Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin EVALUASI INDEKS MORFOLOGI PADA DOMBA LOKAL BETINA DEWASA DI KELOMPOK TERNAK PALASIDIN DESA BUNINAGARA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT EVALUATION MORPHOLOGY INDEX OF LOCAL EWES IN PALASIDIN LIVESTOCK GROUP VILLAGE BUNINAGARA SUB-DISTRICT SINDANGKERTA DISTRICT WEST BANDUNG Dodi Ahmad Syahidin*, Dedi Rahmat**, Primiani Edianingsih** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian mengenai “Evaluasi Indeks Morfologi pada Domba Lokal Betina Dewasa di Kelompok Ternak Palasidin Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat” telah dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 22 April 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai indeks kumulatif pada domba lokal betina dewasa. Pengukuran indeks kumulatif digunakan sebagai salah satu alternatif untuk penilaian tipe ternak berdasarkan ukuran-ukuran tubuh. Metode yang digunakan yaitu metode deskriftif. Objek penelitian yang digunakan yaitu 20 ekor domba lokal betina dewasa, semua domba berumur tiga tahun. Hasil penelitian diperoleh rata-rata bobot badan 24,78±2,31 kg, panjang badan 62,20±3,71 cm, tinggi pundak 59,25±3,34 cm, lingkar dada 71,45±3,22 cm, lebar dada 16,58±1,34 cm, dalam dada 26,85±1,96 cm, panjang pinggang 16,65±0,96 cm, lebar pinggul 15,10±1,26 cm, tinggi pinggang 56,25±3,18 cm serta indeks kumulatif 2,62±0,12. Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan, bahwa domba lokal betina dewasa di Kelompok Ternak Palasidin Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat dapat dikategorikan sebagai domba pedaging dan baik untuk dijadikan sebagai bibit. Kata Kunci: Domba lokal, Ukuran-ukuran tubuh, Bobot badan, Indek Kumulatif ABSTRACT This research about “Evaluation Morphology Index of Local Ewes in Palasidin Livestock Group Village Buninagara Sub-district Sindangkerta District West Bandung” was held in 15 until 22 April 2016. The purpose of this research was to determine how the value of the cumulative index local ewes. Cumulative index measurement is used as an alternative rating livestock types based on body measurements. The method used is descriptive. The research object used 20 ewes, all ewes three years. The result research obtainable average weight 24,78±2,31 kg, body length 62,20±3,71 cm, wither height 59,25±3,34 cm, girth depth 71,45±3,22 cm, chest width 16,58±1,34 cm, chest depth 26,85±1.96 cm, rump length 16,65±0,96 cm, hip width 15,10±1,26 cm, rump height 56,25±3,18 cm, and cumulative index 2,62±0,12. Based on the analysis was held that ewes in Village Buninagara Sub-district Sindangkerta District West Bandung categorized as sheep meat and can be use as breeding stock. Keywords: Local Sheep, Body size, Body weight, Cumulative Index
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin
PENDAHULUAN Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas penghasil daging. Domba memiliki keuunggulan diantaranya yaitu memiliki daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan untuk kenyamanan hidup domba, karena jika kondisi lingkungan tidak sesuai maka produktivitas yang dihasilkan oleh domba pun tidak akan maksimal. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang mempunyai domba lokal Padjadjaran memiliki potensi untuk pengembangan domba tersebut sebagai bibit domba pedaging. Potensi wilayahnya pun cukup baik untuk pengembangan domba Padjadjaran tersebut, lokasinya yaitu berada di Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat. Untuk mengetahui apakah domba tersebut masuk ke dalam kategori domba pedaging yang baik untuk dijadikan sebagai domba pembibit, maka digunakan metode indeks untuk mengetahuinya. Metode indeks digunakan dalam program pemuliaan ternak dengan menggunakan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh domba. Metode indeks diharapkan dapat memberi gambaran dalam menentukan dan memilih potensi breeding stock seekor domba dengan harapan keturunnya memiliki sifat yang sama dengan induknya. Indeks digunakan sebagai alternatif dalam penilaian ternak sebagai indikator dari tipe ternak. Indeks morfologi dianggap paling tepat dalam penilaian bobot badan karena mencakup konformasi tubuh atau bentuk ternak, panjang dan keseimbangan tubuh ternak. Indeks ini diperoleh dari perhitungan pengukuran ukuran-ukuran tubuh domba. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti “Evaluasi Indeks Morfologi Pada Domba Lokal Betina Dewasa di Kelompok Ternak Palasidin Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat ” sebagai judul penelitian. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1.
Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal betina dewasa tidak
bunting di Kelompok Ternak Palasidin yang berjumlah 20 ekor berkisar umur 2-3 tahun. Umur ternak diduga dengan cara melihat gigi seri domba.
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin
2.
Metode Penelitian Metode merupakan cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Menurut
(Arikunto,2010) Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulkan data penelitiannya. Adapun metode yang peneliti gunakan yaitu metode deskriftif. Teknik
pengambilan
data
dengan
cara
sensus.
Langkah-langkah
prosedur
pelaksanaannya yaitu mengumpulkan domba terlebih dahulu kemudian melakukan penimbangan serta pengukuran ukuran-ukuran tubuh domba. Setelah data didapatkan kemudian dianalisis. 3.
Peubah yang diamati Dalam penelitian ini peubah yang diamati dari domba lokal betina dewasa di
kelompok ternak Palasidin terdiri atas bobot badan dan ukuran – ukuran tubuh domba lokal dengan cara pengukuran sebagai berikut : 1.
Bobot Badan (BB) bobot individu domba yang penimbangnya dilakukan sebelum domba diberi makan atau digembalakan. Ditimbang menggunakan timbangan digital dengan satuan kg.
2.
Tinggi Pundak (TP) ukuran tubuh yang di ukur dari titik tertinggi pundak
(Os
vertebra) samapi permukaan tanah secara tegak lurus di ukur menggunakan tongkat ukur dengan satuan cm. 3.
Panjang Badan (PB) ukuran tubuh yang di ukur dari tepi tulang humerus sampai benjolan tulang tapis (Tuber ichii) di ukur menggunakan pita ukur dengan satuan cm.
4.
Lingkar Dada (LD) tubuh yang di ukur melingkar sekeliling rongga dada di belakang sendi bahu ( Os Scapula). Di ukur menggunakan pita ukur dengan satuan cm.
5.
Lebar Dada (LbD) diukur pada jarak antara penonjolan sendi bahu (Tuberculum humeri) kiri dan kanan. Alat yang digunakan adalah caliper (cm).
6.
Dalam Dada (DD) di ukur dari titik tertingi pundak (Os scapule) sampai tulang dada (Os sternum) bagian bawah di belakang kaki depan. Alat yang digunakan adalah tongkat ukur (cm)
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin
7.
Lebar Pinggul (LpG) merupakan jarak antara penonjolan pinggul kiri dan kanan, diukur dengan menggunakan sleding caliper.
8.
Tinggi Pinggang di ukur dari titik tertinggi rump sampai teracak domba (Real dastern) bawah. Di ukur menggunakan tongkat ukur dengan satuan cm.
9.
Panjang Pinggang (PpG) di ukur dari pin bone sampai hip, alat yang digunakan pita ukur dengan satuan cm.
4.
Analisis Statistik Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif
meliputi: 1. Rata-rata/Mean yaitu bilangan yang diperoleh dari seluruh jumlah data dibagi dengan banyaknya data, rumusnya adalah: ∑ Keterangan : µ
= rata-rata populasi
xi
= nilai data individu ke- i
i
= 1,2,3,……N
N
= banyaknya data populasi
2. Simpangan baku adalah akar dari ragam, sedangkan ragam merupakan jumlah kuadrat semua devisi nilai-nilai individu terhadap rata-rata populasi, rumusnya adalah : ∑ √ Keterangan : µ
= rata-rata populasi
xi
= nilai data individu ke- i
i
= 1,2,3,……n
(
)
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin
N
= banyaknya data populasi
Σ
= simpangan baku
3. Koefisien variasi adalah ukuran yang digunakan untuk membandingkan variasi relatif beberapa kumpulan data dengan satuan yang berbeda, rumusnya adalah :
KV= x 100%
Keterangan : KV
= koefisien variasi
µ
= rata-rata populasi
σ
= simpangan baku
4. Cumulative Index Indeks kumulatif diperoleh dari perhitungan ukuran-ukuran tubuh domba dengan rumus menurut Salako (2006) dan Alderson (1999) sebagai berikut : 1. Weight : (
)
2. Height slope
: Tinggi pudak – tinggi pinggang
3. Length indeks
:
4. Width slope
:
5. Depth indeks
:
6. Foreleg length
: Tinggi pundak – dalam dada
7. Balance
:
8. Cumulative index :
+ lenghth indeks + balance
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Bobot Badan Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh dapat menjadi acuan untuk mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh mempunyai kegunaan untuk menaksir bobot badan dan persentase karkas, sehingga dapat menunjukkan nilai pada seekor ternak (Cole,1970). Hasil pengamatan dalam pengukuran bobot badan domba dapat dilihat dalam Tabel berikut. Tabel 1. Bobot Badan Domba Lokal Betina Dewasa Nilai
Umur 3 tahun
Rata-rata (kg)
24,78
Minimum (kg)
21,50
Maksimum (kg)
29,00
Simpangan Baku
2,31
Koefisien Variasi (%)
9,32
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata bobot badan pada 20 ekor domba lokal betina adalah 24,78 kg dengan bobot badan terendah 21,50 kg dan bobot badan tertinggi 29,00 kg, memiliki simpangan baku 2,31 serta memiliki koefisien variasi 9,32 %. Koefisien variasi menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati seragam. Bobot badan domba berbeda-beda tergantung dengan umur dan bangsanya. Faktor lingkungan dan manajemen pemeliharaan akan sangat mempengaruhi besarnya bobot badan domba, sesuai dengan pendapat Tomaszewska dkk., (1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, genetik, dan faktor lain seperti manajemen atau pengelolaan yang diterapkan, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan serta iklim.
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin
2. Ukuran-ukuran Tubuh Hasil perhitungan ukuran-ukuran tubuh yang dilakukan terhadap domba lokal betina dewasa di Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah populasi sebanyak 20 ekor dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Ukuran-ukuran Tubuh Domba Lokal Betina Dewasa Umur 3 Tahun Umur 3 Tahun Peubah Rata-rata
Min
Max
SD
..….....………………cm………………............
KV .....%.....
Tinggi Pundak Panjang Badan
59.25 62,20
52,00 56,00
68,00 70,00
3,34 3,71
5,65 5,96
Lingkar Dada Lebar Dada Dalam Dada Lebar Pinggul Tinggi Pinggang Panjang Pinggang
71,45 16,58 26,85 15,10 56,25 16,65
66,00 14,00 22,00 12,00 50,00 15,00
81,00 19,00 30,00 17,00 61,00 18,00
3,22 1,43 1,96 1,26 3,18 0,96
4,50 8,60 7,29 8,35 5,56 5,78
Tinggi Pundak Tinggi pundak merupakan hasil pengukuran dari titik tertinggi pundak sampai ke permukaan tanah, diukur lurus menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm (Heriyadi, 2012). Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa tinggi pundak pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata tinggi pundak sebesar 59,25±3,34 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria, 2013) yaitu dengan tinggi pundak sebesar 62,34 cm. Simpangan baku sebesar 3,34 cm, dan koefisen variasi 5,65 % menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati seragam.
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin
Panjang Badan Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa panjang badan pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata panjang badan sebesar 62,20±3,71 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria, 2013) yaitu dengan panjang badan sebesar 59,89 cm. Simpangan baku
sebesar 3,71 cm, dan koefisen variasi 5,96 %
menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. Panjang badan merupakan salah satu ukuran tubuh yang paling erat kaitannya dengan kinerja produksi ternak, sehingga panjang badan sering dijadikan sebagai parameter dalam menduga bobot badan. Hal tersebut bersesuaian dengan pendapat Ashari dkk., (2015) dan Rehfeldt dkk., (2004) bahwa panjang badan dijdikan parameter dalam pendugaan bobot badan seekor ternak. Lingkar Dada Lingkar dada adalah bagian antara leher dan perut. Lingkar dada diukur melingkar dada dibelakang siku menggunakan pita ukur dalan satuan cm (Santosa,1995). Berdasarkan table 2, terlihat bahwa lingkar dada pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai ratarata lingkar dada sebesar 71,45±3,22 cm ,simpangan baku sebesar 3,22 cm, dan koefisen variasi 4,50% menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ seperti jantung dan paru-paru. Pertambahan lingkar dada menyebabkan bertambahnya bobot badan, daerah badan akan semakin dalam dan meluas yang akhirnya bagian tersebut tertimbun oleh otot daging maupun lemak (Diwyanto, 1982). Lebar Dada
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin
Lebar dada adalah jarak penonjolan sendi bahu kanan (sendi antara os. Scapula kanan dengan Os. Humesrus kanan) dan penojolan sendi bahu kiri (sendi antara Os. Scapula kiri dengan Os. Humerus kiri). Menurut Newhanm (1994) bahwa ukuran lebar dada sangat penting untuk memberikan informasi tentang kapsitas tubuh ternak dalam memanfaatkan pakan dan mengkonversikan pakan menjadi daging dan otot. Berdasarkan table 2, diketahui bahwa nilai rata-rata lebar dada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat sebesar 16,58±1,43 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria,2013) dengan nilai lebar dada sebesar 14,84 cm. Simpangan baku sebesar 1,43 cm, dan koefisien variasi 8,60% menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. Dalam Dada Dalam dada di ukur dari titik tertingi pundak (os scapule) sampai tulang dada (os sternum) bagian bawah di belakang kaki depan. Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa dalam dada pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat
memiliki nilai rata-rata dalam dada sebesar
26,85±1,96 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria, 2013) yaitu dengan dalam dada sebesar 27,86 cm. Simpangan baku sebesar 1,96cm, dan koefisen variasi 7,29 % menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam. Lebar Pinggul Lebar pinggul akan bertambah besar sejalan bertambahnya umur. Berdasarkan table 2, terlihat bahwa lebar pinggul pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata lebar pinggul sebesar 15,10±1,26 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria, 2013) yaitu dengan nilai lebar pinggul sebesar 18,00 cm. Simpangan baku sebesar 1,26 cm, dan koefisen variasi 8,35% menunjukan bahwa data populasi yang
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin
diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati seragam. Lebar pinggul berkaitan dengan tumbuh kembang tulang dan otot pada domba. Lebar pinggul penting untuk domba pedaging karena otot daging paling banyak menempel pada tulang paha atas serta dalam penentuan kualitas karkas. Tinggi Pinggang Variabel tinggi pinggang dan bobot badan dipengaruhi oleh aksi gen-gen tertentu yang mempengaruhi dua sifat atau lebih (Martojo, 1990) sehingga menyebabkan adanya hubungan antara variabel tinggi pinggang dan bobot badan. Rataan tinggi pinggang hampir mendekati rataan tinggi pundak domba yang diteliti, hal tersebut menunjukkan bahwa konformasi tubuh domba yang diteliti mendekati tipe domba pedaging karena memiliki garis yang sejajar antara tinggi pundak dengan tinggi pinggang. Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa tinggi pinggang pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata tinggi pinggang sebesar 56, 25±3,18 cm. Simpangan baku sebesar 3,18 cm, dan koefisen variasi 5,56 % menunjukan bahwa data populasi yang diamati hamper seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang menyatkan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam.
Panjang Pinggang Panjang pinggang diukur dari pin bone sampai hip, diukur dengan menggunakan pita ukur. Berdasarkan table 2, terlihat bahwa tinggi pinggang pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Peternak Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai rata-rata panjang pinggang sebesar 16,65±0,96 cm, nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria, 2013) yaitu dengan nilai panjang pinggang sebesar 18,00 cm. Simpangan baku sebesar 0,96 cm, dan koefisen variasi 5,78% menunjukan bahwa data populasi yang diamati hampir seragam, sesuai pendapat Nasoetion (1992) yang mengatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukan bahwa populasi yang diamati hampir seragam.
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin
3. Indeks Morfologi Hasil perhitungan indeks morfologi terhadap bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh domba lokal betina dewasa dengan jumlah populasi sebanyak 20 ekor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Indeks Morfologi Domba Lokal Betina Dewasa Indeks Morfologi
Umur 3 tahun
Weight index
70668,83
Height slope index
3,00
Length index Width slope index
1,05 0,92
Depth index
0,45
Foreleg length index
32,40
Balance
0,57
Cumulative index
2,62
Weight index merupakan indeks untuk menduga bobot badan. Weight
yang di
dalamnya terdapat empat pengukuran tubuh meliputi panjang badan, lingkar dada, lebar dada dan lebar pinggul merupakan hal penting dalam pendugaan bobot badan ternak. Hasil yang diperoleh dari perhitungan weight indext domba lokal betina yaitu 70668,83, dibandingkan dengan penelitian (Saptaria, 2013) nilai weight index sangat berbeda yaitu 24733,90. Height slope index merupakan pengukuran dalam penaksiran tipe ternak. Semakin kecil nilai height slope index dapat dikatakan semakin baik, karena nilai height slope index yang mendekati 0 atau sama dengan 0 artinya ternak tersebut memiliki tinggi pundak dan tinggi pinggang yang sama membentuk garis lurus sejajar. Garis pundak yang garis lurus sejajar merupakan salah satu ciri dari domba pedaging. Hasil height slope index yang diperoleh dari penelitian ini yaitu 3,00. Length index didapat dari hasil pembagian panjang badan dengan tinggi badan. Length index dapat menjelaskan tipe ternak domba apakah tubuhnya berkaki pendek atau berkaki panjang. Nilai length index dibawah 1 atau sama dengan 1 menunjukkan ternak tersebut berkaki pendek, sedangkan bila nilai length index diatas 1 menunjukkan ternak tersebut
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin
berkaki panjang. Hasil penelitian pada domba lokal betina dewasa nilai length index yang didapat yaitu 1,04. Berdasarkan nilai tersebut maka domba lokal betina di Kelompok Ternak Palasidin Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat berkaki panjang. Nilai width slope index diperoleh dari hasil perhitungan lebar pinggul dibagi dengan lebar dada. Hasil yang didapat pada penelitian domba lokal betina yaitu dengan rata-rata nilai width slope sebesar 0,92, nilai tersebut tidak berbea jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh (Saptaria, 2013) yaitu dengan nilai width slope sebesar 0,99. Depth index domba lokal betina pada peneltian ini yaitu 0,45. Depth index terdiri dari dua pengukuran tubuh dalam dada dibagi tinggi pundak. Menurut Hafiz (2009) nilai depth index diatas 0,5 ternak tersebut dapat dikatakan bertipe gemuk dan berkaki pendek dan jika nilai depth index dibawah 0,5 maka ternak tersebut bertipe gemuk dan berkaki panjang. Maka dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa domba lokal betina bertipe gemuk dengan kaki pendek karena nilai Depth index berada dibawah 0,5 Nilai foreleg length pada domba lokal betina yaiu 32,40. Nilai yang didapat yaitu dari hasil pengurangan tinggi pundak dikurangi dalam dada. Nilai foreleg length index hingga saat ini belum ada penjelasan yang pasti sebagai penentuan tipe ternak. Jika dibandingkan dengan penelitian Saptaria (2013) foreleg length pada domba lokal yaitu 32,47, dari hasil ini dapat dikatankan bahwa domba tersebut mempunyai kaki bertipe pendek. Balance merupakan indeks yang sangat penting dalam penentuan nilai cumulative index, karena melibatkan keseluruhan indeks yang dihitung. Menurut Salako and Ngere (2002), nilai balance menentukan keseimbangan antara ukuran-ukuran tubuh, dan dapat menjadi indikator dari kuantitas daging yang dimiliki seekor ternak. Hasil perhitungan balance yaitu sebesar 0,57. Nilai balance hingga saat ini belum memiliki angka sebagai patokan untuk menentukan tipe ternak. Cumulative index adalah pengukuran terbaik untuk menilai tipe dan fungsi dari ternak domba (Alderson, 1999). Cumulative index merupakan indeks yang penting dalam penentuan tipe suatu ternak. Cumulative index merupakan nilai indeks yang didapat hasil perhitungan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh domba. Menurut Alderson (1999) cumulative index
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin
berkorelasi dengan umur ternak sehingga dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pertumbuhan ternak, sehingga semakin besar nilainya, akan menunjukkan tingkat pertumbuhan ternak yang baik. Nilai cumulative index domba lokal betina yang didapatkan pada penelitian ini yaitu sebesar 2,62. Sampai saat ini cumulative index belum dapat menjelaskan tipe dari ternak domba, namun jika meilihat dari hasil cumulative index domba lokal betina dewasa merupakan hasil perkawinan dari tertua domba pedaging. Nilai cumulative index 2,62 termasuk ke dalam kategori domba tipe pedaging dengan mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saptaria (2013) dengan nilai index cumulative domba lokal betina yaitu sebesar 2,60. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan analisis data yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa nilai cumulative index domba lokal betina dewasa di Kelompok Ternak Palasidin Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat yaitu sebesar 2,62. Nilai tersebut dapat dikategorikan bahwa domba lokal betina tersebut merupakan domba pedaging. SARAN Tatalaksana Pengelolaan ternak domba yang berada di Kelompok Ternak Palasidin Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat harus tetap dipertahankan untuk terus menghasilkan produktivitas yang baik. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada pembimbing utama, Dr. Ir. H. Dedi Rahmat, MS., dan pembimbing anggota, Ir. Primiani Edianingsih, MS. yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk membimbing. DAFTAR PUSTAKA Alderson G. L. 1999. The Development of a System of Linear Measurements to Provide an Assessment of Type and Fuction of Beef Cattle. Animal Genetic Resources Information. Vol 25: 45 - 55 Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum, PT. Gramedian. Jakarta. Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin Ashari, M., R. R. A. Suhardiani, dan R. Andriati. 2015. Tampilan Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk pada Umur Tertentu di Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia. Lombok. Vol 1 (1) : 20-25. Blakely, J., dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Terjemahan : Srigando, B. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Devendra, C., and G. B. Mc Leroy. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics. 1st Edition. Oxford University Press. Oxford Diwyanto, K. 1982. Pengamatan Fenotif Domba Priangan serta Hubungan antara beberapa Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan. Tesis. Program Pasca Sarjana Instiutut Pertanian Bogor, Bogor. Diwyanto, K. dan Inounu. 2001. Proceding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Bogor Djagra, I. B. 1994. Pertumbuhan sapi Bali; Sebuah Analisis Berdasarkan Dimensi Tubuh. Majalah Ilmiah UNUD, 21 (39): 173-182. Doho, S. R. 1994,Parameter Fenotifik Beberapa Sifat Kualitatif dan Kuantitatif pada Domba Ekor Gemuk, Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Frandson, R., 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University, Yogyakarta. Hafiz. 2009. Aplikasi Indeks Morfologi dalam Pendugaan Bobot Badan dan Tipe Pada Domba Ekor Gemuk dan Ekor Tipis. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Heriyadi, D. 2012. Modul I Produksi Domba dan Kambing. Laboratorium Produksi Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 36/Permentan/OT.140/8/2006. 2006. Tentang Sistem Perbibitan Ternak Nasional. Jakarta. Lasley, 1978. Genetics of Livestock Improvement, Third Edition Printice - Hall of India Private Limited, New Delhi. Martojo, H. 1990. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Pusat antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulliadi, D. 1996. Sifat Fenotif Domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mulyaningsih, N. 1990. Domba Garut sebagai Sumber Plasma Nutfah Ternak. Plasma Nutfah Hewan Indonesia. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Indonesia. Bogor. 42-49 Nasoetion, A. H. 1992. Panduan Berfikir dan Meneliti secara Ilmiah Bagi Remaja. Gramedia. Jakarta. Hal 111. Pane, I. 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia. Jakarta
Evaluasi Indeks Morfologi… ........................................................ ........... Dodi Ahmad Syahidin Parakkasi, A., 1995. Ilmu Nutrisi Ruminansia Pedaging. Departemen Ilmu Pakan Ternak. Fakultas Pertanian, IPB Bogor. Purnomoadi, A. 2003. Diktat Kuliah : Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Staf Pengajar Laboratorium Ilmu Ternak Potong dan Kerja. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Purwokerto. Hal 5. Rehfeldt, C., I. Fieldier, and N. C. Sticland. 2004. Numbering Size of Muscle Fibrous in Relation to Meat Production. In : Everts M. E. M. W. F. TePas, H. P. Haagsmant (ed). Muscle Development of Livestock Animal Physiology. Genetic and Meat Quality. CABI Publishing. Salako, A.E.2006. Application of Morphological Indices in the Assessment of Type and Function in Sheep. International Journal of Morphology. Vol 24(1) : 13-18 Salako, A. E., and L. O. Ngere. 2002. Application of Multifactorial Discriminant Analysis in The Morphometric Structural Differentiation of West African Dwaft and Yankasa Sheep in Southwest Nigeria. Nigerian Journal of Animal Production. Nigeria. Vol 29 (2) : 168-170. Saptaria. 2013. Index Cumulaive Ukuran-Ukuran dan Bobot Badan Domba Lokal di Breeding Station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Universitas Padjadjaran. Sumedang. Soeparno. 1994, Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Penggemukan Domba : Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka, Jakarta Suparyanto, A,, T. Purwadaria dan Subandrio. 1999. Pendugaan Jarak Genetik dan Faktor Peubah Pembeda Bangsa dan Kelompok Domba di Indonesia Melalui Analisis Pendekatan Morfologi. JITV 4 : 80-87 Sumantri, C., A. Einstiana, J. F. Salamena, dan I. Inounu. 2007. Keragaan dan Hubungan Phylogenik Antar Domba Lokal di Indonesia Melalui Pendekatan Analisis Morfologi. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Vol 12 : 42-54. Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika, A. Djadjanegara, S. Garder, dan T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Williamson, G. dan W. J. A., Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan oleh : IGN Djiwa Darmadja. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.