EVALUASI KINERJA PELAKSANAAN PROYEK REHABILITASI JARINGAN IRIGASI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2007 DAN 2008 SKRIPSI

EVALUASI KINERJA PELAKSANAAN PROYEK REHABILITASI JARINGAN IRIGASI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2007 DAN 2008

SKRIPSI

Oleh IQBAL ARBI ANSARI H24050036

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

ABSTRAK Iqbal Arbi Ansari. H24050036. Evaluasi Kinerja Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 dan 2008. Di Bawah Bimbingan Pramono D. Fewidarto. Prioritas pembangunan pertanian dalam mencapai swasembada pangan adalah merehabilitasi dan membangun jaringan irigasi. Daerah irigasi Kambara dan daerah irigasi Wawotobi di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah lokasi pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi yang dilaksanakan oleh Ditjen SDA, PU. Evaluasi kinerja proyek rehabilitasi jaringan irigasi ini sangat diperlukan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas pelaksanaannya sehingga permasalahan yang timbul dalam pengelolaan proyek dapat diidentifikasi dan dicari solusinya, serta dijadikan pelajaran untuk pelaksanaan proyek-proyek serupa berikutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi siklus pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi, (2) mengidentifikasi perencanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi, dan (3) mengevaluasi kinerja pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif, sementara data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007 and Microsoft Office Project 2007. Siklus pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi dimulai dari fase konseptual (pembuatan kontrak, persetujuan kontrak dari JBIC, dan penerbitan SPMK), fase perencanaan (pre construction meeting dan pelaksanaan mutual check (MC-0%)), fase pengujian (diskusi hasil pemeriksaan, penentuan prioritas pelaksanaan pekerjaan, dan pembuatan amandemen kontrak akibat MC-0%), fase implementasi (pelaksanaan pekerjaan, mutual check (MC-100%), dan amandemen kontrak), dan fase penutupan (pembuatan laporan akhir). Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara direncanakan untuk merehabilitasi bendungan dan saluran irigasi di Daerah Irigasi Kambara yang dimulai pada tanggal 25 Agustus 2005 sampai 17 Februari 2007 oleh kontraktor PT. SAC─Nusantara dengan biaya sebesar Rp 7.190.752.220,93 dengan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi Wilayah Kabupaten Muna, Satuan Kerja Sementara Irigasi dan Rawa Sulawesi Tenggara. Sedangkan pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi direncanakan untuk merehabilitasi sistem saluran irigasi, bendungan, dan perbaikan akses jalan usaha tani di Daerah Irigasi Wawotobi yang dimulai pada tanggal 29 Desember 2006 sampai 18 Desember 2008 oleh kontraktor joint operation antara PT. Nindya Karya, PT. Brantas Abipraya, dan PT. Sarang Tehnik dengan biaya sebesar Rp 29.558.631.317,08 dengan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi Wilayah Kendari, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Irigasi dan Rawa Sulawesi Tenggara. Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara pada kuartal I 2007 dilaksanakan secara terlambat dan dinyatakan tidak efektif dengan nilai deviasi jadwal (SV) sebesar −Rp 1.128.229.023,46 dan indeks kinerja jadwal

(SPI) sebesar 0,843 (<1,00), namun dengan biaya yang lebih kecil dari pada anggarannya atau efisiensi penggunaan sumber daya dengan nilai deviasi biaya (CV) sebesar Rp 547.762.653,47 dan indeks kinerja biaya (CPI) sebesar 1,099 (>1,00) dan dikategorikan sebagai exceptional performance. Sedangkan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi pada kuartal IV 2008 dilaksanakan secara terlambat dan dinyatakan tidak efektif dengan nilai deviasi jadwal (SV) sebesar −Rp 10.623.372.095,36 dan indeks kinerja jadwal (SPI) sebesar 0,641 (<1,00), biaya yang lebih besar dari pada anggarannya atau inefisiensi penggunaan sumber daya dengan nilai deviasi biaya (CV) sebesar −Rp 750.414.986,28 dan indeks kinerja biaya (CPI) sebesar 0,962 (<1,00) dan dikategorikan sebagai poor performance.

EVALUASI KINERJA PELAKSANAAN PROYEK REHABILITASI JARINGAN IRIGASI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2007 DAN 2008

SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh IQBAL ARBI ANSARI H24050036

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

EVALUASI KINERJA PELAKSANAAN PROYEK REHABILITASI JARINGAN IRIGASI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2007 DAN 2008

SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh IQBAL ARBI ANSARI H24050036

Menyetujui,

Agustus 2009

Ir. Pramono D. Fewidarto, MS Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Balai, Sumatera Utara pada tanggal 4 Februari 1987. Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Chairul Anwar dan Zubaidah, B.A. Pendidikan sekolah dasar penulis diselesaikan di SD Negeri No.112224 Kota Pinang, Sumatera Utara pada tahun 1999. Pendidikan penulis selanjutnya diselesaikan di SLTP Negeri 4 Medan pada tahun 2002. Jenjang pendidikan sekolah menengah diselesaikan di SMA Negeri 5 Medan dengan Program IPA pada tahun 2005. Pendidikan Strata 1 diselesaikan penulis di Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2005 sampai 2009 melalui jalur SPMB dengan Mayor Manajemen dan Minor Ekonomi dan Studi Pembangunan. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan sebagai pengurus DPM FEM (2006-2007) dan pengurus SES-C FEM (2006-2008) serta berbagai kepanitiaan. Penulis melakukan kegiatan magang di Kantor Pusat PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I pada Juli – Agustus 2007 dan Terminal Peti Kemas (TPK) Gabion Belawan pada Juli – Agustus 2008. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Penulisan Ilmiah (PKMI) dan sebagai finalis Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) bidang sosial tingkat IPB pada tahun 2008.

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian dalam rangka pemenuhan tugas akhir. Shalawat dan salam mengalir kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa’atnya. Skripsi yang berjudul Evaluasi Kinerja Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 dan 2008 ini merupakan hasil penelitian di bidang Manajemen Produksi dan Operasi dengan konsentrasi Manajemen Proyek. Skripsi ini merupakan upaya nyata untuk mengetahui kinerja pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi, di mana proyek ini ditujukan untuk mewujudkan program swasembada pangan Pemerintah Republik Indonesia. Penelitian ini dapat dilaksanakan sampai kepada penyusunan skripsi telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, rasa hormat dan terima kasih diucapkan kepada: 1. Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, arahan, bimbingan, dan nasihat kepada penulis selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd dan Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM yang bersedia untuk menjadi dosen penguji dan memberikan masukan pada ujian skripsi penulis. 3. Bapak Ir. Bobby Prabowo, CES yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan penelitian di Direktorat Irigasi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum RI. 4. Bapak Muriadi, Bapak Pamudji, dan Ibu Eka yang telah membantu dan membimbing dalam proses pengumpulan data dan memberikan informasi mengenai pelaksanaan proyek jaringan irigasi. 5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu pada Direktorat Irigasi Ditjen SDA yang bersedia membantu dalam proses pengumpulan data penelitian. 6. Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MS sebagai dosen pembimbing akademik, Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen, serta Staf Tata Usaha Departemen

Manajemen yang telah membantu penulis selama mengikuti kegiatan akademik. 7. Orangtua saya tercinta, Chairul Anwar (Alm) dan Zubaidah, B.A. yang selalu mendo’akan, memberikan semangat, kebahagiaan, dan telah memberikan pendidikan terbaik dalam keluarga. 8. Atok saya (Raja Naimah), Kakak-kakak dan abang-abang kandung saya (Chairiah, SE – Sofyan Anwar Syahputra, ST – Reza Chairina, S.Si, S.AP – Nazif Ichwan, S.TP), Kol. Mar. (Purn) Barzuweh, Ondo Lily Fadliah Nasution, dan Capt. Chepy Nasution yang selalu memberikan bimbingan dan sekaligus sebagai sponsor dalam pelaksanaan studi penulis. 9. Teman-teman satu bimbingan skripsi (Maharani Adilla, Sandhy Widiansyah, Juliet Resisca, Irsam Ardiantoro, Fany Annisa Agusti), POBSI (Eko, Sandhy, Fandy, Galih, Momon, Wibie, Faris), Irnay, Reza Pahlevi, Abdul Hakim, Dani Sudibyo S., Zulvan Khaidar, Nanto, Ferdiansyah, Drikarsa, Bang Zahid, Mas Ali, Bang Andi, Irna, Izul, seluruh teman-teman Manajemen Angkatan 42, dan kelompok diskusi agama (Kak Bambang T.H., Kak Ahmad N.P., Rudi, Yoki, Sidik, Akino, Ishak, Damora) yang semuanya telah memberikan semangat dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi. 10. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu persatu dalam skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, namun diharapkan skripsi ini tetap memiliki manfaat bagi para pembacanya.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP...................................................................................... i KATA PENGANTAR.................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iv DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii I.

PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.

Latar Belakang ............................................................................... Perumusan Masalah........................................................................ Tujuan Penelitian ........................................................................... Kegunaan Penelitian ....................................................................... Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................

1 3 3 4 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5 2.1. Proyek ............................................................................................ 2.1.1 Pengertian Proyek ................................................................. 2.1.2 Karakteristik Proyek ............................................................. 2.1.3 Proyek versus Pekerjaan Operasional.................................... 2.1.4 Siklus Hidup Proyek (Project Life Cycle) ............................. 2.2. Manajemen Proyek ......................................................................... 2.2.1 Definisi dan Sistem Manajemen Proyek ................................ 2.2.2 Area Ilmu Manajemen Proyek .............................................. 2.3. Pengendalian Waktu atau Jadwal Proyek ........................................ 2.3.1 Inputs ................................................................................... 2.3.2 Tools and Techniques ........................................................... 2.3.3 Outputs ................................................................................. 2.4. Pengendalian Biaya Proyek ............................................................ 2.4.1 Inputs ................................................................................... 2.4.2 Tools and Techniques ........................................................... 2.4.3 Outputs ................................................................................. 2.5. Kinerja ........................................................................................... 2.5.1 Pengertian Kinerja ................................................................ 2.5.2 Pengukuran Kinerja Proyek .................................................. 2.6. Irigasi ............................................................................................. 2.6.1 Definisi dan Tujuan Irigasi ................................................... 2.6.2 Klasifikasi Irigasi.................................................................. 2.7. Konsep Pembangunan Irigasi ......................................................... 2.8. Penelitian Terdahulu ......................................................................

5 5 6 7 7 9 9 11 13 14 14 16 18 19 20 22 23 23 24 27 27 28 29 30

III. METODE PENELITIAN .................................................................... 32 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual .................................................... 32

3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6.

Lokasi Penelitian ............................................................................ Pengumpulan Data ......................................................................... Pengolahan dan Analisis Data ........................................................ Tahapan Penelitian ......................................................................... Tata Laksana ..................................................................................

34 35 35 36 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 39 4.1. Gambaran Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ................ 4.2. Gambaran Umum Decentralized Irrigation System Improvement Project (DISIMP) di Wilayah Timur Indonesia ......... 4.2.1 Umum .................................................................................. 4.2.2 DISIMP Sulawesi Tenggara .................................................. 4.2.3 Subproyek Perbaikan Irigasi Sulawesi Tenggara ................... 4.3. Siklus Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi ................. 4.4. Rencana Proyek (Project Plan) ....................................................... 4.4.1 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara ................................... 4.4.2 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi ................................. 4.5. Evaluasi Kinerja Proyek ................................................................. 4.5.1 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara ................................... 4.5.2 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi ................................. 4.6. Implikasi Manajerial Pengelolaan Proyek .......................................

39 41 41 43 43 44 46 46 50 54 55 62 70

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 74 1. Kesimpulan ...................................................................................... 74 2. Saran ................................................................................................ 75 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 76 LAMPIRAN ................................................................................................. 78

DAFTAR TABEL

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Halaman

Perbandingan Kegiatan Proyek versus Operasional .................................. Klasifikasi Jaringan Irigasi ....................................................................... Jumlah Alokasi Loan IP-509 .................................................................... Rekapitulasi Harga Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara ....... Rekapitulasi Harga Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi...... Informasi Schedule Progress dan Actual Progress Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Per Kuartal ....................................................... 7. Status Kinerja Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara pada Kuartal I 2007.................................................................................. 8. Informasi Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Kuartal I 2007 ................................................................ 9. Nilai Keragaman (Deviasi) Jadwal Tiap Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara pada Kuartal I 2007 ...................... 10. Informasi Schedule Progress dan Actual Progress Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Per Kuartal.................................. 11. Status Kinerja Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi pada Kuartal IV 2008 ............................................................................... 12. Informasi Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Kuartal IV 2008 ............................................. 13. Nilai Keragaman (Deviasi) Jadwal Tiap Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi pada Kuartal IV 2008 ..................

7 29 42 49 53 56 56 60 61 63 64 68 69

DAFTAR GAMBAR

No. 1. 2. 3. 4.

Halaman

Definisi Siklus Hidup Proyek ................................................................... Sistem Manajemen Proyek ....................................................................... Area Ilmu Manajemen Proyek .................................................................. Inputs, Tools and Techniques, dan Outputs Pengendalian Jadwal Proyek .................................................................... 5. Inputs, Tools and Techniques, dan Outputs Pengendalian Biaya Proyek ...................................................................... 6. Kerangka Pemikiran Konseptual .............................................................. 7. Diagram Alir Tahapan Penelitian ............................................................. 8. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, PU ................. 9. Kurva-S Cost Baseline Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara .................. 10. Kurva-S Cost-Baseline Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi................ 11. Grafik Kinerja Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara ......................................................................... 12. Grafik Keragaman (Deviasi) Jadwal dan Biaya Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara ...................................................... 13. Grafik Kinerja Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi........................................................................ 14. Grafik Keragaman (Deviasi) Jadwal dan Biaya Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi ....................................................

9 11 12 13 19 34 38 41 50 54 58 59 66 67

DAFTAR LAMPIRAN

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Halaman

Tata Laksana Pengumpulan dan Analisis Data ......................................... Organisasi dan Koordinasi Implementasi DISIMP ................................... Peta DISIMP Sulawesi Tenggara ............................................................. Siklus Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi........................... Layout Jaringan Irigasi Kambara .............................................................. Work Breakdown Structure (WBS) dan Jadwal Konstruksi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara ......................................................................... 7. Jadwal Konstruksi Terbobot Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara.......... 8. Layout Jaringan Irigasi Wawotobi ............................................................ 9. Work Breakdown Structure (WBS) dan Jadwal Konstruksi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi ....................................................................... 10. Jadwal Konstruksi Terbobot Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi........ 11. Status Kinerja Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara .................................................................................................. 12. Status Kinerja Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Kuartal I 2007 .......................................................................................... 13. Status Kinerja Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi ................................................................................................ 14. Status Kinerja Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Kuartal IV 2008 .......................................................................................

79 81 82 83 85 86 87 88 89 90 91 92 95 96

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peran yang strategis dalam peningkatan produk domestik bruto, penyediaan pangan, penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan petani, dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan utama dari pembangunan pertanian adalah tercapainya swasembada pangan. Untuk terwujudnya swasembada pangan diperlukan usaha-usaha yang akan meningkatkan produksi pangan secara besarbesaran. Menurut Hardjoamidjojo (1994), untuk mendukung pembangunan pertanian, terutama dalam mencapai swasembada pangan, prioritas pembangunan pertanian adalah merehabilitasi dan membangun jaringan irigasi, serta mengembangkan waduk dan bendung pengairan. Pembangunan infrastruktur pertanian tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dalam hal mendukung pembangunan pertanian. Pemenuhan swasembada pangan merupakan program Pemerintah yang penting dan ditangani secara intensif seiring dengan pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi pangan perkapita pertahun. Proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2024 yang dilakukan oleh BPS adalah sebanyak 272.062.813 jiwa. Kemudian Badan Ketahanan Pangan (BKP) mempublikasikan bahwa rata-rata peningkatan konsumsi rumah tangga untuk kelompok pangan padi-padian sejak tahun 2006 sampai dengan 2008 yaitu 316 gram, 316,6 gram, dan 326 gram. Untuk mengantisipasi pertumbuhan penduduk

dan peningkatan konsumsi pangan,

maka

diperlukan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi besar-besaran agar swasembada pangan tersebut dapat terpenuhi. Proyek rehabilitasi jaringan irigasi di Daerah Irigasi Kambara dan Wawotobi di Provinsi Sulawesi Tenggara yang dilaksanakan oleh Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA)

2

merupakan usaha yang ditujukan untuk tercapainya swasembada pangan. Pada perencanaannya, Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dilaksanakan dari tahun 2005 sampai 2007 dan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi dilaksanakan dari tahun 2006 sampai 2008, dengan sumber daya dan anggaran yang terbatas pada jadwal dan biayanya. Tentunya Ditjen SDA menginginkan pelaksanaan proyek berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaannya. Oleh karena itu, Ditjen SDA perlu mengendalikan pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi ini dengan mengawasi dan mengendalikan jalannya proyek agar proyek jaringan irigasi terlaksana sesuai dengan harapan. Untuk itu, Ditjen SDA perlu mengevaluasi kinerja pelaksanaan proyek irigasi agar hal-hal yang mengganggu kelancaran pekerjaan proyek tidak terjadi lagi pada proyek yang akan dikerjakan. Usaha

untuk

efisiensi

dan

efektivitas

pengelolaannya

perlu

ditingkatkan agar dicapai hasil guna yang maksimal dari sumber daya yang tersedia. Oleh karena itu, diperlukan manajemen proyek yang dapat membantu mempermudah Ditjen SDA agar proyek dilaksanakan dalam kendali. Mengevaluasi kinerja proyek pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi ini sangat diperlukan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas pelaksanaannya sehingga permasalahan yang timbul dalam pengelolaan proyek dapat diidentifikasi dan dicari solusinya, serta dijadikan pelajaran untuk pelaksanaan proyek-proyek serupa berikutnya. Proyek merupakan kumpulan beberapa tugas yang saling berhubungan untuk diselesaikan, dengan maksud mencapai tujuan dengan kendala biaya, sumber daya, dan waktu yang telah ditentukan (Kerzner, 1998). Dalam suatu proyek banyak terdapat tugas-tugas yang terintegrasi untuk terciptanya suatu produk yang diharapkan sesuai standar. Keberhasilan proyek didefinisikan sebagai penyelesaian tugas dengan periode waktu yang telah dialokasikan, anggaran biaya, level spesifikasi yang sesuai, hasilnya dapat diterima oleh pemilik proyek, tanpa mengganggu dan mengubah budaya organisasi, dan tanpa mengganggu pekerjaan-pekerjaan yang lainnya (Kerzner, 1998).

3

Adanya kendala keterbatasan biaya, sumber daya, dan waktu, mendasari perlunya dilakukan evaluasi kinerja proyek, agar proyek rehabilitasi jaringan irigasi dalam pelaksanaannya semakin lebih baik, terciptanya jaringan irigasi yang baik, dan memenuhi harapan pemilik proyek. Pelaporan kinerja suatu proyek adalah input primer dari pengendalian proyek (Pitagorsky, 1998). Tujuan pelaporan kinerja adalah untuk membandingkan apakah proyek berjalan sesuai dengan rencana. Pelaporan kinerja yang akurat dapat membantu pihak manajemen untuk mengambil keputusan, mengeliminasi bahkan menghindari masalah pada proyek. Pelaporan kinerja proyek dapat dijadikan sebagai sebuah riwayat proyek untuk peninjauan ulang kinerja demi tercapainya harapan Ditjen SDA dalam menciptakan jaringan irigasi yang baik dan benar, yang selanjutnya proyek dapat dikatakan telah dilaksanakan dengan efisien dan efektif. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam proyek yang akan diteliti adalah bagaimana siklus pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi, bagaimana perencanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi, dan bagaimana kinerja pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi siklus pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi. 2. Mengidentifikasi rencana Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi. 3. Mengevaluasi kinerja pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi.

4

1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, di antaranya adalah Ditjen SDA dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk perbaikan kinerja rehabilitasi jaringan irigasi yang akan dikerjakan selanjutnya. Hal tersebut berguna agar Ditjen SDA senantiasa meningkatkan kinerja pengawasan dan pengendaliannya pada masa yang akan datang, khususnya pada proyek-proyek serupa berikutnya. Bagi pembaca dan masyarakat umum dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk dijadikan sebagai bahan literatur, khususnya bagi penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian difokuskan pada evaluasi kinerja pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi di Provinsi Sulawesi Tenggara di bawah Decentralized Irrigation System Improvement Project (DISIMP), yaitu Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara 2.300 ha (Kambara Irrigation Improvement) yang dilaksanakan pada tahun 2005 sampai 2007 dan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi 8.000 ha (Wawotobi Irrigation Improvement) yang dilaksanakan pada tahun 2007 sampai 2008. Pembiayaan proyek

ini diperoleh dari Japan Bank International

Cooperation (JBIC) Loan IP-509. Penelitian ini menggunakan Earned Value Technique (EVT) versi Project Management Body of Knowledge (PMBOK) 2004 yang berfokus pada evaluasi jadwal dan biaya. Evaluasi jadwal untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan proyek, sedangkan evaluasi biaya untuk mengetahui efisiensi penggunaan sumber daya (biaya) proyek. Untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini, maka evaluasi kinerja proyek disesuaikan dengan ketersediaan data pada Direktorat Irigasi, Ditjen SDA.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proyek 2.1.1 Pengertian Proyek Project Management Institute (2004) memberikan pengertian proyek sebagai usaha yang dilaksanakan dengan keterbatasan waktu untuk menciptakan produk, jasa, atau hasil tertentu. Keterbatasan maksudnya bahwa setiap proyek memiliki definisi mulai dan akhir. Akhir proyek dicapai ketika sasaran-sasaran proyek telah diperoleh, atau lebih jelasnya jika sasaran-sasaran proyek tidak akan atau tidak dapat diperoleh, maka butuh perpanjangan waktu untuk penyelesaiannya. Terbatas tidak selalu berarti waktu yang singkat, karena banyak juga beberapa proyek yang dikerjakan dalam beberapa tahun (multiyears). Namun, durasi proyek adalah terbatas. Proyek bukan usaha yang dilakukan secara rutinitas. Keunikan adalah karakteristik penting dari hasil akhir proyek. Proyek dapat membuat beberapa hal sebagai berikut: 1. Suatu produk atau benda yang dihasilkan, terukur, dan dapat juga suatu bahan komponen 2. Suatu kemampuan untuk melaksanakan jasa, seperti fungsi bisnis untuk mendukung produksi atau distribusi 3. Suatu hasil, seperti keluaran atau dokumen, sebagai contoh proyek penelitian mengembangkan pengetahuan yang dapat digunakan untuk menentukan bisa atau tidaknya suatu tren atau proses baru akan menguntungkan masyarakat. Progressive elaboration adalah karakteristik proyek yang mengiringi konsep keterbatasan dan keunikan. Progressive elaboration maksudnya adalah pengembangan secara bertahap, dan dilanjutkan dengan tambahan. Progressive elaboration dari spesifikasi proyek butuh koordinasi yang hatihati dengan definisi lingkup proyek yang tepat, terutama jika proyek dilaksanakan di bawah kontrak.

6

Menurut Kerzner (1998; 2003), suatu proyek dapat dianggap sebagai rangkaian aktivitas dan tugas yang memiliki sasaran spesifik untuk diselesaikan dalam spesifikasi tertentu, memiliki gambaran tanggal mulai dan akhir, memiliki keterbatasan pendanaan, dan menggunakan sumber daya (misal uang, orang, peralatan). Menurut Kretz (1998), proyek pada umumnya dilaksanakan hanya sekali karena situasinya unik, tetapi saat ini semakin banyak terlihat routine project. Keberhasilan proyek adalah penyelesaian suatu aktivitas dengan kendala waktu, biaya, dan kinerja. Keberhasilan proyek termasuk penyelesaian aktivitas dengan beberapa hal sebagai berikut (Kerzner, 1998; 2003): 1. Dalam periode yang teralokasi 2. Dalam anggaran biaya 3. Pada level spesifikasi atau kinerja yang pantas 4. Dengan hasil yang dapat diterima oleh pelanggan 5. Persetujuan bersama perubahan lingkup minimum 6. Tanpa gangguan pekerjaan utama organisasi 7. Tanpa perubahan budaya perusahaan (corporate culture). 2.1.2 Karakteristik Proyek Semua proyek memiliki komponen yang sama, di antaranya proyek memiliki suatu tujuan atau sasaran akhir, meliputi usaha koordinasi, memiliki durasi waktu yang spesifik, dan masing-masing proyek sampai taraf tertentu bersifat unik. Empat karakteristik ciri proyek menurut Kretz (1998) adalah sebagai berikut. 1. Tujuan dan sasaran Tujuan dan sasaran memberi tahu apa yang harus dipenuhi. Tujuan dan sasaran ini adalah hasil akhir yang diharapkan untuk dicapai. Aktivitas perencanaan dan implementasi dikemudikan oleh tujuan dan sasarannya. Keduanya harus diperoleh dan realistis. Manajemen harus setuju dengan tujuan dan akan menyediakan sumber daya yang penting untuk mencapainya.

7

2. Koordinasi aktivitas yang saling berhubungan Proyek harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini termasuk mempersiapkan jadwal yang semua orang menyetujuinya, menetapkan interaksi satu kelompok dari aktivitas-aktivitas yang lain. 3. Durasi yang spesifik Proyek dikerjakan untuk periode waktu yang spesifik. Proyek mempunyai gambaran awal dan akhir proyek dengan baik. Ketika tujuan dan sasaran proyek tercapai, proyek dikatakan telah selesai. 4. Keunikan Proyek biasanya merupakan pekerjaan yang unik. Namun demikian, keunikan bervariasi dari proyek ke proyek. 2.1.3 Proyek versus Pekerjaan Operasional Kegiatan proyek berbeda dengan kegiatan operasional. Perbedaan yang dikemukakan oleh Soeharto (1999) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Kegiatan Proyek versus Operasional Kegiatan Proyek Bercorak dinamis, nonrutin Siklus proyek relatif pendek Intensitas kegiatan di dalam periode siklus proyek berubah-ubah (naik-turun) Kegiatan harus diselesaikan berdasarkan anggaran dan jadwal yang telah ditentukan Terdiri dari bermacam-macam kegiatan yang memerlukan berbagai disiplin ilmu Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya

Kegiatan Operasional Berulang-ulang, rutin Berlangsung dalam jangka panjang Intensitas kegiatan relatif sama Batasan anggaran dan jadwal tidak setajam proyek Macam kegiatan tidak terlalu banyak Macam dan volume keperluan sumber daya relatif konstan

Sumber: Soeharto (1999) 2.1.4 Siklus Hidup Proyek (Project Life Cycle) Siklus hidup proyek mendefinisikan fase yang menghubungkan awal proyek sampai pada akhirnya (Project Management Institute, 2004). Gambaran mengenai penggunaan sumber daya pada fase siklus hidup proyek dapat dilihat pada Gambar 1. Definisi teoritis fase siklus hidup dari suatu sistem yang didefinisikan oleh Cleland dan King, dapat diaplikasikan ke suatu proyek (Kerzner, 1998). Fase-fase itu adalah sebagai berikut:

8

1. Konseptual Fase ini meliputi evaluasi persiapan ide. Paling penting dalam fase ini adalah analisis persiapan risiko dan dampak hasil pada waktu, biaya, dan kebutuhan kinerja, bersama dengan dampak yang berpotensi pada sumber daya perusahaan. Fase konseptual juga meliputi kelayakan usaha. 2. Perencanaan Fase ini sebagian besar adalah perbaikan unsur-unsur dalam fase konseptual dan memerlukan identifikasi organisasi mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan penetapan waktu realistis, biaya, dan paramater kinerja. Fase ini juga meliputi persiapan awal dari keperluan dokumentasi untuk mendukung sistem. Untuk proyek berbasiskan pada penawaran kompetitif (competitive bidding), fase konseptual meliputi keputusan apakah menawarkan, dan fase perencanaan meliputi pengembangan dari paket penawaran total (misal waktu, jadwal, biaya, dan kinerja). 3. Pengujian (Testing) Fase testing adalah sebagian besar suatu pengujian dan usaha standardisasi akhir sedemikian sehingga operasi dapat dimulai. Hampir semua dokumentasi harus diselesaikan dalam fase ini. 4. Implementasi Fase ini mengintegrasikan produk atau jasa proyek ke dalam organisasi yang ada. 5. Penutupan (Closure) Fase penutupan meliputi pengalokasian kembali sumber daya. Fase penutupan mengevaluasi usaha dari pelayanan dan total sistem sebagai input fase konseptual untuk sistem dan proyek baru. Fase akhir juga memiliki dampak proyek berkelanjutan lainnya dengan mengidentifikasi prioritas.

9

Gambar 1. Definisi Siklus Hidup Proyek (Kerzner, 2003) 2.2. Manajemen Proyek 2.2.1 Definisi dan Sistem Manajemen Proyek Project Management Institute (2004) mendefinisikan manajemen proyek sebagai aplikasi pengetahuan, keahlian, alat dan teknik pada aktivitas proyek dalam rangka mempertemukan syarat-syarat proyek. Manajemen proyek adalah penyelesaian melalui aplikasi dan integrasi proses manajemen proyek dari permulaan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian, dan penutupan. Menurut Kerzner (1998; 2003), manajemen proyek meliputi perencanaan proyek dan pengendalian proyek dan termasuk beberapa hal sebagai berikut: 1. Perencanaan proyek a. Definisi kebutuhan pekerjaan b. Definisi kuantitas dan kualitas kerja c. Definisi sumber daya yang dibutuhkan. 2. Pengendalian proyek a. Mengikuti kemajuan (prestasi) b. Membandingkan pengeluaran aktual dengan pengeluaran rencana c. Menganalisis pengaruh d. Membuat penyesuaian.

10

Keberhasilan

manajemen

proyek

dapat

didefinisikan

sebagai

pencapaian sasaran-sasaran proyek sebagai berikut: 1. Dalam waktu yang direncanakan 2. Dalam biaya yang dianggarkan 3. Pada level teknologi atau kinerja yang diinginkan 4. Ketepatan mengalokasikan sumber daya dengan efektif dan efisien 5. Pelanggan dapat menerima hasil proyek. Potensi manfaat dari manajemen proyek adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi tanggung jawab fungsional untuk menjamin bahwa semua aktivitas terhitung, tanpa mengabaikan pergantian personil 2. Meminimisasi kebutuhan untuk pelaporan selanjutnya 3. Identifikasi batas waktu untuk penjadwalan 4. Identifikasi metodologi untuk analisis penjualan atau pelepasan 5. Pengukuran pelaksanaan terhadap perencanaan 6. Identifikasi permulaan dari masalah sehingga tindakan perbaikan bisa diambil 7. Mengembangkan perkiraan kemampuan untuk perencanaan berikutnya 8. Mengetahui kapan sasaran tidak dapat dicapai. Menurut Kerzner (2003), manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk suatu sasaran jangka pendek relatif yang telah dibentuk untuk mencapai sasaran dan tujuan yang spesifik. Manajemen proyek dapat diaplikasikan ke beberapa macam proyek. Manajemen proyek dilakukan untuk memastikan bahwa aktivitas proyek dilaksanakan secara optimal. Penjelasan mengenai sistem manajemen proyek dapat dilihat pada Gambar

2.

Manajemen

proyek

didesain

untuk

mengelola

atau

mengendalikan sumber daya perusahaan pada aktivitas yang ditetapkan, dalam kisaran waktu, biaya, dan kinerja. Waktu, biaya, dan kinerja adalah kendala pada proyek. Jika proyek dikerjakan untuk pelanggan luar, proyek jadi memiliki kendala keempat, yaitu hubungan yang baik dengan pelanggan.

11

Gambar 2. Sistem Manajemen Proyek (Kerzner, 2003) 2.2.2 Area Ilmu Manajemen Proyek Project Management Institute (2004) menyusun sembilan area ilmu manajemen proyek (Project Management Knowledge Areas) yang mengorganisasikan empat puluh empat proses manajemen proyek. Kesembilan area ilmu manajemen proyek itu dapat dilihat pada Gambar 3 dan penjelasannya secara singkat adalah sebagai berikut. 1. Manajemen Integrasi Proyek Manajemen integrasi proyek adalah proses dan aktivitas yang mengintegrasikan

berbagai

mengidentifikasikan,

unsur

mendefinisikan,

manajemen

proyek,

menyatukan,

dan

mengkoordinasikan di dalam kelompok proses manajemen proyek. 2. Manajemen Lingkup Proyek Manajemen lingkup proyek adalah proses yang memastikan bahwa semua pekerjaan yang dibutuhkan sudah masuk dalam proyek, dan hanya melalui pekerjaan yang dibutuhkan itu untuk dapat menyelesaikan proyek dengan sukses. 3. Manajemen Waktu atau Jadwal Proyek Manajemen waktu atau jadwal proyek adalah proses mengenai waktu penyelesaian proyek. 4. Manajemen Biaya Proyek Manajemen biaya proyek adalah proses yang meliputi perencanaan, pengestimasian, penganggaran, dan pengendalian biaya-biaya sehingga proyek diselesaikan dalam anggaran yang telah disetujui.

12

5. Manajemen Mutu Proyek Manajemen mutu proyek adalah proses yang meliputi keyakinan bahwa proyek akan memenuhi sasaran dari apa yang dikerjakan. 6. Manajemen Sumber Daya Manusia Proyek Manajemen sumber daya manusia proyek adalah proses yang mengorganisasikan dan mengelola tim proyek. 7. Manajemen Komunikasi Proyek Manajemen komunikasi proyek adalah kebutuhan proses untuk menjamin

keberlangsungan

informasi

dan

ketepatan

waktu,

pengumpulan, pengumuman, penyimpanan dan disposisi informasi proyek yang terakhir. Manajemen Proyek

Manajemen Integrasi Proyek 1. Mengembangkan Piagam 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Proyek Mengembangkan Pernyataan Lingkup Proyek Pendahuluan Mengembangkan Rencana Manajemen Proyek Melaksanakan dan Mengelola Keputusan Proyek Mamantau dan Mengendalikan Pekerjaan Proyek Pengendalian Perubahan Terintegrasi Penutupan Proyek

Manajemen Lingkup Proyek 1. Perencanaan Lingkup 2. Definisi Lingkup 3. Membuat Work Breakdown Structure (WBS) 4. Verifikasi Lingkup 5. Pengendalian Lingkup

3. Pengendalian Biaya

Manajemen Komunikasi Proyek 1. 2. 3. 4.

Perencanaan Komunikasi Distribusi Informasi Pelaporan Kinerja Mengelola Stakeholders

1. Definisi Aktivitas 2. Peruntutan Aktivitas 3. Mengestimasi Sumber daya Aktivitas 4. Mengestimasi Durasi Aktivitas 5. Pengembangan Jadwal 6.

Manajemen Mutu Proyek 1. Perencanaan Mutu 2. Melaksanakan Jaminan Mutu 3. Melaksanakan Pengendalian Mutu

Manajemen Biaya Proyek 1. Mengestimasi Biaya 2. Menganggarkan Biaya

Manajemen Waktu atau Jadwal Proyek

Manajemen Risiko Proyek 1. Perencanaan Manajemen Risiko 2. Identifikasi Risiko 3. Analisis Risiko Kualitatif 4. Analisis Risiko Kuantitatif 5. Perencanaan Tanggapan Risiko 6. Pemantauan dan Pengendalian Risiko

Pengendalian Jadwal

Manajemen Sumber daya Manusia 1. Perencanaan Sumber daya Manusia 2. Perolehan Tim Proyek 3. Mengembangkan Tim Proyek 4. Mengelola Tim Proyek

Manajemen Pengadaan Proyek 1. Perencanaan Pembelian dan Akuisisi 2. Mengontrakkan Perencanaan 3. Menanggapi Permintaan Penjual 4. Memilih Penjual 5. Administrasi Kontrak 6. Penutupan Kontrak

Gambar 3. Area Ilmu Manajemen Proyek (Project Management Institute, 2004)

13

8. Manajemen Risiko Proyek Manajemen risiko proyek adalah proses mengenai pelaksanaan pengelolaan risiko pada proyek. 9. Manajemen Pengadaan Proyek Manajemen pengadaan proyek adalah proses pembelian atau perolehan produk, jasa atau hasil yang dibutuhkan dari luar tim proyek untuk melaksanakan pekerjaan. 2.3. Pengendalian Waktu atau Jadwal Proyek Pengendalian waktu atau jadwal meliputi kegiatan yang berkaitan dengan pemantauan dan perbaikan agar kemajuan (prestasi) pekerjaan proyek sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Pengendalian jadwal proyek oleh Project Management Institute (2004) terdiri dari kegiatankegiatan sebagai berikut: 1. Menentukan status jadwal proyek saat ini 2. Mempengaruhi faktor yang membuat perubahan jadwal 3. Menentukan bahwa jadwal proyek telah diubah 4. Mengelola perubahan aktual yang telah terjadi. Proses pengendalian jadwal yang terdiri dari inputs, tools and techniques, dan outputs sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4. Inputs • Perencanan manajemen jadwal • Baseline jadwal • Pelaporan kinerja • Approved change requests

Tools and Techniques • Pelaporan kemajuan (prestasi) • Sistem pengendalian perubahan jadwal • Pengukuran kinerja • Software manajemen proyek • Analisis keragaman (deviasi) • Bagan balok pembanding jadwal

Outputs • Data model jadwal (terbaru) • Baseline jadwal (terbaru) • Pengukuran kinerja • Requested changes • Rekomendasi tindakan perbaikan • Organizational process assets (terbaru) • Daftar aktivitas (terbaru) • Atribut aktivitas (terbaru) • Rencana manajemen proyek (terbaru)

Gambar 4. Inputs, Tools and Techniques, dan Outputs Pengendalian Jadwal Proyek (Project Management Institute, 2004)

14

2.3.1 Inputs Inputs dalam pengendalian jadwal proyek terdiri dari: 1. Perencanaan Manajemen Jadwal Rencana manajemen proyek mengandung rencana manajemen jadwal yang mana jadwal proyek akan dikelola dan dikendalikan. 2. Baseline Jadwal Jadwal proyek yang digunakan untuk pengendalian adalah jadwal proyek yang disetujui, yang dikenal sebagai baseline jadwal. Baseline jadwal adalah suatu komponen rencana manajemen proyek. Baseline jadwal adalah dasar untuk mengukur dan melaporkan kinerja jadwal sebagai bagian dari baseline pengukuran kinerja. 3. Pelaporan Kinerja Pelaporan kinerja sebagai informasi kinerja jadwal, seperti tanggal perencanaan yang telah dilalui dan yang belum. Pelaporan kinerja bisa juga mempersiapkan tim proyek untuk menghadapi beban yang dapat menyebabkan terjadinya permasalahan kinerja jadwal di masa depan. 4. Approved Change Requests Approved change requests digunakan untuk memperbaharui baseline jadwal proyek atau komponen lain dari rencana manajemen proyek. 2.3.2 Tools and Techniques Tools and techniques yang berkaitan dengan pengendalian jadwal proyek menggunakan teknik dan metode sebagai berikut: 1. Pelaporan Kemajuan (Prestasi) Pelaporan kemajuan (prestasi) dan status jadwal saat ini termasuk informasi seperti tanggal mulai dan tanggal selesai aktual, dan durasi sisa untuk jadwal aktivitas-aktivitas yang tidak terselesaikan. Jika pengukuran kemajuan (prestasi) dengan nilai hasil (earned value) digunakan, persen penyelesaian dari jadwal aktivitas-aktivitas yang sedang dalam proses dapat dimasukkan. 2. Sistem Pengendalian Perubahan Jadwal Sistem pengendalian perubahan jadwal mendefinisikan prosedurprosedur jadwal proyek yang dapat diubah. Sistem ini termasuk

15

pencatatan, sistem tracking, dan tingkat persetujuan bagi pemberi hak atas perubahan. 3. Pengukuran Kinerja Teknik pengukuran kinerja menghasilkan keragaman (deviasi) jadwal (Schedule Variance─SV) dan indeks kinerja jadwal (Schedule Performance Index─SPI), yang digunakan untuk menilai besarnya keragaman (deviasi) jadwal proyek yang terjadi. Bagian penting dari pengendalian jadwal adalah untuk menentukan tindakan perbaikan dengan keragaman (deviasi) jadwal yang terjadi. 4. Software Manajemen Proyek Software

manajemen

proyek

untuk

penjadwalan

menyediakan

kemampuan untuk mengamati tanggal perencanaan terhadap tanggal aktual dan untuk meramalkan akibat dari perubahan jadwal proyek. 5. Analisis Keragaman Pelaksanaan analisis keragaman jadwal selama proses pemantauan jadwal adalah kunci dari pengendalian jadwal. Perbandingan tanggal jadwal dengan aktual adalah informasi yang berguna untuk mendeteksi deviasi dan untuk pelaksanaan tindakan perbaikan dalam kasus keterlambatan. Total keragaman yang mengambang juga suatu komponen perencanaan penting untuk mengevaluasi kinerja jadwal proyek. 6. Bagan Balok Pembanding Jadwal Analisis kemajuan (prestasi) jadwal akan semakin baik menggunakan bagan balok pembanding, yang memperlihatkan dua bagan untuk masing-masing jadwal aktivitas. Satu bagan memperlihatkan status aktual saat ini dan satu bagan lagi memperlihatkan status dari baseline jadwal proyek yang telah disetujui.

16

2.3.3 Outputs Outputs dari pengendalian jadwal proyek terdiri dari: 1. Data Model Jadwal (Terbaru) Suatu jadwal proyek terbaru adalah informasi dari beberapa modifikasi untuk model jadwal proyek yang digunakan dalam mengelola proyek. Para stakeholder diberitahu dari modifikasi yang telah terjadi. 2. Baseline Jadwal (Terbaru) Revisi-revisi jadwal adalah kategori khusus dari pembaruan jadwal proyek. Revisi adalah perubahan tanggal jadwal mulai dan selesai dalam baseline jadwal yang disetujui. Perubahan-perubahan ini biasanya disatukan dalam tanggapan untuk approved change requests yang dihubungkan kepada perubahan lingkup proyek atau perubahan estimasi. Pengembangan baseline jadwal yang direvisi hanya dapat terjadi sebagai hasil dari perubahan yang disetujui. Baseline jadwal awal dan model jadwal disimpan sebelum membuat baseline jadwal baru untuk mencegah kehilangan data historis mengenai jadwal proyek. 3. Pengukuran Kinerja Keragaman jadwal (Schedule Variance─SV) yang dihitung dan nilai indeks kinerja jadwal (Cost Performance Index─SPI) untuk komponenkomponen Work Breakdown Structure (WBS), khususnya paket pekerjaan

dan

akun-akun

pengendalian

didokumentasikan

dan

dikomunikasikan kepada para stakeholder. 4. Requested Changes Analisis keragaman (deviasi) jadwal, bersama dengan peninjauan laporan kemajuan (prestasi), hasil dari pengukuran kinerja, dan modifikasi terhadap model jadwal proyek dapat menghasilkan requested changes untuk baseline jadwal proyek. 5. Rekomendasi Tindakan Perbaikan Tindakan perbaikan adalah sesuatu yang dilakukan untuk membawa kinerja jadwal proyek masa depan yang diharapkan sesuai dengan baseline jadwal proyek yang disetujui. Tindakan perbaikan dalam area manajemen waktu sering meliputi percepatan, termasuk tindakan khusus

17

yang diambil untuk menjamin penyelesaian suatu jadwal aktivitas atau dengan keterlambatan yang masih dimungkinkan. Tindakan perbaikan sering memerlukan analisis akar penyebab untuk mengidentifikasi penyebab yang terjadi. Analisis bisa menunjuk kepada jadwal aktivitas aktual penyebab deviasi. Oleh karena itu, penjadwalan ulang dari keragaman (deviasi) dapat direncanakan dan dilaksanakan menggunakan jadwal aktivitas kemudian digambarkan dalam jadwal proyek. 6. Organizational Process Assets (Terbaru) Kegiatan mempelajari dokumen penyebab terjadinya keragaman, alasan tindakan perbaikan terpilih dan jenis lainnya dari kegiatan mempelajari pengendalian jadwal didokumentasikan dalam organizational process assets, sehingga dokumen-dokumen ini menjadi bagian dari database historis. 7. Daftar Aktivitas (Terbaru) Daftar aktivitas adalah daftar menyeluruh termasuk semua jadwal aktivitas yang direncanakan untuk dilaksanakan pada proyek. Daftar aktivitas termasuk lingkup deskripsi pekerjaan yang cukup detil untuk masing-masing jadwal aktivitas, untuk menjamin bahwa anggota tim proyek mengerti pekerjaan apa yang dibutuhkan untuk penyelesaian. 8. Atribut Aktivitas Atribut-atribut aktivitas ini adalah perpanjangan dari atribut aktivitas dalam daftar aktivitas dan mengidentifikasi berbagai atribut yang diasosiasikan dengan jadwal aktivitas masing-masing. Atribut-atribut aktivitas

untuk

masing-masing

jadwal

aktivitas

termasuk

pengidentifikasi aktivitas, kode-kode aktivitas, deskripsi aktivitas, aktivitas

pendahulu

(predecessor

activities),

aktivitas

pengganti

(successor activities), hubungan logis, leads and lags, kebutuhan sumber daya, imposed dates, batasan, dan asumsi. Atribut-atribut aktivitas juga termasuk tanggung jawab orang untuk melaksanakan pekerjaan, area geografis atau tempat di mana pekerjaan harus dilaksanakan, dan jenis jadwal aktivitas seperti tingkat usaha, usaha terpisah, dan usaha yang

18

dibagi secara adil. Jumlah atribut bervariasi mengikuti area aplikasi. Atribut-atribut aktivitas digunakan dalam model jadwal. 9. Rencana Manajemen Proyek (Terbaru) Komponen rencana manajemen jadwal dari rencana manajemen proyek yang terbaru adalah cerminan hasil approved changes dari proses pengendalian jadwal dan bagaimana jadwal proyek akan dikelola. 2.4. Pengendalian Biaya Proyek Proses pengendalian biaya adalah memantau dan mencatat apakah penggunaan biaya telah sesuai dengan perencanaan. Bila tidak sesuai, dicari sebabnya dan dievaluasi dampak yang mungkin terjadi serta diadakan perbaikan. Pengendalian biaya proyek oleh Project Management Institute (2004) terdiri dari: 1. Mempengaruhi faktor yang membuat perubahan untuk baseline biaya 2. Menjamin requested changes yang disetujui 3. Mengelola perubahan aktual ketika dan setelah terjadi 4. Meyakinkan bahwa kelebihan biaya potensial tidak melebihi pendanaan yang diberikan secara periodik dan total untuk proyek 5. Memantau kinerja biaya untuk mendeteksi dan memahami keragaman (deviasi) dari baseline biaya 6. Mencatat semua perubahan yang sesuai dengan teliti terhadap baseline biaya 7. Mencegah kesalahan, ketidaksesuaian, atau unapproved changes dari cakupan yang termasuk dalam laporan biaya atau penggunaan sumber daya 8. Menginformasikan kepada para stakeholder dari approved changes 9. Bertindak untuk membawa kelebihan biaya yang diharapkan dalam batas yang dapat diterima. Pengendalian biaya proyek adalah mencari penyebab keragaman positif dan negatif. Proses pengendalian biaya yang terdiri dari inputs, tools and techniques, dan outputs dapat dilihat pada Gambar 5.

19

Inputs • Baseline biaya • Kebutuhan pendanaan proyek • Laporan kinerja • Informasi pelaksanaan pekerjaan • Approved change requests • Rencana manajemen proyek

Tools and Techniques • Sistem pengendalian perubahan biaya • Analisis pengukuran kinerja • Peramalan • Peninjauan kinerja proyek • Software manajemen proyek • Manajemen keragaman (deviasi)

Outputs • Estimasi biaya (terbaru) • Baseline biaya (terbaru) • Pengukuran kinerja • Ramalan penyelesaian • Requested changes • Rekomendasi tindakan perbaikan • Organizational process assets (terbaru) • Rencana manajemen proyek (terbaru)

Gambar 5. Inputs, Tools and Techniques, dan Outputs Pengendalian Biaya Proyek (Project Management Institute, 2004) 2.4.1 Inputs Inputs dalam pengendalian biaya proyek terdiri dari: 1. Baseline Biaya Baseline biaya adalah anggaran waktu bertahap yang digunakan sebagai dasar pengukuran, pemantauan, dan pengendalian kinerja biaya keseluruhan pada proyek. Baseline biaya dikembangkan dengan menjumlahkan biaya-biaya yang diestimasikan secara periode dan biasanya ditunjukkan dalam bentuk kurva-S. Baseline biaya adalah suatu komponen dari rencana manajemen proyek. 2. Kebutuhan Pendanaan Proyek Kebutuhan pendanaan proyek, total dan periode (tahunan atau kuartalan), adalah turunan dari baseline biaya untuk mempertimbangkan kemajuan awal maupun kelebihan biaya. Total dana yang dibutuhkan dalam baseline biaya ditambah dengan jumlah cadangan kontinjensi manajemen. Beberapa bagian cadangan kontinjensi manajemen dapat termasuk secara tambahan dalam masing-masing langkah pendanaan atau didanai ketika dibutuhkan, tergantung pada kebijakan organisasi. 3. Laporan Kinerja Laporan kinerja menyediakan informasi pada kinerja biaya dan sumber daya sebagai hasil dari kemajuan (prestasi) pekerjaan aktual.

20

4. Informasi Pelaksanaan Pekerjaan Informasi pelaksanaan pekerjaan mengumpulkan status dan biaya aktivitas proyek yang sedang dilakukan. Informasi ini termasuk dan tidak terbatas pada: a. Produk yang telah diselesaikan dan yang belum diselesaikan b. Biaya yang dipersiapkan dan yang terjadi c. Perkiraan untuk melengkapi jadwal aktivitas d. Persentase penyelesaian fisik jadwal aktivitas. 5. Approved Change Requests Approved change requests termasuk modifikasi untuk istilah-istilah biaya dari kontrak, lingkup proyek, baseline biaya, atau rencana manajemen biaya. 6. Rencana Manajemen Proyek Rencana manajemen proyek dan komponen rencana manajemen biayanya dan cabang-cabang rencana lainnya dipertimbangkan ketika melaksanakan proses pengendalian biaya. 2.4.2 Tools and Techniques Tools and Techniques dalam pengendalian biaya proyek terdiri dari: 1. Sistem Pengendalian Perubahan Biaya Suatu sistem pengendalian perubahan biaya, didokumentasikan dalam rencana manajemen proyek, mendefinisikan prosedur-prosedur yang mana baseline biaya dapat diubah. Sistem ini termasuk form, dokumentasi, sistem tracking, dan besarnya tingkat perubahan yang dapat diterima. 2. Analisis Pengukuran Kinerja Teknik pengukuran kinerja membantu menilai besarnya berbagai keragaman (deviasi) yang terjadi. Earned Value Technique (EVT) membandingkan nilai kumulatif biaya yang dianggarkan dari pekerjaan yang dilaksanakan (budgeted cost of work performed─BCWP) atau earned pada jumlah anggaran awal yang dialokasikan, terhadap biaya yang dianggarkan dari pekerjaan yang dijadwalkan (budgeted cost of work scheduled─BCWS) atau planned dan biaya aktual dari

21

pelaksanaan pekerjaan (actual cost of work performed─ACWP) atau actual. Penggunaan teknik ini secara khusus untuk pengendalian biaya, manajemen sumber daya dan produksi. 3. Peramalan Peramalan termasuk membuat estimasi atau prediksi kondisi masa depan proyek berdasarkan pada ketersediaan informasi dan pengetahuan pada waktu peramalan. Peramalan digenerasikan, dibarukan, dan diterbitkan kembali didasarkan pada informasi pelaksanaan pekerjaan yang disediakan sebagai pelaksanaan dan kemajuan proyek. Informasi pelaksanaan pekerjaan adalah tentang kinerja proyek masa lalu dan berbagai informasi yang dapat mempengaruhi proyek di masa depan, sebagai contoh, estimasi pada penyelesaian dan estimasi untuk penyelesaian. 4. Peninjauan Kinerja Proyek Peninjauan kinerja membandingkan kinerja biaya dari waktu ke waktu, jadwal aktivitas atau kelebihan dan kekurangan anggaran paket pekerjaan (planned value), milestone tiba dan milestone temu. 5. Software manajemen proyek Software manajemen proyek, seperti kertas kerja penghitungan, sering digunakan untuk memantau Planned Value (PV) terhadap Actual Cost (AC), dan untuk meramalkan akibat dari perubahan atau keragaman (deviasi). 6. Manajemen Keragaman (Deviasi) Rencana manajemen biaya menggambarkan bagaimana keragaman (deviasi) biaya akan dikelola, sebagai contoh, tanggapan yang berbeda untuk masalah utama dan masalah yang kecil. Keragaman (deviasi) yang besar pada permulaan proyek dapat dikurangi untuk penyelesaian proyek.

22

2.4.3 Outputs Outputs dari pengendalian biaya proyek terdiri dari: 1. Estimasi Biaya (Terbaru) Estimasi biaya jadwal aktivitas yang direvisi adalah modifikasi untuk informasi biaya yang digunakan dalam mengelola proyek. Para stakeholder diberitahu jika membutuhkannya. Estimasi biaya revisi memerlukan penyesuaian aspek-aspek lainnya dari rencana manajemen proyek. 2. Baseline Biaya (Terbaru) Anggaran terbaru adalah perubahan untuk baseline biaya yang disetujui. Nilai-nilai ini secara umum direvisi hanya dalam tanggapan untuk perubahan yang disetujui dalam lingkup proyek. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, keragaman biaya bisa membuat baseline biaya perlu direvisi untuk menyediakan dasar realistis pada pengukuran kinerja. 3. Pengukuran Kinerja Perhitungan nilai-nilai Cost Variance (CV), Schedule Variance (SV), Cost Performance Index (CPI), dan Schedule Performance Index (SPI) untuk komponen-komponen Work Breakdown Structure (WBS), khususnya

paket-paket

pekerjaan

dan

akun-akun

pengendalian,

didokumentasi dan dikomunikasikan kepada para stakeholder. 4. Ramalan Penyelesaian Nilai perhitungan Estimate at Completion (EAC) dan Estimate to Completion (ETC) didokumentasikan dan dikomunikasikan kepada para stakeholder. 5. Requested Change Analisis kinerja proyek dapat meneruskan permintaan atas perubahan terhadap beberapa aspek proyek. Perubahan yang diidentifikasi dapat meningkatkan atau mengurangi anggaran. 6. Rekomendasi Tindakan Perbaikan Tindakan perbaikan adalah sesuatu yang dilakukan untuk membawa kinerja masa depan yang diharapkan dari proyek sesuai dengan rencana manajemen proyek. Tindakan perbaikan dalam area manajemen biaya

23

sering meliputi penyesuaian anggaran jadwal aktivitas, seperti tindakan khusus diambil untuk menyeimbangkan keragaman biaya. 7. Organizational Process Assets (Terbaru) Pelajaran dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan didokumentasikan sehingga dokumen itu dapat menjadi bagian dari database historis untuk proyek dan pelaksanaan organisasi. Dokumentasi pelajaran dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan termasuk akar penyebab keragaman,

alasan

tindakan

perbaikan

yang

dipilih

terhadap

penyimpangan, dan jenis pelajaran yang lain dari biaya, sumber daya, atau pengendalian produksi sumber daya. 8. Rencana Manajemen Proyek (Terbaru) Jadwal

aktivitas,

paket

pekerjaan,

atau

estimasi

biaya

paket

perencanaan, seperti halnya dokumen-dokumen baseline biaya, rencana manajemen biaya, dan anggaran proyek adalah komponen-komponen dari rencana manajemen proyek. Semua approved change requests yang mempengaruhi dokumen-dokumen baseline biaya, rencana manajemen biaya, dan anggaran proyek disatukan sebagai pembaharuan terhadap dokumen-dokumen ini. 2.5. Kinerja 2.5.1 Pengertian Kinerja Pengertian kinerja, menurut Stolovitch dan Keeps (1992) dalam Rivai dan Basri (2005), adalah seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Donnelly, Gibson, and Ivancevich, 1994 dalam Rivai dan Basri, 2005). Menurut Rivai dan Basri (2005), kinerja adalah kesediaan seseorang atau

kelompok

orang

untuk

melakukan

sesuatu

kegiatan

dan

menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan hasil dari sesuatu pekerjaan (thing done), pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan

24

tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika. 2.5.2 Pengukuran Kinerja Proyek Penilaian kinerja merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan atau kegagalan pencapaian kinerja (Rivai dan Basri, 2005). Penilaian kinerja dilakukan terhadap proyek yang telah dan sedang dilaksanakan. Penilaian ini dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada proyek yang sama selanjutnya. Pelaporan hasil pengukuran kinerja mempunyai dua fungsi, yaitu (Rivai dan Basri, 2005): 1. sebagai pertanggungjawaban atas hasil yang dicapai, proses yang dilakukan, dan sumber daya yang telah dipercayakan untuk dikelola 2. sebagai umpan balik dalam rangka meningkatkan kinerja di masa yang akan datang. Informasi

kinerja

digunakan

sebagai

sarana

untuk

menilai

keberhasilan atau kegagalan pencapaian kinerja pada suatu periode tertentu sebagai pertanggungjawaban penggunaan sumber daya (input) yang telah dikuasakan pada suatu perusahaan tertentu. Informasi kinerja digunakan juga sebagai media yang memberikan umpan balik (feedback) sebagai sarana untuk meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang. Pengukuran kinerja yang sukses akan menyediakan dasar yang terbaik untuk umpan balik. Berikut adalah petunjuk untuk perumusan pengukuran kinerja: 1. Pengukuran harus berhubungan dengan hasil, bukan usaha 2. Hasil harus ada dalam kendali tetap pemegang jabatan 3. Pengukuran harus objektif dan dapat terlihat 4. Data untuk pengukuran harus tersedia 5. Pengukuran yang ada harus digunakan atau diadaptasi jika mungkin. Evaluasi kinerja pada penelitian ini menggunakan Earned Value Technique (EVT) versi Project Management Body of Knowledge (PMBOK) 2004 oleh Project Management Institute (2004), untuk menilai kinerja proyek rehabilitasi jaringan irigasi. EVT membandingkan nilai kumulatif

25

biaya yang dianggarkan dari pekerjaan yang dilaksanakan (Budgeted Cost of Work Performed─BCWP) terhadap biaya yang dianggarkan dari pekerjaan yang direncanakan (Budgeted Cost of Work Scheduled─BCWS) dan biaya aktual dari pelaksanaan pekerjaan (Actual Cost of Work Performed─ACWP). BCWP disebut juga sebagai Earned Value (EV), BCWS sebagai Planned Value (PV), dan ACWP sebagai Actual Cost (AC). Teknik ini terutama digunakan untuk pengendalian biaya, pengelolaan sumber daya, dan produksi. Bagian penting dari pengendalian biaya adalah untuk menentukan penyebab terjadinya varians, jarak varians, dan untuk memutuskan jika varians membutuhkan tindakan perbaikan. Earned Value Technique (EVT) meliputi: 1. Planned Value (PV). PV adalah anggaran biaya dari pekerjaan terjadwal untuk penyelesaian suatu aktivitas atau komponen Work Breakdown Structure (WBS) pada periode waktu tertentu. 2. Earned Value (EV). Jumlah anggaran untuk pekerjaan aktual yang diselesaikan pada jadwal aktivitas atau komponen WBS selama periode waktu tertentu. 3. Actual Cost (AC). Total biaya yang dikeluarkan dalam penyelesaian pekerjaan pada jadwal aktivitas atau komponen WBS selama periode waktu tertentu. AC ini harus sesuai dalam definisi dan cakupan apapun yang dianggarkan untuk PV dan EV (misal, hanya jam kerja langsung, hanya biaya langsung, atau seluruh biaya termasuk biaya tak langsung). Nilai PV, EV, dan AC digunakan dengan kombinasi untuk menyediakan pengukuran kinerja dari suatu pekerjaan, apakah dikerjakan sesuai dengan perencanaan atau tidak. Pengukuran yang digunakan adalah: 1. Cost Variance (CV). Keragaman biaya pada akhir proyek akan berbeda antara anggaran pada penyelesaian dan jumlah aktual yang dibelanjakan. Keragaman negatif mengindikasikan suatu kondisi melebihi anggaran. CV = EV − AC ........................................... (1)

26

2. Schedule Variance (SV). Keragaman jadwal akhirnya akan sama dengan nol ketika proyek diselesaikan karena semua dihasilkan.

Keragaman

nilai-nilai

negatif

yang

direncanakan telah

mengindikasikan

suatu

kondisi

penyimpangan jadwal. SV = EV – PV ............................................ (2) Nilai CV dan SV dapat dikonversi menjadi indikator efisiensi untuk merefleksikan kinerja biaya dan jadwal proyek. 1. Cost Performance Index (CPI) CPI =

...................................... (3)

Nilai CPI biasanya disebut sebagai indikator efisiensi biaya. Nilai CPI kurang dari 1,00 mengindikasikan bahwa biaya di atas estimasinya. Nilai CPI yang lebih dari 1,00 mengindikasikan bahwa biaya di bawah estimasinya. Kerzner (2003) mendefinisikan jika: CPI = 1,00 perfect performance CPI > 1,00 exceptional performance CPI < 1,00 poor performance. 2. Schedule Performance Index (SPI) SPI =

....................................... (4)

SPI digunakan dalam hal status jadwal, untuk memprediksi tanggal penyelesaian dan dihubungkan dengan CPI untuk meramalkan estimasi penyelesaian proyek. 3. Estimate at Completion (EAC) EAC digunakan untuk meramalkan biaya penyelesaian proyek dari tanggal pelaporan berdasarkan pada tingkat kinerja yang telah terjadi sebelumnya. Untuk mengetahui biaya akhir proyek, maka digunakan indikator efisiensi biaya (CPI) yang diformulasikan pada persamaan (5). EAC = AC + (

)..................... (5)

27

2.6. Irigasi 2.6.1 Definisi dan Tujuan Irigasi Pengertian irigasi secara umum yaitu pemberian air kepada tanah dengan maksud untuk memasok lengas esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hansen, dkk., 1990 dalam Pusposutardjo, 2001). Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2001 Tentang Pengairan menyatakan bahwa irigasi merupakan usaha pengadaan dan pengaturan air secara buatan, baik air tanah maupun air permukaan untuk menunjang pertanian. Tujuan umum irigasi yaitu (Pusposutardjo, 2001): 1. Menjamin

keberhasilan

produksi

tanaman

dalam

menghadapi

kekeringan jangka pendek 2. Mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab untuk pertumbuhan tanaman 3. Mengurangi bahaya kekeringan 4. Mencuci dan melarutkan garam dalam tanah 5. Mengurangi bahaya pemipaan tanah 6. Melunakkan lapisan olah dan gumpalan-gumpalan tanah 7. Menunda pertunasan dengan cara pendinginan lewat evaporasi. Pengertian irigasi, bangunan irigasi, daerah irigasi, dan petak irigasi telah dibakukan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.23/1982 Ps.1. Kutipan dari pengertian-pengertian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. 2. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, dan penggunaannya. 3. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air satu jaringan irigasi. 4. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.

28

2.6.2 Klasifikasi Irigasi Departemen Pekerjaan Umum (1986) mengelompokkan jaringan irigasi berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas menjadi tiga jenis, yaitu irigasi sederhana, irigasi semi teknis, dan irigasi teknis. Karakteristik masing-masing jenis jaringan irigasi diperlihatkan pada Tabel 2. 1. Irigasi Sederhana Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air.

Jaringan

irigasi

sederhana

mudah

diorganisasikan

karena

menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial yang sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang, air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama. 2. Irigasi Semi Teknis Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah

terdapat

beberapa

bangunan

permanen,

namun

sistem

pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit. 3. Irigasi Teknis Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Di samping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan

29

pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Tabel 2. Klasifikasi Jaringan Irigasi Kategori Bangunan Utama Kemampuan dalam mengukur dan mengatur debit

Teknis Bangunan permanen

Klasifikasi Jaringan Irigasi Semi Teknis Sederhana Bangunan permanen Bangunan atau semi permanen sementara

Baik

Sedang

Tidak mampu mengatur/ mengukur

Jaringan saluran

Saluran pemberi dan pembuang terpisah

Saluran pemberi dan pembuang tidak sepenuhnya terpisah

Saluran pemberi dan pembuang menjadi satu

Petak tersier

Dikembangkan sepenuhnya

Belum dikembangkan dentitas bangunan tersier jarang

Belum ada jaringan terpisah yang dikembangkan

50-60%

40-50%

< 40%

Tak ada batasan

< 2000 hektar

< 500 hektar

Efisiensi secara keseluruhan Ukuran

Sumber: Direktorat Jenderal Pengairan (1986) 2.7. Konsep Pembangunan Irigasi Pembangunan

irigasi ditujukan untuk

meningkatkan produksi

usahatani khususnya padi, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Pembangunan irigasi dapat dilakukan melalui perbaikan sistem irigasi yang telah ada, pembangunan sarana pengairan dalam rangka perluasan jangkauan irigasi atau pengembangan tertier dalam rangka ketersediaan air. Perluasan areal sawah dari lahan yang sebelumnya bukan sawah atau terjadi peningkatan kualitas lahan sawah dari yang berkualitas rendah menjadi sawah yang berkualitas lebih tinggi terjadi melalui pembangunan irigasi. Sebagai contoh dengan pembangunan irigasi lahan sawah tadah hujan dapat menjadi sawah dengan pengairan teknis. Hal ini sesuai dengan pandangan Asnawi (1998) dalam Hendra (2006) yang menyatakan bahwa pembangunan irigasi adalah untuk memenuhi kebutuhan tambahan areal irigasi karena dari areal irigasi yang ada belum cukup mendukung pelestarian swasembada beras untuk jangka sedang dan panjang.

30

Peningkatan luas lahan sawah beririgasi dapat dilakukan dengan berbagai strategi antara lain: 1. Meningkatkan atau sekurang-kurangnya mempertahankan mutu irigasi yang ada sehingga fungsinya dapat ditingkatkan atau tidak menurun 2. Menyelesaikan proyek-proyek irigasi yang telah selesai pembangunan jaringan induk tetapi pembangunan jaringan tersier dan pencetakan sawahnya belum lagi terselesaikan 3. Melakukan rehabilitasi jaringan irigasi yang keragamannya telah menurun akibat kurangnya biaya untuk perawatan dan pemeliharaan selama ini 4. Menyelesaikan proyek-proyek yang tertunda penyelesaiannya 5. Pembangunan

jaringan

baru

yang

rancangannya

telah

dibuat.

Pembangunan jaringan irigasi baru dapat berupa pembangunan irigasi untuk sawah-sawah tadah hujan yang memerlukan pencetakan sawah baru. Tingkat ketersediaan air di sawah akan mempengaruhi bentuk pola tanam dan intensitas tanam petani padi yang akhirnya akan mempengaruhi produksi padi melalui kenaikan luas tanam secara berbanding lurus. Dengan demikian, pembangunan irigasi mempengaruhi kenaikan produksi padi secara tidak langsung dan berpengaruh terhadap waktu pemberian pupuk, obat-obatan, penyiangan dan faktor teknik budidaya lainnya. 2.8. Penelitian Terdahulu Arsyianti (2005) mempelajari penilaian kinerja Proyek Pembangunan Transmisi Gas Bumi Sumatera Tengah di PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk dengan pendekatan studi kasus. Kinerja proyek yang diukur dengan menggunakan indikator pengelolaan proyek (Nicholas, 1999) menyatakan bahwa Cost Performance Index (CPI) kumulatif mencapai 1,17. Hal ini berarti kinerja pengelolaan proyek baik walau terdapat beberapa kegiatan yang belum terbayarkan. Nilai Schedule Performance Index (SPI) kumulatif mencapai 0,89 berarti terdapat beberapa cost per unit kegiatan yang berbeda dengan anggarannya dan pekerjaan per periode yang lebih sering diselesaikan secara terlambat.

31

Wibowo (2005) melakukan studi tentang perencanaan waktu dan biaya proyek renovasi Puskesmas Lamepayung pada CV. Mega Kencana. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan menggunakan network planning yang menggunakan metode lintasan kritis, menghasilkan waktu yang optimal yaitu selama 56 hari dengan total biaya Rp 125.160.717,70 sedangkan menurut perencanaan yang dilakukan oleh CV. Mega Kencana selaku kontraktor adalah selama 63 hari dengan total biaya proyek sebesar Rp 127.584.290,00. Hasil ini menyimpulkan bahwa penerapan network planning dengan menggunakan metode lintasan kritis dapat mencapai efisiensi biaya proyek sebesar 1,8996% dan waktu proyek sebesar 11,1111%. Sudarsana (2008) meneliti tentang pengendalian biaya dan jadwal terpadu pada proyek konstruksi Pembangunan Gedung Instalasi Rehabilitasi Medik RS. Sanglah Denpasar. Hasil penelitian pada tanggal pelaporan hari ke-91 dari 127 hari yang dijadwalkan proyek selesai, PV sebesar Rp 1,4325 milyar, EV sebesar Rp 1,3747, dan AC sebesar Rp 1,3598 milyar. Pada saat ini kinerja proyek dari aspek biaya dikatakan untung (CV sebesar Rp 0,01 milyar dan CPI sebesar 1,01>1). Dari aspek jadwal, dikatakan proyek ini mengalami keterlambatan (SV sebesar Rp 0,06 milyar dan SPI sebesar 0,96<1). Prediksi biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan adalah Rp 2,8683 milyar, menunjukkan mendapat keuntungan (di bawah rencana anggaran Rp 2,8998 milyar). Sedangkan prediksi jadwal yang diperlukan 129 hari, menunjukkan mengalami keterlambatan 2 hari dari rencana.

32

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Tujuan pembangunan pertanian yaitu untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui swasembada pangan, menyebabkan timbulnya kebutuhan akan pembangunan irigasi, karena prioritas dalam pembangunan pertanian adalah membangun dan merehabilitasi irigasi (Hardjoamidjojo, 1994). Oleh karena itu, kebutuhan akan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi sudah menjadi prioritas untuk mendukung pembangunan pertanian tersebut. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan di dalam aspek-aspek yang khas pada proyek, akan tetapi biasanya masalah-masalah pada proyek dapat digolongkan ke dalam empat kategori umum: biaya yang terlampau besar, keluaran (output) yang rendah, kekecewaan dalam diri klien dan perencana, dan hasil-hasil yang tak diduga sebelumnya (Levine, et al., 1974). Kemampuan pengelolaan yang baik diperlukan dalam pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi sehingga proyek dapat berjalan dengan sukses. Menurut Kerzner (2003), terdapat tiga kendala yang melingkupi pelaksanaan proyek, yaitu waktu, biaya, dan kinerja. Ketiga kendala itu harus menjadi pertimbangan dalam perencanaan dan pelaksanaan sehingga tidak menghambat keberhasilan jalannya proyek. Keberhasilan suatu proyek dapat

dilihat

dari

keberhasilan

pihak-pihak

terkait

untuk

dapat

menyelesaikan proyek tersebut dengan tepat waktu dan sesuai dengan standar kinerja berupa pemenuhan spesifikasi produk dan biaya yang telah direncanakan. Adanya keterbatasan biaya, waktu, dan spesifikasi keluaran yang akan dihasilkan, tidak membatasi timbulnya kebutuhan akan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang sukses. Untuk mewujudkan proyek jaringan irigasi yang sukses, maka dibutuhkan pula perencanaan yang baik dan kemampuan untuk melaksanakan rencana dengan baik. Perencanaan yang telah ditetapkan dapat digunakan sebagai pedoman untuk pelaksanaan proyek. Perencanaan juga dapat dijadikan sebagai alat untuk pengendalian

33

jalannya proyek. Pelaksanaan proyek diusahakan tidak keluar dari apa yang direncanakan. Antara perencanaan dan pelaksanaan dibutuhkan pengendalian yang dapat mengidentifikasi penyimpangan dan melakukan perbaikan terhadap kinerja proyek. Pengendalian adalah fungsi manajemen yang mencakup pemantauan kinerja aktual, membandingkan aktual dengan standar, dan membuat koreksinya jika diperlukan. Pengendalian akan membuat pelaksanaan yang keluar dari rencana kembali sesuai dengan rencana semula, memantau kegiatan guna meyakinkan bahwa kegiatan tersebut diselesaikan seperti yang direncanakan, dan akan menjadikan perbaikan kinerja dalam proyek. Organisasi pemilik proyek harus melakukan pengendalian dengan mengevaluasi kinerja dari pelaksanaan proyek. Untuk mengevaluasi kinerja proyek, maka digunakan Earned Value Technique (EVT) versi Project Management Body of Knowledge (PMBOK) 2004 oleh Project Management Institute (2004). Evaluasi yang dilakukan difokuskan pada evaluasi jadwal dan biaya. Evaluasi ini pada akhirnya akan menghasilkan output berupa perbaikan kinerja proyek. Pengendalian yang baik terhadap proyek juga akan menghasilkan perbaikan kinerja proyek yang baik. Perbaikan kinerja akan membawa organisasi pemilik proyek mengerjakan proyek dalam pengawasan yang sesuai rencana. Perbaikan kinerja juga akan menjamin bahwa proyek akan dapat diselesaikan tepat waktu, efisiensi biaya, dan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Perbaikan kinerja proyek akan menjadikan proyek terlaksana sesuai dengan perencanaan dalam hal biaya dan jadwal. Selanjutnya organisasi akan dapat meningkatkan kinerja pelaksanaan proyek-proyeknya di masa yang akan datang. Terlaksananya proyek yang sesuai dengan perencanaan akan mendatangkan kepuasan pada pemilik atau pengguna proyek. Kerangka pemikiran konseptual dapat dilihat pada Gambar 6.

34

Kebutuhan pembangunan irigasi Spesifikasi produk

Keterbatasan sumber daya: • Biaya • Jadwal

Proyek rehabilitasi jaringan irigasi

Kebutuhan rehabilitasi jaringan irigasi yang sukses

Kebutuhan akan efisiensi dan efektivitas

Pelaksanaan

Perencanaan

Pengendalian Perbaikan kinerja proyek Efisiensi biaya dan efektivitas jadwal pelaksanaan proyek Kepuasan pemilik proyek Gambar 6. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.2. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan memanfaatkan data yang tersedia pada Direktorat Irigasi, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA), Departemen Pekerjaan Umum (PU) RI yang beralamat di Jl. Pattimura No.20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan fokus pada pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi dari Subproyek Perbaikan Irigasi Sulawesi Tenggara yang termasuk dalam Decentralized Irrigation System Improvement Project (DISIMP) yang pembiayaannya diperoleh dari Japan Bank International Cooperation (JBIC) Loan IP-509. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa saat ini

35

Ditjen SDA telah, sedang, dan akan melaksanakan proyek pembangunan atau rehabilitasi jaringan irigasi di seluruh wilayah Republik Indonesia. Penelitian ini mengevaluasi kinerja Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara (Kambara Irrigation Improvement) dan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi (Wawotobi Irrigation Improvement) di Provinsi Sulawesi Tenggara. 3.3. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait mengenai organisasi proyek dan gambaran proyek. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan kemajuan (prestasi), prosedur dan spesifikasi proyek, jadwal penyelesaian pekerjaan, anggaran, realisasi investasi proyek, dan literatur yang terkait dengan kebutuhan data penelitian. 3.4. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kuantitatif diolah secara manual maupun dengan program Microsoft Office Project 2007 dan Microsoft Office Excel 2007. Data ini nantinya akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Prosedur pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Pengeditan (verifikasi), yaitu menuliskan data dan informasi yang diperoleh 2. Tabulasi, yaitu menempatkan data ke dalam tabel 3. Interpretasi, yaitu menafsirkan arti hasil penelitian. Evaluasi kinerja proyek rehabilitasi jaringan irigasi ini menggunakan Earned Value Technique (EVT) versi Project Management Body of Knowledge (PMBOK) 2004 oleh Project Management Institute (2004) meliputi Budgeted Cost of Work Scheduled (BCWS) atau Planned Value (PV), Budgeted Cost of Work Performed (BCWP) atau Earned Value (EV), Actual Cost of Work Performed (ACWP) atau Actual Cost (AC), Cost Variance (CV) dan Cost Performance Index (CPI) untuk mengetahui

36

efisiensi pelaksanaan proyek, Schedule Variance (SV) dan Schedule Performance Index (SPI) untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan proyek, dan Estimate at Completion (EAC) untuk mengestimasi biaya penyelesaian proyek. 3.5. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 7. Penelitian dimulai dengan menentukan tujuan penelitian, kemudian melakukan studi pustaka yang berguna untuk mendukung tercapainya tujuan yang

telah ditetapkan.

Setelah

studi pustaka,

ditentukan

metode

pengumpulan dan pengolahan data. Jika data dan informasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi dan sesuai, maka data dan informasi itu diolah dan disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian disajikan dalam bentuk grafik untuk mempermudah interpretasi hasilnya. Hasil

analisis

mempermudah

yang

pengambilan

diperoleh

kemudian

keputusan

disimpulkan

selanjutnya

pada

untuk proyek.

Kesimpulan yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan untuk memberikan rekomendasi atau saran untuk menjadi pertimbangan bagi organisasi. Tahapan penelitian ini dapat dikatakan selesai apabila hasil yang diperoleh dapat menjawab tujuan dari penelitian. 3.6. Tata Laksana Penelitian ini dilaksanakan terhadap dua proyek rehabilitasi jaringan irigasi di Daerah Irigasi Kambara dan Wawotobi Provinsi Sulawesi Tenggara di bawah Decentralized Irrigation System Improvement Project (DISIMP) yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum RI. Tata laksana digunakan untuk mempermudah penelitian ini. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2009. Secara umum tugas-tugas penelitian yang akan dilaksanakan yaitu pengumpulan data, tabulasi data, pengolahan data, membuat laporan, interpretasi hasil, dan menyusun kesimpulan dan saran.

37

Tata laksana pengumpulan dan analisis data sebagaimana tercantum di Lampiran 1 diperlukan untuk mempermudah pelaksanaan penelitian dan untuk memenuhi tujuan dari penelitian ini. Data-data yang diperlukan untuk mengidentifikasi siklus pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi adalah prosedur pelaksanaan konstruksi proyek dan struktur organisasi dan koordinasi proyek. Data-data ini diperoleh melalui data sekunder dan wawancara pada tim teknis proyek. Setelah data-data ini dianalisis, maka diperoleh output berupa gambaran umum proses pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi. Data-data yang diperlukan untuk mengidentifikasi perencanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi adalah data-data mengenai jenis proyek, lokasi proyek, volume proyek, karakter proyek, project scope statement, dokumen kontrak, spesifikasi hasil proyek, jadwal pelaksanaan pekerjaan proyek, Work Breakdown Structure (WBS), dan baseline biaya. Data-data ini diperoleh melalui data sekunder milik organisasi. Output dari analisis data-data ini berupa gambaran mengenai perencanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi. Data-data yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi adalah baseline biaya, laporan kinerja, informasi pelaksanaan pekerjaan, rencana manajemen proyek, rencana manajemen jadwal, baseline jadwal, dan data biaya aktual proyek. Output dari analisis untuk menjawab permasalahan yang ketiga ini adalah hasil kinerja proyek rehabilitasi jaringan irigasi.

38

Start Tujuan Penelitian Studi Pustaka

Penentuan Teknik Pengumpulan Data

Penentuan Metode Analisis dan Pengolahan Data

Pengumpulan Data: − Gambaran Umum Organisasi − Gambaran Proyek − Prosedur dan Spesifikasi Proyek − Jadwal Penyelesaian Pekerjaan Proyek − Anggaran Proyek − Aktual Investasi Proyek

Tabulasi Data yang Diperoleh

Pengolahan Data: − Evaluasi Jadwal − Evaluasi Biaya − Indikator Kinerja

OK? Tidak

OK?

Ya

Tidak

Ya Tampilan Report Interpretasi Hasil Kesimpulan dan Saran Stop

Gambar 7. Diagram Alir Tahapan Penelitian

39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Pekerjaan Umum RI dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta standardisasi di bidang sumber

daya

air.

Dalam

melaksanakan

tugas,

Ditjen

SDA

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 1. Perumusan kebijakan departemen di bidang sumber daya air sesuai peraturan dan perundangan 2. Penyusunan program dan anggaran serta evaluasi kinerja pelaksanaan di bidang sumber daya air 3. Pelaksanaan kebijakan di bidang sumber daya air meliputi irigasi, rawa dan pantai, sungai, danau, waduk dan bendungan, termasuk penyediaan air baku dan pemanfaatan air tanah 4. Pelaksanaan pengaturan pengelolaan sumber daya air 5. Pembinaan dan bantuan teknis pengelolaan sumber daya air dan evaluasi termasuk konservasi dan pemeliharaan 6. Pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi di bidang sumber daya air 7. Penyusunan norma, standar, pedoman dan manual di bidang sumber daya air 8. Pelaksanaan urusan administrasi Direktorat Jenderal. Visi dari pengelolaan sumber daya air Direktorat Jenderal Sumber Daya Air adalah terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Maka, gambaran umum keadaan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah: 1. Tercapainya pengelolaan sumber daya air (SDA) berdasar pola pengelolaan wilayah sungai yang menyeluruh, terpadu, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup 2. Tertingkatkannya perlindungan masyarakat dari bencana daya rusak air

40

3. Terpenuhinya kecukupan air bagi sebagian besar masyarakat dengan prioritas utama untuk kebutuhan pokok masyarakat dan pertanian rakyat 4. Terwujudkannya keterlibatan peran masyarakat secara aktif dalam pengelolaan SDA melalui Dewan Sumber Daya Air (SDA) yang merupakan Forum Dialog dan Koordinasi antarpemilik kepentingan yang terlegitimasi 5. Terlaksanakannya suatu prinsip pembiayaan jasa pengelolaan SDA yang dapat memberikan intensif dan disintensif dengan memanfaatkan berbagai sumber daya secara sinergi dan terintegrasi. Misi dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air terbagi menjadi lima misi. Kelima misi itu adalah: Misi 1 : Mengkonservasi SDA berkelanjutan Misi 2 : Mendayagunakan SDA secara adil serta memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas untuk berbagai kebutuhan masyarakat Misi 3 : Mengendalikan daya rusak air Misi 4 : Memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan SDA Misi 5 : Meningkatkan keterbukaan serta ketersediaan data dan informasi dalam pengelolaan SDA. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dipimpin oleh seorang direktur jenderal yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh sekretaris jenderal dan enam direktur. Struktur organisasi Ditjen SDA dapat dilihat pada Gambar 8.

41

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Sekretariat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Direktorat Bina Program

Direktorat Sungai, Danau dan Waduk

Direktorat Irigasi

Direktorat Rawa dan Pantai

Direktorat Bina Pengelolaan SDA

Sub Direktorat Kebijakan dan Strategi

Sub Direktorat Perencanaan Teknis

Sub Direktorat Perencanaan Teknis

Sub Direktorat Perencanaan Teknis

Sub Direktorat Operasi dan Pemeliharaan Sungai, Danau dan Waduk

Sub Direktorat Program dan Anggaran

Sub Direktorat Pelaksanaan Wilayah Barat

Sub Direktorat Pelaksanaan Wilayah Barat

Sub Direktorat Pelaksanaan Wilayah Barat

Sub Direktorat Operasi dan Pemeliharaan Irigasi

Sub Direktorat Perencanaan Wilayah Sungai

Sub Direktorat Pelaksanaan Wilayah Timur

Sub Direktorat Pelaksanaan Wilayah Timur

Sub Direktorat Pelaksanaan Wilayah Timur

Sub Direktorat Operasi dan Pemeliharaan Rawa dan Pantai

Sub Direktorat Data dan Informasi

Sub Direktorat Konservasi Sumber Daya Air

Sub Direktorat Penyediaan Air Baku

Sub Direktorat Pengamanan Pantai

Sub Direktorat Kelembagaan

Sub Direktorat Evaluasi Kinerja

Sub Dirketorat Penanggulangan Bencana Alam

Sub Direktorat Pemanfaatan Air Tanah

Sub Direktorat Pendayagunaan Lahan

Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat

Gambar 8. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, PU (Ditjen SDA PU, 2005) 4.2. Gambaran Umum Decentralized Irrigation System Improvement Project (DISIMP) di Wilayah Timur Indonesia 4.2.1 Umum Decentralized Irrigation System Improvement Project (DISIMP) di wilayah timur Indonesia didanai oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC) yang sekarang berganti nama menjadi Japan International Cooperation Agency (JICA). Persetujuan Pinjaman DISIMP (JBIC Loan IP-509) disimpulkan pada 10 Oktober 2001. Perjanjian untuk jasa konsultan DISIMP ditandatangani pada 27 Juni 2003 dengan konsultan Nippon Koei and Associates. Perwakilan pelaksana DISIMP adalah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA), Departemen Pekerjaan Umum (PU). Surat penggunaan jasa konsultan dikeluarkan oleh Ditjen SDA, Departemen Pekerjaan Umum (PU) pada 16 April 2003. Total area

42

sasaran pembangunan ini diperkirakan sekitar 110.000 ha. Organisasi dan koordinasi untuk implementasi DISIMP dapat dilihat pada Lampiran 2. Tujuan utama DISIMP di wilayah timur Indonesia adalah untuk meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat lokal dan untuk memperbaiki kesejahteraan

pedesaan

dengan

mempercepat

pembangunan

desa

terintegrasi. Intensifikasi dari aktivitas-aktivitas pertanian dan pembangunan pedesaan terjadi melalui perbaikan, penataran dan pembekalan sistem irigasi dan penyaluran, jaringan jalan petani, dan pembekalan dari infrastruktur pedesaan umum lainnya. Jumlah dari sub-sub proyek DISIMP yang diusulkan adalah dua puluh tujuh, didistribusikan di delapan provinsi di wilayah timur Indonesia, yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo. Garis besar JBIC Loan IP-509 diringkas sebagai berikut: 1. Tanggal keputusan L/A : 10 Oktober 2002 2. Tanggal efektif L/A

: 04 Februari 2003

3. Masa efektif L/A

: 9 tahun

4. Tanggal penutupan L/A : 04 Februari 2012 5. Jumlah L/A

: ¥ 27,035 juta

6. Tingkat suku bunga

: a) pekerjaan sipil dan peralatan sebesar 1,80% per tahun b) jasa konsultan sebesar 0,75% per tahun

7. Pay back period

: 30 tahun

8. Grace period

: 10 tahun

Tabel 3. Jumlah Alokasi Loan IP-509 Kategori (A) Pekerjaan Sipil (B) Pengadaan Peralatan (C) Jasa Konsultan (D) Kontinjensi Total

Sumber: Nippon Koei (2009)

Jumlah Pinjaman Teralokasi (¥ juta) 20,877 260 4,838 1,060 27,035

% Pengeluaran untuk Pendanaan 100 100 100

43

Komponen utama DISIMP termasuk: 1. Implementasi pekerjaan sipil untuk dua puluh tujuh subproyek di delapan provinsi 2. Menetapkan/memperkuat Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan Gabungan Petani Pemakai Air (GP3A) untuk sub-sub proyek menuju realisasi pembangunan berkelanjutan melalui capacity building untuk aparat pemerintah daerah yang tercakup dalam manajemen air irigasi dan juga petani-petani 3. Jasa konsultan untuk implementasi komponen proyek. Pekerjaan sipil yang diusulkan terdiri dari implementasi: 1. Pekerjaan-pekerjaan penambahan atau perpanjangan untuk kelanjutan SSIMP-III 2. Pekerjaan perbaikan irigasi untuk rencana irigasi yang sudah ada 3. Tanggul irigasi baru 4. Bendungan irigasi baru 5. Baru atau perpanjangan irigasi air tanah. 4.2.2 DISIMP Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara adalah daerah yang lebih kering dari pada Sulawesi Selatan dengan kepadatan penduduk yang lebih rendah dari pada Sulawesi Selatan, namun dengan proporsi transmigran yang lebih tinggi. Curah hujan umumnya tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan padi dan pertanian dan oleh karena itu didominasi oleh pertanian air tanah dan tanaman pohon. Peta DISIMP Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Lampiran 3. Proyek DISIMP di Sulawesi Tenggara adalah: 1. Benoa Aporo Fase-2 (penyelesaian dari rencana sistem irigasi untuk 1.600 ha) 2. Perbaikan irigasi untuk 17.000 ha di lima lokasi 3. Pembangunan air tanah baru untuk 323 ha (Basala Lipumasagena). 4.2.3 Subproyek Perbaikan Irigasi Sulawesi Tenggara Subproyek perbaikan irigasi diusulkan untuk memperkuat program irigasi yang sudah ada. Proyek ini tidak hanya merehabilitasi fasilitasfasilitas, tetapi juga memperkuat P3A dan melatih mereka untuk

44

berpartisipasi dalam Operation and Maintenance (O&M) sistem-sistem dan mencoba untuk mempertahankan peningkatan produksi pangan. Pada tahap awal, studi luas pada manajemen air irigasi telah dilakukan oleh konsultan untuk tiap rencana proyek dan diklarifikasi masalah yang ada pada manajemen air, dan bentuk rencana tindakan untuk mengatasinya. Konsultan telah melengkapi desain rinci, dan mempersiapkan dokumen tender untuk pekerjaan-pekerjaan rehabilitasi dan membantu staf proyek dengan menenderkan pekerjaan bersama supervisi kontraktor-kontraktor. Perencanaan detil untuk pendirian dan memperkuat P3A/GP3A dan manajemen O&M (termasuk pendanaan) dipersiapkan oleh konsultan untuk pertimbangan dan petunjuk dari Pemerintah Indonesia. 4.3. Siklus Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Pelaksanaan

pekerjaan

konstruksi

proyek

dilakukan

setelah

penandatanganan perjanjian kontrak kerja, dan harus mengikuti siklus pelaksanaan yang ditetapkan oleh Ditjen SDA yang terdiri dari fase konseptual, fase perencanaan, fase pengujian, fase implementasi, dan fase penutupan. Gambar siklus pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi dalam bentuk bagan alir (flow chart) dapat dilihat pada Lampiran 4. Penjelasan flow chart tersebut adalah sebagai berikut: 1. Setelah pembuatan kontrak dan disetujui oleh JBIC melalui Direktur Irigasi, maka dilaksanakan pre-construction meeting yaitu selambatlambatnya tujuh hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). 2. Mutual check 0% (MC-0%) dilaksanakan bersama antara pihak kontraktor dan direksi pekerjaan. 3. Hasil perhitungan pemeriksaan didiskusikan di tingkat bagian pelaksana. Kesimpulan dari pembahasan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: a. Gambar desain cocok dengan lapangan tanpa perlu perubahan. Gambar ini dapat langsung dipakai untuk pelaksanaan. b. Gambar desain sebagian kurang cocok tapi masih dapat disesuaikan dengan kondisi di lapangan disebut revisi kecil atau ringan.

45

c. Gambar desain secara prinsip tidak cocok dengan kondisi di lapangan sehingga diperlukan desain ulang disebut revisi besar atau total. 4. Kontraktor membuat gambar kerja (shop drawing) yang disetujui direksi dan konsultan. 5. Dari hasil arahan pihak bagian pelaksana, selanjutnya direksi pekerjaan menyiapkan Draft MC-0% dan final MC-0%. 6. Daftar Pekerjaan hasil MC-0% dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok prioritas pekerjaan, yaitu: a. Prioritas 1: item pekerjaan yang dapat langsung dilaksanakan b. Prioritas 2: item pekerjaan yang perlu ataupun sangat perlu tetapi pelaksanaan pekerjaannya dapat ditunda, item-item pekerjaan ini dimasukkan dalam daftar pekerjaan yang ditunda, sambil menunggu perhitungan evaluasi terakhir alokasi biaya c. Prioritas 3: item pekerjaan yang perlu tapi tidak terlalu mendesak dan jika perlu dapat tidak dikerjakan dulu. 7. Setiap akan melaksanakan kegiatan konstruksi, pihak kontraktor harus mengikuti petunjuk direksi pekerjaan dengan mengajukan request pelaksanaan untuk pekerjaan-pekerjaan utama. 8. Selama pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor kemungkinan masih dapat timbul perubahan order (change order) ataupun variation order. 9. Sebagai laporan akhir kontrak pekerjaan harus dibuat laporan-laporan sebagai berikut: a. Laporan MC-0% b. As-built drawing c. Foto-foto pelaksanaan, saat kondisi di lapangan awal, sedang dan akhir pelaksanaan d. Laporan akhir (nota penjelasan) tiap paket pekerjaan yang dibuat oleh direksi.

46

4.4. Rencana Proyek (Project Plan) Tanggung jawab yang paling penting dari proyek adalah perencanaan, integrasi, dan melaksanakan rencana. Hampir semua proyek memerlukan perencanaan yang terbaik karena durasi proyek yang singkat untuk pengendalian penggunaan sumber daya yang tersedia. Secara umum perencanaan dapat digambarkan sebagai fungsi penentuan tujuan, kebijakan organisasi, prosedur, dan program yang diperlukan untuk mencapainya. Perencanaan adalah penentuan apa yang perlu dilakukan oleh siapa dan kapan dilakukan, dalam rangka memenuhi salah satu dari tanggung jawab yang ditugaskan (Kerzner, 2003). Perencanaan ini sebagai baseline dalam evaluasi kinerja proyek pada saat pelaporan. Rencana yang diusulkan dan disetujui dalam subproyek perbaikan irigasi Sulawesi Tenggara adalah Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara (Kambara Irrigation Improvement) dan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi (Wawotobi Irrigation Improvement). 4.4.1 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara 1. Garis Besar Proyek Bendungan irigasi 2.300 ha Kambara terletak di Kabupaten Muna, sekitar 60 km dari Raha, dan dapat dicapai dengan kendaraan dalam waktu 1,5 jam. Raha terletak di selatan Kendari di Pulau Muna dan dapat dicapai dalam waktu 4 jam dengan menggunakan kapal ferry cepat. Bendungan Kambara dibangun pada tahun 1994 dan untuk sistem irigasinya (termasuk struktur terkait) pada tahun 1997. Layout jaringan irigasi Kambara dapat dilihat pada Lampiran 5. Studi dan desain yang dilaksanakan di bawah DISIMP adalah sebagai berikut: a. Rehabilitasi bendungan Kambara, termasuk penambahan konstruksi jembatan di atas bendungan dengan total panjang 40 m b. Membangun kembali penutup tanggul kanan di bendungan c. Perbaikan saluran utama dan saluran sekunder Kambara dengan total panjang 15 km d. Rehabilitasi dari 5 struktur pengalihan dan nonaktif

47

e. Rehabilitasi 15 struktur komplementer f. Rehabilitasi 6,5 km saluran utama g. Panduan petani dan formasi P3A/GP3A untuk mengaktifkan partisipasi penerima dalam O&M dari seluruh sistem. 2. Aspek Kontraktual Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dilaksanakan oleh kontraktor PT. SAC–Nusantara dengan pembinaan dan pengawasan terhadap pekerjaan proyek yang dilakukan oleh Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi Wilayah Kabupaten Muna, Satuan Kerja Sementara Irigasi dan Rawa Sulawesi Tenggara, dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja Sementara Irigasi dan Rawa Sulawesi Tenggara. Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi Wilayah Kabupaten Muna juga bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Republik Indonesia c.q Departemen Pekerjaan Umum c.q Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Penandatanganan kontrak dengan kontraktor dilakukan pada 18 Agustus 2005. Jangka waktu kontrak adalah tujuh ratus dua puluh hari kalender yang terdiri dari jangka waktu pelaksanaan ditambah dengan jangka waktu pemeliharaan yang dihitung sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) sampai berakhirnya masa pemeliharaan. 3. Jadwal (Schedule) Pelaksanaan Pekerjaan Pelaksanaan pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dijadwalkan mulai pada Agustus 2005 dan berakhir pada Februari 2007 yang menghabiskan waktu lima ratus empat puluh hari kalender dihitung sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). SPMK terbit pada 25 Agustus 2005 dan diharapkan pekerjaan selesai pada 17 Februari 2007. Selama masa pekerjaan telah diberikan bobot

masing-masing

pekerjaan

pada

saat

perencanaan.

Work

Breakdown Structure (WBS) dan jadwal konstruksi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dapat dilihat pada Lampiran 6, dan jadwal konstruksi terbobot Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dapat dilihat di Lampiran 7.

48

4. Sumber Daya (Resources) Sumber daya yang digunakan dalam pengerjaan proyek ini terdiri dari peralatan, material dan tenaga kerja. Peralatan-peralatan yang digunakan adalah: a. Baby Roller

j.

b. Bar Bander

k. Excavator Pc-200

c. Bar Cutter

l.

d. Bulldozer D-85

m. Hand Stamper

e. Bulldozer D-3

n. Theodolite

f. Car Mix

o. Vibro Roller

g. Concrete Mixer

p. Waterpass

h. Concrete Vibrator

q. Water tank truck

i.

Excavator Pc-100

Generator Set

Dump Truck

Material yang digunakan dalam pengerjaan proyek ini adalah: a. Batu

d. Pasir

b. Batu pecah

e. Semen

c. Besi

f. Solar

Sedangkan tenaga kerja yang digunakan dalam pengerjaan proyek ini adalah: a. Site manager

g. Surveyor

b. Deputy site manager

h. Quantity/draftsman

c. Super intendent

i.

Operator

d. Assistant super

j.

Mechanic

intendent e. Quality control

k. Driver l.

Logistic

f. Technical administration 5. Biaya Jumlah biaya (nilai kontrak) yang disepakati untuk pelaksanaan pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara adalah sebesar Rp 7.190.752.220,93 (tujuh milyar seratus sembilan puluh juta tujuh ratus lima puluh dua ribu dua ratus dua puluh rupiah) yang tidak

49

termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Daftar rekapitulasi harga setiap jenis pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Harga Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara No.

Deskripsi Pekerjaan

A. B. B.1

Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Bendung Pekerjaan Sayap Bendung Pekerjaan Tanggul Penutup dan Tanggul B.2 Banjir Kiri B.3 Pekerjaan Jembatan B.4 Pekerjaan Pintu B.5 Pekerjaan Jalan Masuk Bendung B.6 Pekerjaan Lain-lain Bendung B.7 Pekerjaan Fasilitas O & M C. Pekerjaan Saluran Kambara Pekerjaan Saluran Induk/Saluran C.1 Sekunder Kambara C.2 Pekerjaan Tersier C.3 Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran C.4 Pekerjaan Saluran Pembuang Jumlah Harga (A + B + C)

Jumlah Biaya (Rp) 406.000.000,00 1.782.258.236,14 150.698.833,00

Bobot (%) 5,65 24,79 2,10

544.946.888,64

7,58

92.411.031,50 251.856.000,00 273.695.483,00 59.650.000,00 409.000.000,00 5.002.471.050,81

1,29 3,50 3,81 0,83 5,69 69,57

4.507.401.695,81

62,68

296.298.702,00 198.770.653,00 7.190.729.286,95

4,12 2,76 100.00

Sumber: Ditjen SDA PU (2005) Nilai kontrak sudah termasuk segala pengeluaran kontraktor serta pajak-pajak kecuali Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Nilai kontrak yang sesungguhnya adalah hasil perkalian harga satuan dengan volume pekerjaan yang nyata dilaksanakan di lapangan yang diperoleh setelah diadakan mutual check. Pergerakan biaya dan sumber daya yang dibutuhkan selama perjalanan proyek dari awal sampai akhir dapat dilihat pada Kurva-S yang disajikan pada Gambar 9. Kurva-S dibuat berdasarkan biaya atau bobot kumulatif dari awal sampai akhir proyek sesuai perencanaan yang akan digunakan sebagai baseline dalam mengukur kinerja proyek pada saat pelaporan.

Milyar

50

Rp8,000.00 Rp7,000.00

Nilai Kumulatif

Rp6,000.00 Rp5,000.00 Rp4,000.00 Rp3,000.00 Rp2,000.00 Rp1,000.00 Rp0.00

K3 2005

PV Rp122,

K4 2005

K1 2006

K2 2006

K3 2006

K4 2006

K1 2007

Rp980,

Rp1,62

Rp2,45

Rp4,14

Rp6,41

Rp7,19

Gambar 9. Kurva-S Cost Baseline Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara 4.4.2 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi 1. Garis Besar Proyek Bendungan irigasi Wawotobi 16.000 ha berlokasi di Kabupaten Konawe, sekitar 70 km ke arah barat dari Kendari. Area irigasi terletak antara Sungai Konaweha dan Sungai Lahumbuti, mencakup beberapa desa dan tujuh kecamatan dan dapat dicapai dengan kendaraan dalam waktu 1,5 jam. Desain awal direncanakan untuk 18.000 ha sawah irigasi dengan 1.500 ha di sisi kiri dan 16.500 ha di sisi kanan dari Sungai Konaweha. Akan tetapi, studi menunjukkan bahwa setelah perubahan dalam penggunaan lahan sejak konstruksi pada tahun 1980-an, khususnya pembangunan kota besar dari Unaha, area potensial harus direvisi menjadi 10.849 ha, dengan 9.778 ha di kiri dan 1.071 ha di kanan. Layout jaringan irigasi Wawotobi dapat dilihat pada Lampiran 8. Bendungan Wawotobi dan sistem irigasi kiri dibangun antara tahun 1982 dan 1988 dan sistem kanan pada tahun 1998. Walaupun banyak sistem yang beroperasi dengan baik, dengan dua kali panen per tahun pada 7.000 ha, beberapa masalah yang dilaporkan membuat operasi semakin sulit adalah sebagai berikut:

51

a. Kesulitan operasi di pintu utama b. Beratnya sedimentasi dalam sistem c. Minimnya sistem drainase utama d. Kurangnya pemeliharaan dan inspeksi tanggul banjir. DISIMP mempelajari rencana keseluruhan untuk menentukan masalah dan membuat rekomendasi-rekomendasi perbaikan untuk diimplementasikan. Pekerjaan ini terdiri dari: a. Meninjau perencanaan manajemen air b. Rehabilitasi sistem saluran irigasi, termasuk mengkorek endapan c. Rehabilitasi konstruksi sistem drainase d. Inspeksi perlindungan tanggul banjir dan perbaikan akses jalan untuk O&M e. Rehabilitasi struktur pengaliran drainase termasuk mengirapkan gerbang, dan perbaikan akses untuk pemeliharaan f. Rehabilitasi struktur yang berhubungan g. Panduan petani dan P3A/GP3A dan penguatannya. 2. Aspek Kontraktual Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi dilaksanakan oleh Joint Operation antara PT. Nindya Karya, PT. Brantas Abipraya, dan PT. Sarang Tehnik dengan pembinaan dan pengawasan terhadap pekerjaan proyek yang dilakukan oleh Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi Wilayah Kendari, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Irigasi dan Rawa Sulawesi Tenggara, dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Irigasi dan Rawa Sulawesi Tenggara. Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi Wilayah Kendari juga bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Republik Indonesia c.q Departemen Pekerjaan Umum c.q Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Penandatanganan kontrak dengan kontraktor dilakukan pada 20 November 2006. Jangka waktu kontrak adalah sembilan ratus hari kalender, terdiri dari jangka waktu pelaksanaan ditambah dengan jangka waktu pemeliharaan yang dihitung sejak

52

diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) sampai berakhirnya masa pemeliharaan. 3. Jadwal (Schedule) Pelaksanaan Pekerjaan Pelaksanaan pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi dijadwalkan akan menghabiskan waktu tujuh ratus dua puluh hari dihitung sejak diterbitkannya SPMK. SPMK terbit pada 29 Desember 2006 dan diharapkan akan selesai pada 18 Desember 2008. Work Breakdown Structure (WBS) dan jadwal konstruksi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi dapat dilihat pada Lampiran 9. Jadwal konstruksi terbobot Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi dapat dilihat pada Lampiran 10. 4. Sumber Daya (Resources) Sumber

daya

yang

digunakan

dalam pengerjaan

Proyek

Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi terdiri dari sumber daya peralatan, material, dan tenaga kerja. Sumber daya peralatan yang tersedia dalam pengerjaan proyek ini adalah: a. Baby roller

g. Concrete vibrator

b. Bar bander

h. Crawler crane + Pile hammer

c. Bar cutter d. Bulldozer D-85;D-3

i.

Dump truck

e. Car mix

j.

Engine water pump

f. Concrete mixer

k. Excavator Pc-100

l.

p. Theodolite

Excavator Pc-200

m. Generator set

q. Vibro roller

n. Hand stamper

r. Waterpass

o. Motor greader

s. Water tank truck

Sumber daya material yang digunakan dalam pengerjaan proyek ini adalah: a. Coarse aggregate

d. Portland cement

b. Fine aggregate/sand

e. Reinforcement bar

c. Masonry stone

f. Solar

53

Tenaga kerja yang digunakan untuk pengerjaan proyek ini adalah: a. Site manager

g. Surveyor/assistant surveyor

b. Deputy site manager c. Super intendent

h. Quantity/draftsman

d. Assistant

i.

Operator

j.

Mechanic

superintendent e. Quality control

k. Driver

f. Technical

l.

Logistic

administration 5. Biaya Jumlah biaya (nilai kontrak) yang disepakati untuk pelaksanaan pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi adalah sebesar Rp 29.558.631.317,08 (dua puluh sembilan milyar lima ratus lima puluh delapan juta enam ratus tiga puluh satu ribu tiga ratus tujuh belas dan 8/100 rupiah) yang tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Nilai kontrak yang sesungguhnya adalah hasil perkalian harga satuan dengan volume pekerjaan yang nyata dilaksanakan di lapangan yang diperoleh setelah diadakan mutual check. Tabel 5. Rekapitulasi Harga Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi No.

Deskripsi Pekerjaan

A. B. B.1 B.2 B.3 B.4 B.5 C.

Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Bendung Pekerjaan Elektrikal Pintu Bendung Pekerjaan Kantong Lumpur Bendung Pekerjaan Tanggul Banjir Pekerjaan Lain-lain Bendung Pekerjaan Fasilitas PROM Pekerjaan Saluran Wawotobi Pekerjaan Saluran Induk/Saluran C.1 Sekunder C.2 Pekerjaan Tersier Pekerjaan Pintu dan Lain-lain C.3 Saluran C.4 Jalan Usaha Tani C.5 Pekerjaan Saluran Pembuang Jumlah (A + B + C)

Sumber: Ditjen SDA PU (2006)

932.308.000,00 4.611.860.137,51 2.127.661.330,00 215.764.077,84 1.218.993.643,67 263.116.086,00 786.325.000,00 24.014.463.179,57

Bobot (%) 3.15 15.60 7.20 0.73 4.12 0.89 2.66 81.24

7.178.091.367,23

24.28

2.285.149.269,42

7.73

890.940147,50

3.01

Harga (Rp)

666.230.818,14 12.994.051.557,28 29.558.631.317,08

2.25 43.96 100.00

54

Nilai kontrak sudah termasuk segala pengeluaran kontraktor serta pajak-pajak kecuali Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pembayaran dilakukan dengan angsuran yang diselenggarakan sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan cara perhitungan yang telah ditentukan oleh Ditjen SDA. Daftar rekapitulasi harga tiap jenis pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi dapat dilihat pada Tabel 5. Pergerakan biaya dan sumber daya yang dibutuhkan selama perjalanan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi dari awal sampai akhir dapat dilihat melalui Kurva-S yang disajikan pada Gambar 10. Kurva-S dibuat berdasarkan biaya atau bobot kumulatif dari awal sampai akhir proyek sesuai perencanaan, yang akan digunakan sebagai

Nilai Kumulatif

Milyar

baseline dalam mengevaluasi kinerja proyek pada saat pelaporan. Rp30.00 Rp27.00 Rp24.00 Rp21.00 Rp18.00 Rp15.00 Rp12.00 Rp9.00 Rp6.00 Rp3.00 Rp0.00

K1 2007

K2 2007

K3 2007

K4 2007

K1 2008

K2 2008

K3 2008

K4 2008

PV Rp1,24 Rp3,87 Rp8,26 Rp13,4 Rp19,8 Rp25,4 Rp28,3 Rp29,5

Gambar 10. Kurva-S Cost Baseline Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi 4.5. Evaluasi Kinerja Proyek Evaluasi kinerja membantu dalam menilai besarnya keragaman pelaksanaan pekerjaan yang terjadi. Earned Value Technique (EVT) membandingkan BCWP pada nilai kontrak dengan BCWS dan ACWP. Penggunaan teknik ini terutama untuk pengendalian biaya, manajemen sumber daya, dan produksi. Bagian penting dari pengendalian proyek adalah menentukan penyebab dari keragaman (deviasi) pelaksanaan pekerjaan, besarnya keragaman (deviasi), dan mengambil keputusan jika keragaman

55

(deviasi) pelaksanaan pekerjaan membutuhkan tindakan perbaikan. EVT menggunakan cost baseline yang terkandung dalam rencana manajemen proyek untuk menilai kemajuan (prestasi) proyek dan besarnya keragaman (deviasi) pelaksanaan pekerjaan yang terjadi. 4.5.1 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Pekerjaan konstruksi Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dilaksanakan mulai pada tanggal 25 Agustus 2005 (kuartal III 2005) dan dijadwalkan selesai pada tanggal 17 Februari 2007 (kuartal I 2007). Jadwal kemajuan (prestasi) untuk tiap kuartal telah ditentukan pada saat perencanaan. Oleh karena itu, perlu dibandingkan antara jadwal kemajuan (prestasi) dengan kemajuan (prestasi) aktual untuk mengetahui keragaman jadwal dan biaya proyek pada saat proyek seharusnya dilaporkan selesai. Kuartal I 2007 adalah jadwal proyek selesai, namun pada kuartal ini proyek belum terselesaikan sehingga jadwal diperpanjang hingga akhir April 2007. Pengukuran kinerja proyek dilakukan pada saat akhir proyek yang seharusnya dalam perencanaan dijadwalkan selesai, yaitu pada kuartal I 2007. Perbandingan antara persentase schedule progress dengan actual progress dari kuartal III 2005 sampai kuartal I 2007 dapat dilihat pada Tabel 6 yang dijadikan dasar untuk mengetahui status kinerja proyek dari kuartal III 2005 sampai kuartal I 2007. Status kinerja per kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dengan menggunakan EVT ditampilkan pada Lampiran 11. Nilai PV diperoleh dari hasil perkalian antara kemajuan (prestasi) yang dijadwalkan tercapai tiap kuartal dengan cost baseline. EV diperoleh dari hasil perkalian antara kemajuan (prestasi) aktual tiap kuartal dengan cost baseline. AC adalah realisasi biaya kumulatif yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan yang diperoleh dari catatan pengeluaran proyek dari kuartal III 2005 sampai kuartal I 2007. Kemudian setelah diketahui nilai-nilai PV, EV, dan AC dapat diketahui keragaman (deviasi) biaya dan jadwal tiap kuartal serta indikator efisiensi jadwal dan biaya per kuartal.

56

Tabel 6. Informasi Schedule Progress dan Actual Progress Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Per Kuartal Kuartal Kuartal III 2005 Kuartal IV 2005 Kuartal I 2006 Kuartal II 2006 Kuartal III 2006 Kuartal IV 2006 Kuartal I 2007

Schedule Progress (%) 1,71 13,63 22,60 34,13 57,65 89,21 100,00

Actual Progress (%) 0,03 5,58 13,69 26,45 40,32 76,71 84,31

Deviasi (%) −1,68 −8,06 −8,91 −7,68 −17,33 −12,49 −15,69

Sumber: Nippon Koei (2005, 2006, 2007) Pelaksanaan proyek terlambat dengan adanya nilai deviasi negatif tiap kuartal pada Tabel 6. Nilai schedule progress dan actual progress adalah nilai kumulatif dari awal mula pelaksanaan proyek. Status kinerja Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara pada kuartal I 2007, di mana pada kuartal ini proyek seharusnya selesai, dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Status Kinerja Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara pada Kuartal I 2007 Indikator Kinerja Planned Value Earned Value Actual Cost Schedule Variance Schedule Performance Index Cost Variance Cost Performance Index Estimate to Completion Estimate at Completion Variance at Completion

Akronim PV EV AC SV SPI CV CPI ETC EAC VAC

Kuartal I 2007 Rp 7.190.752.220,93 Rp 6.062.523.197,47 Rp 5.514.760.544,00 −Rp 1.128.229.023,46 0,843 Rp 547.762.653,47 1,099 Rp 1.026.290.984,88 Rp 6.541.051.528,88 Rp 649.700.692,05

Nilai PV pada kuartal I 2007 sama dengan nilai kontrak proyek karena pada kuartal ini pelaksanaan semua pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dijadwalkan selesai, yaitu sebesar Rp 7.190.752.220,93. Nilai EV sebesar Rp 6.062.523.197,47 adalah jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan sesuai dengan kemajuan (prestasi) pekerjaan yang telah dilakukan pada kuartal I 2007 sebesar 84,31%. Nilai AC pada kuartal I 2007 sebesar Rp 5.514.760.544,00 adalah jumlah biaya kumulatif proyek yang telah dikeluarkan oleh Ditjen SDA.

57

Nilai keragaman (deviasi) jadwal (SV) yang negatif berarti ada sejumlah volume pekerjaan yang belum diselesaikan sesuai jadwalnya, di mana bila jumlah volume pekerjaan itu dikalikan dengan harga satuannya, maka akan dihasilkan nilai sebesar −Rp 1.128.229.023,46. Dengan nilai SV yang negatif ini, maka kontraktor dinyatakan tidak dapat memenuhi jadwal kemajuan (prestasi) untuk kuartal I 2007 sesuai dengan perencanaannya dan kontraktor memiliki hutang prestasi atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaannya. Nilai indeks kinerja jadwal (SPI) sebesar 0,843 (<1,00) berarti pelaksanaan pekerjaan proyek oleh kontraktor dikerjakan secara terlambat dan dinyatakan tidak efektif. Nilai keragaman (deviasi)

biaya (CV)

yang positif sebesar

Rp 547.762.653,47 adalah selisih antara nilai EV dan AC yang berarti jumlah biaya realisasi proyek yang telah dikeluarkan sampai pada kuartal I 2007 lebih kecil dari pada jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut kemajuan (prestasi) pekerjaan yang telah dilaksanakan sampai kuartal I 2007. Nilai indeks kinerja biaya (CPI) sebesar 1,099 (>1,00) berarti pekerjaan proyek sampai kuartal I 2007 dilaksanakan secara efisien dan oleh karena itu dikategorikan sebagai exceptional performance. Terjadinya keragaman (deviasi) biaya (CV) yang bernilai positif disebabkan pembayaran proyek dilakukan berdasarkan kemajuan (prestasi) pekerjaan yang telah dicapai pada periode sebelumnya dengan perhitungan yang dilakukan oleh Ditjen SDA. Apabila pembayaran proyek kuartal I 2007 dilakukan mengikuti kemajuan (prestasi) yang telah dicapai pada kuartal I 2007, dengan nilai SV yang negatif tetapi nilai CV positif, maka dapat diartikan bahwa terjadi penurunan jumlah volume pekerjaan proyek yang berdampak pada turunnya jumlah biaya pekerjaan proyek. Nilai ETC (Estimate to Completion) adalah estimasi biaya yang dibutuhkan

untuk

menyelesaikan

pekerjaan

proyek

yang

belum

diselesaikan, dengan asumsi bahwa indeks kinerja biaya pada kuartal I 2007 akan tetap sama sampai pelaksanaan pekerjaan selesai, dengan jumlah biaya sebesar Rp 1.026.290.984,88. Oleh karena itu, estimasi biaya keseluruhan pada penyelesaian proyek adalah sebesar Rp 6.541.051.528,88 yang lebih

58

kecil

dari

biaya

anggaran

pada

penyelesaian

(BAC)

sebesar

Rp 7.190.752.220,93 dengan deviasi (VAC) sebesar Rp 649.700.692,05 yang berarti terjadi efisiensi penggunaan sumber daya. Grafik kinerja Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dari kuartal III 2005 sampai kuartal I 2007 dapat dilihat pada Gambar 11. Kemudian grafik deviasi (keragaman) jadwal dan biaya Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dari kuartal III 2005 sampai kuartal I 2007 dapat

Juta

dilihat pada Gambar 12. Rp8,000.00 Rp7,000.00

Nilai Kumulatif

Rp6,000.00 Rp5,000.00 Rp4,000.00 Rp3,000.00 Rp2,000.00 Rp1,000.00 Rp0.00

K III 2005

K IV 2005

KI 2006

K II 2006

K III 2006

K IV 2006

KI 2007

PV Rp122,

Rp980,

Rp1,62

Rp2,45

Rp4,14

Rp6,41

Rp7,19

EV Rp2,15

Rp401,

Rp984,

Rp1,90

Rp2,89

Rp5,51

Rp6,06

AC

Rp1,43

Rp2,02

Rp2,02

Rp2,69

Rp3,61

Rp5,51

Rp-

Gambar 11. Grafik Kinerja Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Adanya keragaman (deviasi) tiap kuartal pada pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dari kuartal III 2005 sampai kuartal I 2007 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11. Grafik EV dan AC tidak mengikuti pergerakan kurva-S yang menjadi baseline biaya (grafik PV) dan telah ditentukan pada saat perencanaan. Kinerja proyek yang baik adalah penyimpangan jadwal dan biaya dengan nilai Rp 0,00 dan tepat pada garis horizontal. Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa pengendalian biaya dan jadwal secara periodik kurang

59

dilakukan dengan grafik SV dan CV yang tidak lurus berimpitan dengan garis horizontal Rp 0,00. Keragaman (deviasi) jadwal (SV) dari awal proyek cenderung semakin menurun dari garis Rp 0,00 yang berarti semakin terlambatnya penyelesaian proyek, walaupun pada kuartal II 2006 dan kuartal IV 2006 pergerakan grafik SV mengalami kenaikan menuju ke garis Rp 0,00 yang berarti pernah terjadi percepatan penyelesaian proyek. Keragaman (deviasi) biaya (CV) berfluktuasi sepanjang pelaksanaan pekerjaan proyek. Kenaikan grafik CV yang menuju ke garis Rp 0,00 (pengeluaran biaya realisasi proyek masih lebih besar dari estimasinya) berarti pengeluaran realisasi biaya proyek dikendalikan agar dapat mengikuti pengeluaran yang seharusnya menurut prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor. Bila grafik CV sudah berada di atas garis Rp 0,00, maka pengeluaran realisasi biaya proyek lebih kecil dari biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hal ini menjadi masalah yang harus diperhatikan agar dapat

Juta

dilakukan antisipasi permasalahan untuk selanjutnya. Rp2,000.00 Rp1,500.00 Rp1,000.00 Rp500.00 Rp0.00 -Rp500.00

K III 2005

K IV 2005

KI 2006

K II 2006

K III 2006

K IV 2006

KI 2007

-Rp1,000.00 -Rp1,500.00 -Rp2,000.00 Sum of SV

Sum of CV

Gambar 12. Grafik Keragaman (Deviasi) Jadwal dan Biaya Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Status kinerja pekerjaan-pekerjaan proyek pada kuartal I 2007 juga perlu diketahui untuk mengidentifikasi pekerjaan yang mengalami keragaman (deviasi) yang terbesar. Informasi ini berguna untuk memberikan informasi yang akurat kepada Ditjen SDA dan kontraktor agar memberikan

60

perhatian

kepada

pekerjaan

ini.

Informasi

pelaksanaan

pekerjaan

Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara kuartal I 2007 dapat dilihat pada Tabel 8. Dasar untuk mengetahui kinerja pelaksanaan pekerjaan proyek pada kuartal I 2007 dengan menggunakan EVT disajikan pada Tabel 8. Setelah diketahui nilai-nilai PV, EV, dan AC, maka dapat diketahui keragaman (deviasi) biaya dan jadwal pada kuartal I 2007 dan selanjutnya pekerjaan dengan keragaman (deviasi) jadwal yang paling besar pada kuartal I 2007 dapat

diidentifikasi.

Perhitungan

status

kinerja

pekerjaan

Proyek

Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara kuartal I 2007 dilampirkan pada Lampiran 12. Data nilai AC untuk tiap jenis pekerjaan pada Lampiran 12 sulit diakses dan tidak tersedia pada Ditjen SDA, karena Ditjen SDA hanya mengeluarkan dana untuk pekerjaan proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, nilai CV dan CPI untuk tiap jenis pekerjaannya tidak dapat diketahui. Nilai-nilai keragaman (deviasi) jadwal untuk tiap jenis pekerjaan ditampilkan pada Tabel 9. Tabel 8. Informasi Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Kuartal I 2007 No.

Deskripsi Pekerjaan

Progres Pekerjaan Keseluruhan A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan Bendung B.1 Pekerjaan Sayap Bendung Pekerjaan Tanggul Penutup dan B.2 Tanggul Banjir Kiri B.3 Pekerjaan Jembatan B.4 Pekerjaan Pintu B.5 Pekerjaan Jalan Masuk Bendung B.6 Pekerjaan Lain-lain Bendung B.7 Pekerjaan Fasilitas O & M C. Pekerjaan Saluran Kambara Pekerjaan Saluran Induk/Saluran C.1 Sekunder Kambara Pekerjaan Pintu dan Lain-lain C.3 Saluran C.4 Pekerjaan Saluran Pembuang

Sumber: Nippon Koei (2007)

100.00 5,65 24,79 2,10

Progress Pekerjaan Aktual (%) 84,31 3,48 20,57 1,94

7,58

5,97

−1,61

1,29 3,50 3,81 0,83 5,69 69,57

1,22 3,50 1,74 0,51 5,69 60,26

−0,06 0,00 −2,07 −0,32 0,00 −9,31

62,68

54,21

−8,47

4,12

5,04

0,92

2,76

1,01

−1,75

Schedule Kontrak (%)

Deviasi (%) −12,69 −2,17 −4,22 −0,16

61

Tabel 9. Nilai Keragaman (Deviasi) Jadwal Tiap Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara pada Kuartal I 2007 No. Deskripsi Pekerjaan A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan Bendung B.1 Pekerjaan Sayap Bendung Pekerjaan Tanggul Penutup dan B.2 Tanggul Banjir Kiri B.3 Pekerjaan Jembatan B.4 Pekerjaan Pintu B.5 Pekerjaan Jalan Masuk Bendung B.6 Pekerjaan Lain-lain Bendung B.7 Pekerjaan Fasilitas O&M C. Pekerjaan Saluran Kambara Pekerjaan Saluran Induk/Saluran C.1 Sekunder Kambara Pekerjaan Pintu dan Lain-lain C.3 Saluran C.4 Pekerjaan Saluran Pembuang

SV −Rp 155.932.743,36 −Rp 303.396.875,18 −Rp 11.481.815,85

SPI 0,616 0,830 0,924

−Rp 115.751.260,43

0,788

−Rp 5.014.552,10 Rp 0,00 −Rp 148.700.695,49 −Rp 22.997.588,50 Rp 0,00 −Rp 669.441.500,63

0,946 1,000 0,457 0,614 1,000 0,866

−Rp 609.089.478,23

0,865

Rp 66.163.787,83

1,223

−Rp 126.032.116,94

0,366

Nilai SV jenis pekerjaan proyek yang bernilai negatif berarti dikerjakan secara terlambat, nilai SV yang positif berarti dikerjakan lebih cepat dari jadwal, dan nilai SV nol berarti dikerjakan tepat sesuai jadwal. Pekerjaan yang dilaksanakan lebih cepat dari jadwal adalah pekerjaan pintu dan lain-lain saluran (C.3) dengan nilai SV yang positif sebesar Rp 66.163.787,83 dan indeks kinerja jadwal (SPI) sebesar 1,223 (>1,00), di mana pekerjaan ini diselesaikan lebih cepat dari jadwal, bahkan volume yang telah diselesaikan lebih besar dari volume rencananya. Berdasarkan laporan informasi pelaksanaan pekerjaan pada Ditjen SDA, volume pekerjaan pintu dan lain-lain saluran (C.3) berubah menjadi lebih besar dari rencananya setelah diadakannya mutual check pada masa pelaksanaan pekerjaan telah dimulai. Pekerjaan yang dikerjakan tepat sesuai jadwal adalah pekerjaan pintu (B.4) dan pekerjaan fasilitas O&M (B.7) dengan SV sebesar Rp 0,00 dan SPI sebesar 1,00, yang berarti pekerjaan ini dilaksanakan secara efektif karena jadwal yang direncanakan telah tercapai. Pekerjaan yang harus diperhatikan adalah pekerjaan saluran induk/saluran sekunder Kambara (C.1) karena pekerjaan ini adalah pekerjaan yang paling terlambat

62

dikerjakan oleh kontraktor, di mana kontraktor memiliki hutang prestasi dengan volume pekerjaan yang bila dikalikan dengan harga satuan dan kemudian semua hasil perkalian antara volume pekerjaan yang belum terselesaikan dengan harga satuan dari paket pekerjaan yang termasuk dalam

pekerjaan

saluran

induk/saluran

sekunder

Kambara

(C.1)

dijumlahkan, maka total biayanya adalah sebesar −Rp 609.089.478,23. Nilai indeks kinerja jadwal pada pekerjaan saluran induk/sekunder Kambara (C.1) adalah sebesar 0,865 (<1,00) yang berarti pekerjaan ini dilaksanakan secara tidak efektif. Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara secara terlambat dikarenakan adanya beberapa hambatan yang mempengaruhi kelancaran pengerjaan proyek. Berdasarkan laporan informasi penyebab keterlambatan pekerjaan proyek pada Ditjen SDA, beberapa hambatan yang berpengaruh terhadap kelancaran pengerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara adalah sebagai berikut: 1. Kendala sosial dari masyarakat setempat, karena masyarakat setempat tidak mengijinkan pekerja dari luar Kambara untuk bekerja pada pelaksanaan proyek, padahal skill pekerja lokal sangat kurang. 2. Pemesanan yang terlambat pada bahan pabrikan, spare parts alat berat, dan lain-lain yang disebabkan kesulitan komunikasi, karena saluran telekomunikasi yang ada menggunakan telepon satelit dan menggunakan power dari listrik PLN, padahal listrik PLN juga sering padam. 3. Hambatan teknis yang paling berpengaruh adalah hanya ada satu deposit quarry pasir beton dan pasir pasang yang memenuhi spesifikasi teknik dan terletak di lain pulau yaitu di Pulau Buton sehingga transportasi pengiriman per hari sangat terbatas. 4. Pengaruh cuaca yang tidak mendukung dapat membuat para pekerja tidak dapat melaksanakan pekerjaannya. 4.5.2 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Pekerjaan

konstruksi

Rehabilitasi

Jaringan

Irigasi

Wawotobi

dilaksanakan mulai pada tanggal 29 Desember 2006 dan dijadwalkan selesai pada 18 Desember 2008 (kuartal IV 2008). Jadwal kemajuan (prestasi)

63

untuk tiap kuartal telah ditentukan pada saat perencanaan. Jadwal kemajuan (prestasi) untuk tiap kuartal yang telah ditentukan pada saat perencanaan perlu dibandingkan dengan kemajuan (prestasi) aktual untuk mengetahui keragaman (deviasi) jadwal dan biaya proyek. Kuartal IV 2008 merupakan jadwal proyek selesai, namun pada kuartal ini proyek belum terselesaikan sehingga jadwal diperpanjang hingga akhir Juni 2009. Pengukuran kinerja proyek dilakukan pada saat akhir proyek yang seharusnya dalam perencanaan dijadwalkan selesai, yaitu pada kuartal IV 2008. Tabel 10. Informasi Schedule Progress dan Actual Progress Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Per Kuartal Kuartal Kuartal I 2007 Kuartal II 2007 Kuartal III 2007 Kuartal IV 2007 Kuartal I 2008 Kuartal II 2008 Kuartal III 2008 Kuartal IV 2008

Schedule Progress (%) 4,21 13,12 27,95 45,52 67,05 86,25 96,05 100.00

Actual Progress (%) 0,41 6,29 19,03 33,40 42,26 49,20 52,03 64,06

Deviasi (%) −3,80 −6,83 −8,93 −12,12 −24,80 −37,05 −44,02 −35,95

Sumber: Nippon Koei (2007, 2008) Perbandingan antara persentase schedule progress dengan actual progress kuartal I 2007 sampai kuartal IV 2008 disajikan pada Tabel 10 dan dapat dijadikan dasar untuk mengetahui perjalanan kinerja proyek dari kuartal I 2007 sampai kuartal IV 2008 dengan menggunakan EVT. Status kinerja per kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi ditampilkan pada Lampiran 13. Nilai PV diperoleh dari hasil perkalian antara kemajuan (prestasi) yang dijadwalkan tercapai tiap kuartal dengan cost baseline. EV diperoleh dari hasil perkalian antara kemajuan (prestasi) aktual tiap kuartal dengan cost baseline. AC adalah realisasi biaya kumulatif yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan yang diperoleh dari catatan pengeluaran proyek dari kuartal I 2007 sampai kuartal IV 2008. Setelah nilai-nilai PV, EV, dan AC diketahui, maka keragaman (deviasi) biaya dan jadwal pada tiap kuartal serta indikator efisiensi jadwal dan biaya per kuartal juga dapat diketahui.

64

Pelaksanaan

Proyek

Rehabilitasi

Jaringan

Irigasi

Wawotobi

dikerjakan secara terlambat dengan adanya nilai deviasi negatif tiap kuartal yang dapat dilihat pada Tabel 10. Nilai schedule progress dan actual progress adalah nilai kumulatif dari awal mula pelaksanaan proyek. Status kinerja Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi pada kuartal IV 2008, di mana pada kuartal ini proyek seharusnya selesai, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Status Kinerja Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi pada Kuartal IV 2008 Indikator Kinerja Planned Value Earned Value Actual Cost Schedule Variance Schedule Performance Index Cost Variance Cost Performance Index Estimate to Completion Estimate at Completion Variance at Completion

Akronim PV EV AC SV SPI CV CPI ETC EAC VAC

Kuartal IV 2008 Rp 29.558.631.317,08 Rp 18.935.259.221,72 Rp 19.685.674.208,00 −Rp 10.623.372.095,36 0,641 −Rp 750.414.986,28 0,962 Rp 11.044.382.314,01 Rp 30.730.056.522,01 −Rp 1.171.425.204,93

Nilai PV pada kuartal IV 2008 sama dengan nilai kontrak proyek sebesar Rp 29.558.631.317,08, karena pada kuartal ini Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi dijadwalkan selesai. Nilai EV sebesar Rp 18.935.259.221,72 adalah jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan sesuai dengan kemajuan (prestasi) pekerjaan yang telah dilaksanakan sampai kuartal IV 2008 sebesar 64,06%. Nilai AC pada kuartal IV 2008 sebesar Rp 19.685.674.208,00 adalah jumlah biaya kumulatif proyek yang telah dikeluarkan oleh Ditjen SDA. Nilai keragaman (deviasi) jadwal (SV) yang negatif berarti ada sejumlah volume pekerjaan yang belum diselesaikan sesuai jadwalnya, di mana bila jumlah volume pekerjaan itu dikalikan dengan harga satuannya, maka akan dihasilkan nilai sebesar −Rp 10.623.372.095,36. Dengan nilai SV yang negatif ini, maka kontraktor dinyatakan tidak dapat memenuhi jadwal kemajuan (prestasi) untuk kuartal IV 2008 sesuai dengan perencanaannya dan kontraktor memiliki hutang prestasi atas keterlambatan

65

pelaksanaan pekerjaannya. Nilai indeks kinerja jadwal (SPI) sebesar 0,641 (<1,00) berarti pelaksanaan pekerjaan proyek oleh kontraktor dikerjakan secara terlambat dan dinyatakan tidak efektif. Nilai keragaman (deviasi) biaya (CV) yang negatif sebesar −Rp 750.414.986,28 adalah selisih antara nilai EV dan AC yang berarti jumlah biaya realisasi proyek yang telah dikeluarkan sampai pada kuartal IV 2008 lebih besar dari pada jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut kemajuan (prestasi) pekerjaan yang telah dilaksanakan sampai kuartal IV 2008. Nilai indeks kinerja biaya (CPI) sebesar 0,962 (<1,00) berarti telah terjadi inefisiensi dalam penggunaan sumber daya pekerjaan proyek sampai kuartal IV 2008 dan oleh karena itu dikategorikan sebagai poor performance. Terjadinya keragaman (deviasi) biaya (CV) yang bernilai negatif disebabkan pembayaran proyek dilakukan berdasarkan kemajuan (prestasi) pekerjaan yang telah dicapai pada periode sebelumnya dengan perhitungan yang dilakukan oleh Ditjen SDA, tetapi tidak mengikuti kemajuan (prestasi) pekerjaan yang telah dilaksanakan sampai kuartal IV 2008. Nilai

ETC

adalah

estimasi

biaya

yang

dibutuhkan

untuk

menyelesaikan pekerjaan proyek yang belum diselesaikan, dengan asumsi bahwa indeks kinerja biaya pada kuartal IV 2008 akan tetap sama sampai pelaksanaan

pekerjaan

selesai,

dengan

jumlah

biaya

sebesar

Rp 11.044.382.314,01. Oleh karena itu, estimasi biaya keseluruhan pada penyelesaian proyek adalah sebesar Rp 30.730.056.522,01 yang lebih besar dari

biaya

anggaran

Rp

29.558.631.317,08

pada dengan

penyelesaian deviasi

(BAC) (VAC)

sebesar sebesar

−Rp 1.171.425.204,93 yang berarti akan terjadi inefisiensi penggunaan sumber daya pada pelaksanaan proyek bila kinerja proyek tidak segera diperbaiki. Grafik kinerja Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi dari kuartal I 2007 sampai kuartal IV 2008 dapat dilihat pada Gambar 13. Kemudian grafik keragaman (deviasi) jadwal dan biaya Proyek Rehabilitasi

66

Jaringan Irigasi Wawotobi dari kuartal I 2007 sampai kuartal IV 2008 dapat

Milyar

dilihat pada Gambar 14. Rp30.00 Rp27.00

Nilai Kumulatif

Rp24.00 Rp21.00 Rp18.00 Rp15.00 Rp12.00 Rp9.00 Rp6.00 Rp3.00 Rp0.00

KI 2007

K II 2007

K III 2007

K IV 2007

KI 2008

K II 2008

K III 2008

K IV 2008

Sum of PV Rp1,24 Rp3,87 Rp8,26 Rp13,4 Rp19,8 Rp25,4 Rp28,3 Rp29,5 Sum of EV Rp121, Rp1,85 Rp5,62 Rp9,87 Rp12,4 Rp14,5 Rp15,3 Rp18,9 Sum of AC

Rp-

Rp5,91 Rp6,81 Rp11,5 Rp11,5 Rp13,2 Rp14,5 Rp19,6

Gambar 13. Grafik Kinerja Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Pergerakan kurva-S yang menjadi cost baseline (grafik PV) dan telah ditentukan pada saat perencanaan, tidak diikuti oleh pergerakan grafik EV dan AC. Oleh karena itu, pada pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi terjadi keragaman (deviasi) tiap kuartal dari kuartal I 2007 sampai kuartal IV 2008 yang dapat dilihat pada Gambar 13. Kinerja proyek yang baik adalah penyimpangan jadwal dan biaya dengan nilai Rp 0,00 dan tepat pada garis horizontal. Pengendalian biaya dan jadwal kurang dilakukan secara periodik dengan grafik SV dan CV yang tidak lurus berimpitan dengan garis horizontal Rp 0,00 yang dapat dilihat pada Gambar 14. Keragaman (deviasi) jadwal (SV) dari awal proyek cenderung semakin menurun dari garis Rp 0,00 yang berarti semakin terlambatnya penyelesaian proyek, walaupun pada kuartal III 2008 ke kuartal IV 2008 pergerakan grafik SV mengalami kenaikan menuju ke garis Rp 0,00 yang berarti pernah terjadi percepatan penyelesaian proyek.

Juta

67

Rp4,000.00 Rp2,000.00 Rp0.00 -Rp2,000.00 -Rp4,000.00

KI 2007

K II 2007

K III 2007

K IV 2007

KI 2008

K II 2008

K III 2008

K IV 2008

-Rp6,000.00 -Rp8,000.00 -Rp10,000.00 -Rp12,000.00 -Rp14,000.00 Sum of SV

Sum of CV

Gambar 14. Grafik Keragaman (Deviasi) Jadwal dan Biaya Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Keragaman (deviasi) biaya berfluktuasi sepanjang pengerjaan proyek dan cukup dikendalikan oleh Ditjen SDA. Kenaikan grafik CV yang menuju ke garis Rp 0,00 (pengeluaran biaya realisasi proyek masih lebih besar dari estimasinya) berarti pengeluaran realisasi biaya proyek dikendalikan agar dapat mengikuti pengeluaran yang seharusnya menurut prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor. Bila grafik CV sudah berada di atas garis Rp 0,00, maka pengeluaran realisasi biaya proyek lebih kecil dari biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut kemajuan (prestasi) pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hal ini menjadi masalah yang harus diperhatikan agar dapat dilakukan antisipasi permasalahan untuk selanjutnya. Evaluasi kinerja pelaksanaan pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi pada kuartal IV 2008 perlu dilakukan agar pekerjaan yang mengalami keragaman (deviasi) yang terbesar dapat diidentifikasi. Informasi ini berguna untuk memberikan informasi yang akurat kepada Ditjen SDA dan kontraktor agar memberikan perhatian kepada pekerjaan ini. Informasi pelaksanaan pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi pada kuartal IV 2008 dapat dilihat pada Tabel 12.

68

Tabel 12. Informasi Pelaksanaan Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Kuartal IV 2008 No.

Deskripsi Pekerjaan

Progres Pekerjaan Keseluruhan A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan Bendung B.1 Pekerjaan Elektrikal Pintu Bendung B.2 Pekerjaan Kantong Lumpur Bendung B.3 Pekerjaan Tanggul Banjir B.4 Pekerjaan Lain-lain Bendung B.5 Pekerjaan Fasilitas PROM C. Pekerjaan Saluran Wawotobi C.1 Pekerjaan Saluran Induk/Saluran Sekunder C.2 Pekerjaan Tersier C.3 Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran C.4 Jalan Usaha Tani C.5 Pekerjaan Saluran Pembuang

100,00 3,15 15,60 7,20 0,73 4,12 0,89 2,66 81,25

Progres Pekerjaan Aktual (%) 64,06 2,57 8,51 2,19 2,12 1,70 0,05 2,46 52,98

−35,94 −0,58 −7,09 −5,01 1,39 −2,42 −0,84 −0,20 −28,27

24,28

13,84

−10,44

7,73 3,01 2,26 43,96

0,02 0,40 0,58 38,15

−7,71 −2,61 −1,68 −5,81

Jadwal Kontrak (%)

Selisih (%)

Sumber: Nippon Koei (2008) Dasar untuk mengevaluasi kinerja pelaksanaan pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi pada kuartal IV 2008 dengan menggunakan EVT dapat dilihat pada Tabel 12. Setelah nilai-nilai PV, EV, dan AC diketahui, maka keragaman (deviasi) jadwal pada kuartal IV 2008 dapat diketahui. Selanjutnya, pekerjaan yang mengalami keragaman (deviasi) jadwal yang paling besar pada kuartal IV 2008 dapat diidentifikasi. Perhitungan evaluasi status kinerja pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi kuartal IV 2008 dilampirkan pada Lampiran 14. Data nilai AC untuk tiap jenis pekerjaan pada Lampiran 14 sulit diakses dan tidak tersedia pada Ditjen SDA, karena Ditjen SDA hanya mengeluarkan dana untuk pekerjaan proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, nilai CV dan CPI untuk tiap jenis pekerjaannya tidak dapat diketahui. Nilai-nilai keragaman (deviasi) jadwal untuk tiap jenis pekerjaan ditampilkan pada Tabel 13.

69

Tabel 13. Nilai Keragaman (Deviasi) Jadwal Tiap Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi pada Kuartal IV 2008 No. A. B. B.1 B.2 B.3 B.4 B.5 C. C.1 C.2 C.3 C.4 C.5

Deskripsi Pekerjaan Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Bendung Pekerjaan Elektrikal Pintu Bendung Pekerjaan Kantong Lumpur Bendung Pekerjaan Tanggul Banjir Pekerjaan Lain-lain Bendung Pekerjaan Fasilitas PROM Pekerjaan Saluran Wawotobi Pekerjaan Saluran Induk/Saluran Sekunder Pekerjaan Tersier Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran Jalan Usaha Tani Pekerjaan Pembuang

SV −Rp 171.663.060,32 −Rp 2.096.031.306,09

SPI 0,816 0,546

−Rp 1.480.497.675,46

0,304

Rp 410.838.449,59

2,904

−Rp 716.010.829,53 −Rp 248.334.283,42 −Rp 59.122.180,45 −Rp 8.355.555.373,37

0,413 0,056 0,925 0,652

−Rp 3.086.461.032,70

0,570

−Rp 2.279.236.852,16

0,003

−Rp 772.542.785,71

0,133

−Rp 495.251.227,64 −Rp 1.717.366.689,35

0,257 0,868

Nilai SV jenis pekerjaan proyek yang bernilai negatif berarti dikerjakan secara terlambat, nilai SV yang positif berarti dikerjakan lebih cepat dari jadwal, dan nilai SV nol berarti dikerjakan tepat sesuai jadwal. Pekerjaan yang dilaksanakan lebih cepat dari jadwal adalah pekerjaan kantong lumpur bendung (B.2) dengan nilai SV positif sebesar Rp 410.838.449,59 dan indeks kinerja jadwal (SPI) sebesar 2,904 (>1,00), di mana volume pekerjaan yang telah diselesaikan lebih besar dari volume rencananya. Berdasarkan laporan informasi pelaksanaan pekerjaan pada Ditjen SDA, volume pekerjaan kantong lumpur bendung (B.2) mengalami peningkatan dari rencananya setelah diadakannya mutual check pada masa pelaksanaan pekerjaan telah dimulai. Pekerjaan yang

harus diperhatikan adalah pekerjaan saluran

induk/saluran sekunder Wawotobi (C.1) karena pekerjaan ini adalah pekerjaan yang paling terlambat dikerjakan oleh kontraktor, di mana kontraktor memiliki hutang prestasi dengan volume pekerjaan yang bila dikalikan dengan harga satuan dan kemudian semua hasil perkalian antara volume pekerjaan yang belum terselesaikan dengan harga satuan dari paket pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan saluran induk/saluran sekunder

70

Wawotobi (C.1) dijumlahkan, maka total biayanya adalah sebesar −Rp 3.086.461.032,70. Nilai indeks kinerja jadwal pada pekerjaan saluran induk/sekunder Wawotobi (C.1) adalah sebesar 0,570 (<1,00) yang berarti pekerjaan ini dilaksanakan secara tidak efektif. Permasalahan yang menjadi hambatan sehingga pelaksanaan pekerjaan terlambat dan tidak efektif perlu diketahui dan dicari solusinya agar tidak terjadi pada proyek yang sama, khususnya pada proyek rehabilitasi jaringan irigasi serupa yang akan dilaksanakan selanjutnya. Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi secara terlambat dikarenakan adanya beberapa hambatan yang mempengaruhi kelancaran pengerjaan proyek. Beberapa hambatan yang berpengaruh terhadap kelancaran pengerjaan proyek adalah sebagai berikut: 1. Keterlambatan pembayaran uang muka sehingga aktivitas persiapan pelaksanaan proyek mengalami keterlambatan. 2. Keterlambatan pembebasan lahan untuk pekerjaan saluran pembuang. 3. Rencana program penutupan total aliran yang telah disepakati bersama, ternyata di lapangan pelaksanaannya tidak bisa berjalan karena pola tanam sebagian masyarakat petani tidak seragam. 4. Terjadinya kelangkaan material semen di Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Januari sampai April 2008. 5. Terjadinya musim hujan yang berkepanjangan untuk tahun 2008 sehingga sangat berpengaruh pada aktivitas pelaksanaan pekerjaan di lapangan, di mana dalam prediksi awal kondisi musim hujan hanya sampai bulan Juni 2008. 6. Keterbatasan dana DIPA untuk pembayaran prestasi pekerjaan. 4.6. Implikasi Manajerial Pengelolaan Proyek Implikasi manajerial yang dapat diberikan dalam pengelolaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Ditjen SDA dan kontraktor mempertimbangkan faktor cuaca dalam perencanaan dan pengerjaan proyek karena cuaca yang tidak mendukung dapat menghambat penyelesaian proyek. Perencana proyek dapat menggunakan data historis mengenai keadaan cuaca di lokasi yang sama

71

pada tahun-tahun sebelumnya dari instansi terkait, tanpa mengabaikan ramalan cuaca yang dilakukan oleh instansi terkait peramalan cuaca dan menerapkannya pada perencanaan jadwal proyek. 2. Aliran dana proyek ke lokasi sebaiknya dilakukan dengan teratur mengikuti bobot pada rencana manajemen jadwal proyek dan dikelola dengan baik sehingga pekerjaan proyek tidak tertunda. 3. Masalah pembebasan lahan yang akan dialiri oleh saluran irigasi harus lebih dahulu diselesaikan bekerja sama dengan pemerintah daerah, sebelum masa konstruksi rehabilitasi dimulai. Dalam hal pembuatan perencanaan jadwal proyek juga perlu mempertimbangkan penyelesaian pembebasan lahan pada tahap sebelum konstruksi sehingga jadwal penyelesaian proyek tidak terganggu. 4. Sosialisasi kepada masyarakat petani mengenai pentingnya penyelesaian proyek tepat pada waktunya. Ditjen SDA dan pemerintah daerah memberikan pengarahan dan keyakinan kepada masyarakat petani yang terkena dampak pengerjaan proyek bahwa dengan ketepatan waktu penyelesaian proyek akan memberikan keuntungan juga bagi mereka, sehingga jadwal aktivitas bertani mereka tidak terganggu oleh jadwal pengerjaan proyek yang terlambat. 5. Masa konstruksi dimulai segera setelah masa panen selesai sehingga tidak ada petani yang sedang menanam meminta air irigasi yang lama dialirkan melalui saluran irigasi yang harus direhabilitasi. 6. Pengiriman material ke lokasi proyek dilakukan lebih awal lagi. Dalam menentukan waktu pengiriman material, perlu disesuaikan dengan ramalan cuaca pada perencanaan sehingga potensi keterlambatan pengiriman material dapat dikurangi dan pekerjaan proyek dapat dilakukan dengan lancar. 7. Pemerintah daerah membantu dalam memberikan pengarahan dan memberikan rekomendasi kepada petani yang terkena dampak pengerjaan proyek untuk sementara beralih ke pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan selama tidak dapat bekerja pada sawahnya seperti biasa.

72

8. Peralatan dalam pekerjaan proyek harus dipastikan dari mana diperoleh, siapa petugas yang dapat memperolehnya, kapan dapat diperoleh, bagaimana memperolehnya dan harus tersedia di lokasi proyek. 9. Pimpinan proyek menempatkan orang-orang yang sesuai dengan pekerjaan yang sesuai. Sebelum menempatkan seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan, terlebih dahulu harus diketahui dengan baik apakah orang itu sanggup untuk melaksanakan pekerjaan yang akan dikerjakannya. 10. Anggota tim pada organisasi proyek diberi pemahaman yang jelas mengenai definisi pekerjaan-pekerjaan proyek yang akan dilakukan dan membuat panduan yang jelas dalam pelaksanaan pekerjaan proyek agar tim proyek memahami tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Harus ada definisi peran yang jelas untuk semua anggota tim proyek. 11. Melimpahkan kewenangan yang memadai untuk pelaksanaan proyek. Anggota tim pada organisasi proyek dilibatkan untuk membantu dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah pada proyek. Saluran dan prioritas keputusan dalam pelaksanaan proyek didefinisikan dengan jelas dan diharapkan ada mengimplementasikan

feedback dari anggota yang

keputusan

sehingga

dapat

akan

meningkatkan

efektivitas operasional. 12. Membuat estimasi biaya, jadwal, kinerja, dan tujuan yang realistis. 13. Memiliki cadangan strategi untuk mengantisipasi potensi masalah dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki pada proyek. Potensi masalah yang dimaksud adalah masalah-masalah yang pernah terjadi pada proyek serupa atau pengalaman masa lalu yang didapat melalui catatan laporan pelaksanaan proyek sebelumnya. 14. Pimpinan proyek harus mampu membawa semangat dan komitmen tim untuk keberhasilan proyek, mendorong keterbukaan dan kejujuran semua peserta proyek dari awal pelaksanaan, mampu membuat anggota proyek mempunyai rasa memiliki (sense of belonging) terhadap proyek, memberikan tantangan pekerjaan kepada anggota, anggota memiliki minat terhadap pekerjaan proyek yang akan dilakukan, mampu

73

memberikan keamanan dan keselamatan pekerjaan, dan menghindari konflik kepentingan anggota proyek. Pimpinan proyek juga harus menunjukkan keprihatinan kepada anggota tim dan mengetahui kebutuhan mereka. 15. Memberikan pemahaman yang jelas relatif pentingnya biaya, jadwal, tujuan dan kinerja teknis kepada anggota tim pada organisasi proyek. Artinya semua anggota diberikan pengertian tentang proyek yang memiliki kendala keterbatasan biaya, jadwal, tujuan, dan kinerja. 16. Pimpinan proyek harus memiliki pembawaan pribadi yang baik, motivasi, dan kepemimpinan dalam proyek. 17. Bahasa

komunikasi

yang

jelas

pada

organisasi

proyek

dan

diinterpretasikan dengan benar agar dapat dipahami oleh anggota tim.

74

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Siklus pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi dimulai dari fase konseptual (pembuatan kontrak, persetujuan kontrak dari JBIC, dan penerbitan SPMK), fase perencanaan (pre construction meeting dan pelaksanaan mutual check (MC-0%)), fase pengujian (diskusi hasil pemeriksaan, penentuan prioritas pelaksanaan pekerjaan, dan pembuatan amandemen kontrak akibat MC-0%), fase implementasi (pelaksanaan pekerjaan, mutual check (MC-100%), dan amandemen kontrak), dan fase penutupan (pembuatan laporan akhir). 2. Perencanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi adalah sebagai berikut. a. Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara direncanakan untuk merehabilitasi bendungan dan saluran irigasi di Daerah Irigasi Kambara yang dimulai pada tanggal 25 Agustus 2005 sampai 17 Februari 2007 oleh kontraktor PT. SAC─Nusantara dengan biaya sebesar Rp 7.190.752.220,93 dengan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi Wilayah Kabupaten Muna, Satuan Kerja Sementara Irigasi dan Rawa Sulawesi Tenggara. b. Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi direncanakan untuk merehabilitasi sistem saluran irigasi, bendungan, dan perbaikan akses jalan usaha tani di Daerah Irigasi Wawotobi yang dimulai pada tanggal 29 Desember 2006 sampai 18 Desember 2008 oleh kontraktor joint operation antara PT. Nindya Karya, PT. Brantas Abipraya, dan PT. Sarang Tehnik dengan biaya sebesar Rp 29.558.631.317,08 dengan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi Wilayah Kendari, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Irigasi dan Rawa Sulawesi Tenggara.

75

3. Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara pada kuartal I 2007 dilaksanakan secara terlambat dan dinyatakan tidak efektif, namun dengan biaya yang lebih kecil dari pada anggarannya atau efisiensi penggunaan sumber daya dan dikategorikan sebagai exceptional performance. Sedangkan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi pada kuartal IV 2008 dilaksanakan secara terlambat dan dinyatakan tidak efektif dengan biaya yang lebih besar dari pada anggarannya atau inefisiensi penggunaan sumber daya dan dikategorikan sebagai poor performance. 2. Saran Saran yang dapat diberikan kepada pihak manajemen proyek adalah: 1. Ditjen SDA sebaiknya melakukan pengendalian jadwal dan biaya secara periodik agar proyek diselesaikan sesuai dengan perencanaan. 2. Ditjen SDA perlu merancang alternatif-alternatif sistem penanganan bila terjadi

keragaman

(deviasi)

pada

pekerjaan

proyek

dengan

mengidentifikasi permasalahan pada proyek dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman pada proyek-proyek rehabilitasi yang sama sebelumnya dan mampu untuk segera dilaksanakan dengan sumber daya yang ada. 3. Aspek sosial masyarakat dan keterampilan anggota tim proyek yang menjadi kendala dan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan proyek perlu dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan jadwal proyek. 4. Dana yang tersedia untuk pelaksanaan proyek sebaiknya dialirkan dan dikelola secara lebih teratur. Ditjen SDA perlu untuk membuat jadwal aliran dana ke lokasi proyek dengan memperhatikan rencana manajemen jadwal untuk pelaksanaan proyek. 5. Informasi

permasalahan

proyek

perlu

segera

diketahui

dan

diinterpretasikan dengan benar agar permasalahannya dapat segera dituntaskan dan tidak mempengaruhi pekerjaan proyek selanjutnya. 6. Segala permasalahan dan cara pemecahan yang diputuskan sebaiknya didokumentasikan agar dapat menjadi pelajaran untuk proyek-proyek serupa berikutnya.

76

DAFTAR PUSTAKA

Arsyianti, L.D. 2005. Mempelajari Penilaian Kinerja Proyek (Studi Kasus pada Proyek Pembangunan Transmisi Gas Bumi Sumatera Tengah). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Ketahanan Pangan. 2009. Situasi Konsumsi 2008. http://bkp.deptan.go.id/ [12 April 2009]. Badan Pusat Statistik. 2009. Proyeksi Penduduk. http://www.datastatistikindonesia.com/proyeksi/. [12 April 2009]. Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP.01) Departemen Pekerjaan Umum. CV. Galang Persada, Bandung. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2005. Pembangunan Prasarana Bidang Sumber Daya Air. Ditjen SDA PU, Jakarta. Hardjoamidjojo, S. 1994. Irigasi dalam Swasembada Beras di Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hendra, J. 2006. Dampak Pembangunan Irigasi terhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani Padi pada Irigasi Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Tesis pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kerzner, H. 1998. Project Management─A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling. 6th edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Kerzner, H. 2003. Project Management─A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling. 8th edition. e-Book. John Wiley and Sons, Inc., New Jersey. Kretz, L. 1998. Project Management Manager Leadership. International Institute for Learning, New York. Levine, G., L.E. Small, J. Ingersoll. 1974. Improving the Performance of Agricultural Development Projects. Di dalam: Irigasi (Perencanaan dan Pengelolaan). 1984. PT. Gramedia, Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982 Tentang Irigasi. Pitagorsky, G. 1998. Project Management Process Handbook. International Institutte for Learning, New York. Project Management Institute. 2004. A Guide to The Project Management Body of Knowledge. 3rd edition. e-Book. Project Management Institute, USA. Pusposutardjo, S. 2001. Pengembangan Irigasi: Usaha Tani Berkelanjutan dan Gerakan Hemat Air. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

77

Rivai, V dan A.F.M. Basri. 2004. Performance Appraisal: Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Rajawali Pers, Jakarta. Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (dari Konseptual sampai Operasional). Jilid 1. Edisi Kedua. Penerbit Erlangga, Jakarta. Sudarsana, D.K. 2008. Pengendalian Biaya dan Jadual Terpadu pada Proyek Konstruksi. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Vol.12, No.2, Juli 2008. Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Denpasar. Wibowo, A.A. 2005. Studi tentang Perencanaan Waktu dan Biaya Proyek Renovasi Puskesmas Lamepayung pada CV. Mega Kencana. Skripsi pada Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis dan Manajemen, Universitas Widyatama, Bandung.

Lampiran 1. Tata Laksana Pengumpulan dan Analisis Data No.

Tujuan

Data/Informasi

Sumber

1.

Mengidentifikasi siklus pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi

a. Prosedur pelaksanaan konstruksi proyek b. Struktur organisasi dan koordinasi proyek

Tim Teknis Proyek

2.

Mengidentifikasi perencanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi

a. Jenis proyek b. Lokasi proyek c. Volume proyek d. Karakter proyek e. Project scope statement f. Dokumen kontrak g. Spesifikasi hasil proyek h. Jadwal pelaksanaan pekerjaan proyek i. Work Breakdown Structure (WBS) j. Baseline biaya

Tim Teknis Proyek

Teknik/Metode Pengumpulan Analisis Data a. Data sekunder Penjelasan b. Wawancara deskriptif proses pelaksanaan proyek konstruksi dengan bagan alir a. Wawancara Penjelasan b. Data sekunder secara deskriptif mengenai rencana proyek

Output Gambaran umum proses pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi

Gambaran mengenai perencanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi

79

Lampiran 1. Tata Laksana Pengumpulan dan Analisis Data (Lanjutan) 3.

Mengevaluasi kinerja pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi

a. Baseline biaya b. Laporan kinerja c. Informasi pelaksanaan pekerjaan d. Rencana manajemen proyek e. Rencana manajemen jadwal f. Baseline jadwal g. Data biaya aktual proyek h. Earned Value Technique (EVT)

a. Bagian keuangan proyek b. Tim Teknis

c. Literatur

Data sekunder

Kuantitatif a. BCWS (PV) b. BCWP (EV) c. ACWP (AC) d. CV e. SV f. CPI g. SPI h. EAC

Kinerja pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi

80

Lampiran 2. Organisasi dan Koordinasi Implementasi DISIMP Loan Agreement Disbursement, etc

The Government of Indonesia (GOI)

Ministry of Agriculture

Ministry of Home Affaires

Ministry of Finance

JBIC

Ministry of Public Works

BAPPENAS

Report/Approval Project Plan Coordination Kabupaten (T.II)

Report/Assistance

Province (T.I) Directorate General of Water Resources Governor

Bupati BAPPEDA

BAPPEDA

Consultants Directorate of River, Lake & Dam

Dinas Law

Dinas Pertanian

Kimpraswil/PU

Contract/Approval

Executing Agency for DISIMP

Dinas

Directorate of Swamp & Coastal

Directorate of Irrigation

Kimpraswil/PU

Central Office Monitoring Coordination

Secretariat DISIMP Sub Dinas Food Crops

Sub Dinas Water Resources

Agricultural Services

O&M Section

Sub Dinas Water Resources

Coordination

Team Leader Experts

Monitoring/Coordination Regional Office

Water Resources Irrigation Project Office

Survey/Study Water Fee

Detailed Design

Construction

Regional T/L

Provincial Office Provincial T/L

Cropping Pattern/ Crop Production

Irrigation Schedule

O&M of Main/Sec System

Contract/Supervision Contractor for Construction Capacity Building for O&M Improvement

Farmer Group

Assistance/Coordination

Project Manager

Supervision

Sub-project Office Sub-project Leader Experts/Engineers

Water Users Assication Farmers

O&M of Tertiary System

O&M of Subprojects

Construction of Sub Projects

Subcontract

NGO

Sumber: Ditjen SDA (2005)

81

Formulation of WUAS/O&M & Farming Guidance

82

Lampiran 3. Peta DISIMP Sulawesi Tenggara

Sumber: Ditjen SDA, PU (2009)

83

Lampiran 4. Siklus Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi

Fase Konseptual

Perbaikan

Pembuatan kontrak

Persetujuan dari JBIC melalui Direktur Irigasi

Tidak

Ya SPMK

Penyerahan lapangan B.A. Penyerahan Lapangan

Fase Perencanaan

Pre Construction Meeting selambatlambatnya 7 hari setelah SPMK

Pelaksanaan Pemeriksaan Bersama (MC-0) − Pengukuran (setting out) − Penggambaran & perhitungan hasil pengukuran − Perhitungan biaya Buat daftar hasil pemeriksaan lapangan Gambar sebagian kurang cocok, tapi masih dapat disesuaikan revisi ringan

Hasil pengecekan didiskusikan di tingkat satker dan konsultan

Dibuat gambar kerja

Satker Konsultan

Fase Pengujian

-

Gambar secara prinsip tidak cocok dengan kondisi lapangan (revisi total/berat) Tidak cocok

Desain ulang

OK

Cek prioritas pelaksanaan oleh direksi pekerjaan sesuai arahan satker

Penyiapan: - Draft MC - Diskusi - Final MC-0 - B.A. MC

Perubahan Order (C.O/V.O)

Ada perubahan nilai kontrak Persetujuan Atlas

Perubahan Order (C.O/V.O) OK Tidak ada perubahan nilai kontrak

Tidak

Ya

84

Lampiran 4. Siklus Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi (Lanjutan)

Amandemen Kontrak akibat MC-0

Fase Pengujian

Prioritas 1 Inventarisasi item pekerjaan yang harus dikerjakan dan bisa langsung dikerjakan

Prioritas 3 Inventarisasi item pekerjaan yang tidak terlalu mendesak dan bisa tidak dikerjakan

Prioritas 2 Inventarisasi temu pekerjaan yang sangat perlu, tapi pelaksanaan ditunda dahulu

Kontraktor mengisi checklist untuk pelaksanaan pekerjaan dan dilaksanakan setelah ada persetujuan dari Direksi Pekerjaan

ada Prioritas 2 dikerjakan lebih dahulu

Fase Implementasi

Tidak ada

Perubahan order V.O/C.O

Pemeriksaan bersama

Ada perubahan NK Tidak ada perubahan NK Amandement/Addendum

Setuju Atlas

Fase Penutupan

Tunggu alokasi biaya

Siapkan daftar pekerjaan yang tertunda

Pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor

Perubahan order V.O/C.O

Daftar pekerjaan yang ditunda

− − − −

Laporan Akhir MC-100% Gambar As built Foto-foto Laporan akhir tiap paket oleh TD

Selesai

Sumber: Ditjen SDA PU (2002)

Persetujuan Atlas

Tidak setuju

Lampiran 5. Layout Jaringan Irigasi Kambara

85

Sumber: Ditjen SDA, PU (2005)

Lampiran 6. Work Breakdown Structure (WBS) dan Jadwal Konstruksi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara ID

Task Name

Duration

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Kambara A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan Bendung B.1. Pekerjaan Sayap Bendung B.2. Pekerjaan Tanggul Penutup dan Tanggul Banjir Kiri B.3. Pekerjaan Jembatan B.4. Pekerjaan Pintu B.5. Pekerjaan Jalan Masuk Bendung B.6. Pekerjaan Lain-lain Bendung B.7. Pekerjaan Fasilitas O&M C. Pekerjaan Saluran Kambara C.1. Pekerjaan Saluran Induk/Saluran Sekunder Kambara C.2. Pekerjaan Tersier C.3. Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran C.4. Pekerjaan Saluran Pembuang

542 days 484.63 days 487 days 92 days 331 days 122 days 304 days 303 days 153 days 212 days 542 days 488 days 0 days 201 days 181 days

Start Thu 8/25/05 Thu 8/25/05 Thu 9/1/05 Sat 10/1/05 Thu 9/1/05 Tue 8/1/06 Sun 1/1/06 Sat 10/1/05 Tue 8/1/06 Thu 12/1/05 Thu 8/25/05 Sat 10/1/05 Thu 8/25/05 Tue 8/1/06 Wed 2/1/06

Finish Sat 2/17/07 Fri 12/22/06 Sun 12/31/06 Sat 12/31/05 Sat 12/30/06 Thu 11/30/06 Tue 10/31/06 Sun 12/31/06 Sun 12/31/06 Fri 6/30/06 Sat 2/17/07 Wed 1/31/07 Thu 8/25/05 Sat 2/17/07 Mon 7/31/06

2006 2007 Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 8/25 0% 0%

Critical

Baseline

Project Summary

Critical Split

Baseline Split

External Tasks

Critical Progress

Baseline Milestone

External Milestone

Task

Milestone

Deadline

Split

Summary Progress

Task Progress

Summary

Sumber: Ditjen SDA (2005)

86

Lampiran 7. Jadwal Konstruksi Terbobot Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara No.

A.

Deskripsi Pekerjaan

Weight (%)

Aug 1

Sep 2

2005 Oct 3

Nov 4

Dec 5

Jan 6

Feb 7

Mar 8

Apr 9

May 10

2006 Jun 11

Jul 12

Aug 13

Oct 15

Nov 16

Dec 17

0.042

0.042

0.042

0.042

0.764

0.890

1.057

0.613

0.078

2007 Jan 18

5.646

B. Pekerjaan Bendung B.1 Pekerjaan Sayap Bendung

24.786 2.096

B.2 Pekerjaan Tanggul Penutup dan Tanggul Banjir Kiri

7.579

B.3 Pekerjaan Jembatan

1.285

0.352

0.425

0.430

B.4 Pekerjaan Pintu

3.502

0.350 0.350 0.350 0.350 0.350 0.350 0.350 0.350

0.350

0.350

B.5 Pekerjaan Jalan Masuk Bendung

3.806

0.384 0.638 0.638

0.532

0.674

0.341

0.208

B.6 Pekerjaan Lain-lain Bendung

0.830

0.036

0.036

0.377

0.377

0.003

B.7 Pekerjaan Fasilitas O&M

5.688

0.375 0.968 0.968 0.968 0.968 0.968 0.473

C. Pekerjaan Saluran Kambara C.1 Pekerjaan Saluran Induk/Saluran Sekunder Kambara

69.568 62.683

0.491 0.665 2.235 2.382 0.843 0.843 0.843 2.382 2.382 2.419 5.535

9.434

8.271

7.987

7.946

8.023

C.2 Pekerjaan Tersier

0.000

C.3 Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran

4.121

0.609

0.609

0.609

0.609

0.609

0.539

C.4 Pekerjaan Saluran Pembuang

2.764

0.021 1.691 4.111 2.953 4.856 4.006 2.480 2.480 2.830 4.440 4.264 3.766 7.562 12.192 11.643 10.491 0.02 1.71 5.82 8.78 13.63 17.64 20.12 22.60 25.43 29.87 34.13 37.90 45.46 57.65 69.30 79.79

9.421 89.21

8.604 2.192 97.81 100.00

Monthly Progress (%) Cumulative Progress (%)

100.00

0.042

Feb 19

Pekerjaan Persiapan

Schedule

0.021 1.673 1.673 0.042 0.042 0.042 0.042 0.042 0.042 0.042 0.042 0.042 0.042

Sep 14

1.653

0.156 0.965 0.974 0.018 1.752 1.085 1.073 0.264 0.032 0.032

0.039 0.196 0.157

0.539

0.245 0.245 0.627 0.698 0.633 0.317

Sumber: Ditjen SDA (2005) 87

Lampiran 8. Layout Jaringan Irigasi Wawotobi

88

Sumber: Ditjen SDA, PU (2006)

Lampiran 9. Work Breakdown Structure (WBS) dan Jadwal Konstruksi Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi ID

Task Name

Duration

Start

Finish Sep

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan Bendung B.1. Pekerjaan Elektrikal Pintu Bendung B.2. Pekerjaan Kantong Lumpur Bendung B.3. Pekerjaan Tanggul Banjir B.4. Pekerjaan Lain-lain Bendung B.5. Pekerjaan Fasilitas PROM C. Pekerjaan Saluran Wawotobi C.1. Pekerjaan Saluran/Saluran Sekunder C.2. Pekerjaan Tersier C.3. Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran C.4. Jalan Usaha Tani C.5. Pekerjaan Pembuang

Sumber: Ditjen SDA (2006)

721 days 354 days 687 days 659 days 659 days 628 days 79 days 59 days 659 days 659 days 427 days 353 days 519 days 580 days

Fri 12/29/06 Fri 12/29/06 Thu 2/1/07 Thu 3/1/07 Thu 3/1/07 Sun 4/1/07 Wed 10/1/08 Thu 2/1/07 Thu 3/1/07 Thu 3/1/07 Sun 4/1/07 Tue 1/1/08 Sun 4/1/07 Sun 4/1/07

Thu 12/18/08 Thu 12/18/08 Thu 12/18/08 Thu 12/18/08 Thu 12/18/08 Thu 12/18/08 Thu 12/18/08 Sat 3/31/07 Thu 12/18/08 Thu 12/18/08 Sat 5/31/08 Thu 12/18/08 Sun 8/31/08 Fri 10/31/08

Nov

2007 Jan Mar

May

Jul

Sep

Nov

2008 Jan Mar

May

Jul

Sep

Nov

2009 Jan Mar 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

May

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Critical

Baseline

Project Summary

Critical Split

Baseline Split

External Tasks

Critical Progress

Baseline Milestone

External Milestone

Task

Milestone

Deadline

Split

Summary Progress

Task Progress

Summary

89

Lampiran 10. Jadwal Konstruksi Terbobot Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi No.

Deskripsi Pekerjaan

Weight (%)

A.

Pekerjaan Persiapan

B.

Pekerjaan Bendung

2007

2008

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

0.264

0.264

3.154 0.310 0.310 0.390 0.408

0.258 0.258 0.212 0.164

0.184 0.132

15.596

1.387 1.799 0.859

0.742 0.540 0.551 0.773

0.382 0.417

0.437

0.436

0.841

1.113

0.813

0.915

0.814

0.699

0.345

0.232

0.236

0.205

0.184

0.882

B.1 Pekerjaan Elektrikal Pintu bendung

7.195

0.501 0.688

0.588 0.425 0.428 0.376

0.041 0.028

0.012

0.006

0.314

0.665

0.646

0.646

0.643

0.640

0.305

0.041

0.035

0.119

0.036

0.018

B.2 Pekerjaan Kantong Lumpur Bendung

0.728

0.025 0.078

0.061 0.061 0.069 0.083

0.027 0.029

0.032

0.037

0.039

0.028

0.029

0.029

0.022

0.013

0.012

0.012

0.012

0.012

0.008

0.008

B.3 Pekerjaan Tanggul Banjir

4.124

0.093

0.093 0.054 0.054 0.314

0.314 0.360

0.393

0.393

0.488

0.420

0.138

0.240

0.149

0.046

0.028

0.179

0.189

0.051

0.078

0.051

B.4 Pekerjaan Lain-lain Bendung

0.890

0.023

0.062

0.805

B.5 Pekerjaan Fasilitas PROM

2.659

C.

Pekerjaan Saluran Wawotobi

1.387 1.273

81.246

0.010 0.493

1.691 3.668 3.603 5.017

3.944 4.470

5.682

5.993

5.263

6.439

7.058

6.211

5.882

4.680

4.653

2.981

1.356

0.594

0.716

0.839

24.284

0.010 0.226

0.190 0.869 0.896 2.231

1.110 0.914

1.044

1.025

0.948

2.632

2.105

1.857

1.818

1.805

1.635

0.702

0.702

0.296

0.674

0.594

C.2 Pekerjaan Tersier

7.731

0.060

0.060 0.061 0.021 0.225

0.256 0.962

0.771

0.772

0.165

0.164

1.486

1.479

1.248

C.3 Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran

3.014

0.575

0.077

0.048

0.087

0.081

0.136

0.276

0.638

0.521

0.288

0.042

0.245

C.4 Jalan Usaha Tani

2.255

0.052

0.052 0.269 0.217 0.058

0.060 0.060

0.034

0.246

0.484

0.323

0.155

0.130

0.077

0.025

0.008

0.004

43.962

0.155

1.389 2.469 2.469 2.503

2.518 2.534

3.833

3.950

3.091

3.243

3.264

2.658

2.658

2.714

2.734

1.637

0.133

0.010

100.00 0.310 1.697 2.199 1.760

2.691 4.466 4.366 5.954

4.510 5.019

6.119

6.429

6.104

7.552

7.871

7.126

6.696

5.379

4.998

3.213

1.592

0.799

1.164

1.985

8.66 13.12 17.49 23.44

27.95 32.97

39.09

45.52

51.62

59.18

67.05

74.17

80.87

86.25

91.25

94.46

96.05

96.85

98.01 100.00

C.1 Pekerjaan Saluran Induk/Saluran Sekunder

C.5 Pekerjaan Saluran Pembuang Schedule

Monthly Cumulative

0.31

2.01

4.21

5.97

Sumber: Ditjen SDA (2006) 90

Lampiran 11. Status Kinerja Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Kuartal Kuartal III 2005 Kuartal IV 2005 Kuartal I 2006 Kuartal II 2006 Kuartal III 2006 Kuartal IV 2006 Kuartal I 2007 Kuartal Kuartal III 2005 Kuartal IV 2005 Kuartal I 2006 Kuartal II 2006 Kuartal III 2006 Kuartal IV 2006 Kuartal I 2007

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

Baseline 7,190,752,220.93 7,190,752,220.93 7,190,752,220.93 7,190,752,220.93 7,190,752,220.93 7,190,752,220.93 7,190,752,220.93

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

SV (120,804,637.31) (578,855,553.78) (640,696,022.88) (552,249,770.57) (1,246,157,359.89) (898,844,027.62) (1,128,229,023.46)

Weight 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

% Schedule 1.71 13.63 22.60 34.13 57.65 89.21 100.00

SPI CV 0.018 Rp 2,157,225.67 0.409 Rp (1,036,906,470.07) 0.606 Rp (1,043,044,605.95) 0.775 Rp (125,504,622.56) 0.699 Rp 202,068,317.48 0.860 Rp 1,903,410,301.68 0.843 Rp 547,762,653.47

% Progress 0.03 5.58 13.69 26.45 40.32 76.71 84.31

PV Rp 122,961,862.98 Rp 980,099,527.71 Rp 1,625,110,001.93 Rp 2,454,203,733.00 Rp 4,145,468,655.37 Rp 6,414,870,056.29 Rp 7,190,752,220.93

EV Rp 2,157,225.67 Rp 401,243,973.93 Rp 984,413,979.05 Rp 1,901,953,962.44 Rp 2,899,311,295.48 Rp 5,516,026,028.68 Rp 6,062,523,197.47

CPI 0.000 0.279 0.486 0.938 1.075 1.527 1.099

ETC

EAC

Rp 1,026,290,984.88

Rp 6,541,051,528.88

AC Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

1,438,150,444.00 2,027,458,585.00 2,027,458,585.00 2,697,242,978.00 3,612,615,727.00 5,514,760,544.00 VAC

Rp

649,700,692.05

91

Lampiran 12. Status Kinerja Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Kuartal I 2007 No. Deskripsi Pekerjaan Progres Pekerjaan Keseluruhan A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan Bendung B.1 Pekerjaan Sayap Bendung B.2 Pekerjaan Tanggul Penutup dan Tanggul Banjir Kiri B.3 Pekerjaan Jembatan B.4 Pekerjaan Pintu B.5 Pekerjaan Jalan Masuk Bendung B.6 Pekerjaan Lain-lain Bendung B.7 Pekerjaan Fasilitas O&M C. Pekerjaan Saluran Kambara C.1 Pekerjaan Saluran Induk/Saluran Sekunder Kambara C.3 Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran C.4 Pekerjaan Saluran Pembuang

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

Baseline 7,190,752,220.93 406,000,000.00 1,782,276,904.22 150,698,833.00 544,965,561.54 92,411,031.50 251,856,000.00 273,695,483.00 59,649,995.18 409,000,000.00 5,002,475,316.71 4,507,405,961.71 296,298,702.00 198,770,653.00

% Weight 100.00 5.65 24.79 2.10 7.58 1.29 3.50 3.81 0.83 5.69 69.57 62.68 4.12 2.76

% Schedule 100.00 5.65 24.79 2.10 7.58 1.29 3.50 3.81 0.83 5.69 69.57 62.68 4.12 2.76

% Progress 84.31 3.48 20.57 1.94 5.97 1.22 3.50 1.74 0.51 5.69 60.26 54.21 5.04 1.01

92

Lampiran 12. Status Kinerja Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Kuartal I 2007 (Lanjutan) No. Deskripsi Pekerjaan Progres Pekerjaan Keseluruhan A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan Bendung B.1 Pekerjaan Sayap Bendung B.2 Pekerjaan Tanggul Penutup dan Tanggul Banjir Kiri B.3 Pekerjaan Jembatan B.4 Pekerjaan Pintu B.5 Pekerjaan Jalan Masuk Bendung B.6 Pekerjaan Lain-lain Bendung B.7 Pekerjaan Fasilitas O&M C. Pekerjaan Saluran Kambara C.1 Pekerjaan Saluran Induk/Saluran Sekunder Kambara C.3 Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran C.4 Pekerjaan Saluran Pembuang

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

PV 7,190,752,220.93 406,000,000.00 1,782,276,904.22 150,698,833.00 544,965,561.54 92,411,031.50 251,856,000.00 273,695,483.00 59,649,995.18 409,000,000.00 5,002,475,316.71 4,507,405,961.71 296,298,702.00 198,770,653.00

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

EV 6,062,523,197.47 250,067,256.64 1,478,880,029.04 139,217,017.15 429,214,301.11 87,396,479.40 251,856,000.00 124,994,787.51 36,652,406.68 409,000,000.00 4,333,033,816.08 3,898,316,483.48 362,462,489.83 72,738,536.06

AC Rp 5,514,760,544.00

93

Lampiran 12. Status Kinerja Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara Kuartal I 2007 (Lanjutan) No. Deskripsi Pekerjaan Progres Pekerjaan Keseluruhan A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan Bendung B.1 Pekerjaan Sayap Bendung B.2 Pekerjaan Tanggul Penutup dan Tanggul Banjir Kiri B.3 Pekerjaan Jembatan B.4 Pekerjaan Pintu B.5 Pekerjaan Jalan Masuk Bendung B.6 Pekerjaan Lain-lain Bendung B.7 Pekerjaan Fasilitas O&M C. Pekerjaan Saluran Kambara C.1 Pekerjaan Saluran Induk/Saluran Sekunder Kambara C.3 Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran C.4 Pekerjaan Saluran Pembuang No. Deskripsi Pekerjaan Progres Pekerjaan Keseluruhan

SV Rp (1,128,229,023.46) Rp (155,932,743.36) Rp (303,396,875.18) Rp (11,481,815.85) Rp (115,751,260.43) Rp (5,014,552.10) Rp Rp (148,700,695.49) Rp (22,997,588.50) Rp Rp (669,441,500.63) Rp (609,089,478.23) Rp 66,163,787.83 Rp (126,032,116.94)

Rp

ETC 1,026,290,984.88

SPI 0.843 0.616 0.830 0.924 0.788 0.946 1.000 0.457 0.614 1.000 0.866 0.865 1.223 0.366

CV Rp 547,762,653.47

EAC Rp 6,541,051,528.88

VAC Rp 649,700,692.05

CPI 1.099

94

Lampiran 13. Status Kinerja Per Kuartal Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Baseline Weight 29,558,631,317.08 100.00 29,558,631,317.08 100.00 29,558,631,317.08 100.00 29,558,631,317.08 100.00 29,558,631,317.08 100.00 29,558,631,317.08 100.00 29,558,631,317.08 100.00 29,558,631,317.08 100.00

Kuartal Kuartal I 2007 Kuartal II 2007 Kuartal III 2007 Kuartal IV 2007 Kuartal I 2008 Kuartal II 2008 Kuartal III 2008 Kuartal IV 2008

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

Kuartal Kuartal I 2007 Kuartal II 2007 Kuartal III 2007 Kuartal IV 2007 Kuartal I 2008 Kuartal II 2008 Kuartal III 2008 Kuartal IV 2008

SV Rp (1,123,227,990.05) Rp (2,018,854,518.96) Rp (2,638,107,845.05) Rp (3,582,506,115.63) Rp (7,327,584,703.50) Rp (10,951,472,902.98) Rp (13,011,709,505.78) Rp (10,623,372,095.36)

SPI 0.097 0.479 0.681 0.734 0.630 0.570 0.542 0.641

% Schedule 4.21 13.12 27.95 45.52 67.05 86.25 96.05 100.00

% Complete 0.41 6.29 19.03 33.40 42.26 49.20 52.03 64.06

PV Rp 1,244,418,378.45 Rp 3,878,092,428.80 Rp 8,261,933,039.44 Rp 13,455,088,975.53 Rp 19,819,062,298.10 Rp 25,494,319,510.98 Rp 28,391,065,380.06 Rp 29,558,631,317.08

EV Rp 121,190,388.40 Rp 1,859,237,909.84 Rp 5,623,825,194.39 Rp 9,872,582,859.90 Rp 12,491,477,594.60 Rp 14,542,846,608.00 Rp 15,379,355,874.28 Rp 18,935,259,221.72

AC Rp Rp 5,911,726,200.00 Rp 6,813,737,477.00 Rp 11,580,134,619.00 Rp 11,580,134,619.00 Rp 13,252,946,118.00 Rp 14,569,213,052.00 Rp 19,685,674,208.00

CV Rp 121,190,388.40 Rp(4,052,488,290.16) Rp(1,189,912,282.61) Rp(1,707,551,759.10) Rp 911,342,975.60 Rp 1,289,900,490.00 Rp 810,142,822.28 Rp (750,414,986.28)

CPI 0.000 0.315 0.825 0.853 1.079 1.097 1.056 0.962

ETC

EAC

VAC

Rp 11,044,382,314.01

Rp 30,730,056,522.01

Rp (1,171,425,204.93)

95

Lampiran 14. Status Kinerja Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Kuartal IV 2008 No. Deskripsi Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan Bendung B.1 Pekerjaan Elektrikal Pintu Bendung B.2 Pekerjaan Kantong Lumpur Bendung B.3 Pekerjaan Tanggul Banjir B.4 Pekerjaan Lain-lain Bendung B.5 Pekerjaan Fasilitas PROM C. Pekerjaan Saluran Wawotobi C.1 Pekerjaan Saluran Induk/Saluran Sekunder C.2 Pekerjaan Tersier C.3 Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran C.4 Jalan Usaha Tani C.5 Pekerjaan Pembuang

Baseline Weight % Schedule % Complete Rp 29,558,631,317.08 100.00 100 64.06 Rp 932,308,000.00 3.15 3.15 2.57 Rp 4,611,860,137.51 15.60 15.60 8.51 Rp 2,127,661,330.00 7.20 7.20 2.19 Rp 215,764,077.84 0.73 0.73 2.12 Rp 1,218,993,643.67 4.12 4.12 1.70 Rp 263,116,086.00 0.89 0.89 0.05 Rp 786,325,000.00 2.66 2.66 2.46 Rp 24,014,463,179.57 81.25 81.25 52.98 Rp 7,178,091,367.23 24.28 24.28 13.84 Rp 2,285,149,269.42 7.73 7.73 0.02 Rp 890,940,147.50 3.01 3.01 0.40 Rp 666,230,818.14 2.26 2.26 0.58 Rp 12,994,051,577.28 43.96 43.96 38.15

96

Lampiran 14. Status Kinerja Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Kuartal IV 2008 (Lanjutan) No. Deskripsi Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan Bendung B.1 Pekerjaan Elektrikal Pintu Bendung B.2 Pekerjaan Kantong Lumpur Bendung B.3 Pekerjaan Tanggul Banjir B.4 Pekerjaan Lain-lain Bendung B.5 Pekerjaan Fasilitas PROM C. Pekerjaan Saluran Wawotobi C.1 Pekerjaan Saluran Induk/Saluran Sekunder C.2 Pekerjaan Tersier C.3 Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran C.4 Jalan Usaha Tani C.5 Pekerjaan Pembuang

PV Rp 29,558,631,317.08 Rp 932,308,000.00 Rp 4,611,860,137.51 Rp 2,127,661,330.00 Rp 215,764,077.84 Rp 1,218,993,643.67 Rp 263,116,086.00 Rp 786,325,000.00 Rp 24,014,463,179.57 Rp 7,178,091,367.23 Rp 2,285,149,269.42 Rp 890,940,147.50 Rp 666,230,818.14 Rp 12,994,051,577.28

EV Rp 18,935,259,221.72 Rp 760,644,939.68 Rp 2,515,828,831.42 Rp 647,163,654.54 Rp 626,602,527.43 Rp 502,982,814.14 Rp 14,781,802.58 Rp 727,202,819.55 Rp 15,658,907,806.20 Rp 4,091,630,334.53 Rp 5,912,417.26 Rp 118,397,361.79 Rp 170,979,590.50 Rp 11,276,684,887.93

AC Rp 19,685,674,208.00

97

Lampiran 14. Status Kinerja Pekerjaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi Kuartal IV 2008 (Lanjutan) No. Deskripsi Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan Bendung B.1 Pekerjaan Elektrikal Pintu Bendung B.2 Pekerjaan Kantong Lumpur Bendung B.3 Pekerjaan Tanggul Banjir B.4 Pekerjaan Lain-lain Bendung B.5 Pekerjaan Fasilitas PROM C. Pekerjaan Saluran Wawotobi C.1 Pekerjaan Saluran Induk/Saluran Sekunder C.2 Pekerjaan Tersier C.3 Pekerjaan Pintu dan Lain-lain Saluran C.4 Jalan Usaha Tani C.5 Pekerjaan Pembuang No. Deskripsi Pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi

SV Rp (10,623,372,095.36) Rp (171,663,060.32) Rp (2,096,031,306.09) Rp (1,480,497,675.46) Rp 410,838,449.59 Rp (716,010,829.53) Rp (248,334,283.42) Rp (59,122,180.45) Rp (8,355,555,373.37) Rp (3,086,461,032.70) Rp (2,279,236,852.16) Rp (772,542,785.71) Rp (495,251,227.64) Rp (1,717,366,689.35)

Rp

ETC 11,044,382,314.01

SPI 0.641 0.816 0.546 0.304 2.904 0.413 0.056 0.925 0.652 0.570 0.003 0.133 0.257 0.868 EAC Rp 30,730,056,522.01

Rp

CV CPI (750,414,986.28) 0.962

VAC Rp (1,171,425,204.93)

98