap latar alami dari variabel yang diteliti, maka penelitian ini perlu mengungkap bagaimana latar belakang guru PAI yang ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum 2013 mata pelajaran PAI di Kota Banjarmasin ? Apakah guru sudah menerima pendidikan/latihan yang berhubungan dengan kurikulum 2013 mata pelajaran PAI ? Apakah guru-guru memiliki buku-buku yang terkait dengan kurikulum 2013 mata pelajaran PAI di SDN Kota Banjarmasin ? Bagaimana struktur kurikulum mata pelajaran PAI yang dilaksanakan di SDN Kota Banjarmasin, serta bagaimana proses pembelajaran PAI yang dilaksanakan meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil dan proses pembelajaran ? Di samping itu masalah yang perlu diungkap adalah apa saja problem yang didapati di SDN Kota Banjarmasin yang menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI? C. 1.
Metode Penelitian Jenis Metode Penelitian dan Pendekatan yang digunakan Penelitian ini difokuskan untuk menggali bagaimana penerapan kurikulum 2013 mata pelajaran PAI khususnya di Kota Banjarmasin. Dengan demikian penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian lapangan (field reseach)karena penelitian ini dilakukan dalam kancah kehidupan yang
308
sebenarnya 10. Sedangkan pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan campuran (kaulitatif dan kuan-titatif) 11. Pendekatan ini digunakan sesuai dengan data penelitian yang terbagi menjadi dua macam yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Diskriptif karena penelitian ini dimaksudkan untuk melukiskan variabel atau kondisi apa adanya tentang bagaimana penerapan kurikulum 2013 mata pelajaran PAI khususnya di Kota Banjarmasin. Hal ini sesuai dengan pendapat Arief Furchan menyatakan bahwa penelitian dengan metode diskriftif adalah dimaksudkan untuk melukiskan variabel atau kondisi”apa yang ada” dalam satu situasi.12Penelitian ini berlokasi di SDN se Kota Banjarmasin yang menerapkan kurikulum 2013. 2. a.
Subjek dan Objek Penelitian Subjek Subjek dalam penelitian adalah pihakpihak yang terlibat dalam penerapan kurikulum 2013 di SDN se Kota Banjarmasin, meliputi Kepala Kantor Dinas Pendidikan dan jajarannya, Kepala Kantor Kemenag Kota Banjarmasin dan jajarannya, Pengawas PAI SDN, Kepala SDN dan Guru Agama SDN di 13 SDN yang sudah menerapkan kurikulum 2013. b.
Objek Adapun objek penelitian adalah penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI di Kota Banjarmasin. Fokus objek di atas akan dirinci menjadi beberapa sub fokus objek penelitian yaitu:
10
11
12
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, ( Ban-dung, Alumni, 1983) h.27 http://visiwaskita.com/layanan/riset-dan-analisis/ metode-campuran, down load tanggal 6 Januari 2015 Donald Ary, et.al Introduktion to Research in Education, diterjemahkan Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya, Usaha Nasional, tth) 414
Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
1) Identitas dan latar belakang guru PAI yang ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum 2013 mata pelajaran PAI di Kota Banjarmasin. 2) Pendidikan/latihan yang berhubungan dengan kurikulum 2013 mata pelajaran PAI yang pernah diikuti guru PAI . 3) Kepemilikan buku-buku yang terkait dengan kurikulum 2013 mata pelajaran PAI di SDN Kota Banjarmasin. 4) Struktur kurikulum mata pelajaran PAI yang dilaksanakan di SDN Kota Banjarmasin. 5) Proses pembelajaran PAI yang dilaksanakan meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik, penilaian hasil dan proses pembelajaran yang menerapkan penilaian autentik di SDN Kota Banjarmasin. 6) Problem yang didapati di SDN Kota Banjarmasin yang menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI 3. a.
Teknik Pengumpulan Data Observasi partisipan Teknik ini digunakan untuk mengadakan pengamatan keadaan di lapangan secara langsung yang berkaitan dengan penelitian, peneliti juga ikut secara aktif berpartisipasi di tempat yang akan diteliti untuk mengetahui dan mendapatkan data yang jelas. Data yang digali meliputi data tentang; perencanaan pembelajaran berkarakter, pelaksanaan pembelajaran berkarakter, macam-macam karakter yang diterapkan pada mata pelajaran agama Islam. b.
Wawancara Teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang sudah ada dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan kepada responden dan informan dengan maksud memperdalam datadan akurasi data yang telahj digali. Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
c.
Dokumentasi Teknik ini digunakan untuk menggali data yang berbentuk bahan atau naskah tertulis sebagai pelengkap data seperti: 1) Dokumen yang berhubungan Profil SDN yang menerapkan kurikulum 2013 mata pelajaran PAI di Kota Banjarmasin 2) Dokumen Kurikulum, Silabus, dan RPP yang digunakan guru. d.
Angket. Teknik ini digunakan untuk menggali data tentang pengetahuan guru terhadap kurikulum 2013, dan problema yang didapati terhadap penerapan kurikulum 2013. 4.
Pemerikasaan Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data dilakukan sebelum dilakukan langkah penafsiran data, dengan cara triangulasi (cek dan ricek) untuk menguji kebenaran hasil observasi dengan wawancara, reinterview dan melihat konsistensi data dari waktu kewaktu. Kegiatan ini berlangsung selama penelitian, dari pengumpulan data sampai penarikan kesimpulan. 5.
Penafsiran Data/Analisis Data Langkah penafsiran/analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Jadi selama dilakukan pengamatan yang rinci dan wawancara yang mendalam hingga dilakukan cek dan recik, penafsiran terhadap data yang ada terus dilakukan hingga data dianggap jenuh Selanjutnya dilakukan penyusunan hasil analisisdengan metode induktif ke deduktif secara diskriptif analiktik dan menjadi teori substantif. D. Laporan Hasil Penelitian Di Kota Banjarmasin terdapat 10 Sekolah Dasar Negeri yang menjadi pilot penerapan kurikulum 2013 sejak tahun 2013. Adapun ke 10 SDN dimaksud adalah: SDN Sungai Jingah 7, SDNSungai Miai 7, SDN Karang Mekar 1, SDN Kebun Bunga 309
4, SDN Pangambangan 5, SDN Kelayan Barat 2, SDN Belitung Utara 2 , SDN Telaga Biru 1, SDN Antasan Besar 7, SDN Pasar Lama 1 Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI di Kota Banjarmasin, uraian berikut akan di bagi menjadi beberapa sub judul yaitu:
1.
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sebagian besar (90 %) guru PAI yang melaksanakan kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI di SDN se Kota Banjarmasin berlatar belakang pendidikan S.1 Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam. Sedangkan yang berpendidikan D.2 hanya sebagian kecil saja (10 %). Dengan demikian antara mata pelajaran yang diasuh dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki terdapat kesesuaian. Demikian pula pendidikan yang terakhir yang dimiliki guru sudah sebagian besar memenuhi persyaratan undangundang yaitu berpendidikan Sarjana (S.1)13 Di samping latar belakang pendidikan guru, maka kompetensi guru juga dipengaruhi oleh pengalaman menjadi guru. Berdasarkan dokumentasi yang diperoleh maka semua guru PAI yang ditugaskan melaksanakan kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI memiliki
pengalaman yang cukup lama, sebagian besar (70%) sudah berpengalaman lebih dari 20 tahun, dan hanya 30 % orang yang berpengalaman kurang 20 tahun. Data di atas juga menunjukkan bahwa sebagian besar (90 %) guru PAI yang ditugaskan menerapkan kurikulum 2013 berstatus PNS. Sementrara guru PAI yang sudah memiliki sertifikat pendidik berjumlah 9 orang (90 %). Hanya ada 1 orang (10 %) guru yang masih berstatus tenaga honorer, tetapi yang bersangkutan sudah memiliki sertifikat pendidikan. Sebelum sekolah mereka ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum 2013, seharusnya guru yang akan menerapkan kurikulum PAI 2013 hendaknya dibekali dengan pengetahuan yang mamadai tentang kurikulum 2013. Adapun data hasil penelitian tentang keikut sertaan guru PAI SDN di Kota Banjarmasin dalam diklat/ sosialisasi kurikulum 2013 adalah 4 orang ikut diklat, 3 orang yang hanya sosialisasi dan ada 3 orang yang tidak ikut sama sekali.
13
Lihat UU no 14 tahun 2005 pasal 9
310
Latar Belakang Guru PAI Yang Ditunjuk Sebagai PelaksanaKurikulum 2013 Salah satu komponen yang penting dalam penerapan kurikulum di sekolah adalah guru. Karena guru merupakan ujung tombak yang langsung berhadapan dengan murid dan setiap hari. Adapun guru menjadi ditugaskan menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI di SDN se Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:
Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa para guru PAI yang ditunjuk menerapkan kurikulum 2013 sebagian besar telah mendapatkan pengetahuan tentang kurikulum 2013 baik melalui diklat, maupun ikut sebagai peserta sosialisasi kurikulum 2013. Dan masih terdapat sebagai kecil guru yang tidak pernah diikutkan dalam diklat maupun
sosialisasi kurikulum 2013. Walaupun guru PAI sudah ikut dalam diklat/sosialisasi kurikulum 2013, pengetahuan mereka tentang kurikulum 2013 masih kurang. Hal ini terlihat dari hasil angket yang dibagikan, menunjukkan angka perolehan rata-rata 4,46 Untuk memberikan gambaran yang lebih rinci tentang pengetahuan guru PAI terhadap kurikulum 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Berdasarkan tabel diatas, maka rata-rata pengetahuan guru tentang kurikulum 2013 cukup (4,46) dan hanya beberapa aspek saja yang masuk dalam kategori baik. Adapun aspek yang termasuk kategori baik adalah alokasi waktu mata pelajaran PAI tiap-tiap kelas, contoh tema yang ada dalam kurikulum dan pengertian penilaian outentik. Sedangkan pengetahuan guru tentang aspek yang lain sebagian besar dalam kategori kurang bahkan buruk.Banyaknya aspek yang kurang dipahami oleh guru terhadap kurikulum 2013 bisa dipahami karena memang sedikit saja guru telah mengikuti Diklat/bimtek pelaksanaan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki karekteristik yang cukup banyak perbedaanya dengan kurikulum sebelumnya. Perbedaan itu
mulai dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses maupun standar penilaian. Oleh karena itu seharusnya guru yang akan ditugaskan menerapkan kurikulum 2013 harus mendapat pendidikan dan latihan yang mamadai. Sedangkan kompetensi guru dalam penguasaan teknologi informatika maka diperoleh data bahwa 70 % bisa mengoperasikan kumputer, 50 % bisa mengoperasikan LCD dan 60 % yang bisa mengopesikan internet.
Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
2.
Sarana Kelengkapan Kurikulum 2013 Penerapan kurikulum memerlukan buku-buku yang akan menjadi pedoman bagi guru maupun bagi siswa. Buku-buku dimaksud seperti Penjelasan tentang 311
konsep, prinsif, prosedur maupun petunjuk teknis pelaksanaan kurikulum. Hal-hal terkait kurikulum 2013 sudah banyak diatur dalam peraturan menteri seperti Permendiknas nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendiknas nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendiknas nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian, dan Permendiknas nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI. Sedangkan pedoman teknis penerapan kurikulum 2013 tertuang dalam Buku Pedoman Guru. Untuk murid, pemerintah telah menerbitkan buku siswa. Berdasarkan data yang ada di ketahui bahwa sebagian besar guru PAI tidak memiliki buku-buku terkait penjelasan tentang kurikulum 2013, tetapi untuk buku pedoman guru dan silabus mata pelajaran PAI semua guru PAI di Kota Banjarmasin sudah memilikinya. Mereka mendapatkannya dengan mendownload pada website Kementerian Pendidikan Nasional. Sedangkan untuk buku siswa, sebagian besar guru menyatakan bahwa buku siswa untuk mata pelajaran PAI Kurikulum 2013 telah dikirim dari Kantor Diknas Kota Banjarmasin. Kelengkapan lainnya adalah media informatika yang diperlukan untuk menerapkan pendekatan scientifik. Adapun media dimaksud adalah internet, komputer, dan LCD. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar (90%) SDN di Banjarmasin yang menerapkan kurikulum 2013 memiliki internet, komputer dan LCD. Hanya 10 % SDN yang tidak memiliki internet, LCD dan komputer. 3.
Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran cukup penting bagi guru karena perencanaan pembelajaran akan menjadi pedoman bagi guru ketika guru melaksanakan pembelajaran. Menurut kurikulum 2013 312
guru wajib membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebelum guru mengajar di kelas, sedangkan silabus sudah dibuatkan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar guru sudah memiliki silabus dengan mendownload website Kementerian Pendidikan Nasional. Sementara untuk RPP ternyata semua guru PAI di SDN Kota Banjarmasin memiliki RPP sebelum mengajar. Mereka menyusun sendiri RPP dengan memperhatikan pedoman penyusunan RPP. Akan tetapi satu orang guru yang membuat dengan memotocopy RPP yang dimiliki kawan. Walaupun format yang digunakan ada perbedaan, tetapi komponen yang ada dalam RPP relatif sama. Adapun komponen RPP yang dibuat guru PAI SDN se Kota Banjarmasin adalah : a. identitas sekolah, b. identitas mata pelajaran, c. kelas/semester;d. materipokok;e. alokasi waktu, f. tujuan pembelajaran, g. kompetensi dasar danindikatorpencapaiankompetensi;h. materi pembelajaran, i. metode pembelajaran, j. media pembelajaran, k. sumber belajar, l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan, m.pendahuluan, inti, dan penutup; dan n. penilaian hasil pembelajaran. 4.
Proses Pembelajaran PAI di SDN Se Kota Banjarmasin. Dalam struktur kurikulum sebagaimana dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 67 tahun 2013 disebut bahwa alokasi waktu perminggu untuk mata pelajaran PAI di SD adalah 4 jam tiap-tiap jenjang kelas mulai dari kelas I sampai kelas VI. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan data bahwa seluruh SDN di Kota Banjarmasin yang melaksanakan kurikulum 2013 mengalokasikan waktu 4 jam tiap-tiap kelas mulai kelas I sampai kelas VI dengan durasi waktu 35 menit tiap-tiap jam. Akan tetapi ada 1 sekolah yang menyisipkan dari 4 jam itu 1 jam untuk mengajarkan Baca Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
Tulis Al Qur’an. Jadi waktu untuk mata pelajaran PAI hanya 3 jam pelajaran. Semua sekolah membagi jam pelajaran yang 4 jam tersebut dibagi menjadi masing 2 jam.
Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
Adapun pelaksanaan pembelajaran PAI berdasarkan kurikulum 2013 di SDN Kota Banjarmasin dapat digambarkan pada tabel berikut ini:
313
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran dalam rangka menerapkan kurikulum 2013 dilaksanakan sudah baik, dengan rata nilai adalah 80 %. Dari hasil observasi dapat digambarkan sebagian besar guru PAI dalam hal kegiatan pra pembelajaran sudah melakukan kegiatan mempersiapkan siswa untuk belajar dengan cara guru menanyakan kehadiran/kelengkapan siswa hadir di kelas, apa ada yang tidak hadir dan kalau tidak hadir apa alasannya, menyuruh siswa mempersiapkan buku pelajaran dan alat tulis, dan menyuruh siswa menyimpan hal yang tidak terkait dengan pembelajaran seperti mainan, gambar-gambar lain dan sebagainya. Sebagian besar guru sudah melaksanakan appersepsi yaitu menanyakan materi pelajaran sebelumnya dan menghubungkan dengan materi yang 314
akan diajarkan. Demikian pula pada kegiatan penyampaian tujuan pembelajaran, maka guru sebelum memasuki kegiatan inti. Pada tahap kegiatan inti, guru PAI sebagian besar menguasai materi pembelajaran yang disampaikan. Guru dengan lancar menjelaskan konsep, prinsip, pengertian atau contoh materi yang disampaikan dan mudah dipahami siswa. Materi disampaikan secara sistematis mulai dari penjelasan istilah, perincian pokok materi, sampai pada contoh. Sebagian besar guru sudah menerapkan pendekatan scientifik dalam pembelajaran. Ketika guru mulai memasuki kegiatan inti guru menampilkan gambar yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Hanya saja gambar yang ditampilkan berbentuk gambar dari kertas, atau gambar Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
yang ada di buku. Tidak ada guru yang menggunakan komputer dan LCD untuk menyajikan materi dengan program power point. Sebagian besar guru memfasilitasi siswa untuk menanya. Ada guru yang membentuk kelompok kecil yang beranggotakan 5 orang. Dalam kelompok guru mengarahkan agar siswa mengajukan pertanyaan kemudian secara bersama-sama mencari jawaban sendiri pertanyaan. Tetapi ada juga guru PAI yang menginventarisir pertanyaan dari siswa, kemudian memilih beberapa pertanyaan yang menjadi pokok permasalahan yang di bahas dalam diskusi kelompok. Setelah diskusi kelompok selesai, guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk melaporkan sendiri hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan. Akan tetapi ada juga guru PAI yang tidak membentuk kelompok. Siswa di beri kesempatan secara individu untuk menanya, kemudian guru PAI menginventarisir pertanyaan siswa kemudian mengajukan satu persatu pertanyaan yang disampaikan untuk dicari jawaban secara bersama-sama. Walaupun demikian masih terdapat beberapa aspek yang pelaksanaannya masing kurang baik. Adapun aspek-aspek yang masih kurang baik adalah penerapan media dan teknologi informasi serta penerapan penilaian otentik. Dalam aspek penerapan media dan teknologi informatika nilai yang diperoleh 0 % untuk pemakaian komputer dan LCD, dan hanya 10 % guru yang memakai LCD. Sedangkan pada penerapan penilaian otentik aspek yang masih sangat kurang adalah pada penggunaan penilaian proyek yang hanya 40 % dan penilaian fortofolio yang hanya 30 %. 5.
Evaluasi Pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dilakukan untuk menilai keberhasilan proses dan hasil belajar mengajar yang dilakukan.Semua guru PAI telah Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
melaksanakan evaluasi proses pembelajaran. Pelaksanaan penilaian proses pembelajaran bersamaan dengan saat guru mengajar yaitu ketika murid melaksanakan diskusi atau tugas kelompok. Adapun aspek yang dinilai adalah kinerja siswa. Sedangkan alat evaluasi yang digunakan adalah penilaian kinerja dengan lembar pengamatan. Adapun evaluasi akhir pembelajaran, dilakukan oleh sebagian besar guru saja, dan masih terdapat sebagian kecil guru yang tidak melaksanakan evaluasi akhir pembelajaran. Untuk menilai penerapan materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari, sebagian kecil guru menggunakan alat penilaian proyek (40 %) dan fortofolio (30%). 6.
Problema Dalam Penerapan Kurikulum 2013 Berdasarkan hasil angket yang dibagikan maka peroblema dalam penerapan kurikulum 2013 mata pelajaran PAI di SDN Sekota Banjarmasin adalah sebagai berikut: a. Belum memahami secara keseluruhan kurikulum 2013. Penerapan penilaian outentik rumit dan belum dipahami secara keseluruhan. b. Belum pernah mengikuti Diklat kurikulum 2013. c. Cara penilaian belum ada standar yang baku. d. Belum memiliki buku pedoman guru E.
Analisis Hasil Penelitian. Berhasil tidaknya penerapan kurikulum ditentukan berbagai aspek, mulai dari kualitas konsep kurikulum yang dibuat, kelengkapan sarana pendukung, kualitas tenaga pendidik yang menerapkan kurikulum dan lain-lain. Semua aspek tersebut akan bermuara pada proses pembelajaran dan out put terakhir adalah hasil pembelajaran yang diperoleh oleh peserta didik. Berdasarkan uraian terdahulu maka dapatlah dinyatakan bahwa penerapan 315
kurikulum 2013 ada aspek yang sudah diterapkan dengan baik, tetapi ada aspek yang masih memerlukan perbaikan. Walaupun secara kumulatif pelaksanaan pembelajaran sudah mendapatkan kualifikasi yang baik yaitu 80 %, beberapa aspek justru mendapat nilai kurang baik. Adapun aspek yang dinilai kurang baik adalah menyampaikan tujuan di awal proses pembelajaran, menggunakan media teknolologi Informatika sangat kurang (0 %) menggunakan internet masih baru 10 %. Aspek lain yang juga dinilai masih kurang baik adalah penilaian proyek dan penilaian fortofolio. Hal ini sesuai juga dengan hasil angket tentang berbagai problema dalam penerapan kurikulum 2013 dinyatakan oleh guru PAI Kota Banjarmasin penilaian otentik rumit dan sulit dilaksanakan. Kesulitan itu terletak pada penilaian proses pembelajaran. Sebagai mana diketahui bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secarakomprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.14 Kesulitan guru PAI dalam melaksanakan penilaian proses karena memang selama ini aspek penilaian proses hampir selalu diabaikan guru dan untuk menentukan nilai siswa guru hanya berpatokan pada hasil ulangan tertulis. Jadi penilaian proses menjadi beban baru. Apalagi banyak SDN yang jumlah muridnya berkisar antara 30 sampai 40 siswa. Dengan banyaknya siswa maka guru merasa berat mengamati sejumlah murid ketika melaksanakan proses belajar mengajar. Aspek lain yang juga penerapannya masih kurang adalah penggunaan teknologi informatika dalam proses belajar mengajar. Padahal Penggunaan teknologi informatika merupakan ciri khusus kurikulum 2013.15 Sebenarnya bila kita lihat data kepemilikan 14
15
Kementerian Pendidikan, Permendiknas no 66 th 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Kementerian Pendidikan Nasional, Permendiknas; 65 TAHUN 2013, tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
316
media Teknologi Informasi diketahui bahwa dari 10 SDN yang menjadi filot penerapan kurikulum 2013, 90 % guru PAI menyatakan memiki Laptop, LCD, dan fasilitas internet. Kemudian penguasaan penggunaan laptop, LCD dan internet persentasinya menurun yaitu menjadi 70 % untuk Laptop, 50 % untuk LCD dan 40 internet. Dengan demikian letak kelemahan pada penerapan TI dalam pembelajaran adalah pada ketidak mampuan guru dalam menguasai TI. Walaupun sekolah memiliki fasilitas pendukung TI, tetapi karena guru tidak menguasai penggunaannya, maka jelas penerapan TI dalam pembelajaran menjadi terhambat. Padahal untuk menerapkan pembelajaran scientifik sangat ditunjang bila guru mampu menguasai TI. Kelemahan lain dalam penerapan kurikulum 2013 untuk mata pelajaran PAI adalah sebagian besar guru tidak diberikan pelatihan yang cukup untuk menunjang pelaksanaan tugasnya ketika pembelajaran. Dari laporan pada bab sebelumnya diketahui bahwa dari 10 orang guru PAI SDN yang menerapkan kurikulum 2013, hanya 3 orang yang mengikuti Diklat Kurikulum 2013 selama 3 hari, 3 orang yang hanya mengikuti sosialisasi 1 hari dan 4 orang yang tidak mengikuti diklat dan sosialisasi. Data ini menunjukkan bahwa Departemen Agama Kota Banjarmasin belum melaksanakan ketentuan yang ada bahwa semua guru PAI yang akan ditugaskan menerapkan kurikulum 2013, sebelumnya harus mengikuti Diklat/Bimtek Kurikulum 2013 selama 3 hari sesuai standar yang telah ditetapkan pemerintah. Untung saja penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI bersamaan dengan penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran lainnya, sehingga semua guru umum telah mengikuti Diklat/bintek sesuai standar. Guru-guru PAI yang tidak mengikuti Diklat/Bintek, Sosialisasi kurikulum 2013 belajar dari guru umum lainnya dalam satu SDN. Hal ini juga yang Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
menyebabkan bahwa dalam proses pembelajaran penerapan kurikulum 2013 sudah baik dengan nilai 80. Sedangkan beberapa aspek lain yang menjadi ciri khas kurikulum 2013 sudah diterapkan dengan baik seperti silabus, RPP, buku pedoman guru, buku siswa, alokasi waktu belajar perminggu, pendekatan scientifik. F.
Kesimpulan Berdasarkan uraian terdahulu dapatlah disimpulkan : 1. Penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI telah diterapkan di seluruh SDN yang menjadi filot percontohan, yaitu di 10 SDN Negeri se Kota Banjarmasin. Berbagai aspek kurikulum 2013 yang telah diterapkan dengan baik adalah : penggunaan silabus, penyusunan RPP, penggunaan buku pedoman guru, penggunaan buku siswa, alokasi waktu belajar perminggu, pendekatan scientifik. Sedangkan aspek yang walaupun sudah diterapkan tapi masih kurang adalah : penerapan teknologi informatika dalam pembelajaran dan penilaian otentik. Baiknya penerapan kurikulum 2013 pada matapelajaran PAI tidak terlepas dari pengaruh pendidikan guru yang sebagian besar berlatar belakang Sarjana PAI dengan masa kerja di atas 20 tahun dan sudah memiliki sertifikat pendidik. 2. Adapun beberapa problema dalam menerapkan kurikulum 2013 adalah: a. Kebanyakan guru PAI belum memahami secara keseluruhan kurikulum 2013 b. Penerapan penilaian outentik rumit dan belum dipahami secara keseluruhan c. Cukup banyak guru yang belum pernah mengikuti Diklat/bintek kurikulum 2013 b. Cara penilaian belum ada standar yang baku Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015
G. Rekomendasi 1. Penerapan kurikulum 2013 dapat dilanjutkan dengan memperbaiki pemahaman guru terhadap kurikulum 2013 dan membuatkan pedoman yang lebih rinci tentang penilaian otentik. 2. Kepada guru supaya berusaha mengatasi sendiri berbagai masalah yang ditemukan dalam penerapan kurikulum 2013,terutama dalam keterampilan menggunakan teknologi informatika. 3. Bagi SDN yang belum memiliki Laptop,LCD dan fasilitas internet supaya segera mengusahakannya agar memilikinya. 4. Perlu ada satu sistem penilaian otentik yang standar yang dapat dijadikan rujukan bagi guru dalam mengembangkan evaluasi. Referensi Dokumen Kantor Pendidikan Nasional Kota Banjarmasin tahun 2013. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2011) Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Admininstrasi Pendidikan, (Jakarta, Bina Aksara, 1982) http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/01/22/komponen-komponenkurikulum http://krjogja.com/read/180491/penerapankurikulum-2013-tergesa-gesa/download tgl 5 Maret 2014 Jhon M.Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, ( Jakarta, Gramedia,1995) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 tahun 2013.
317
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 tahun 2013. Kementerian Pendidikan Nasional, Dokumumen Kurikulum, Tahun 2012 Kementerian Pendidikan Nasional, Permendiknas; 65 TAHUN 2013 M. Ahmad dkk., Pengembangan Kurikulum, (Bandung, Pustaka Setia, 1998)
Siswa SDN Telaga Biru 1 sedang berdiskusi kelompok
M. Noor Syam dkk, Pangantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya, Usaha Nasional, 1980 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, ( Jakarta, Erlangga, 2002) Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta, Bumi Aksara, 2005) Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan,(Bandung, Remaja Rosdakarya. 1992)
Salah satu siswa SDN Belitung Utara 2 sedang membaca do’a.
Lampiran 1 : Photo Kegiatan Pembelajaran PAI
318
Tashwir Vol. 3 No. 7, Juli – September 2015