EVALUASI DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS AL-QUR’AN DAN HADITH Sumarto
Abstract Generally, there are four management functions that are familiarized by community namely planning, organizing, directing, and controlling. In organizing function, there is staffing function. Leaders of organization are expected to be able to hold all management functions to get maximum management result. This article discusses evaluation and education management based on Al-Qur’an and hadith. Islamic education management is managing education based on the values of Islam as stated in al-Qur’an and hadith, and scholars’ thought. Besides, evaluation is one of Islamic education system components that must be conducted systematically and planned As a tool to measure the success or target that will be achieved in the process of Islamic education management. Keywords: education management, evaluation, qur’an and hadith. Abstrak Pada umumnya, ada empat fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat, yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para pemimpin dalam organisasi diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal. Tulisan ini membahas evaluasi dan manajemen pendidikan berbasis Al-Qur’an dan Hadith. Manajemen Pendidikan Islam merupakan pengaturan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan Hadith, serta pemikiran para ulama. Sedangkan evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan, atau target yang akan dicapai dalam proses manajemen pendidikan Islam. Kata kunci: manajemen pendidikan, evaluasi, qur’an dan hadith.
A. Pendahuluan Evaluasi dalam proses belajar mengajar merupakan komponen yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses. Kepentingan evaluasi tidak hanya mempunyai makna bagi proses belajar siswa, tetapi juga memberikan umpan balik terhadap program secara keseluruhan. Oleh karena itu, inti evaluasi adalah pengadaan informasi bagi pihak pengelola proses belajar mengajar untuk membuat keputusan. Manajemen Pendidikan Islam merupakan pengaturan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadith, serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah *
Dosen STAI Ma’arif Kota Jambi.
umat Islam.1 Dalam manajemen pendidikan Islam, evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses manajemen pendidikan Islam.2 Contoh manajemen dalam Islam, yaitu pelaksanaan shalat yang menjadi icon paling sakral dalam Islam merupakan contoh konkrit adanya manajemen yang mengarah kepada keteraturan. Puasa, haji dan amaliyah lainnya merupakan pelaksanaan manajemen yang monomental. Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hlm. 173. 2 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 220. 1
Sumarto, Evaluasi dan Manajemen Pendidikan Berbasis al-Qur’an dan Hadith
199
Teori dan konsep manajemen yang digunakan saat ini sebenarnya bukan hal yang baru dalam perspektif Islam. Manajemen itu telah ada paling tidak ketika Allah menciptakan alam beserta isinya. Unsur-unsur manajemen dalam pembuatan alam serta makhlukmakhluknya lainnya tidak terlepas dengan manajemen langit. Nabi Adam sebagai khalifah memimpin alam raya ini telah melaksanakan unsur-unsur manajemen tersebut. Contoh kecil realisasi manajemen seperti digambarkan oleh makhluk ciptaan Allah berupa semut. Dalam menjalankan hidupnya, semut termasuk di antara makhluk yang sangat solid dan berkomitmen menjalani roda kehidupannya dengan menggunakan manajemen, tentunya versi semut. Keteraturan dan komitmen semut dalam kinerjanya sangat solit dan penuh kepatuhan. B. Pengertian Evaluasi Manajemen Pendidikan Islam Secara harfiah, evaluasi berasal dari Bahasa Inggris; evaluation, yang berarti penilaian dan penaksiran.3 Dalam Bahasa Arab, dijumpai istilah imtihan, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.4 Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada dasarnya sama, hanya berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.5 Sementara Abuddin Nata menyatakan, bahwa evaluasi sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.6 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus InggrisIndonesia, (Jakarta; Gramedia, 1997), hlm. 220. 4 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 183. 5 Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 106. 6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 307. 3
200
P-ISSN: 1978-6948 e-ISSN: 2502-8650
Kemudian menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.7 Adapun M. Chabib Thoha mengutarakan, bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.8 Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21, dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dari beberapa pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa, evaluasi adalah suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan elemen sekolah terhadap tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Dengan demikian, evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insedental, melainkan kegiatan untuk menilai sesuatu yang terencana, sistematik dan berdasarkan tujuan yang jelas. Jadi dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya. Istilah evaluasi dalam wacana manajemen pendidikan Islam tidak diperoleh padanan katanya yang pasti, tetapi terdapat term atau istilah tertentu yang mengarah pada makna evaluasi dalam isyarat Al-Qur’an. Term-term tersebut adalah; 7
3.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm.
M. Chabib Thaha, Tehnik-tehnik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 1990), hlm. 25. 8
Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 199-207
1. Al-Hisab, memiliki makna menghitung, menafsirkan dan mengira. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah SWT.:
ض ۗ َوإِ ْن تُ ْب ُدوا َما ِ للِهَّ ِ َما فِي ال َّس َما َوا ِ ْت َو َما فِي الأْ َر َّاس ْب ُك ْم بِ ِه ه للاُ ۖ فَيَ ْغفِ ُر لِ َم ْن يَ َشا ُء ِ فِي أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَوْ تُ ْخفُوهُ يُ َح ََّويُ َع ِّذبُ َم ْن يَ َشا ُء ۗ َو ه للاُ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر “Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Baqarah: 284).
Kemudian dalam surat yang lain disebutkan sebagai berikut;
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka, maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman. Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka, dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir, dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar, dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
ثُ َّم إِ َّن َعلَ ْينَا ِح َسابَهُ ْم4. Al-Ikhtibar, memiliki makna ujian atau
“Kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (Q.S. al-Ghasiyah :26)
2. Al-Bala’, memiliki makna cobaan dan ujian. Terdapat dalam firman Allah swt.
ۚ ًق ْال َموْ تَ َو ْال َحيَاةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَحْ َس ُن َع َملا َ َالَّ ِذي َخل َوهُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َغفُو ُر “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Q.S. al-Mulk: 2)
3. Al-Imtihan, berarti ujian yang juga berasal dari kata miḥnaḥ. Bahkan dalam Al-Qur’an terdapat surat yang menyatakan wanitawanita yang diuji dengan menggunakan kata imtiḥan, yaitu surat al-Mumtaḥanah ayat 10, yaitu;
ُ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا َجا َء ُك ُم ْال ُم ْؤ ِمن ت ٍ اج َرا ِ ََات ُمه َّفَا ْمت َِحنُوهُ َّن ۖ ه للاُ أَ ْعلَ ُم بِإِي َمانِ ِه َّن ۖ فَإِ ْن َعلِ ْمتُ ُموهُ َّن ار ۖ لاَ هُ َّن ِحلٌّ لَهُ ْم ٍ ُم ْؤ ِمنَا ِ َّت فَلاَ تَرْ ِجعُوهُ َّن إِلَى ْال ُكف َولاَ هُ ْم يَ ِحلُّونَ لَه َُّن ۖ َوآتُوهُ ْم َما أَ ْنفَقُوا ۚ َولاَ ُجنَا َح ََعلَ ْي ُك ْم أَ ْن تَ ْن ِكحُوهُ َّن إِ َذا آتَ ْيتُ ُموهُ َّن أُجُو َرهُ َّن ۚ َولا ص ِم ْال َك َوافِ ِر َواسْأَلُوا َما أَ ْنفَ ْقتُ ْم َو ْليَسْأَلُوا َ تُ ْم ِس ُكوا بِ ِع َّللاِ ۖ يَحْ ُك ُم بَ ْينَ ُك ْم ۚ َو ه ََّما أَ ْنفَقُوا ۚ ٰ َذلِ ُك ْم ُح ْك ُم ه للاُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم
cobaan/al-bala’. Orang Arab sering menggunakan kata ujian atau bala’ dengan sebutan ikhtibar. Bahkan di lembaga pendidikan Bahasa Arab menggunakan istilah evaluasi dengan istilah ikhtibar.
Beberapa term tersebut di atas dapat dijadikan petunjuk arti evaluasi secara langsung atau hanya sekedar alat atau proses di dalam evaluasi. Hal ini didasarkan asumsi bahwa Al-Qur’an dan Hadith merupakan asas maupun prinsip manajemen pendidikan Islam, sementara untuk operasionalnya tergantung pada ijtihad umat. Term evaluasi pada taraf berikutnya lebih diorientasikan pada makna “penafsiran atau memberi putusan terhadap pendidikan”. Setiap tindakan pendidikan didasarkan atas rencana, tujuan, bahan, alat dan lingkungan pendidikan tertentu. Berdasarkan komponen ini, maka peran penilaian dibutuhkan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan pendidikan tercapai. Dari pengertian ini, proses pelaksanaan penilaian lebih ditekankan pada akhir tindakan pendidikan. Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan keputusankeputusan pendidikan, baik yang menyangkut perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak
Sumarto, Evaluasi dan Manajemen Pendidikan Berbasis al-Qur’an dan Hadith
201
lanjut pendidikan, baik yang menyangkut c. Untuk memilih siswa yang seharusnya perorangan, kelompok maupun kelembagaan. mendapat beasiswa. Dalam konteks ini, penilaian dalam pendidikan d. Untuk memilih siswa yang sudah Islam bertujuan agar keputusan-keputusan berhak meninggalkan sekolah, dan yang berkaitan dengan pendidikan Islam benarsebagainya. benar sesuai dengan niai-nilai Islami sehingga 2. Berfungsi diagnostik. Apabila alat yang tujuan pendidikan Islam yang dicanangkan digunakan dalam penilaian cukup dapat tercapai secara maksimal. memenuhi persyaratan, maka dengan Jadi dalam manajemen evaluasi pendidikan melihat hasilnya, guru akan mengetahui Islam dapat diartikan sebagai kegiatan kelemahan siswa. Di samping itu, diketahui penilaian terhadap tingkah pengelolaan pula sebab musababnya kelemahan itu. sekolah dari keseluruhan aspek mentalJadi dengan mengadakan penilaian, psikologis dan spiritual religius dalam sebenarnya guru mengadakan diagnosa pendidikan Islam, dalam hal ini tentunya kepada siswa-siswinya tentang kebaikan yang menjadi tolak ukur adalah al-Qur’an dan dan kelemahannya. al-Hadith. Dengan pelaksanaan evaluasi ini 3. Berfungsi sebagai penempatan. Untuk dapat bukan hanya pendidik, tetapi juga keseluruhan menentukan dengan pasti bahwa seorang aspek/unsur pendidikan Islam. siswa harus ditempatkan pada kelompok tertentu, maka digunakanlah suatu penilaian. C. Kedudukan dan Fungsi Manajemen Sekelompok siswa yang mempunyai hasil Evaluasi Pendidikan penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. Evaluasi manajemen pendidikan memiliki kedudukan yang amat strategis, karena hasil 4. Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan, yakni untuk mengetahui sejauh mana dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai suatu program berhasil diterapkan input untuk melakukan perbaikan kegiatan pendidikan. Ajaran Islam juga menaruh Secara praktis fungsi evaluasi adalah; perhatian yang besar terhadap evaluasi 1. Secara psikologis, peserta didik perlu tersebut. Allah swt, dalam berbagai firman-Nya mengetahui prestasi belajarnya sehingga dalam kitab suci Al-Qur’an, memberitahukan ia merasakan kepuasan dan ketenangan. kepada kita bahwa pekerjaan evaluasi terhadap 2. Secara sosiologis, untuk mengetahui manusia didik merupakan suatu tugas penting apakah peserta didik sudah cukup mampu dalam rangkaian proses pendidikan yang telah untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam dilaksanakan oleh setiap elemen sekolah. arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi Suharsimi Arikunto merumuskan fungsi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan yang lebih spesifik yang dilakukan oleh guru segala karakteristiknya. kepada siswa-siswinya, antara lain;9 3. Secara didaktis-metodis, evaluasi 1. Berfungsi selektif, dengan cara mengadakan berfungsi untuk membantu guru dalam penilaian. Guru mempunyai cara untuk menempatkan peserta didik pada kelompok mengadakan seleksi atau penilaian terhadap tertentu sesuai dengan kemampuan dan siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai kecakapannya masing-masing. berbagai tujuan, antara lain; 4. Untuk mengetahui kedudukan peserta a. Untuk memilih siswa yang dapat didik di antara teman-temannya, apakah diterima di sekolah tertentu. ia termasuk anak yang pandai, sedang atau b. Untuk memilih siswa yang dapat naik kurang. ke kelas atau tingkat berikutnya. 5. Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program 9 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. pendidikannya. 9-11. 202
P-ISSN: 1978-6948 e-ISSN: 2502-8650
Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 199-207
6. Untuk membantu guru dalam memberikan 2. Penetapan bagi tingkah laku apa yang bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka harus direalisasikan oleh siswa. menentukan jenis pendidikan, jurusan 3. Menyeleksi atau membentuk instrumenmaupun kenaikan tingkat/kelas. instrumen yang valid, terpercaya dan 7. Secara administratif, evaluasi berfungsi praktis untuk menilai sasaran utama untuk memberikan laporan tentang proses kependidikan, atau ciri-ciri khusus kemajuan peserta didik kepada dari perkembangan dan pertumbuhan pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, manusia didik.12 guru/instruktur, termasuk peserta didik itu sendiri. D. Prinsip-Prinsip Evaluasi Evaluasi dilaksanakan secara terpadu Seorang pendidik melakukan evaluasi di 10 dengan kegiatan pembelajaran. Evaluasi sekolah mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui peserta didik yang dapat dilakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terpandai dan terkurang di kelasnya. 2. Untuk mengetahui apakah bahan yang terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar telah diajarkan sudah dimiliki peserta atau dilakukan pada waktu yang khusus. Evaluasi dilaksanakan melalui berbagai cara, didik atau belum. 3. Untuk mendorong persaingan yang sehat seperti tes tertulis, penilaian hasil kerja siswa melalui kumpulan hasil kerja siswa (fortofolio), antara sesama peserta didik. 13 4. Untuk mengetahui kemajuan dan dan evaluasi unjuk kerja (perfomance) siswa. perkembangan peserta didik setelah Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik, pendidik mengalami pendidikan dan pengajaran. 5. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya ataupun pihak yang berkepentingan, maka guru memilih bahan, metode, dan berbagai harus memperhatikan prinsip-prisip sebagai berikut; penyesuaian dalam kelas. 6. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta 1. Valid evaluasi. Mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan didik dalam bentuk raport, ijazah, piagam jenis tes yang terpercaya dan sahih. Artinya, dan sebagainya. ada kesesuaian alat ukur dengan fungsi Pendapat yang hampir sama dikemukakan pengukuran dan sasaran pengukuran. Hamalik, bahwa fungsi evaluasi adalah 2. Berorientasi kepada kompetensi dengan untuk membantu peserta didik agar ia dapat berpijak pada kompetensi, maka ukuranmengubah atau mengembangkan tingkah ukuran keberhasilan pembelajaran akan lakunya secara sadar, serta memberi bantuan dapat diketahui secara jelas dan terarah. padanya cara meraih suatu kepuasan bila 3. Bermakna evaluasi, dalam arti mempunyai berbuat sebagaimana mestinya. Selain itu makna yang signifikan bagi semua pihak. juga dapat membantu seorang pendidik Untuk itu, evaluasi hendaknya mudah dalam mempertimbangkan adequate (cukup difahami dan dapat ditindaklanjuti oleh memadai) metode pengajaran serta membantu pihak-pihak yang berkepentingan. dan mempertimbangkan administrasinya.11 4. Terbuka evaluasi hendaknya dilakukan Sementara pendapat lain mengemukakan, secara terbuka bagi berbagai kalangan evaluasi berfungsi sebagai; sehingga keputusan tentang keberhasilan 1. Mengidentifikasi dan merumuskan jarak peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang dari sasaran pokok kurikulum secara 12 komprehensif. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 224. 11 Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, hlm. 212. 10
Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 167. 13 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 4
Sumarto, Evaluasi dan Manajemen Pendidikan Berbasis al-Qur’an dan Hadith
203
berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak. 5. Ikhlas Evaluasi dilakukan dengan niat dan hati yang bersih, dalam rangka efisiensi tercapainya tujuan pendidikan dan berkepentingan peserta didik. 6. Praktis Evaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan beberapa indikator, yaitu: a) hemat waktu, biaya dan tenaga; b) mudah diadministrasikan; c) mudah menskor dan mengolahnya; dan d) mudah ditafsirkan. 7. Dicatat dan akurat. Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara sistematis dan komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan.14 Ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dalam evaluasi pendidikan Islam, yaitu prinsip kontinuitas, prinsip menyeluruh, prinsip obyektivitas, dan prinsip mengacu pada tujuan. 1. Prinsip Kesinambungan (kontinuitas) Bila aktivitas manajemen pendidikan Islam dipandang sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka evaluasi pendidikannya pun harus dilakukan secara kontiniu. Prinsip ini selaras dengan istiqamah dalam Islam, yaitu setiap umat Islam hendaknya tetap tegak beriman kepada Allah yang diwujudkan dengan senantiasa mempelajari Islam, mengamalkannya, serta tetap membela tegaknya agama Islam, sungguhpun terdapat berbagai tantangan yang senantiasa dihadapinya. Dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil, sebagaimana diisyaratkan AlQur’an dalam Surah Al-Ahqaf (46) Ayat 13-14;
َّإِ َّن الَّ ِذينَ قَالُوا َربُّنَا ه ٌ ْللاُ ثُ َّم ا ْستَقَا ُموا فَلاَ َخو ف َعلَ ْي ِه ْم َك أَصْ َحابُ ْال َجنَّ ِة خَالِ ِدين َ ِ) أُو ٰلَئ۱۳( ََولاَ هُ ْم يَحْ َزنُون )۱٤( َفِيهَا َجزَا ًء بِ َما َكانُوا يَ ْع َملُون Mujib dan Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 214. Lihat juga Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 225-226. 14
204
P-ISSN: 1978-6948 e-ISSN: 2502-8650
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan”.
2. Prinsip Menyeluruh (komprehensif) Prinsip yang melihat semua aspek, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerjasama, tanggung jawab dan sebagainya, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Zalzalah (99) Ayat 7-8.
ْ) َو َم ْن يَ ْع َمل۷( ُفَ َم ْن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َخ ْيرًا يَ َره )۸( ُِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َش ًّرا يَ َره “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dharraḥ-pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dharrah- pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.
3. Prinsip Objektivitas Objektif dalam arti bahwa evaluasi itu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektivitas dari evaluator. Allah memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan karena kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi yang dilakukan, seperti terdapat dalam al-Qur’an Surat Al-Maidah, ayat 8. “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Nabi Muhammad saw. Bersabda;
ْ َْت َس َرق ُ هَايَ َد لَقَطَع ..… ْاط َمةَ أَ َّن لَو ِ َت ُم َح َّم ٍد بِ ْنتَ ف “…..Andai kata Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku tidak segan-segan untuk memotong kedua tangannya”.
Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 199-207
Prinsip ini hanya dapat ditetapkan bila 2. Kemampuan untuk menggunakan bahasa penyelenggara pendidikan mempunyai sifat dengan baik. jujur, ikhlas, ta’āwun, ramah dan lainnya. 3. Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti pembicaraan 4. Prinsip mengacu kepada tujuan orang lain). Setiap aktivitas manusia sudah pasti mempunyai tujuan tertentu, karena aktivitas 4. Kemampuan untuk mengingat-ingat. yang tidak mempunyai tujuan berarti 5. Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan). merupakan pekerjaan yang sia-sia. 6. Kemampuan untuk berfantasi. E. Sasaran Evaluasi Manajemen Pandidikan Langkah yang harus ditempuh seorang kepala sekolah dan guru dalam mengevaluasi adalah menetapkan apa yang menjadi sasaran evaluasi tersebut. Sasaran evaluasi sangat penting untuk diketahui supaya memudahkan pendidik dalam menyusun alat-alat evaluasinya. Pada umumnya ada tiga sasaran pokok evaluasi, yaitu: 1. Segi tingkah laku, artinya segi-segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian, keterampilan peserta didik sebagai akibat dari proses belajar mengajar. 2. Segi pengetahuan, artinya penguasaan pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. 3. Segi yang menyangkut proses belajar mengajar, yaitu bahwa proses belajar mengajar perlu diberi penilaian secara obyektif dari guru. Sebab baik tidaknya proses belajar mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. F. Ciri-ciri Evaluasi Manajemen Pendidikan Evaluasi dalam manajemen pendidikan yang dilakukan oleh guru, yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini, akan mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan mengerjakan soal. Berkenaan dengan tanda-tanda anak yang pandai atau intelegensianya tinggi, seorang ahli ilmu jiwa pendidikan bernama Carl Witherington, mengemukakan pendapatnya bahwa anak yang cerdas adalah anak yang mempunyai; 1. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan.
Sedangkan evaluasi pendidikan, yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif, artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu, lalu diinterpresentasi ke bentuk kualitatif. Evaluasi pendidikan, yaitu bahwa evaluasi pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap, karena IQ 105 termasuk anak normal. Anak lain yang hasil pengukuran IQnya 80, menurut unit ukurannya termasuk anak dungu. Penilaian pendidikan bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Penelitian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. G. Prosedur Evaluasi Manajemen Pendidikan Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan manajemen evaluasi pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru dapat digambarkan dalam langkah-langkah berikut;15 1. Penentuan tujuan evaluasi 2. Penyususnan kisi-kisi soal 3. Telaah dan revisi soal 4. Uji coba (try out) 5. Penyusunan soal 6. Penyajian tes 7. Scorsing 8. Pengolahan hasil tes 9. Pelaporan hasil tes 10. Pemanfaatan hasil tes
15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, hlm. 220.
Sumarto, Evaluasi dan Manajemen Pendidikan Berbasis al-Qur’an dan Hadith
205
Prosedur dalam mengadakan evaluasi tanggung-jawab tertentu, 4) pendelegasian dapat dibagi kepada beberapa langkah. wewenang yang diperlukan kepada individuLangkah-langkah tersebut yaitu; individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya. 1. Perencanaan Pengorganisasian ialah pengaturan kerja 2. Pengumpulan data bersama sumber daya keuangan, fisik, dan 3. Verivikasi data manusia dalam organisasi. Pengorganisasian 4. Analisa data, dan merupakan penyusunan struktur sekolah 5. Penafsiran data. yang sesuai dengan tujuan sekolah, sumber dan lingkungan yang Yang harus dilakukan dalam langkah daya yang dimilikinya, 17 melingkupinya. perencanaan ini ialah; 1. Merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dilaksanakan dalam suatu proses belajarmengajar yang didasarkan atas tujuan yang hendak dicapai dalam program belajarmengajar tersebut. 2. Menetapkan aspek-aspek yang harus dinilai. 3. Menentukan metode evaluasi yang akan dipergunakan. Metode ini ditentukan oleh aspek yang akan dinilai. Untuk menilai sikap, misalnya, dipergunakan checklist. 4. Memilih atau menyusun alat-alat evaluasi yang akan dipergunakan. Alat-alat evaluasi ditentukan oleh metode evaluasi yang kita pergunakan. Apabila alat-alat yang akan dipergunakan cukup tersedia, maka tinggal memilih salah satu dari alat tersebut. 5. Menentukan kriteria yang dipergunakan. Setelah alat-alat evaluasi dipilih dan disusun serta telah ditetapkan kriterianya, maka selanjutnya ditentukan frekuensi evaluasi.
H. Kesimpulan Manajemen Pendidikan Islam merupakan pengaturan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadith, serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam. Dalam manajemen pendidikan Islam, evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses manajemen pendidikan Islam. Evaluasi manajemen pendidikan memiliki kedudukan yang amat strategis, karena hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan pendidikan. Ajaran Islam juga menaruh perhatian yang besar terhadap evaluasi tersebut. Allah, dalam dalam kitab suci al-Qur’an, memberitahukan kepada kita bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia Pelaksanaan manajemen pendidikan Islam didik merupakan suatu tugas penting dalam dalam hal ini evaluasi tidak akan berjalan rangkaian proses pendidikan yang telah dengan baik tanpa adanya organisasi yang dilaksanakan oleh setiap elemen sekolah. baik, yaitu sekolah karena organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.16 Sekolah harus memiliki; 1) penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan sekolah, 2) proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan, 3) penugasan Nanang Fattah, Landasan Manajemen (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 71. 16
206
P-ISSN: 1978-6948 e-ISSN: 2502-8650
Pendidikan,
Husaini Usman, Manajemen Pendidikan: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 141. 17
Vol. 10 No. 2 Juli 2016 | 199-207
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1989. Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta; Gramedia, 1997. Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta; Gaya Media Pratama, 2005. ----------------. Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta; Prenada Media Group, 2008. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008. Thaha, M. Chabib. Tehnik-tehnik Evaluasi Pendidikan, Jakarta; Raja Grafindo, 1990. Usman, Husaini. Manajemen Pendidikan: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta; Bumi Aksara, 2006.
Hamalik, Oemar. Pengajaran Unit, Bandung: Alumni, 1982.
Sumarto, Evaluasi dan Manajemen Pendidikan Berbasis al-Qur’an dan Hadith
207