EVALUASI FUNGSI ESTETIKA DAN MODIFIKASI TERMAL PADA VERTICAL GREENERY DI KOTA BOGOR
RENO SESARA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Evaluasi Fungsi Estetika dan Modifikasi Termal pada Vertical Greenery di Kota Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2016
Reno Sesara NIM A44120049
ii
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencatumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya tulis ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbannyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
iii
ABSTRAK RENO SESARA. Evaluasi Fungsi Estetika dan Modifikasi Termal pada Vertical Greenery di Kota Bogor. Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA Kota Bogor saat ini sedang mengembangkan vertical greenery karena jumlah penurunan ruang terbuka hijau. vertical greenery adalah metode tanam menggunakan struktur vertikal mirip dengan dinding penahan. Vertical greenery di Kota Bogor berada pada tiga lokasi yaitu Stasiun Bogor, Terminal Baranangsiang, dan juga Underpass Padjajaran. Beberapa manfaat dari vertical greenery adalah memberikan nilai estetika dalam lanskap, untuk melindungi dari panas, untuk mengurangi kebisingan, dan mengurangi polusi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi modifikasi termal di vertical greenery di kota Bogor, untuk menilai nilai estetika dari tanaman hijau vertical yang sudah ada, dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah Bogor dalam upaya untuk mengelola dan meningkatkan kualitas vertical greenery. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua buah metode yaitu Scenic Beauty Estimation untuk menilai nilai estetika dengan cara memberikan kuesioner kepada 40 responden menggunakan sepuluh foto yang berfokuskan pada dua aspek yaitu aspek kesegaran warnanya dan aspek kerapatannya. Metode pada modifikasi termal dilakukan dengan cara mengukur suhu permukaan vertical greenery menggunakan termometer inframerah GM320 pada permukaan vertical greenery. Data suhu permukaan kemudian dianalisis menggunakan uji-t. Penelitian ini menunjukkan bahwa vertical greenery di Kota Bogor mengalami penurunan pada suhu permukaan disebabkan oleh shading tanaman, dan untuk estetika vertical greenery di anggap sudah baik dalam aspek kerapatan maupun kesegaran warna walaupun tetap memerlukan pengembangan. Hasil analisis SBE dan suhu permukaan (modifikasi termal) kemudaian dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rekomendasi desain penanaman taman vertical.
Kata kunci: estetika, modifikasi termal, scenic beauty estimation, taman vertical
iv
v
ABSTRAK RENO SESARA. Evaluation of Aesthetics Function and Termal Modification in Vertical Greenery of Bogor City. Supervised by BAMBANG SULISTYANTARA Bogor city currently develops vertical greenery due to counter the decreasing of green space quantity. Vertical greenery is a planting method using vertical structure similar to retaining walls. Vertical greenery in the city of Bogor located at three locations: Bogor Station, Terminal Baranangsiang, and also Underpass Padjadjaran. There are some benefits of vertical greenery, such as providing aesthetics value of the landscape, to protect from the heat, to reduce noise, and to reduce pollution. The purpose of this study were to identify termal modification by vertical greenery in Bogor city, to assess the aesthetics value from vertical greenery, and to provide a recommendation in attempt to manage and improve the quality of vertical greenery in Bogor city. This study was conducted using two methods: Scenic Beauty Estimation to assess the aesthetic value by giving questionnaires to 40 respondents use ten photo on two aspects: the freshness of color and density aspects. The second method is termal modification is done by measuring the vertical surface temperature using infrared thermometer GM320 greenery on the surface of vertical greenery, surface temperature data then analyzed using t-test. This study shows that the surface temperature on vertical greenery decreased caused by shading from plants, and for aesthetic vertical greenery is considered already both in terms of density and the freshness of color, although still requiring development. The results of the analysis of SBE and the surface temperature (termal modification) would taken into consideration in the preparation of vertical garden planting design recommendations.
Keyword: aesthetics, Scenic Beauty Estimation, termal modification, vertical greenery
vi
vii
EVALUASI FUNGSI ESTETIKA DAN MODIFIKASI TERMAL PADA VERTICAL GREENERY DI KOTA BOGOR
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap Pada Departemen Arsitekrtur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
viii
x
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penelitian yang berjudul Evaluasi Fungsi Estetika dan Modifikasi Termal pada Vertical greenery di Kota Bogor dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tujuan penulisan penelitian ini adalah mengidentifikasi fungsi vertical greenery sebagai peningkat estetika dan kenyamanan termal di Kota Bogor, menilai vertical greenery yang sudah ada di Kota Bogor, dan memberikan rekomendasi pada Pemerintah Kota Bogor dalam mengelola dan mengembangkan vertical greenery di Kota Bogor kedepannya. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, saran, dorongan, serta nasehat kepada penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas terutama untuk pemkot Kota Bogor, dan seluruh warga Kota Bogor.
Bogor, Januari 2017
Reno Sesara
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pikir TINJAUAN PUSTAKA` Ruang Terbuka Hijau Vertical Greenery Iklim Mikro Scentic Beauty Estimation METODOLOGI Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Alat dan Bahan Metode HASIL dan PEMBAHASAN Kondisi Umum Kualita Estetika Vertical Greenery di Kota Bogor Suhu Permukaan Rekomendasi SIMPULAN dan SARAN DAFTAR PUSTAKA
xiii xiii xiv 1 1 2 2 2 2 3 3 3 5 5 6 6 7 8 8 10 10 14 22 27 28 30
xii
DAFTAR TABEL 1 Waktu penelitian 2 Alat dan bahan penelitian 3 Jenis vegetasi pada vertical greenery Stasiun Bogor 4 Jenis vegetasi pada vertical greenery Terminal Baranangsiang 5 Jenis vegetasi pada vertical greenery Underpass 6 Daftar foto yang dipergunakan untuk SBE, jumlah jenis tumbuhan, ukuran 7 Nilai rata-rata suhu permukaan pada pagi, siang, sore,dan hasil uji-t pada vertical greenery Stasiun kota Bogor 8 Nilai rata-rata suhu permukaan pada pagi, siang, sore, dan hasil uji-t pada vertical greenery Underpass
7 7 10 12 13 14 23 25
DAFTAR GAMBAR 1 Skema kerangka pikir 2 (a)carrier system,(b)support system 3 Peta Kota Bogor 4 Vertical greenery Terminal Baranangsiang 5 Vertical greenery Stasiun Bogor 6 Vertical greenery di Underpass 7 Langkah-langkah pengambilan data suhu permukan 8 Kondisi vertical greenery Terminal Baranangsiang 9 Kondisi vertical greenery (a) bagian kiri (b) nagian kanan 10 (a) G1 (nilai SBE terendah) dan (b) G7 (nilai SBE tertinggi) 11 Grafik nilai SBE kesegaran warna 12 Perbandinga gambar SBE (a) G3 dan (b) G5 13 Gambar kondisi G6 14 Perbandingan gambar SBE (a) G10 (b) G4 15 Gambar kondisi G9 16 (a) G1 (nilai SBE terendah) dan (b) G8 (nilai SBE tertinggi) 17 Grfaik nilai SBE kerapatan 18 Gambar kondisi G7 19 Gambar kondisi G6 20 Gambar kondiisi (a) G10 (b) G4 (c) G3 (d) G5 21 Gambar kondisi (a) G9 (b) G8 (c) G2 22 Zonasi tanaman vertical greenery Stasiun Bogor 23 Grafik rata rata suhu permukaan Vertical greenery Stasiun Bogor. 24 (a) Philodendron burle (b) Asplenium nidus (c) Callisia fragrans 25 Zonasi tanaman vertical greenery Underpass 26 Grafik rata rata suhu permukaan Vertical greenery Stasiun Bogor 27 (a) Scindapsus sp. (b) Chlorophytum sp.
2 4 6 6 7 7 8 12 13 16 16 17 18 18 19 19 20 20 21 21 22 23 24 25 25 26 27
xiii
DAFTAR LAMPIRAN 31 1 Kuisioner penilaian SBE 2 Perhitungan nilai SBE kesegaran warna 32 3 Perhitungan nilai SBE kerapatan 32 4 Data suhu permukaan vertical greenery pada Stasiun Bogor 33 5 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron burle pada pagi hari 34 6 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena raflexa pada pagi hari 34 7 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Coleus blumei pada pagi hari 34 8 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Asplenium nidus pada pagi hari 35 9 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Callisia fragrans pada pagi hari 35 10 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Nephrolepis sp. pada pagi hari 35 11 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena marginata pada pagi hari 36 12 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron burle pada siang hari 36 13 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena raflexa pada siang hari 36 14 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Coleus blumei pada siang hari 37 15 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Asplenium nidus pada siang hari 37 37 16 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Callisia fragrans pada siang hari 17 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Nephrolepis sp. pada siang hari 38 18 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena marginata pada siang hari 38 19 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron burle pada sore hari 38 20 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena raflexa pada sore hari 39 21 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Coleus blumei pada sore hari 39 22 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Asplenium nidus pada sore hari 39 23 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Callisia fragrans pada sore hari 40 24 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Nephrolepis sp. pada sore hari 40 25 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena marginata pada sore hari 40 26 Data Suhu permukaan vertical greenery pada Underpass 41 27 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Schefflera arboricola pada pagi hari 42 28 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron scandens pada pagi hari 42 29 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. Pink grass pada pagi hari 42 30 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Scindapsus sp. pada pagi hari 43 31 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. tri color pada pagi hari 43 32 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena reflexa pada pagi hari 43 33 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Carex morrowii pada pagi hari 44 34 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Chlorophytum sp. pada pagi hari 44 35 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Schefflera arboricola pada siang hari 44 36 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron scandens pada siang hari 45 37 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. Pink grass pada siang hari 45 38 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Scindapsus sp. pada siang hari 45 39 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. tri color pada siang hari 46 40 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena reflexa pada siang hari 46 41 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Carex morrowii pada siang hari 46 42 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Chlorophytum sp. pada siang hari 47
xiv
43 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Schefflera arboricola pada sore hari 47 44 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron scandens pada sore hari 47 45 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. Pink grass pada sore hari 48 46 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Scindapsus sp. pada sore hari 48 47 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. tri color pada sore hari 48 48 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena reflexa pada sore hari 49 49 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Carex morrowii pada sore hari 49 50 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Chlorophytum sp. pada siang hari 49
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembagan kota-kota besar saat ini menuntut adanya perubahan fungsifungsi lahan yang awalnya ruang terbuka kini menjadi ruang terbangun. Padahal ruang terbuka hijau menjadi elemen penyusun kota yang penting karena bermanfaat pada segi estetika, ekologis, sosial, bahkan dalam segi ekonomi. Berkurangnya ruang terbuka hijau menyebabkan masalah serius di perkotaan seperti urban heat island. Masyarakat saat ini mendesak akan kebutuhan mereka terhadap ruang terbuka hijau. Berkurangnya lahan untuk membangun ruang terbuka hijau menyebabkan masyarakat dan pemerintah memilih ruang-ruang vertikal sebagai alternatif untuk meningkatakan kuantitas tata hijau dalam kota. Penanaman yang dilakukan pada struktur vertikal seperti tanggul atau dinding penahan (retaining wall) biasa disebut dengan vertical greenery. Séguin (2012) dalam Abu Bakar et all (2014) mengatakan gagasan memiliki tanaman di dinding itu bukan ide baru. Melalui literatur yang ada, ditemukan bahwa vertical greneery telah dimulai pada awal peradaban, misalnya Hanging Gardens of Babylon, Selama waktu itu, vertical greneery berfungsi sebagian besar untuk tujuan dekoratif. Namun, versi modern dari Vertical greneery diprakarsai oleh Stanley Hart White, seorang Profesor Arsitektur Lanskap pada tahun 1938. Menurut Blanc (2008), Konsep vertical garden memberikan manfaat, antara lain: menambah keindahan alami lingkungan, menciptakan taman indah di lahan terbatas, menahan panas dari luar, mengurangi tingkat kebisingan suara, mengurangi polusi udara, menangkap partikel-partikel kotoran, mengurangi efek tampias hujan, dan meningkatkan suplai oksigen. Fungsi lain dari penanaman ini adalah menjadikan dinding atau lereng lebih menarik dan dapat menciptakan habitat bagi satwa (Arifin dkk, 2008). Salah satu kota besar saat ini yang sedang mengembangkan vertical greenery adalah Kota Bogor. Saat ini terdapat 3 vertical greenery yang dikelola oleh Pemerintah Kota Bogor, yakni dari Dinas Kebersihan dan Pertamana Kota Bogor. Ketiga vertical greenery tersebut berlokasi di Terminal Baranang Siang, di pagar Stasiun Kota Bogor, dan pada Underpass yang berada di Jalan Pajajaran di samping pusat perbelanjaan Botani Square. Vertical greenery diharapkan mampu meningkatkan kualitas visual lanskap jalan serta meningkatkan kenyamanan bagi penggunanya. Fungsi dari vertical greenery tersebut belum dapat dirasakan secara nyata. Hal tersebut diakibatkan oleh berbagai permasalahan yaitu kondisi tanaman yang relatif buruk secara visual serta hilangnya beberapa tanaman pada vertical greenery. Evaluasi mengenai efektifitas vertical greenery dalam mengakomodasi fungsi estetika kota perlu dilakukan. Penilaian tersebut dilakukan untuk mengetahui kedayagunaan aspek fungsi estetika dan membantu dalam penyusunan rekomendasi kepada Pemerintah Kota Bogor terutama pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dalam mengelola serta mengembangkan vertical greenery yang sudah ada maupun yang akan direncanakan.
2
Rumusan Masalah Apakah vertical greenery yang sudah ada saat ini telah meningkatkan estetika Kota Bogor, apakah manfaatnya sudah terasa oleh masyarakat, seperti apa kondisinya saat ini. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Mengidentifikasi fungsi modifikasi termal (suhu permukaan), 2. Menilai estetika vertical greenery yang sudah ada di Kota Bogor, dan 3. Menyusun rekomendasi penataan vertical greenery untuk mengakomodasi fungsi estetika dan modifikasi termal Kota Bogor Manfaat Penelitian Peneitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk semua pembaca dan masyarakat luas terutama sebagai rujukan atau rekomendasi kepada Pemerintah Kota Bogor, khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan mengenai penataan dan pengelolaan vertical greenery yang lebih baik kedepannya. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas estetika di Kota Bogor sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat. Kerangka Pikir Evaluasi pada vertical greenery dilakukan untuk mengetahui efektifitas fungsi estetika dan modifikasi termal pada vertical greenery di Kota Bogor. Metode penilaian kualitas estetika yang terdapat pada tapak dilakukan dengan metode scenic beauty estimation (SBE) yang diperkenalkan oleh Daniel and Boster (1976), dilakukan dengan metode skoring melalui kuesioner. Penilaian ini mencakup warna dan kerapatan vertical greenery, dan mengukur suhu permukaan menggunakan thermometer inframerah untuk dilihat pengaruh vegetasi pada suhu permukaannya (Gambar 1).
3
TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Vertical Greenery Pengertian Vertical Greenery Blanc (2008), menyatakan bahwa vertical garden atau vertical greenery merupakan tanaman yang disusun secara vertikal dan dapat menciptakan iklim mikro yang spesifik di sekitarnya, karena tanaman berperan penting dalam keseimbangan lingkungan. Tanaman dapat menyediakan ruang yang sejuk dan kaya oksigen untuk manusia. Dalam arti lain vertical garden merupakan suatu gagasan memindahkan efek natural ke dalam sebuah lingkungan perkotaan. Vertical greenery adalah alternatif pembangunan masyarakat saat ini untuk meningkatkan Ruang terbuka hijau, Ruang terbuka hijau (RTH) dalam ranah perencanaan suatu kota dapat diartikan sebagai bagian-bagian dari ruang kota yang sama sekali tidak memiliki bangunan, seperti lapangan permainan, tamantaman kota, kawasan perumahan yang terdapat di sepanjang jalan maupun sungai di kota (Sinulingga 2005) secara alami maupun sengaja ditanami tumbuhtumbuhan (Danoedjoe 1990). Karena itulah vertical greenery dapat dikatakan sebagai ruang terbuka hijau. Manfaat Vertical Greenery Vertical greenery atau taman vertikal memiliki beberapa manfaat menurut Sujayanto (2011), yaitu: 1. menciptakan karakter fashionable di tengah lingkungan kota yang modern, 2. menjadikan solusi penataan taman dalam kondisi keterbatasan lahan, 3. merefleksikan atau memindahkan suatu pemandangan alam, 4. tirai alami menghasilkan suasana sejuk, 5. menjadikan suatu partisi dan screen untuk view yang tidak diinginkan Blanc (2008), Konsep vertical garden memberikan manfaat, antara lain: menambah keindahan alami lingkungan, menciptakan taman indah di lahan terbatas, menahan panas dari luar, mengurangi tingkat kebisingan suara, mengurangi polusi udara, menangkap partikel-partikel kotoran, mengurangi efek tampias hujan, dan meningkatkan suplai oksigen. Dari hal hal yang dijabarkan diatas vertical greenery memiliki banyak sekali fungsi pada aspek estetika dan dapat meningkatkan kenyamanan. Jenis tanaman pada vertical greenery Menurut Blanc (2008), jenis tanaman yang dapat digunakan adalah tanaman yang biasanya tumbuh alami pada beberapa lokasi seperti tebing air terjun (waterfall), pinggiran sungai (river banks), tebing (cliffs), gua (caves),
4
lantai hutan, cekungan. Semua jenis tanaman tersebut memiliki karakter akar yang adaftif yang tumbuh menempel secara alami. Vertical Greenery System Badrulzaman et al. (2011) melaporkan bahwa ada dua jenis utama dari sistem vertical greenery yang modular teralis/carrier serta sistem kawat/dukungan kabel dan tali (Gambar 2). Sistem pembawa yang terdiri dari panel ringan yang kaku, yang dipasang secara vertikal sebagai sistem baik di dinding atau berdiri bebas. Hal ini dirancang sedemikian rupa untuk menahan media tanam secara vertikal. Mereka dapat digunakan pada gedung-gedung tinggi dalam hubungannya dengan pekebun menengah atau di atas atap. Mereka mampu mendukung pilihan yang lebih besar dari tanaman, misalnya semak, pakis, groundcovers, rumput, teki tahunan dan bahkan lumut. Sebaliknya, kabel dan tali kawat/sistem pendukung mengandung bagian-bagian kit yang meliputi kawat teralis, jangkar tarik tinggi, kabel baja, spacer, dan peralatan tambahan. Ini membantu untuk memandu tanaman pada permukaan vertikal. Vertikal dan kabel horisontal dapat dilampirkan melalui klem silang untuk menciptakan sebuah sistem teralis fleksibel dalam berbagai ukuran dan pola. Selain itu, stainless steel jaring tali kawat dapat didukung pada frame fleksibel atau kaku untuk menutupi area yang luas. Hal ini memungkinkan Cascading groundcovers serta memanjat tanaman untuk tumbuh façade pada struktur pendukung yang dirancang khusus.
(a)
(b)
Gambar 2 (a) carrier system,(b) support system Sumber : (Badrulzaman et al. 2011)
5
Iklim Mikro Menurut Satwiko (2009) menjelaskan, iklim mikro merupakan iklim yang ada di lapisan udara dekat dengan permukaan bumi yang berada di dalam lingkup terbatas. Iklim mikro dapat dimodifikasi, Menurut Grey dan deneke (1978), Booth (1983), dan Carpenter et al. (1975) salah satu fungsi tanaman antara lain meliputi perbaikan iklim, yang termasuk didalamnya adalah suhu dan kelembaban. Modifikasi Suhu lingkungan sangat dipengaruhi oleh radiasi matahari, untuk itu diperlukan tanaman sebagai media penangkap radiasi untuk menurunkan suhu lingkungan. Efektifitas tanaman dalam menangkap radiasi matahari tergantung pada kepadatan daun, bentuk daun, dan pola percabangan (Grey dan Deneke 1978). Untuk kelembaban Udara Grey dan Deneke (1978) menyatakan kriteria tanaman yang dapat menangkap jatuhnya air hujan dan mengontrol pergerakan air ke tanah adalah tanaman berdaun jarum atau berdaun kasar (berambut). Semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak jumlah uap air yang dikeluarkan, dengan demikian kelembaban udara semakin tinggi (Carpenter et al. 1975). Nilai Estetika Menurut Nassar (1998), kualitas estetika adalah sebuah pemahaman psikologis yang melibatkan penilaian subyektif. Kualitas estetika pada suatu lanskap bergantung pada penilaian subjektif masyarakat bukan hanya pada karakteristik lanskap secara fisik saja. Menurut Simond (1983), lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia dengan karakter yang menyatu secara alami dan harmonis untuk memperkuat karakter lanskap tersebut. Dalam hal ini manusia memegang peranan penting dalam merasakan suatu lanskap dan memberikan penilaian terhadap kualitas suatu lanskap. Nilai estetik dapat menjadi salah satu alat ukur lingkungan, karena indera manusia mampu menangkap dan membedakan kondisi lingungan di sekitarnya melalui indera penglihatan, pendengaran, atau penciuman (Foster 1982). Scentic Beauty Estimation Scenic Beauty Estimation (SBE) merupakan suatu metode untuk menilai suatu lanskap atau obyek lanskap berdasarkan keindahan atau estetika, Estetika menurut Daniel dan Boster (1976) merupakan definisi parsial oleh karakter dan ketergantungan diri dari lingkungan yang merupakan bagian terbesar dari pengembangan manusia yang disukai. Metode ini menggunakan kuesioner untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap suatu lanskap tertentu. Penerapan metode SBE terdiri dari tiga langkah utama, yaitu pengambilan foto lanskap, presentasi slide foto, dan analisis data (Daniel dan Boster 1976). Metode SBE mengukur preferensi masyarakat dengan penilaian memalui system rating dengan skala 1-10 terhadap slide foto. Zulaini (2006) menyatakan kualitas estetika suatu lanskap secara langsung dapat memberikan kepuasan pada seseorang, dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku manusia. karena itulah kualitas estetika sangatlah penting bagi masyarakat dan bisa di wujudkan menggunakan metode SBE ini.
6
METDOLOGI Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kota Bogor (Gambar 3), Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan 30’30”LS – 6°41’00”LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 dpl, maksimal 350 dpl.
Gambar 3 Peta Kota Bogor Sumber : http://gambarpetajakarta.blogspot.co.id/2014/01/koleksi-gambar-petawilayah-bogor.html Tiga lokasi di kota Bogor yang terdapat sebuah vertical greenery dan menjadi fokus penelitian (Gambar 4, Gambar 5, Gambar 6) , yakni : 1. Terminal Baranang Siang
Gambar 4 Vertical greenery Terminal Baranangsiang
7
2. Stastiun Kota Bogor
Gambar 5 Vertical greenery di Stasiun Bogor 3. Underpass di samping Botani Square
Gambar 6 Vertical greenery di Underpass Waktu Penelitian Waktu yang digunakan untuk penelitian mulai dari tahap persiapan sampai dengan kajian laporan akhir adalah 9 bulan dari bulan Mei 2016 sampai Desember 2016 (Tabel 1). Tabel 1 Waktu penelitian Jenis kegiatan
Waktu
Persiapan Penelitian Survey lapang dan pengumpulan data Analisis dan pengolahan data Penyusunan rekomendasi Kajian laporan akhir
Mei-Juni Juli-Agustus September Oktober November-Desember
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, meteran, infrared thermometer, kuesioner dan laptop (Tabel 2). Tabel 2 Alat dan bahan penelitian Alat dan bahan Kegunaan Kamera handphone (13MP) Merekam, atau mengambil photo Meteran Untuk mengukur Infrared thermometer Mengukur suhu permukaan Kuisioner Memperoleh persepsi masyarakat Laptop/pc Alat untuk mengolah data
8
Metode Metode yang dilakaukan selama penelitian Evaluasi Manfaat Vertical greenery terhadap kenyamanan pengguna jalan di Kota Bogor adalah dengan metode wawancara melalui kuisioner Berikut penjabarannya, 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan dilakukan dengan pemilihan lokasi penelitian dan mendapatkan perizinan. Lokasi yang dipilih ialah lokasi yang memiliki vertical greenery yang sudah selesai di bangun yaitu Stasiun Bogor, Underpass, dan Terminal Baranang Siang 2. Tahap Inventarisasi Tahap ini kegiatan yang dilakukan ialah melakukan survey lapang, dan wawancara dinas terkait mengenai jenis tanaman, struktur, media tanam dan sebagainya, untuk pengambilan data di lapangan terbagi menjadi tahap kuisioner dan tahap penghitungan suhu permukaan. 2.1. Tahap kuisioner Pada tahap ini kuisioner akan dibagikan pada 40 mahasiswa Arsitektur Lanskap semester 6 dan 8 yang dinilai sudah peka dalam masalah ini. Kuisioner akan dibagikan yang di dalamnya tercantum nilai mulai dari 1 (paling buruk) sampai 10 (paling baik) dengan ditampilkannya slide yang berisi kondisi eksisting dan akan berfokus pada dua buah kategori yaitu pada warna dan kerapatannya dengan 10 foto yang sama. foto di ambil dengan jarak dan situasi yang sama menggunakan kamera handphone 13 MP. 2.2. Tahap survey penghitungan suhu permukaan Pada tahap ini lokasi vertical greenery yang akan dilakukan penelitian hanya di dua lokasi yaitu: Stasiun Bogor dan Underpass dikarenakan untuk Terminal Baranangsiang letak vertical greenery yang tinggi dan ukuran yang sangat besar menjadi kendala pada tapak. Vertical greenery akan diukur suhu permukaannya dengan cara : (1) menyisir tumbuhan yang ada di depan permukaan sampai terlihat permukaan di belakangnya, (2) diukur menggunakan alat thermometer tembak dengan jarak 15-20 cm selama 7 detik, (3) mencatat data pada thermometer (Gambar 7). Thermometer infrared yang digunakan adalah GM320 Thermometer Laser Temperature Gun dengan rentang pengiukuran sebesar -50~330°C, resolusi 0.1°C, dan akurasi sebesar ± 1.5°C untuk 0~330°C dan 3°C untuk -50~0°C. Pengambilan sampel suhu akan dilakukan selama 7 hari dan dengan 3 pengulangan pada tiap harinya (pagi, siang, sore) untuk membandingkan apakah terjadi modifikasi iklim pada struktur vertical greenery tersebut.
Gambar 7 Langkah-langkah pengambilan data suhu permukaan
9
3. Tahap Analisis Data 3.1. Scentic Beauty Estimation Data yang dikumpulkan dari 40 mahasiswa melalui kuisioner mengenai 10 foto tersebut akan dianalisis dengan rumus SBE dari rumus (Daniel dan Boster 1976).
Keterangan: = standar peilaian untuk nilai respon ke i oleh responden j = nilai rata-rata dari semua nilai oleh responden j = nilai i dari responden j = standar deviasi dari seluruh nilai oleh responden j (
)
Keterangan: SBEx = Nilai SBE gambar simulasi ke x ZLx = Nilai rata-rata Z gambar simulasi ke x ZLs = Nilai rata-rata Z gambar simulasi yang digunakan sebagai standar Berdasarkan nilai SBE yang diperoleh, setiap objek dikelompokkan menggunakan skala likert menjadi kualitas estetika rendah, kualitas estetika sedang, dan kualitas estetika tinggi. Rentang kelas di hitung dengan rumus
Keterangan: Smax = Nilai tertinggi Smin = Nilai terendah K = Rentan kelas yang digunakan
3.2. Suhu permukaan Data yang akan didapatkan adalah data variabel kontrol dan data variabel bebas dimana variable kontrolnya adalah suhu permukaan yang tidak memiliki tumbuhan dan untuk variabel bebasnya adalah tiap jenis tumbuhan yang ada pada vertical greenery. Pengambilan yang dilakukan selam 7 hari dengan 3 kali pengambilan data pada pagi, siang, dan malam hari dan dengan 2x pengulangan (jeda 3 detik) pada tiap vegetasi yang nantinya akan menghasil kan 21 data pada tiap variabelnya. Setelah itu data yang didapat akan diolah menggunakan uji-t untuk melihat pengaruh dari vegetasi tersebut, dengan hipotesis awal tumbuhan berpengaruh dalam modifikasi suhu permukaan vertical greenery. 4. Rekomendasi Hasil dari analisis data yang dilakukan menghasilkan rekomendasi dan penyusunannya untuk pihak terkait
10
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Ketiga vertical greenery yang dijadikan tempat penelitian ini termasuk dalam jenis vertical greenery yang menggunakan system carier dimana tumbuhan dimasukkan ke dalam pocket (kantung) pada bidang vertikal. Vertical greenery tersusun atas frame baja ringan CNP75 yang ditutup menggunakan polycarbonate 4mm sebagai dasarnya diikat menggunakan baut 10-16x16mm, lalu dilapisi lagi oleh geotextile yang diperkuat oleh baut 10-16x16mm dan diberikan lubang pada permukaannya untuk menaruh tanaman. Media tanam yang digunakan adalah rockwool yang biasanya digunakan untuk pertanian hidroponik. Media tanam ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media lainnya terutama dalam hal perbandingan komposisi air dan udara yang dapat disimpan oleh media tanam ini. Sistem irigasi yang digunakan pada vertical greenery adalah irigasi tetes yang menggunakan air tanah yang ditarik oleh jetpump yang ditampung didalam 2 tangki air 550ml atau torrent yang nantinya dialirkan menggunakan pipa PE13 pada seluruh vertical greenery. Penyiraman dilakukan pada setiap pagi hari dan untuk semai tanaman bila rusak atau mati menunggu stok atau ketersediaan tanaman. a) Vertical greenery Stasiun Bogor Vertical greenery ini memliki panjang 251.04m dengan tinggi 0.95m dan luas sebesar 238.49 . Pengelolaan vertical greenery ini dikelola oleh DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) Kota Bogor. Vertical greenery ini pada awalnya dibuat untuk mengahadang para PKL yang biasanya menjadikan pagar stasiun Kota Bogor menjadi lapak dagangan mereka. Kondisinya sendiri saat ini dinilai kurang baik karena banyak tanaman yang mati dan hilang oleh vandalisme, ditambah rusaknya sebagian pipa pada bagian lengkungan pagar di bawah jembatan penyebrangan orang (JPO) menyebabkan hanya sebagian tanaman yang mendapatkan air dari system penyiraman yang menyebabkan pihak DKP harus menyiramnya secara manual pada pagi hari. Jenis vegetasi yang terdapat pada vertical greenery totalnya ada tujuh jenis tanaman yaitu Philodendron burle, Dracaena raflexa, Coleus blumei, Asplenium nidus, Callisia fragrans, Nephrolepis sp., dan Dracaena marginata seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis vegetasi pada vertical greenery Stasiun Bogor Gambar Nama latin
Nama lokal
Philodendron burle
Brekele
Dracaena raflexa
Song of india
Coleus blumei
Bayam-bayaman
11
Tabel 3 Jenis vegetasi pada vertical greenery Stasiun Bogor (lanjutan) Gambar Nama latin Nama lokal Asplenium nidus
Paku sarang burung
Callisia fragrans
Callisia
Nephrolepis sp.
Paku-pakuan
Dracaena marginata
Dragon tree/tricolor
b) Vertical greenery Terminal Baranangsiang Vertical greenery ini memliki panjang 25.6m dengan tinggi 15m dan luas sebesar 160.41 . Pengelolaan vertical greenery ini dikelola tidak oleh DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) Kota Bogor karena menggunakan pihak ketiga. Vertical greenery ini dibangun untuk mempercantik dan melenkapi signage Kota Bogor yang berada di bawahnya dan sebagai vocalpoint ketika memasuki Kota Bogor dari arah jalan tol. Kondisi vertical greenery Terminal Baranangsiang bisa dikatakan yang paling menghawatirkan karena sudah banyak tumbuhan yang mati dan mulai mengering sehingga terlihat area yang tadinya tanaman menjadi kosong (Gambar 8). Jenis vegetasi yang terdapat di vertical greenery totalnya ada 12 jenis tanaman yaitu seperti, Piperomia obtusifolia, Peperomia variegate, Schefflera arboricola, Acalypha wilkesiana, Phylanthus sp., Russelia equisetiformis, Piper betle (kuning), Piper betle (hijau), Philodendron burle, Osmoxylon lineare, Nephrolepis sp., Widelia bifora pada Tabel 4.
Gambar 8 Kondisi vertical greenery Terminal Baranangsiang
12
Tabel 4 Jenis vegetasi pada vertical greenery Terminal Baranangsiang Gambar
Nama latin
Nama lokal
Piperomia obtusifolia
Teplan Hijau
Peperomia variegate
Teplan Variegata
Schefflera arboricola
Walisongo
Acalypha wilkesiana
Akalipa Merah
Phylanthus sp.
Cendrawasih
Russelia equisetiformis
Ruselia Merah
Piper betle
Sirih kuning
Piper betle
Sirih hijau
Philodendron burle.
Brekele
Osmoxylon lineare
Aralia
13
Tabel 4 Jenis vegetasi pada vertical greenery Terminal Baranangsiang (lanjutan) Gambar
Nama latin
Nama lokal
Nephrolepis sp.
Paku-pakuan
Widelia bifora
Seruni
c) Vertical greenery Underpass Vertical greenery ini memliki panjang 6m dengan tinggi 4m dan luas sebesar 24 . Pengelolaan vertical greenery ini dikelola oleh DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) Kota Bogor. Vertical greenery ini dibagun untuk menghias Underpass yang menjadi JPO (jembatan penyebrangan orang) bawah tanah yang berada di pinggir jalan raya dan dapat dinikmati oleh pengendara kendaraan bermotor yang melintas. Kondisi dari vertical greenery ini dinilai yang paling baik dibandingkan dengan vertical greenery lainnya. Vertical greenery Underpass ini memiliki bagian kiri dan kanan namun pada vertical greenery bagian kiri yang dinilai kurang cocok dan kurang indah dikarenakan densitas tumbuhan yang rendah dan warna yang kusam membuatnya terkesan tidak terawat dan terlihat kusam (Gambar 9). Jenis vegetasi yang terdapat di vertical greenery totalnya ada delapan jenis tanaman yaitu Schefflera arboricola, Philodendron scandens, Bromelia sp. (pink grass), Scindapsus sp., Bromelia sp. (tricolor), Dracaena reflexa, Carex morrowii, dan Chlorophytum sp. seperti pada Tabel 5.
a b Gambar 9 Kondisi vertical greenery (a) bagian kiri (b) bagian kanan Tabel 5 Jenis vegetasi pada vertical greenery Underpass Gambar
Nama latin
Nama lokal
Schefflera arboricola
Walisongo
14
Tabel 5 Jenis vegetasi pada vertical greenery Underpass (lanjutan) Gambar
Nama latin
Nama lokal
Philodendron scandens
Sweethearth plant
Bromelia sp.
Bromelia pink grass
Scindapsus sp.
Sirih belanda
Bromelia sp.
Bromelia tricolor
Dracaena reflexa
Song of india
Carex morrowii
Kucai
Chlorophytum sp.
Lili paris
Kualitas Estetika Vertical Greenery di Kota Bogor seluruh vertical greenery yang digunakan pada SBE memiliki kondisi lingkunga yang mirip yaitu di pinggir jalan raya dan rawan kemacetan. Analisis SBE menggunakan 10 foto vertical greenery di kota Bogor (G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7, G8, G9, G10) pada tabel 6. Nilai SBE dinilai oleh 30 mahasiswa arsitektur lanskap semester 8 dengan menganalisis dua buah aspek utama yaitu kesegaran warna dan kerapataannya. Tabel 6 Daftar foto yang dipergunakan untuk SBE, jumlah jenis tumbuhan, dan ukuran No
Kode gambar
1
G1
Foto
Jumlah Ukuran jenis Panjang tinggi luas tumbuhan m m m2
2
4
4
16
15
Tabel 6 Daftar foto yang dipergunakan untuk SBE, jumlah jenis tumbuhan, dan ukuran (lanjutan) No
Kode gambar
Foto
Jumlah Ukuran jenis Panjang tinggi tumbuhan m m
luas m2
2
G2
6
3
3
9
3
G3
1
3
0.95
2.85
4
G4
3
3
2.5
3x7.5
5
G5
1
3
0.95
2.85
6
G6
6
251.04
0.95
238.49
7
G7
8
6
4
24
8
G8
1
13
15
195
9
G9
12
25.6
15
160.41
10
G10
3
3
3
9
16
a) Kesegaran Warna Analisis SBE pada aspek kesegaran warna menghasilkan nilai SBE yang beragam. Nilai SBE memiliki rentang sekitar -160.90 untuk nilai terendah pada gambar G1 sampai dengan 82.58 untuk nilai tertinggi pada gambar G7 (Gambar 10). Hasil penilaian lanskap dikelompokkan menjadi estetika lanskap tinggi, sedang, dan rendah.
(a)
(b)
Gambar 10 (a) G1 (nilai SBE terendah) dan (b) G7 (nilai SBE tertinggi) Hasil penilaian lanskap dikelompokkan menjadi estetika rendah (-160.90 s.d -79.74), sedang (-79.75 s.d 1.42), dan lanskap tinggi (1.43 s.d 82.59) (Gambar 11). Didominasi oleh gambar bernilai sedang sejumlah lima gambar (G2, G3, G4, G5 dan G6) dengan G4 sebagai standarnya (paling mendekati nilai 0).
TINGGI
SEDANG
RENDAH
Gambar 11 Grafik nilai SBE kesegaran warna Tiga lokasi utama penelitian mendapat nilai tinggi (82.58) sekaligus rendah (-160.90) untuk vertical greenery pada bangunan Underpass, hal ini disebabkan karena untuk banguanan Underpass digunakan dua foto pada bagian kiri G7 dan kanan G1. Besarnya perbedaan nilai yang diberikan oleh responden diantara keduanya disebabkan oleh jumlah jenis tumbuhan yang ada pada Vertical greenery pada gambar G1 terlihat hanya ada dua buah jenis tumbuhan (Bromelia sp., dan Chlorophytum sp.) dengan warna tumbuhan yang ber-tone kusam menyebabkan kesan kesegaran warna berkurang bahkan tidak terawat, sedangkan pada gambar kedua , G7 terdapat delapan jenis tumbuhan (Schefflera arboricola, Philodendron scandens, Bromelia sp. (pink grass), Scindapsus sp., Bromelia sp. (tricolor), Dracaena reflexa, Carex morrowii, dan Chlorophytum sp.) dengan tiga
17
variasi warna yaitu hijau, merah keunguan dan hijau kekuningan yang sangat kontras membuat warna vertical greenery menjadi lebih hidup. Menurut Metha A (2014), penggunaan kombinasi warna dapat membuat setiap warna yang digunakan menjadi warna yang disukai orang dengan lingkup yang sangat luas. Namun kombinasi warna yang tidak tepat dapat menyebabkan turunnya nilai estetika. Berdasarkan Whiting dan de Jong (2012), prinsip-prinsip desain terdiri dari unity (kesatuan), balance (seimbang), simplicity dan variety (simpel dan variasi), emphasis (kontras), dan sequence (irama/pengulangan). Hal ini terlihat dari gambar G5 (-48.86) yang memiliki nilai terendah dalam kelompok SBE bernilai sedang, hal ini disebabkan oleh kurang cerahnya warna merah keunguan pada tumbuhan dan tidak terciptanya prinsip desain, walaupun terlihat simpel dengan satu warna dan satu jenis tumbuhan namun kurang cerahnya warna dan tidak terawatnya tanaman sehingga nilai SBE menjadi buruk. Sementara pada G3 (20.90) yang serupa dengan G5 (-48.86) memiliki nilai yang lebih besar karena responden cenderung lebih menyukai warna hijau cerah yang dimiliki G3 dan terlihat rapih karena ukuran tumbuhan yang tidak terlalu besar dan terkesan halus yang terlihat balance (seimbang), dan simplicity (simpel) (Gambar 12).
(a) (b) Gambar 12 Perbandingan gambar SBE (a) G3 dan (b) G5 Gambar G2 (-23.84) memiliki nilai yang lebih rendah dari pada G3 padahal nyatanya G2 memiliki lebih banyak jenis tumbuhan dangan warna hijau tua dan kekuningan. Namun bila diperhatikan pergabungan antara warna pada bagian pojok kiri atas dan pada bagian tengah kurang terasa unity (kesatuan) dan terkesan tidak balance (seimbang), karena itu responden cenderung tidak menyukai perpaduan dari warnanya dan cenderung memilih warna hijau cerah karena terlihat lebih segar dan sehat. Gambar G6 (-18.60) yang berletak di Stasiun kota Bogor yang menjadi salah satu fokus penelitian ini masuk kedalam kelompok nilai sedang dengan nilai tertinggi kedua, pada gambar terlihat vertical greenery memiliki banyak jenis tanaman dan didominasi oleh warna hijau tua oleh tanaman Philodendron burle, warna hijau kekuningan dari Asplenium nidus dan Dracaena raflexa., dan sedikit warna kemarahan dari Dracaena marginata. Pada dasarnya Vertical greenery ini memiliki warna yang kontras (emphasis) antara warna hijau dan warna hijau muda kekuningan namun kurangnya unity (kesatuan) didalamnya yang disebabkan terlalu massive-nya Asplenium nidus menyebabkan fokusnya terbagi karena pada dasarnya warna hijau kekuningan terlihat pucat dan terkesan tidak sehat dan ada beberapa bagian pada Asplenium nidus yang memang terlihat
18
kurang sehat, sehingga berkurangnya nilai unity (kesatuan) didalamnya yang membuat kurang balance (seimbang) dan membuat nilai yang diberikan oleh responden menjadi tidak terlalu besar (gambar 13).
Gambar 13 Gambar kondisi G6 Gambar G4 (0.00) yang dijadikan standar karena memiliki nilai ZLx (nilai rata rata Z) sebesar 0.09 yang paling mendekati nilai nol (lampiran 2). Selain warna yang cerah perpaduan warna pun menjadi salah salah satu faktor yang penting dan ini dimiliki oleh G4. Perpaduan antara warna hijau dan merah menciptakan suatu balance (seimbang) namun simpel. Namun bila dilihat dari kesegaran warnanya warna pada bagian tengah adalah salah satu nilai negatif pada G4, oleh sebab itulah G10 (31.99) yang mirip dengan G4 masuk kelompong nilai tinggi dan mendapatkan nilai SBE yang tinggi, karena selain adanya balance yang diciptakan antara perpaduan hijau dan merah terlihat pada gambar bahwa G10 jauh lebih menyatu (unity) dan lebih dominan warna hiaju cerah dibandingkan G4, sehingga warna kemerahan yang kurang sehat pada bagian tengah teralihkan oleh warna hijau (Gambar 14).
(a) (b) Gambar 14 Perbandingan gambar SBE (a) G10 (b) G4 Vertical greenery pada Terminal Baranangsiang G9 juga adalah salah satu fokus utama dalam penelitian ini. G9 (28.84) masuk kedalam kelompok nilai tinggi. Hal ini disebabkan kerena G9 memiliki warna dan jenis tumbuhan yang bervariasi yang diatur dengan pola organik dan disusun secara acak menjadikan satu-satunya vertical greenery yang terlihat sequence (irama/pengulangan) dan terlihat sangat bervariasi karena skalanya yang besar menciptakan kesan tekstur halus dan warna yang dihasilkan jauh lebih cerah, sedangkan pada gambar G8
19
(40.38) sangat berlawanan dengan G9. Walaupun memiliki posisi yang samasama tinggi dan skala yang besar G8 hanya memiliki satu vegetasi berwarna hijau segar dan sangat menonjolkan simplicity (simpel) namun dapat mendapatkan nilai yang jauh lebih besar dibandingkan G9 hal ini tidak terawatnya G9 yang membuat banyak tanaman mati dan membuat vertical greenery berlubang tanpa ada nya tanaman. Padahal G9 memiliki potensi tertinggi bila dalam kondisi maksimalnya (Gambar 15).
Gambar 15 Gambar kondisi G9 b) Kerapatan Analisis SBE pada aspek kerapatan menghasilkan nilai SBE yang beragam. Nilai SBE memiliki rentang sekitar -166.13 untuk nilai terendah pada gambar G1 sampai dengan 85.51 untuk nilai tertinggi pada gambar G8 (Gambar 16). Hasil penilaian lanskap dikelompokkan menjadi estetika lanskap tinggi, sedang, dan rendah (Gambar 17).
A
B
Gambar 16 (a) G1 (nilai SBE terendah) dan (b) G8 (nilai SBE tertinggi) Hasil penilaian lanskap dikelompokkan menjadi estetika rendah (-166.13 s.d -82.13), sedang (-82.12 s.d 1.87), dan lanskap tinggi (1.88 s.d 85.51) (Gambar 16). Didominasi oleh gambar bernilai tinggi sejumlah lima gambar (G2, G6, G7, G8 dan G9) dengan G10 sebagai standarnya (paling mendekati nilai 0).
20
TINGGI
SEDANG
RENDAH
Gambar 17 Grafik nilai SBE kerapatan Kerapatan sangat berpengaruh pada estetika, menurut Aprilis P 2011 Kriteria tanaman sebagai fungsi estetika dalam pemilihan jenis tanaman yaitu bentuk tajuk dan percabangan sangat menarik, ukuran skalatis, terdapat variasi warna (batang, daun, bunga dan buah) dan tekstur menarik, ini menunjukkan kerapatan yang dihasilkan dari bentuk tajuk dan percabangannya sangatlah penting, begitupula dengan nilai SBE yang dihasilkan G1 (-166.13) yang terletak di sebelah kiri Underpass adalah satu-satunya nilai dalam kelompok nilai rendah. G1 hanya memiliki 2 jenis tanaman yaitu Bromelia sp. yang berada di tengah, dan Chlorophytum sp. yang ada disekitarnya. Perbandingan skala tanaman yang terlalu kecil dengan jarak tanam ditambah dengan percabangan Chlorophytum sp. yang kurang membuat menyebabkan banyak lubang yang tercipta dimana-mana seperti yang terlihat pada (gambar 16), Sedangkan untuk G7 (76.26) adalah nilai ke dua tertinggi dalam kelompok nilai tinggi, ini dikarenakan selain beragam nya jenis tumbuhan yang ada vertical greenery di dominasi oleh tumbuhan Philodendron scandens yang merupakan tanaman merambat jadi terlihat sangat padat dan rapat. (Gambar 18)
Gambar 18 Gambar kondisi G7 Vertical greenery yang berada di Stasiun Bogor G6 (7.76) termasuk dalam kelompok tinggi karena memiliki tumbuhan seperti Philodendron burle, Asplenium nidus, Callisia fragrans, dan Nephrolepis sp., yang percabangannya sangat menyebar terutama Asplenium nidus, dan Nephrolepis sp. namun kurang tepatnya letak penanaman seperti peletakan Dracaena marginata, Dracaena raflexa yang terhalang oleh dominasi dari tanaman seperti Asplenium nidus menyebabkan pertumbuhan tanaman yang buruk karena terhalang dari sinar
21
matahari dan banyak tumbuhan yang mati membuat vertical greenery menjadi nilai kurangnya (Gambar 19).
Gambar 19 Gambar kondisi G6 Sedangkan untuk G4 (-35.86), G3 (-72.43), dan G5 (-33.51) memiliki pot sebagai media tanamnya. Jarak yang tercipta anatara pot diduga menjadi penyebab utama kurang disukainya G4, G3, dan G5 yang membuktikan bahwa kerapatan menjadi faktor penting pada penilaian estetika. G4 mendapatkan nilai terburuk pada kelompok sedang disebabkan oleh kecilnya tanaman pada pot menyebabkan semakin besarnya jarak antara tumbuhan. G5 yang memiliki nilai lebih besar dibandingkan G4 disebabkan oleh menyebarnya tajuk pada G5 dan pada G4 walaupun memiliki tumbuhan yang lebih massive namun karena terlihat tidak seimbang dan tidak rapih menyebabkan seolah-olah terlihat banyak sekali lubang dan tidak rapat. G10 (0.00) yang menjadi standar pada dasarnya mirip dengan G4 karena sama-sama menggunakan pot dan jenis tanaman yang sama hanya saja untuk G10 bentuk melingkar sebagai dasarnya menyebabkan tidak terbentuknya sisi dan sehingga menjadi lebih rapat dan rapih ini menunjukkan bahwa struktur dari vertical greenery ikut mempengaruhi keindahannya. (Gambar 20)
(a)
(b)
(c) (d) Gambar 20 Gambar kondisi (a) G10 (b) G4 (c) G3 (d) G5
22
G2 (26.17) termasuk kedalam kelompok nilai tinggi karena dengan banyaknya dan padatnya jenis tumbuhan yang ada ditambah percabangan tumbuhan yang menyebar menjadikan nya terlihat sangat rapat namun karena perbedaan ukuran yang terlalu jauh membuat nya menjadi tidak rata karena ada beberapa tumbuhan yang terhalangi atau lebih kecil ukurannya dan menyebabkan terlihat tidak rapat. G9 (38.30) yang terletak di Terminal Baranangsiang masuk pada kelompok nilai tinggi karena pada dasarnya dengan skala yang sangat besar tumbuhan yang ada didalamnya memiliki percabangan yang menyebar dan terlihat sangat padat dengan tekstur yang halus, namun banyaknya tumbuhan yang kekeringan dan mati membuatnya menjadi tidak indah. G8 (85.51) adalah nilai SBE tertinggi, walaupun hanya memiliki satu jenis tanaman namun tanaman tersebut adalah tanaman tipe merambat yang menghasilkan kerapatan penuh dan terlihat sangat padat karena hamper seluruh permukaannya tertutupi tanaman. (Gambar 21)
(a)
(b)
(c) Gambar 21 Gambar kondisi (a) G9 (b) G8 (c) G2 Nilai estetika sangat dipengaruhi oleh warna dan kerapatan tumbuhan, untuk tiga lokasi penelitian dalam aspek warna hanya vertical greenery Stasiun Bogor yang tidak masuk pada kelompok nilai tinggi tapi kelompok sedang, sedangakan pada aspek kerapatan seluruh vertical greenery masuk dalam kelompok tinggi, hal ini membuktikan bahwa dalam nilai estetika ketiga vertical greenery tersebut sudah sangat baik hanya saja perlunya penambahan dan perbaikan dalam beberapa aspek agar menjadi lebih baik lagi yang akan disampaikan pada bagian rekomendasi. Suhu Permukaan Penilaian suhu permukaan hanya dilakukan pada 2 titik lokasi yaitu Stasiun Bogor dan Underpass dikarenakan terkendala tingginya letak vertical greenery pada Terminal Baranangsiang untuk membandingkan apakah ada perbedaan pada permukaan yang memiliki vegetasi dan yang tidak pada vertical
23
greenery. Pengukuran dilakukan dengan alat GM320 Thermometer Laser Temperature Gun dengan rentang pengiukuran sebesar -50~330°C, resolusi 0.1°C, dan akurasi sebesar ± 1.5°C untuk 0~330°C dan 3°C untuk -50~0°C. Analisis data yang digunakan adalah uji-t. a) Suhu permukaan di vertical greenery Stasiun Bogor Berikut hasil uji-t untuk suhu permukaan pada vertical greenery pada Stasiun Bogor yang memiliki tujuh jenis tumbuhan (Gambar 22). Data dibagi kedalam tiga kelompok yaitu data pada pagi hari, siang hari, dan sore hari dan dilihat apakah berpengaruh secara nyata atau tidak seperti pada tabel 7.
Gambar 22 Zonasi tanaman vertical greenery Stasiun Bogor Tabel 7 Nilai rata-rata suhu permukaan pada pagi, siang, sore, dan hasil uji-t pada vertical greenery Stasiun Kota Bogor nama tumbuhan
Philodendron burle Dracaena raflexa Coleus blumei Asplenium nidus Callisia fragrans Nephrolepis sp. Dracaena marginata
pagi t
t0
hasil
Siang t
t0
hasil
sore t
t0
hasil
23.64 24.37
*
33.10 42.70
*
28.60 32.44
*
23.76 24.37
*
32.27 42.70
*
28.19 32.44
*
23.77 24.37
*
32.20 42.70
*
27.63 32.44
*
23.79 24.37
*
32.40 42.70
*
27.29 32.44
*
23.74 24.37
*
32.40 42.70
*
28.14 32.44
*
23.91 24.37
*
32.99 42.70
*
28.07 32.44
*
23.84 24.37
*
32.26 42.70
*
28.94 32.44
*
Ket : (*) = berpengaruh secara nyata
Tabel 7 menunjukkan bahwa ketujuh tanaman pada vertical greenery Stasiun Kota Bogor berpengaruh secara nyata pada suhu permukaan vertical greenery dimana uji-t menunjukkan bahwa (t Stat) > t-tabel (t Critical one-tail) atau menyatakan bahwa H0 ditolak (lampiran 5 sampai dengan lampiran 25). Data ratarata menunjukkan bahwa permukaan yang ditutupi oleh tanaman memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan permukaan yang tidak ada tumbuhannya. Perbedaan suhu paling signifikan terjadi pada siang hari pada pukul 12.00 dengan rentang perbedaan suhu sebesar 9.60°C sampai 10.50°C, untuk pagi hari sebesar 0.46°C sampai 0.73°C pada pukul 07.00, dan sebesar 3.50°C sampai 5.15°C pada
24
sore hari pada pukul 17.00 (Gambar 23). Hal ini dipengaruhi oleh perbadaan intensitas matahari karena matahari pagi tidak sekuat matahari pada siang hari, dan juga adanya embun pada tumbuhan pagi yang kemungkinan ikut membasahi permukaan di belakang nya, pada sore hari disebabkan oleh mulai berkurangnya intensitas cahaya matahari dan juga penyiraman pada vertical greenery yang dilakukan pada pukul 12.00. Rata-rata suhu permukaan vertical greenery Stasiun Bogor 45.00 Suhu permukaan (°C)
40.00 35.00 30.00 25.00
rata rata Pagi
20.00
rata rata Siang
15.00
rata rata Sore
10.00 5.00 0.00
Vegetasi
Gambar 23 Grafik rata-rata suhu permukaan Vertical greenery Stasiun Bogor. Tanaman yang paling berpengaruh adalah tumbuhan Philodendron burle pada pagi hari, suhu terendah pada siang hari adalah tumbuhan Coleus blumei dan pada sore hari adalah Aspelium nidus (Gambar 24). Philodendron burle adalah tumbuhan rambat yang memiliki daun yang cukup lebar ciri khas dari jenis Philodendron, memiliki daun berwarna hijau, dan percabangan menyebar. Asplenium nidus adalah tumbuhan groundcover jenis paku-pakuan memiliki daun yang sedikit melebar namun cukup panjang, memiliki daun berwana hijau muda, dan percabangan menyebar. Coleus blumei adalah tumbuhan jenis groundcover yang memiliki daun yang lebar dengan warna yang beragam. Ketiga tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang hampir mirip dibandingkan dengan tumbuhan lainnya di vertical greenery yaitu pola percabangan yang menyebar kecuali Coleus blumei, daun yang besar dan melebar. Didukung oleh pernyataan Grey dan Deneke 1978 menyatakan Efektifitas tanaman dalam menangkap radiasi matahari tergantung pada kepadatan daun, bentuk daun, dan pola percabangan.
25
(a)
(b)
(c)
Gambar 24 (a) Philodendron burle (b) Coleus blumei (c) Asplenium nidus b) Suhu permukaan di vertical greenery Underpass Berikut hasil uji-t untuk suhu permukaan pada vertical greenery pada Underpass yang memiliki 8 jenis tumbuhan (Gambar 25). Data akan dibagi kedalam tiga kelompok yaitu data pada pagi hari, siang hari, dan sore hari dan dilihat apakah berpengaruh secara nyata atau tidak seperti pada tabel 8.
Gambar 25 Zonasi tanaman vertical greenery Underpass Tabel 8 Nilai rata-rata suhu permukaan pada pagi, siang, sore, dan hasil uji-t pada vertical greenery Underpass nama tumbuhan
Schefflera arboricola Philodendron scandens Bromelia sp. Scindapsus sp. Bromelia sp. Dracaena reflexa Carex morrowii Chlorophytum sp.
pagi t
t0
hasil
siang t
t0
hasil
Sore t
t0
hasil
24.59 25.29
*
31.39 37.43
*
26.59 28.79
*
24.69 25.29
*
31.83 37.43
*
26.90 28.79
*
24.37 25.29
*
30.46 37.43
*
26.04 28.79
*
24.21 25.29
*
30.49 37.43
*
25.81 28.79
*
24.39 25.29
*
31.23 37.43
*
26.41 28.79
*
24.59 25.29
*
32.97 37.43
*
26.53 28.79
*
24.26 25.29
*
31.06 37.43
*
26.30 28.79
*
24.06 25.29
*
30.57 37.43
*
25.50 28.79
*
Ket : (*) = berpengaruh secara nyata
26
Tabel 8 menunjukkan bahwa kedelapan tanaman pada vertical greenery Underpass berpengaruh secara nyata pada suhu permukaan vertical greenery dimana uj-t menunjukkan bahwa (t Stat) > t-tabel (t Critical one-tail) atau menyatakan bahwa H0 ditolak (lampiran 27 sampai dengan lampiran 50). Data rata-rata menunjukkan bahwa permukaan yang ditututpi oleh tanaman memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan permukaan yang tidak ada tumbuhannya. Perbedaan suhu paling signifikan terjadi pada siang hari pada pukul 12.00 dengan rentang perbedaan suhu sebesar 4.46°C sampai 6.97°C, untuk pagi hari sebesar 0.60°C sampai 1.23°C pada pukul 07.00, dan sebesar 1.89°C sampai 3.29°C pada sore hari pada pukul 17.00 (Gambar 26). Hal ini di pengaruhi oleh perbadaan intensitas matahari karena matahari pagi tidak sekuat matahari pada siang hari, dan juga adanya embun pada tumbuhan pagi yang ikut membasahi permukaan di belakang nya, pada sore hari disebabkan oleh mulai berkurangnya intensitas cahaya matahari dan juga penyiraman pada vertical greenery yang dilakukan pada pukul 12.00. Faktor lingkungan pun ikut mempengaruhi yang dapat dilihat dari berbedanya suhu permukaan tanpa tanaman di Stasiun Bogor dan di Underpas.
Suhu Permukaan
Rata-rata suhu permukaan pada vertical greenery Underpass 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
rata rata Pagi rata rata Siang rata rata Sore
Vegetasi
Gambar 26 Grafik rata rata suhu permukaan Vertical greenery Underpass. Tanaman yang paling berpengaruh pada pagi hari adalah tumbuhan Chlorophytum sp., suhu terendah pada siang hari adalah tumbuhan Bromelia sp. pink grass Dan pada sore hari adalah Chlorophytum sp. (Gambar 27). Chlorophytum sp. adalah tanaman groundcover dengan daun tipe menjarum dan pola menyebar, dengan didominasi warna hijau dan putih pada pinggiranya. Bromelia sp. pink grass adalah tanaman groundcover dengan ciri-ciri daun yang tebal dan tumbuh melingkar seperti corong dan dapat memiliki bunga yang cantik. Hal ini sedikit berbeda bila dibandingkan dengan vertical greenery Stasiun Bogor karena penurunan suhu paling signifikan terjadi pada tanaman Chlorophytum sp.
27
dan Bromelia sp. pink grass yang secara visual dan ciri ciri fisik kurang sesuai walaupun untuk Bromelia sp. pink grass memiliki daun yang tebal dan terdapat tanaman lain yang lebih memenuhi kriteria Grey dan Deneke 1978 Seperti, Philodendron scandens. Salah satu penyebabnya kemungkinan adalah jarak antara vegetasi dan permukaan di belakangnya yang sangat dekat bahkan hampir menempel membuat permukaan di belakangnya menjadi terlindungi secara sempurna dan juga karena posisinya yang dikelilingi oleh Philodendron scandens. hal ini menunjukkan bahwa cara penanaman dari vegetasi dapet mempengaruhi penurunan suhu permukaannya.
(a)
(b)
Gambar 27 (a) Bromelia sp. pink grass (b) Chlorophytum sp. Menurut Wilmers 1991 dalam Tan C L et all 2014 Penghijauan kota dapat membawa manfaat bagi iklim mikro melalui beberapa proses fisik, seperti: Tanaman dan pohon rindang dapat menurunkan mendapatkan panas matahari pada bangunan, Shading mengurangi radiasi terestrial karena lebih suhu permukaannya lebih rendah, dan Panas laten dari pendinginan di atmosfer meningkat karena menambahkan uap air di udara melalui evapotranspirasi tanaman. Peryataan ini didukung oleh Badrulzaman et al. 2011 menyatakan bahwa vertical greenery system yang menggunakan tumbuhan pada sebuah bangunan dapat mendinginkan bangunan dan area sekitarnya melalui shading, yang mengurangi panas yang dipancarkan oleh evapotranspirasi. Shading yang dihasilkan oleh tanaman menjadi faktor utama dalam penurunan suhu permukaan. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi penurunan suhu dan shading adalah kepadatan daun, bentuk daun, dan pola percabangan. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Grey dan Deneke 1978. Semakin padat kepadatan daun suatu vegetasi ditambah dengan ketebalan daun dan pola percabangan yang menyebar maka akan semakin baik dalam mengurangi radiasi sinar matahari. Secara tidak langsung jenis vegetasi pun ikut mempengaruhi kemampuan vertical greenery dalam mengurangi suhu permukaan. Menurut Yamada 2008 dalam Afrin S 2009 Greenwall terbukti dapat mengurangi perpindahan energi ke dalam gedung sebesar ~ 0.24kWh / m2. sekitar 60% lebih rendah dibandingkan atap hijau. Rekomendasi Berdasarkan hasil dari responden pada dasarnya vertical greenery yang ada di Kota Bogor dapat dikatakan sudah baik. Dari hasil SBE yang menilai aspek estetika berdasarkan kerapatan dan kesegaran warnanya hanya ada satu sampai
28
dua gambar saja yang mendapatkan nilai rendah terutama pada tiga lokasi utama penelitian mendapatkan nilai yang tinggi. Nilai yang buruk diakibatkan oleh perawatan yang kurang baik, lingkungan dari vertical greenery, bahkan struktur dari vertical greenery itu sendiri. seperti pada kerapatan vertical greenery yang menggunakan pot memiliki nilai yang lebih rendah di bandingkan dengan vertical greenery yang menggunakan geotextile. Fungsi modifikasi termal terbukti bahwa vertical greenery dapat menurunkan suhu permukaan yang ada di belakangnya. Menurut Knowles, L 2005 Tanaman yang digunakan dalam aplikasi vertical outdoor akan terkena kondisi iklim yang lebih keras daripada yang di dalam ruangan, oleh sebab itu, spesies yang kuat harus dipilih untuk proyek-proyek yang bermaksud untuk mencapai ketinggian yang besar. Seperti halnya, tipe climber dengan toleransi angin, es, dan panas harus dipilih untuk proyek-proyek di iklim kurang ramah. Selain itu menurut Sharp R 2007 Spesies tanaman biasanya dipilih berdasarkan toleransi sistem tumbuh mereka, kondisi lingkungan spesifik lokasi, warna, tekstur, tingkat propagasi, dan sistem akar. Panel dapat mendukung groundcovers, pakis, semak rendah, bunga abadi, dan tanaman pangan. Namun menurut Gonchar J 2007 pemilihan tanaman juga akan berdampak pada desain sistem pendukung. Sebagai contoh, tanaman yang lebih padat, dan tumbuh cepat akan memerlukan ruang yang lebih besar diantara system pendukung dari pada spesies yang kurang agresif, yang memungkinkan untuk memiliki interval yang lebih kecilpada sistem pendukung. Kepadatan tanaman hidup akan memiliki implikasi lebih besar untuk struktur, mengingat bahwa semakin besar luas permukaan daun, dampaknya akan semakin besar yang berpengaruh pada berat system pendukung ketika terjadi salju dan hujan. Secara garis besar vertical greenery yang ada di Kota Bogor sudah baik dalam fungsi estetika maupun fungsi termal. Namun menurut penelitian yang dilakuan untuk memaksimalkan antara kedua fungsi tersebut dapat dilakukan dengan cara pemilihan struktur vertical greenery yang baik adalah menggunakan geotextile di bandingkan menggunakan pot, pemilihan jenis tanaman yang baik di sarankan menggunakan tanaman rambat atau tanaman yang menyebar seperti paku-pakuan karena lebih menutupi permukaan, namun cara penanaman dari vegetasi pun ikut mempengaruhi. Perlunya perawatan yang baik dan juga kesadaran dari masyarakat agar mau ikut menjaga vertical greenery yang ada di Kota Bogor. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Vertical greenery terbukti dapat menurunkan suhu permukaan secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh shading pada tanaman yang melindungi permukaan di belakangnya dari cahaya matahari secara langsung. Shading dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pada tanaman seperti kepadatan daun, bentuk daun, dan pola percabangan 2. Hasil evaluasi nilai estetika menunjukkan bahwa rata-rata vertical greenery pada Kota Bogor memiliki nilai estetika yang baik dalam aspek kesegaran warna dan aspek kerapatannya dan di pengaruhi oleh beberapa aspek seperti struktur, lingkungan, jenis tanaman, dsb.
29
3. Vertical greenery masih memerlukan banyak pengembangan dan difokuskan pada jenis tanaman dengan kerapatan yang tinggi dan kesegaran warna yang baik untuk meningkatkan nilai estetika dan modifikasi termalnya. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran, masukan, dan pertimbangan bagi Pemerintahan dalam bidang terkait seperti DKP (dinas kebersihan dan pertamanan) Kota Bogor dalam mendesain dan mengelola vertical greenery agar vertical greenery yang dibuat memiliki nilai estetika yang tinggi dan dapat lebih bermanfaat bagi warga Kota Bogor dalam memodifikasi termal (suhu permukaan bangunan). Adapun kedepannya diharpkanan penelitian ini dapat membantu dan menyempurnakan penelitian-penelitian selanjutnya yang juga membahas vertical greenery. Seperti berfokuskan pada desainnya mengenai pola vertical greenery, bahkan meredesain vertical greenery yang sudah ada atau pada bagian pengelolaan agar vertical greenery selalu terlihat indah dan terawat. DAFTAR PUSTAKA [KemenpuRI]. Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta: KemenpuRI. Abubakar NI, Mansor M, Harun NZ. 2014. Vertical greenery system as public art? possibilities and challenges in malaysian urban context. Procedia Social and Behavioral Sciences. 153:230-241. Afrin S. 2009. Green Skyscraper: Integration of Plants into Skyscrapers [thesis]. Stockholm (SWD): Kungliga Tekniska högskolan Aprilis P. 2011. Penilaian Fungsi Pengaman dan Estetika Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Kota Pekanbaru Provinsi Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arifin H.S, Munandar A, Arifin N.H.S, Pramukanto Q dan Damayanti V.D.2008. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau. Edisi Kedua, Cetakan Pertama. Maryanto C dan Kumalashinta [penyunting]. PT. Sampurna Hijau. Badrulzahman J, Ismail S, Mohd HR. 2011. Evaluating the Impact of Vertical greenery System on Cooling Effect on High Rise Buildings and Surroundings: A Review. Senvar. 12:5b-02. Blanc P. 2008. The Vertical Garden from Nature to the City. New York: Michel Lafon Publishing. Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architecture Design. Illnois: Waveland Press inc. Carpenter PL, Walker TD, and Lanphear FO. 1975. Plants in The Landscape. SanFransisco (ID): W. H. Freeman and Co. 481 p. Daniel TC dan Boster RS. 1976. Measuring Landscape Aesthetics: the Scenic Beauty Estimation Method. USDA Forest Service Research Paper. RM167. Danoedjo S. 1990., Menuju Standar Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Kota Dalam Rangka Melengkapi Standar Nasional Indonesia. Direktur Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
30
Foster HD.1982.Environmental Aesthetics. Canada: Victoria Univ. Pr. Gonchar J. 2007 February 19. Vertical and verdant, living wall systems sprout on two buildings, in Paris and Vancouver. ARCHITECTURAL RECORDS. [internet]. [diunduh 2016 Agustus 20]. Tersedia pada: http://www.architecturalrecord.com/articles/6665-vertical-and-verdantliving-wall-systems-sprout-on-two-buildings-in-paris-and-vancouver. Grey GW dan F.J. Deneke. 1978. Urban Forestry. New York: John Willey and Sons inc Knowles L. 2005. Living Wall: A Feasibility Study for SLC. [Final Report]. Ontario (CA): University of Waterloo. Metha A. 2014. The True Power of Color. Yogyakarta: Octopus. Nassar JL. 1988. Environmental Aesthetics: Theory, Research, and Applications. NewYork: Cambrigde Univ Pr. Satwiko P. 2004. Fisika Bangunan 2 Edisi Pertama. Yogyakarta (ID). Andi. Sharp R. 2007 Juli 1. 6 Things You Need to Know About Green Walls. BUILDING DESIGN +CONSTRUCTION. [internet]. [diunduh 2016 Agustus 20]. Tersedia pada: http://www.bdcnetwork.com/6-things-youneed-know-about-green-walls. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Book Co, Inc. 331 p. Sinulingga BD. 2005. Pembangunan Kota: Tinjauan Regional dan Lokal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Sujayanto G. 2011. 100 Ide Aplikasi Vertical Garden Outdoor & Indoor, editor. Jakarta: PT Samindra Utama Tan CL, Wong NH, Steve KJ. 2014. Effects of Vertical Greenery On Mean Radiant Temperature in The Tropical Urban Environment. Scieverse Science Direct. Landscape and Urban Planing (127):52-64 Whiting D and de Jong J. 2012. Water Wise Landscape Design: Principles of Landscape Design. Colorado (US): Colorado State University Extension.
31
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner penilaian SBE KUISIONER PENELITIAN EVALUASI FUNGSI ESTETIKA DAN MODIFIKASI TERMAL PADA VERTICAL GREENERY DI KOTA BOGOR Oleh: Reno Sesara (A44120049) Data Responden Jenis Kelamin Usia Departemen Semester
: : : : PENILAIAN KUALITAS ESTETIKA
Aspek kesegaran warna Gambar/nilai 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Aspek kerapatan Gambar/nilai 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3
4
5
6
7
8
9
10
32
Lampiran 2 Perhitungan nilai SBE kesegaran warna Gambar
Rataan Z
SBE
G1
-1.52
-160.90
G2
-0.15
-23.84
G3
-0.12
-20.90
G4
0.09
0.00
G5
-0.40
-48.86
G6
-0.10
-18.60
G7
0.92
82.58
G8
0.49
40.38
G9
0.38
28.84
G10
0.41
31.99
Lampiran 3 Perhitungan nilai SBE kerapatan Gambar
Rataan Z
SBE
G1
-1.59
-166.13
G2
0.34
26.17
G3
-0.65
-72.43
G4
-0.28
-35.86
G5
-0.26
-33.51
G6
0.15
7.76
G7
0.84
76.26
G8
0.93
85.51
G9
0.46
38.30
G10
0.07
0.00
33
Lampiran 4 Data suhu permukaan vertical greenery pada Stasiun Bogor Hari
1
2
3
4
5
6
7
rata rata
Pengambilan
Tanaman 1
2
3
4
5
6
7
8
Pagi
24.60
24.10
24.30
24.30
24.30
24.10
24.30
24.20
Siang
42.50
33.10
31.80
31.50
32.70
32.60
33.00
32.00
Sore
33.00
28.60
27.00
27.10
26.60
28.50
27.50
28.90
Pagi
24.00
22.80
22.70
22.70
22.90
23.00
23.10
23.50
Siang
43.00
32.90
31.90
31.50
32.60
32.80
33.50
32.30
Sore
32.30
28.50
27.20
26.30
26.50
28.60
27.70
29.10
Pagi
24.20
23.30
23.60
23.90
23.40
23.50
23.80
23.30
Siang
42.00
33.20
32.60
33.10
32.00
31.80
33.00
32.30
Sore
32.50
28.40
28.00
26.80
26.30
28.00
27.20
28.80
Pagi
24.30
23.00
24.00
24.00
24.20
23.60
24.20
24.00
Siang
42.70
33.20
32.00
31.80
32.50
32.40
33.20
31.80
Sore
32.30
28.10
27.90
27.00
26.50
28.10
27.40
29.10
Pagi
24.60
24.20
24.20
24.00
23.90
24.00
24.00
24.30
Siang
43.10
32.50
32.20
32.00
32.00
31.80
31.70
32.20
Sore
31.40
29.40
29.40
29.00
28.50
28.00
28.70
30.60
Pagi
24.50
24.30
24.00
24.00
24.10
24.40
23.90
23.80
Siang
43.00
33.80
33.50
33.60
33.00
32.80
33.30
32.50
Sore
32.50
28.50
28.80
28.20
28.00
27.50
28.80
27.60
Pagi
24.40
23.80
23.50
23.50
23.70
23.60
24.10
23.80
Siang
42.60
33.00
31.90
31.90
32.00
32.60
33.20
32.70
Sore Pagi
33.10 24.37
28.70 23.64
29.00 23.76
29.00 23.77
28.60 23.79
28.30 23.74
29.20 23.91
28.50 23.84
Siang
42.70
33.10
32.27
32.20
32.40
32.40
32.99
32.26
Sore
32.44
28.60
28.19
27.63
27.29
28.14
28.07
28.94
Ket : 1 Tanpa tanaman 2 Philodendron burle 3 Dracaena raflexa 4 Coleus blumei 5 Asplenium nidus 6 Callisia fragrans 7 Nephrolepis sp. 8 Dracaena marginata
34
Lampiran 5 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron burle pada pagi hari
Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 24.37142857 0.049047619 7 0.914347063 0 6 4.642763037 0.001765138 1.943180281 0.003530276 2.446911851
Variable 2 23.64285714 0.36952381 7
Lampiran 6 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena raflexa pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 24.37142857 0.049047619 7 0.890815319 0 6 4.427268539 0.002218056 1.943180281 0.004436112 2.446911851
Variable 2 23.75714286 0.302857143 7
Lampiran 7 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Coleus blumei pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 24.37142857 0.049047619 7 0.7896494 0 6 4.193017452 0.002865013 1.943180281 0.005730026 2.446911851
Variable 2 23.77142857 0.279047619 7
35
Lampiran 8 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Asplenium nidus pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference Df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 24.37142857 0.049047619 7 0.826668338 0 6 4.57441922 0.001896382 1.943180281 0.003792764 2.446911851
Variable 2 23.78571429 0.248095238 7
Lampiran 9 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Callisia fragrans pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference Df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 24.37142857 0.049047619 7 0.894805933 0 6 5.915061437 0.000519661 1.943180281 0.001039322 2.446911851
Variable 2 23.74285714 0.212857143 7
Lampiran 10 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Nephrolepis sp. pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference Df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 24.37142857 0.049047619 7 0.78141221 0 6 4.587057433 0.001871304 1.943180281 0.003742609 2.446911851
Variable 2 23.91428571 0.158095238 7
36
Lampiran 11 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena marginata pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 24.37142857 0.049047619 7 0.812523338 0 6 6.314569376 0.000368236 1.943180281 0.000736471 2.446911851
Variable 2 23.84285714 0.12952381 7
Lampiran 12 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron burle pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 42.7 0.125714286 8 -0.16670783 0 7 49.57418683 1.77874E-10 1.894578605 3.55748E-10 2.364624252
Variable 2 33.1 0.131428571 8
Lampiran 13 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena raflexa pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 42.7 0.125714286 8 0.093552507 0 7 46.51946812 2.77293E-10 1.894578605 5.54585E-10 2.364624252
Variable 2 32.27142857 0.313469388 8
37
Lampiran 14 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Coleus blumei pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference Df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 42.7 0.125714286 8 -0.17501768 0 7 33.26336743 2.87382E-09 1.894578605 5.74765E-09 2.364624252
Variable 2 32.2 0.577142857 8
Lampiran 15 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Asplenium nidus pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference Df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 42.7 0.125714286 8 0.366120918 0 7 70.95618127 1.4519E-11 1.894578605 2.9038E-11 2.364624252
Variable 2 32.4 0.14 8
Lampiran 16 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Callisia fragrans pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference Df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 42.7 0.125714286 8 0.362620334 0 7 68.12809626 1.92941E-11 1.894578605 3.85883E-11 2.364624252
Variable 2 32.4 0.16 8
38
Lampiran 17 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Nephrolepis sp. pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 42.7 0.125714286 8 -0.22023471 0 7 38.37462006 1.06177E-09 1.894578605 2.12353E-09 2.364624252
Variable 2 32.98571429 0.30122449 8
Lampiran 18 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena marginata pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 42.7 0.125714286 8 0.058180005 0 7 67.58097391 2.04129E-11 1.894578605 4.08258E-11 2.364624252
Variable 2 32.25714286 0.076734694 8
Lampiran 19 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron burle pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 32.44285714 0.268163265 8 -0.52145131 0 7 13.97049197 1.13929E-06 1.894578605 2.27859E-06 2.364624252
Variable 2 28.6 0.137142857 8
39
Lampiran 20 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena raflexa pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 32.44285714 0.268163265 8 -0.38670025 0 7 10.4706527 7.89315E-06 1.894578605 1.57863E-05 2.364624252
Variable 2 28.18571429 0.715510204 8
Lampiran 21 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Coleus blumei pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference Df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 32.44285714 0.268163265 8 -0.15178658 0 7 11.27569678 4.82268E-06 1.894578605 9.64536E-06 2.364624252
Variable 2 27.62857143 1.030612245 8
Lampiran 22 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Asplenium nidus pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference Df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 32.44285714 0.268163265 8 -0.16624801 0 7 12.57603091 2.31952E-06 1.894578605 4.63905E-06 2.364624252
Variable 2 27.28571429 0.912653061 8
40
Lampiran 23 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Callisia fragrans pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 32.44285714 0.268163265 8 0.280291919 0 7 22.75346128 4.01111E-08 1.894578605 8.02222E-08 2.364624252
Variable 2 28.14285714 0.116734694 8
Lampiran 24 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Nephrolepis sp. pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 32.44285714 0.268163265 8 -0.03390295 0 7 13.42867533 1.48949E-06 1.894578605 2.97898E-06 2.364624252
Variable 2 28.07142857 0.553469388 8
Lampiran 25 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena marginata pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 32.44285714 0.268163265 8 -0.72258301 0 7 7.882745788 5.00743E-05 1.894578605 0.000100149 2.364624252
Variable 2 28.94285714 0.688163265 8
41
Lampiran 26 Data Suhu permukaan vertical greenery pada Underpass Hari
Tanaman
Pengambilan 1
1
2
3
4
5
6
7
rata rata
Pagi
25.90
2 25.40
Siang
3 25.20
4 24.80
5 25.50
6 25.00
7 25.70
8 24.30
9 24.50
36.30
30.90
30.80
29.50
29.80
30.50
32.60
28.40
28.10
Sore
29.00
26.80
27.00
26.20
25.70
26.50
26.00
25.80
25.00
Pagi
24.50
23.60
23.80
23.50
23.50
23.80
23.90
23.40
23.50
Siang
39.80
32.60
33.00
30.20
31.00
33.20
36.00
31.60
31.80
Sore
28.60
26.40
27.30
25.90
25.90
26.50
25.50
25.50
25.50
Pagi
24.50
23.60
23.80
23.50
23.50
23.80
23.90
23.40
23.50
Siang
35.40
31.50
32.00
28.70
28.80
30.20
33.20
29.70
27.90
Sore
28.80
27.00
26.80
26.00
25.80
26.30
25.40
25.90
25.20
Pagi
25.50
24.80
24.90
24.20
23.80
24.60
23.70
25.00
23.80
Siang
38.70
29.90
32.20
30.80
29.90
31.00
33.00
32.20
32.00
Sore
28.60
26.70
27.40
25.80
25.80
26.00
26.20
27.00
25.80
Pagi
25.20
24.80
25.00
24.60
24.20
24.00
25.00
24.30
24.30
Siang
37.80
31.60
32.20
31.60
31.00
31.40
32.50
32.00
31.80
Sore
28.40
26.30
27.00
26.20
25.70
26.40
27.60
26.00
25.60
Pagi
25.80
24.60
25.10
25.00
23.80
24.60
24.80
24.90
24.50
Siang
36.80
30.60
30.30
30.20
30.90
30.70
31.20
31.00
30.90
Sore
29.10
26.50
26.30
26.30
25.80
26.00
26.80
26.10
25.90
Pagi
25.60
25.30
25.00
25.00
25.20
24.90
25.10
24.50
24.30
Siang
37.20
32.60
32.30
32.20
32.00
31.60
32.30
32.50
31.50
Sore
29.00
26.40
26.50
25.90
26.00
27.20
28.20
27.80
25.50
Pagi
25.29
24.59
24.69
24.37
24.21
24.39
24.59
24.26
24.06
Siang
37.43
31.39
31.83
30.46
30.49
31.23
32.97
31.06
30.57
Sore
28.79
26.59
26.90
26.04
25.81
26.41
26.53
26.30
25.50
Ket : 1 Tanpa Tanaman 2 Schefflera arboricola 3 Philodendron scandens 4 Bromelia sp. pink grass 5 Scindapsus sp. 6 Bromelia sp. tri color 7 Dracaena reflexa 8 Carex morrowii 9 Chlorophytum sp.
42
Lampiran 27 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Schefflera arboricola pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 25.28571429 0.289795918 8 0.904882748 0 7 6.652673486 0.000144903 1.894578605 0.000289807 2.364624252
Variable 2 24.58571429 0.458367347 8
Lampiran 28 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron scandens pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 25.28571429 0.289795918 8 0.954503306 0 7 10.03992032 1.04197E-05 1.894578605 2.08395E-05 2.364624252
Variable 2 24.68571429 0.32122449 8
Lampiran 29 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. Pink grass pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 25.28571429 0.289795918 8 0.917707942 0 7 10.70389773 6.81989E-06 1.894578605 1.36398E-05 2.364624252
Variable 2 24.37142857 0.367755102 8
43
Lampiran 30 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Scindapsus sp. pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 25.28571429 0.289795918 8 0.675492304 0 7 5.437495752 0.000484416 1.894578605 0.000968832 2.364624252
Variable 2 24.21428571 0.569795918 8
Lampiran 31 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. tri color pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 25.28571429 0.289795918 8 0.924188301 0 7 12.29634092 2.6986E-06 1.894578605 5.39719E-06 2.364624252
Variable 2 24.38571429 0.224081633 8
Lampiran 32 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena reflexa pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 25.28571429 0.289795918 8 0.683787096 0 7 3.840922828 0.003183457 1.894578605 0.006366915 2.364624252
Variable 2 24.58571429 0.492653061 8
44
Lampiran 33 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Carex morrowii pada pagi hari
Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 25.28571429 0.289795918 8 0.860051403 0 7 9.515787847 1.48233E-05 1.894578605 2.96467E-05 2.364624252
Variable 2 24.25714286 0.356734694 8
Lampiran 34 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Chlorophytum sp. pada pagi hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 25.28571429 0.289795918 8 0.88279549 0 7 13.34978904 1.55006E-06 1.894578605 3.10013E-06 2.364624252
Variable 2 24.05714286 0.171020408 8
Lampiran 35 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Schefflera arboricola pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 37.42857143 1.887755102 8 0.178990399 0 7 11.2779952 4.81612E-06 1.894578605 9.63224E-06 2.364624252
Variable 2 31.38571429 0.866938776 8
45
Lampiran 36 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron scandens pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 37.42857143 1.887755102 8 0.604274482 0 7 14.45913783 9.0206E-07 1.894578605 1.80412E-06 2.364624252
Variable 2 31.82857143 0.756326531 8
Lampiran 37 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. Pink grass pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 37.42857143 1.887755102 8 0.437072861 0 7 14.75910692 7.84468E-07 1.894578605 1.56894E-06 2.364624252
Variable 2 30.45714286 1.228163265 8
Lampiran 38 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Scindapsus sp. pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 37.42857143 1.887755102 8 0.437072861 0 7 14.75910692 7.84468E-07 1.894578605 1.56894E-06 2.364624252
Variable 2 30.45714286 1.228163265 8
46
Lampiran 39 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. tri color pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 37.42857143 1.887755102 8 0.855841981 0 7 23.25648988 3.44794E-08 1.894578605 6.89587E-08 2.364624252
Variable 2 31.22857143 0.853469388 8
Lampiran 40 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena reflexa pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 37.42857143 1.887755102 8 0.626462391 0 7 10.6236815 7.16911E-06 1.894578605 1.43382E-05 2.364624252
Variable 2 32.97142857 1.882040816 8
Lampiran 41 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Carex morrowii pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 37.42857143 1.887755102 8 0.640579126 0 7 15.39304392 5.89012E-07 1.894578605 1.17802E-06 2.364624252
Variable 2 31.05714286 1.925306122 8
47
Lampiran 42 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Chlorophytum sp. pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 37.42857143 1.887755102 8 0.813055668 0 7 20.06980824 9.54244E-08 1.894578605 1.90849E-07 2.364624252
Variable 2 30.57142857 2.753469388 8
Lampiran 43 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Schefflera arboricola pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 28.78571429 0.058367347 8 0.272487211 0 7 21.61736212 5.71524E-08 1.894578605 1.14305E-07 2.364624252
Variable 2 26.58571429 0.055510204 8
Lampiran 44 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Philodendron scandens pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 28.78571429 0.058367347 8 -0.73449394 0 7 9.327981344 1.68889E-05 1.894578605 3.37779E-05 2.364624252
Variable 2 26.9 0.137142857 8
48
Lampiran 45 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. Pink grass pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 28.78571429 0.058367347 8 0.316547673 0 7 31.04456 4.64588E-09 1.894578605 9.29176E-09 2.364624252
Variable 2 26.04285714 0.031020408 8
Lampiran 46 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Scindapsus sp. pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 28.78571429 0.058367347 8 0.247510919 0 7 35.41227168 1.85843E-09 1.894578605 3.71687E-09 2.364624252
Variable 2 25.81428571 0.009795918 8
Lampiran 47 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Bromelia sp. tri color pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 28.78571429 0.058367347 8 0.191065758 0 7 16.51761736 3.63811E-07 1.894578605 7.27622E-07 2.364624252
Variable 2 26.41428571 0.14122449 8
49
Lampiran 48 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Dracaena reflexa pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 28.78571429 0.058367347 8 0.092152256 0 7 6.459750338 0.000173527 1.894578605 0.000347054 2.364624252
Variable 2 26.52857143 0.962040816 8
Lampiran 49 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Carex morrowii pada sore hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 28.78571429 0.058367347 8 0.221248839 0 7 9.582014995 1.41645E-05 1.894578605 2.83289E-05 2.364624252
Variable 2 26.3 0.56 8
Lampiran 50 Hasil uji-t antara tanpa tumbuhan dan Chlorophytum sp. pada siang hari Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Variable 1 28.78571429 0.058367347 8 -0.16157731 0 7 22.74553612 4.02078E-08 1.894578605 8.04157E-08 2.364624252
Variable 2 25.5 0.085714286 8
50
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Bogor, pada tanggal 9 Mei 1994. Penulis merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Pipin Permadi dan Yulisyah Hanum. Peulis tergolong seorang yang pemalu yang cukup sulit dalam bersosialisasi karena itulah penulis hanya memiliki beberapa teman baik. Penulis adalah seorang lelaki yang memiliki hobi bermain game dan berenang dan memiliki ketertarikan tinggi pada dunia seni dan sangat membenci dunnia politik. Sepanjang hidup penulis memiliki beberapa cita-cita seperti menjadi Dokter anak, Arsitek, dan Psikolog namun tidak ada yang dapat tercapai hingga kini menjadi arsitektur lanskap, yang dimana penulis memiliki harapan dapat menggabungkan ilmu Sikologi dan Lanskap sehingga dapat membantu banyak orang. Penulis memulai pendidikan formal di SDN 1 Panaragan Kota Bogor masuk pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2007 lalu melanjutkan ke SMPN 4 Bogor pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2009 dan melanjutkan di SMAN 6 Bogor pada tahun 2009 dan lulus pada tahn 2012. Penulis melanjutkan studi di perguruan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan yang diseleksi menggunakan nilI rapot pada tahun 2012. Selama duduk di bangku SMP penulis berhasil mendapatkan beberapa prestasi yaitu: juara 1 lomba nasyid tingkat SMP di Kota Bogor, peringkat 5 lomba nasyid seJABODETABEK. Selama di SMA penulis berhasil meraih prestasi peringkat 3 dalam kejuaraan FLAGFOOTBALL seKota Bogor. Selama di peruruan tinggi penulis pernah mengikuti berbagai seminar dan pelatihan, pernah pula menjadi panitia dalam acara expose dalam matakuliah PLSB yang di selenggarakan di Balaikota Bogor, lalu menjadi panitia 2nd Symposium dan menjadi presentator poster. Beberapa organisasi yang pernah diikuti oleh penulis adalah DKM SMPN4 Kota Bogor, ASTINA (eskul drama) di SMPN 4 Kota Bogor, tim inti FLAGFOOTBALL SMAN Bogor. Mengikuti estrakulikuler Merpati Putih di SMAN 6 Bogor, menjadi anggota Himaskap BPHIM 2014/2015, menjadi anggota UKM FLAGFOOTBALL di Institut Pertanian Bogor.