JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 5 No. 1, April 2004 : 22 – 28
EVALUASI ATAS METODE PENERAPAN ALOKASI OVERHEAD MENURUT DEPARTEMEN TERHADAP PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI Studi Kasus pada PT. Sonoco Indonesia Oleh:
Hendra Setiawan Dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor
ABSTRACT Deciding on the tariff of overhead of a factory per department of production uses direct working hours for all the departments of production. This is determined in order to make it easier for management to determine the kilogram per direct worker. Determining the basic price of POY production at PT Sonoco in 2003 reached Rp. 13,409,257.67 where the biggest cost goes to the direct material. This is due to the increase price of pulp in every quarter in 2003. In determining production basic price, economizing direct material is implemented by using raw material stock which is slow moving. The rate is maximum in line with the implementation of quality control of production, in order to increase the production efficiency. Key words: Overhead Cost; Production Cost.
PENDAHULUAN Dalam perusahaan yang relative besar dimana pengelohan produk melalui beberapa tahapan dan pengendalian biaya perlu dihubungkan dengan bagian atau departemen di dalam pabrik, pada perusahaan tersebut diadakan departementalisasi khususnya untuk elemen biaya overhead pabrik. Departemen biaya overhead pabrik semakin penting pada pabrik yang mengelola produk atau pesanan yang tidak selalu melalui proses yang sama atau produk yang dihasilkan perusahaan memungkinkan untuk dijual sebelum diolah melalui semua tahapan pengolahan. Departemen biaya overhead pabrik adalah membagi pabrik kedalam bagianbagian yang disebut departemen atau pusat biaya (cost centre). Didalam penggolongannya biaya overhead pabrik
kedalam bagian atau departemen produksi atau departemen pembantu biaya tersebut akan dibebankan kedalam produknya. Untuk tujuan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk, tarip biaya overhead pabrik akan dihitung untuk setiap departemen produksi, sehingga produk atau pesanan akan dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai dengan departemen produksi yang dilaluinya, dan selisih biaya overhead pabrik akan dianalisis untuk setiap departemen produksi. Penetapan harga pokok produksi merupakan suatu masalah yang rumit dan bukanlah merupakan tugas satu orang atau satu kegiatan sebab dalam menghitung harga pokok produksi banyak didapat berbagai jenis biaya variabel yang tidak stabil. Metode harga pokok produksi diterapkan untuk mengolah informasi biaya produksi yang terjadi dalam menghasilkan perunit
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 5 No. 1, April 2005
produk. Untuk menghitung biaya persatuan produk yang dihasilkan oleh suatu departemen perlu ditentukan ekuivalensinya. Unit ekuivalensi ini dipengaruhi oleh jumlah produk selesai yang ditransfer ke departemen selanjutnya atau kegudang, tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses pada akhir periode.
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan penulis untuk meneliti obyek penelitian yaitu dengan menggunakan : 1. Study Pustaka Yaitu suatu metode penyusunan dengan mencari bahan melalui literatur yang dapat dipergunakan sebagai dasar teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. 2. Metode Penelitian Deskriptif meliputi kegiatan pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keaadaan pada waktu sekarang. Jenis metode ini meliputi: studi kasus, survey, pengembangan, penelitian lanjutan, analisa dokumen, analisa kecenderungan dan penelitian korelasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pehitungan Harga Pokok Produksi 1. Penetapan Tarif Overhead Pabrik Per Departemen Setiap departemen produksi di PT. Sonoco dalam penetapan tarif overhead semua menggunakan tarif jam kerja langsung. Baik departemen Spiral Winder dan departemen Finishing. Hal ini dilakukan karena kegiatan yang dilakukan di departemen produksi tersebut tidak jauh berbeda. Karena dalam departemen finishing hanya sebagai pemotong saja tanpa menambah direct material yang lain. Pengestimasian tarif tersebut dilakukan dengan cara mengestimasikan terlebih dahulu
seluruh estimasi overhead yang terjadi di departemen pembantu dan departemen produksi.Dan PT. Sonoco sendiri dalam menghitung tarif overhead pabrik menggunakan tarif overhead pabrik ditentukan dimuka. Dalam menghitung jam kerja langsung PT. Sonoco membuat circle time atau seberapa lama waktu produksi dalam menghasilkan unit produk. 2. Penggunaan Tarif Overhead Pabrik Per Departemen Penggunaan tarif overhead pabrik per departemen untuk mengestimasikan biaya yang terjadi dalam departemen produksi untuk penyesuaian dalam tahun anggaran, Dan penggunaan tarif overhead pabrik per departemen, digunakan dari jam kerja langsung aktual pertahun. 3. Perhitungan Overhead Pabrik Pada Tahun Fiscal Pada akhir periode akuntansi semua biaya overhead sesungguhnya dikumpulkan untuk perhitungan overhead yang terjadi. Pengumpulan overhead ini dilakukan untuk membandingkan biaya overhead yang dibebankan dengan biaya overhead sesungguhnya. Berikut ini data yang penulis dapatkan dari PT. Sonoco untuk overhead actual pada tahun 2003. Sebelum melakukan hal tersebut PT. Sonoco juga melakukan survei kembali pada akhir tahun untuk menilai kembali biaya tidak langsung Dari hasil survei akhir periode terhadap overhead pabrik tidak langsung bahwa hanya KWH power saja yang berbeda sedangkan biaya tidak langsung yang lain tidak ada perubahan. Sebab biaya tidak langsung tidak mengalami perubahan secara signifikan. Seperti jumlah karyawan tidak ada penambahan karyawan dalam tahun 2003, jumlah unit telephon juga tidak ada penambahan dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: 23
Tabel 1. Hasil Survei Pabrik Dasar Distribusi Pada Akhir Tahun 2003 Departemen Spiral Winder Finishing Quality Control Maintenance Inventory Total
Luas Lantai 576 432 72 360 2,376 3,816
KWH 378,119 421,450 93,760 166,400 176,700 1,236,429
Nilai Mesin 2,317,868,000 4,635,737,066
1,073,420,000 8,027,025,066
Jumlah Karyawan 10 11 9 9 8 47
Jumlah Telepon 2 2 3 2 2 11
Dari hasil survei terakhir juga dilakukan pendistribusian untuk jumlah kwh yang terjadi pada setiap departemen seperti yang terlihat pada tabel berikut di bawah ini. Tabel 2. Distribusi KWH pada akhir Tahun 2003 Departemen Departemen Produksi Pembantu Spiral Winder Finishing Jumlah KWH
378,119
421,450
Distribusi @ 639.9/KWH 241,958,348 269,685,855 Dari hasil perhitungan secara keseluruhan overhead pabrik setiap departemen maka selanjutnya dilakukan pendistribusian kembali overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi. Dan dilakukan dengan metode alokasi langsung untuk mendistribusikan overhead pabrik , dasar pendistribusiannya dilakukan dengan jumlah karyawan dibagi secara proporsonal, dan berikut pendistribusian overhead pabrik : a) Alokasi overhead pabrik dari departemen Quality Control Overhead pabrik sesungguhnya departemen Quality Control = Rp. 720,029,047 - Alokasi overhead pabrik dari departemen Quality Control ke departemen Spiral Winder
QC
Maintenance
Inventory
93,760
166,400
176,700
59,997,024 106,479,360 113,070,330
Rp .720,029,047 x 10 = Rp .342,870,975 21 Alokasi overhead pabrik sesungguhnya departemen Quality Control ke departemen Finishing Rp .720,029,047 x 11 = Rp .377,158,072 21 b) Alokasi overhead pabrik dari departemen Maintenance Data untuk pengalokasiannya diambil dari overhead pabrik sesungguhnya pada tahun 2003 adalah sebagai berikut: Overhead pabrik sesungguhnya departemen Maintenance = Rp. 888,133,665 - Alokasi overhead pabrik dari depertemen Maintenance ke departemen Spiral winder Rp .888,133,665 x 10 = 422,920,793 21
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 5 No. 1, April 2005
- Alokasi overhead pabrik dari departemen Maintenance ke departemen Finishing. Rp .888,133,665 x 11 = 465,212,872 21 c) Alokasi overhead pabrik dari departemen Inventory Overhead pabrik sesungguhnya departemen Inventory = Rp.889,256,298 - Alokasi overhead pabrik dari departemen Inventory ke dapertemen Spiral Winder Rp .889,256,298 x 10 = Rp .423,455,380 21 - Alokasi overhead pabrik dari
departemen Inventory ke dapertemen Spiral Winder Rp .889,256,298 x 11 = Rp .465,800,918 21 4. Varians Overhead Pabrik Departemen Setelah dilakukan pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya dari setiap departemen pada tahun 2003 maka ditemukan adanya varians atau selisih overhead pabrik. Dan dapat lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut
Tabel. 3 Perhitungan Varians Overhaead Pabrik Departemen Spiral Winder
Departemen Finishing
Jumlah overhead pabrik yang Dibebankan kepada produk tahun 2003
2,104,876,425
3,204,025,235
Biaya overhead yang sesunggunya dalam tahun 2003
2,302,003,593
3,354,884,963
Biaya overhead pabrik lebih 197,127,168 150,859,728 Dibebankan Dari varians tersebut dapat dilakukan jurnal dari kelebihan dan kekurangan overhead pabrik per departemen adalah sebagai berikut: Pembebanan varians overhead pabrik departemen Spiral Winder…… .197,127,168 Pembebanan varians overhead pabrik departemen Finishing ………….150,859,728 Biaya Overhead sesungguhnya Dep. Sprial Winder……………………197,127,168 Overhead sesungguhnya Dep. Finishing………………………………..150,859,728 Dari data diatas juga dapat dilakukan jurnal Overhaed Pabrik Sesungguhnya Dep Spiral Winder ............................197, 127,168 Overhead pabrik sesungguhnya dept Finishing.......................................150,859,728 Work In Process.......................................................................................347,986,896 5. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dalam menghitung harga pokok produksi POY dapat langsung dilakukan, karena pada sebelumnya tealah dilakukan penghitungan direct
labor, direct material dan overhead pabrik. Dalam perhitungan harga pokok produksi pada PT. Sonoco tidak memperhitungkan adanya barang dalam proses (work in process) sebab 25
SETIAWAN, Evaluasi Atas Penerapan Metode Alokasi Overhead Menurut Departemen
dalam proses produksinya pada departemen finishing hanya tinggal memotong saja, bukan menambah bahan yang lain dalam pengerjaannya. Hal ini di lakukan karena dalam menghitung output setiap orang di PT. Sonoco menggunakan satuan kilogram. Hal ini dilakukan untuk mempermudah perhitungan harga pokok produksinya.
Varians overhead pabrik dibebankan ke harga pokok produksi dimana perusahaan mengalami kerugian apabila varians overhead pabrik semakin tinggi. Pembebanan varians overhead pabrik sebesar 347,986,896 akan menambah harga pokok produksi.
Tabel 5. HARGA POKOK PRODUKSI (RUPIAH) TAHUN 2003 Item Persediaan Awal Bahan Baku , 1 Jan 2003
Saldo Buku 2,850,720,233
Pembelian Tahun 2003
10,340,691,700
Persediaan Akhir 2003, 31 Desember 2003
(5,613,037,908)
Pemakaian Bahan baku 2003
7,578,374,025
Gaji / Direct Labor 2003
173,995,093
Biaya Overhead Pabrik . Overhead tetap
2,619,990,133
Overhead Variabel
3,036,898,423
Total overhead Work In Process Harga pokok Produk Pembebanan Varians Overhead Pabrik
Harga Pokok Produksi B. Peranan Alokasi Overhead Menurut Departemen Terhadap Penetapan Harga Pokok Produksi Alokasi overhead pabrik untuk setiap departemen merupakan suatu kegiatan akuntansi manufacturing yang membagibagi biaya produksi untuk departemen jasa dan departemen produksi. Pertanggung jawaban atas terjadinya biaya dalam satu departemen akan ditanggung oleh kepala departemen tersebut. Di PT. Sonoco sendiri biaya yang terjadi dalam departemen tersebut 26
5,656,888,556 0 13,409,257,674 347,986,896
13,757,244,570 apabila kelebihan terhadap budged yang telah ditetapkan untuk setiap departemen akan di evaluasi kembali, apa penyebabnya, sehingga ada perbaikan terus menerus terhadap biaya yang dikeluarkan atau terjadinya seaving cost. Dengan adanya pengalokasian overhead pabrik dari departemen pembentu ke departmen produksi, maka akan menciptakan departemen tersebut menjadi cost center. Dalam penerapannya overhead pabrik per departemen yaitu beban langsung dan
Jurnal Ilmiah Ranggagading, Vol. 5 No. 1, April 2005
tidak langsung per departemen dilakukan perhitungan secara terperinci. Walaupun terjadinya adanya varians overhead yang terjadi menerangkan perhitungan overhead pabrik yang sesungguhnya lebih akurat. Akurasi perhitungan overhead pabrik mencerminkan penetapan harga pokok produksi lebih akurat. Varians overhead pabrik pada PT. Sonoco untuk tahun 2003 mengalami kerugian yakni mencapai Rp. 347,986,896. Dan kerugian tersebut menunjukan perhitungan overhead secara departementalisasi yang tidak tepat. Varians overhead yang cukup signifikan pasti mempengaruhi harga pokok produksi. Jelas terlihat angka yang besar, berarti perusahaan mengalami kerugian pada biaya oprasionalnya. Biaya semestinya tidak dikeluarkan dapat dipergunakan untuk oprasional lain, dengan cara menekan biaya produksi yang serendah-rendahnya untuk pencapaian margin contribusi, sehingga dengan harga pokok yang rendah perusahaan mengalami keuntungan. Harga pokok produksi yang telah di tetapkan pada akhir periode akuntansi untuk POY dihitung dengan perhitungan biaya overhead pabrik variabel dan tetap yang lebih akurat, sehingga harga pokok produksi yang terjadi mencerminkan harga jual produk yang akan dijual kepada konsumen. Dari harga pokok produksi tersebut manajemen dapat menetunkan contribusi margin yang akan di ambil dan tindakan preventive apa yang akan dilakukan terhadap perbaikan dan pengolahan biaya tepat pada pos-pos rekening overhead pabrik. Dengan demikian perusahaan akan lebih baik dan berkembang dengan cara memberi tanggung jawab kepada setiap departmen dalam pengolahan biaya overhead pabrik yang terjadi.
KESIMPULAN PT. Sonoco merupakan perusahaan modal asing (PMA) yang bergerak dibidang manufacturing yang pengelolaanya dilakukan oleh tenaga kerja Indonesia. Dalam pengaloakasian overhead pabrik per departemen untuk menghitung tarif overhead pabriknya merupakan alat dalam menentukan harga pokok produksi. 1. Dalam mengalokasikan overhead pabrik untuk setiap departemen sudah cukup baik, karena pihak manajemen menentukan pengalokasiannya berdasarkan survei pabrik yang dilakukan pada awal tahun. 2. Penentuan tarif overhead pabrik yang ditentukan dimuka dengan menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung merupakan langkah yang tepat karena dalam pengolahan produksi dilakukan hanya dua tahapan proses produksi saja, yakni departemen Spiral Winder dan Departemen Finishing. 3. Dalam menetukan biaya standart overhead pabrik perdepartemen, diharapkan dapat meminimalkan penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi saat pelaksaan anggaran overhead pabrik tersebut. 4. Varians overhead pabrik per departemen pada tahun 2003, menunjukkna penyimpangan Rp. 197,127,168 untuk departemen Spiral Winder sedangkan untuk Departemen Finishing juga mencapai Rp.150,859,728 jadi varians overhead yang terjadi sebanding pada setiap departemen produksi. 5. Dalam menghasilkan unit produk POY dihitung dengan seberapa besar cycle time yang dibutuhkan, dalam hal ini perusahaan menggunakan gugus kendali mutu dalam mengefesiensikan biaya yang diperlukan dengan menghasilkan unit produk yang lebih banyak. 6. Dalam menghasilkan material yang baik digunakan untuk proses produksi PT. Sonoco mengirim direct material untuk di lakukan analisa terhadap quality material tersebut di Singapur sebagai perwakilan Sonoco di region Asia 27
SETIAWAN, Evaluasi Atas Penerapan Metode Alokasi Overhead Menurut Departemen
DAFTAR PUSTAKA Buffa, E.S. dan R.K. Sarin 1996. Manajemen Operasi dan ProduksiModern. Jilid I. Edisi kedelapn, Alih Bahasa Ir. Antarikso, MBA dan Drs. J.P Djoko Sujono, Binarupa Aksara. Jakarta. Garisson, R.H. 1997. Akuntansi Manejemen. Buku I , Edisi ketiga . Alih Bahasa Oleh Drs. Bambang Purnomosidhi, Akt dan Drs. Erwan Dukat, Akt. AK Group Yogyakarta
Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi kedua. Bagian Penerbitan STIE YKPN. Yogyakarta. Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya. Edisi kelima. Lembaga penerbitan Aditya Media Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Maher dan Deakin, 1997. Akuntansi Biaya , Jilid I, Alih Bahasa Adjat Djatmika, dan Lusiani. Penerbit Erlangga , Ciracas Jakarta.
Hammer, L.H, William, K Carter and MiltonF. Usry . 1994. Cost Accounting . 11th Edition. Western Publishing Co, a International Thomson Publising. Cincinnati. Ohio.
Sofjan, A. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Hongren, C.T. and G.T. Foster , 1994. Akuntansi Biaya: Suatu Pendekatan Manajerial. Jilid I. Edisi ke keenam, Erlangga. Jakarta.
Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penetuan Harga Pokok . Buku I Edisi Kedua BPFE, Yogyakarta .
Hongren, C.T., G.T. Foster. And S.M. Datar. 2000. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Edisi kesepuluh. Prentice Hall. Upper Saddle River . New Jersey.
S.R.
Hongren, C.T and G.L. Sundem. 1990, Introduction to Management Accounting Edisi kedelapan. Prentice Hal. Englewood Cliff. New Jersey. Mardiasmo , 1994. Akuntansi Biaya : Penentuan Harga Pokok Produksi. Penerbit Andi Offset . Yoyakarta.
28
Sumarso, 1995, Akuntansi Suatu Pengantar, Jilid I , Edisi keempat. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Usry, M.F. dan L.H. Hammer, 1996. Akuntasnsi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian. Jilid I. Edisi kesepuluh. Alih Bahasa Oleh Alfonsus Sirait, SE,. Akt dan Herman Wibowo, Erlangga ,Jakarta. Usry, M.F,A. Matz dan L.H. Hammer. 1992. Akuntansi Biaya; Perencanaan dan Pengendalian. Jilid II Edisi kesembilan, Alih Bahasa oleh Alfonsus Sirait. Se, Akt dan Herman Wibowo. Erlangga. Jakarta.