Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni 2016 Vol. 5 No.1 Hal : 37-49 ISSN 2302-6308
Available online at: http://umbidharma.org/jipp
EVALUASI GALUR-GALUR PADI PADA KONDISI NITROGEN RENDAH (Evaluation of Rice Lines at Low Nitrogen Conditions)
Angelita Puji Lestari1*, Supartopo1, Erna Herlina1, Suwarno1 1Kebun
Percobaan Muara-Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl Raya Ciapus 25A Bogor *Korespondensi:
[email protected] Diterima: 30 April 2016 / Disetujui: 25 Mei 2016
ABSTRACT Rice selection have been made since the early generations to obtain low N tolerant lines. The study aimed to evaluate the performance, tolerance, and quality of rice promising lines under low N conditions. The experiment was conducted in November 2014 to January 2015 at Muara Experimental Farm, Bogor. Nested Random Design with three replications was used in this study. Lines and replicates were nested in the main plot (N optimum and low N conditions). The materials used were 45 rice lines and check varieties i.e Ciherang, Memberamo, Inpari 6, Inpari 23 and Inpari 33. There were two urea fertilizer used: 75 kg/ha for low N conditions and 300 kg/ha for optimum conditions. Results showed that there were differences in the lines performance on two different N conditions. Plant height, number of productive tiller, panicle length, number of filed grain and yield were higher in optimum Nconditions. There were lines with higher yields than the check: BPM14262C-42-1-1, BBP14250F-2-4, BBP14250C-231-2-1, BBM14250F-2-6, BPP14262C-295-1-3, BPP14250C-15-2 -4, BBM14262F-3-2, BBP14250F-69,BBP14250F-9-11 and BBM14262F-9-3. The average percentage of head rice were more than 70%. The yield of these lines were more than 60% with medium rice texture. The rice lines have quality criteria that were favored by consumers. Keywords: low N, rice, rice quality, tolerant ABSTRAK Seleksi galur padi telah dilakukan sejak generasi awal untuk mendapatkan galur toleran N rendah. Penelitian bertujuan mengevaluasi keragaan, toleransi, serta mutu beras dari galur-galur harapan tanaman padi pada kondisi kondisi N rendah, mempelajari keragaan galur, dan mutu beras galur-galur harapan tersebut. Percobaan dilaksanakan pada bulan November 2014 – Januari 2015 di Kebun Percobaan Muara, Bogor. Rancangan Acak Kelompok Tersarang (Nested Design) dengan tiga ulangan digunakan pada penelitian ini. Galur dan ulangan tersarang pada petak utama (kondisi N optimum dan N rendah). Materi yang digunakan adalah 45 galur padi dan varietas pembanding Ciherang, Memberamo, Inpari 6, Inpari 23, dan Inpari 33. Dua dosis pupuk urea yang diberikan yaitu 75 kg/ha untuk kondisi N rendah dan 300 kg/ha untuk kondisi optimum. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan penampilan karakter pada dua kondisi N berbeda. Tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi dan hasil lebih banyak jika ditanam pada kondisi N optimum. Galur dengan jumlah anakan produktif terbanyak pada kedua kondisi adalah BBM14250F-1-4. Rendemen galurgalur tersebut tergolong tinggi yaitu lebih dari 60%. Tekstur nasi antara pulen
38
ANGELITA ET AL.
JIPP
sampai pera, rata-rata sedang. Beberapa galur terlihat memiliki karakter mutu beras yang sama dengan varietas cek. Galur-galur padi yang diuji memiliki kriteria mutu beras baik sehingga diharapkan mudah diterima petani dan masyarakat umum. Kata kunci: mutu beras, N rendah, padi, toleran
PENDAHULUAN Padi merupakan bahan pangan pokok di hampir seluruh penduduk dunia, khususnya bagi penduduk Indonesia. Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman hayati tanaman padi yang tinggi. Peningkatan produktivitas padi pada lahan marjinal saat ini menjadi prioritas mengingat semakin berkurangnya lahan subur di Indonesia. Kegiatan pemuliaan tanaman mulai banyak diarahkan bagi pembentukan dan pengembangan kultivar-kultivar baru yang unggul pada kondisi lahan marjinal atau suboptimal tersebut. Kegiatan pemuliaan tanaman telah melepas varietas padi dengan berbagai tingkat ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik, salah satunya yaitu diarahkan pada perakitan kultivar baru yang memerlukan masukan rendah (low input) dan spesifik lokasi. Rendahnya hasil padi di Indonesia terutama disebabkan kultivar yang ditanam petani tidak efisien dalam penyerapan unsur hara pada kondisi lingkungan pertumbuhan yang bercekaman (Limbongan et al. 2009). Program pemuliaan tanaman yang difokuskan terhadap pemanfaatan hara tanaman secara efisien dapat menurunkan penggunaan pupuk dan lebih ramah lingkungan dengan tetap menjaga produksi dan kualitas tanaman tersebut (Fess et al. 2011). Nitrogen (N) fosfor (P), dan kalium (K) merupakan 3 unsur kimia utama dalam pupuk karena merupakan unsur makro bagi pertumbuhan tanaman. Untuk setiap ton padi yang dihasilkan dibutuhkan N sebanyak 14,7 kg, 2,6 kg P dan 14,5 kg K/ha yang dapat diperoleh tanaman dari tanah, air, pupuk (Doberman dan Fairhust 2000), dan bahan organik atau sisa tanaman lain
(Alam 2006). Kekurangan salah satu unsur tersebut atau biasa disebut kahat hara menciptakan suatu kondisi cekaman bagi tanaman. Aplikasi pupuk, terutama yang mengandung unsur N berperan dalam pertumbuhan tanaman pada tahap vegetatif yang dapat meningkatkan hasil gabah (Sui et al. 2013). Pemberian dosis pupuk urea yang diberikan pada tanaman padi sawah mempengaruhi hasil. Dosis urea 180-250 kg/ha mampu menghasilkan padi sebesar 6,8 – 7,2 ton/ha. Hasil gabah menurun 0,2 ton/ha pada pemberian pupuk urea dengan dosis 150-175 kg/ha (Abdulrachman et al. 2009). Kondisi lahan kurang N umum terjadi di semua daerah (Fairhust et al. 2007), disebabkan oleh kelangkaan atau kenaikan harga pupuk N anorganik yang menyebabkan petani bermodal rendah tidak dapat memenuhi kebutuhan pupuk sehingga pupuk yang diberikan tidak cukup, efisiensi pemakaian pupuk N rendah karena kehilangan akibat volatilisasi (Zhong-cheng et al. 2012), denitrifikasi, waktu pemberian dan penempatan pupuk yang salah, pencucian, aliran permukaan, dan diserap oleh tanaman (Choudhury dan Kennedy 2005; Ismunadji dan Roechan 1988) atau terangkut oleh hasil panen, untuk N berkisar antara 32-114 kg N/ha (Sumarno 2006). Rendahnya kandungan N tanah menjadi tantangan bagi pemulia tanaman untuk menghasilkan varietas khususnya tanaman padi yang dapat meningkatkan efisiensi nitrogen. Tanaman yang tidak terlalu tergantung pada pemberian pupuk N sangat penting untuk keberlanjutan pertanian. Dengan demikian, perlu terus dikembangkan varietas tanaman yang dapat menyerap
Vol.5, 2016 cukup hara N dalam tanah dengan konsentrasi rendah (efisiensi serapan tinggi) serta tetap dapat memberikan hasil dengan menggunakan sejumlah N yang telah diserap tersebut atau memiliki efisiensi pemanfaatan tinggi (Lian et al. 2006). Proses seleksi umumnya dilakukan pada lahan yang dipupuk dengan taraf optimal sampai dengan pengujian daya hasil lanjutan. Akibatnya, varietas unggul yang dihasilkan menjadi hanya adaptif pada lahan subur sehingga apabila varietas tersebut ditanam pada lahan yang kurang pupuk atau kurang subur maka hasilnya akan rendah. Hal ini dapat menjadi kendala bagi petani dengan modal yang rendah untuk membeli pupuk. Oleh karena itu, perlu diperoleh varietas padi yang toleran terhadap pemupukan rendah, salah satunya melalui kegiatan seleksi dan pengujian galur harapan padi pada lokasi dengan pemupukan rendah serta berdasarkan informasi parameter genetik dari populasi tanaman untuk menduga kemajuan genetik dari metode seleksi yang digunakan. Penelitian ini menyeleksi galur-galur dari hasil persilangan padi lokal dengan varietas pada kondisi lingkungan input N rendah sejak generasi F3 hingga sekarang menjadi generasi F7 namun belum diketahui keragaan dan keragaman genetik galur-galur tersebut. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi toleransi galurgalur harapan tanaman padi pada kondisi kondisi lingkungan dengan input nitrogen (N) rendah, mempelajari keragaan galur, serta menganalisis keragaman genetik beberapa karakter komponen hasil dan mutu beras galurgalur harapan tanaman padi tersebut. METODE PENELITIAN Percobaan dilaksanakan pada bulan November 2014 – Januari 2015 di Kebun Percobaan Muara, Bogor. Rancangan percobaan yang digunakan di masing-masing lokasi adalah
Evaluasi Galur-Galur Padi
39
Rancangan Acak Kelompok Tersarang (Nested Design), tiga ulangan. Galur dan ulangan tersarang pada petak utama (kondisi N optimum dan N rendah). Materi yang digunakan adalah 45 galur padi 5 varietas pembanding, yaitu Ciherang, Memberamo, Inpari 6, Inpari 23, dan Inpari 33. Dosis pupuk urea yang diberikan terbagi menjadi dua, yaitu dosis untuk kondisi input N rendah, urea 75 kg/ha dan untuk kondisi optimum, urea 300 kg/ha. Dosis pupuk SP36 dan KCL pada kedua lingkungan masing-masing adalah 100 kg/ha. Jarak tanam 20 cm x 20 cm, 1 bibit umur 21 hari ditanam perlubang tanam, masing-masing galur ditanam pada petak berukuran 1 x 5 m2. Dengan demikian, luas lahan yang dibutuhkan untuk masing-masing kondisi N rendah dan optimum untuk 50 genotipe adalah 1000 m² sehingga total luas lahan yang digunakan pada setiap lokasi adalah 2000 m². Peubah yang diamati diambil dari 15 tanaman contoh adalah tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai, bobot 1000 butir, hasil gabah, dan pengamatan hijau daun menggunakan BWD, dan pengujian mutu beras. Mutu yang diuji meliputi rendemen beras pecah kulit, rendemen beras giling, rendemen beras kepala, ukuran panjang, bentuk, dan kadar amilosa. Analisis Ragam Analisis yang dilakukan terhadap data hasil percobaan adalah analisis sidik ragam sidik ragam gabungan dari dua kondisi lingkungan N berbeda. Hasil sidik ragam digunakan untuk menduga nilai ragam fenotipe, ragam genotipe, ragam lingkungan dan ragam G x E. Karakter yang berbeda nyata akan diuji lanjut BNT 5%. Indeks Toleran Penilaian terhadap toleransi galur terhadap nitrogen rendah dilakukan
40
ANGELITA ET AL.
JIPP
berdasarkan nilai parameter seleksi yang digunakan oleh Sundari et al. (2005) dan Rohaeni (2010). Intensitas cekaman lingkungan (SI) =(
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
), bernilai 0-1 dimana semakin
besar SI semakin besar pula intensitas cekaman lingkungan yang diterima tanaman Hasil rata-rata (MP) = Rata-rata hasil geometrik (GMP) =
√ Indeks toleransi (IT) = ̅̅̅̅ dimana, Ys= hasil galur ke-I kondisi N rendah Yc= hasil galur ke-I kondisi N optimum ̅̅̅= hasil rata-rata semua galur pada kondisi N optimum.
Penentuan kriteria toleransi berdasarkan pola tiga komponen yaitu IT, GMP, dan MP. Galur toleran jika IT >1 dan GMP > rata-rata. Galur peka jika IT<1 dan MP-GMP < rata-rata. Dikatakan moderat jika IT, GMP, MP tidak mengikuti pola toleran dan peka. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Gabungan Pada Dua Kondisi N Hasil analisis ragam gabungan menunjukkan bahwa lingkungan dan genotipe berpengaruh sangat nyata pada seluruh karakter yang diamati (Tabel 1).
Genotipe tidak berpengaruh nyata pada bobot 1000 butir. Interaksi genotipe dengan lingkungan tidak nyata kecuali pada karakter panjang malai dan hasil. Penampilan tanaman pada suatu lingkungan merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan. Oleh karena itu, penampilan suatu genotipe tanaman terhadap lingkungan dapat berbeda pada lingkungan yang berbeda atau berbeda terhadap kondisi lingkungan yang sama (Ruchjaniningsih et al. 2000). Ulangan dalam lokasi berpengaruh nyata terhadap seluruh karakter kecuali pada jumlah gabah hampa. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ulangan dengan karakter galur yang berbeda dengan ulangan lainnya. Suatu galur dapat memberikan hasil lebih tinggi pada kedua kondisi dosis N berbeda maka kemungkinan galur tersebut memiliki karakter hasil tinggi, stabil dan adaptif (Kuswanto et al. 2006). Penampilan Galur-Galur Padi Pada Dua Kondisi N Rata-rata umur berbunga genotipe pada kondisi nitrogen (N) suboptimum (N-) tidak berbeda dengan kondisi optimum (N+) (Tabel 2). Umur berbunga genotipe yang ditanam pada N- berkisar antara 77,3 HST-89,3 HST, dimana galur yang cepat berbunga adalah BPP14250C-150-7-2 yang merupakan galur kombinasi persilangan Gampai/IR77674 hasil seleksi pada kondisi optimum nitrogen menggunakan metode modifikasi bulk.
Tabel 1 Analisis ragam gabungan di kedua kondisi N Sumber Keragaman Lingk.(E) Ul (Lingk.) Genotipe (G) G*E Galat
db 1 4 49 49 19 0
UB
UP
TT
JAP
PJM
32,6* 16,4* 47,3* 2,9 3,4
44,8* 4,4* 21,6* 2,7 3,1
340* 161* 697* 18 34,2
44,2* 48,4* 14,5* 2,8 2,5
27,3* 29,2* 14,2* 0,9* 2,4
GI
GH
BSB
Y
5567* 1030* 1029* 354 1,16
40 137 987* 90 140
399* 90,5* 21,8 13,9 15,7
38* 85* 11* 50* 89
Keterangan: db:derajat bebas, UB:umur berbunga, UP:umur panen, TT:tinggi tanaman, JAP: jumlah anakan produktif, PJM:panjang malai, GI:jumlah gabah isi, GH:jumlah gabah hampa, BSB:bobot 1000 butir, Y:hasil.
Vol.5, 2016
Evaluasi Galur-Galur Padi
41
Tabel 2 Data karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif (JAP) pada kondisi nitrogen suboptimum (N-) dan optimum (N+) Galur/Cek BPM14250C-262-1-3 BPM14250C-213-2 BPM14250C-174-2-3 BPM14250C-87-4-2 BPM14262C-287-1-2 BPP14250C-196-9-2 BPP14250C-196-9-3 BPM14262C-26-2-3 BPM14262C-42-1-1 BBM14250F-1-4 BBM14250F-14-3 BBP14250F-16-1 BBP14250C-239-2-1 BBP14250F-2-4 BBP14250C-231-2-1 BBM14250F-2-6 BPP14262C-295-1-1 BPP14250C-15-2-4 BBM14262F-3-2 BBM14250F-3-4 BPM14250C-285-5-2 BBP14250F-5-1 BBP14262F-5-2 BBP14250F-5-2 BBP14250F-5-3 BPM14262C-105-1-2 BPM14262C-148-1-3 BPP14250C-169-4-2 BPM14262C-155-3-1 BBP14250F-6-9 BBM14262F-6-9 BBP14262F-7-1 BBM14262F-7-5 BBM14250F-7-6 BPP14250C-150-7-2 BPP14262C-173-5-2 BBP14250F-9-1 BBP14262F-9-2 BBM14262F-9-3 Asahan Ciherang Gampai Inpari 6 IR77674 Membramo Progol Rata-rata umum Rata-rata galur Rata-rata cek KK (%) BNT 5%
Umur Bunga N79,0 79,0 82,0 79,7 85,0 84,7 83,0 89,3 84,7 82,0 84,7 79,7 80,3 80,7 82,3 83,3 88,7 82,7 84,0 83,0 81,7 83,7 84,0 83,0 84,0 82,7 81,7 82,0 79,7 87,7 82,0 87,7 86,7 81,7 77,3 85,0 82,3 80,0 88,3 88,3 88,0 78,0 81,7 85,0 80,7 87,0 83,2 83,1 84,1 2,3 2,5
N+ 77,7 80,7 81,0 80,7 84,0 83,3 83,7 88,0 82,7 81,0 83,3 79,7 81,0 80,7 83,0 81,3 86,7 82,3 83,7 83,3 79,3 82,3 82,0 81,7 84,0 80,7 81,7 80,7 80,0 87,0 85,3 88,3 83,7 81,0 79,3 82,7 80,7 81,7 86,3 86,3 85,7 77,7 80,7 84,0 79,3 88,0 82,6 82,5 83,1 2,1 3,1
Umur Panen N105,7 104,7 107,3 106,0 107,3 106,7 106,3 113,3 108,0 106,7 107,7 107,3 107,7 106,3 107,0 107,3 111,3 106,3 109,0 108,0 107,0 108,7 108,3 107,0 105,7 107,7 106,7 108,0 105,3 112,0 107,3 108,0 107,7 105,7 106,3 105,3 107,7 106,7 109,3 111,3 108,3 104,0 108,3 107,3 106,3 107,7 107,5 107,4 107,6 1,4 9,2
N+ 105,3 107,0 107,7 107,0 109,3 107,0 107,0 116,3 107,3 107,3 108,7 106,7 107,7 108,0 107,3 108,0 111,3 106,7 109,3 108,3 106,7 107,7 109,0 107,7 106,7 109,3 106,7 107,0 106,7 115,0 112,0 111,7 109,7 107,0 105,3 108,7 106,3 106,7 111,3 109,7 109,7 106,3 107,3 106,3 106,7 108,0 108,2 108,3 107,7 1,8 9,8
Tinggi Tanaman (cm) N94,2 80,2 89,9 90,8 106,1 95,1 99,7 93,6 111,5 97,3 98,9 110,1 93,1 96,7 95,7 96,6 107,0 96,4 121,5 93,7 87,2 100,4 109,5 95,9 92,1 99,0 104,9 102,8 111,3 113,7 102,6 106,2 116,3 88,5 92,6 100,9 101,8 103,9 123,9 101,9 88,4 79,4 87,4 109,4 87,9 126,5 100,1 100,6 97,3 5,6 2,2
N+ 93,8 84,7 92,3 90,7 106,3 102,1 102,6 102,4 114,8 98,9 98,3 109,3 88,5 100,0 93,3 98,7 111,7 99,3 125,8 93,3 81,5 97,3 112,6 98,7 99,5 101,5 109,7 104,9 111,2 111,4 110,3 114,5 119,2 93,5 91,6 104,9 103,0 102,6 126,4 106,8 92,3 82,9 88,9 102,6 88,1 134,5 102,1 102,6 99,4 5,9 2,8
JAP N11,1 9,3 9,5 10,8 9,2 9,7 11,5 9,8 10,8 13,3 9,6 9,1 12,3 12,3 10,1 10,7 9,4 8,9 10,8 10,3 11,7 10,5 10,7 9,8 8,6 10,9 10,4 8,5 9,5 8,9 9,8 9,0 9,0 10,8 9,1 10,5 10,9 8,5 10,2 16,7 11,8 9,5 9,9 11,1 12,6 7,7 10,3 10,1 11,3 13,4 1,8
N+ 13,4 8,7 11,9 13,6 8,9 9,5 9,9 10,1 9,6 14,4 8,7 10,4 14,7 12,5 13,6 10,7 8,9 11,9 12,5 12,5 12,8 10,1 10,2 11,1 9,8 12,4 9,3 9,2 8,9 11,2 12,1 9,7 9,9 11,0 11,3 10,3 10,7 9,3 11,5 17,9 11,5 12,5 10,4 12,1 11,5 7,7 11,1 11,0 11,9 15,7 1,7
42
ANGELITA ET AL.
Umur berbunga galur tersebut lebih panjang satu hari jika ditanam pada kondisi N+. Pada kondisi optimum umur berbunga berkisar antara 77,7 HST88,0 HST. Galur yang lambat berbunga baik pada kondisi N- maupun N+ adalah BPM14262C-26-2-3 yang merupakan galur kombinasi persilangan Progol/ Asahan hasil seleksi pada kondisi suboptimum nitrogen menggunakan metode modifikasi bulk. Umur berbunga varietas cek berisar antara 78,0 HST88,3 HST dan 77,7 HST-88,0 HST masing-masing pada kondisi N- dan N+. Umur panen genotipe pada kondisi Nberkisar antara 104,7 HST (BPM14250C-213-2) - 113,3 HST (BPM14262C-26-2-3. Rata-rata umur panen genotipe lebih panjang satu hari jika ditanam pada kondisi N+. Hal ini disebabkan karena unsur N merupakan unsur yang berguna untuk pertumbuhan vegetatif, sehingga umur tanaman pada N optimum menjadi lebih panjang, sebaliknya jika ditanam pada kondisi suboptimum. Gampai adalah cek dengan umur paling genjah dan Asahan merupakan cek berumur dalam pada kedua kondisi N. Rata-rata tinggi tanaman genotipe pada N+ lebih tinggi 2 cm dibandingkan di N-. Galur terpendek di N- adalah BPM14250C-213-2 dengan tinggi 80,2 cm dan yang tertinggi adalah BBM14262C-229-3-2 (123,9 cm). Cek terendah adalah Gampai (79,4 cm) dan yang tertinggi Progol (126,5 cm). Pada kondisi N+ galur-galur tersebut menunjukkan peningkatan tinggi tanaman. Namun sebagian besar memiliki kriteria tinggi tanaman rendah-sedang. Karakter tinggi tanaman yang berkorelasi dengan karakter komponen hasil, seperti panjang dan bobot malai, dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan dalam proses seleksi tanaman padi yang berpotensi hasil tinggi. Hirzel et al. (2011) dan Syakhril et al. (2014) menyatakan bahwa pemberian nitrogen dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang malai, panjang dan lebar daun. Hasil gabah, bahan kering, tinggi
JIPP tanaman dan komponen hasil lainnya positif dipengaruhi oleh aplikasi nitrogen. Jumlah anakan produktif galur pada N+ rata-rata lebih banyak dibandingkan pada kondisi N-. Galur dengan jumlah anakan produktif terbanyak pada kedua kondisi adalah BBM14250F-1-4, masing-masing sebanyak 13,3 dan 14,4 anakan. Galur tersebut adalah galur yang berasal dari hasil seleksi pada kondisi suboptimum N menggunakan metode modifikasi bulk. Jumlah ini lebih banyak dari varietas cek kecuali terhadap Asahan dengan jumlah anakan terbanyak mencapai 17 anakan. Jika dilihat dari masing-masing galur, jumlah anakan meningkat 1-2 anakan pada dosis N lebih tinggi (N optimum). Panjang malai merupakan salah satu karakter yang diharapkan untuk mendukung potensi hasil. Panjang malai pada N- berkisar antara 20,7 cm galur BPM14250C-213-2 sampai 27,4 cm, galur BPP14250C-169-4-2 (Tabel 3). Sedangkan pada N+, panjang malai berada di antara 21,7 cm (BPP14262C295-1-3) dan 27,3 cm (BPP14250C-1694-2). Rata-rata jumlah gabah isi meningkat dengan meningkatnya dosis N di lapang. Rata-rata Jumlah gabah di N- dan N+ masing-masing yaitu 103,6 dan 112,3. Kisaran jumlah gabah isi di N- adalah 76,0-136,6 dan di N+ adalah 84,6-140,7. Jumlah gabah tertinggi di Nadalah BBP14250C-231-2-1 sedangkan jumlah gabah isi tertinggi pada N+ adalah BBM14262F-7-5 dengan jumlah gabah rata-rata 140,7. Jumlah gabah hampa dapat dikatakan baik karena tidak terlalu banyak dengan rata-rata 23,5 dan 24,2 butir masing-masing di Ndan N+. Jumlah anakan produktif merupakan salah satu karakter penting karena berkorelasi positif dan berpengaruh langsung terhadap hasil gabah (Senapati et al. 2009). Rata-rata jumlah anakan produktif dan jumlah gabah isi dari kedua populasi lebih tinggi pada lingkungan produksi optimum.
Vol.5, 2016
Evaluasi Galur-Galur Padi
43
Tabel 3 Data karakter panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, bobot 1000 butir dan hasil pada kondisi nitrogen suboptimum (N-) dan optimum (N+) Galur/Cek BPM14250C-262-1-3 BPM14250C-213-2 BPM14250C-174-2-3 BPM14250C-87-4-2 BPM14262C-287-1-2 BPP14250C-196-9-2 BPP14250C-196-9-3 BPM14262C-26-2-3 BPM14262C-42-1-1 BBM14250F-1-4 BBM14250F-14-3 BBP14250F-16-1 BBP14250C-239-2-1 BBP14250F-2-4 BBP14250C-231-2-1 BBM14250F-2-6 BPP14262C-295-1-1 BPP14250C-15-2-4 BBM14262F-3-2 BBM14250F-3-4 BPM14250C-285-5-2 BBP14250F-5-1 BBP14262F-5-2 BBP14250F-5-2 BBP14250F-5-3 BPM14262C-105-1-2 BPM14262C-148-1-3 BPP14250C-169-4-2 BPM14262C-155-3-1 BBP14250F-6-9 BBM14262F-6-9 BBP14262F-7-1 BBM14262F-7-5 BBM14250F-7-6 BPP14250C-150-7-2 BPP14262C-173-5-2 BBP14250F-9-1 BBP14262F-9-2 BBM14262F-9-3 Asahan Ciherang Gampai Inpari 6 IR77674 Membramo Progol Rata-rata umum Rata-rata galur Rata-rata cek KK (%) BNT 5%
Panjang malai (cm) NN+ 22,9 23,8 20,7 22,3 22,9 23,5 21,9 23,1 25,7 25,6 24,9 25,6 24,1 24,7 20,9 23,0 24,4 25,2 22,2 22,9 25,3 25,8 27,8 28,1 23,5 24,1 24,6 24,9 23,9 23,4 24,9 25,7 24,9 25,5 25,9 25,6 23,3 25,7 23,8 24,4 21,6 22,0 25,8 25,6 23,3 25,4 25,3 25,0 24,5 24,7 24,8 25,4 24,6 22,8 27,4 27,3 22,5 21,8 24,2 24,4 23,3 24,7 22,9 24,0 25,1 24,9 23,1 25,1 23,7 24,4 21,8 22,3 24,4 25,2 24,4 24,8 23,3 23,4 21,5 21,2 22,3 23,6 19,9 21,0 23,0 22,6 25,9 26,6 22,8 24,3 22,6 23,5 23,8 24,3 24,0 24,5 22,6 23,3 17,6 4,4 1,8 1,7
Gabah isi NN+ 76,0 84,6 96,8 113,0 97,9 119,8 91,1 117,0 131,3 118,5 109,4 124,1 107,1 108,7 103,4 118,6 119,5 114,9 81,1 72,6 111,8 125,4 133,7 135,7 102,7 136,9 82,6 72,6 136,6 119,5 108,9 121,6 114,8 119,5 105,9 105,3 88,8 120,4 82,3 107,9 96,8 102,3 114,9 117,0 91,0 125,4 122,4 102,1 95,4 101,1 91,0 118,8 104,4 105,2 104,1 128,8 138,7 135,5 125,1 117,6 110,4 105,2 103,1 111,8 105,5 140,7 87,8 110,3 102,2 109,7 95,1 124,7 94,7 105,0 122,0 120,8 117,8 118,4 88,0 79,8 97,8 123,7 96,2 127,4 98,6 92,6 102,7 85,5 87,3 124,1 95,9 96,1 103,7 112,7 105,2 114,3 95,2 104,2 15,6 17,6 29,6 32,1
Gabah hampa NN+ 14,1 11,8 19,1 15,4 21,5 22,0 10,3 12,8 37,7 42,6 11,1 16,4 9,3 11,4 65,0 67,6 26,9 62,6 8,0 10,9 15,1 15,3 20,1 16,6 13,3 16,3 10,9 13,8 31,8 20,5 17,9 30,1 42,8 33,8 20,0 16,2 11,7 18,6 21,1 24,3 15,7 8,0 19,9 18,2 19,6 25,4 26,5 27,9 21,6 18,6 19,1 29,8 34,3 27,9 20,1 17,8 40,6 23,7 60,4 49,5 28,2 34,8 40,4 39,8 50,8 45,7 14,6 18,4 18,3 16,5 28,8 28,4 9,4 9,1 16,9 21,2 30,8 23,5 21,0 13,8 17,3 13,4 11,0 14,5 18,9 28,0 21,1 16,2 10,4 15,7 18,0 14,7 23,1 23,5 24,2 24,7 16,8 16,6 18,0 19,0 18,9 19,5
B1000 butir NN+ 28,5 25,1 28,3 23,3 29,2 27,0 30,3 25,9 26,7 24,8 25,3 24,1 28,8 27,6 26,7 26,1 29,9 28,4 27,2 25,9 29,6 27,3 27,2 26,5 28,5 23,0 33,9 28,9 25,5 27,0 31,0 30,6 28,7 27,0 30,7 27,9 28,5 27,4 33,7 27,1 28,3 25,4 27,5 28,6 34,3 25,5 28,9 29,1 28,8 27,9 28,9 27,5 31,8 25,5 31,2 27,7 28,5 32,5 25,2 24,6 23,4 24,4 29,3 25,5 31,1 26,8 34,3 27,2 27,9 25,4 28,1 26,6 31,2 26,1 27,5 24,5 25,0 25,0 25,0 28,7 26,0 25,7 23,2 22,2 37,5 24,4 31,0 28,2 30,0 26,4 31,7 26,8 29,0 26,5 29,0 26,6 29,2 26,1 22,5 12,5 7,3 5,4
HASIL (kg/ha) NN+ 3994 4240 3325 3858 4184 5413 4679 4754 4296 4610 4288 4641 4828 4230 4717 5318 5702 5561 4936 4536 5613 4717 4920 4242 3907 4727 5083 5119 5180 4586 5469 6623 3818 4681 5022 4976 5222 4959 4409 4424 4495 4617 4549 5495 4496 5443 4087 4509 4001 4619 3593 4813 3486 4341 3935 5313 3648 5999 5276 4311 3811 5362 4523 5073 3604 4389 4667 4895 3792 3164 3078 3827 5382 4887 4385 4718 6652 4066 5820 4951 4613 4707 2432 3436 4682 4888 5846 5528 5679 5216 3319 3201 4509,6 4738,8 4488,5 4770,7 4627,3 4561,0 22,6 18,4 949,0 818,0
44
ANGELITA ET AL.
JIPP
Jumlah galur
Bobot 1000 butir merupakan salah satu komponen hasil yang berkorelasi langsung terhadap hasil. Oleh karena itu galur yang diharapkan salah satunya memiliki kriteria bobot 1000 butir yang tinggi. Pada kondisi N- galur dengan bobot terberat adalah BBP14262F-5-2 dan BBM14250F-7-6 yaitu 34,3 g. Sedangkan pada kondisi N+ galur dengan bobot terberat adalah BPM14262C-155-3-1 dengan berat 32,5 g. Bobot 100 butir galur-galur tersebut lebih tinggi dibandingkan semua varietas ceknya. Rata – rata hasil genotipe yang diuji adalah 4509,6 kg/ha dan 4738,8 kg/ha pada kondisi N- dan N+. Kisaran hasil gabah galur-galur pada percobaan ini adalah 3279 kg/ha –6652 kg/ha pada kondisi N- dan 3164 kg/ha - 6623 kg/ha pada kondisi N+. IR77674 adalah cek dengan hasil tertinggi yaitu 5846 kg/ha pada kondisi N- dan 5528 kg/ha pada kondisi N+, disusul Asahan dan Memberamo. Galur-galur yang berpotensi hasil baik memiliki hasil lebih dari 5000 kg/ha yaitu BPM14262C-42-11, BBP14250F-2-4, BBP14250C-231-21, BBM14250F-2-6, BPP14262C-295-13, BPP14250C-15-2-4, BBM14262F-3-2, BBP14250F-6-9, BBP14250F-9-11 dan
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
BBM14262F-9-3. Sebagian besar galur yang diuji memiliki toleransi antara toleran dan moderat terhadap kondisi N(Gambar 1). Galur tersebut memiliki hasil yang relatif stabil antara kedua kondisi N sedangkan galur yang peka memiliki hasil tinggi pada kondisi N+ dan hasil menurun atau rendah pada N-. Menurut Yoseftabar (2013) N mempengaruhi jumlah malai, panjang malai, dan jumlah butir per malai. Penggunaan dosis 300 kg N/ha menunjukkan malai panjang dan jumlah gabah tinggi. Metwally et al. (2010) menunjukkan bahwa pemberian N 150 kg ha-1 memberikan hasil gabah tertinggi namun hasil gabah padi hibrida tinggi jika diberikan N sebanyak 180 kg ha-1 (Kanfany et al. 2014). Sebaliknya Jeon (2012) menyatakan bahwa pemberian N 70-150 kg ha-1 tidak menunjukkan perbedaan nyata dan efisien N. Syakhril et al. (2014) menunjukkan varietas padi unggul memiliki komponen hasil yang tidak berbeda nyata antara kondisi lahan tanpa N dengan N 125 kg ha-1. Varietas unggul kemungkinan memiliki kemampuan menghasilkan asimilat pada kondisi N rendah untuk disalurkan ke jumlah anakan maupun gabah.
17 14
8
toleran
moderat
peka
Kriteria toleransi
Gambar 1 Jumlah galur dengan toleransi kriteria toleran, moderat dan peka
Vol.5, 2016
Evaluasi Galur-Galur Padi
Korelasi antar hasil dan karakter penting galur-galur padi ditampilkan pada Tabel 4. Hasil berkorelasi nyata positif dengan tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, dan jumlah gabah isi per malai. Karakter tinggi tanaman, umur berbunga dan bobot 1000 butir merupakan karakter yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi karena berpengaruh positif nyata dan langsung terhadap hasil (Jambhulkar dan Bose 2014). Umur berbunga berkorelasi nyata positif dengan umur panen, tinggi tanaman dan jumlah gabah hampa. Jumlah gabah isi per malai berkorelasi nyata positif dengan panjang malai dan bobot malai, sedangkan panjang malai berkorelasi dengan bobot malai. Mutu Beras Data mutu beras yang dilaporkan yaitu bobot beras pecah kulit (BPK), bobot beras putih (BP), persentase beras kepala (BK), rendemen (rend.), tekstur nasi, kadar amilosa, dan ukuran beras yang terdiri atas panjang (P), bentuk (B), dan pengapuran (C) (Tabel 5). Seluruh data diamati dari sampel bobot gabah (BG). Persentase beras kepala (BK) rata-rata di atas 70% dengan kisaran antara 30% - 92%. Beras kepala, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran
45
lebih besar atau sama dengan 75% bagian dari butir beras utuh (Soerjandoko 2010). Galur dengan BK terendah adalah B14262C-148-1-3 dan yang tertinggi yaitu B14250F-14-3, B14262F-5-2, B14250F-5-2, dan B14250F-9-1. Rata-rata BK galur-galur yang diuji lebih tinggi dibandingkan varietas cek. BK varietas cek tertinggi adalah IR77674 (89%), diikuti Asahan (88%) dan Inpari 6 (74%). Rata-rata rendemen beras galur-galur yang diuji tergolong baik seperti varietas cek karena masih di atas 60%. Rendemen terendah adalah 56% yaitu galur B14250C-196-9-2 dan B14250C-150-72 sedangkan galur dengan rendemen tertinggi adalah B14250F-16-1 dengan rendemen 69%. bahwa Varietas Ciherang memiliki rendemen beras tertinggi dibandingakan varietas lain, yaitu sebesar 68%. Hal yang sama disampaikan Surdjandoko (2010) menunjukkan sampel gabah varietas Ciherang beras kepala paling tinggi dan termasuk kelas mutu II. Sampel beras yang digunakan pada percobaan ini berasal dari hasil penjemuran. Menurut Setyono (2010) hal tersebut dapat mempengaruhi mutu beras. Penggunaan mesin pengering dapat menghindari terjadinya kontaminasi pasir atau kotoran lain. Selain itu, kehilangan hasilnya kurang dari 1%, lebih rendah dibandingkan dengan cara penjemuran sebesar 1.5-2.0%.
Tabel 4 Korelasi antar karakter dan hasil UB UP Y TT JAP PJM GI GH BSB
UB
UP
Y
TT
JAP
PJM
GI
GH
BSB
1.00
0.60*
0.07
0.46*
-0.07
-0.08
-0.00
0.43*
-0.02
1.00
0.15*
0.34*
0.01
0.00
0.05
0.53*
-0.10*
1.00
0.12*
0.29*
0.15*
0.11*
-0.01
0.08
1.00
-0.12*
0.18*
0.16*
0.36*
0.01
1.00
-0.20*
-0.14*
-0.23*
-0.06
1.00
0.31*
0.04
0.00
1.00
0.17*
-0.40*
1.00
-0.05 1.00
Keterangan: UB: umur berbunga, UP: umur panen, TT: tinggi tanaman, JAP : jumlah anakan produktif, PJM: panjang malai, GI: jumlah gabah isi, GH: jumlah gabah hampa, BSB: bobot 1000 butir, Y: hasil.
46
ANGELITA ET AL.
JIPP
Tabel 5 Data mutu beras galur harapan padi pada kondisi N rendah Galur/Varietas
BG (gram)
BPK (gram)
BP (gram)
BK (%)
REND, (%)
B14262C-287-1-2 B14250F-1-4 B14250C-213-3-2 B14262C-148-1-3 B14250C-87-4-2 B14262F-9-3 B14250C-42-1-1 B14250C-262-1-3 B14262C-155-3-1 B14262F-6-9 B14262F-3-2 B14250C-285-5-2 B14262C-26-2-3 B14250F-14-3 B14250F-7-6 B14262C-105-1-2 B14250F-2-6 B14262C-174-2-3 B1250F-3-4 B14262F-7-5 B14250C-15-2-4 B14250F-5-1 B14250F-2-4 B14262C-173-5-2 B14262C-295-1-1 B14262F-5-2 B14259C-196-9-3 B14250C-196-9-2 B14250F-6-9 B14250F-16-1 B14250F-9-1 B14250C-169-4-2 B14250F-5-2 B14250C-150-7-2 B14250C-239-2-1 B14262F-7-1 B14250C-231-2-1 B14250F-5-3 B14262F-9-2 Ciherang Gampai Asahan Membramo Inpari 6 Progol IR77674 Rata-rata galur Rata-rata cek Rata-rata umum
434 500 410 499 439 469 483 444 488 499 497 195 500 485 487 416 446 490 468 452 415 415 482 448 457 481 487 172 449 500 482 455 475 429 497 486 442 462 459 441 462 472 500 480 463 473 451,1 470,1 454,0
315 375 296 370 334 354 369 292 366 376 362 380 375 367 357 298 304 360 336 309 302 294 341 321 333 353 339 294 325 391 333 289 339 268 346 366 371 336 351 339 326 347 356 357 345 338 338,1 344,0 339,0
278 329 262 324 290 313 316 260 316 330 327
76 85 71 30 40 66 81 89 74 63 64 76 58 92 78 39 74 54 77 55
64
330 323 330 315 275 279 327 309 268 265 254 298 296 298 319 298 267 293 346 292 258 308 242 300 320 322 293 304 314 281 306 311 315 306 301 299,3 304,9 300,2
84 80 55 90 76 92 87 80 62 90 92 85 92 82 84 86 91 84 78 56 63 88 70 74 70 89 74,7 72,9 74,4
66 64 65 66 67 65 58 65 66 66 67 65 68 65 66 63 67 66 59 64 61 62 66 65 66 61 56 65 69 61 57 65 56 60 66 65 63 66 68 63 65 62 66 66 65 63,9 65,0 64,1
UJI NASI tekstur pulen pera sedang sedang pera sedang sedang sedang pera sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang pulen sedang sedang pera pera pera sedang sedang pera pulen sedang pulen pulen pera pera pera pulen sedang sedang sedang pera pera sedang sedang sedang pulen sedang pera pera pulen
Amilosa (%) 21,98 25,48 22,19 24,15 26,53 23,66 22,82 22,61 25,27 23,59 23,31 24,43 22,05 23,10 23,73 22,68 21,00 22,26 23,31 26,11 25,34 26,81 23,80 22,68 27,02 21,98 24,15 21,21 21,84 25,34 27,30 27,30 21,63 23,73 24,64 22,05 27,30 27,44 23,73 22,61 22,05 16,03 24,22 25,55 25,13 17,57
UKURAN BERAS P B C L M S L M S L S S L M M L M S L M S L M M L M S L S S L M M L M S L M M L M S L M M L M M L M M L M S L M M L M M L M M L M M L M M L M M L M M L M M L M M L M M L M S L M S M M M L S M L M M L M M L M M L M M L M M L M M L M M L M M L M S L M S L M S L M M L M S L M M L M S
Vol.5, 2016
Evaluasi Galur-Galur Padi
47
Keterangan tabel: BG
: Berat Gabah (g)
Skor Uji Nasi
BPK
: Beras Pecah Kulit (g)
sangat pulen
: 1 - 1.5
(1)
10 - 15 %
BP
: Berats Putih (g)
pulen
: 1.6 – 2.4 (2)
16 - 21 %
BK
: Beras Kepala (%)
sedang
: 2.5 - 3.4 (3)
22 - 24 %
pera
: 3.5 - 4.0 (4)
< 25 %
Amilosa
Ukuran Beras P
: Panjang Beras
: L = long/panjang (6.60 - 7.50 mm) : M = medium/sedang (5.51 - 6.60 mm)
B
: Bentuk Beras
: S = slender/ramping (>3.0) : M = medium/sedang (2.1 - 3.0)
C
: Pengapuran Beras
: S = small/kecil (< 10%) : M = medium/sedang (11-20%) : L = besar <20%
Uji tekstur nasi menunjukkan bahwa sebagian besar galur yang diuji memiliki tekstur sedang. Terdapat 12 galur dengan tekstur pera dan 6 galur yang pulen yaitu B14262C-287-1-2, B14250F2-6, B14262F-5-2, B14250C-196-9-2, B14250F-6-9, dan B14250F-5-2. Varietas cek yang tergolong pulen adalah Asahan dan IR77674 serta yang pera adalah Inpari 6 dan Progol. Kadar amilosa galur berkisar antara 21.21 (B14250C-196-9-2) sampai 27.44 (B14250F-5-3). Semakin rendah kadar amilosa, tekstur nasi semakin pulen dan sebaliknya semakin tinggi kadar amilosa tekstur nasi akan semakin pera. Kadar amilosa ditentukan oleh dosis pupuk N yang diberikan. Pada kondisi lahan N, diperoleh kadar amilosa lebih tinggi dibandingkan dengan N (Tayefe et al. 2014). Varietas cek dengan tekstur pulen memiliki kadar amilosa antar 16% - 17%. Dilihat dari ukuran berasnya, rata-rata ukuran beras galur yang diuji adalah long (L), medium (M), medium (M) yang berarti panjang, sedang dengan pengapuran sedang atau masih terlihat terdapat kapur pada bagian tengah beras. Berdasarkan ukurannya, beras yang banyak disukai adalah yang panjang, sedang, dan pengapuran sedikit (LMS). Terdapat 10 galur dengan kriteria tersebut. Dua galur tergolong panjang, ramping, dan jernih yaitu B14250C-213-3-2 dan B14262C-155-3-
1. Satu galur yaitu B14250F-16-1 memiliki ukuran sedang, bentuk sedang dan pengapuran sedang (MMM). Varietas cek sebagian besar ukurannya panjang, sedang dan pengapuran sedang. Varietas padi Ciherang dan Memberamo masih merupakan varietas yang banyak ditanam petani di Indonesia karena produktivitas dan mutu berasnya. Jika dilihat berdasarkan mutu beras, Ciherang memiliki rendemen 68%, tekstur nasi sedang, kadar amilosa 22%, dan ukuran panjang dan bentuk beras LMS. Memberamo memiliki rendemen 64%, tekstur nasi sedang, kadar amilosa 24%, dan ukuran panjang dan bentuk beras LMM. Galur-galur dengan karakter mutu seperti kedua varietas tersebut diharapkan akan lebih mudah diterima di kalangan petani. KESIMPULAN Dari data yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Galur menunjukkan perbedaan karakter pada kondisi N yang berbeda 2. Tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah isi dan hasil lebih tinggi jika ditanam pada kondisi N optimum. 3. Terdapat galur dengan hasil tidak berbeda nyata atau lebih tinggi dari varietas cek yaitu BPM14262C-42-1-
48
ANGELITA ET AL.
1, BBP14250F-2-4, BBP14250C-2312-1, BBM14250F-2-6, BPP14262C295-1-3, BPP14250C-15-2-4, BBM14262F-3-2, BBP14250F-6-9, BBP14250F-9-11 dan BBM14262F-93. 4. Rata-rata persentase beras kepala galur-galur yang diuji adalah lebih dari 70%. 5. Rendemen galur-galur tersebut tergolong tinggi yaitu lebih dari 60% dengan tekstur nasi rata-rata sedang. 6. Mutu beras galur yang diuji memiliki kriteria yang disukai konsumen DAFTAR PUSTAKA Abdulrachman S, Agustian N, Sembiring H. 2009. Verifikasi Metode Penetapan Kebutuhan Pupuk Pada Sawah Irigasi. Iptek Tan Pangan 4(2): 105-115. Alam M. 2006. Produksi Tanaman Padi dan Efisiensi Pemupukan Nitrogen Pada Lahan Sawah Bekas Pertanaman Kedelai. J Agrivigor 6 (1): 26-31. Choudhury ATMA, Kennedy IR. 2005. Nitrogen Fertilizer Losses from Rice Soils and Control of Environmental Pollution Problems. Communications in Soil Science Fess TL, Kotcon JB, Benedito VA. 2011. Crop Breeding for Low Input Agriculture: A Sustainable Response to Feed a Growing World Population. Sustainability 3: 17421772 Hirzel J, Pedreros A, Cordero K. 2011. Effect of Nitrogen Rates and Split Nitrogen Fertilization on Grain Yield and Its Components in Flooded Rice. Chilean JAR 71(3):437-444. Ismunadji M, Roechan S. 1988. Hara Mineral Tanaman Padi. Ismunadji M, Partohardjono S, Syam M, Widjono A, editor. Padi Buku 1. Bogor: Puslitbangtan.
JIPP Jambhulkar NN, Bose LT. 2014. Genetic Variability and Association of Yield Attributing Traits With Grain Yield in Upland Rice. Genetika 46(3):831838.doi: 10.2298/GENSR1403831J. Jeon WT. 2012. Effects of Nitrogen Levels on Growth, Yield and Nitrogen Uptake of Fiber-Rich Cultivar, Goami 2. African J of Biotech 11(1): 131-137. Kanfany G, ElN-amaky R, Ndiaye K, Traore K, Ortiz. 2014. Assessment of Rice Inbred Lines and Hybrids Under Low Fertilizer Levels in Senegal. Sustainability 6:11531162.doi:10.3390/su6031153 Kuswanto, N. Basuki, dan E. S. Rejeki. 2006. Uji Adaptasi Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) galur Unibraw. Habitat 17(2):103117. Lian X, Wang S, Zhang J, Feng Q, Zhang L, Fan D, Li X, Yuan D, Han B, Zhang Q. 2006. Expression Profiles of 10,422 Genes at Early Stage of Low Nitrogen Stress in Rice Assayed Using a cDNA Microarray. Plant Molecular Biol 60:617–631. doi: 10.1007/s11103005-5441-7. Limbongan YL, Bambang SP, Trikoesoemaningtyas, Aswidinnoor H. 2009. Respon Genotipe Padi Sawah Terhadap Pemupukan Nitrogen di Dataran Tinggi. J. Agron. Indonesia 37 (3) : 175 – 182. Metwally TF, Sedeek SEM, Abdel Khalik AF, El-Rewiny IM, Metwali EMR. 2010. Genetic Behaviour of Some Rice (Oryza sativa L.) Genotypes Under Different Treatments of Nitrogen Levels. Am-Eurasian J Agr Environ Sci. 8:27–34. Rohaeni WR. 2010. Pendugaan Parameter Genetik dan Seleksi RILs F6 Kedelai Hasil SSD untuk Toleransi terhadap Intensitas Cahaya Rendah [Thesis]. Bogor: IPB.
Vol.5, 2016 Ruchjaniningsih A, Thamrin IM, Kanro MZ. 2000. Penampilan Fenotipik dan Beberapa Parameter Genetik Delapan Kultivar Kacang Tanah Pada Lahan Sawah. Zuriat 11(1):814. Soerjandoko. 2010. Teknik Pengujian Mutu Beras Skala Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian 15(2):4447. Sui B, Feng X, Tian G, Hu X, Shen Q, Gu S. 2013. Optimizing Nitrogen Supply Increases Rice Yield and Nitrogen Useefficiency by Regulating Yield Formation Factors. Field Crops Research 150: 99–107. Sumarno. 2006. Sistem Produksi Padi Berkelanjutan dengan Penerapan Revolusi Hijau Lestari. Iptek Tan Pangan 1(1): 1-18.
Evaluasi Galur-Galur Padi
49
Sundari T, Tohari S, Mangoendidjojo W. 2005. Keragaan Hasil dan Toleransi Genotipe Kacang Hijau Terhadap Penaungan. Ilmu Pertanian 12(1): 12 – 19. Syakhril, Riyanto, Arsyad H. 2014. Pengaruh Pupuk Nitrogen Terhadap Penampilan dan Produktivitas Padi Inpari Sidenuk. Agrifor 13(1):85-92. Yoseftabar S. 2013. Effect Nitrogen Management on Panicle Structure And Yield in Rice (Oryza sativa L.). Int J Agric Crop Sci 5(11):12241227. Zhong-cheng L, Qi-gen D, Shi-chao Y, Fu-guan W, Yu-shu J, Jing-dou C, Lu-sheng X, Hong-cheng Z, Zhongyang H, Ke X, Hai-yan W. 2012. Effects of Nitrogen Application Level on Ammonia Volatilization and Nitrogen Utilization During The Rice Growing Season. Rice Sci 19(2): −