EVALUASI KEEKONOMIAN NETBACK VALUE GAS BUMI UNTUK KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PETROKIMIA MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO Tri Tussenoa, Anondho Wijanarkob a
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,Depok 16424 E-mail :
[email protected] b Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,Depok 16424 E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Industri petrokimia terutama industri pupuk di Indonesia saat ini mengalami kendala dalam pemenuhan bahan baku utama yaitu gas bumi. Hal ini terjadi karena kurang minatnya produsen gas untuk menjual gasnya ke Industri pupuk yang dikarenakan harga jualnya yang lebih rendah dibandingkan dijual untuk kebutuhan listrik dan industri lainnya. Penelitian ini dimulai dengan pencarian data harga gas di sektor hilir berdasarkan kontrak yang sudah ada, kemudian mencari biaya-biaya dari sektor hilir ke sektor hulu. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis ketidakpastian dengan simulasi Monte Carlo menggunakan piranti lunak Crystal Ball. Pada penelitian ini dapat diketahui seberapa besar netback value gas bumi untuk kebutuhan domestik secara fundamental, serta dapat menjadi bahan evaluasi terhadap harga gas bumi di sektor hulu. Nilai netback gas bumi untuk Industri Pupuk Sriwijaya adalah minimum US$1,048/MMBTU dengan keyakinan 85,398% dan untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik yang bersumber dari lapangan Jawa Timur offshore adalah minimum US$2,938/MMBTU dengan keyakinan 84,809% dan Lapangan Jawa Timur offshore adalah minimum US$ 3,139/MMBTU dengan keyakinan 85,22%. Kata kunci: industri petrokimia, netback value, sistem dinamik
ABSTRACT Petrochemical industry especially fertilizer industry in Indonesia is currently experiencing difficulties in fulfilling the main raw materials, natural gas. This happens because of lack of interest in the gas producer to sell its gas to the fertilizer industry due to a lower selling price than the sale of electricity and other industrial needs. The study began with a search gas price data in the downstream sector based on an existing contract, then look for the costs of the downstream to the upstream sector. Processing the data in this study using uncertainty analysis with Monte Carlo simulation using Crystal Ball software. In this study, it can be seen how much the netback value of natural gas for domestic needs is, and may be material to the evaluation of natural gas prices in the upstream sector. Value netback natural gas for Fertilizer Industry Sriwijaya is minimum U.S. $ 1.048 / MMBTU with confidence 85.398% and for the Fertilizer Industry PKG that comes from the field of East Java offshore is minimum U.S. $ 2.938 / MMBTU with confidence 84.809% and Field East Java offshore is minimum U.S. $ 3.139 / MMBTU with 85.22% confidence. Keywords: dynamic system, netback value, petrochemical industry
1. PENDAHULUAN Pada era 1980-1990an tingkat produksi mencapai 1,5 juta BOPD (barrel oil per day) dan terus menurun hingga 902.000 BOPD pada 2012 atau turun dengan ratarata 12% per tahun. Di tengah gejolak harga dan ketidakstabilan pasokan bahan bakar minyak, gas bumi telah menjadi tumpuan Indonesia sebagai salah satu sumber energi alternatif yang lebih murah. Selain harganya yang murah, gas bumi juga lebih ramah lingkungan. Indonesia memiliki sumber gas bumi yang tersebar hampir
di seluruh wilayah Indonesia dengan total cadangan 170 TCF (BP Migas, 2011). Demi mengurangi besarnya jumlah subsidi BBM yang terus membengkak setiap tahunnya, Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk mengalihkan penggunaan BBM ke gas. Meningkatnya tingkat konversi BBM ke gas telah meningkatkan konsumsi gas dalam negeri. Dengan meningkat jumlah konsumsi gas dalam negeri, Pemerintah terus berupaya dalam meningkatkan eksplorasi dan menemukan ladangladang gas yang baru.
Evaluasi Keekonomian ..., Tri Tusseno, FT UI, 2013
Industri petrokimia terutama industri pupuk di Indonesia saat ini mengalami kendala dalam pemenuhan bahan baku utama yaitu gas bumi. Hal ini terjadi karena kurang minatnya produsen gas untuk menjual gasnya ke Industri pupuk yang dikarenakan harga jualnya yang lebih rendah dibandingkan dijual untuk kebutuhan listrik dan industri lainnya. Harga jual yang rendah tentu membuat keuntungan yang didapat produsen gas menjadi sedikit. Untuk itu diperlukan penelitian untuk menentukan seberapa besar keuntungan atau netback value yang didapat produsen gas dan pemerintah sehingga pemerintah dapat menetukan harga jual yang lebih bersaing serta pemerintah dapat menentukan besran subsidi yang akan diberikan kepada industri pupuk dengan tepat. Salah satu penelitian penentuan netback value adalah menggunakan metode Netback Market Value (NMV). Metode NMV ini menentukan netback value dengan mempertimbangkan faktor harga bahan bakar lain dan biaya distribusi gas dari produsen ke konsumen. Penelitian yang sudah menerapkan metode NMV ini melakukan generalisasi terhadap skema industri gas di Indonesia. Generalisasi yang dilakukan adalah dengan menganggap distribusi gas dari hulu ke hilir hanya melalui pipeline, tidak memperhitungan distribusi dalam bentuk LNG. Hasilnya adalah harga gas dengan metode NMV ternyata lebih tinggi dibanding harga gas secara actual (Gitarisyana et al., 2012). Namun hasil penelitian ini memiliki kelemahan, yaitu netback value yang didapatkan masih dalam bentuk generalisasi dan masih dipengaruhi oleh harga pasar bahan bakar lain. Penelitian sejenis lainnya adalah penelitian untuk menemukan formula penentuan harga gas yang dikaitkan dengan harga bahan bakar minyak dalam negeri (Soedarmo, 2001). Namun, penelitian ini masih memiliki kelemahan, yaitu harga gas masih dikaitkan dengan harga energi alternatif, yaitu harga bahan bakar minyak dalam negeri. Sementara ketetapan pemerintah mengatakan bahwa harga gasuntuk pemanfaatan domestik harus berdasarkan harga keekonomian pengembangan lapangan. Dalam penelitian ini, akan dilakukan penentuan netback value secara fundamental dengan mempertimbangkan biaya-biaya yang dibutuhkan oleh produsen gas (biaya di sektor hulu). Penelitian ini dimulai dengan pencarian data harga gas di sektor hilir berdasarkan peraturan-peraturan yang sudah ada, kemudian mencari biaya-biaya dari sektor hilir ke sektor hulu yang meliputi biaya distribusi dan pengolahan gas. Biaya-biaya ini akan dipengaruhi oleh skema penjualan gas untuk industry pupuk. Inti dari perhitungan netback adalah perhitungan mundur dari harga gas di konsumen ke wellhead (Siddayao, 1997). Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis ketidakpastian untuk mendapatkan validasi ketidakpastian skema industri gas bumi dengan simulasi Monte Carlo menggunakan piranti lunak Crystal Ball. Pada akhir penelitian ini diharapkan dapat diketahui seberapa besar nilai netback komoditas gas bumi untukkebutuhan gas industri pupuk yang menjadi bagian keuntungan pemerintah, sehingga dapat mengevaluasi harga jual gas yang berlaku saat ini.
2.
METODE PENELITIAN
2.1
Diagram Alir Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian ini maka dilakukan tahapan-tahapan penelitian ditunjukkan oleh diagram alir berikut ini.
Mulai
Pengumpulan Data Keekonomian di Sektor Hulu
Analisis Rantai Suplai Gas Bumi untuk Alokasi Kebutuhan Industri Pupuk
Pengumpulan Data Keekonomian di Sektor Hilir
Pembuatan Distribusi Data Keekonomian
Pembuatan Formula Matematis Penentuan Nilai Netback Gas Bumi untuk Kebutuhan Gas Industri Pupuk
Pembuatan Forecasting dari Formula Matematis dan Distribusi yang telah dibuat
Melakukan Simulasi Monte Carlo dengan Perangkat Lunak Crystal Ball
Analisis Hasil Simulasi
Selesai
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
Evaluasi Keekonomian ..., Tri Tusseno, FT UI, 2013
2.2 Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat data-data variabel antara input dan output yang saling terkait satu sama lainnya dan terhubung menurut formula atau rumus yang digunakan untuk menghitung variabel output berdasarkan variabel input yang telah dimasukkan ke dalam perangkat lunak, dalam penelitian ini adalah perangkat lunak Crystal Ball. Variabel input adalah variabel yang nilainya tetap dan mengandung unsur ketidakpastian. Dalam simulasi Monte Carlo, terdapat dua jenis variabel input, yaitu Assumptions dan Decision. Variabel Assumptions adalah variabel yang mengandung unsur ketidakpastian dan ditetapkan dengan distribusi probabilitas dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Sementara variabel Decision adalah variabel yang mengandung unsur ketidakpastian, namun dibatasi dengan rentang nilai tertentu. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel input adalah data biaya-biaya keekonomian baik di sektor hulu maupun hilir. Variabel output adalah hasil simulasi Monte Carlo dengan perangkat lunak Crystal Ball.Dalam simulasi Monte Carlo, variabel output disebut forecast. Hasil forecast merupakan hasil simulasi Monte Carlo dari formula matematis yang telah dimasukkan. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel output adalah nilai netback komoditas gas bumi untuk kebutuhan gas domestik untuk Industri Petrokimia. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini secara garis besar terbagi menjadi enam tahap, yaitu Pengumpulan Data, Pembuatan Distribusi Data Keekonomian, Pembuatan Formula Matematis Penentuan Nilai Netback Komoditas Gas Bumi,Pembuatan Forecasting, Simulasi Monte Carlo dengan Perangkat Lunak Crystal Ball, serta Analisis Hasil Simulasi dengan Harga Gas Aktual.
Produsen
3.1
Analisis Rantai Suplai Gas Bumi dari Hulu ke Hilir Komponen biaya-biaya yang mempengaruhi harga gas di sektor hulu meliputi biaya di wellhead, biaya di Central Processing Platform, dan biaya di Onshore Receiving Facility. Biaya di wellhead meliputi Sunk Cost, Drilling Cost, Abandonment Cost, serta biaya Production Facility dan OPEX. Biaya di biaya di Central Processing Platform meliputi biaya pengolahan gas seperti proses dehidrasi dan sweetening, serta biaya kompresi. Biaya di Onshore Receiving Facility meliputi biaya kompresi gas sebelum masuk ke sektor hilir. Setelah melalui sektor hulu tersebut, gas masuk ke trader untuk ditransmisi dan didistribusikan ke End User. Untuk kebutuhan Industri pupuk, rantai suplai gasnya memiliki mekanisme yang berbeda dimana suplai gas industri pupuk dilakukan tanpa trader dan pipa distribusi. Rantai suplai gas untuk industri pupuk yaitu dari produsen gas langsung disalurkan melalui jalur transmisi. Rantai suplainya dapat digambarkan seperti pada Gambar 2. berikut.
Industri Pupuk
Gambar 2.Rantai Suplai Gas Bumi untuk Industri Pupuk
3.2
Biaya Keekonomian Gas di Wellhead Biaya keekonomian di wellhead meliputi Wellhead Cost, Production Facility Cost, dan OPEX. Wellhead Cost meliputi Sunk Cost, Drilling Cost, dan Abandonment Cost. Secara matematis, biaya keekonomian gas bumi di Wellhead dapat ditulis sebagai berikut: Wellhead Cost = Sunk Cost + Drilling Cost + Abandonment Cost
(1)
Total Wellhead Cost = Wellhead Cost + Production Facility Cost + OPEX (2) Berikut adalah hasil perhitungan dari data distribusi biaya keekonomian yang ada di wellhead. Tabel 1. Hasil Data Fitting untuk BiayaKeekonomian di Wellhead
Lokasi
Tipe
WCost (US$/ MMBTU)
Ja Tim
Offshore Onshore Offshore Onshore
0,61 0,52 0,72 0,46
2.3
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jalur Transmisi
Ja Bar
3.3
PF Cost (US$/ MMBTU)
OPEX (US$/ MMBTU)
Total Wellhead Cost (US$/ MMBTU)
0,60 0,25 0,60 0,23
0,77 0,94 0,95 1,07
1,97 1,66 2,13 1,91
Distribusi Biaya Keekonomian Gas di Sektor Transmisi Konsumen akhir gas bumi pada Industri Petrokimia yang menjadi target penelitian ini adalah Industri Petrokimia di Jawa Timur dan Sumatra Selatan. Data biaya transmisi di Jawa Timur dan Jawa Barat dihitung untuk dijadikan sebagai basis tariftransmisi dari PT. Pertamina Gas dengan satuan US$/MMBTU.km. Berdasarkan biaya transmisi Jawa Barat dan Jawa Timur, dapat dilakukan data fitting untuk tarif dasar transmisi (US$/MMBTU.km) sehingga didapatkan jenis distribusi lognormal seperti pada Gambar 3. dengan nilai rata-rata sebesar US$ 0,00648/MMBTU.km.
Evaluasi Keekonomian ..., Tri Tusseno, FT UI, 2013
Gambar 3. Distribusi Tarif Dasar TransmisiJawa Barat dan Jawa Timur
Gambar 5.Distribusi forecast netback value gas bumi bahan baku PKGonshore.
Gambar 4. Distribusi Tarif Dasar Transmisi PT. PGN
Basis biaya transmisi juga diperoleh melalui data biaya jaringan transmisi yang dioperasikan oleh PT. Perusahaan Gas Negara (PGN). Data biaya transmisi ruas SSWJ I dan SSWJ II dihitung untuk dijadikan sebagai basis tarif distribusi dari PT. PGN dengan satuan US$/MMscf.km. Berdasarkan biaya transmisi Ruas SSWJ I dan SSWJ II, dapat dilakukan data fitting untuk tarif dasar transmisi (US$/MMBTU.km) sehingga didapatkan jenis distribusi normal seperti pada Gambar 4. dengan nilai rata-rata sebesar US$ 0,0032/MMBTU.km. 3.4
Penentuan Netback Value Gas Bumi Pada Skenario ini akan dilakukan perhitungan Netback value untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik dan Pupuk Sriwidjaja. Untuk Industri Pupuk, komponen biaya yang digunakan adalah Wellhead price dan biaya transmisi serta harga jual gas untuk industri pupuk. Untuk mengitung Netback value ini digunakan rumus sebagai berikut. Netback value = Harga Jual Gas – Biaya Transmisi – Wellhead Price (3) Untuk penentuan Netback value Industri pupuk Petrokimia Gresik disgunakan data biaya wellhead dengan sumber Jawa Timur dengan menggunakan sistem pipa transmisi PT. Pertagas dari Gresik yang memiliki jarak 4,65 km. Sedangkan sumber lainnya Industri Pupuk Petrokimia Gresik menggunakan pipa transmisi milik sendiri sehingga tidak dikenakan biaya transmisi. Berikut forecast perhitungan untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik.
Gambar 6.Distribusi forecast netback value gas bumi bahan baku PKG offshore.
Dari gambar 5. netback value gas untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik diperoleh harga minimum sebesar US$ 3,139/MMBTU untuk sumber onshoredengan tingkat keyakinan 85,22% Dari gambar 6. netback value gas untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik diperoleh harga minimum sebesar US$ 2,938/MMBTU untuk sumber offshore dengan tingkat keyakinan 84,809%. Untuk Hasil perhitungan Pupuk Pusri digunakan asumsi bahwa nilai Wellhead price wilayah Sumatra Selatan sama dengan Jawa Barat Offshore.. Hasil perhitungan netback value untuk Industri Pusri dipengaruhi dari biaya transmisi dan wellhead price. Pipa transmisi yang digunakan untuk menyalurkan gas dari sumber gas menuju Industri ini memiliki jarak yang lebih jauh dari panjang pipa transmisi untuk Industri Petrokimia Gresik yaitu 28,6 km dari sumber lapangan gas Prabumulih sehingga biaya transmisinya lebih mahal. Dari perhitungan pun netback value untuk Industri Pusri memiliki nilai yang lebih rendah yang bisa dikarenakan kualitas gas yang lebih rendah dari pada sumber gas Jawa Timur. Dari gambar 7. netback value gas untuk Industri Pupuk Sriwidjaja diperoleh harga minimum sebesar US$ 1,048/MMBTU dengan tingkat keyakinan 85,398%.
Gambar 7.Distribusiforecast netback value gas bumi bahan baku Pusri offshore.
Evaluasi Keekonomian ..., Tri Tusseno, FT UI, 2013
Gambar 8. Distribusi Harga Jual Gas PKGonshore
Pada perhitungan netback value ini yang paling berpengaruh adalah biaya transmisi dan biaya wellhead price. Untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik, memiliki biaya transmisi yang cukup murah hal ini disebabkan Industri ini memiliki jarak yang dekat dengan sumber gas. Selain itu, Industri ini juga memiliki beberapa jaringan pipa transmisi sendiri sehingga tidak memerlukan biaya transmisi untuk mengalirkan gasnya. Namun dalam perhitungan ini diasumsikan sumber gas menuju Industri Pupuk Petrokimia Gresik ini menggunakan pipa transmisi yang dioperasikan PT. Pertamina Gas. Netback value dari gas sumber Jawa Timur juga terlihat memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan netback value sumber gas wilayah Sumatra Selatan yang diasumsikan memiliki biaya sama dengan keadaan lapangan gas Jawa Barat. Hal ini bisa disebabkan karena kualitas gas yang diperoleh dari wilayah Jawa Timur memiliki kualitas gas yag lebih baik dibanding daerah Jawa Barat dan Sumatra Selatan. Kualitas gas ini dilihat dari komposisi gas dimana gas yang memiliki kualitas lebih baik adalah gas yang memiliki kandungan C1yang lebih tinggi atau lebih dari 80%. Dari perhitungan netback value ini, Hasil perhitungan menunjukan hasil yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa dengan harga jual gas yang saat ini pada Industri Pupuk Petrokimia Gresik dan Pupuk Sriwidjaja, Pemerintah dan produsen gas masih bisa mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh pemerintah dan produsen gas bisa terbilang cukup kecil. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya minat produsen gas untuk menjual gasnya ke Industri Pupuk sehingga Kebutuhan gas Industri Pupuk belum dipenuhi secara maksimal dan produksi pupuk pun menjadi tidak maksimal. 3.5
Perhitungan Harga Jual Gas dengan Netback Value= 0. Pada Skenario ini akan dilakukan perhitungan Harga Jual untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik dan Pupuk Sriwidjaja dengan membuat nilai Netback value gasnya sama dengan nol dimana hal ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak mengambil keuntungan sama sekali dari hasil penjualan gas ke konsumen. Untuk Industri Pupuk komponen biaya yang digunakan adalah wellhead price dan biaya transmisi untuk industri pupuk. Untuk mengitung netback value ini digunakan rumus sebagai berikut. Harga Jual Gas = Biaya Transmisi + Wellhead price (4)
Gambar 9. Distribusi Harga Jual Gas PKG offshore
Dari gambar 8. Harga jual gas untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik diperoleh harga minimum sebesar US$ 1,574/MMBTU untuk sumber onshore dengan tingkat keyakinan 84,974%. Dari gambar 9. Harga jual gas untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik diperoleh harga minimum sebesar US$ 1,794/MMBTU untuk sumber offshore dengan tingkat keyakinan 85,04%. Nilai harga jual gas yang diperoleh pada perhitungan ini menghasilkan harga gas yang lebih rendah dari harga jual yang ada pada kontrak saat ini untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik maupun Pupuk Sriwidjaja. Hal ini disebabkan karena harga jual hasil perhitungan ini merupakan harga jual gas dimana pemerintah tidak mengambil keuntungan. Kita ketahui bahwa Industri pupuk merupakan industri yang sangat vital dan berkaitan dengan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah melakukan subsidi demi melaksanakan amanah undangundang dasar pasal 33 ayat 3. Ayat pasal ini bermakna bahwa segala sesuatu mengenai sumber daya alam termasuk di dalamnya air beserta kekayaan alam lainnya milik atau berada dalam wilayah teritori NKRI berarti dikuasai, diatur, dikelola, dan didistribusikan oleh negara atau pemerintah dengan segenap lembaga pengelolanya untuk dipergunakan bagi memakmurkan atau mensejahterakan rakyat Indonesia seluruhnya. Oleh karena itu pemerintah bisa mengurangi opportunity pendapatan negara dengan mengurangi angka dari netback value. Berikut adalah hasil Forecast untuk hasil perhitungan harga jual gasnya.
Gambar 10.Distribusi Harga Jual Gas Pusri offshore
Evaluasi Keekonomian ..., Tri Tusseno, FT UI, 2013
Dari gambar 10. Harga jual gas untuk Industri Pupuk Sriwidjaja diperoleh harga minimum sebesar US$ 2,285/MMBTU dengan tingkat keyakinan 85,294%. 3.6
Harga Jual Gas Menggunakan Sumber Gas dari LNG Kebutuhan Industri pupuk yang terus meningkat masih belum bisa dipenuhi. Jika Industri pupuk masih kekurangan suplai gas , maka suplai gas untuk Industri Petrokimia Gresik di Jawa Timur, bisa direncanakan untuk didapatkan dari LNG, melalui FSRU di Surabaya apabila telah dibangun dan telah beroperasi. Sedangkan Industri Pupuk Sriwidjaja bisa mendapatkan pasokan gas dari FSRU Lampung apabila telah beroperasi. Perhitungan harga jual gas jika sumber gas berasal dari LNG mengikuti persamaan berikut ini. Harga jual = Harga LNG + Biaya Pengangkutan LNG + Biaya FSRU + Biaya Transmisi
(5)
Dalam skenario penambahan suplai gas yang berasal dari gas LNG ini, Industri Pupuk Petrokimia Gresik mendapatkan gas dari FSRU Surabaya yang diasumsikan apabila telah dibangun dan telah beroperasi yang kemudian ditransmisikan melalui jaringan transmisi yang sudah ada dari Surabaya menuju Gresik dan dilanjutkan ke Industri Pupuk Petrokimia Gresik sejauh 57,28 km. Industri Pupuk Sriwidjaja mendapatkan gas dari FSRU Lampung yang ditargetkan akan beroperasi tahun 2015 yang kemudian ditransmisikan melalui jaringan dari Labuan Maringgai menuju Industri Pupuk Sriwidjaja sejauh 300,6 km. Biaya Transmisi didapatkan dengan mengalikan panjang pipa transmisi dengan basis harga PT. Perusahaan Gas Negara untuk transmisi dari Labuan Maringgai menuju Receiving Point dan untuk transmisi dari Receiving Point menuju Industri Pupuk Sriwidjaja melalui pipa transmisi PT. Pertamina Gas sehingga biaya transmisi menggunakan basis biaya PT. Pertamina Gas .
Gambar 12. Forecast dari harga LNG untuk PKG.
Berdasarkan gambar 11. hasil forecast dari harga gas LNG untuk konsumen Industri Pupuk Sriwidjaja dengan tingkat kepastian 85,051% adalah minimum sebesar US$ 17,18/MMBTU. Berdasarkan gambar 12. hasil forecast dari harga gas LNG untuk konsumen Industri Pupuk Petrokimia Gresik dengan tingkat kepastian 85,112% adalah minimum sebesar US$ 16,51/MMBTU dengan pembentuk harga yang paling berpengaruh adalah harga LNG berdasarkan ICP. Harga jual gas tersebut merupakan harga jual gas apabila pemerintah ingin mengambil untung secara maksimal. Namun kita ketahui bahwa Industri pupuk merupakan industri yang sangat vital dan berkaitan dengan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah melakukan subsidi demi melaksanakan amanah undang-undang dasar pasal 33 ayat 3. Harga Jual yang pemerintah bisa terapkan dengan memperhatikan memperhatikan keuntungan berdasarkan netback value apabila pemerintah memberlakukan subsidi. Berdasarkan hasil forecast dari harga gas LNG untuk konsumen Industri Pupuk Sriwidjaja apabila pemerintah tidak mengambil keuntungan dengan tingkat kepastian 85,05% adalah minimum sebesar US$ 10,05/MMBTU.
Berikut merupakan hasil distribusi forecast hasil perhitungan harga jualdari harga LNG untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik dan Pupuk Sriwidjaja.
Gambar 13. Forecast harga LNG Pusri Subsidi.
Gambar 11. Forecastdari harga LNG untuk Pusri.
Evaluasi Keekonomian ..., Tri Tusseno, FT UI, 2013
c)
Gambar 14. Forecast harga LNG PKG Subsidi.
Berdasarkan gambar 14. hasil forecast dari harga gas LNG bersubsidi penuh untuk konsumen Industri Pupuk Petrokimia Gresik dengan tingkat kepastian 85,224% adalah minimum sebesar US$ 9,39/MMBTU. Dari grafik forecast terlihat bahwa apabila pemerintah ingin mementingkan kepentingan kesejahteraan masyarakat terutama petani kecil maka pemerintah harus memberlakukan o% netback value untuk LNG sebagai bahan baku industri pupuk sehingga harga pupuk pun terjangkau untuk petani kecil. Harga gas LNG untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik dan Pupuk Sriwidjaja masih bisa terjangkau apabila pemerintah bersedia untuk tidak mengambil keuntungan. Sebagai perbandingan, harga gas untuk Industri Pupuk Iskandar Muda Aceh pada tahun 2012 mendapatkan harga gas US$ 14/MMBTU sehingga Harga gas LNG yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan pemerintah tidak mengambil keuntungan masih bisa relevan untuk diberlakukan untuk Industri Petrokimia Gresik dan Pupuk Sriwidjaja.
4. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah: a) Nilai netback gas bumi untuk kebutuhan gas Industri Petrokimia yaitu untuk Industri Pupuk Sriwijaya yang bersumber dari lapangan Sumatra Selatan yang diasumsikan sama dengan biaya lapangan offshore Jawa Barat adalah minimum US$1,048/MMBTU dengan keyakinan 85,398% dan untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik yang bersumber dari lapangan Jawa Timur offshore adalah minimum US$2,938/MMBTU dengan keyakinan 84,809% dan Lapangan Jawa Timur onshore adalah minimum US$ 3,139/MMBTU dengan keyakinan 85,22%. b) Nilai harga jual gas dengan netback value sama dengan 0 atau pemerintah tidak mengambil keuntungan dari penjualan gas yaitu untuk Industri Pupuk Sriwidjaja adalah
minimumUS$2,095/MMBTU dengan keyakinan 85,633% sedangkan untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik dari lapangan Jawa Timur offshore adalah minimum US$1,794/MMBTU dengan keyakinan 85,047% dan dari lapangan Jawa Timur onshore adalahminimum US$1,574/MMBTU dengan keyakinan 85,135%. Kekurangan supplai gas untuk kebutuhan Industri Pupuk Sriwidjaja dan Petrokimia Gresik dapat dipenuhi dengan tambahan pasokan gas dari LNG. Harga LNG untuk Industri Pupuk Sriwidjaja adalah minimum US$ 17,18/MMBTU dengan tingkat keyakinan 85,051% sedangkan untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik adalah minimum US$ 16,51/MMBTU dengan tingkat keyakinan 85,112%. Apabila pemerintah menjalankan sepenuhnya amanat UUD 45 pasal 33 ayat 3 maka pemerintah tidak akan mendapatkan keuntungan dari penjualan LNG ini akan diperoleh harga LNG untuk Industri Pupuk Sriwidjaja sebesar minimum US$ 10,05/MMBTU dengan keyakinan 85,05% dan untuk Industri Pupuk Petrokimia Gresik sebesar minimumUS$ 9,39/MMBTU dengan tingkat keyakinan 85,224%.
5. DAFTAR PUSTAKA [1] ESDM. (2004). Studi Rancangan Kebijakan Pemanfaatan Gas Dalam Negeri. Jakarta: Ditjen Migas Kementerian ESDM. [2] ESDM. (2010a). Peta Cadangan Gas Bumi Indonesia. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. [3] ESDM. (2010b). Sebanyak 12 Kontrak Hulu Minyak dan Gas Bumi, 3 Kontrak Coal Bed Methane (CBM), 4 Gas Sales Agreement dan 1 Head of Agreement (HoA) di Tandatangani. Jakarta: Ditjen Migas Kementerian ESDM. [4] ESDM. (2010c). Neraca Gas Indonesia 20102025. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. [5] ESDM. (2012). Penetapan Harga Gas Harus Pertimbangkan Daya Beli Konsumen, Tribun News. [6] Nugroho, H. (2004a). Increasing the Share of Natural Gas in National Industry and Energy Consumption: Infrastructure Developmet Plan. Perencanaan Pembangunan, IX, 5-6. [7] Nugroho, H. (2004b). Pengembangan Industri Hilir Gas Bumi Indonesia: Tantangan dan Gagasan. Perencanaan Pembangunan, IX, 4-6. [8] Wood Mackenzie. Regional Gas and Power service. Indonesia Gas and Power Market Outlook 2012, 65
Evaluasi Keekonomian ..., Tri Tusseno, FT UI, 2013