EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS di KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 Agus Haryanto Departemen Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia
[email protected]
Abstrak Bervariasinya penerapan SIMPUS IHIS dan e-Health di Kabupaten Bantul membuat laporan SP2TP sebagai keluran dari SIMPUS menjadi terhambat. Dalam penerapan SIMPUS IHIS dan e-Health di Kabupaten Bantul terdapat hambatan-hambatan yang perlu diperhatikan dan ditangani dengan baik agar tidak semakin kompleks. Evaluasi SIMPUS di Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode HOT-fit digunakan untuk mengetahui sejauh mana penerapan dan kendala dalam implementasi. Metode penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian campuran yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, kuesioner, observasi pada Puskesmas dan dokumentasi tertulis kegiatan penerapan SIMPUS IHIS dan e-Health. Hasil penelitian menunjukkan SIMPUS IHIS dan e-Health sudah digunakan seluruh Puskesmas di Kabupaten Bantul. Faktor organisasi memberikan pengaruh terhadap berjalannya sistem, komitmen Kepala Puskesmas tidak dijabarkan dalam bentuk operasional teknis seperti pembentukan tim SIK dan tidak dibuatnya SOP dalam penerapan SIMPUS IHIS dan e-Health.
The Evaluation of The Implementation of Puskesmas Management Information System in Bantul in 2014 Abstract The variations in the application of SIMPUS IHIS and e-Health in Bantul detain SP2TP reports as the output of SIMPUS. There are obstacles in the application of SIMPUS IHIS and e-Health in Bantul that need to be considered and dealt with in order not to become more complex. The evaluation of SIMPUS in Bantul using HOT-fit method is used to determine the effectiveness of implementation and the constraints in implementation. The research uses both qualitative research and quantitative research. Data was collected through in-depth interviews, questionnaires, observation and written documentations on the SIMPUS IHIS and e-Health application. The results shows that SIMPUS IHIS and e-Health have been used in all Puskesmas in Bantul. Organizational factors impact the run of the system, head of the health center's commitment is not described in technical operations such as forming SIK team and SIMPUS IHIS and e-Health SOP is not determined Keywords : IHIS, e-Health, Bantul
Pendahuluan Membangun sistem informasi kesehatan daerah sebagai penjabaran SKN yaitu subsistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan memungkinkan Pemerintah Daerah Provinsi atau Kabupaten membangun sistem informasi yang berfungsi sebagai dasar pengambilan kebijakan (Undang – undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah).
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
Kabupaten Bantul salah satu Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang menempatkan pembangunan kesehatan menjadi prioritas utama termasuk membangun sistem informasi kesehatan daerah sesuai rencana strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2011 – 2015 yaitu peningkatan kualitas manajemen, pembiayaan dan sistem informasi kesehatan. Peningkatan kualitas sistem informasi kesehatan dimulai dari membangun sistem informasi di Puskesmas, sebagai unit pelayanan dasar menghasilkan data kesehatan. Puskesmas menjadi sumber data primer dari sistem informasi kesehatan memegang peranan penting dalam sistem informasi kesehatan daerah ( Kepmenkes No 192, 2012). Sistem
Informasi
Manajemen
Puskesmas
(SIMPUS)
adalah
proses
pengumpulan data, pengolahan data menjadi informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen Puskesmas. Puskesmas memperoleh data dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Posyandu, dan sumber lain. Sistem laporan di Puskesmas dikenal dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) yang merupakan bagian dari SIMPUS (Kemenkes, Pedoman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, 1997). Sistem pelaporan Puskesmas di Kabupaten Bantul sampai dengan akhir tahun 2007 masih menggunakan form cetakan laporan yang dikirim ke Dinas Kesehatan setiap awal bulan. Upaya meningkatkan kinerja SP2TP di Dinas Kesehatan Bantul yaitu menerapkan sistem informasi rekam medis elektronik. Sistem informasi rekam medis elektronik dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kerjasama dengan PT. Exindo Information Technology. Tahun 2009 Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul mendapat bantuan aplikasi eHealth dari Kementrian Komunikasi dan Informasi untuk lima Puskesmas. Dinamakan e-Health karena di Dinas Kesehatan sudah terlebih dulu terdapat SIMPUS IHIS, dan berbeda sumber pembiayaan. Kabupaten Bantul mendapat bantuan dari Kementrian Komunikasi dan Informasi karena dinilai mampu melaksanakan sistem informasi berbasis elektronik dengan baik. Paket bantuan berupa aplikasi SIMPUS e-Health dan komputer. Penerapan SIMPUS e-Health dikembangkan oleh Dinas Kesehatan di sembilan Puskesmas yang belum menerapkan sistem informasi rekam medis elektronik (Sofyan, 2014).
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
Bervariasinya penerapan SIMPUS IHIS dan e-Health di Puskesmas dapat berpotensi terhambatnya proses laporan SP2TP dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten seperti data rekapitulasi laporan LB1 Kabupaten Bantul tahun 2013 menunjukkan dari 27 Puskesmas, 24 Puskesmas mengirim laporan LB1 dan tiga Puskesmas tidak mengirim laporan LB1. Rekapitulasi laporan LB3 dan LB4 menunjukkan dari 27 Puskesmas, 12 Puskesmas mengirim laporan LB3 dan 15 Puskesmas tidak mengirim laporan LB3. Rekapitulasi laporan 10 besar penyakit menunjukkan dari 27 Puskesmas, 8 Puskesmas mengirim laporan 10 besar penyakit dan 19 Puskesmas tidak mengirimkan laporan 10 besar penyakit. Dengan situasi yang demikian, maka informasi yang dihasilkan sebagai bahan perencanaan masih jauh dari menggambarkan realita masalah kesehatan yang ada di masyarakat (Dinkes Bantul, 2014) Dalam upaya menjadi salah satu bagian dari dasar pengambilan kebijakan baik di tingkat Puskesmas maupun Dinas Kesehatan, maka diperlukan kajian sejauh mana penerapan dan pemanfaatan SIMPUS IHIS dan e-Health. Tahun 2013 Kabupaten Bantul belum melaksanakan evaluasi penerapan SIMPUS IHIS dan e-Health. Evaluasi diperlukan untuk menentukan langkah perbaikan dalam sistem. Metode dalam evaluasi sistem informasi salah satunya dengan metode Hot-fit Evaluation (Yusof et.al, 2008). Dalam metode evaluasi ini menempatkan tiga elemen penting dalam sistem informasi yaitu manusia, teknologi dan organisasi. Dari gambaran penerapan SIMPUS, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan SIMPUS di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul ditinjau dari aspek manusia, teknologi dan organisasi. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di paragraf sebelumnya maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengelolaan SP2TP menggunakan SIMPUS IHIS dan e-Health di Kabupaten Bantul? Bahan dan Metode Desain penelitian yang akan digunakan adalah metode studi kasus eksplanatoris dengan pendekatan penelitian campuran (mixed method), penelitian ini menggabungkan dua bentuk penelitian yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. (Ctreswell, 2008). Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, dokumentasi, pengamatan dan wawancara mendalam terhadap enam Puskesmas dengan tiga informan kunci di masing-masing Puskesmas.
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
Fokus penelitian ini adalah teknologi (kemudahan, ketersediaan, kesiapan dan waktu respon), manusia (penggunaan, pengetahuan dan kepuasan), organisasi (kepemimpinan dan kebijakan). Ruang lingkup dari penelitian ini adalah evaluasi penerapan SIMPUS IHIS dan e-Health di Puskesmas wilayah Kabupaten Bantul. Sampel dari penelitian ini mengambil 6 Puskesmas di wilayah Kabupaten Bantul dengan dasar pengambilan sampel menggunakan kinerja Puskesmas dalam mengirimkan laporan bulanan Puskesmas.
Pemilihan sampel Puskesmas dengan
membagi tiga kelompok yaitu kelompok Puskesmas dengan kinerja laporan SP2TP ≥ 75%, kelompok Puskesmas dengan kinerja laporan SP2TP 50% sampai dengan 75%, dan kelompok Puskesmas dengan kinerja laporan SP2TP < 50%. Berdasarkan kriteria tersebut terpilih 6 Puskesmas yaitu : Kriteria kinerja SP2TP ≥ 75%, 1. Puskesmas Pandak 1 2. Puskesmas Jetis 2 Kriteria kinerja SP2TP 50% - 75% 1. Puskesmas Sedayu 2 2. Puskesmas Dlingo 2 Kriteria kinerja SP2TP < 50% 1. Puskesmas Sanden 2. Puskesmas Pundong Informan kunci dari penelitian ini yaitu stakeholder Puskesmas yang berperan dalam perencanaan pengembangan sistem informasi Puskesmas, pengguna sistem informasi Puskesmas. Dari kriteria informan tersebut maka responden dari penelitian ini adalah Kepala Puskesmas, Petugas SIK Puskesmas dan petugas entry data di enam Puskesmas terpilih Hasil Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menerapkan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) berbasis elektronik dengan menerapkan aplikasi Integrated Health Information System (IHIS) dan aplikasi e-Health. Aplikasi SIMPUS IHIS dan e-Health berbasis client-server dengan menggunakan komputer server dan komputer
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
client. SIMPUS IHIS dan e-Health dibangun dengan menggunakan sistem jaringan Local Area Network (LAN), dengan menggunakan pengelolaan database SQL server 2005, bahasa pemrograman aplikasi memakai power builder, ditambah dengan pemrograman aplikasi web menggunakan bahasa pemrograman coldfusion untuk menampilkan info eksekutif SIMPUS IHIS, sedangkan SIMPUS e-Health tidak menggunakan pemrograman aplikasi web. SIMPUS IHIS dan e-Health terdiri atas delapan modul yaitu modul pendaftaran, pelayanan, rawat inap, penunjang, farmasi, Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling (Pusling) dan billing Dari 18 informan di enam Puskesmas terpilih, informan dengan latar belakang teknologi informasi masih sangat sedikit, dari sumber data Profil Kesehatan Kabupaten Bantul tahun 2013 jumlah petugas Rekam Medis 14 orang, sehingga ada 13 Puskesmas yang belum terdapat petugas rekam medis. Petugas SIK Puskesmas Pandak 1 dengan latar belakang pendidikan rekam medis mampu mengelola data dengan baik dibuktikan dengan laporan SP2TP ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul mencapai 91,67% di tahun 2013. Petugas SIK di Puskesmas Dlingo 2, Puskesmas Pundong, Puskesmas Sedayu 2 dan Puskesmas Sanden berlatar belakang perawat dan asisten apoteker, sehingga tugas SIK hanya sebagai tugas tambahan, yang berdampak pada pengelolaan laporan yang tidak optimal. Dari hasil telaah dokumen tahun 2013 didapatkan data bahwa laporan SP2TP Puskesmas Pandak 1 sebesar 91,67%, Puskesmas Jetis 2 sebesar 75%, Puskesmas Dlingo 2 58,33%, Puskesmas Sedayu 2 sebesar 50%, Puskesmas Pundong 8,33% dan Puskesmas Sanden 0%. Laporan dari Puskesmas yang tidak lengkap menghambat Dinas Kesehatan dalam melakukan rekapitulasi laporan untuk tingkat Kabupaten. SIMPUS IHIS dan e-Health memiliki tampilan yang tidak jauh berbeda, hal tersebut karena kedua sistem tersebut dibuat oleh pengembang sistem yang sama. Kemudahan dalam modul pendaftaran untuk sistem IHIS 8,56 dan untuk sistem eHealth 8,44. Kemudahan dalam modul pelayanan untuk sistem IHIS 7,56 dan untuk sistem e-Health 7,33. Kemudahan dalam pengambilan info eksekutif untuk sistem IHIS 8 dan sistem e-Health 6,78 dari rentang nilai 1 sampai 10 yaitu untuk 1 sangat sulit sampai 10 untuk sangat mudah (lihat tabel 1)
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
Tabel 1. Kemudahan Menggunakan SIMPUS IHIS dan e-Health
Sistem IHIS
e-Health
Pendaftaran
Pelayanan
Info eksekutif
Minimal
8
2
6
Maksimal
10
10
10
Rata - rata
8.56
7.56
8
Minimal
7
6
4
Maksimal
9
9
10
Rata - rata
8.44
7.33
6.78
Ketersediaan sarana komputer di Puskesmas sudah cukup, dari hasil observasi unit pendaftaran, unit BP Umum, unit BP gigi, unit Bp KIA sudah tersedia komputer dan siap digunakan. Puskesmas dimungkinkan untuk menambah sarana komputer melalui pembiayaan Puskesmas. Performa sistem dapat dilihat dari kecepatan aplikasi dalam merespon perintah yang diberikan. dari tabel berikut pengguna SIMPUS IHIS atau e-Health menyatakan modul pendaftaran dan modul pelayanan cepat merespon perintah, sedangkan modul info eksekutif lambat dalam merespon perintah. Dari rentang skala 1 samapi 10 yaitu 1 untuk sangat lambat samapai dengan 10 untuk sangat cepat, didapatkan bahwa modul pendafatran dan modul pelayanan cukup cepat, sedangkan modul info eksekutif dirasakan masih lambat (lihat tabel 2) Tabel 2. Respon Aplikasi Sistem IHIS
e-Health
Pendaftaran
Pelayanan
Info eksekutif
Minimal
3
8
3
Maksimal
9
9
7
Rata - rata
7.44
8.56
5
Minimal
7
3
4
Maksimal
9
9
7
Rata - rata
7.78
6.89
5.22
Dukungan Kepala Puskesmas diwujudkan dalam penyediaan sarana komputer, penyediaan anggaran perawatan jaringan, penguatan koodinasi antar petugas Puskesmas melalui mekanisme loka karya mini dan rapat bulanan Puskesmas. Komitmen dari Kepala Puskesmas sangat kuat tapi di tingkat operasional menjadi terhambat karena tim SIK Puskesmas tidak dilembagakan dalam bentuk SK Kepala Puskesmas sehingga koordinasi dan kekuatan hanya bertumpu pada petugas SIK
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
Puskesmas. Telaah dokumen juga menunjukkan Puskesmas Pandak 1 dan Puskesmas jetis 2 telah di bentuk Tim SIK Puskesmas dan secara rutin melaksanakan rapat koordinasi sehingga mampu memberikan laporan secara rutin ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Puskesmas Pundong, Puskesmas Dlingo 2, Puskesmas Sanden dan Puskesmas Sedayu 2 tidak dibentuk tim SIK Puskesmas sehingga tidak terdapat mekanisme koordinasi dalam memenuhi kebutuhan laporan SP2TP ke Dinas Kesehatan Kabupaten. Penggunaan
perangkat
komputer,
perawatan
jaringan
dan
petunjuk
penggunaan aplikasi SIMPUS IHIS dan e-Health memerlukan dokumen standar sehingga pengguna dapat menjalankan sistem dengan benar. SOP diperlukan dalam rangka menyamakan penanganan komponen pendukung SIMPUS IHIS dan e-Health oleh siapapun pengguna sistem. SOP penggunaan SIMPUS IHIS dan e-Health belum dibuat di Puskesmas. Puskesmas Pandak 1 dan Puskesmas Jetis 2 juga belum membuat SOP dalam penerapan SIMPUS IHISdan e-Health, tetapi mampu menyampaikan laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sampai dengan ≥ 75% dikarenakan adanya mekanisme koordinasi tim SIK Puskesmas setiap bulan, hal tersebut tidak dilaksanakan di Puskesmas Dlingo 2, Puskesmas Pundong, Puskesms Sedayu2 dan Puskesmas Sanden. Proses entry data pasien ke dalam SIMPUS IHIS dan e-Health dilaksanakan setelah selesai memberikan pelayanan. Pasien di Puskesmas induk dimasukkan sesuai dengan hari pasien tersebut berkunjung. Beberapa Puskesmas memasukkan data pasien Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling pada hari berikutnya dengan alasan pasiennya banyak dan tenaganya masih kurang. Puskesmas Pandak 1 dan Puskesmas Jetis 2 yang telah entry data dari modul pendaftaran, modul pelayanan, modul Puskesmas Keliling, dan modul Puskesmas Pembantu mampu memberikan laporan sampai dengan ≥ 75%. Puskesmas yang belum entry data lengkap hanya mampu mengirimkan laporan kurang dari 75% yaitu Puskesmas Dlingo 2, Puskesmas Sedayu 2, Puskesmas Sanden dan Puskesmas Pundong. Pengetahuan petugas Puskesmas dalam mengoperasikan SIMPUS IHIS atau eHealth sebatas pada kemampuan untuk memasukkan data pasien, sedangkan dalam hal mengambil laporan dari aplikasi masih terpusat pada petugas SIK Puskesmas. Pengguna SIMPUS IHIS dan e-Health merasa puas dalam hal aplikasi mampu membantu dalam pelayanan kepada pasien, tetapi dalah hal mendapatkan laporan di
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
info eksekutif pengguna belum merasa puas dikarenakan respon aplikasi untuk menampilkan laporan masih lambat. Pembahasan Pengguna SIMPUS IHIS dan e-Health di enam Puskesmas didominasi oleh staf dengan latar belakang pendidikan D3 dari disiplin ilmu perawat dan bidan. Petugas SIK Puskesmas juga diisi oleh tenaga perawat atau bidan sebagai tugas tambahan bukan sebagai tugas pokok. Dari enam Puskesmas hanya satu Puskesmas yang petugas SIK dilaksanakan oleh petugas rekam medis. Petugas SIK yang tidak sesuai dengan kompetensinya menjadikan program SIK Puskesmas tidak berjalan dengan optimal, dimulai dari penataan rekam medis sebagai sumber data sampai dengan pengelolaan data menjadi laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau menjadi informasi sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan Puskesmas. SIMPUS IHIS dan e-Health mempunyai tampilan yang hampir sama dikarenakan dibuat oleh perusahaan pengembang sistem yang sama. Perbedaan di tampilan menu utama terletak pada menu info eksekutif, dimana pada SIMPUS IHIS info eksekutif membutuhkan portal tersendiri, sedangkan pada SIMPUS e-Health hasil dari info eksekutif bisa langsung dari aplikasi. perbedaan yang kedua adalah pada menu backup database, pada SIMPUS IHIS backup databse melalui info eksekutif sedangkan SIMPUS e-Health langsung dari aplikasi. Proses entry data di menu laboratorium di SIMPUS e-Health lebih sederhana dengan adanya menu generate, dengan menu tersebut petugas laboratorium cukup memasukkan jenis pemeriksaan maka akan muncul seluruh item dalam jenis pemeriksaan tersebut, kemudian petugas memasukkan hasil pemeriksaan. Pada proses entry data menu laboratorium di SIMPUS IHIS harus memasukkan item pemeriksaan satu persatu sehingga membuat proses entry menjadi lebih lama. Dari tabel 2.5 didapatkan bahwa SIMPUS IHIS dan e-Health mudah digunakan terutama pada modul pendaftaran dan pelayanan, dari skor penilaian 1 untuk sangat sulit dan 10 untuk sangat mudah didapatkan rata – rata 8,56 untuk modul pendaftaran IHIS , 8,44 untuk modul pendaftaran e-Health, 7,56 untuk modul pelayanan IHIS, 7,33 untuk modul pelayanan e-Health. Terdapat responden memberikan penilaian 2 pada kemudahan modul pelayanan IHIS disebabkan responden adalah karyawan baru dan tidak terdapat SOP.
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
Perangkat keras sebagai pendukung dalam penerapan SIMPUS IHIS dan eHealth sudah tersedia di semua Puskesmas. Komputer sudah tersedia dan siap digunakan di unit pendaftaran, unit pelayanan, unit penunjang, maupun unit farmasi. dari enam Puskesmas, terdapat satu Puskesmas yang ketersediaan komputer belum semuia unit pelayanan yaitu Puskesmas Sanden disebabkan adanya kerusakan pada komputer dan sedang dianggarkan untuk penambahan pada tahun anggaran 2014. Dari segi teknologi SIMPUS IHIS dan e-Health mempunyai kualitas sistem yang baik sehingga diterima dengan baik oleh pengguna dalam hal ini Puskesmas, hal tersebut terlihat sistem tersebut masih digunakan hingga sekarang. kemudahan untuk digunakan, kemudahan untuk dipelajari, sederhana menjadikan SIMPUS IHIS dan eHealth masih tetap digunakan oleh user. Menu laporan SP2TP telah tersedia baik di SIMPUS IHIS maupun e-Health, sehingga faktor teknologi tidak memberikan pengaruh dalam kinerja laporan SP2TP . Dukungan Kepala Puskesmas untuk penerapan SIMPUS IHIS atau e-Health yang diwujudkan dengan adanya perencanaan setiap awal tahun, dukungan pembiayaan untuk pengadaan komputer, suku cadang termasuk pemeliharaan jaringan intranet sehingga sistem selalu siap digunakan oleh pengguna di unit pendaftaran, pelayanan BP umum, pelayanan BP gigi, pelayanan BP KIA sampai dengan unit penunjang. Dari segi organisasi sistem informasi didukung oleh Kepala Puskesmas yang dilihat dari visi dan misinya tentang sistem informasi Puskesmas. Komitmen ditunjukkan dengan kesiapan pendanaan dalam pengembangan sistem, hanya saja komitmen yang kuat dari unsur pimpinan tidak dituangkan dalam pembentukan tim SIK Puskesmas yang dikuatkan dengan Surat Keputusan Kepala Puskesmas. Pembentukan tim SIK Puskesmas hanya melalui penunjukkan secara lisan kepada pemegang program, dan koordinator masing – masing unit pelayanan menjadikan posisi tim SIK Puskesmas tidak kuat. Mekanisme koordinasi dan monitoring evaluasi hanya melalui rapat bulanan Puskesmas sehingga pembahasan tentang hambatan penerapan SIMPUS IHIS atau e-Health tidak fokus dan tidak mendapat porsi waktu yang memadai. Puskesmas dengan tim SIK Puskesmas yang kuat seperti Puskesmas Pandak 1 menunjukkan kinerja laporan SP2TP yang baik. Tidak terdapatnya SOP menjadikan penerapan sistem hanya berdasarkan buku manual penggunaan aplikasi, sehingga petunjuk terkait penggunaan mulai dari perangkat keras seperti komputer, server serta jaringan hanya berdasarkan kebiasaan
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
pengguna, hal tersebut menjadi kendala ketika terjadi masalah dan sistem tidak berjalan harus menunggu petugas dari Dinas Kesehatan sehingga menghambat dalam penerapan sistem. Dari studi dokumen, SOP penerapan SIMPUS IHIS dan e-Health tidak di temukan di semua Puskesmas. Puskesmas Pandak 1 dan Puskesmas Jetis 2 belum membuat SOP penerapan SIMPUS IHIS dan e-Health, akan tetapi laporan SP2TP menunjukkan kinerja yang baik karena didukung oleh koordinasi tim SIK Puskesmas yang kuat. Proses entry data ke dalam SIMPUS IHIS maupun e-Health dilaksanakan oleh perawat, bidan atau petugas laboratorium setelah selesai pelayanan. Data pasien di Puskesmas induk dimasukkan ke SIMPUS IHIS atau e-Health sesuai dengan hari pasien tersebut berkunjung. Puskesmas Pandak 1 yang telah menerapkan semua modul SIMPUS IHIS menunjukkan kinerja laporan SP2TP yang baik, pasien di Puskesmas Pandak 1 telah dimasukkan ke dalam SIMPUS IHIS sehingga mampu menghasilkan laporan bulanan yang lengkap. Pengetahuan pengguna masih sebatas pada menggunakan aplikasi, sedangkan pengetahuan terkait komputer, jaringan masih sangat terbatas, tidak adanya pelatihan terkait hal tersebut menjadikan kendala disaat muncul masalah sehingga menghambat penerapan sistem. Tidak terdapat standar operasional prosedur dalam penggunaan serta standar operasional prosedur ketika muncul masalah membuat sistem berhenti karena harus menunggu tim dari Dinas Kesehatan Dalam kepuasan menggunakan sitem, dari hasil wawancara bahwa pengguna SIMPUS IHIS maupun e-Health cukup pus dalam hal membantu pelayanan kepada pasien, tetapi dalam pemenuhan kebutuhan data untuk laporan ke Dinas Kabupaten Bantul menemui kendala dalam hal kelengkapan laporan untuk SIMPUS e-Health dan hambatan dalam kecepatan mengambil laporan di SIMPUS IHIS. Dengan demikian maka faktor penggunaan modul yang lengkap memberikan dampak pada hasil SIMPUS IHIS dan e-Health, Puskesmas dengan penerapan modul yang lengkap menunjukkan kinerja SP2TP yang baik. Faktor pengetahuan pengguna tidak memberikan dampak pada kinerja SP2TP karena di enam Puskesmas mempunyai pengetahuan yang hampir sama terkait penggunaan aplikasi.
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan bahwa penerapan SIMPUS IHIS dan SIMPUS e-Health di Kabupaten Bantul secara umum berjalan dengan baik, meskipun masih terdapat beberapa elemen yang harus ditingkatkan. Aspek teknologi sudah baik, SIMPUS IHIS dan e-Health memiliki tampilan yang hampir sama karena dikembangkan oleh pengembang sistem yang sama. Penerapan SIMPUS IHIS dan eHealth berperan dalam memperkuat pelayanan kesehatan di Kabupaten Bantul. Menu dalam SIMPUS IHIS dan e-Health sesuai dengan kegiatan pelayanan. SIMPUS IHIS dan e-Health dinilai sebagai teknologi yang mudah digunakan. Staf Puskesmas merasa mudah menggunakan dan mudah mempelajari, tetapi pada pemenuhan kebutuhan laporan belum memenuhi kebutuhan staf Puskesmas baik dalam hal kecepatan maupun kelengkapan. Proses yang perlu mendapat perhatian adalah pada proses memasukkan data hasil pemeriksaan laboratoium yang berbeda antara SIMPUS IHIS dengan SIMPUS eHealth. proses di SIMPUS IHIS lebih lambat dibandingkan proses di SIMPUS eHealth. Menu laporan SIMPUS e-Health tidak selengkap menu laporan SIMPUS IHIS. Penerapan modul yang belum seluruhnya digunakan seperti modul farmasi, dari hasil observasi bahwa SIMPUS IHIS dan e-Health telah menyediakan fasilitas untuk entry data farmasi yang dapat menghasilkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Faktor Manusia dimana penggunaan modul SIMPUS IHIS dan e-Health belum mencakup seluruh data pasien yang berkunjung ke Puskesmas. Puskesmas Pandak 1 dengan entry data seluruh pasien mampu menunjukkan kinerja SP2TP yang baik dibandingkan dengan Puskesmas yang belum entry data seluruh pasien. Dalam aspek pengetahuan didapatkan kesimpulan bahwa dari enam Puskesmas memiliki pengetahuan tentang SIMPUS IHIS dan E-health yang hampir sama dikarenakan sebelum penerapan aplikasi IHIS dan e-Health dilaksanakan pelatihan terlebih dahulu. dalam aspek kepuasan menunjukkan Puskesmas dengan entry data yang lengkap seperti Puskesmas Pandak 1 menyatakan puas dalam menggunakan aplikasi untuk membantu pelayanan, tetapi dalam aspek mengambil laporandi info eksekutif, dari enam Puskesmas menyatakan belum puas dengan alasan masih lambatnya proses di info eksekutif untuk SIMPUS IHIS dan tidak lengkapnya menu laporan di SIMPUS eHealth.
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
Faktor organisasi yaitu kepemimpinan didapatkan kesimpulan bahwa Kepala Puskesmas memiliki harapan agar SIMPUS IHIS maupun e-Health mampu memberikan data yang akurat, cepat. Komitmen Kepala Puskesmas sudah baik dengan pengalokasian anggaran bagi pengembangan SIK di Puskesmas seperti penambahan komputer, perawatan jaringan telah dimasukkan dalam rencana anggaran Puskesmas. Komitmen yang kuat tidak belum direpresentasikan dengan pembentukan tim SIK Puskesmas yang kuat, Pembentukan tim SIK Puskesmas hanya melalui penunjukkan secara lisan kepada pemegang program, dan koordinator masing – masing unit pelayanan menjadikan posisi tim SIK Puskesmas tidak kuat. Mekanisme koordinasi dan monitoring evaluasi hanya melalui rapat bulanan Puskesmas sehingga pembahasan tentang hambatan penerapan SIMPUS IHIS atau e-Health tidak fokus dan tidak mendapat porsi waktu yang memadai. Tidak terdapatnya Standar Operasional Prosedur (SOP) menjadikan penerapan sistem berdasarkan kebiasaan pengguna, hal tersebut menjadi kendala ketika terjadi masalah dan sistem tidak berjalan harus menunggu petugas dari Dinas Kesehatan sehingga menghambat dalam penerapan sistem. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian, maka Dinas Kesehatan perlu melakukan pelatihan, bagi pengelola SIK dan pengguna SIMPUS IHIS dan e-Health untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia sehingga dapat mengelola data dan menghasilkan informasi yang akurat dan tepat waktu. Penerapan SIMPUS IHIS dan e-Health diarahkan pada optimalisasi pemanfaatan menu-menu yang telah tersedia, dan integrasi sistem informasi yang digunakan. Penyempurnaan aplikasi SIMPUS IHIS pada menu laboratorium untuk mempercepat proses pelayanan. Penyempurnaan info eksekutif SIMPUS e-Health dengan menambahkan portal Puskesmas untuk memudahkan dalam penambahan menu laporan. Pengutan tim SIK Puskesmas dengan penempatan tenaga dengan kompetensi rekam medik. Dukungan kebijakan tentang penerapan SIMPUS IHIS dan e-Health dan perlunya bimbingan teknis oleh Dinas Kesehatan dalam upaya penguatan tim SIK Puskesmas.
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104
Referensi Ctreswell. (2008). Designing and Condukting Mixed Methods Research. Kemenkes. (1997). Pedoman Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Jakarta: Kemenkes Kepmenkes No 192. (2012). Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Indonesia. Jakarta. Sofyan, Muhammad. (2014 Mei 26). Personal Intervew. Undang-undang No 32. (2004). Pemerintah Daerah. Jakarta: Kemendagri. Yusof, M. M. et al., (2008). An Evaluation Framework for Health Information System : human, Organization and Technology-fit Factor (HOT-fit. International Journal of Medical Informatic. http://www.researchgate.net/publication/58800959_An_evaluation_framework _forHealth_information_Systems_human_organization_and_technologyfit_factor_(HOT-Fit)/file/72e7e51628e644818f.pdf
Evaluasi implementasi..., Agus Haryanto, FKM UI, 2104